• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi PLPG Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Materi PLPG Bahasa Indonesia"

Copied!
543
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

(2)

MODUL PLPG

BAHASA INDONESIA

Penulis

Tim Instruktur Bahasa Indonesia

Penyunting

Prof. Dr. Bambang Yulianto, M.Pd., dkk.

(3)

TIM PENULIS

1. Pendahuluan (Syamsul Sodiq)

2. Kebijakan Pengembangan Profesi Guru (Dian Mahsunah, dkk.) 3. Model dan Perangkat Pembelajaran

a. Model Pembelajaran (Suyatno)

b. Media Pembelajaran (Lutfiyah Nurlela) c. Asesmen

d. Pengembangan Silabus dan RPP

e. Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia 1) Mendengarkan (Suhartono)

2) Berbicara (Jack Parmin) 3) Membaca (Syamsul Sodiq) 4) Menulis (Yuniseffendri) 4. Penelitian Tindakan Kelas 5. Materi Bahasa Indonesia

a. Berbicara (Suhartono)

b. Membaca (Maria Mintowati) c. Menulis (Jack Parmin)

(4)

KATA PENGANTAR

Guru adalah sebuah profesi. Seseorang dikatakan profesional jika yang bersangkutan dapat membuktikan profesionalitasnya. Profesionalitas seorang guru dapat berupa profesional dalam pedagogi dan profesional dalam menghasilkan karya yang relevan dengan profesinya. Salah satu jalur untuk mewujudkan profesionalitas adalah melalui Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Melalui PLPG, para peserta ditingkatkan kemampuannya, baik dari segi pedagogik, penyegaran dan pendalaman materi, maupun dalam bidang-bidang lainnya. Modul ini ditulis sebagai salah satu sumber materi guru-guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, baik di tingkat SMP/MTs maupun SMA/SMK/MA yang mengikuti PLPG.

Modul ini berjudul Modul Materi PLPG Bahasa Indonesia. Modul Ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta asesmen dan lampiran.

Dengan memahami materi yang terdapat di dalam modul ini, para peserta dapat menjawab soal-soal ujian akhir PLPG. Ini adalah tujuan jangka pendek. Adapun tujuan jangka panjangnya adalah para peserta dapat memanfaatkannya sebagai salah satu bahan ajar dalam menjalankan tugas sebagai guru.

Penulis menyadari bahwa modul ini masih belum sempurna. Karena itu, penulis mengharapkan masukan dan kritikan guna menyempurnakan modul ini. Selamat mengikuti PLPG, semoga berhasil.

Surabaya, Desember 2012

(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR HALAMAN JUDUL DALAM TIM PENULIS

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

GLOSARIUM

BAB I : PENDAHULUAN

BAB II : KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BAB III: MODEL DAN PERANGKAT PEMBELAJARAN

3.1 Model Pembelajaran 3.2 Media Pembelajaran 3.3 Asesmen

3.4 Pengembangan Silabus dan RPP

3.5 Contoh Pengembangan Silabus dan RPP Bahasa Indonesia 3.5.1 Mendengarkan/Menyimak

3.5.2 Berbicara 3.5.3 Membaca 3.5.4 Menulis

BAB IV: PENELITIAN TINDAKAN KELAS BAB V: MATERI BAHASA INDONESIA

5.1 Berbicara 5.2 Membaca 5.3 Menulis

(6)

GLOSARIUM

Media Pembelajaran

Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contoh Modul belajar yang terdiri dari bahan cetak, bahan audio, dan bahan audio visual.

Multi image merupakan gabungan dari jenis proyeksi visual yang digabungkan dengan komponen audio yang kuat/lebih besar sehingga dapat diselenggarakan pertujukkan yang besar dan cocok untuk penyajian di suatu auditorium yang luas.

Buku elektronik merupakan bentuk teks yang dituangkan dalam medium elektronik (komputer)

Berbicara

Diskusi: kegiatan bertukar pikiran mengenai suatu masalah.

Ekstemporan: metode pidato yang pepidato berpedoman pada garis besar atau kerangka pidato yang telah disiapkan.

Frasa tanya: kombinasi kata nonpredikatif yang berfungsi menanyakan sesuatu.

Impromptu (serta-merta): metode pidato secara dadakan atau tanpa persiapan karena kebutuhan sesaat (insidental).

Informan: orang yang memberikan informasi.

Kalimat: satuan bahasa terkecil yang berisi gagasan yang utuh

Kata tanya: kata yang berfungsi menanyakan sesuatu.

Kinesik: gerak tubuh

Moderator: pemandu diskusi.

(7)

Notulis: penulis diskusi.

pebicara: orang yang berbicara.

pepidato: orang yang berpidato.

Pidato: kegiatan pengungkapan pikiran secara lisan yang ditujukan kepada banyak orang dengan pepidato (orator atau orang yang berpidato) sebagai figur sentral.

Prinsip kerja sama: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa sumbangan informasi yang diberikan penutur idealnya sebatas yang diperlukan petutur.

Prinsip kesantunan: prinsip percakapan yang berisi rambu-rambu bahwa tuturan penutur idealnya dapat menjaga keharmonisan sosial (tidak menyebabkan konflik dengan petutur atau orang lain yang disebut dalam tuturan).

Proposisi: pernyataan lengkap yang dapat dinilai benar atau salah.

Retorika interpersonal: komunikasi antarindividu.

Wacana: satuan bahasa terlengkap yang direalisasikan dalam bentuk karangan atau tuturan utuh

Wawancara: kegiatan tanya jawab dengan narasumber/informan untuk meminta kepastian informasi tentang hal tertentu.

Wawancara dangkal (ordinary interview): wawancara yang pertanyaan-pertanyaan pewawancara tidak eksploratif.

Wawancara mendalam (indepth interview): wawancara yang pertanyaan-pertanyaan pewawancara eksploratif sehingga tampak bersifat “mengejar” narasumber/informan.

Wawancara terbuka: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya pewawancara memberikan peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar.

Wawancara terstruktur: wawancara yang pertanyaan-pertanyaan pewawancara ditata secara sistematis.

(8)

Wawancara tertutup: wawancara yang pertanyaan-pertanyaannya pewawancara tidak memberikan peluang kepada narasumber/informan untuk menguraikan jawabannya secara panjang lebar.

