SKRIPSI
Diajukan Oleh
Ika Prastiwa Rini 0612010241/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
SKRIPSI
PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE DI INDONESIA
Yang diajukan
Ika Prastiwa Rini 0612010241/FE/EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh:
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ...
Mengetahui Ketua Progdi Manajemen
PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE
DI INDONESIA
Yang diajukan
Ika Prastiwa Rini
0612010241/FE/EM
Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi oleh:
Pembimbing Utama
Drs. Ec. Gendut Sukarno, MS Tanggal : ...
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “UPN” Veteran Jawa Timur
S
SKKRRIIPPSSII
PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE
DI INDONESIA
Yang diajukan
Ika Prastiwa Rini
0612010241/FE/EM
Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal 15 Juni 2012
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms Drs. Ec. Gendut Sukarno, Ms
Sekretaris
Dra. Ec. Mei Retno A, Msi
Anggota
Drs. Herry Pudjo P, MM M
Meennggeettaahhuuii
Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Dengan mengucap rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi penelitian dengan judul “Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Di Indonesia”.
Penulisan Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan studi dan untuk memperoleh gelar Sarjana S1 Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan ilmunya.
6. Bapak, Ibu dan keluargaku dan semua teman-teman yang selalu memberikan doa dan restunya kepada penulis.
7. Semua pihak yang telah membantu dan tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa skrisi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang menbangun akan penulis terima dengan senang hati demi sempurnanya Skripsi ini.
Surabaya, Juni 2012
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
Bab I Pendahuluan ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
Bab II Tinjauan Pustaka ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori... 10
2.2.1. Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.1.Pengertian Laporan Keuangan ... 10
2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan ... 11
2.2.1.3.Jenis Laporan Keuangan ... 12
2.2.1.4.Sifat Laporan Keuangan ... 13
2.2.2. Pasar Modal ... 14
2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal ... 14
2.2.2.2.Peranan Pasar Modal ... 15
2.2.3.1.Pengertian dan Teori Kebijakan Dividen ... 17
2.2.3.2.Pola Pembayaran Dividen ... 19
2.2.4. Profitabilitas ... 20
2.2.5. Kebijakan Hutang (DEBT) ... 22
2.2.6. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen . 25 2.2.7. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen... 26
2.3. Kerangka Konseptual ... 27
2.4. Hipotesis ... 28
Bab III Metode Penelitian... 29
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29
3.2. Teknik Penentuan Sampel... 30
3.2.1. Populasi ... 30
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 31
3.3. Tekhnik Pengumpulan Data ... 32
3.3.1. Jenis Data ... 32
3.3.2. Sumber Data... 32
3.3.3. Pengumpulan Data ... 32
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 32
3.4.1. Teknik Normalitas ... 32
3.4.2. Uji Autokorelasi ... 33
3.4.3. Uji Multikolinireritas ... 34
3.4.4. Uji Heteroskedastisitas ... 34
3.4.5. Teknik Analisis Data ... 35
4.1.3. Sejarah PT Mayora Indah, Tbk... 38
4.1.4. Sejarah PT Delta Djakarta, Tbk... 40
4.1.5. Sejarah PT Fast Food Indonesia ... 40
4.1.6. Sejarah PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 41 4.1.7. Sejarah PT Tunas Baru Lampung... 42
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 43
4.2.1. Deskripsi Tentang Profitabilitas (X1) ... 43
4.2.2. Deskripsi Tentang Kebijakan Hutang (X2)... 45
4.2.3. Deskripsi Tentang Kebijakan Dividen (Y) ... 47
4.3. Deskripsi Hasil Pengujian ... 48
4.3.1. Hasil Pengujian Normalitas ... 48
4.3.2. Pengujian Asumsi Klasik... 49
4.3.2.1. Uji Autokorelasi ... 49
4.3.2.2. Uji Multikolinieritas ... 51
4.3.2.3. Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 52
4.3.4. Hasil Pengujian Hipotesis... 54
4.3.4.1. Untuk pengujian kesesuaian model ... 54
4.3.4.2. Untuk pengujian kesesuaian model ... 54
4.3.4.3. Untuk pengujian hipotesis uji t... 55
4.4. Pembahasan ... 56
4.4.1. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen .. 57
Bab V Kesimpulan dan Saran... 59 5.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 59 5.2. Saran ... 59
Perusahaan Food and Beverage Yang Membagikan Deviden
Periode 2007-2010 ... 5
Tabel 4.1
Rekapitulasi Data Profitabilitas Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010 ... 44Tabel 4.2
Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010... 45Tabel 4.3
Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010... 47Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas ... 49Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi ... 50Tabel 4.6
Hasil Uji Multikolinieritas ... 51Tabel 4.7
Hasil Uji Hasil Pengujian Heteroskedastisitas... 52DAFTAR GAMBAR
Lampiran 1 Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Lampiran 2 Rekapitulasi Data Profitabilitas Lampiran 3 Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Lampiran 4 Hasil Uji Normalitas
PENGARUH PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN HUTANG
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN
FOOD AND BEVERAGE
DI INDONESIA
IKA PRASTIWA RINI
Abstraksi
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan perusahaan food and beverage sebagai objek penelitian, Industri food and beverage belum sepenuhnya pulih ketika krisis finansial global kembali menerpa sektor ini. Melemahnya pasar ekspor diperkirakan menjadi hambatan utama bagi industri food and beverage pada tahun 2009. Diperkirakan baru pada tahun 2010 pasar ekspor mulai pulih kembali, sehingga tahun 2009 akan menjadi tahun yang berat bagi sektor industri food and beverage sehingga banyak perusahaan yang tidak membagikan dividen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah Profitabilitas (X1), Kebijakan Hutang (X2) serta Kebijakan Dividen (Y). Skala pengukuran variabel menggunakan skala Rasio. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverage yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jenis data penelitian adalah data sekunder yang diperoleh. Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda.
Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis yang menyatakan diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya dan hipotesis yang menyatakan bahwa diduga bahwa Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signfikan terhadap Kebijakan Dividen tidak dapat terbukti kebenarannya
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebuah perusahaan memiliki tujuan utama menaikan nilai perusahaan dengan cara memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Investor sebagai pemegang saham suatu perusahaan publik yang struktur kepemilikannya tersebar memiliki hak untuk memilih dewan komisaris perusahaan. Selanjutnya, dewan komisaris akan mengangkat manajer untuk melakukan aktivitas perusahaan sehari-hari, dengan demikian, pemilik telah memberikan kewenangan kepada pihak manajer untuk membuat keputusan melakukan aktivitas perusahaan tersebut. Oleh karena itu, akan terjadi pemisahan kepemilikan dan manajer, dan mereka akan membuat keputusan-keputusan sesuai dengan posisi dan kepentingan mereka masing-masing, yang selanjutnya pemisahan ini akan menimbulkan hubungan agensi (Nurvauziah, 2006).
