32
ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN
HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN
AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh :
ADITYA HERMAWAN SAPUTRO 0712010162 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG,
UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP
KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA
EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Nur Mahmudah, MS, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam
5. Segenap staff Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7. Kekasih tercinta yang mendukung dan memberikan semangat baik materiil
maupun moril
8. Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan penelitian ini. Akhirnya dengan segala
keterbatasan yang penulis miliki, semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan.
Surabaya, Maret 2011
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
ABSTRAKSI ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 7
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Penelitian Terdahulu ... 8
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan ... 12
2.2.1.1. Definisi Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan ... 13
2.2.1.2. Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan ... 13
2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan ... 15
2.2.2. Kebijakan Dividen ... 17
2.2.3. Kepemilikan Manajerial ... 18
2.2.4. Kebijakan Hutang ... 19
2.2.6. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan ... 22
2.2.7. Ukuran Perusahaan (Firm Size) ... 23
2.2.8. Profitability ... 24
2.2.9. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen ... 24
2.2.10. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen ... 26
2.2.11. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen . 27 2.2.12. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen ... 27
2.3. Kerangka Konseptual ... 28
2.4. Hipotesis ... 29
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ... 31
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ... 32
3.4. Uji Normalitas ... 32
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 32
3.6. Teknik Analisis ... 33
3.7 Uji Hipotesis ... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 37
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 39
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis ... 40
4.2.1. Uji Normalitas ... 40
4.2.2. Uji Asumsi Klasik ... 41
4.2.2.1 Autokorelasi ... 41
4.2.2.2 Multikolinearitas ... 42
4.2.2.3 Heteroskedastisitas ... 43
4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ... 44
4.3. Hasil Pengujian Uji F ... 46
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 52
5.1. Kesimpulan ... 52
5.2. Saran ... 52
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Rasio Dividen Perusahaan Automotive
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009...4
Tabel 4.1 : Normalitas Data Masing-masing Variabel...41
Tabel 4.2 : Batas-batas daerah Test Durbin Watson ...42
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ...43
Tabel 4.4 : Koefisien Regresi ...44
DAFTAR GAMBAR
ANALISIS KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN
HUTANG, UKURAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY
TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN
AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA
Aditya Hermawan Saputro
ABSTRAKSI
Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham menimbulkan konflik keagenan. Pemegang saham biasanya memilih dewan direksi yang kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan perusahaan. Karena manajer bekerja untuk pemegang saham, mereka harus menentukan kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham. Tujuan utama perusahaan dan sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Tujuan tersebut sering kali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajerial) dan insiders atau sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan.. Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan dan profitability terhadap kebijakan dividen
Obyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10 perusahaan Automotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu teknik pemilihan sampel yang dilaksanakan dengan cara pengambilan subyek berdasarkan atas tujuan atau kriteria tertentu. Untuk menguji hipotesis yang diajukan digunakan teknik analisis uji regresi linier berganda.
Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Kepemilikan manajerial , Kebijakan hutang, Ukuran perusahaan, profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen . Sedangkan untuk variabel Kepemilikan manajerial secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Kebijakan hutang secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Ukuran perusahaan secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel profitabilitas secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Manajemen keuangan merupakan salah satu fungsi strategis yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolaan ini ditujukan agar
perusahaan mampu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan value of the
firm dan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Pengelolaan kinerja
diserahkan kepada manajer keuangan sehingga manajer keuangan berusaha
mengelola aset finansial perusahaan dengan menitikberatkan pada tiga
keputusan, yakni: keputusan financial (financial decision), keputusan investasi
(investment decision), dan kebijakan dividen (dividend policy). Manajer
keuangan berusaha mewujudkan kedua tujuan perusahaan dengan
menggunakan ketiga keputusan tersebut.
Isu dividend cut memberikan pertanda buruk terhadap kinerja
perusahaan. Informasi ini akan ditindaklanjuti oleh pihak eksternal sebagai
dampak dari kegagalan perusahaan yang pada akhirnya berdampak buruk
terhadap performance harga saham. Bila dikaji dari sisi internal, keputusan
dividen cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan kinerja financial. Jika
perusahaan mendapat kesempatan investasi yang menarik, maka tidak salah
bila investasi tersebut didanai dari sumber dana internal daripada utang.
karena gagal menerima return dalam bentuk dividen. Berdasarkan penilaian
yang berbeda ini, dalam menetapkan dividen. Perusahaan sebaiknya
mempertimbangkan antara dividen saat ini dengan pertumbuhan perusahaan
dimasa mendatang sehingga bermuara pada maksimalisasi harga saham
Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham
menimbulkan konflik keagenan. Pemegang saham biasanya memilih dewan
direksi yang kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan perusahaan.
Karena manajer bekerja untuk pemegang saham, mereka harus menentukan
kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham.
Tujuan utama perusahaan dan sudut pandang manajemen keuangan adalah
untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder.
Tujuan tersebut sering kali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajerial) dan
insiders atau sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak
keterbatasan.
