( Studi Analisis Isi Tema-Tema Laporan Utama Majalah Tempo
Periode Januari 2011 – Juni 2011 )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana
pada FISIP UPN: “Veteran“ J awa Timur
Oleh:
Hendi Er vanda
NPM 0543310442
YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
J URUSAN ILMU KOMUNIKASI
Assalamualaikum Wr. Wb
Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik-baiknya.
Selama penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin
mengucapkan rasa hormat dan banyak terima kasih serta penghargaan
sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dra. Hj. Suparwati, Msi Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN
“Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Juwito S.Sos, Msi Kepala Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu
Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Syaifuddin Zuhri, MSi Sekjur Jurusan Ilmu Komunikasi. Dan
sebagai dosen pembimbing utama.
4. Bapak - Ibu tercinta yang dengan kasih sayangnya yang besar dan dengan
kesabarannya telah memberikan bantuan baik materiil maupun moril
dengan tulus ikhlas dan tanpa pamrih. Saudara-saudaraku (Mbak Nella
Ervanda, Mbak Wilda Ervanda dan adikku Henri Ervanda) terima kasih
atas segala bantuan dan dukunganya, dan Songgex Strore.
5. Teman - teman LNG 2003 yang nggak ada matinya dan yang selalu
skripsi ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Saya ucapkan banyak terima kasih.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna menyempurnakan
skripsi ini.
Surabaya, Desember 2011
Halaman
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN MENGIKUTI UJIAN SKRIPSI ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
KATA PENGANTAR ...……….……... iv
DAFTAR ISI ……….……... v
DAFTAR TABEL ...………... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN………... viii
ABSTRAKSI ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah………..……….…...1
1.2.Perumusan Masalah ………. 10
1.3.Tujuan Penelitian ………....……. 10
1.4.Manfaat Penelitian ………...……….10
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Jurnalistik ………...…………..………. 12
2.2. Elemen – Elemen Dalam Jurnalistik …...…..13
2.3. Pengertian Majalah ………. 17
2.4. Majalah Sebagai media Komunikasi Massa ………....18
2.5. Sejumlah Kategori Majalah ……… ………..19
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Definisi Operasional……….34
3.1.1. Berita ………... 34
3.2. Kategorisasi ……….... 34
3.2.1. Kategorisasi Tema ………. 32
3.3. Populasi dan Sampel ………... 38
3.3.1. Populasi ………...38
3.3.3. Sampel ……….... 38
3.4. Unit Analisis ………....39
3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 39
3.6. Teknik Analisis Data ………...39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian...40
4.1.1. Sejarah Majalah Tempo ...40
4.2. Penyajian dan Analisis Data...45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...63
5.2 Saran...64
DAFTAR PUSTAKA... 65
Hendi Ervanda : Analisis Isi Laporan Utama Majalah Tempo (Studi Analisis Isi Tema
Laporan Utama Pada Majalah Tempo Periode J anuar i 2011 – J uni 2011).
Laporan Utama pada setiap media massa merupakan rubrik andalan termasuk majalah Tempo yang
didalamnya mengulas tentang berita-berita yang sedang terjadi saat ini, menganalisa tema-tema laporan utama yang
diangkat menjadi tujuan dari penelitian ini dengan perumusan masalah adalah “Apa Sajakah Tema-tema Laporan
Utama Majalah Tempo Periode Januri 2011- Juni 2011?”
Penerbitan pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya menyajikan berita terbaiknya dalam
laporan utama. Rubrik ini disediakan kepada para pembaca dalam menyampaikan kritik, dan wujud kontrol sosial
pers. Dimana majalah Tempo merupakan kajian ilmiah yang menarik dilihat dari sejarah dan perkembangan media
massa di Indonesia. Dilihat dari penyajian infomasi dan format analisisnya yang telah tajam dan lebih berani dalam
mengungkapkan masalah-masalah atau realitas sosial yang bagi pers lain dianggap tabu dan berakibat pada
banyaknya ancaman untuk memboikot majalah Tempo.
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis isi dengan unit analisis adalah tematik, teknik
pengumpulan data yang dilakukan adalah total sampling dengan populasi yang diperoleh selama
Januari 2011 - Juni 2011 dengan masa terbit satu kali dalam satu minggu, sehingga total populasi sebanyak
26 terbitan. Selain itu kategorisasi yang dibuat oleh peneliti mengadaptasi pada kategorisasi Deutschman. Kategori
ini digunakan pertama kali pada waktu melakukan analisis isi berita-berita surat kabar di Indonesia tahun 1980-an
(Flournoy, 1989:25) yaitu : Perang, Pertahanan dan Diplomasi, Politik dan Pemerintahan, Kegiatan Ekonomi,
Kejahatan, Masalah-Masalah Moral Masyarakat, Kesehatan dan Kesejahteraan, kecelakaan dan Bencana, Ilmu dan
Penemuan, Pendidikan dan Seni Klasik, Hiburan Rakyat dan Human Interest.
Hasil dari penelitian ini menunjukan tema-tema yang sering muncul adalah kategorisasi kejahatan
kemudian politik dan pemerintahan diikuti kategori ekonomi setelah itu kategori kesehatan dan kesejahteraan
masyarakat, pendidikan dan seni klasik, human interst dan yang terakhir kategori perang, pertahanan dan diplomasi,
kecelakaan dan bencana, ilmu dan penemuan.
Dari data yang dianalisis diperoleh kesimpulan bahwa tema berita yang paling sering dimuat adalah tentang
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang semakin maju dan berkembang, informasi
menjadi sangat penting. Setiap orang, badan dan organisasi berhak untuk
memperoleh informasi untuk dapat berkembang dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Informasi sangatlah berharga bagi manusia karena informasi
adalah salah satu kebutuhan bagi manusia untuk bisa mengetahui, memahami dan
mengerti hal-hal yang ada dan terjadi di sekitarnya. Dan masyarakat akan
memasuki suatu peradaban informasi, maka peranan dan posisi informasi menjadi
sangat penting.
Setiap orang, badan, lembaga, organisasi kemasyarakatan mempunyai hak
untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi
dan lingkungan sosialnya dimana informasi dan komunikasi tersebut menjadi
tanggung jawab bersama pemerintah, pers, lembaga-lembaga informasi dan
masyarakat. Untuk itu perlu dibangun dan dikembangkan jaringan informasi guna
tersalurnya kebebasan dalam rangka memperoleh informasi.
Komunikasi akan terjadi dengan baik atau berlangsung selama ada
kesamaan makna mengenai hal-hal yang diperbincangkan, komunikasi dapat
dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tidak langsung, yang
salah satunya menggunakan media massa. Media massa menjadi hasil karya
budaya manusia yang semakin berkembang dan meluas, sehingga keperluan
massa adalah sarana sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk menyebarkan
pesan atau informasi kepada masyarakat (Junus, 1996 : 28).
Media massa mencakup media elektronik dan cetak, dan setiap media
merupakan suatu wadah untuk menampilkan peristiwa-peristiwa kehidupan
masyarakat baik yang bersifat nasional maupun internasional. Keuntungan utama
yang dapat diperoleh dari komunikasi melalui media ialah, bahwa media massa
dapat menciptakan suatu keserempakan yaitu pesan yang disampaikan dapat
diterima oleh komunikan yang jumlahnya relatif banyak pada saat yang sama
secara bersama-sama (Effendy, 1986:10)
Sejarah menuturkan bahwa jurnalisme ialah alat pemasok kebutuhan orang
berkomunikasi. Komunikasi sebagai alat yang penting bagi manusia dan
merupakan jalan bagi manusia untuk bertukar informasi. Komunikasi banyak
berubah bentuk, dari sejak awal kehidupan bermasyarakat, manusia
mempergunakan berbagai medium untuk berkomunikasi, orang-orang kemudian
memindahakan bahasa sebagai alat mengantarkan pikiran dan perasaan kedalam
catatan-catatan yang bersifat kronikal, riwayat, biografis, sejarah, perjalanan dan
berbagai bentuk surat-menyurat dari yang bersifat pribadi sampai pesan-pesan
kerja, dari yang menyajikan khotbah (nasihat) sampai kerjaan omong kosong,
mereka ulang cerita dan selebaran-selebaran. Sampai kemudian ketika jurnalisme
ditemukan sebagai sebuah kegiatan melaporkan berbagai kejadian/peristiwa yang
terjadi dimasyarakat. Dan perkembangannya terkait dengan ditemukan mesin
cetak sebagai wahana yang mengganti oral dari mulut ke mulut, ketika
khususnya surat kabar, merupakan awal dunia jurnalisme yang mengkabarkan
berbagai kejadian masyarakat.