2
Kebijakan dividen terkait dengan hubungan antara manajer dengan para pemegang saham. Kepentingan pemegang saham dan manajer bisa berbeda dan mungkin menimbulkan konflik kepentingan (agency conflict). Sebagai contoh, manajer menghendaki pembagian dividen yang kecil karena perusahaan membutuhkan dana yang besar untuk mendanai investasinya sedangkan di sisi lain pemegang saham menghendaki pembagian dividen yang besar. Konflik yang terjadi tersebut akan menimbulkan biaya keagenan, sedangkan salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan yang muncul adalah dengan pembayaran dividen kepada pemegang saham (Aziz, 2006).
Adalah suatu fenomena yang banyak ditemui ketika perusahaan bertambah besar maka pemilik perusahaan tidak mampu lagi mendanai operasi dan perkembangan perusahaan sehingga pemilik memutuskan mengambil dana dari luar seperti dari perbankan atau pasar modal. Dana yang berasal dari perbankan jumlahnya relatif kecil dan biaya modalnya pada umumnya relatif mahal sedangkan dana dari pasar modal jumlahnya relatif besar dan biaya modalnya relatif kecil. Oleh karena itu maka banyak perusahaan besar memutuskan untuk go public dengan menjual saham ke pasar modal. Menjual saham ke pasar modal berarti menjual sebagian kepemilikan kepada orang lain. Dengan demikian pemilik lama harus mau berbagi kekuasaan dengan pemilik (pemegang saham) baru. Namun pemilik lama pada umumnya tidak mau begitu saja melepas kontrolnya atas perusahaan. Kontrol tersebut akan tetap pada pemilik lama (meskipun kepemilikan sudah dibagi-bagi) asal pemilik lama masih memiliki saham mayoritas. Fenomena inilah yang banyak terjadi di Indonesia.
Kebijakan hutang dalam sebuah perusahaan merupakan kebijakan yang berkaitan dengan struktur modal perusahaan. Berkaitan dengan struktur modal, salah satu isu paling penting yang dihadapi oleh para manajer keuangan adalah hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan, dimana nilai perusahaan ditentukan oleh struktur modal. Perusahaan akan berusaha mencapai suatu struktur tingkat modal yang optomal dengan resiko paling kecil dengan memaksimalkan nilai perusahaan, artinya kebijaka hutang dapat digunakan untuk menciptakan nilai perusahaan yang diinginkan (Diana, 2008).
4
ketika krisis finansial global kembali menerpa sektor ini. Melemahnya pasar ekspor diperkirakan menjadi hambatan utama bagi industri food and beverage pada tahun 2009. Diperkirakan baru pada tahun 2010 pasar ekspor mulai pulih kembali, sehingga tahun 2009 akan menjadi tahun yang berat bagi sektor industri food and beverage.
Industri food and beverage paling terpukul oleh krisis finansial global karena dua hal, pasar yang menyusut baik dipasaran ekspor maupun pasar dalam negeri, biaya produksi yang tinggi karena harga-harga bahan baku impor masih tinggi dengan lemahnya nilai tukar rupiah, dan kesulitan likuiditas karena bank masih belum berani menurunkan suku bunga walaupun suku bunga BI rate sudah menurun. Indutri manufaktur pada tahun 2009 mengalami banyak hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar domesti, harga bahan baku yang tinggi, infrastruktur yang tidak memadai. Akibatnya pada tiga kwartal pertama 2009 hampir semua sektor industri food and beverage merosot.
Baik industri yang berorientasi ekspor maupun pasar dalam negeri, mengalami penurunan kinerja. Termasuk diantaranya industri otomotif yang pada tahun 2008 merupakan sektor industri pengolahan dengan tingkat pertumbuhan PDB tertinggi. Pada tahun 2009 sektor ini menurun lebih dari 5% padahal pada tahun sebelumnya tumbuh hampir 10%. Hanya beberapa setor yang tetap tumbuh pesat yaitu sektor food and beverage yang meningkat sekitar 15%.
Tabel 1.1
Data Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Yang Membagikan Deviden Periode 2007-2010 No Nama Perusahaan Tahun Kebijakan
Hutang 1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk
2010 0,265759 0,062460 0,00
2007 0,059842 0,135703 89,89 2008 0,038219 0,236148 142,17 2009 0,036164 0,342698 22,59 2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk
2010 0,029627 0,389520 0,10
2007 0,121099 0,074789 21,62
2010 0,299682 0,110040 0,00
2007 0,047068 0,079902 0,00
2010 0,03645 0,196966 120,47
2007 0,102146 0,162889 19,57
2010 0,087062 0,161481 0,00
2007 0,290867 0,122650 1,45 2008 0,246246 0,102528 49,45 2009 0,244399 0,073306 28,74 6 PT Sinar Mas Agro Resourches
And Technology Tbk
2010 0,191877 0,041979 0,00
2007 0,397298 0,039590 0,00
2010 0,260316 0,068230 15,38
Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan
6
Profitabilitas (ROA) yang ada pada perusahaan Food and Beverage yang ada pada tabel diatas menunjukan bahwa pada tahun 2007-2010 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk memiliki nilai profitabilitas yang paling tinggi diantara perusahaan-perusahaan lain yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Kebijakan Dividen yang ada pada perusahaan Food and Beverage seperti yang ada pada tabel diatas menunjukan bahwa adanya penurunan pembagian dividen, contohnya hal ini dapat dilihat pada perusahaan Mayora Indah yang pada tahun 2007 dan 2008 membagikan dividen pada tahun 2009 dan 2010 tidak membagikan dividen
Penelitian sebelmunya yang dilakukan oleh Dewi (2008) menyebutkan bahwa profitabilitas dan kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dari latar belakang masalah diatas maka peneliti dalam penelitian ini mengambil judul ”Pengaruh Profitabilitas Dan Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Food and Beverage Di Indonesia”
1.2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah Profitabilitas berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen?
2. Apakah Kepemilikian Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
2. Untuk mengetahui dan memahami adanya pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen?
1.4. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan adanya manfaat dari penelitian ini yang dapat diberikan bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Peneliti
Peneliti dapat lebih memahami dan dapat memberikan manfaat tambahan khususnya mengenai Pengaruh Profitabilitas dan kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen.
2. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan pertimbangan atau menambah wawasan terutama untuk yang berminat melakukan penelitian yang berkaitan dengan materi penelitian
3. Bagi Perusahaan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Nuringsih (2005) dengan judul analisis pengaruh kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, ROA dan ukuran perusahaan serta kebijakan dividen. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil dalam penelitian ini adalah variabel kepemilikan manajerial tidak terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan hutang terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, variabel ROA terbukti memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen dan ukuran perusahaan terbukti memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
terhadap kebjiakan Dividen dan kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan Dividen.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Suwaldiman (2006) dengan judul Pengaruh Insider Ownership Dan Risiko Pasar Terhadap Kebijakan Dividen. untuk mengetahui pengaruh insider ownership dan risiko pasar terhadap kebijakan dividen dalam hal ini dividend payout ratio (DPR). Obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tingginya jumlah kepemilikan saham insider tidak menyebabkan rendahnya rasio pembayaran dividen. Hasil analisis tersebut bertentangan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang menyimpulkan bahwa tingkat kepemilikan saham oleh manajemen akan menyebabkan tingkat pembayaran dividen yang rendah.
10
earning after tax yang positif dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Hasil analisis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa penelitian ini mendapatkan bukti empiris bahwa (1) perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajerial, kepemilikan saham oleh institusional, kebijakan hutang dan profitabilitas yang semakin tinggi akan cenderung untuk menurunkan kebijakan Dividen ; (2) perusahaan besar cenderung untuk menaikkan kebijakan Dividen dari pada perusahaan kecil.
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Laporan Keuangan
2.2.1.1.Pengertian Laporan Keuangan
penting adald media laporan keuangan ini. Laporan keuangan inilah yang menjadi
bahan sarana informasi (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan.
Laporan keuangan dpat menggambarkan posisi keuangan perusahaan, hasil usaha
perusahaan dalam suatu periode, dan arus dana (kas) perusahaan dalam periode
tertentu.
Laporan keuangan merupakan hasil tindakan pembuatan ringkasan data
keuangan perusahaan. Laporan keuangan ini disusun dan ditafsirkan untuk
kepentingan manajemen dan pihak lain yang menaruh perhatian atau mempunyai
kepentingan dengan data keuangan perusahaan.laporan keuangan yang disusun
guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri atas neraca, laporan
laba rugi, laporan bagian laba ditahan atau laporan modal sendiri dan laporan
perubahan posisi keuangan atau laporan sumber dan penggunaan dana
(Jumingan, 2008: 4).
2.2.1.2.Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Harahap (2001:134), tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pemakai dalam pemgambilan keputusan ekonomi.
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan
bersama sebagaian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam
12
keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan untuk menyediakan
informasi non keuangan.
Laporan keuangan juga menujukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan
atau pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat
membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin mencakup, misalnya
keputusan untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau
keputusan untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen
2.2.1.3.Jenis Laporan Keuangan
Jenis laporan keuangan utama dan pendukung ini dapat disebutkan sebagai
berikut (Harahap, 2001:106):
1.Daftar Neraca yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu
tanggal tertentu.
2.Perhitungan Laba/Rugi yang menggambarkan jumlah hasil, Biaya dan
Laba/Rugi perusahaan pada suatu periode tertentu.
3.Laporan Sumber dan Penggunaan dana. Disini dimuat sumber dan pengeluaran
perusahaan selama satu periode.
4.Laporan Arus Kas. Disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam satu
periode.
6.Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan
kepada pemilik saham.
7.Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham
dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan.
8.Dalam suatu kajian dikenal Laporan Kegiatan Keuangan. LAporan ini
menggambarkan transaksi laporan kauangan perusahaan yang mampengaruhi
kas atau ekuivalen kas.
2.2.1.4.Sifat Laporan Keuangan
Akutansi keuangan mamberikan informasi yang bersifat baku, terstandar
dan bertujuan umum (general purpose). Format informasinya sudah memiliki pola
yang ditetapkan lembaga resmi yang berhak menyusun standart pelaporan
akutansi. Di indonesia disebut SAK (Standar Akutansi Indonesia) dikeluarkan
IAI. Laporan dari akutansi keuangan ini dilindungi dan diawasi oleh pemerintah
karena ia menyangkut kepentingan umum. Laporan yang dikeluarkan akutansi
keuangan dimanfaatkan masyarakat dalam menilai saham suatu perusahaan. Oleh
karena itulah maka tidak bisa begitu saja dikeluarkan laporan yang dipercaya
sebelum ada proses penyaksian (attest function) atau audit yang dilakukan oleh
akuntan publik terdaftar yang juga kehadiranya diatur oleh pemerintah. Di
Indonesia dimonitor oleh Departemen Keuangan dan IAI. (Harahap, 2001:127).
Kekuatan laporan keuangan menurut Harahap (2001:129) sebagai
informasi untuk tujuan pemakai umum yang dipercaya pada saat yang sama juga
14
dikeluarkannya karena bersifat umum dan melayani semua pihak yang bisa
memliki perbedaan dan preferensi terhadap suatu informasi. Bagi manajer yang
mengelola kegiatan perusahaan keterbatasan “general purpose“ ini terletak pada
kekuatan standar penyusunan yang baku tadi, karena dapat mendangkalkan
informasi yang seharusnya diketahui secara lebih dalam, rinci dan komprehensif.
Untuk maksud pengambilan keputusan sehari-hari, manajer tertentu tidak merasa
cukup dengan informasi yang ada. Ia perlu informasi daru berbagai sumber dan
dari sudut pandang yang berbeda. Oleh karena itu dia tidak bisa terikat dengan
prinsip penyusunan laporan yang diatur oleh SAK tadi. Dari sinilah muncul
akutansi manajemen.
2.2.2. Pasar Modal
2.2.2.1.Pengertian Pasar Modal
Pasar modal dipandang sebagai salah satu sarana yang efektif untuk
menarik dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan ke sektor-sektor yang
produktif. Dengan demikian pasar modal dapat menimbulkan multiplier efek yang
sangat luas terutama kepada lembaga-lembaga yang terkait.
Menurut Gitosudarmo dan Bisri (2002:239) pasar modal juga dapat
dikatakan sebagai monopoli pemilikian perusahaan karena setelah perusahaan
tersebut go publik dan memanfaatkan pasar modal kemudian pemegang surat
berharga juga menjadi pemilik perusahaan sehingga menjadi milik publik.
sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk di dalamnya adalah bank-bank
komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan
surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu
pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan
saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa
para perantara pedagang efek.
2.2.2.2.Peranan Pasar Modal
Jika pasar modal sifatnya efisien, harga dari surat berharga juga
menceminkan penilaian dari investor terhadap prospek laba perusahaan di masa
mendatang serta kualitas dari manajemennya. Jika calon investor meragukan
kualitas dari manajemen, keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga
yang turun.
