• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODIFICATION OF CHITOSAN FROM BALLEMNYA JAVANICA SHELL THROUGH SWELLING AND CROSSLINKING PROCESS AS HEAVY METAL Cr (VI) ADSORBENT IN BATIK INDUSTRIAL WASTE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODIFICATION OF CHITOSAN FROM BALLEMNYA JAVANICA SHELL THROUGH SWELLING AND CROSSLINKING PROCESS AS HEAVY METAL Cr (VI) ADSORBENT IN BATIK INDUSTRIAL WASTE."

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

MODIFIKASI KITOSAN DARI CANGKANG KEONG SAWAH ( BALLEMNYA JAVANICA) MELALUI PROSES SWELLING DAN CROSSLINKING

SEBAGAI PENGADSORPSI LOGAM Cr (VI) PADA LIMBAH INDUSTRI BATIK

Budi Hastuti1 dan Abu Masykur2

1Prodi Kimia, Jurusan P. MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, UNS 2Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, UNS

E-mail : Budihastuti_saptono@yahoo.co.id

ABSTRAK

Telah dilakukan kajian tentang isolasi dan modifikasi kitosan dari cangkang keong sawah Ballemnya javanica dan aplikasinya sebagai adsorben selektif untuk menyerap logam berat Cr (VI) pada limbah industri batik.

Serbuk keong sawah mula-mula dideproteinasi menggunakan NaOH 4% untuk menghilangkan protein, dan didemineralisasi menggunakan HCl 2 M untuk menghilangkan mineralnya. Serbuk yang diperoleh ini disebut dengan kitin. Selanjutnya dilakukan tahap deasetilasi pada kitin menggunakan NaOH 50% hingga diperoleh kitosan. Pada tahapan ini, dilakukan variasi waktu deasetilasi, yaitu 3, 5, dan 8 jam. Dilakukan juga variasi tahapan deasetilasi, yaitu deasetilasi 1, 2, dan 3 tahap. Pada kitosan yang dihasilkan, selanjutnya dilakukan modifikasi melalui proses swelling, untuk membuka pori-porinya, dilanjutkan proses crosslingking dengan glutaraldehid dan epiklorhidrin sebagai agen crosslingker

dengan variasi konsentrasi 8, 10, 20, dan 25 %. Setelah itu, pada kitosan termodifikasi yang telah terbentuk dikontakkan dengan logam Cr (VI) untuk uji kemampuan adsorpsinya dengan variasi pH dan lama waktu kontak. Aplikasi kitosan termodifikasi hasil optimasi tersebut dilakukan pada limbah industri batik yang mengandung logam Cr (IV).

Dari hasil karakterisasi kitin menggunakan IR diperoleh gugus fungsi OH pada λ 3449 nm dan gugus amida pada λ 1651 nm. Kitin yang dihasilkan ini memiliki DD (derajat deasetilasi) sebesar 38 %. Kitosan yang melewati proses deasetilasi bertahap memiliki DD lebih tinggi dibandingkan kitosan yang hanya melewati satu tahap deasetilasi. Kitosan yang melewati 3 tahap deasetilasi memiliki DD kitosan 88 %, dibandingkan 84 % pada 2 tahap deasetilasi dan 67 % pada 1 tahap deasetilasi. Meskipun demikian, dengan memperpanjang waktu deasetilasi hingga 8 jam, pada deasetilasi 1 tahap dihasilkan kitosan dengan DD 82 %, yang selanjutnya dijadikan acuan pembuatan kitosan. Pada modifikasi kitosan, kondisi optimum diperoleh dengan menggunakan crosslingker glutaraldehid 25 % (v/

v) dan

epiklorhidrin 25 % (v/

v). Meskipun demikian, epiklorhidrin memiliki keunggulan

dibandingkan glutaraldehid pada sifat ketahanannya terhadap asam, bahkan pada kondisi asam yang sangat kuat. Kitosan termodifikasi yang diperoleh mampu meningkatkan kapasitas adsorpsi kitosan terhadap Cr (VI) dari 74 % (kitosan) menjadi 89 % dengan waktu kontak 30 menit dan pH 3. Pada aplikasi ke limbah batik, kitosan termodifikasi mampu mengadsorpsi Cr (IV) secara baik hingga tingkat kadar 5 ppm. Dengan demikian, kitosan termodifikasi berpotensi diaplikasikan sebagai adsorben Cr (IV) pada limbah batik.