Membaca

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

artikel : n 1. karya tulis lengkap, misal laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar,dan sebagainya; 2. Huk bagian

undang-undang atau peraturan yang berupa ketentuan; pasal; 3. Ling unsur yang dipakai untuk membatasi atau memodifikasi nomina, misal the dalam bahasa Inggris.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news), serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau melukiskan apa adanya

(9)

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

fakta: hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan; sesuatu yang benar-benar ada atau terjadi

Glosarium: (biasanya pada bagian akhir buku) tersusun menurut abjad yang memberikan informasi mengenai halaman tempat kata atau istilah itu ditemukan; 2. daftar harga sekarang dibandingkan dengan harga sebelum-nya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang; 3. Kom (artikel) daftar berita penting hari itu (dalam majalah, surat kabar) yang dimuat di halaman depan; 4. Ling rasio antara dua unsur kebahasaan tertentu yang mungkin menjadi ukuran suatu ciri tertentu; penunjuk

interferensi: bebas dari pengaruh bahasa daerah atau asing

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)

kata ulang: bentuk kata yang dihasilkan dari proses perulangan dan dituliskan secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Menurut bentuknya, ada empatjenis kata ulang, yaitu perulangan kata dasar atau perulangan murni, perulangan berubah bunyi, perulangan berimbuhan, dan perulangan sebagian.

(10)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.

paparan: hasil memapar; yang dipaparkan; keterangan atau penjelasan yang dibentangkan; uraian

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi

paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

penyuntingan bahasa: bertujuan untuk memantapkan tata cara penyajian, penulisan, penyuguhan pendukung, dan ketaatasasan pada gaya selingkung (Ditbinlitabmas, 2001). Yang perlu dicermati dalam penyuntingan bahasa antara lain: (1) penggunaan tatabahasa, pemilihan kata, terjemahan kata atau istilah asing, ejaan, dan penggunaan simbol atau lambang; (2) penyiangan kontaminasi penerapan kaidah tatabahasa asing ke dalam kalimat bahasa Indonesia; (3) sistematika artikel, keberadaan abstrak dan kata kunci; (4) penulisan rujukan dalam pengutipan, penulisan daftar rujukan, penyajian tabel dan gambar, serta (5) pencantuman nama penulis artikel dan alamat lembaga penulis.

(11)

pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

register : buku catatan atau daftar yang disusun secara bersistem dan menurut abjad

ronde : babak pada pertandingan tinju

riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang; biografi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

stimulan : n sesuatu yang menjadi cambuk bagi peningkatan prestasi atau semangat bekerja (belajar dan sebagainya); pendorong; penggiat; perangsang

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.

Menulis:

artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya

(12)

bahasa jurnalistik: Bahasa yang khas yang digunakan dalam menulis berita (media cetak). Bahasa jurnalistik berbeda dengan ragam bahasa lainnya. Bahasa jurnalistik memiliki ciri khusus, di antaranya lugas, sederhana, singkat dan padat, sistematis, tidak memihak, serta menarik.

berita: merupakan laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian banyak orang. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadinya pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan banyak orang (Suhandang, 2004:103-4). Pengertian lain tentang berita adalah informasi aktual tentang fakta-fakta dan opini yang menarik perhatian orang (Kusumaningrat, 2006:40). Cara melaporkan atau memberitakan sesuatu agar menarik orang lain adalah dengan gaya to the point atau diplomatis. Dalam hal membuat dan menyajikan berita, dikenal jenis berita yang langsung mengemukakan fakta yang terlibat di dalamnya (straight news), serta yang tidak langsung yang dibumbui dengan kata-kata berbunga sehingga fakta lebih menarik untuk diminati dan dinikmati pembaca (feature news).

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita : karangan yang menuturkan perbuatan, pengalaman, atau penderitaan orang; kejadian dan sebagainya baik yang sungguh-sungguh terjadi maupun yang hanya rekaan belaka

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau melukiskan apa adanya

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

(13)

fiktif : a bersifat fiksi; hanya terdapat di khayalan grafik : n lukisan pasang surut suatu keadaan dengan garis atau gambar (tentang turun naiknya hasil, statistik, dan sebagainya)

gaya selingkung: gaya yang ditetapkan dan diberlakukan oleh penerbit atau penerbitan tertentu yang menjadi ciri pembeda dengan penerbit atau penerbitan lain

impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam

penalaran, perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu

judul berita (headline): hakikatnya adalah intisari berita. Judul berita biasanya terdiri atas satu atau dua kalimat pendek, tetapi telah cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakan. Judul berita dibuat semenarik mungkin karena merupakan daya pikat awal berita.

jurnal: merupakan majalah yang secara khusus memuat artikel dalam satu bidang tertentu, misalnya jurnal seni, jurnal pertanian, jurnal kedokteran, jurnal hukum, jurnal politik, dan lain-lain. Karena jurnal pada umumnya hanya memuat artikel satu bidang ilmu, sebagian jurnal menambahkan kata ilmu untuk menyebut namanya, sehingga menjadi jurnal ilmu seni, jurnal ilmu pertanian, jurnal ilmu kedokteran, jurnal ilmu hukum, jurnal ilmu politik, dan lain-lain. Artikel yang dimuat pada jurnal bersifat keilmuan (ilmiah), sehingga sebagian orang menyebutnya sebagai artikel ilmiah. Ketentuan baku bagi penulisan karya ilmiah merupakan hal yang harus diketahui dan dikuasai oleh penyunting artikel ilmiah.

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kalimat : satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi

final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa

kamus : buku yang memuat kumpulan istilah atau nama yang disusun menurut abjad

beserta penjelasan tentang makna dan pemakaiannya

(14)

datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

media cetak: berarti sarana media massa yang dicetak dan diterbitkan secara berkala seperti surat kabar, majalah.

media noncetak: (media elektronik) berarti sarana media massa yang mempergunakan alat alat elektronik modern, misalnya radio, televisi, dan film. Dalam subbagian ini disampaikan media noncetak, yakni radio dan televisi.

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.

paragraf : bagian bab dalam suatu karangan (biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru); alinea

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi

penerbit: (1) orang dan sebagainya yang menerbitkan; (2) perusahaan dan sebagainya yang menerbitkan (buku, majalah, dan sebagainya)

penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata penyunting adalah di bawah ini.