Menurut Jogiyanto (2003:12) pasar modal dapat digunakan sebagai
sarana tidak langsung pengukur kualitas manajemen. Juga pemegang saham
mempunyai hak mengawasi manajemen lewat hak veto di dalam pertemuan dan
pemilihan manajemen. Hak veto pemegang saham dapat dilakukan langsung atau
dapat dialihkan ke pihak kedua lewat suatu wakil atau proksi. Jika pemegang
saham tidak puas dengan manajemen, maka dapat terjadi perang proksi untuk
16
Pasar modal juga mempunyai fungsi sarana alokasi dana yang produktif
untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang
produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat
meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana.
Sebagai akibatnya, peminjam dan pemberi pinjaman akan lebih diuntungkan
dibandingkan jika pasar modal tidak ada.
Seperti halnya pasar pada umumnya, pasar modal menurut Jogiyanto
(2003:11) merupakan tempat bertemu antara pembeli dan penjual dengan resiko
untung dan rugi. Kebutuhan dana jangka pendek umumnya diperoleh di pasar
uang. Pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan
dana jangka panjang dengan menjual saham untuk mengeluarkan obligasi. Saham
merupakan bukti pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi merupakan suatu
kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok pinjaman
ditambah dengan bunga dalam kurun waktu tertentu yang sudah disepakati.
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar modal
harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid jika penjual
dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga dengan cepat.
Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat berharga mencerminkan
2.2.3. Kebijakan Dividen
2.2.3.1. Pengertian Dan Teori Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang
ditahan sebagai sumber pendanaan. Semakin besar laba ditahan semakin sedikit
jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran dividen. Alokasi penentuan laba
sebagai laba ditahan dan pembayaran dividen merupakan aspek utama dalam
kebijakan dividen (Wachowicz, 1997: 496).
Pada umumnya perusahaan membayarkan dividen sekali dalam tiga bulan
(quarterly) atau empat kali dalam empat kali dalam satu tahun. Proyek perusahan
dalam mengantipasi pendapatan dan rasio pembayaran jangka panjang yang
diinginkan, investasi yang akan ditanamkan sebagai retairned earnings serta
penetapan tingkat pembayaran dividen harus dilakukan berdasarkan kemampuan
perusahaan. Dividen yang direncanakan dengan tujuan jangka panjang disebut
sebagai dividen reguler. Dalam hal ini, beberapa perusahaan membayarkan
dividen ekstra pada akhir tahun setelah pendapatan perusahaan diketahui dan
investasi yang dibutukan sudah ditetapkan (Ang, 1997).
Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman
emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut
juga tanggal pengumuman dividen. Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan
18
a. Tanggal Pengumuman
Tanggal pengumuman merupakan tanggal dimana secara resmi diumumkan
oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran yang akan
dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen reguler. Isi
pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni:
tanggal pencatatan, tanggal pembayaran dan besarnya dividen kas perlembar.
b. Tanggal Pencatatan
Pada tanggal ini perusahaan melakukan pencatatan nama-nama pemegang
saham. Para pemilik saham yang terdaftar pada daftar pemegang saham
tersebut diberikan hak sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada
tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk memperoleh dividen.
c. Tanggal cum-dividend
Tanggal cum-dividend merupakan tanggal terakhir perdagangan saham yang
masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun
dividen saham.
d. Tanggal ex-dividend
Tanggal dimana perdagangan saham tersebut sudah tidak melekat lagi untuk
memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau
sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk
mendapatkan dividen.
e. Tanggal Pembayaran
Tanggal ini merupakan saat pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para
tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk
dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai/dividen saham).
2.2.3.2. Pola Pembayaran Dividen
Keputusan mengenai kebijakan dividen adalah keputusan yang menyangkut
bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang
saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai
alternatif kebijakan dividen perusahaan yaitu: (Ang, 1997)
1. Stable and Occasionally Increasing Dividend per-share.
Kebijakan ini menetapkan dividen per saham yang stabil, selama tidak ada
peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar
dividen. Manajemen akan menaikkan dividen, jika ada keyakinan bahwa tingkat
yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi
pemegang, saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga
saham dan sebaliknya.
2. Stable Dividend per-share.
Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham
lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap, stabil daripada bila dividen
berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam
jumlah yang tetap (stable amount)dari tahun ke tahun.
3. Stable Pay Out Ratio.
Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividen dihitung berdasar suatu
20
jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham-pun akan ikut
berfluktuasi.
4. Regular Dividend plus Extras.
Dalam cara ini, dividen reguler ditetapkan dalam jumlah yang diyakini oleh
manajemen mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan
fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia,
perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham Pola ini
mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan
pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirmya akan
dapat meningkatkan harga saham.
5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio.
Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan
dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap
periode. Oleh karena itu. besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan
berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.
2.2.4. Profitabilitas
Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan.
(Harahap, 2001:301). Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi
keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen
menaruh perhatian lebih banyak pada pencapaian keuntungan karena berhubungan
Menurut Gibson (2004: 251), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan earnings. Analisis laba merupakan hal yang penting bagi
pemegang saham untuk mengetahui revenue yang akan diperoleh dari pembagian
dividen. Lebih jauh, kenaikan laba dapat menyebabkan peningkatan harga pasar,
yang akan menghasilkan capital gains. Laba juga penting bagi kreditor karena
laba merupakan sumber pendanaan untuk melunasi hutang. Manajemen
menggunakan analisis laba untuk mengukur kinerja perusahaan.
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk
melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan
pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca.
Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan, menunjang dan meningkatkan profit. Profitabilitas dapat
diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam dimensi yang saling terkait.
Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales sehingga terjadi residual
return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran lainnya adalah return on
investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang berakitan dengan
profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya. (Ulupui,
2006:6).
22
aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba (Harahap, 2001:305). Return on assets juga sering disebut sebagai rasio rentabilitas ekonomi yang merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Return on assets dapat dihitung dengan rumus (Nuringsih, 2005:117):
Return on assets mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor.
2.2.5. Kebijakan Hutang (DEBT)
Kebijakan utang menggambarkan keputusan yang diambil oleh
manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya. Kreditor dan pemegang
saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pada saat
jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali jumlah pokok utang pada saat jatuh
tempo. Menurut Riyanto (2001:32), rasio utang dimaksudkan sebagai
kemampuan suatu perusahaan untuk membayar semua utang-utangnya (baik
hutang jangka pendek maupun utang jangka panjang).
Kebijakan hutang mempunyai pengaruh pendisiplinan perilaku manajer.
Hutang akan mengurangi konflik agensi dan meningkatkan nilai perusahaan.
Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan
kesulitan kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan
free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk berperilaku memuaskan
diri sendiri. Haris dan Raviv (1991) menyimpulkan berdasarkan bukti empirisnya
yang menunjukkan konsistensi teori bahwa hutang dapat menurunkan konflik
agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Namun, hutang meningkatkan biaya
marginal.