Adanya reformasi di dunia pers menjadikan pers Indonesia mengalami
kemajuan yang cukup pesat. Pers yang diartikan sempit terbatas pada media cetak
yakni surat kabar, majalah ataupun tabloid ini bersaing untuk memberikan
informasi yang beragam kepada khalayaknya. Keragaman informasi yang
disajikan oleh pers menjadikan pers digunakan sebagai media untuk mendapatkan
akses informasi yang mudah didapat dan disimpan.(Effendy, 1984:145)
Kehidupan pers sendiri sangat tergantung pada kekuatan ekonomi suatu
negara, salah satu contoh ketergantungan pers pada kekuatan ekonomi dapat kita
lihat dampak krisis moneter yang saat ini sedang melanda Indonesia, akibat krisis
yang berkepanjangan membuat harga surat kabar pun naik, menyebabkan
pembaca menurun sehingga oplah atau pendapatan surat kabar pun menurun.
Selain faktor ekonomi yang menyebabkan timbulnya kondisi ketergantungan bagi
pers, adalah faktor politik yang berupa kontrol pemerintah dinilai menghambat
pers dalam menjalankan fungsi utamanya sebagai kontrol sosial.
Pada era orde baru pemerintahan yang otoriter menyebabkan pers tidak
dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Namun pemberitahuan media massa
atas sejumlah isu-isu saat ini memperlihatkan munculnya kembali keberanian dan
kejujuran dalam menentukan sikap dan pandangan. Hal ini dapat disimak sekilas
dalam hal editorial, tema-tema yang lebih variatif, sesuatu yang pada era orde
baru sulit ditemui. Perubahan politik yang terjadi mendorong media kedalam
ruang gerak yang lebih leluasa untuk menyampaikan fakta dan secara lebih
Good Juournalism, kata Leonard Downie JR dan Robert G Kaiser dalam
Santana K(2005:4) ialah kegiatan dan produk jurnalistik yang dapat mengajak
kebersamaan masyarakat disaat krisis. Berbagai informasi dan gambaran krisis,
yang terjadi dan disampaikan, mesti menjadi pengalaman bersama. Ketika sebuah
kejadian yang merugikan masyarakat terjadi, sebuah media memberi sesuatu yang
dapat dipegang oleh masyarakat. Sesuatu itu ialah fakta-fakta, juga penjelasan dan
ruang diskusi, yang menolong banyak orang terhadap sesuatu yang tak terduga
kejadiannya. Masyarakat diajak agresif pada sesuatu yang penting terjadi. Bad
Journalism ialah media yang kurang cakap melaporkan pemberitaan yang penting
diketahui masyarakat. Media yang memberitakan sesuatu peristiwa secara
dangkal, sembrono dan tidak lengkap, sering disebut tidak akurat dan tidak
coverbooth sides.
Obyek penelitian ini adalah media massa cetak yaitu majalah. Majalah
muncul sebagai medium massa terutama Karena perannya sebagai penghubung
sistem pemasaran. Selama bertahun-tahun majalah mampu merangkum aneka
selera dan kepentingan yang luas. Namun tidak seperti media lainnya seperti
media elektronik, sebagian besar majalah yang ada terfokus pada khalayak
homogen tertentu atau kelompok-kelompok yang kepentingannya sama. Berbeda
dengan Koran, sirkulasi majalah umumnya berskala nasional. Dengan berfokus
pada selera atau bidang tertentu, majalah bisa meraih khalayak dari berbagai kelas
sosial, tingkat pendapatan atau pendidikan di seluruh penjuru dunia.
Majalah sebagai penyampai dan penafsir pesan lebih dahulu melakukan
jurnalisme interpretative ketimbang Koran ataupun kantor-kantor berita. Bagi
perhatian kepada suatu peristiwa, biasanya waktu dan perhatian untuk peristiwa
lain akan berkurang. Majalah acapkali sengaja meliput sesuatu yang diberikan
oleh media siaran secara lebih panjang lebar. Seseorang yang tertarik untuk
mengetahui lebih banyak oleh sesuatu yang diberitakan televisi akan mencarinya
di majalah. Sejak lama, aneka majalah sengaja menyajikan tinjauan atau analisis
terhadap suatu peristiwa secara mendalam, dan itulah hakikat interpretasi.
Kecenderungan ini menguat sejalan dengan spesialisasi majalah. Majalah-majalah
khusus laku karena menyajikan analisis panjang lebar. Dibandingkan Koran,
majalah lebih kuat mengingat emosi pembacanya.
Namun menurut pengkritiknya, majalah diliputi banyak kelemahan yang
merendahkan mutunya sebagai penafsir berita. Sebagai contoh, kebanyakan
majalah berhaluan konservatif sehingga apa yang disampaikan tidak lepas dari
perspektif itu (konservatif). Disamping itu, banyak majalah yang hanya
menganalisis berita dari sumber lain, dan hampir tidak mencari berita sendiri.
Majalah juga cenderung meniru artikel-artikel apa saja yang populer. Namun yang
paling serius majalah dituding ikut menciptakan “dunia semu” dengan menyajikan
sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.(Rivers, Jensen, Peterson,
2004:212-213).
Terdapat sejumlah kategori majalah, salah satunya ialah majalah khusus.
Kategori majalah khusus ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan
perhatian masyarakat, yang dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan
peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat. Khalayak-khalayak
seperti kesenian, kriminalitas, sejarah, sosial, seks, hal mistik, bahkan sains dan
lain-lain (Santana K, 2005:97).
Penerbitan pers cetak dengan format majalah sangat berbeda, majalah
yang memiliki visi sumber pemberdayaan dan kegiatan demokratisasi masyarakat,
melalui usaha kegiatan media massa yang mengikuti perkembangan teknologi
komunikasi ini mempunyai frekuensi penerbitan yang beragam, mulai sekali dalm
sebulan, dua kali bahkan ada yang terbit satu minggu sekali, kualitas tiras,
perwajahannya maupun isinya sangatlah layak disebut sebagai majalah. Majalah
Tempo terdiri dari 100-120 halaman termasuk cover per edisinya. Di Indonesia
diantara sekian banyak majalah salah satu diantaranya adalah majalah Tempo.
Majalah Tempo dengan frekuensi terbit mingguan serta 1 kali edisi khusus
dalam satu tahun mempunyai rubrik yang diberi nama Laporan Utama berisi
berita-berita hangat yang terjadi selama 1 bulan di seluruh Indonesia. Karena
berita adalah sesuata yang termasa (baru) yang dipilih oleh wartawan untuk
dimuat dalam surat kabar atau majalah (Djuroto, 2002:7). Menurut Junaedhie
berita utama atau Laporan Utama yang biasanya lebih popular disebut headline
news adalah berita yang dianggap sangat layak dipasang dihalaman depan, dengan
judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe huruf relatif besar.
Pendeknya, berita istimewa (Junaedhi;1991:25). Oleh karena itu pada tiap
penerbitan ada 1 tema dalam rubrik Laporan Utama yang sekitarnya layak
ditampilkan dan dianalisa oleh tim redaksi majalah Tempo.
Majalah Tempo dapat menjadi kajian ilmiah yang menarik dalam
perkembangan media massa di Indonesia karena penyajian informasi dan format
dianggap tabu. Selain itu tiras majalah Tempo yang cukup besar, yakni diatas
100.000 eksemplar (Erawati,2004:7). Ini menunjukkan bahwa majalah Tempo
merupakan pers nasional yang cukup berani walaupun sebelumnya majalah
Tempo harus menghadapi cobaan berat pada tahb 1987, majalah Tempo telah
mendapat peringatan keras oleh DEPPEN (Departemen Penerangan) RI melalui
Menteri Penerangan karena majalah Tempo dianggap bertentangan dengan
kebijakan-kebijakan Pemerintah, mengganggu stablitas keamanan, tendensius dan
meresahkan masyarakat (Nurudin,2003:39). Namun justru karena keberanian atas
visi dan misi serta majalah Tempo harus berbenturan dengan sistem politik dalam
negeri. Atas nama hukum, majalah Tempo berkali-kali terancam dibekukan atau
dibredel. Padahal, dalam UU Pokok Pers tahun 1982 jelas-jelas disebutkan bahwa
kebebasan pers Indonesia tidak dikenal istilah pembredelan. Yang lebih
memprihatinkan lagi, Menteri Penerangan pada saat itu adalah wartawan senior
bernama Harmoko, yang memiliki sejumlah penerbitan pers. Sayang jiwa
kewartawanan Harmoko terbelenggu oleh penguasa sehingga ia tidak berani
membela Koorps-nya sendiri. Fungsi kontrol media massa, khususnya media
cetak sama sekali tidak jalan. Karena masalah pembredelan tersebut. Akibatnya
pemerintahan penguasa selama 32 tahun bisa dinyatakan nyaris tanpa kontrol dari
media massa (Abdullah,2000 : 7-8). Setelah majalah Tempo dibredel sekian tahun
dan seiring tumbangnya masa pemerintahan Orde baru, majalah Tempo kembali
bergabung dengan pers nasional pada tahun 1998 (Erawati, skripsi, 2004 : 7-8).