(15)

membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk dimuat atau diterbitkan oleh sebuah penerbitan. Pada media noncetak, penyuntingan merupakan proses membaca, mencermati, memperbaiki naskah yang telah dikirim seorang penulis naskah sehingga naskah tersebut siap untuk disiarkan dan ditayangkan oleh media audio dan visual.

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak

riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang; biografi

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.

(16)

dan how) dengan maksud memenuhi rasa ingin tahu pembaca yang biasanya berupa sederetan pertanyaan.

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

tubuh berita (body): merupakan keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta memperjelas fakta atau data yang disuguhkan dalam lead tersebut. Rincian tersebut dimaksudkan untuk mengungkapkan hal-hal yang belum terungkapkan melalui lead.

Berbicara Sastra:

ambiguitas: (1) sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua pengertian; (2) ketidaktentuan; ketidakjelasan; (3) kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan

kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam

masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)

(17)

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon

dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku

(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

(18)

licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.

musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan; peristiwa pendahuluan

rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak yang berdekatan.

syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

Membaca sastra:

(19)

kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra; (4) kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan

angkatan Pujangga Baru : angkatan atau gerakan kebudayaan dan

kesusastraan yang dimulai pada tahun 1930-an. Pelopornya Sutan Takdir Alisjahbana, Armin Pane, Sanusi Pane, dan Amir Hamzah.

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita lisan : cerita rakyat yang disampaikan secara lisan atau diturunkan atau diwariskan secara lisan; hasil kebudayaan lisan dalam

masyarakat tradisional yang isinya dapat disejajarkan dengan cerita tulis (sastra tulis) dalam masyarakat modern

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon

dongeng : cerita rekaan yang di dalamnya fantasi berperan dengan leluasa dan tidak terikat pada latar sejarah dan warna lokal

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku

(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

(20)

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan; 3. peristiwa terakhir yang menyelesaikan peristiwa induk

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)

konotatif: mempunyai makna tautan; mengandung konotasi (Konotasi: tautan pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan

licentia puitica: yakni kewenangan pengarang menggunakan bahasa sesuai dengan maksud karyanya. Kewenangan ini bukan berarti semena-mena. Kewenangan ini tetap memiliki batas-batas yang dapat dipahami oleh pembaca, secara khusus. Setiap aturan atau kaidah EYD yang tidak sepenuhnya digunakan oleh seorang penulis fiksi tentu memiliki tujuan tertentu.

musikalisasi : n hal menjadikan sesuatu dalam bentuk musik novel : n Sas karangan prosa rekaan yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan

menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi

(21)

gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan; peristiwa pendahuluan

rima : pengulangan bunyi berselang , baik di dalam larik maupun pada akhir sajak yang berdekatan.

syair : n Sas 1. puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat larik (baris) yang berakhir dengan bunyi yang sama; 2. sajak; puisi

tokoh : orang yang memainkan peran dalam karya sastra; orang yang terkemuka dan kenamaan; pemegang peran utama dalam roman dan drama

Menulis Sastra:

artikel : karya tulis lengkap, misalnya laporan berita atau esai dalam majalah, surat kabar, dan sebagainya

autobigrafi : riwayat hidup pribadi yang ditulis sendiri

biografi : riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain

cerita pendek: kisahan pendek yang memberikan kesan tunggal yang dominan dan memusatkan diri pada satu tokohdi satu situasi (pada suatu ketika)

denotatif: berkaitan dengan denotasi (Denotasi: makna kata atau sekelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu di luar bahasa atau yang didasarkan atas konvensi tertentu dan bersifat objektif

deskriptif : bersifat menggambarkan apa adanya, atau memerikan apa adanya, atau melukiskan apa adanya

(22)

dialog : n 1. percakapan (dalam sandiwara, cerita, dan sebagainya); 2. karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih; -- interaktif dialog yang dilakukan di televisi atau radio yang dapat melibatkan pemirsa dan pendengar melalui telepon

drama : n Sas 1. komposisi syair atau prosa yang diharapakan dapat menggambarkan kehidupan dan watak melalui tingkah laku

(akting) atau dialog yang dipentaskan; 2. cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukan teater; 3. cak kejadian yang menyedihkan

ekspresi : ungkapan perasaan pengarang secara personal atau individual (subjektif) yang tercurah dalam karya-karyanya

epilog : n Sas 1. bagian penutup pada karya sastra, yang fungsinya menyampaikan intisari cerita atau menafsirkan maksud karya itu oleh seorang aktor pada akhir cerita; 2. pidato singkat pada akhir drama yang memuat komentar tentang apa yang dilakonkan

fiksi: (1) cerita rekaan (roman, novel, dsb); (2) rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan; (3) pernyataan yang hanya berdasarkan khayalan atau pikiran

Horison: majalah sastra yang terbit tiap bulan (dari Jakarta) yang memuat karya sastra para pengarang se Indonesia (sesekali penulis Asia dan dunia), di dalamnya ada sisipan majalah untuk anak sekolah Kakilangit,

impresionisme : aliran kesenian yang menekankan bahwa maksud utama karya seni adalah menjelaskan kesan yang terdapat dalam

penalaran, perasaan, dan kesadaran pada saat tertentu

kalimat yang efektif : kalimat yang sederhana, tidak berlebihan, dan tepat

kata : unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran; satuan yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal (misalnya batu, rumah, datang) atau gabungan morfem (misalnya pejuang, pancasila, mahakuasa)

(23)

berhadapan dengan sebuah kata; makna yang ditambahkan pada makna denotasi)

latar : waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra atau drama; dekor pemandangan yang dipakai di dalam pementasan drama seperti pengaturan tempat kejadian, perlengkapan, dan pencahayaan

menyunting: (1) menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa (menyangkut ejaan, diksi, dan struktur kalimat); mengedit: perkerjaan menyunting naskah yang betul-betul menjadi naskah yang siap untuk dicetak memerlukan keterampilan khusus; (2) merencanakan dan mengarahkan penerbitan (surat kabar, majalah); (3) menyusun atau merakit (film, pita rekaman) dengan cara memotong-motong dan memasang kembali.