Dalam penelitian ini menggunakan perusahaan automotive sebagai
obyek penelitian karena perusahaan ini merupakan sektor penting bagi industri
dengan alasan sektor ini dapat menghasilkan produk-produk yang memenuhi
kebutuhan dasar manusia, sehingga produknya tetap dibutuhkan masyarakat
walaupun keadaan ekonomi memburuk. Sektor ini juga termasuk sektor yang
kuat dalam menghadapi masalah ekonomi termasuk krisis moneter. Dengan
kata lain kondisi ekonomi tumbuh atau tidaknya perusahaan automotive
Perusahaan automotive cenderung mengalami penurunan laba bersih
dikarenakan adanya penurunan pendapatan lain-lain yang berpengaruh
terhadap laba perusahaan. Penurunan tersebut disebabkan oleh melemahnya
daya beli masyarakat yang terpengaruh pada kenaikan harga bahan bakar
minyak (BBM), tingginya inflasi dan juga tingginya biaya distribusi, sehingga
dalam hal ini manajemen harus berpikir untuk memperluas jaringan distribusi
nilai penjualan dari tahun sebelumnya sehinggga akan mengurangi omset
penjualan. Hal ini akan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan yang
dilihat dari laba perusahaan dengan melemahnya daya beli masyarakat maka
akan menurunkan pula laba yang dihasilkan perusahaan.
Permasalahan lain yang dihadapi perusahaan automotive juga dapat
dilihat dari laporan keuangan yang dimiliki perusahaan baik hutang jangka
pendek maupun hutang jangka panjang. Kondisi tersebut menyebabkan laba
yang dihasilkan perusahaan automotive akan berkurang akibat dari penggunaan
laba untuk membayar hutang. Hal tersebut menjadikan laba pada perusahaan
Tabel 1.1 : Rasio Deviden Perusahaan Automotive
di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2009
Nama Perusahaan 2006 2007 2008 2009
PT. Astra Internasional 440 160 870 830 PT. Gajah Tunggal 5 5 10 15 PT. Goodyear Indonesia 1.124 88 60 225 PT. Indo Kordsa 12 63 125 50 PT. Selamat Sempurna 15 40 100 90 PT. Indospring 50 50 50 250 PT. Multistrada Arah Sarana 1 1 1 1
PT. Nipres 12 50 24 15
PT. Prima Aloy Steel 90 100 40 12 PT. United Traktor 130 210 320 330 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Dari data diatas terlihat dengan jelas bahwa dividen pada perusahaan
automotive cenderung mengalami kefluktuatifan dari tahun ke tahun hal ini
terjadi dikarenakan beberapa factor yang mempengaruhi yang diantaranya
antara lain : kepemilikan manajerial, kebijakan hutang, ukuran perusahaan, dan
Profitability. Karena pada variabel kepemilikan manajerial tinggi, kekayaan
manajer menjadi tidak terdiversifikasi optimal sehingga menurunkan
pembayaran dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana internal. Dengan
cara ini pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan
utang Bila perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat
pada peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila
perusahaan. Pada tingkat managerial ownership rendah perusahaan melakukan
pembayaran dividen besar. Alasan pertama adalah jika perusahaan membayar
dividen yang tinggi akan memberi sinyal yang bagus tentang earning atau
performance di masa mendatang. Kondisi ini meningkatkan reputasi
perusahaan di mata investor sehingga mudah melakukan emisi saham baru.
Selain itu variabel utang dipilih sebagai variabel independen kedua karena bila
mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan
utang. Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada
financial distress dan kebangkrutan. Penggunaan utang yang tinggi akan
menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan
dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat
penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi
sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang
saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru
sebagai substitusi atau pengganti atas penggunaan utang. Dan ukuran
perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen terakhir yang
mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar akan lebih
mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan
membayar dividen besar kepada pemegang saham. Selain itu variabel
profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Pada
tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan mengalokasikan dividen yang
rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan mengalokasikan sebagian besar
rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Pada
kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini
terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa
mendatang terprediksi secara jelas.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan
penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul "ANALISIS
KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEBIJAKAN HUTANG, UKURAN
PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITY TERHADAP KEBIJAKAN
DIVIDEN PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE DI BURSA EFEK
INDONESIA”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas,
maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:
1. Apakah ada pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan
dividen ?
2. Apakah ada pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen?
3. Apakah ada pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen ?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap
kebijakan dividen.
2. Untuk menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap kebijakan
dividen.
3. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen.
4. Untuk menganalisis pengaruh profitability terhadap kebijakan dividen.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah
sebagai berikut.
1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam
proses menjual atau membeli saham.
2. Bagi perusahaan. penelitian ini dapat digunakan untuk
meminimumkan biaya agensi (agency cost) dengan mengetahui
variable mana yang dapat menimbulkan konflik agensi (agency
conflict).
3. Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan
mahasiswa sebagai tambaban referensi dalam melakukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Putri dan Nasir, 2006, dengan judul Analisis Persamaan Simultan
Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan
Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan
interdependensi yang signifikan antara kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen
serta apakah terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan
hutang dan kebijakan dividen Untuk menguji hipotesis penelitian,
digunakan model persamaan two stage least square karena kondisi
identifikasi menunjukkan over dan exactly identified.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan :
• Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif
signifikan terhadap kepemilikan manajerial pada 0.001. Manajer
tidak menginginkan apabila tidak mempunyai hak suara dalam
perusahaan yang dikelolanya.
• Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak
kepemilikan institusional pada 0.259. Apabila manajer
meningkatkan sahamnya maka dikhawatirkan perusahaan akan
menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi, sehingga
keputusan yang dilakukan perusahaan akan lebih menjurus kepada
kepentingan oportunistik manajer.
• Berdasarkan hasil bahwa kepemilikan manajerial secara statistik
tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan
risiko. Pada saat kekayaan pribadi tidak terdiversifikasi, manajer
menuntut insentif tinggi untuk mengimbangi risiko yang diterima.
Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan, manajer akan
mengurangi keterlibatannya dalam kepemilikan untuk mengurangi
kemungkinan kehilangan kekayaan pribadi mereka.
• Tingginya kepemilikan manajerial semakin memungkinkan
tindakan oportunis manajer sehingga meresahkan shareholders.
Pengunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini.
Penggunaan hutang akan meningkatkan monitoring dari
bondholders dan membuat shareholders lebih tenang karena
pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga
mengurangi risiko dari shareholders. Penjelasan diatas sesuai
dengan hasil penelitian ini dimana kepemilikan manajerial secara
statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang
• Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kepemilikan
manajerial secara statistik berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen pada 0.010. Hasil ini mengindikasikan bahwa
bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka
kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh
karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity cost
lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi.
2. Nuringsih (2005) dengan judul : Analisis Pengaruh Kepemilikan
Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh :
a) Kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden
b) Kebijakan utang terhadap kebijakan dividen
c) ROA terhadap kebijakan dividen
d) Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
Penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis
variable idependent terhadap variable dependen.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Variabel managerial ownership tidak membuktikan pengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen. Perilaku manajer mengarah pada dividen
2. Variabel kebijakan utang membuktikan pengaruh negatif dengan
kebijakan dividen. Pada tingkat penggunaan utang yang relative
besar, perusahaan membayarkan dividen pada presentase yang tidak
terlalu tinggi.
3. Variabel ROA membuktikan pengaruh negatif dengan kebijakan
utang. Pada profitabilitas rendah perusahaan tetap membayarkan
dividen.
4. Variabel ukuran perusahaan membuktikan pengaruh positif dengan
kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung
membayar dividen besar.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan
penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada uji hipotesis yang
digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan model persamaan two stage
least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified.
Sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk
menganalisis variable independent terhadap variable dependen. Selain itu Periode
penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian terdahulu pada tahun
2002-2006 dan tahun 1995-1996. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode
tahun 2006-2009. Persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Menurut SAK (2009 : 2), laporan keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba/rugi,
laporan perubahan posisi keuangan, catatan dan laporan lain serta materi
pelajaran yang merupakan bagian dari integral dari laporan keuangan.
Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang
tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi termasuk
juga informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut :
(Baridwan, 2004 :20)
a. Full set laporan keuangan formal.
b. Informasi keuangan lainnya
Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang
diharapkan oleh manajemen pada masa yang akan datang, release berita
keuangan baru, dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta
timbulnya biaya atau beban perusahaan.
c. Informasi non keuangan
Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial
(social environment) dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis
mengingat kondisi ekonomi pada umumnya.
Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul
dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila disajikan
dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan unsur utama
pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan sama dengan
tujuan pelaporan keuangan.
Menurut PSAK (2009),(kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan) menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian
dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya
meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang
dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau
laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang
merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan
informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya
informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan
pengaruh perubahan harga.
2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik
kualitatif pokok, yaitu : (SAK, 2009 : 7 – 10)
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan
keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh
pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi
kebutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau
mengoreksi, hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi
dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang
material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam
mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi
yang diambil atas dasar keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang
menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya
disajikan atau secara wajar daharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan
perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat
memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk
mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi
Menurut PSAK (2009), (kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah
besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sedangkan menurut Baridwan (2004 : 17) laporan keuangan dibuat oleh
manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan
keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu
sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.
2.2.1.3. Susunan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan (2004:23), laporan keuangan yang utama terdiri atas
neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis
menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu (tanggal)
tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini
dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya
mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Aktiva adalah
sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh
perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa mendatang.
sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas-entitas
lain di masa yang akan datang. Modal pemilik adalah hak residu atas
aktiva setelah dikurangi dengan hutang.
2. Laporan Laba Rugi
laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara
sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu
tertentu.laporan ini menyajikan pendapatan selama satu periode dan
biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode
yang sama. Di laporan laba rugi dilaporkan juga untung (gain) dan
rugi (lose).
Menurut PSAK (2009: 1), laporan laba rugi mengandung unsur
– unsur sebagai berikut :
a. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi
selama periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau
menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang berasal dari
kontribusi penanaman modal.
b. Beban (expense), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau
berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang
mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut
pembagian kepada penanaman modal.
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang
secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal
perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik
pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal
merupakan pelengkap dari laporan laba rugi.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis
informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu
periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan
pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan
pendanaan dan kegiatan investasi.
2.2.2. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Dengan
dividen payout ratio (DPR) yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai
perusahaan. Pembayaran dividen sering diikuti dengan kenaikan harga saham.
Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa perusahaan memiliki
prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat
sebagai prospek perusahaan yang buruk. Untuk mengurangi biaya keagenan
diperlukan pembayaran dividen. Akan tetapi pembayaran dividen akan
berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan perusahaan, karena pembayaran
kebutuhan operasionalnya perusahaan akan dipaksa untuk mencari alternatif
sumber pendanaan yang relevan.
Dalam penelitian tentang agency cost dan perilaku pembayaran dividen
perusahaan, pembayaran dividen adalah suatu bagian dari monitoring perusahaan.