Alasan penulis tidak mengambil majalah Gatra dikarenakan majalah Tempo
adalah majalah politik pertama yang terbit di Indonesia pada tahun 1971,
dengan majalah-majalah lain yang sejenis seperti majalah Gatra, majalah Tempo
memiliki jumlah exsemplar lebih besar yaitu diatas 100.000 dalam tiap
terbitannya sedangkan majalah Gatra sebesar 150.000 dalam 1 bulan.
Laporan Utama pada majalah Tempo mempunyai ulasan berita yang lugas,
tegas mudah dipahami. Selain itu dengan membaca tema dalam rubrik Laporan
Utama majalah Tempo, pembaca dapat mengetahui masalah dan tindakan yang
akan diambil oleh majalah Tempo dalam mengatasi suatu masalah. Tema dalam
rubrik Laporan Utama majalah Tempo selalu diikuti subtema, masing-masing
subtema mendukung, memperkuat bahkan membentuk tema utama. Majalah
Tempo dalam membuat Laporan Utama membahas suatu peristiwa aktual dan
menyangkut perannya sebagai kontrol sosial berusaha membentuk kerangka
berpikir yang dalam kepada pembaca. Majalah Tempo dalam rubrik Laporan
Utamanya berusaha menarik perhatian para pembacanya melalui pemilihan dan
penulisan tema yang singkat, jelas serta menarik. Melalui tema dalam rubrik
Laporan Utama pembaca dapat langsung menginterpretasikan bahwa majalah
Tempo mengkritik, mempertanyakan, mendukung atau mencela keputusan yang
diambil penguasa atau pemikiran yang timbul ditengah masyarakat. Selain itu
rubrik Laporan Utama pada majalah Tempo merupakan andalan untuk
memberikan wacana kepada masyarakat tentang peristiwa yang terjadi dan
menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat pada saat itu.
Penulis memilih periode bulan Januari 2011 sampai bulan Juni 2011
karena pada periode tersebut memuat berita-berita yang sangat penting dan
terangkum dalam rubrik Laporan Utama majalah Tempo, misalnya kisruh yang
tema-tema mengkritik kinerja pemerintahan. Selain itu masalah militer, ekonomi,
perang, kesehatan serta peristiwa unik lainnya tak luput dibahas dalam rubrik
Laporan Utama majalah Tempo. Selain itu tema-tema dalam rubrik Laporan
Utama tersebut dianggap penting oleh penulis karena dapat dijadikan data yang
layak jadi dokumen, sebab peristiwa tersebut tidak akan terulang lagi.
Analisis isi sering dipakai untuk mengkaji pesan-pesan media, oleh karena
metode ini adalah suatu cara untuk menguji isi secara kuantitatif,
keyakinan-keyakinan dan kepentingan-kepentingan para editor dan penerbit-penerbit,
kecenderungan pembaca (berdasarkan asumsi bahwa bahan-bahan yang
diterbitkan secara berhasil bagi suatu golongan tertentu, mencerminkan secara
akurat kecenderungan golongan yang bersangkutan). Dalam buku Flournoy
(2001:13) ditulis tentang asumsi teknik analisis isi :
a. Bahwa kesimpulan tentang hubungan antara maksud dan isi serta
antara isi dan efek dapat ditarik secara sah dan hubungan sebenarnya
ditetapkan
b. Bahwa pengkajian isi nyata adalah sangat berarti, kategori-kategori
dapat dibuatkan pada isi yang sesuai dengan arti. Yang dimaksud
oleh komunikator dan dimengerti oleh para pembaca.
c. Bahwa uraian isi komunikasi secara komunikatif adalah sangat
berarti. Asumsinya mengandung arti bahwa frekuensi kejadian dari
berbagai sifat isi itu sendiri merupakan faktor penting dalam proses
1.2Per umusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka yang menjadi permasalahannya adalah :
“ Apa saja tema Laporan Utama pada majalah Tempo periode bulan
Januari 2011 sampai bulan Juni 2011 ?”
1.3Tujuan Penelitian
Memperhatikan pada latar belakang penelitian dan perumusan masalah yang
telah diajukan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
“ Apa saja tema Laporan Utama pada majalah Tempo periode bulan
Januari 2011 sampai bulan Juni 2011 ?”
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teor itis
Dapat memberikan masukan bagi pengembangan kajian komunikasi massa
pada bidang jurnalistik khususnya pada studi analisis isi tema Laporan Utama
pada majalah Tempo.
1.4.2. Kegunaan Pr aktis
a Memberikan landasan pemikiran dan pertimbangan bagi pengelola media
massa dalam penerbitannya. Dalam hal ini opini pada rubrik tajuk rencana,
semua permasalahan yang terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan oleh
masyarakat (yang sedang hangat dibicarakan).
b Memberikan bahan dan ide penelitian untuk dikembangkan lebih lanjut
dalam situasi dan kondisi lain, bagi kalangan akademis pada umumnya
dan khususnya pada mahasiswa komunikasi yang akan mengadakan
KAJ IAN PUSTAKA
2.1 Penger tian J ur nalistik
Secara epismologis, jurnalistik berasal dari kata journ. Dalam bahasa
perancis, journ berarti catatan atau laporan harian. Secara sederhana jurnalistik
diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan atau pelaporan
setiap hari. Dengan demikian, jurnalistik bukanlah pers atau media massa.
Jurnalistik adalah kegiatan yang memungkinkan pers atau media massa bekerja
dan diakui eksistensinya dengan baik.
Dalam kamus, jurnalistik diartikan sebagai kegiatan untuk menyiapkan,
mengedit, dan menulis untuk surat kabar, majalah, atau lainnya. (Assegaf, 1983:9)
Dalam leksikon komunikasi dirumuskan, jurnalistik adalah pekerjaan
mengumpulkan, menulis, menyunting dan menyebarkan berita dan karangan
untuk surat kabar, majalah, dan media massa lainnya seperti radio dan televisi.
(Kridalaksana, 1997:44)
Jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita,
mulai dari peliputan sampai pada penyusunan yang layak disebar luaskan kepada
masyarakat. Pers merupakan sarana untuk menyebarkan hasil olah jurnalistik,
yang lebih bersifat teknis sebagai saluran dari produksi jurnalistik, yang
2.2 Elemen-Elemen Dalam J ur nalistik
Bill Kovach dan Tom Rosensitel Elements Of Journalism: What News
People Should Know And The Public Should Expect (Santana K, 2005:6)
merumuskan sembilan elemen jurnalime. Berbagai elemen ini merupakan dasar
jurnalisme agar bias dipercaya masyarakat Kovach dan Rosensitel, “The purpose
of journalism, is to provide people with the information they need to be free and
self-governing”. Kebajikan utama jurnalisme ialah menyampaikan informasi yang
dibutuhkan masyarakat hingga leluasa dan mampu mengatur dirinya. Beberapa
elemen jurnalisme :
a. Menyampaikan kebenaran, kebenaran yang dimaksud adalah kebenaran
fungsional, bukan kebenaran yang dicari oleh orang-orang filsafat,
bukanlah kebenaran mutlak apalagi kebenaran tuhan. Kebenaran
fungsional berarti kebenaran yang terus menerus dicari. Kebenaran
mengenai, misalnya: harga-harga pokok saat ini, nilai kurs mata uang atau
hasil pertandingan olah raga. Pada intinya, kebenaran dalam jurnalisme
bukan kebenaran yang bersifat religius, ideologis, ataupun filsafat. Juga
tidak menyangkut kebenaran berdasar pandangan seseorang. Sebab,
pemberitaan seorang wartawan bisa memiliki bias. Latar belakang sosial,
pendidikan, kewarganegaraan, kelompok etnik atau agama yang dianut
wartawan mempengaruhi laporan berita yang dibuatnya. Wartawan
berkemungkinan menafsirkan “kebenaran” sebuah fakta secara
b. Memiliki loyalitas kepada masyarakat, ini memaknakan kemandirian
jurnalisme. Ini berarti membuat resensi film yang jujur (bukan pesanan),
mengulas liputan tempat rekreasi yang tidak dipengaruhi pemasang iklan
atau membuat liputan yang tidak didasari kepentingan pribadi atau
kepentingan relasi tertentu. Selain itu, pemberitaan disampaikan juga tidak
dibayang-bayangi kepentingan bisnis dari pemilik media. Para jurnalis
bekerja atas komitmen, keberanian, nilai yang diyakini, sikap,
kewenangan dan profesionalisme yang telah diakui publik.
c. Memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, ini berarti kegiatan
menelusuri sekian saksi untuk sebuah peristiwa, mencari sekian banyak
narasumber dan mengungkap sekian banyak komentar. Verifikasi juga
berarti memilah jurnalisme dari hiburan, propaganda, fiksi dan seni.