partikel : kata yang biasanya tidak dapat diderivasikan atau diinfeksikan, mengandung makna gramatikal dan tidak mengandung makna leksikal, termasuk di dalamnya artikel, preposisi, konjungsi, dan interjeksi

penyunting: (1) orang yang bertugas menyiapkan naskah siap cetak; (2) orang yang bertugas merencanakan dan mengarahkan penerbitan media (massa) cetak; (3) orang yang bertugas menyusun dan merakit film atau pita rekaman. Beberapa contoh penggunaan kata penyunting adalah di bawah ini.

pilihan kata (diksi) : pilihan kata untuk mengungkapkan gagasan. Dalam tuturan atau tulisan pilihan kata membantu menciptakan nada dan gaya. Pilihan kata yang baik adalah yang sesuai dengan maksud pengarang, taat asas, menghindari campuran jargon dan kosakata baku, atau campuran ungkapan formal dan informal

populer : dikenal dan disukai orang banyak (umum); sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya; disukai dan dikagumi oleh orang banyak

prolog : n pembukaan (sandiwara, musik, pidato, dan sebagainya); (kata) pendahuluan; peristiwa pendahuluan

(24)

riwayat hidup : uraian segala sesuatu yang telah dialami (dijalankan) seseorang; biografi

surat kabar: lembaran (-lembaran) kertas bertuliskan babar (berita) dsb, terbagi dalam kolom-kolom, terbit setiap hari atau secara periodik. Secara umum komposisi yang disampaikan surat kabar terdiri atas berita, artikel, fiksi, dan foto/bagan. Seperti dapat dibaca, dari komposisi isi itu diketahui isi media cetak (surat kabar) akan memuat sebanyak 50% berita (dapat berupa berita biasa, feature, laporan mendalam, atau berita ringan) tentang persoalan-persoalan aktual dan faktual sesuai dengan visi dan misi surat kabar, yang dipandang penting bagi pembaca. Artikel mendapat jatah 20%, di dalamnya dapat dimasukkan surat pembaca, tajuk rencana, atau surat dari redaksi (jika ada). Fiksi disediakan tempat 5%, dapat berupa cerita bersambung, cerita pendek, atau komik (cerita bergambar lainnya). Foto atau bagan memakan tempat 25%. Grafis yang dibuat untuk mendukung berita masuk dalam foto atau bagan.Ukuran kertas yang digunakan surat kabar berkisar antara 35 cm x 58 cm.

syair : bentuk puisi Melayu Lama yang tiap baitnya terdiri atas empat larik dengan rima yang sama.

(25)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Deskripsi

Modul ini berisi lima bab, yakni bab I yang berupa pendahuluan, bab II memuat tentang kebijakan pengembangan profesi guru, bab III yang berupa model dan perangkat pembelajaran, bab IV tentang penelitian tindakan kelas, bab V memuat tentang materi bidang studi bahasa Indonesia, serta asesmen dan lampiran.

B.

Prasyarat

Membaca dan mencermati isi modul ini, prasyarat bagi Anda yang akan mempelajarinya adalah berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional.

Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru berkenaan dengan karakteristik peserta didik dilihat dari berbagai aspek seperti fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Hal tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik karena peserta didik memiliki karakter, sifat, dan interes yang berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu mengembangkan kurikulum di tingkat satuan pendidikan masing- masing dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal.

Tata nilai termasuk norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan, mempengaruhi perilaku etik peserta didik sebagai pribadi dan sebagai anggota masyarakat. Penerapan disiplin yang baik dalam proses pendidikan akan menghasilkan sikap mental, watak dan kepribadian peserta didik yang kuat. Guru dituntut harus mampu membelajarkan peserta didiknya tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.

(26)

tua peserta didik, para guru tidak akan mendapat kesulitan.

Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang menyenangkan. Kriteria kinerja guru dalam kaitannya dengan kompetensi sosial disajikan berikut ini. Kompetensi profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu meng-update, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Keempat kompetensi guru adalah prasyarat bagi guru yang akan mengikuti PLPG sekaligus memelajari modulnya.

C.

Petunjuk Penggunaan Modul

Para guru Bahasa Indonesia peserta PLPG, untuk memudahkan memahami modul ini bagi Anda akan disampaikan petunjuk belajar. Anggap saja petunjuk belajar ini sebagai saran bagi Anda. Agar lebih teknis, petunjuk belajar ini disajikan secara rinci seperti di bawah ini.

1) Anda diharapkan mencermati judul modul ini, selanjutnya baca

kata pengantar modul. Daftar isi akan menuntun kepada Anda, materi apa saja yang akan tersajikan dalam modul ini. Daftar isi memberikan petunjuk awal tentang keseluruhan materi yang disajikan dalam modul ini, dengan demikian daftar isi tidak boleh dilewatkan untuk tidak dibaca dan dicermati.

2) Anda diharapkan membaca secara cermat daftar isi modul tersebut

untuk mengetahui topik-topik yang disajikan pada lembar lembar berikutnya modul ini.

3) Pada setiap kegiatan belajar disajikan tiga bagian, yakni pengatar atau pendahuluan, inti yang berupa pemaparan materi, dan perlatihan. Pengantar atau pendahuluan memuat hal-hal yang berkaitan dengan cara untuk mencapai tujuan setiap kegiatan belajar. Inti yang memuat pemaparan materi, merupakan

penjabaran materi utama. Perlatihan, mencoba memberikan

(27)

4) Selanjutnya, Anda diminta mencermati (dan membedah) kisi-kisi ujian kompetensi awal (UKA). Melalui pencermatan kisi-kisi UKA, dalam pikiran Anda sudah mulai menampakkan gambaran tentang butir soal yang akan muncul. Ini adalah prediksi tentang butir soal. 5) Berkaitan dengan nomor 4, pengembangan butir soal pada bagian

Evaluasi modul ini merupakan tawaran (pilihan). Anda dimungkinkan mengembangkan butir soal yang berbeda, yang lebih variatif dan lebih baik. Kerjakan bagian ini, kemudian cocokkan jawaban terhadap soal-soal evaluasi Anda dengan kunci jawaban penilaian yang disediakan pada bagian akhir modul ini.

6) Bagian akhir modul ini adalah daftar pustaka. Bagian ini

menyiratkan perbendaharaan bacaan yang dijadikan rujukan pengembangan modul ini. Anda dipersilakan untuk mengritisi sajian daftar pustaka tersebut.