(2)

MODIFICATION OF CHITOSAN FROM BALLEMNYA JAVANICA SHELL THROUGH SWELLING AND CROSSLINKING PROCESS

AS HEAVY METAL Cr (VI) ADSORBENT IN BATIK INDUSTRIAL WASTE

Budi Hastuti1 and Abu Masykur2

1Chemistry Education Department, Faculty of Teacher Training and Education, UNS 2Chemistry Department, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, UNS

E-mail : Budihastuti_saptono@yahoo.co.id

ABSTRACT

The isolation and modification of chitosan from Ballemnya javanica shells and its application as a selective adsorbent selective for heavy metal Cr (VI) in batik industrial waste were conducted.

Initially, Ballemnya javanica shells powder was deproteinated using 4% NaOH to remove protein, and demineralized using 2 M HCl to remove minerals. The powder obtained is called chitin. Subsequently, chitin deacetylation using 50% NaOH was conducted to obtain chitosan. At this stage, the time of deacetylation was varied, which is 3, 5, and 8 hours. Various stages of deacetylation was also done, which is 1, 2, and 3 stages. Then chitosan was modified through a process of swelling, to open the pores, followed by crosslingking with glutaraldehyde and epichlorohydrin as crosslingker, with various concentration of 8, 10, 20, and 25%. Finally, the modified chitosan was contacted with the Cr (VI) to test the ability of adsorption with variation of pH and contact time. Application of modified chitosan was done in batik industrial waste containing Cr (IV).

From the chitin characterization using IR, OH functional groups at λ 3449 nm and amide groups at λ 1651 nm were obtained. The DD (degree of deacetylation) of chitin was found 38%. Chitosan deacetylation through a gradual steps of deacetylation had a higher DD than that only through one step. Chitosan through 3 deacetylation steps had the DD of 88%, compared to 84% in 2 steps and 67% in 1 step of deacetylation. Nevertheless, by extending the time of deacetylation up to 8 hours, resulting in DD of 82%, which then becomes the reference condition for chitosan deacetylation. In chitosan modification, the optimum condition was obtained by using crosslingker glutaraldehyde 25% (v/

v) and epichlorohydrin

25% (v/

v). Nevertheless, epichlorohydrin has advantages over glutaraldehyde on the nature of

resistance to acids, even at a very strong acidic conditions. Modified chitosan could improve the adsorption capacity of chitosan to Cr (VI) from 74% (raw chitosan) to 89% at contact time of 30 minutes and pH 3. On application to the batik waste, modified chitosan could sufficiently adsorb Cr (IV) up to the level of 5 ppm. Thus, the modified chitosan has the potential to be applied as an adsorbent of Cr (VI) in batik industrial waste.

Referensi

Dokumen terkait

Penggunaan graf relasi fungsi memungkinkan untuk memperoleh dampak perubahan yang lebih banyak dibandingkan metode graf panggil sehingga nantinya dapat meningkatkan performa

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan media audio visual lebih efektif dalam kegiatan pembelajaran keterampilan menulis puisi siswa jika dibandingkan

Namun dalam permasalahan ini lebih menekankan pada metode yang digunakan dalam pembelajaran mata kuliah manajemen pendidikan (MP), dikarenakan kurangnya variasi mengajar

information), not routes, so all your local routes (point to point information) must be installed in the route table via an IGP or static routes. Since routes learned internally

penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan (misalnya ruminansia).. INDIKATOR PENCAPAIANKOMPETENSI.. • Mengidentifikasi zat makanan

(1) Modal dari Perusahaan Perseroan (PERSERO) tersebut pada ayat (1). Pasal 1 Peraturan Pemerintah ini berasal dari kekayaan

Sehubungan dengan itu, MITI bersama dengan MITI Mahasiswa insya Allah akan memberikan hibah kepada tiga pengaju proposal pengabdian masyarakat terbaik dari masing-masing

Sehingga dari hasil pengukuran di lapangan yang diteliti pada line AB ini dapat kita katakana bahwa tidak terdapat aliran air tanah, ataupun dapat kita katakana bahwa