Hiburan (infotainment) tertuju pada hal-hal yang menyenangkan semata.
Propaganda mengkerangka fakta (persuasi dan manipulasi) demi
kepentingan tertentu. Fiksi memfokus kesan personalitas pengarang.
Jurnalisme ialah melaporkan segala apa yang terjadi setepat mungkin.
d. Memiliki kemandirian apa yang diliputnya, ini berarti tidak menjadi
konsultan diam-diam, penulis pidarto atau mendapat uang dari
pihak-pihak yang diliput. Arti lainnya lagi, menunjukkan kredibilitas kepada
berbagai pihak melalui dedikasi terhadap akurasi, verifikasi dan
kepentingan publik. Atau kemandirian melakukan kegiatan jurnalisme
kesetiaan pada rakyat serta kewajiban memberi informasi dan bukan
manipulasi. Bekerja atas dasar kesetiaan yang tinggi terhadap jurnalisme.
e. Memiliki kemandirian untuk memantau kekuasaan, elemen ini bukan
berarti pekerjaan wartawan itu mengganggu orang yang tengah berbahagia
dengan berita-berita buruk. Bukan menunggangi keburukan masyarakat.
Juga bukan memerankan watchdog dengan tujuan melaporkan sesuatu
yang sensasional daripada melayani masyarakat. Apalagi
mengatasnamakan watchdog untuk kepentingan bisnis media.
f. Menjadi jurnalisme sebagai forum bagi kritik dan kesepakatan publik.
Elemen ini merupakan upaya media menyediakan ruang kritik dan
kompromi kepada publik. Ketika sebuah berita dilaporkan, media ini
berarti mengingatkan masyarakat akan terjadi sesuatu. Selain berita, media
juga menyediakan ruang analisis untuk membahas peristiwa tersebut
melalui konteks, perbandingan atau perspektif tertentu. Ditambah pula,
ruang opini dan editorial untuk mengevaluasi segala hal yang berkaitan
dengan peristiwa tersebut, baik yang disampaikan oleh redaksi media
maupun artikel (komentar atau surat pembaca) yang berisikan opini
pribadi dari masyarakat sendiri.
g. Jurnalisme harus dapat menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan
kepada publik. Elemen ini mewajibkan media untuk melaporkan berita
dengan cara yang menyenangkan, mengasyikkan, dan menyentuh sensasi
masyarakat. Ditambah pula yang dilaporkan itu mesti merupakan sesuatu
media harus mampu menggabungkan kemampuan mendongeng dengan
memberi informasi kepada masyarakat, cara mendongeng dalam
jurnalistik mempunyai tujuan. Tujuan utamanya memberi informasi yang
dibutuhkan masyarakat tentang lingkungannya. Maka itulah, media
menugaskan para awak redaksinya untuk mencari, menemukan, mencatat
informasi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat pada saat itu agar
dapat mengembangkan kehidupan dalam bermasyarakat dengan baik.
Setelah itu, ialah melaporkan menjadi materi informasi yang bermakna,
relevan, dan menarik untuk diikuti.
h. Jurnalisme mempunyai kewajiban membuat berita secara komprehensif
dan proposional. Mutu jurnalisme amat tergantung kepada kelengkapan
dan proposionalitas pemberitaan yang dikerjakan media, dalam elemen ini
mengingatkan media agar tidak berlebih-lebihan dalam meliput sensasi
acara pengadilan atau skandal selebritis. Berlebihan hanya untuk tujuan
menaikkan rating, oplah atau iklan, apalagi melaporkan dengan tidak
melakukan verifikasi, pengecekan silang atau wawancara keberbagai
pihak terkait. Pemberitaan semacam ini akan menyesatkan pembaca.
i. Memberikan keleluasan wartawan untuk mengikuti nurani mereka. Ini
terkait dengan sistem dan manajemen media yang memiliki keterbukaan.
Keterbukaan ini berguna untuk mengatasi kesulitan dan tekanan wartawan
dalam membuat berita secara akurat, adil, imbang, independent, berani
dan bertanggung jawab kepada masyarakat. Media harus memberi ruang
2.3 Penger tian Majalah
Berbeda dengan surat kabar, majalah jauh lebih menspesialisasikan
produknya untuk menjangkau konsumen tertentu. Setiap majalah umumnya
mempunyai pembaca lebih sedikit dibandingkan dengan pembaca surat kabar,
namun memiliki pasar yang lebih mengelompok. Usia majalah juga lebih panjang
dibandingkan dengan surat kabar. Mengenai struktur majalah dapat dibedakan
menjadi mingguan, dwi minggu, bulanan bahkan ada yang triwulan.
Pembaca majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen-segmen
demografis (misalnya ada majalah anak-anak, remaja pria, remaja wanita, wanita
dewasa, pria dewasa) ataupun secara geografis, psikografis dan dari segi
kebijaksanaan editorial dapat dibedakan antara majalah berita (editor, panji)
majalah umum seperti intisari, wanita (Femina, Kartini, Sarinah) bisnis ekonomi
(Swa, Warta Ekonomi, Info Bank). (Rumanti, 2002:126)
Majalah adalah kumpulan berita, artikel, cerita, iklan dan sebagainya yang
dicetak dengan gambar kertas kuarto atau folio dijilit dalam bentuk buku. Majalah
biasanya terbit teratur seminggu sekali, dua minggu sekali atau satu bulan sekali.
Dalam menyajikan laporan yang membela kepentingan umum, Koran
tersaingi oleh majalah. Sejak usainya perang dunia kedua, majalah mulai lebih
banyak memuat artikel-artikel pelayanan publik yang kebanyakan mengandung
bujukan kepada pembaca untuk mengambil sikap tertentu. Artikel-artikel majalah
yang menggunakan interpretasi untuk mengupayakan sesuatu tidak banyak lagi,
karena kini yang lebih sering digunakan adalah bujukan secara lngsung (Rivers &
Pada awalnya, sumber pendapatan utama majalah adalah hasil penjualan
majalah itu sendiri. Sumber lainnya adalah dukungan keuangan dari asosiasi atau
perusahaan tertentu yang berkepentingan dengan terbitnya majalah tersebut, dan
ini terkait dengan perannya dalam sistem pemasaran. Besarnya sirkulasi dan
cakupan nasionalnya menjadikan majalah sebagai media yang baik untuk
beriklan.
Karena majalah dapat menciptakan pasar sendiri untuk suatu produk, maka
hubungan antara majalah dan khalayaknya juga agak berbeda isi majalah lebih
diarahkan untuk kepentingan khalayak tersebut, karena para penerbitnya mau
ambil resiko dengan adanya isi yang belum tentu diterima. Karenanya, majalah
sengaja menyediakan diri untuk melayani khalayak tertentu saja.
Dewasa ini, relatif sedikit majalah yang mendominasi pasar. Namun
jenisnya cukup bervariasi sehingga masing-masing mewakili berbagai
kepentingan atau selera pembaca meskipun kompetisinya sangat tajam. Namun
sirkulasi majalah yang berfokus pada kelompok tertentu menjadikannya tetap
menarik bagi investor (River & Jensen, 2003:192-193).
2.4 Majalah Sebagai Media Komunikasi Massa
Komunikasi massa ialah komunikasi melalui media massa. Media massa
secara universal memiliki fungsi memberi informasi, mendidik, menghibur dan
mempengaruhi (Efendy, 2003:93). Karakteristik komunikasi massa menurut
a. Komunikasi massa sifatnya satu arah
b. Selalu ada proses seleksi karena setiap media memilih khalayaknya
c. Mampu menjangkau khalayak secara luas
d. Media massa mampu berusaha membidik sasaran tertentu
e. Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang peka terhadap kondisi
lingkungannya
Bentuk-bentuk komunikasi massa ada dua yaitu komunikasi media massa
cetak/pers meliputi surat kabar dan majalah dan komunikasi media massa
elektronik yang meliputi radio, televisi, film dan lain-lain (Effendy, 2003:54)
Majalah sebagai media komunikasi massa cetak merupakan bahan bacaan.