D.

Tujuan Akhir

(28)

BAB II

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

Pada peradaban bangsa mana pun, termasuk Indonesia, profesi guru bermakna strategis karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Makna strategis guru sekaligus meniscayakan pengakuan guru sebagai profesi. Lahirnya Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, merupakan bentuk nyata pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya. Di dalam UU No. 14 Tahun 2005 ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sebagai implikasi dari UU No. 14 Tahun 2005, guru harus menjalani proses sertifikasi untuk mendapatkan Sertifikat Pendidik. Guru yang diangkat sejak diundangkannya UU ini, menempuh program sertifikasi guru dalam jabatan, yang diharapkan bisa tuntas sampai dengan tahun 2015.

Pada spektrum yang lebih luas, pengakuan atas profesi guru secara lateral memunculkan banyak gagasan. Pertama, diperlukan ekstrakapasitas untuk menyediakan guru yang profesional sejati dalam jumlah yang cukup, sehingga peserta didik yang memasuki bangku sekolah tidak terjebak pada ngarai kesia-siaan akibat layanan pendidikan dan pembelajaran yang buruk.

Kedua, regulasi yang implementasinya taat asas dalam penempatan dan penugasan guru agar tidak terjadi diskriminasi akses layanan pendidikan bagi mereka yang berada pada titik-titik terluar wilayah negara, di tempat-tempat yang sulit dijangkau karena keterisolasian, dan di daerah-daerah yang penuh konflik.

Ketiga, komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas pendidikan yang berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem pendidikan.

(29)

Kelima, menghilangkan segala bentuk diskriminasi layanan guru dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan jender, ras, status perkawinan, kekurangmampuan, orientasi seksual, usia, agama, afiliasi politik atau opini, status sosial dan ekonomi, suku bangsa, adat istiadat, serta mendorong pemahaman, toleransi, dan penghargaan atas keragaman budaya komunitas.

Keenam, mendorong demokrasi, pembangunan berkelanjutan, perdagangan yang fair, layanan sosial dasar, kesehatan dan keamanan, melalui solidaritas dan kerjasama di antara anggota organisasi guru di mancanegara, gerakan organisasi kekaryaan internasional, dan masyarakat madani.

Beranjak dari pemikiran teoritis di atas, diperlukan upaya untuk merumuskan kebijakan dan pengembangan profesi guru. Itu sebabnya, akhir-akhir ini makin kuat dorongan untuk melakukan kaji ulang atas sistem pengelolaan guru, terutama berkaitan dengan penyediaan, rekruitmen, pengangkatan dan penempatan, sistem distribusi, sertifikasi, peningkatan kualifikasi dan kompetensi, penilaian kinerja, uji kompetensi, penghargaan dan perlindungan, kesejahteraan, pembinaan karir, pengembangan keprofesian berkelanjutan, pengawasan etika profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus yang relevan dengan tuntutan kekinian dan masa depan. Untuk tujuan itu, Kementerian Pendidikan dan kebudayaan selalu berusaha untuk menyempurnakan kebijakan di bidang pembinaan dan pengembangan profesi guru.

2. Standar Kompetensi

Substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, kompetensi lulusan PLPG yang diharapkan disajikan berikut ini.

a. Memahami kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. b. Memahami esensi, prinsip, jenis program pengembangan

keprofe-sian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.

c. Memahami makna, persyaratan, prinsip-prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.

d. Memahami esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.

(30)

dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.

f. Memahami dan mampu mengaplikasikan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

3. Deskripsi Bahan Ajar

Seperti dijelaskan di muka, bahwa substansi material Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) dituangkan ke dalam rambu-rambu struktur kurikulum yang menggambarkan standar kompetensi lulusan. Berkaitan dengan mata ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, deskripsi umum bahan ajarnya disajikan berikut ini.

a. Pengantar ringkas. Mengulas serba sekilas mengenai kebijakan umum pembinaan dan pengembangan profesi guru di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

b. Peningkatan kompetensi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi, prinsip, jenis program pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan, serta uji kompetensi guru dan dampak ikutanya.

c. Penilaian kinerja guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan makna, persyaratan, prinsip, tahap-tahap pelaksanaan, dan konversi nilai penilaian kinerja guru.

d. Pengembangan karir guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi dan ranah pembinaan dan pengembangan guru, khususnya berkaitan dengan keprofesian dan karir.

e. Perlindungan dan penghargaan guru. Materi sajian terutama berka-itan dengan konsep, prinsip atau asas, dan jenis-jenis penghargaan dan perlindungan kepada guru, termasuk kesejahteraannya.

f. Etika profesi guru. Materi sajian terutama berkaitan dengan esensi etika profesi guru dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran secara profesional, baik di kelas, di luar kelas, maupun di masyarakat.

(31)

Bahan ajar Kebijakan Pengembangan Profesi Guru ini dirancang untuk dipelajari oleh peserta PLPG, sekali guru menjdi acuan dalam proses pembelajaran bagi pihak-pihak yang tergamit di dalamnya. Selama proses pembelajaran akan sangat dominan aktivitas pelatih dan peserta PLPG. Aktivitas peserta terdiri dari aktivitas individual dan kelompok. Aktivitas individual peserta mengawali akivitas kelompok. Masing-masing aktivitas dimaksud disajikan dalam gambar.

Langkah-langkah aktivitas pembelajaran di atas tidaklah rijid. Namun demikian, melalui aktivitas itu diharapkan peserta PLPG mampu memahami secara relatif luas dan mendalam tentang Kebijakan Pengembangan Profesi Guru, khususnya di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.

B. Kebijakan Umum Pembinaan Dan Pengembangan Guru 1. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang mengalami kecepatan dan percepatan luar biasa, memberi tekanan pada perilaku manusia untuk dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidupnya. Di bidang pendidikan, hal ini memunculkan kesadaran baru untuk merevitalisasi kinerja guru dan tenaga kependidikan dalam rangka menyiapkan peserta didik dan generasi muda masa depan yang mampu merespon kemajuan IPTEK, serta kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

(32)

penetrasi terhadap kebutuhan untuk mengkreasi model- model dan proses-proses pembelajaran secara inovatif, kreatif, menyenangkan, dan transformasional bagi pencapaian kecerdasan global, keefektifan, kekompetitifan, dan karakter bangsa. Negara-negara yang berhasil mengoptimasi kecerdasan, menguasai IPTEK, keterampilan, serta karakter bangsanya akan menjadi pemenang. Sebaliknya, bangsa-bangsa yang gagal mewujudkannya akan menjadi pecundang.