Jensen (1992) menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang
dalam struktur modal untuk mengawasi manajer. Dalam hal ini perusahaan yang
mempunyai dividen payout ratio tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal
sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Disamping itu pembayaran
dividen dapat dilakukan setelah kewajiban terhadap pembayaran bunga dan
cicilan hutang dipenuhi. Adanya kewajiban tersebut akan membuat manajer
semakin hati-hati dan efisien dalam menggunakan hutang. Hasil studi Jensen
(1992) menemukan bahwa dividen payout ratio mempunyai pengaruh yang
signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio.
2.2.3. Kepemilikan Manajerial
Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat pada kepemilikan saham
dengan tujuan untuk mensetarakan dengan pemegang saharn. Melalui kebijakan
ini manajer diharapkan menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkan
dividen pada tingkatan yang rendah. Dengan penetapan dividen rendah
perusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber dana
internal relatif tinggi. Proksi managerial ownership menggunakan persentase
kepemilikan manajer & direktur terhadap total common stock outstanding. (Chen
2.2.4. Kebijakan Hutang
Dana dapat diperoleh dari luar perusahaan (external financing) maupun
dari dalam perusahaan (internal financing). Modal internal berasal dari laba
ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berasal dari modal sendiri dan hutang.
Hutang adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan
datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu
badan usaha yang akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa
kepada badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi
yang sudah lalu (Baridwan, 2004).
Perusahaan yang sedang berkembang memerlukan modal yang dapat
diperoleh dari hutang maupun ekuitas. Besar kecilnya rasio hutang dapat dilihat
pada rasio Debt Equity Ratio (DER). Hutang mempunyai dua keuntungan yaitu
(a) bunga yang dibayarkan dapat dipotong dengan tujuan pajak, sehingga
menurunkan biaya efektif dari hutang, (b) pemegang hutang (debtholder)
mendapatkan pengembalian tetap (Masdupi, 2005). Penggunaan hutang memiliki
kelemahan (a) hutang yang semakin tinggi meningkatkan risiko sehingga suku
bunganya akan semakin tinggi pula, (b) bila kondisi perusahaan tidak dalam
kondisi bagus, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup menutup biaya
bunga sehingga kekayaan pemilik berkurang. Pada kondisi ekstrim, kerugian
tersebut dapat membahayakan perusahaan karena dapat terancam kebangkrutan.
Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan. pemegang saham lebih menginginkan
pendanaan perusahaan dibiayai dengan utang. Karena dengan penggunaan utang,
menyukai pendanaan tersebut dengan alasan bahwa utang mengandung risiko
yang tinggi. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk
memperoleh keuntungan yang sebesar-besamya dengan pihak lain (Masdupi,
2005).
2.2.5. Teori Keagenan
Pengendalian perusahaan dewasa ini sering diserahkan kepada manajer
profesional yang bukan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan tidak mampu
mengendalikan perusahaan karena keterbatasannya mengelola perusahaan tidak
mampu mengendalikan perusahaan yang semakin maju dan kompleks. Tujuan
utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang
diterjemahkan sebagai peningkatan harga saham. Tetapi pada kenyataannya tidak
jarang manajer mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan
dengan tujuan utama perusahaan tersebut. Oleh karena itu manajer diangkat oleh
pemegang saham untuk bisa memaksimumkan nilai perusahaan tersebut. Dalam
teori keagenan di jelaskan manajemen dan kepentingan pemegang saham mungkin
bertentangan.
Adanya konflik antara pihak manajemen dengan pemilik saham dan
dengan pihak yang terkait lainnya seperti kreditor, sering memunculkan suatu
permasalahan yang disebut dengan masalah keagenan. Wahidahwati (2002)
mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau
lebih principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk
proporsi kepemilikan manajer atas saham perusahaan kurang dari 100% sehingga
manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingan dirinya sendiri, dan
bukan memaksimumkan nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan
pendanaan.
Hal ini disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi,
sebaliknya pemegang saham tidak menyukai tindakan manajer tersebut, karena
tindakan tersebut akan menambah biaya dan membebani dengan biaya yang tidak
menguntungkan perusahaan, sehingga akibatnya perusahaan akan mengalami
penurunan laba dan penurunan deviden yang akan diterima serta pada akhinya
akan berpengaruh terhadap menurunnya harga saham serta nilai perusahaan.
Sehingga memunculkan suatu permasalahan yang disebut dengan masalah
keagenan yang kemudian memunculkan suatu masalah keagenan yang kemudian
memunculkan suatu teori tentang masalah keagenan yang disebut dengan agency
theory.
Agency Theory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) adalah
hubungan atau kontrak antara principal, termasuk agent (manajer) untuk
melakukan tugas atas kepentingan principal, termasuk pendelegasian otoritas
pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Agency theory memiliki
asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan
dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan
agent. Pihak principal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan
2.2.6. Mekanisme untuk Mengurangi Masalah Keagenan
Masdupi (2005) mendefisikan biaya keagenan sebagai jumlah dari
pengeluaran untuk pengawasan (monitoring) yang dikeluarkan oleh principal.
Keputusan struktur modal yang dilakukan manajer adalah dalam upaya
menyeimbangkan agency cost of debt dengan agency cost of equity untuk
menurunkan dampaknya pada nilai perusahaan. utang yang terlalu besar akan
menimbulkan biaya keagenan karena adanya kecenderungan manajer untuk
menggunakan free cash flow secara berlebihan, dan kepemilikan insider yang
terlalu besar juga menimbulkan entrachment dan biaya keagenan ekuitas. Apabila
biaya keagenan minimal maka diharapkan struktur modal akan optimal. Ada
beberapa altematif umuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan
(agency cost), altematif pertama adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham
perusahaan oleh manajemen (Wahidahwati, 2002). Kepemilikan ini akan
mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang.