Tambahan dana hutang menyebabkan pemegang saham terpaksa
menerima proyek yang lebih beresiko (Jensen dan Meckling, 1976; Crutchley dan
Hansen, 1989). Alasannya jika proyek berhasil, kepentingan kreditur
(debtholders) atas bunga dan pokok pinjaman adalah terlindungi dan investor
ekternal menikmati sisa keuntungan. Namun jika proyek gagal, kreditur
menanggung biaya resiko yang meningkat, karena pemegang saham memiliki
kewajiban terbatas. Kreditur mengantisipasi resiko ini dengan memindahkan
resiko kepada pemegang sahammelaui peningkatan biaya hutang
Pembiayaan dengan utang, memiliki 3 implikasi penting (1) memperoleh
dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan
pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas, (2) kreditur melihat
ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan margin pengaman,
sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total
pembiayaan, maka risiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur; (3) jika
perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang
dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian
atas modal pemilik akan menjadi lebih besar. Akan tetapi, jika pengembalian yang
24
bunga, maka pengembalian atas modal pemilik semakin kecil.
Menurut Brigham dan Houston, (2001:84), rasio leverage dapat diukur
dari: ”rasio total utang (debt to total asset ratio), kemampuan untuk membayar
bunga (times interest earned), dan kemampuan melunasi kewajiban”.
1. Rasio total utang (debt to total asset ratio) dihitung dengan rumus:
Total utang mencakup, baik utang lancar maupun utang jangka panjang.
Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah karena semakin rendah rasio ini,
maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam peristiwa
likuidasi. Di sisi lain, pemegang saham akan menginginkan leverageyang lebih
besar karena akan dapat meningkatkan laba yang diharapkan.
2. Kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned).
Kemampuan untuk membayar bunga (times interest earned) adalah rasio
laba sebelum bunga pajak terhadap beban bunga; mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi pembayaran bunga tahunan Rasio ini mengukur
seberapa besar laba operasi dapat menurun sampai perusahaan tidak dapat
memenuhi beban bunga tahunan. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat
mengakibatkan adanya tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin
menimbulkan kebangkrutan. Perhatikan bahwa laba sebelum bunga dan pajak
bukannya laba bersih, digunakan sebagai pembilang. Hal ini disebabkan karena
bunga dibayar dengan rupiah sebelum pajak, maka kemampuan perusahaan untuk
membayar perusahaan tidak dipengaruhi oleh pajak.
3. Kemampuan melunasi kewajiban.
membayar bunga, tetapi rasio ini lebih inklusif karena mengakui bahwa banyak
aktiva perusahaan dilease dan harus melakukan pembayaran pelunasan. Leasing
telah digunakan secara luas dalam industri tertentu dalam tahun-tahun terakhir,
yang membuat rasio ini lebih disukai dari pada rasio kemampuan untuk membayar
bunga untuk tujuan tertentu. Beban tetap mencakup bunga, kewajiban lease
jangka panjang, serta pembayaran dana pelunasan dan rasio cakupan beban tetap.
2.2.6. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi
dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk
melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan
pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca.
Menurut Jensen et al (1992) serta Chen dan Steiner (1999) dalam Dewi (2008)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan
maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, maka diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang tinggi. Profitabilitas merupakan
kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit, sehingga mempunyai
pengaruh pada kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat
profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan laba yang tinggi pula dan pada
akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan
semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham maka
pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan
akan semakin besar pula demikian sebaliknya (Darmino, 2008).
Penelitian Jensen et al (1992) serta Chen dan Steiner (1999) dalam Dewi
26
menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan maka akan semakin
besar membayar dividennya, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan
dividen.
2.2.7. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung akan memanfaatkan hutang, namun bila penggunaan hutang terlalu besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan (Nuringsih, 2005). Berdasarkan dampak ini, apabila perusahaan ingin menghindari hutang yang tinggi, maka laba perusahaan harus dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan sebagai invetasi di masa yang akan datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang. Disamping itu, bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk, menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham, meskipun dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk pelunasan hutang.
Menurut Ismayanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1992 Jensen et.al menyebutkan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya, pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan sebagai kesejahteraan para pemegang saham.
mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha mengurangi Agency Cost of Debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga para pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasinya.
Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn (1992) dalam nuringsih (2005), menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan dividen, karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai subtitusi atau pengganti atas penggunaan hutang.
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Profitabilitas
(X1)
Kebijakan Dividen (Y)
Kebijakan Hutang
28
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan uraian diatas maka hipotesis dalam
penelitian ini yaitu :
a. Diduga bahwa Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap Kebijakan
Dividen
b. Diduga bahwa Kebijakan Hutang berpengaruh negatif signfikan terhadap
3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang diamati dalam penelitian ini terdiri dari beberapa
variabel. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai berikut :
1. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yakni
kebijakan menentukan jumlah laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan.
Semakin besar laba ditahan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan
untuk pembayaran dividen (Suwaldiman, 2006). Dividend payout ratio diukur
dengan membandingkan dividen dengan laba setelah pajak (EAT). Rumus
yang digunakan adalah sebagai berikut (Suwaldiman, 2006):
100 X EAT Dividen DPR
Ket
D = Dividen
EAT= Earning Aftre Tax (laba setelah pajak)
2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Profitabilitas (X1)
Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan
laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada dalam perusahaan.
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengevaluasi keuntungan yang
dihasilkan perusahaan. Pemilik, kreditor, dan manajemen menaruh
30
dengan earnings yang akan mereka peroleh di pasar. Pengukuran profitabilitas
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Nuringsih, 2005) :
ROA =
b. Kebijakan Hutang (X2)
Kebijakan Hutang adalah Kebijakan utang menggambarkan keputusan
yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber pendanaannya.
Kreditor dan pemegang saham tertarik pada kemampuan perusahaan untuk
membayar bunga pada saat jatuh tempo dan untuk membayarkan kembali
jumlah pokok utang pada saat jatuh. Pengukuran kebijakan hutang dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut (Ediningsih, 2008) :
Debt =
3.2. Teknik Penentuan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek / subyek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55). Dalam
penelitian ini populasinya adalah 19 perusahaan Food and Beverage yang pernah
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan pendekatan “non
probability sampling“ dengan metode “purposive sampling”. Adapun pengertian
non probability sampling adalah cara pengambilan sampel dimana peneliti tidak
memberikan kesempatan yang sama pada anggota populasi untuk dijadikan
sampel. Sedangkan purposive sampling adalah teknik penentuan sampel yang
dilakukan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan atas tujuan tertentu
(Sugiyono, 2005:61)., maka kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
1. Perusahaan Food and Beverageyang go publik di PT. Bursa Efek Indonesia.
2. Memiliki data laporan keuangan tahun 2007-2010 secara berturut-turut.
3. Membagikan Dividen pada rentang waktu tahun 2007-2010
Dengan demikian dari 19 perusahaan yang terdaftar setelah melalui proses
filterisasi berdasarkan kriteria diatas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 7 perusahaan, yang terdiri dari:
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk
2. PT Multi Bintang Indonesia Tbk
3. PT Mayora Indah, Tbk
4. PT Delta Djakarta, Tbk
5. PT Fast Food Indonesia
6. PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk
32
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang diambil untuk memperoleh bahan atau keterangan data dengan cara
mempelajari serta mencatat dari data dokumen dan laporan keuangan dari
masing-masing perusahaan yang diserahkan dari BEI.