Aneka perubahan era globalisasi, agaknya menjadi ciri khas yang berjalan paling konsisten. Manusia modern menantang, mencipta, sekaligus berpotensi diterpa oleh arus perubahan. Perubahan peradaban ini menuntut pertaruhan dan respon manusia yang kuat agar siap menghadapi tekanan internal dan eksternal, serta menunjukkan eksistensi diri dalam alur peradaban.

Pada era globalisasi, profesi guru bermakna strategis, karena penyandangnya mengemban tugas sejati bagi proses kemanusiaan, pemanusiaan, pencerdasan, pembudayaan, dan pembangun karakter bangsa. Esensi dan eksistensi makna strategis profesi guru diakui dalam realitas sejarah pendidikan di Indonesia. Pengakuan itu memiliki kekuatan formal tatkala tanggal 2 Desember 2004, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono mencanangkan guru sebagai profesi. Satu tahun kemudian, lahir Undang-undang (UU) No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, sebagai dasar legal pengakuan atas profesi guru dengan segala dimensinya.

Metamorfosis harapan untuk melahirkan UU tentang Guru dan Dosen telah menempuh perjalanan panjang. Pencanangan Guru sebagai Profesi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono menjadi salah satu akselerator lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 itu. Di dalam UU ini disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

(33)

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru

(34)

profesi, dan sebagainya. Untuk tujuan itu, agaknya diperlukan produk hukum baru yang mengatur tentang sinergitas pengelolaan guru untuk menciptakan keselarasan dimensi-dimensi dan institusi yang terkait.

2. Empat Tahap Mewujudkan Guru Profesional

Kesadaran untuk menghadirkan guru dan tenaga kependidikan yang profesional sebagai sumber daya utama pencerdas bangsa, barangkali sama tuanya dengan sejarah peradaban pendidikan. Di Indonesia, khusus untuk guru, dilihat dari dimensi sifat dan substansinya, alur untuk mewujudkan guru yang benar-benar profesional, yaitu: (1) penyediaan guru berbasis perguruan tinggi, (2) induksi guru pemula berbasis sekolah, (3) profesionalisasi guru berbasis prakarsa institusi, dan (4) profesionalisasi guru berbasis individu atau menjadi guru madani.

Berkaitan dengan penyediaan guru, UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru telah menggariskan bahwa penyediaan guru menjadi kewenangan lembaga pendidikan tenaga kependidikan, yang dalam buku ini disebut sebagai penyediaan guru berbasis perguruan tinggi. Menurut dua produk hukum ini, lembaga pendidikan tenaga kependidikan dimaksud adalah perguruan tinggi yang diberi tugas oleh pemerintah untuk menyelenggarakan program pengadaan guru pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah, serta untuk menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan nonkependidikan.

Guru dimaksud harus memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1/D-IV dan bersertifikat pendidik. Jika seorang guru telah memiliki keduanya, statusnya diakui oleh negara sebagai guru profesional. UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen maupun PP No. 74 tentang Guru, telah mengamanatkan bahwa ke depan, hanya yang berkualifikasi S1/D-IV bidang kependidikan dan nonkependidikan yang memenuhi syarat sebagai guru. Itu pun jika mereka telah menempuh dan dinyatakan lulus pendidikan profesi. Dua produk hukum ini menggariskan bahwa peserta pendidikan profesi ditetapkan oleh menteri, yang sangat mungkin didasari atas kuota kebutuhan formasi.

(35)

oleh pemerintah. Ketiga, sertifikasi pendidik bagi calon guru harus dilakukan secara objektif, transparan, dan akuntabel.

Keempat, jumlah peserta didik program pendidikan profesi setiap tahun ditetapkan oleh Menteri. Kelima, program pendidikan profesi diakhiri dengan uji kompetensi pendidik. Keenam, uji kompetensi pendidik dilakukan melalui ujian tertulis dan ujian kinerja sesuai dengan standar kompetensi.

Ketujuh, ujian tertulis dilaksanakan secara komprehensif yang mencakup penguasaan: (1) wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, pengembangan kurikulum atau silabus, perancangan pembelajaran, dan evaluasi hasil belajar; (2) materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi mata pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya; dan (3) konsep-konsep disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang secara konseptual menaungi materi pelajaran, kelompok mata pelajaran, dan/atau program yang diampunya. Kedelapan, ujian kinerja dilaksanakan secara holistik dalam bentuk ujian praktik pembelajaran yang mencerminkan penguasaan kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial pada satuan pendidikan yang relevan.

Lahirnya UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 74 Tahun 2008 mengisyaratkan bahwa ke depan hanya seseorang yang berkualifikasi akademik sekurang-kurangnya S1 atau D-IV dan memiliki sertifikat pendidiklah yang “legal” direkruit sebagai guru. Jika regulasi ini dipatuhi secara taat asas, harapannya tidak ada alasan calon guru yang direkruit untuk bertugas pada sekolah-sekolah di Indonesia berkualitas di bawah standar. Namun demikian, ternyata setelah mereka direkruit untuk menjadi guru, yang dalam skema kepegawaian negara untuk pertama kali berstatus sebagai calon pegawai negeri sipil (PNS) guru, mereka belum bisa langsung bertugas penuh ketika menginjakkan kaki pertama kali di kampus sekolah. Melainkan, mereka masih harus memasuki fase prakondisi yang disebut dengan induksi.

(36)

guru yang benar-benar profesional.

Pada banyak literatur akademik, program induksi diyakini merupakan fase yang harus dilalui ketika seseorang dinyatakan diangkat dan ditempatkan sebagai guru. Program induksi merupakan masa transisi bagi guru pemula (beginning teacher) terhitung mulai dia petama kali menginjakkan kaki di sekolah atau satuan pendidikan hingga benar-benar layak dilepas untuk menjalankan tugas pendidikan dan pembelajaran secara mandiri.