Altenatif kedua, adalah dengan mengingatkan pendanaan dengan utang.
Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham
dengan manajemen. Hal itu dapat dipahami karena apabila perusahaan
memerlukan kredit, maka, harus siap untuk dievaluasi oleh pihak ekstemal dan
berarti akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham.
Disamping itu utang juga akan menurunkan kelebihan aliran kas (excess cash
flow) yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan
Altematif ketiga adalah institusional investor sebagai monitoring agent
Wahidahwati (2002), menyatakan bahwa bentuk distribusi saham diantara
pemegang saham dan luar (outside shareholders) yaitu institusional investor dan
shareholders dispersion dapat mengurangi agency cost. Hal ini disebabkan karena
kepemilikan merupakan sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk
mendukung atau sebaliknya menentang keberadaan manajemen, maka konsentrasi
atau penyerahan power menjadi suatu hal yang relevan.
2.2.7. Ukuran Perusahaan (Firm Size)
Tingkat pertumbuhan perusahaan juga merupakan faktor yang
mempengaruhi struktur modal, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan
pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang
memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih lambat (Brigham dan Weston,
1994:174). Pertumbuhan, perusahaan berbanding lurus dengan ukuran
perusahaan, sehingga semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin
besar pula ukuran perusahaan, sehingga ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
struktur modal karena perusahaan yang lebih besar akan mudah memperoleh
pinjaman dibandingkan perusahaan kecil. Ukuran perusahaan menggambarkan
besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, total
penjualan, dan rata-rata total aktiva.
Ukuran perusahaan juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan dalam
menentukan struktur modal. Perusahaan besar dapat mengakses pasar modal dan
fleksibilitas dan kemampuan untuk mendapatkan dana atau permodalan
(Wahidahwati 2002:23) . Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal
didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan,
kecenderungan untuk menggunakan hutang menjadi semakin besar.
2.2.8. Profitability
Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan
hutang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk
membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Arifin (2001) menyatakan
bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur
modal.
Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan
dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Taswan
(2008) menyatakan bahwa manajer mempunyai pecking order didalam menahan
laba sebagai pilihan pertama, diikuti oleh pembiayaan dengan hutang, kemudian
dengan equity. Dengan demikian terdapat hubungan negatif antara profitabilitas
dengan debt ratio.
2.2.9. Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Dividen
Penelitian Chen & Steiner (1999), meneliti pengaruh managerial
ownership terhadap kebijakan dividen tetapi dalam konteks keagenan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara manajerial
manajer menjadi tidak terdiversifikasi optimal sehingga menurunkan pembayaran
dividen sebagai cara mendongkrak sumber dana internal. Dengan cara ini
pendanaan dengan sumber dana internal dapat menunda penggunaan utang Bila
perusahaan menggunakan utang yang tinggi, maka akan berakibat pada
peningkatan financial distress dan kebangkrutan sehingga bila kondisi tersebut
terjadi manajer terancam dikeluarkan dari perusahaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
terhadap kebijakan dividen.
Pada tingkat managerial ownership rendah perusahaan melakukan
pembayaran dividen besar. Alasan pertama adalah jika perusahaan membayar
dividen yang tinggi akan memberi sinyal yang bagus tentang earning atau
performance di masa mendatang. Kondisi ini meningkatkan reputasi perusahaan
di mata investor sehingga mudah melakukan emisi saham baru. Jika perusahaan
menambah saham baru, manajer selaku pemegang saham lama mendapat
pre-emptive right sehingga berpeluang meningkatkan kepemilikan sahamnya. Tetapi
pada sisi lain pembayaran dividen tinggi menyebabkan perusahaan memiliki laba
ditahan kecil. Apabila perusahaan melakukan ekspansi akan menggunakan sumber
dana eksternal yang cenderung mahal. Manajer dengan kepemilikan saham yang
rendah berarti dapat melakukan diversifikasi pada kesempatan investasi lain.
Risiko manajer karena keterbatasan sumber dana internal dapat digantikan oleh
2.2.10. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Variabel utang dipilih sebagai variabel independen kedua karena bila
mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung memanfaatkan utang.
Namun bila penggunaan utang terlalu besar dapat berdampak pada financial
distress dan kebangkrutan. Berdasarkan dampak ini bila perusahaan memiliki
utang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi pembayaran dividen untuk
menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham. Dalam hal
ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan karena keuntungan disimpan untuk
pelunasan utang.
Penelitian Jensen (1992), menemukan mekanisme substitusi antara utang
dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan utang yang tinggi
akan menyebabkan penurunan dividen karena sebagian besar keuntungan
dialokasikan sebagai cadangan pelunasan utang. Sebaliknya pada tingkat
penggunaan utang yang rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi
sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang
saham. Peningkatan dividen memberi kesempatan untuk emisi saham baru sebagai
substitusi atau pengganti atas penggunaan utang. Proksi kebijakan utang
menggunakan Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu: total utang dibagi dengan total
aset.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif
2.2.11. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen
Ukuran perusahaan (firm size) digunakan sebagai variabel independen
terakhir yang mempengaruhi dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran besar
akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini
perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham. (Chang dan Reel
1999) tujuan pembayaran dividen besar ini untuk menjaga reputasi perusahaan
dimata investor potensial maupun aktual. Sebaliknya pada perusahaan memiliki
aset rendah akan membagi dividen yang rendah. Logika ini dikarenakan profit
dialokasikan pada laba ditahan yang digunakan untuk menambah aset.