Sebagai bahan bacaan harus memenuhi suatu fungsi yaitu untuk memberi jawaban
kepada rasa ingin tahu pembacanya. Majalah-majalah diciptakan untuk membawa
berita aktual secara cepat, maka ia juga harus dipersiapkan dalam waktu yang
singkat, namun isinya harus cukup banyak, bervariasi dan penyajiannya harus
menarik. Sebagai terbitan berkala majalah selain sebagai penyampai dan penafsir
pesan juga berfungsi sebagai ajang diskusi berkelanjutan. Dalam membahas suatu
masalah, majalah bisa melakukannya dalam waktu lama, bahkan nyaris tak
terbatas selama masih ada peminatnya (Rivers, Jensen, Peterson, 2004:212).
2.5 Sejumlah Kategor i Majalah
Setiap bentuk publikasi yang diterbitkan secara tertatur memenuhi definisi
sebuah majalah. Berikut adalah sejumlah kategori majalah, menurut Encyclopedia
a. Majalah Umum
Sesuai dengan namanya, majalah umum berisi berbagai macam hal dan
ditujukan tidak pada segmen tertentu. Pada masa jayanya, saat bentuk
majalah mulai dipopulerkan, jenis majalah ini menguasai pasar penerbitan
majalah. Trendnya mulai surut ketika era segmentasi produk termasuk
majalah mulai diperkenalkan. Majalah-majalah kategori umum yang masih
tersisa diklasifikasikan sebagai majalah khusus. Contoh majalah jenis ini
ialah Reader’s, atau Intisari.
b. Majalah-Majalah Berkualitas
Majalah jenis berkualitas ini menawarkan artikel-artikel yang khusus.
Kualitas artikelnya tidak bisa dipublikasikan dimana saja. Kendati
memiliki kesamaan sifat sajiannya dengan majalah umum, majalah
berkualitas menawarkan standar kualitas yang lebih tinggi. Maka itu,
majalah jenis ini terutama hendak menarik pembaca dengan tingkat
intelegensi dan pendapatan diatas rata-rata. Salah satu contohnya ialah The
New Yorker. Jenis majalah ini bisa dibagi lagi dalam kategori umum dan
khusus. Contoh majalah berkualitas khusus adalah Psychologi Today dan
National Geographis. Walau tergolong dalam majalah kategori khusus,
para pengelola redaksionalnya tetap memberikan isi bacaan yang bisa
c. Majalah Penerbangan (In-Flight Magazines)
Majalah jenis ini adalah sejenis majalah internal yang ditujukan kepada
para penumpang pesawat terbang (jenis transportasi jarak jauh). Umumnya
majalah jenis ini masih satu rumpun dengan majalah umum.
d. Majalah Berita
Time, Newsweek, US News & World Report atau Gatra dan Tempo
termasuk kategori majalah berita. Majalah berita merupakan satu bentuk
publikasi yang mengkombinasikan unsur aktualitas peristiwa mingguan
dengan peliputan mendalam (in depth coverage) dan penulisan feature
mingguan, yang ingin mendapatkan kedalaman pemberitaan dengan
tingkat profesionalitas tertentu. Isi dari majalah kebanyakan ditulis dengan
menggunakan pendekatan feature. Majalah semacam ini tidak memberi
banyak peluang bagi para penulis lepas.
e. Divisi Majalah Dalam Koran
Ini adalah majalah yang diterbitkan sejumlah surat kabar kepada
pelanggan mereka yang memiliki minat dan perhatian tertentu. Pada
majalah-majalah inilah kebanyakan penulis lepas berpeluang untuk
mengisinya dengan tulisan-tulisan yang bersifat local. Umumnya majalah
semacam ini berisi sketsa sosok-sosok penduduk lokal, lembar-lembar
pariwisata dan sejarah, renungan pemikiran. Dengan format semacam ini
bisa dikatakan majalah kategori ini tergolong dalam wilayah majalah
f. Majalah Kota
Majalah kota berkembang seiring dengan matinya majalah-majalah
bersikulasi nasional. Yang ditawarkan majalah kota besar adalah
artikel-artikel survival untuk menghadapi problematika kota besar, ditambah
sajian-sajian entertaint.
g. Majalah Religius
Sesuai dengan namanya, majalah religius memuat artikel-artikel
keagamaan. Kendati berlatar agama yang sama, jenisnya cukup bervariasi,
mulai dari majalah berbasis keras-fundamentalis sampai
lunak-kompromistis.
h. Majalah Pria
Majalah jenis ini mencakup majalah-majalah khusus yang berbicara
tentang hobi para pria, selain itu artikel-artikel yang bersifat pemuas
kebutuhan pria dari hasrat seks, hobi, sampai minat kaum pria lainnya. Ciri
yang ditampilkan majalah ini biasanya topik yang sensasional. Ciri-ciri
sajiannya bersifat mengekspos isu tertentu, dalam gaya penuturan yang
simple, langsung pada pokok persoalan sehingga mudah dibaca dan tidak
kelewat ilmiah/akademis.
i. Majalah Wanita
Materinya cukup bervariasi, mulai dari yang menawarkan tips-tips dapur
hingga majalah yang diisi oleh aktivis feminis yang menuntut persamaan.
Artikel yang ditawarkan majalah wanita kebanyakan berkisar pada gaya
j. Shelter Magazine
Majalah ini ditujukan kepada khalayak yang menaruh minat pada hal-hal
yang berkaitan dengan rumah, pertamanan, berkebun, dekorasi interior
atau berbagai aktivitas “rumah” lainnya. Artikel-artikelnya berjenis how to
pieces atau dimaksudkan untuk memberi petunjuk-petunjuk tertentu.
Kebanyakan majalah shelter ini sering pula disisipi materi-materi
mengenai traveling, kesehatan, keuangan bahkan hiburan.
k. Majalah Pertanian
Berisi artikel-artikel yang berkisar pada topik pertanian atau peternakan,
berkebun dan menanam buah. Artikel-artikel tersebut diisi oleh para
penulis berpengalaman dibidangnya.
l. Majalah Olahraga
Tema berita maupun ulasan dan artikel berkisar pada olahraga dan
aktivitas fisik diluar ruangan (outdoor activities). Selain majalah olahraga
yang bersifat umum, ada pula yang mengkhususkan diri pada topik
tertentu.
m. Jurnal Perdagangan
Karena ditujukan untuk kepentingan bisnis, artikelnya pun kebanyakan
berkisar bisnis dan ekonomi. Sebagian besar jurnal perdagangan ini diisi
oleh kontributor tertentu. Para editor jurnal semacam ini mengolah
sajiannya berdasarkan paparan-paparan yang bersifat teknis dan
n. Majalah Perusahaan
Ada yang ditujukan untuk khalayak umum, ada pula yang diterbitkan
sekedar untuk memenuhi kebutuhan perusahaan menjalin kontak antar
anggota. Para pengelolanya mendasarkan isinya kepada kepentingan
public relations dari kelembagaan yang menerbitkannya. Maka itu, banyak
majalah jenis ini yang ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan
pencitraan lembaga.
o. Majalah fraternal-Organisasi Persaudaraan
Majalah ini diterbitkan untuk kepentigan organisasi. Kebanyakan
sajiannya berisi materi yang melibatkan para anggota dalam
proyeki-proyek organisasi seperti the Rotarian untuk para anggota rotary club.
p. Majalah Opini
Berisi berbagai artikel opini. Misalnya, majalah yang bervisi politik
tertentu. Jika dikelola dengan baik, kredibilitasnya mendorong banyak
penulis untuk mengirimkan pemikiran-pemikirannya. Para penulisnya
kebanyakan mencari prestise. Mereka mengirimkan artikelnya dengan
harapan namanya tercatat dalam konstelasi para elite intelektual.
q. Publikasi Alternatif
Disebut juga “pers bawah tanah”, beberapa filosofnya bersandar pada
khalayak yang tergolong kecil hingga medium jumlahnya. Cakupan isinya
dimulai dari minat yang sempit dengan format sederhana, namun tak
r. Majalah Khusus
Kategori majalah ini meliputi pertumbuhan dari kebutuhan, minat dan
perhatian masyarakat yang dari hari ke hari kian bertambah sesuai dengan
peningkatan hidup keseharian yang dikehendaki masyarakat.
2.6 Kategor isasi
Kategorisasi yang sudah biasa dipakai sebagai pedoman penelitian para
peneliti, Stempel dalam (Flournoy, 1989 : 186) mencatat sebagai berikut :
sungguh banyak manfaatnya menggunakan sistem penggolongan yang pernah
dipakai dalam studi-studi lainnya. Pertama, anda akan tahu bahwa sistem
penggolongan demikian sudah terbukti dapat dipakai. Dengan mengamati hasil
studi lainnya yang pernah memakai sistem yang bersangkutan, anda akan
memperoleh beberapa pengertian tentang pelbagai hasil yang mungkin diperoleh.