3.3.2. Sumber Data
Dalam penelitian ini data sekunder tersebut berupa laporan keuangan
perusahaan food and beverage yang pernah membagikan deviden tahun
2007-2010 yang terdaftar di Bursa Efek indonesia, selama 4 tahun dan ICMD
(Indonesia Capital Market Directory).
3.3.3. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik dokumentasi. Teknik
dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen
dengan cara mencari dan mengumpulkan data dengan mengambil data-data yang
sudah dipublikasikan oleh pemerintah, industri atau sumber-sumber individual.
Data ini diambil atau digunakan sebagian dari data yang telah di catat atau
dilaporkan.
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah suatu data
diantaranya adalah uji regresi OLS (Ordinary least Square), dimana distribusi
sampling dari regresi OLS tergantung pada distribusi residual (e), apabila residual
(e) berdistribusi normal dengan sendirinya bo dan b1 juga berdistribusi normal.
(Gujarati, 1995:66). Komponen penganggu e harus tersebar mengikuti sebaran
normal dengan nilai tengah = 0 dengan varaian sebesar σ2. Uji normalitas dapat
dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah Kolmogorov Smirnov.
Dalam regresi OLS b0 dan b1 adalah fungsi linier dari Y dan Y adalah fungsi linier
dari uI (residual).
3.4.2. Uji Autokorelasi
Salah satu asumsi penting dari model asumsi klasik adalah bahwa
kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak berkolerasi
atau tidak dipengaruhi oleh kesalahan atau gangguan yang berhubungan dengan
pengamatan lain yang manapun. Autokolerasi ini bertujuan untuk mengetahui
apakah kesalahan penggangu pada periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan
penggangu pada periode lainnya. Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang
berurutan di antara gangguan atau disturbansi ui atau ei yang masuk ke dalam
fungsi regresi (Gujarati, (1995) dalam Meythi (2006)). Dalam penelitian ini terjadi
atau tidaknya autokorelasi diuji dengan menggunakan Durbin-Watson.
Secara umum dengan menggunakan angka Durbin-Watson bisa diambil
patokan kriteria penilaian bebas atau tidaknya dari uji autokorelasi (Santoso
(2000) dalam Meythi (2006)), yakni:
34
2) Angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
3) Angka D-W di atas +2 berarti ada autokorelasi.
3.4.3. Uji Multikolinieritas
Uji asumsi multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan adanya
hubungan linier antara variabel-variabel bebas dalam suatu model regresi. Salah
satu cara yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya multikolinieritas yaitu
dengan melihat besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance
mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan
oleh variabel bebas lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai adalah nilai
tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF dibawah 10. Setiap peneliti harus
menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat dia tolerir (Ghozali, 2001 : 57).
3.4.4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan
lainnya. Kebanyakan data cross section mengandung situasi heteroskedastisitas,
karena ini mengimpun data yang terwakili berbagai ukuran (kecil, sedang, dan
besar).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas
adalah dengan cara menggunakan uji Rank Spearman yaitu dengan
membandingkan antara residual dengan seluruh variabel bebas. Mendeteksi
adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut (Gujarati, 1999 : 177 ) :
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
3.4.5. Teknik Analisis Data
Untuk memudahkan dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini
yaitu mengenai pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka teknik
analisis yang digunakan adalah persamaan regresi linier berganda sesuai dengan
tujuan yang akan diteliti sebagai berikut :
Y= o + 1X1 + 2X2 +e
Dimana :
Y : Kebijakan Deviden
X1 : Profitabilitas (ROA)
X2 : Kebijakan Hutang
0 : Konstanta1,-3, : Koefisien regresi variabel
e : Standar Error
3.4.6. Uji Hipotesis
1. Uji F
Uji ini dilakukan untuk melakukan apakah model yang dianalisis
memiliki tingkat kelayakan model yang tinggi yaitu variabel-variabel yang
digunakan model untuk menjelaskan fenomena yang dianalisis:
a. Merumuskan Hipotesis statistik
Ho: β1 = 0, berarti tidak terdapat kecocokan model yang digunakan
Ho: β1 # 0, berarti terdapat kecocokan model yang digunakan
b. Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
c. Menghitung besarnya f hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows
36
Jika probabilitas F >0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas F <0,05 maka H0 ditolak
e. Mengambil kesimpulan
2. Uji t
Untuk mengetahui pengaruh dua variabel bebas secara parsial terhadap
variabel tergantung dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan hipotesis statistik
Ho: β1 = 0, berarti Insider Ownership tidak berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Ho: β1 # 0, berarti Insider Ownership berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Ho: β2 = 0, berarti Kebijakan Hutang tidak berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
Ho: β2 # 0, berarti Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Kebijakan
Dividen
b. Menentukan level of significance (α) sebesar 5%
c. Menghitung besarnya t hitung dengan menggunakan SPSS 15 for windows
d. Menentukan daerah penolakan hipotesis
Jika probabilitas t> 0,05 maka H0 diterima
Jika probabilitas t < 0,05 maka H0 ditolak
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah PT Indofood Sukses Makmur Tbk
Perusahaan ini didirikan dengan nama PT Panganjaya Intikusuma
berdasarkan Akta Pendirian No.228 tanggal 14 Agustus 1990 yang diubah
dengan Akta No.249tanggal 15 November 1990 dan yang diubah kembali
dengan Akta No.171 tanggal 20 Juni 1991, semuanya dibuat dihadapan
Benny Kristanto, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat persetujuan
dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan
No.C2-2915.HT.01.01Th.91 tanggal 12 Juli 1991, serta telah didaftarkan
di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dibawah No.579, 580dan 581 tanggal
5 Agustus 1991, dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No.12tanggal 11 Februari 1992, Tambahan No.611.
Perseroan mengubah namanya yang semula PT Panganjaya
Intikusuma menjadi PT Indofood Sukses Makmur, berdasarkan keputusan
Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham yang dituangkan dakam
Akta Risalah Rapat No.51 tanggal 5Februari 1994 yang dibuat oleh Benny
Kristianto, SH., Notaris di Jakarta.