Berdasarkan alasan ini perusahaan cenderung membayar dividen yang rendah.
Proksi ukuran perusahaan dapat menggunakan natural log total asset atau natural
log market capitalization. (Chen dan Steiner 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap positif kebijakan dividen.
2.2.12. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen
Profitabilitas perusahaan mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya
pembayaran dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang stabil dan mampu
memprediksi laba tahun mendatang, berani mengumumkan tingkat dividen yang
tinggi atau stabil. Hal ini disebabkan, perusahaan tersebut mempunyai tingkat
kepastian yang tinggi dalam perolehan laba yang besar. Dengan demikian
perusahaan tersebut memiliki tingkat persentase laba yang tinggi dalam
Perusahaan yang labanya berfluktuasi memiliki kecenderungan untuk menahan
laba dalam jumlah tinggi daripada membayarkannya sebagai dividen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif
terhadap kebijakan dividen
2.3. Kerangka Konseptual
Kepemilikan Manajerial (X1)
Kebijakan Hutang (X2)
Ukuran Perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat
disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
a. Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan
dividen
b. Kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen
c. Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah :
1. Kepemilikan manajerial (X1
Kepemilikan Manajerial =
) adalah Proporsi kepemilikan saham
manajerial terhadap total saham. Kepemilikan manajerial diukur mulai
tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
it
= Kepemilikan Saham oleh Direktur dan komisaris
perusahaan perusahaan i pada tahun t
it
2. Kebijakan hutang (X
= Jumlah total dari saham biasa perusahaan yang
beredar perusahaan i pada tahun t
2
Kebijakan Utang =
) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang
akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh
kewajiban-kewajiban disaat sekarang dari suatu badan usaha yang
akan dipenuhi dengan mentransfer aktiva atau memberikan jasa kepada
badan usaha lain dimasa datang sebagai akibat dari transaksi-transaksi
yang sudah lalu
Asset Total
Debt Total
3. Ukuran Perusahaan(X3
Ukuran Perusahaan diberi simbol size. Variabel ini diukur dengan
jumlah total asset, dengan rumus : )
Ukuran Perusahaan = Total Assets(Putri dan Nasir, 2006 : 9)
4. Profitability (X4
Variabel ini didifinisikan sebagai ratio of operating income to total
assset. ROA (Return On Asset) digunakan sebagai ukuran
profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
menciptakan laba per unit asset, dengan rumus : )
5. Kebijakan Dividen (Y). Kebijakan dividen juga bisa dikaitkan dengan
nilai perusahaan. Dengan dividen payout ratio (DPR) yang lebih
rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan.
DPR =
(Putri dan Nasir, 2006 : 9)
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah laporan keuangan berupa neraca dan laba
rugi perusahaan automotive yang go public di Bursa Efek Indonesia
dari tahun 2006 - 2009.
b. Sampel
Untuk menentukan sampel digunakan metode purposive sampling.
dilakukan berdasarkan kriteria yang disesuaikan dengan tujuan
penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Kriteria yang
digunakan antara lain :
- Perusahaan automotive di Indonesia yang tercatat laporan
keuangannya selama tahun 2006 - 2009.
- Perusahaan automotive di Indonesia yang mengeluarkan dividen
secara berturut-turut selama tahun 2006 – 2009
3.3. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder merupakan
data yang diambil dari laporan tahunan perusahaan automotive di Indonesia
yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
3.4. Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yang menggunakan
jenis data yaitu data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan
automotive di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia yang meliputi data laporan keuangan, sejarah perusahaan, lokasi
perusahaan, dan lain sebagainya. Sumber data dalam penelitian ini adalah :
3.6 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.6.1 Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi
Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang
untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan
teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian
hipotesis menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat
berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat
dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang
diperlukan untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda
dengan persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β 1 X1 + β 2 X2 + β 3X3 + β 4 X4 + e1 (Sudjana, 1992 : 108)
Keterangan:
Y = Kebijakan Dividen X1 = Kepemilikan Manajerial X2 = Kebijakan Hutang X3 = Ukuran Perusahaan X4 = Profitability
β 0 = Konstanta
3.6.2Uji Asumsi Klasik
Untuk mendukung keakuratan hasil model regresi, maka perlu dilakukan
penelusuran terhadap asumsi klasik yang meliputi asumsi multikolinieritas,
heteroskedastisitas dan autokorelasi. Hasil dari asumsi klasik tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam persamaan
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent).
Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara
variabel bebas. Deteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat dari
besaran VIF (Varians Inflation Factor), yaitu : (Ghozali, 2001 : 57)
1. Jika besaran VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinieritas.
2. Jika besaran VIF > 10 maka terjadi multikolinieritas.
2. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke
pengamatan lainnya. Jika varians dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain berbeda, maka disebut terdapat heteroskedastisitas.
Metode regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastistitas.
(Ghozali, 2001 : 60). Sedangkan kriteria pengujiannya adalah:
a. Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas.
3. Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi (hubungan) yang terjadi diantara anggota –
anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam rangkaian
waktu ( seperti pada data return waktu atau time series data ) atau yang
tersusun dalam rangkaian ruang ( seperti pada data silang waktu atau
cross sectional). (Sumodiningrat, 2002 : 231). Uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam suatu regresi linear ada korelasi kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1
(sebelumnya). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka
perlu dilihat tabel Durbin Watson dengan jumlah variabel bebas ( k ) dan
jumlah data ( n ) sehingga diketahui dL dan du maka dapat diperoleh
distribusi daerah keputusan atau tidak terjadi autokorelasi (Ghozali,
2001: 61).