Namun demikian, beberapa perubahan dalam kategori-kategori yang sudah
digunakan oleh peneliti tersebut dianggap perlu untuk mencapai sasaran penelitian
ini. Menurut Stempel dalam (Flournoy, 1989 : 26) untuk menciptakan seperangkat
kategori-kategori ada tiga hal yang perlu dipertimbangkan, antara lain :
a. Kategori-kategori harus relevan dengan tujuan-tujuan studi
b. Kategori-kategori hendaknya fungsional
c. Sistem kategori-kategorinya harus dapat dikendalikan
Relevan berarti bahwa kategori-kategori itu dapat dipakai dalam
menunjukkan suatu proses dalam media massa, dan dapat dikendalikan berarti
bahwa orang yang melakukan penelitian ini tidak perlu banyak kategori.
Sedangkan cendekiawan lain, Ole.R.Holsty (Flournoy, 1989 : 72)
memberikan saran tentang pembentukan seperangkat kategori seyogyanya :
mencerminkan maksud dan tujuan penelitian, lengkap, terinci, eksklusif secara
timbal balik, independent dan diambil dari penggolongan tunggal.
Selain itu, dalam pembentukan kategori ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, sebagai berikut : pengukuran dalam analisis isi menggunakan
pengamatan terstruktur, sistematik, pengamatan yang seksama berdasarkan aturan
tertulis. Dalam aturan tersebut menjelaskan bagaimana membuat kategori dan
penggolongan pengamatan. Seperti halnya pengukuran lain, kategori seharusnya
mutual eksklusif dan tuntas. Dalam aturan tertulis menunjukkan bahwa kategori
dapat diterima dan terbukti reliabilitasnya.
Mutual eksklusif berarti bahwa semua kategori jelas pemisahannya antara
bagian satu dengan bagian yang lain, dan tidak saling tumpah tindih. Tuntas
berarti semua kategori harus tergolong dalam kategori secara keseluruhan, jadi
tidak ada kategori yang tidak tergolongkan.
Ketegorisasi yang digunakan peneliti mengadaptasi pada ketegorisasi
Deutschmann. Kategori ini digunakan pertama kali pada waktu melakukan
analisis isi berita-berita surat kabar di Indonesia tahun 1980-an (Flournoy, 1989 :
a. Perang, Pertahanan dan Diplomasi
Dalam kelompok ini termasuk isi yang berhubungan dengan pertikaian
bersenjata antara dua negara atau lebih. Isi yang berhubungan dengan
masalah-masalah dan kegiatan-kegiatan angkatan bersenjata nasional, serta
pertahanan negara juga termasuk di dalamnya. Kegiatan-kegiatan resmi dari
para duta besar dan pejabat diplomatic lainnya juga dimasukan kedalam
kelompok ini. Berita-berita mengenai perserikatan bangsa-bangsa dan
permasalahannya juga dimasukan kedalam kategori ini.
b. Politik dan Pemerintahan
Setiap persoalan yang berhubungan dengan kegiatan dari berbagai
badan-badan pemerintahan. Apakah pada tingkat daerah atau nasional dimasukan
dalam kelompok ini. Pembahasan perundang-undangan yang disiarkan melalui
surat kabar, walaupun menyangkut pokok persoalan dalam kategori ini
dianggap sebagai hal pemarintah dan dari sebab itu dikelompokan demikain,
hal-hal yang menyangkut persoalan-persoalan politik atau pengangkatan calon
atau pejabat untuk suatu kedudukan penting, masuk dalam kategori ini
pembahasan konsep-konsep pemerintah seperti kebebasan politik atau
kebebasan berbicara dimasukan dalam kategori ini juga.
c. Kegiatan Ekonomi
Dalam kategori ini termasuk cerita-cerita yang ada dasarnya ekonominya
kecuali belanja pemerintah, seperti perdagangan, keuangan, dan perbankan.
Pembahasan soal-soal perpajakan juga dimasukan disini. Kegiatan-kegiatan
pertanian, perindustrian, manajemen tenaga kerja dimasukan dalam kelompok
ini.
d. Kejahatan
Kelompok berita ini menyangkut masalah pelanggaran hokum dan penerapan
hukum yang bersangkutan. Hal-hal seperti kenakalan remaja dan peningkatan
tindak kejahatan dimasukan kedalam kategori ini.
e. Masalah-Masalah Moral Manusia
Berita-berita yang menyangkut persoalan yang dihadapi oleh masyarakat
tentang hak asasi dan tanggung jawab etik perorangan, pergerakan
hak-hak sipil bila dianggap sebagai masalah moral masyarakat. Cerita atau tajuk
rencana yang menyangkut tanggung jawab organisasi keagaman kepada
masyarakat dimasukan kedalam kategori ini.
f. Kesehatan dan Kesejahteraan
Berita-berita yang menyangkut masalah tentang penyakit tertentu yang
mempunyai dampak umum. Isi yang menyangktu kegiatan-kegiatan badan
kesehatan, berita-berita tentang terobosan-terobosan di bidang ilmu dan
kedokteran. Berita tentang keluarga berencana juga diamsukan kedalam
kategori ini.
g. Kecelakaan dan Bencana
Kelompok ini terdiri dari hal-hal yang menyangkut pemusnahan secara
alamiah atau tidak alamiah dari hidup atau harta manusia seperti banjir, topan
atau konstruksi bangunan yang salah, kecelakaan angkutan. Kategori ini
terganggunya kesehatan berdasarkan syarat-syarat ini, bukanlah sebagai akibat
dari penyakit tetapi dari tindakan fisik manusia atau unsure-unsurnya.
h. Ilmu dan Penemuan
Jenis ini menyangkut perkembangan teknologi mutakhir di bidang ilmu dan
perindustrian. Berita-berita tentang penemuan baru di lain bidang seperu
kesehatan, ekonomi, pertahanan dan pencegahan kecelakaan dimasukan
kedalam ketegori ini bilamana efek keseluruhannya merupakan penemuan
yang bersangkutsn dan bukan sekedar penerapannya dibidang tersebut.
i. Pendidikan dan Seni Klasik
Kelompok berita ini menyangkut masalah-masalah yang berkaitan dengan
sistem pendidikan umum baik negeri maupun swasta atau dengan seni klasik
seperti drama, sastra atau seni lukis. Kelompok ini dibedakan dari kesenian
yang semata-mata merupakan sarana hiburan. Akan tetapi semua berita
tentang kebijaksanaan dan sistem pendidikan yang menyangkut pemerintahan
tidak dimasukan disini tetapi dalam kategori politik dan pemerintahan.
j. Hiburan Rakyat
Yang dimasukan dalam kategori ini ialah hal-hal yang menyangkut cara-cara
rakyat menghibur diri, kecuali melalui seni klasik seperi biosksp, televise atau
olah raga.
k. Human Interest
Dalam kategori ini termasuk berita-berita tentang masaslah-masalah yang
yang menyenangkan tentang keganjilan perilaku manusia, cerita dengan
percakapan dan tindak laku tetapi memuat berita langsung.
2.7. Teor i Gatekeeper
Istilah Gatekeeper pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewwin dalam
bukunya Human Relation (1947) seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun
1947. kata itu merupakan istilah dari lapangan sosiologi tetapi digunakan pula
dalam laporan penelitian komunikasi.
John R.Bitler (1996) mengistilahkan Gatekeeper sebagai individu atau
kelompok orang – orang yang memantau arus informasi dalam sebuah jaringan
komunikasi, juga diperluas maknanya yang disebut gatekeeper adalah orang yang
berperan penting dalam sebuah media massa. (Nurudin, 2004 : 108)
Semua saluran media massa mempunyai sejumlah saluran gatekeeper.
Mereka memainkan peranan dalam beberapa fungsi, mereka ini dapat menghapus
pesan atau dapat juga memodifikasi pesan yang akan disebarkan, mereka pun
dapat menghentikan sebuah informasi dan tidak membuka “pintu gerbang” (gate)
bagi keluarnya informasi lain. Bagi Ray Eldon Heibert, Donal F. Ungarait dan
Thomas W. Bohn, yang dikutip Nurudin (2004 :111-115), gatekeeper bukan
bersifat positif negatif, tetapi mereka merupakan sesuatu kekuatan yang kreatif,
seperti seorang editor dapat menambahkan pesan dengan mengkombinasikan
pesan dari berbagai sumber, seorang layouter juga bisa menambahkan sesuatu
pada gambar atau setting pada media cetak agar lebih kelihatan bagus. Secara
umum peran getekeeper sering dihubungkan dengan berita khususnya surat kabar.
yang khalayak butuhkan atau sedikitnya menyediakan bahan bacaan untuk
pembacanya. Seolah editor menjadi mata pembaca. Sebagaimana mereka
menyortir berita melalui peristiwa sehari –hari sebelum dibaca pembacanya.