Kebijakan ini memperoleh legitimasi akademik, karena secara teoritis dan empiris lazim dilakukan di banyak negara. Sehebat apapun pengalaman teoritis calon guru di kampus, ketika menghadapi realitas dunia kerja, suasananya akan lain. Persoalan mengajar bukan hanya berkaitan dengan materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya, melainkan semua subsistem yang ada di sekolah dan di masyarakat ikut mengintervensi perilaku nyata yang harus ditampilkan oleh guru, baik di dalam maupun di luar kelas. Di sinilah esensi progam induksi yang tidak dibahas secara detail di dalam buku ini.

Ketika guru selesai menjalani proses induksi dan kemudian secara rutin keseharian menjalankan tugas-tugas profesional, profesi-onalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya tidak berhenti di situ. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain adalah penting. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru pemula masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

3. AlurPengembangan Profesi dan Karir

(37)

ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Saat ini penyandang profesi guru telah mengalami perluasan perspektif dan pemaknaannya. Dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru, sebutan guru mencakup: (1) guru -- baik guru kelas, guru bidang studi/mata pelajaran, maupun guru bimbingan dan konseling atau konselor; (2) guru dengan tugas tambahan sebagai kepala sekolah; dan (3) guru dalam jabatan pengawas, seperti tertuang pada Gambar 1.2. Dengan demikian, diharapkan terjadi sinergi di dalam pengembangan profesi dan karir profesi guru di masa depan.

Telah lama berkembang kesadaran publik bahwa tidak ada guru, tidak ada pendidikan formal. Telah muncul pula kesadaran bahwa tidak ada pendidikan yang bermutu, tanpa kehadiran guru yang profesional dengan jumlah yang mencukupi. Pada sisi lain, guru yang profesional nyaris tidak berdaya tanpa dukungan tenaga kependidikan yang profesional pula. Paralel dengan itu, muncul pranggapan, jangan bermimpi menghadirkan guru yang profesional, kecuali persyaratan pendidikan, kesejahteraan, perlindungan, dan pemartabatan, dan pelaksanaan etika profesi mereka terjamin.

(38)

mela-kukan profesionalisasi atau proses penumbuhan dan pengembangan profesinya. Diperlukan upaya yang terus-menerus agar guru tetap memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan tuntutan kurikulum serta kemajuan IPTEK. Di sinilah esensi pembinaan dan pengembangan profesional guru. Kegiatan ini dapat dilakukan atas prakarsa institusi, seperti pendidikan dan pelatihan, workshop, magang, studi banding, dan lain-lain. Prakarsa ini menjadi penting, karena secara umum guru masih memiliki keterbatasan, baik finansial, jaringan, waktu, akses, dan sebagainya.

Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 membedakan antara pembinaan dan pengembangan kompetensi guru yang belum dan yang sudah berkualifikasi S-1 atau D-IV. Pengembangan dan peningkatan kualifikasi akademik bagi guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV dilakukan melalui pendidikan tinggi program S-1 atau program D-IV pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga kependidikan dan/atau program pendidikan nonkependidikan yang terakreditasi.

Pengembangan dan peningkatan kompetensi bagi guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik dilakukan dalam rangka menjaga agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dan/atau olah raga. Pengembangan dan peningkatan kompetensi dimaksud dilakukan melalui sistem pembinaan dan pengembangan keprofesian guru berkelanjutan yang dikaitkan dengan perolehan angka kredit jabatan fungsional.

(39)

Pengembangan profesi dan karir diarahkan untuk meningkatkan kompetensi dan kinerja guru dalam rangka pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran di kelas dan di luar kelas. Inisiatif meningkatkan kompetensi dan profesionalitas ini harus sejalan dengan upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru.

Seperti telah dijelaskan di atas, PP No. 74 Tahun 2005 tentang Guru mengamanatkan bahwa terdapat dua alur pembinaan dan pengembangan profesi guru, yaitu: pembinaan dan pengembangan profesi, dan pembinaan dan pengembangan karir. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional.

Semua guru memiliki hak yang sama untuk mengikuti kegiatan pembinaan dan pengembangan profesi. Program ini berfokus pada empat kompetensi di atas. Namun demikian, kebutuhan guru akan program pembinaan dan pengembangan profesi beragam sifatnya. Kebutuhan dimaksud dikelompokkan ke dalam lima kategori, yaitu pemahaman tengtang konteks pembelajaran, penguatan penguasaan materi, pengembangan metode mengajar, inovasi pembelajaran, dan pengalaman tentang teori-teori terkini.

(40)

satuan pendidikan, program ini dapat dilakukan oleh guru pembina, guru inti, koordinator guru kelas, dan sejenisnya yang ditunjuk dari guru terbaik dan ditugasi oleh kepala sekolah. Analisis kebutuhan, perumusan tujuan dan sasaran, desain program, implementasi dan layanan, serta evaluasi program pelatihan dapat ditentukan secara mandiri oleh penyelenggara atau memodifikasi/mengadopsi program sejenis.

Pembinan dan pengembangan karir guru terdiri dari tiga ranah, yaitu penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Sebagai bagian dari pengembangan karir, kenaikan pangkat merupakan hak guru. Dalam kerangka pembinaan dan pengembangan, kenaikan pangkat ini termasuk ranah peningkatan karir. Kenaikan pengkat ini dilakukan melalui dua jalur. Pertama, kenaikan pangkat dengan sistem pengumpulan angka kredit. Kedua, kenaikan pangkat karena prestasi kerja atau dedikasi yang luar biasa.

4. Kebijakan Pembinaan dan Pengembangan

Untuk menjadi guru profesional, perlu perjalanan panjang. Dengan demikian, kenijakan pembinaan dan pengmbangan profesi guru harus dilakukan secara kontinyu, dengan serial kegiatan tertentu. Diawali dengan penyiapan calon guru, rekruitmen, penempatan, penugasan, pengembangan profesi dan karir (lihat Gambar 1.4), hingga menjadi guru profesional sejati, yang menjalani profesionalisasi secara terus-menerus. Merujuk pada alur berpikir ini, guru profesional sesungguhnya adalah guru yang di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya bersifat otonom, menguasai kompetensi secara komprehensif, dan daya intelektual tinggi.