Kriteria pengujian Durbin Watson dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 1 : Autokorelasi
3.6.3 Uji Hipotesis
Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat digunakan Program SPSS 17 dengan uji t yang
memiliki prosedur sebagai berikut:
a. Ho : β i = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
Hi : β i ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas
terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05
c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO
seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia
khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
didirikan di Indonesia pada tanggal 16 Juni 1989, dan kemudian dilanjutkan
dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992,
Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993
Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE)
mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi
di luar Bursa (over the counter). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu
mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten
obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002
hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di
bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah,
dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah
emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh
Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam Master Plan Pasar Modal
diyakini dapat menghasilkan sinergi sehingga efisiensi pasar modal dapat
tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
a. Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam Master Plan Pasar Modal 2005-2009 yaitu adanya suatu
keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan
tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive
Bourse”.
b.Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu
menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1. to produce variety of sellable high standard capital market
product.
2. to provide high technology infrastructures.
4. to strengthen investor’s protection.
5. to create market integrity and transparency.
6. to create high competencies and favorable choice for human
resource.
4.2. Deskripsi Hasil Pengujian Hipotesis
4.2.1. Uji Normalitas
Dalam pengujian normalitas data dengan menggunakan uji
Kolmogorof-Smirnov dengan menggunakan program SPSS, dimana
apabila nilai signifikansi (probabilitas) yang diproleh lebih besar dari nilai
signifikansi yang telah ditetapkan dalam penelitian (5%) maka data
tersebut telah terdistribusi normal. (Santoso, 2001 : 97)
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data
mengikuti distribusi normal adalah :
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka
distribusi adalah tidak normal.
• Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka
Tabel 4.1. Normalitas Data Masing-masing Variabel
Variabel Kolmogorov-smirnov Z Keterangan
X1 1.419 Normal
X2 0.592 Normal
X3 1.732 Normal
X4 1.575 Normal
Y1 2.061 Normal
Sumber : Lampiran
Dari tabel 4.1 diatas, terlihat bahwa nilai probabilitas setiap
variabel lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa distribusi
dari data adalah mengikuti pola distribusi normal.
4.2.2. Uji Asumsi Klasik
4.2.2.1 Autokorelasi
Salah satu metode yang digunakan untuk mendeteksi adanya
autokorelasi adalah dengan metode Uji Durbin-Watson d. Adapun
pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Banyaknya sampel (N) = 40
2. Banyarknya variabel bebas (k) = 4
3. Taraf/tingkat signifikansi yang digunakan (α) = 0,05
Selanjutnya dilihat pada tabel Durbin Watson nilai Durbin Watson sebesar
1.303. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala autokorelasi maka perlu
dan jumlah sampel adalah 40 maka diperoleh DL = 1.285 dan DU = 1,721
serta 4 – DL = 2.715 dan 4 – DU = 2,279
Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2. Batas-batas daerah Test Durbin Watson
Daerah Keterangan
Kurang dari 1.285
1.285 dan 1,721
1,721 dan 2,279
2,279 dan 2.715
DW ≥ 2.715
Autokorelasi positif
Tanpa kesimpulan/inconclusive
Non autokorelasi
Tanpa kesimpulan/inconclusive
Autokorelasi negatif
Sumber : data diolah
Sedangkan nilai Durbin Watson dari perhitungan DW = 1.303 dan nilai ini
terletak pada daerah Tanpa Kesimpulan.
4.2.2.2 Multikolinearitas
Untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinier pada
model regresi linier berganda yang dihasilkan dapat dilakukan dengan
menghitung nilai Variance Inflation Factor (VIF) dari masing-masing
Tabel 4.3 : Hasil Pengujian Multikolinieritas
kepemilikan manajerial (X1)
kebijakan hutang (X2)
ukuran perusahaan(X3)
profitability (X4
Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa pada bagian colliniearity
statistics, nilai VIF pada seluruh variabel bebas lebih kecil dari 10, yang
artinya seluruh variabel bebas pada penelitian ini tidak ada gejala
multikolinier.
4.2.2.3 Heteroskedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang lain adalah adanya
heteroskedastisitas. Artinya, varians variabel dalam model tidak sama
(konstan). Hal ini bisa diindentifikasi dengan cara menghitung korelasi
Rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas.
Berdasarkan lampiran dapat dilihat korelasi untuk variabel
Kepemilikan manajerial (X1) dengan nilai probabilitas/signifikansi sebesar
0.003, korelasi untuk variabel Kebijakan hutang (X2) dengan nilai
probabilitas/ signifikansi sebesar 0,030. korelasi untuk variabel Ukuran
profitability (X4
Tabel 4.4 Koefisien Regresi
) dengan nilai probabilitas/ signifikansi sebesar 0,000.
Dimana nilai probabilitas/signifikansi tersebut lebih kecil dari 5% yang
berarti terdapat korelasi atau hubungan dengan masing-masing variabel
bebas yang diteliti.
4.2.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda
Hasil analisis mengenai koefisien model regresi adalah seperti yang
tercantum dalam Tabel 4.4 berikut ini.