Dengan demikian paling tidak gatekeeper mempunyai fungsi :
1. Menyiarkan informasi kepada kita
2. Untuk membatasi informasi yang kita terima dalam mengedit informasi ini
sebelum disebarkan kepada kita
3. Untuk memperluas dengan menambahkan fakta.
2.8 Analisis Isi
Menurut Wazaer dan Wiener (1978) analisis isi dalam Bulaeng (2004)
adalah suatu prosedur sistematika yang disusun untuk menguji isi informasi yang
terekam. Sedangkan menurut Krippendorf (1980) mendifinisikan analisis isi suatu
penelitian untuk membuat referensi-referensi dari data ke konteks. Sedangkan
definisi Kerlinger (1986) agak khas, yaitu analisis komunikasi secara sistematis,
obyektif, dan secara kuantitatif untuk mengukur variabel.
Dalam definisi Kerlinger ada tiga konsep yang tercakup didalamnya.
Pertama, analisis isi bersifat sistematis. Hal ini berarti isi yang akan di analisa
dipilih menurut aturan-aturan yang ditetapkan secara implisit misalnya : cara
penentuan sample. Kedua, analisis bersifat obyektif. Ketiga, analisis isi bersifat
kuantitatif (Bulaeng, 2004 : 171)
Pada definisi Kerlinger mempunyai kesamaan dengan pengertian analisis
isi-isi pernyataan suatu komunikasi. Dan Berelson juga menambahkan bahwa
analisis isi yang tidak lebih baik daripada kategori-kategorinya.
2.9. Ker angka Ber fik ir
Majalah merupakan media massa cetak yang berfungsi menyajikan
informasi atau berita tentang berbagai peristiwa yang terjadi. Banyaknya
informasi berita di majalah yang bervariatif membuat persaingan pesat antar
media cetak khususnya majalah yang ada, termasuk majalah Tempo berusaha
memberikan informasi yang aktual untuk dijadikan berita yang menarik.
Peneliti tertarik meneliti laporan utama majalah Tempo pada bulan Januari
2011 sampai dengan Juni 2011 karena tertarik dengan berita-berita yang disajikan
pada periode tersebut. Berdasarkan isi tersebut kemudian dapat dikategorikan
berdasarkan isi tema laporan utama majalah Tempo.
Penelitian analisis isi tema laporan utama majalah Tempo menggunakan
kategorisasi yang pernah dipakai oleh Deutchsmann. Sedangkan kerangka pikir
Ga mbar 1. Kerangka Ber pikir Penelitian
Tentang Analisis Isi Tema Laporan Utama Majalah Tempo Periode Januari 2011 – Juni 2011
METODE PENELITIAN
3.1 DefinisiOper asional
3.1.1 Ber ita
Berita majalah Tempo mengangkat sebuah fenomena persoalan dibahas
dengan gaya tutur pemberi cerita dan ringan untuk dibaca. Yang tentunya
konsistensi terhadap isi yang selalu mengangkat cerita utama tentang politik dan
ekonomi sehingga mudah diterima dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari
masyarakat Indonesia.Oleh karena sifatnya yang ringan inilah berita dijadikan
menu utama dalam majalah Tempo. Bertia memiliki unsur-unsur antara lain
kreatifitas, subjektivitas, informatifdanmenghibur.
3.2 Kategor isasi
Ketegorisasi yang digunakan peneliti mengadaptasi pada ketegorisasi
Deutschmann. Dengan menggunakan ketegorisasi Deutschmann, peneliti
menganalisis isi tema laporan utama majalah tempo periode Januari 2011 sampai
dengan Juni 2011.
Dari Tema Laporan Utama Majalah Tempo periode Januari 2011 sampai
dengan Juni 2011 dilakukan proses analisa. Selanjutnya peneliti
3.2.1 Kategor isasiTema
Ketegori-kategori yang digunakan dalam penelitian ini mengadaptasi
pada tipe atau kategori Deutschmann.
3.2.1.1Ketegori Perang, Pertahanan dan diplomasi :
a. Perang
Persoalan yang berhubungan dengan peperangan yang terjadi,
masalah-masalah yang timbul dalam perang dan persoalan yang
berhubungan dengan pemberontakan atau perlawanan terhadap
pemerintah yang berkuasa.
b. Pertahanan
Persoalan yang berhubungan dengan system pertahanan suatu
negara.
c. Diplomasi hubungan luar negeri
Persoalan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan luar
negeri dan hubungan luar negeri.
3.2.1.2Kategori Politik dan Pemerintahan
a. Politik
Merupakan persoalan yang berhubungan dengan politik, disamping
itu juga terdapat pembahasan tentang konsep-konsep politik dan juga
b. Kegiatan-kegiatanPemerintah
Persoalan yang berhubungan dengan kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pemerintah.
3.2.1.3.KategoriKegiatanEkonomi
a. Kegiatan perkonomian umum
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan ekonomi secara
keseluruhan seperti export-import, perubahan harga-harga bahan pokok
dan pemanfaatan sumber-sumber alamiah.
b. AngkutandanPerjalanan
Persoalan yang berhubungandenganangkutantransportasi.
3.2.1.4. Kategori Kejahatan
a. Kejahatan orang dewasa
Persoalan yang berhubungan dengan kejahatan yang dilakukan
oleh orang dewasa.
b. Penegakan hokum dan badan-badan penegak hukum
Persoalan yang berkaitan dengan penegakan hukum yang
dilakukan oleh aparat hukum, penerapan oleh kejaksaan kepada pelaku
tindak kejahatan.
3.2.1.5. Kategori Masalah-Masalah Moral Masyarakat
Persoalan yang berhubungan dengan yang dihadapi oleh
pergerakan hak-hak sipil, bila tidak merupakan bagian dari
perundang-undangan pemerintah dianggap sebagai moral masyarakat.
3.2.1.6. Kategori Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat
a. Penanganan masalah kesehatan
Persoalan yang berhubungan dengan penanganan masalah
kesehatan seperti cara penanggulangan suatu penyakit.
b. Penanganan masalah-masalah social dan keselamatan
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan sosial yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.
3.2.1.7. Kategori Kecelakaan dan Bencana
a. Kecelakaan karena manusia
Persoalan yang berhubungan dengan kejadian atau peristiwa yang
terjadi karena kecerobohan manusia.
b. Bencana alam
Persoalan yang berhubungan dengan bencana alam
c. Badan-badan penanggulangan bencana
Persoalan yang berhubungan dengan badan-badan pemerintah yang
dibentuk untuk menanggulangi bencana alam.
3.2.1.8. Kategori Ilmu dan Penemuan
Persoalan yang berhubungan dengan perkembangan teknologi
3.2.1.9. Kategori Pendidikan dan Seni Klasik
Persoalan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang
berkaitan dengan system pendidikan umum baik swasta maupun negeri
dan kesenian yang semata-mata merupakan hiburan.
3.2.1.10. KategoriHiburan Rakyat
Persoalan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan hiburan
masyarakat.
3.2.1.11. Kategori Human Interest
Persoalan yang berhubungan dengan masalah-masalah yang terjadi
dan menyangkut kepentingan orang banyak. Misalnya kerusakan fasilitas
umum yang vital dan banyak digunakan oleh masyarakat umum.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua berita yang terdapat dalam
kolom laporan utama majalah Tempo periode bulan Januari 2011 sampai dengan
Juni 2011, berdasarkan periode tersebut terdapat 26 berita dalam laporan utama
majalah Tempo.
3.3.2 Sampel
Pengambilan sampel penelitian sebanyak 100% dari total sampel jadi di
dapatkan jumlah sampel sebanyak 26 berita laporan utama yang mewakili secara
3.4 Unit Analisis
Unit analisis yang berupa unit tematik dalam pesan, dihitung berdasarkan
tema peristiwa yang diangkat. Unit tematik digunakan untuk menganalisis realitas
dalam berita kemudian dimasukkan dalam kategorisasi.
3.5 Tek nik Pengumpulan Data
Data yang digunakan untuk penelitian data primer. Data primer adalah
data yang di peroleh langsung dari tulisan-tulisan dalam kolom laporan utama.
Prosedur yang digunakan untuk penelitian ini adalah Pertama, dengan melakukan
pencatatan terhadap tema laporan utama majalah Tempo. Kedua, setiap data
dikumpulkan dengan menggunakan lembar koding berdasarkan kategori-kategori
yang telah ditentukan, kemudian dianalisis dan di interpretasikan sesuai dengan
tujuan penelitian.