4.1.2. Sejarah PT Multi Bintang Indonesia Tbk
PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (IDX: MLBI) merupakan
38
Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1973. Perusahaan
ini menghasilkan minuman seperti Bir Bintang.Perusahaan ini berdiri pada
tahun 1931 di bawah nama NV Nederlandcsh Indische Bierbrouwerijen.
Sajak tahun 1936, perusahaan ini berada di bawah pengawasan perusahaan
Belanda yaitu Heineken International Beheer BV. Produk yang dihasilkan
adalah bir dengan merk Bir Bintang dan Guiness. Bir Bintang menguasai
lebih dari 60% bagian dari pasar bir. Perusahaan sudah berkerjasama
dengan Heikenen Technische Beheer dan Guinness Overseas Ltd. Setelah
melakukan penjualan minuman di Medan pada bulan April 1994,
perusahaan memiliki tempat untuk memproduksi bir di Mojosari, Jawa
Timur dan Tangerang, Jawa Barat. Diakhir tahun 1994 perusahaan
berkantor pusat di Tangerang dan sekarang berkantor di Jl. Daan Mogot
Km 19 Bag 3264 Jakarta dan memiliki pabrik di Ngagel, Surabaya dan
Sampangagung, Mojokerto untuk menaikan kapasitas produksi dari
300.000 menjadi 800.000 hekto liter. Dengan total produksi 60 Juta liter
per tahun akan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 150.000.000.000
pada tanggal 13 Oktober, perusahaan mulai mengekspor bir ke Jepang dan
Australia Utara.
4.1.3. Sejarah PT Mayora Indah, Tbk
Selama puluhan tahun, Mayora Group telah tumbuh menjadi salah
satu nama yang diakui di Industri Fast Moving Consumer Goods.
Kemampuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pasar dan komitmen untuk
Astor, Energen, Torabika dan banyak lagi. Didirikan pada tahun 1977,
Mayora Group telah semakin berubah dari industri rumah biskuit rendah
hati menjadi salah satu Perusahaan terbesar Cepat Konsumen Pindah
Barang dengan 13 Pabrik dan lebih dari 25.000 karyawan.
Mayora Grup menjadi perusahaan publik pada tahun 1990, dengan
mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta, dan sepanjang tahun-tahun
berikutnya, Mayora Group terus ekspansi yang cepat untuk menjadi
sebuah Perusahaan berbasis ASEAN, dengan mendirikan fasilitas produksi
dan kantor pemasaran di beberapa Asia Tenggara negara. Saat ini, Grup
Mayora produk yang dijual di lebih dari 85 negara di seluruh dunia.
Didukung tidak hanya oleh logistik modern dan sistem manajemen
gudang, tetapi juga didukung oleh jaringan distribusi yang kuat, Mayora
Group telah dipertahankan ketersediaan produk di pasar.
Mayora Group telah membuktikan dirinya sebagai produsen
produk berkualitas yang mendapatkan beberapa pengakuan dan
penghargaan seperti "Top 100 Perusahaan Eksportir di Indonesia" dari
majalah Swa, "Lima Perusahaan Terbaik Managed di Indonesia" yang
diselenggarakan oleh Asia Money, "Top 100 publik yang terdaftar
perusahaan "pada tahun 2009 dan 2010 sebagai posisi pertama dalam
bidang Makanan dan Minuman yang dilakukan oleh Majalah Investor
Indonesia, serta" Produsen Terbaik dari Produk Halal "pada tahun 2004
40
4.1.4. Sejarah PT Delta Djakarta, Tbk
Perusahaan PT. Delta Djakarta, Tbk didirikan dalam rangka
Undang-undag Penanaman Modal Asing No. 1 tahun 1967 yang telah diubah dengan
undang-undang No.11 tahun 1970 berdasarkan akta pendirian No. 35 tanggal
15 Juni 1970 dari Abdul Latief, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat Keputusan
No. J.A 5/75/9 tanggal 26 April 1971. Perusahaan dan pabriknya berlokasi di
Bekasi Timur dan mulai beroperasi sejak tahun 1933. Kegiatan utama
perusahaan yaitu memproduksi dan menjual bir pilsener dan bir hitam dengan
merek "Anker", "Carlsberg", "Sam Miguel", "Kuda Putih", "San Mig Light",
"sodaku", dan "Soda Ice". Komisaris Utama PT. Delta Djakarta, Tbk bernama
Ir. Tubagus Muhammad Rais dan direktur utama bernama Roberto D. De
Leon. Pada tahun 1984. Perusahaan memiliki kepemilikan langsung sebesar
90% pada PT. Jangkar Delta Indonesia yang bertindak sebagai distributor dari
produk perusahaanPerusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua
Badan Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) untuk melakukan penawaran
umum atas saham perusahaan kepada masyarakat dan pada tanggal 27
Februari 1984, sejumlah 347.000 saham perusahaan dengan nilai nominal Rp
1.000 per saham telah dicatat di Bursa Efek Jakarta yang kini Bursa Efek
Indonesia sebagai hasil dari penawaran kepada masyarakat Indonesia.
4.1.5. Sejarah PT Fast Food Indonesia
PT. Fastfood Indonesia, Tbk. Didirikan oleh Kelompok Usaha
restoran KFC pertama pada bulan Oktober 1979 di Jalan Melawai, Jakarta.
Keberhasilan restoran QSR (Quick Service Restaurant) pertama ini
kemudian diikuti dengan pembukaan restoran KFC di kota-kota besar
lainnya di Indonesia. Sebagai pemegang hak waralaba tunggal KFC
hingga saat ini, Perseroan senantiasa membangun brand KFC dan berbekal
keberhasilan Perseroan selama 26 tahun, KFC telah menjadi brand
hidangan cepat saji yang paling dominan, dan dikenal luas sebagai
jaringan restoran cepat saji di negeri ini. Pada saat ini Perseroan memiliki
237 restoran, termasuk 1 unit mobi catering, di lebih dari 50 kota besar di
Indonesia, memperkerjakan sekitar 9.280 karyawan dengan total penjualan
lebih dari Rp1,028 triliun pada akhir 2005.
Perseroan adalah perusahaan publik yang terdaftar sebagai emiten
di Bursa Efek Jakarta dengan kepemilikan saham mayoritas sebesar 79,2%
oleh PT. Gelael Pratama (43,6%) dan PT. Megah Eraraharja (35,6%), dan
sisa saham lainnya sebesar 20,8% oleh Publik (20%), dan Koperasi
(0,8%). PT. Gelael Pratama adalah Kelompok Usaha Gelael sebagai
pendiri KFC di Indonesia, sementara PT. Megah Eraraharja adalah anak
perusahaan Kelompok Salim yang bergabung dengan Perseroan sebagai
pemegang saham mayoritas pada tahun 1990.