Pengembangan keprofesian guru adakalanya diawali dengan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Untuk mengetahui kinerja dan kompetensi guru dilakukan penilaian kinerja dan uji kompetensi. Atas dasar itu dapat dirumuskan profil dan peta kinerja dan kompetensinya. Kondisi nyata itulah yang menjadi salah satu dasar peningkatan kompetensi guru. Dengan demikian, hasil penilaian kinerja dan uji kompetensi menjadi salah satu basis utama desain program peningkatan kompetensi guru.

(41)

guru-guru, sesuai dengan tugasnya masing-masing, baik guru kelas, guru bidang studi, maupun guru bimbingan konseling. Penilaian kinerja guru dilakukan secara periodik dan sistematis untuk mengetahui prestasi kerjanya, termasuk potensi pengembangannya.

Di samping keharusan menjalani penilaian kinerja, guru-guru pun perlu diketahui tingkat kompetensinya melalui uji kompetensi. Uji kompetensi dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kondisi nyata guru dalam proses pendidikan dan pembelajaran. Berdasarkan hasil uji kompetensi dirumuskan profil kompetensi guru menurut level tertentu, sekaligus menentukan kelayakannya. Dengan demikian, tujuan uji kompetensi adalah menilai dan menetapkan apakah guru sudah kompeten atau belum dilihat dari standar kompetensi yang diujikan. Dengan demikian, kegiatan peningkatan kompetensi guru memiliki rasional dan pertimbangan empiris yang kuat. Penilaian kinerja dan uji kompetensi guru esensinya berfokus pada keempat kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

(42)

profesi, serta pengelolaan guru di daerah khusus.

5. Kebijakan Pemerataan Guru

Hingga kini masih muncul kesenjangan pemerataan guru antarsatuan

pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan,

antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi. Hal tersebut menunjukkan betapa rumitnya persoalan yang berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru di negeri tercinta ini.

Pemerintah berupaya mencari solusi terbaik untuk memecahkan persoalan rumitnya penataan dan pemerataan guru tersebut dengan menetapkan Peraturan Bersama Lima Menteri, yaitu Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil. Peraturan ini ditandatangani tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012. Dalam peraturan bersama ini antara lain dinyatakan, bahwa untuk menjamin pemerataan guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan, antarkabupaten/kota, dan/atau antarprovinsi dalam upaya mewujudkan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan formal secara nasional dan pencapaian tujuan pendidikan nasional, guru pegawai negeri sipil dapat dipindahtugaskan pada satuan pendidikan di kabupaten/kota, dan provinsi lain.

a. Kebijakan dan Pemerataan Guru

Dalam Peraturan bersama Mendiknas, Menneg PAN dan RB, Mendagri, Menkeu, dan Menag tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, tanggal 3 Oktober 2011 dan mulai efektif tanggal 2 Januari 2012 secara eksplisit menyatakan bahwa:

1) Kebijakan standardisasi teknis dalam penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan secara nasional ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional. Demikian juga Menteri Pendidikan Nasional mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan untuk penataan dan pemerataan guru PNS pada provinsi yang berbeda berdasarkan data pembanding dari Badan Kepegawaian Negara (BKN). Dalam memfasilitasi penataan dan pemerataan PNS di daerah dan kabupaten/kota, Menteri Pendidikan Nasional berkoordinasi dengan Menteri Agama.

2) Menteri Agama berkewajiban membuat perencanaan, penataan, dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

(43)

pendidikan untuk memenuhi standardisasi teknis yang dikeluarkan oleh Menteri Pendidikan Nasional serta memasukkan unsur penataan dan pemerataan guru PNS ini sebagai bagian penilaian kinerja pemerintah daerah.

4) Menteri Keuangan berkewajiban untuk mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antar-jenjang, dan antarjenis pendidikan sebagai bagian dari kebijakan penataan PNS secara nasional melalui aspek pendanaan di bidang pendidikan sesuai dengan kemampuan keuangan negara.

5) Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi mendukung penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan melalui penetapan formasi guru PNS.

6) Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya membuat perencanaan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan yang menjadi tanggung jawab masing-masing.

b. Kewenangan Pemerintah Provinsi atau Kabupaten/Kota

1) Dalam pelaksanaan kegiatan penataan dan pemerataan guru, gubernur bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah provinsi yang kelebihan atau kekurangan guru PNS.

2) Bupati/walikota bertanggung jawab dan wajib melakukan penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kabupaten/kota yang kelebihan dan kekurangan guru PNS.

3) Gubernur mengkoordinasikan dan memfasilitasi pemindahan guru PNS untuk penataan dan pemerataan guru PNS antarsatuan pendidikan, antarjenjang, dan antarjenis pendidikan di wilayah kerjanya sesuai dengan kewenangannya.

Gambar

Gambar 1.1 Milestone Pengembangan Profesi Guru
Gambar 2.1. menunjukkan keterkaitan antara PKB, PK Guru, dan pengembangan karir guru.
Tabel 3.1 Konversi Nilai Kinerja Hasil PK Guru ke persentase Angka Kredit
Tabel 3.4. Persyaratan Angka Kredit untuk Kenaikan Pangkat dan Jabatan Fungsional Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah menguasai materi pelajaran ini, kemampuan Anda telah bertambah. Dengan belajar memperkenalkan diri dan orang lain, Anda telah mahir menggunakan intonasi dengan

Setelah Ibu dan Bapak memahami modul Profesi Hakikat dan Pemerolehan Bahasa silahkan kerjakan latihan halaman

3.4 Mengenal teks cerita diri/personal tentang keberadaan keluarga dengan bantuan guru atau teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis yang dapat diisi dengan kosakata

Oleh karena itu, Anda perlu memahami dengan baik perbedaan ragam bahasa lisan dan tulis agar tulisannya tidak menggunakan ragam bahasa lisan atau sebaliknya, dalam

Oleh karena itu diharapkan dalam proses menterjemahkan si penerjemah harus mampu menguasai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar sehingga dapat memudahkan pembaca

Saya masih sangat percaya bahwa musik harus dibantu kata-kata untuk semakin memahami maknanya bagi kehidupan.. Silakan bagikan buku ini kepada siapa saja yang Anda

Jurnal Pendidikan Tambusai 9333 Pentingnya Memahami Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar untuk Meningkatkan Efektivitas Belajar dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Andriani

Buku ini merupakan buku tingkat dasar untuk anda belajar bahasa