3.6 Tek nik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
isi. Data dianalisis dengan menggunakan table frekuensi, data tersebut
dimasukkan kedalam kategori-kategori yang ada kemudian diambil prosentase
dan diinterpretasikan berdasarkan hasil sampel tema laporan utama majalah
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian.
4.1.1. Sejar ah Majalah Tempo.
Diawali peristiwa tahun 1969, dimana era keterbukaan setelah berbagai
peristiwa politik dalam negeri yang dianggap kacau, seorang Goenawan
Mohammad mempunyai ide untuk membuat majalah yang dianggap baru.
Sebagai langkah perbedaan dari membanjirnya hiburan waktu itu. Namun
dengan semangat yang besar, tantangan ekonomi yang morat-marit oba untuk
dilawan.
Majalah Ekspres kemudian dibentuk oleh tiga orang pers senior yakni
Goenawan Mohammad, Christianto Wibisono, dan Fikri Jufri, dengan dibantu
oleh B.M. Diah. Ketiganya adalah wartawan Harian Kami. Namun perpecahan
diantara pengelola terjadi, tidak luput kemudian Goenawan dan kawan-kawan
melakukan eksodus. Berita ini kemudian menyebar sampai ke telinga ketua
Yayasan Jaya Raya, Ir. Ciputra, yang juga menderikan Djaja. Lewat Lukman
Setiawan, Ciputra mencoba berdialog dengan Goenawan. Hasil rembugan
tersebut menghasilkan gagasan baru, mejalah Tempo dikelola 30 orang, eks
pengelola Ekspres dan Djaja. Akhirnya, pada akhir Desember 1970 dengan
rekomendasi Adam Malik, Menteri Penerangan waktu itu, Budhiharjo
mengeluarkan SIT atas nama Tempo. Adapun ide dasarnya adalah mengambil
waktu itu Ali Sadikin, Tempo mulai memproses persiapan penerbitan. Baru
setelah pemprosesan SIT tahun 1971, Tempo baru bisa terbit pada bulan
September. Dengan jumlah halaman untuk pertama kalinya 80 halaman.
Pertama kali terbit, Tempo telah mampu menjual sekitar 45.000
eksemplar baik sebagai perkenalan atau dijual bebas. Dan semakin bertambah
tahun, akhirnya pada tahun 1977 meningkat menjadi 50.000 eksemplar.
Tempo pertama kali menempati kantor di Jalan Senen Raya 83 Jakarta.
Dengan Goenawan Mohammad sebagai pemimpin umum merangkap pemimpin
redaksi. Sedangkan untuk pimpinan perusahaan dipercayakan kepada Harjoko
Trisnadi. Meskipun dengan kantor yang sempit, namun tidak menghalangi
semangat idealisme yang tinggi. Tempo seperti bekejaran dengan waktu dan
berlomba dengan penerbitan, khususnya majalah yang telah ada. Namun dengan
segala kelebihan dan kehandaan Goenawan MOhammad yang memang sudah
senior di bidangnya, dengan dibantu oleh Bang Ali Sadikin selaku Gubernur
DKI, maka Tempo berani memilih visi dan misi pers menuju pers yang serius
yang lebih menonjolkan diri pada politik, menyuarakan kebenaran lewat ulasan
dan kritikan, saran atas keputusan yang diambil oleh penguasa atau
masalah-masalah yang sedang aktual dan hangat dibicarakan oleh masyarakat.
Nampaknya pilihan ini berdampak cukup serius, sebab baru dua tahun
terbit sudah pernah mendapat teguran dari Pemerintah, lewat Departemen
Penerangan. Demikian juga pada tahun-tahun berikutnya, Tempo seakan tidak
pernah lepas dari tangan-tangan bayangan kekuasaan yang memang pada saat
itu sedang giat-giatnya melakukan pembangunan politik, dengan berbagai
terlibat dan berpengaruh.
Pada tahun 1985, suasana pers nasional mulai menampakkan perubahan
besar, dimana pemerintah mencanangkan semacam upaya penerbitan pers
nasional, STT, dan SIT tidak lagi berguna. Ijin penerbitan digantikan fungsinya
dengan SIUPP. Artinya, bahwa Pemerintah pada saat itu memang berupaya
untuk mengontrol kehidupan pers.
Perubahan terjadi pada tahun 1987, yang semula Tempo terbit hanya
dengan 80 halaman berkembang menjadi 100 halaman. Ini terkait dengan
permintaan yang semakin banyak seiring banyaknya pers sejenis yang mundur
akibat iklim politik yang semakin ketat serta persaingan bisnis yang semakin
tajam. Maka Tempo seakan sudah bosan merajai posisinya. Pers sejenis banyak
yang gulung tikar akibat lesunya dukungan finansial serta dukungan sistem
politik, sehingga banyak kelompok perusahaan pers yang mengundurkan diri.
Namun dengan segala kekuatannya Tempo tetap dan berusaha selalu konsisten.
Untuk memperkuat jaringan lembaganya, Tempo membuat kebijakan
untuk membagi kekuasaan, dimana semula Pimpinan Umum dipegang
Goenawan Mohammad kemudian digantikan oleh Eric F.H. Samola. Keputusan
ini diambil mengingat Eric merupakan tokoh pers nasional yang diharapkan
mampu mendongkrak kepentingan Tempo dalam lembaga pers nasional,
khususnya Dewan Pers yang semakin hari semakin ketat. Seiring dengan
perkembangannya, kemudian Tempo meninggalkan kantornya yang pengap dan
sempit di daerah Senen menuju Jalan Rasuna Said Kav.C 17 Jakarta Pusat yang
lebih luas dan representatif serta nyaman bagi staf redaksi dan wartawan
mendirikan Yayasan Tempo yang berfungsi sebagai lembaga kontrol terutama
masalah sosial sekaligus lembaga kesejahteraan karyawan, disamping beberapa
fungsinya dengan salah satu sub lembaganya "Data Tempo" untuk menjadi
sebagai sarana pustaka. dalam hal ini Yayasan Tempo semakin besar
peranannya dengan menjadi suatu lembaga tersendiri yang melayani publik
untuk menampung dan mengelola kepustakaannya.
Perkembangan majalah Tempo sangat pesat sejak kepindahannya ke
kantor yang baru, salah satunya adalah oplah yang semula hanya paling banter
50.000-75.000 eksemplar berkembang menjadi 100.000-150.000 eksemplar.
Demikian juga dengan staf kepegawaian dan reporternya semakin hari semakin
bertambah bahkan semakin besar Hingga Tempo telah diputuskan untuk
menjadi perusahaan mandiri oleh Grafiti Press.
Menginjak Tahun 1990-an, Tempo semakin dikenal sebagai pers yang
berani sekaligus menjadi standart perkembangan pers serius nasional. Dengan
keampuan radaksionalnya yang dikenal sebagai kelompok orang-orang pintar,
maka isi Tempo semakin menggigit dan detail serta kritis. Dengan
kemampuannya ini, Tempo telah berkali-kali mendapatkan teguran, samapai
pada Tahun 1991 sempat diancam untuk dicabut SIUPP-nya. Bahkan dalam
pilihannya, Tempo telah menjadi idola pembaca terutama dari kalangan,
dibandingkan dengan majalah-majalah politik lainnya.
Dari tahun tersebut, perjalan majalah Tempo semakin keras
pertarungannya dengan sistem, sebagai konsekuensi sikap kritisnya, hingga
tragedi yang paling manakutkan bagi kalangan pers terjadi pada bulan Juni
Televisi Republik Indonesia dalam pada acara Dunia Dalam Berita yang
sebelumnya didahului oleh pernyataan kepala FPGG, Soebrata.
Majalah Tempo yang terbit mingguan memberi ruang sebanyak 100
halaman. Adapun dalam berbagai liputannnya, Tempo membaginya dalam 28
rubrik. Dalam rubrik-rubrik tersebut, pada dasarnya terbagi menjadi beberapa
bentuk laporan/liputan, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Bentuk liputan berdasarkan teknik pemberitaan / reportase :
1. Rubrik Nasional
2. Rubrik Luar Negeri
3. Rubrik Kriminal
4. Rubrik Pendidikan
5. Rubrik Hukum
6. Rubrik Kesehatan
7. Rubrik Pokok dan Tokoh
8. Rubrik Laporan Utama
9. Rubrik Selingan
10. Rubrik Olah Raga
11. Rubrik Ilmu dan Teknologi
12. Rubrik Indonesiana
13. Rubrik Lingkungan
14. Rubrik Agama
15. Rubrik Ekonomi Bisnis
16. Rubrik Seni