Model
Kepemilikan manajerial (X1)
Kebijakan hutang(X2)
Ukuran perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4
Berdasarkan Tabel 4.4 tersebut, maka model regresi yang diperoleh
adalah sebagai berikut :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Dengan asumsi bahwa variabel X1, X2, X3 adalah nol atau konstan
maka nilai Kebijakan dividen (Y) adalah sebesar -12.595
Koefisien regresi untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1)
diperoleh nilai - 65.552 mempunyai negatif, hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika
Kepemilikan manajerial (X1) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan
dividen (Y) akan turun sebesar 65.552, dengan asumsi bahwa variabel
yang lainnya adalah konstan.
Koefisien regresi untuk variabel Kebijakan hutang (X2) diperoleh
nilai -15.932 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika
Kebijakan hutang (X2) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen
(Y) akan turun sebesar 15.932, dengan asumsi bahwa variabel yang
lainnya adalah konstan.
Koefisien regresi untuk variabel Ukuran perusahaan (X3) diperoleh
nilai 1.769E-05 mempunyai koefisien regresi negatif, hal ini menunjukkan
terjadinya perubahan yang berlawanan arah dengan variabel terikat. Jika
Ukuran perusahaan (X3
Koefisien regresi untuk variabel profitabilitas (X
) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen
(Y) akan naik sebesar 1.769E-05, dengan asumsi bahwa variabel yang
lainnya adalah konstan.
4) diperoleh nilai
674.014 mempunyai koefisien regresi positif, hal ini menunjukkan
profitabilitas (X4
Model
) naik sebesar satu satuan maka Kebijakan dividen (Y)
akan naik sebesar 674.014, dengan asumsi bahwa variabel yang lainnya
adalah konstan.
4.3. Hasil Pengujian Uji F dan uji t
Uji F digunakan untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi
yang dihasilkan dan uji t digunakan untuk menguji pengaruh
masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun hasil dari uji F
dan uji t adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5 : Hasil Uji F dan Uji t
Fhitung Sig thitung Sig
Kepemilikan manajerial (X1)
Kebijakan hutang (X2)
Ukuran perusahaan (X3)
Profitabilitas (X4
Berdasarkan uji F pada tabel 4.5 di atas menunjukkan Fhitung sebesar
11.504 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000. Karena nilai probabilitas <
0,05 (sig < 5%) maka H0 ditolak dan H1 diterima, berarti Kepemilikan
manajerial (X1), Kebijakan hutang (X2), Ukuran perusahaan (X3)
profitabilitas (X4) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y), sehingga
model regresi yang dihasilkan adalah cocok atau sesuai dalam menerangkan
Hasil uji t pada tabel di atas menunjukkan bahwa :
1. Nilai thitung pada variabel Kepemilikan manajerial (X1) sebesar -1.008
dengan tingkat signifikan sebesar 0.321. Karena tingkat signifikan pada
variabel ini lebih besar dari 5% (sig > 5%), maka H0 diterima dan H1
ditolak. Hal ini berarti variabel Kepemilikan manajerial (X1) secara
parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.
2. Nilai thitung pada variabel Kebijakan hutang (X2) sebesar -0.112 dengan
tingkat signifikan sebesar 0.912. Karena tingkat signifikan pada variabel
ini lebih besar dari 5% (sig > 5%), maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal
ini berarti variabel Kebijakan hutang (X2) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Kebijakan dividen.
3. Nilai thitung pada variabel Ukuran perusahaan (X3) sebesar 5.964 dengan
tingkat signifikan sebesar 0,000. Karena tingkat signifikan pada variabel
ini lebih kecil dari 5% (sig < 5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal
ini berarti variabel Ukuran perusahaan (X3) secara parsial berpengaruh
terhadap Kebijakan dividen.
4. Nilai thitung pada variabel profitabilitas (X4) sebesar 2.991 dengan tingkat
signifikan sebesar 0.005. Karena tingkat signifikan pada variabel ini lebih
kecil dari 5% (sig < 5%), maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini
berarti variabel profitabilitas (X4) secara parsial berpengaruh terhadap
4.5. Pembahasan
Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Kepemilikan
manajerial (X1), Kebijakan hutang (X2), Ukuran perusahaan (X3)
profitabilitas (X4) berpengaruh terhadap kebijakan dividen (Y). Sedangkan
untuk variabel Kepemilikan manajerial (X1) secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Kebijakan dividen, variabel Kebijakan hutang (X2) secara parsial
tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel Ukuran perusahaan
(X3) secara parsial berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, variabel
profitabilitas (X4
Berdasarkan hasil pengujian untuk variabel Kepemilikan manajerial
secara parsial tidak berpengaruh terhadap Kebijakan dividen, hal ini
menunjukkan bahwa hasil ini mengindikasikan bahwa apabila tingkat
kepemilikan manajerial tinggi maka perusahaan cenderung mengalokasikan
laba pada laba ditahan daripada membayar dividen dengan alasan sumber
dana internal lebih efisien dibandingkan sumber dana eksternal. Sedangkan
tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, perusahaan melakukan
pembagian dividen yang besar untuk memberikan sinyal yang bagus tentang
kinerja di masa yang akan datang sehingga meningkatkan reputasi perusahaan
dihadapan investor. Kepemilikan manajerial yang lebih tinggi tidak terbukti
secara meyakinkan berdampak kepada pembayaran dividen yang lebih kecil
karena keberadaan mereka dianggap mampu menekan agency problem. Hasil
ini tidak sesuai dengan teori Eastbrook (1984) Perusahaan menetapkan