4.1.6. Sejarah PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk
PT. SMART, Tbk. Medan merupakan perusahaan yang termasuk
dalam SINAR MAS GROUP. Nama perusahaan PT. SMART, Tbk.
42
Tbk. Di dalam melaksanakan operasional usahanya, PT. SMART, Tbk.
Medan mempunyai pabrik beserta kelengkapan fasilitas produksi utama dan
pendukung yang berada di kawasan Belawan, Medan, Sumatera Utara dengan
status hak milik yang dikeluarkan oleh pejabat pembuat Akta Tanah Kota
Medan Nomor 65 dan oleh kantor Agraria Kota Medan Nomor A 1424361
dan A 1424362, dengan total luas lahan 64.970 m2 dengan dukungan instalasi
Tangki Timbun (Bulking Installation) yang berada di Jalan Balmerah Baru III,
Belawan II, Kecamatan Medan Belawan, Medan.
PT. SMART, Tbk. dikenal dengan nama PT. Ivo Mas Tunggal yang
berdiri pada tahun 1984 dengan pengolahan utama produk menggunakan
bahan baku Crude Palm Oil (CPO) menjadi produk minyak goreng dan
stearin. Pada lokasi yang sama, tahun 1986 PT. SMART Corporation
didirikan dengan pengolan Palm Kernel (PK) menjadi Crude Palm Kernel Oil
(CPKO) dan Palm Kernel Expeler (PKE). Sejalan dengan perkembangan
usaha, maka sejak tahun 2000, kedua perusahaan disatukan menjadi satu
perusahaan dengan menggunakan nama perusahaan PT. SMART, Tbk.
4.1.7. Sejarah PT Tunas Baru Lampung
Perusahaan PT. Tunas Baru Lampung, Tbk didirikan berdasarkan akta
No. 23 tanggal 22 Desember 1973 dari Halim Kurniawan, S.H., notaris di
Teluk Betung dan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia
dalam surat keputusan No. Y.A 5/233/25 tanggal 10 Juli 1975. Perusahaan
berdomisili di Jakarta, kantor pusat Perusahaan terletak di Wisma Budi, Jl.
perkebunan yang terletak di Terbanggi Besar – Lampung Tengah, Banyuasin
– Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat, sedangkan perkebunan anak
perusahaan terletak di Lampung Tengah, Lampung Utara, Palembang dan
Jambi dengan jumlah lahan perkebunan kurang lebih seluas 130,86 ribu
hektar. Adapun jumlah luas lahan yang ditanami kurang lebih seluas 40,15
ribu hektar. Kegiatan perusahaan meliputi bidang perkebunan, pertanian dan
perindustrian, termasuk bergerak dalam bidang produksi minyak goring sawit,
minyak goring kelapa, minyak kelapa, minyak sawit (Crude Palm Oil atau
CPO) dan sabun, serta bidang perkebunan dan Hibrida. Pada tanggal 31
Desember 1999, perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan
Pengawasan Pasar Modal (BAPEPAM) dengan surat No. S-2735/PM/1999
untuk melakukan penawaran umum perdana atas 140.385.000 saham
perusahaan dengan nilai nominal Rp 500 per saham kepada masyarakat.
Presiden Komisaris perusahaan ini bernama Santoso Winata dan Presiden
Direktur bernama Widarto. Perusahaan memiliki 12 anak perusahaan yang
semuanya bergerak dibidang perkebunan.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Tentang Profitabilitas (X1)
Profitabilitas ini menggambarkan kemampuan perusahaan
mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada
dalam perusahaan. Berikut ini akan disajikan mengenai informasi
profitabilitas dari perusahaan Food and Beverage mulai dari tahun 2007
44
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Data Profitabilitas
Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
No Nama Perusahaan Tahun ROA
6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 0,123
2008 0,103
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa selama periode tahun
2007 hingga tahun 2010, perusahaan yang memiliki rasio profitabilitas tertinggi
adalah PT Multi Bintang Indonesia, Tbk pada tahun 2010 yakni dengan
nilai sebesar 0,390, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio
profitabilitas terendah adalah PT Tunas Baru Lampung, Tbk dengan nilai
oleh perusahaan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba sudah cukup baik. Kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk melakukannya.
Hal tersebut sangat penting untuk diperhatikan mengingat Investor di
pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan, menunjang dan meningkatkan profit.
4.2.2. Deskripsi Tentang Earning Per Share (EPS) (X2)
Kebijakan Hutang adalah Kebijakan utang menggambarkan
keputusan yang diambil oleh manajemen dalam menentukan sumber
pendanaannya. Berikut ini akan disajikan mengenai informasi kebijakan
hutang dari perusahaan Food and Beverage mulai dari tahun 2007 hingga
tahun 2010, selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Data Kebijakan Hutang Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
46
6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 0,291
2008 0,246
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa selama periode tahun
2007 hingga tahun 2010, perusahaan yang memiliki rasio kebijakan hutang
tertinggi adalah PT Indofood Sukses Makmur, Tbk pada tahun 2009 yakni
dengan nilai sebesar 0,340, sedangkan perusahaan yang memiliki rasio
kebijakan hutang terendah adalah PT Multi Bintang Indonesia, Tbk dengan
nilai sebesar 0,030. Tingginya rasio kebijakan hutang yang dimliki oleh
perusahaan tersebut dapat disebabkan karena kebijakan hutang mempunyai
pengaruh pendisiplinan perilaku manajer. Hutang akan mengurangi konflik
agensi dan meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan hutang
meningkatkan leverage sehingga meningkatkan kemungkinan kesulitan
kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran kebangkrutan
mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki biaya agensi.
mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer untuk
berperilaku memuaskan diri sendiri.
4.2.3. Deskripsi Tentang Kebijakan Dividen (Y)
Kebijakan dividen merupakan kebijakan menentukan jumlah laba
yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Berikut ini akan disajikan
mengenai informasi kebijakan dividen dari perusahaan Food and Beverage
mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2010, selengkapnya sebagai berikut :
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Data Kebijakan Dividen Perusahaan Telekomunikasi tahun 2007-2010
No Nama Perusahaan Tahun Kebijakan Dividend
1 PT Indofood Sukses Makmur, Tbk 2007 0,00
2008 0,00
2009 39,34
2010 0,00
2 PT Multi Bintang Indonesia, Tbk 2007 89,89
2008 142,17
6 PT Sinar Mas Agro Resourches And Technology Tbk 2007 1,45