• Tidak ada hasil yang ditemukan

WACANA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI JUNI TAHUN 2016: ANALISIS STRUKTUR WACANA MENURUT TEUN. A. VAN DIJK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WACANA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI JUNI TAHUN 2016: ANALISIS STRUKTUR WACANA MENURUT TEUN. A. VAN DIJK"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

WACANA LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016: ANALISIS STRUKTUR WACANA

MENURUT TEUN. A. VAN DIJK

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Ludgeryus Angger Prapaska 154114032

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Age Quod Agis

Manusia tanpa harapan, dia mayat berjalan. (Y. B. Mangunwijaya)

Skripsi ini saya persembahkan untuk: Tuhan Yang Maha Esa, Bapak F. X. Sutarno, Ibu Magdalena Liestyawati, Adik Helena Paskah

Lintangarum, Program Studi Sastra Indonesia USD, serta segenap pembaca.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang melimpah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Wacana Laporan Utama pada Majalah Tempo Edisi Januari–Juni tahun 2016: Analisis Struktur Wacana Menurut Teun. A. Van Dijk” secara baik adanya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Selama proses pengerjaan skripsi, penulis menyadari banyak pihak yang membantu dan mendukung, baik dalam bentuk materi, doa, maupun moral – hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih. Pertama, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak F. X. Sutarno, Ibu Magdalena Liestyawati, dan Adik Helena Paskah Lintangarum, keluarga yang telah membiayai dan selalu mendoakan penulis.

Kedua, penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M.Hum. selaku dosen pembimbing yang selalu sabar memberikan masukan, inspirasi, pinjaman buku, dan dorongan moral kepada penulis. Segenap dosen Program Studi Sastra Indonesia yang belum disebut: Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum (dosen pembimbingan akademik penulis sekaligus Kepala Prodi Sastra Indonesia), Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum., Drs. B. Rahmanto, M.Hum., Sony Christian Sudarsono, S.S., M.A., M. M. Sinta Wardani, S.S., M.A., Drs. Herry Antono, M.Hum. (Alm), Dr. Paulus Ari Subagyo, M.Hum. (Alm), serta dosen-dosen pengampu mata kuliah lain yang telah memberikan banyak ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama berproses dan berkuliah di Program Studi Sastra Indonesia.

Ketiga, penulis ucapkan terima kasih kepada seluruh Staf karyawan Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma yang selama ini telah membantu penulis dalam keperluan akademik. Para staf Perpustakaan Universitas Sanata

(8)
(9)

ix ABSTRAK

Prapaska, Ludgeryus Angger. 2019. “Wacana Laporan Utama pada Majalah Tempo Edisi Januari–Juni Tahun 2016: Analisis Struktrur Wacana Menurut Teun. A. Van Dijk”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Penelitan ini membahas analisis struktur wacana menurut van Dijk pada wacana laporan utama di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Dalam penelitian ini terdapat tiga masalah yang dibahas, yaitu (i) struktur makro, (ii) superstruktur, dan (iii) struktur mikro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan (i) struktur makro, (ii) superstruktur, dan (iii) struktur mikro dalam majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016.

Data penelitian ini adalah wacana laporan utama yang terdapat pada majalah

Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian

meliputi metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian hasil analisis data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan membaca, mencatat, dan mengkategorikan berdasarkan tema-tema pada wacana laporan utama dalam majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016. Metode analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik dasar, yaitu bagi unsur langsung (BUL) serta metode padan dengan metode padan referensial. Kemudian data yang telah dianalisis akan dikemukakan dengan menggunakan metode formal dan informal.

Hasil penelitian ini berupa deskripsi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Unsur struktur makro berisi deskripsi elemen tematik meliputi tema (i) korupsi, (ii) terorisme, (iii) politik, (iv) sosial budaya, dan (v) kriminalitas. Unsur superstruktur berisi deskripsi elemen skematik meliputi (1) summary dan (2) story. Unsur (1) summary diklasifikasikan sesuai penentuan sejumlah tema, yaitu (i) summary dalam wacana korupsi, (ii) summary dalam wacana terorisme, (iii) summary dalam wacana politik, (iv) summary dalam wacana sosial budaya, dan (v) summary dalam wacana kriminalitas. Sementara itu, (2) story meliputi (a) proses peristiwa, yaitu (i) kisah utama (episode) dan (ii) latar; serta (b) komentar dalam teks, yaitu (i) reaksi komentar verbal.

Unsur struktur mikro dikategorikan menjadi beberapa bab dan subbab menurut penentuan tema pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Hal itu meliputi (a) struktur mikro dalam laporan utama bertema korupsi meliputi (i) kata dalam wacana korupsi, (ii) kalimat dalam wacana korupsi, dan (iii) paragraf dalam wacana korupsi; (b) struktur mikro dalam laporan utama bertema terorisme meliputi (i) kata dalam wacana terorisme, (ii) kalimat dalam wacana terorisme, dan (iii) paragraf dalam wacana terorisme; (c) struktur mikro dalam laporan utama bertema politik meliputi (i) kata dalam wacana politik, (ii) kalimat dalam wacana

(10)

x

politik, (iii) paragraf dalam wacana politik; (d) struktur mikro dalam laporan utama bertema sosial budaya meliputi (i) kata dalam wacana sosial budaya, (ii) kalimat dalam wacana sosial budaya, dan (iii) paragraf dalam wacana sosial budaya; (e) struktur mikro dalam laporan utama bertema kriminalitas meliputi (i) kata dalam wacana kriminalitas, (ii) kalimat dalam wacana kriminalitas, dan (iii) paragraf dalam wacana kriminalitas.

Kata kunci: analisis struktur wacana, van Dijk, struktur makro, superstruktur, struktur mikro, majalah Tempo

(11)

xi ABSTRACT

Prapaska, Ludgeryus Angger. 2019. “The Discourse of the Main Report in Tempo Magazine on January–June Edition of 2016: the Analysis of Discourse Structure According to Teun. A. Van Dijk”. Undergraduate Thesis. Indonesian Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This research discusses an analysis of the structure of discourse according to van Dijk on discourse the main report in Tempo magazine edition of January– June of the year 2016. In this research, there are three problems that are discussed, namely (i) macro structure, (ii) the superstructure, and (iii) micro structure on the

Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. The purpose of this

study is to describe the (i) macro structure, (ii) the superstructure, and (iii) micro structure in Tempo magazine on edition of January–June of the year 2016.

The data of this study is the discourse main report that is contained in Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. The methods that are used in the research include data collection methods, data analysis methods, and the method of presentation of the results of the data analysis. Data collection method that used is the method of check out to read, take notes, and categorize based on themes in the discourse of the main report in Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. Data analysis method that used is the method of agih with basic techniques, namely for the elements of direct (BUL) as well as the method with using match method with match referential. Then the data that has been analyzed will stated by using formal and informal methods.

The results of this study are in the form of a description macro structure, superstructure, and micro structure on the Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. Elements of the macro-structure contains of a description thematic elements include the themes of (i) corruption, (ii) terrorism, (iii) politics, (iv) social and culture, and (v) crime. The elements of the superstructure contains description the elements of the schematic include (1) summary and (2) the story. Elements (1) a summary is classified according to the determination of a number of themes, namely (i) summary in the discourse of corruption, (ii) summary in the discourse of terrorism, (iii) summary in political discourse, (iv) summary in the discourse of social culture, and (v) summary in the discourse of criminality. Meanwhile, (2) the story includes (a) the process of events, namely (i) the main story (episodes) and (ii) the background; and (b) the comments in the text, namely (i) the reaction of your verbal comments.

Elements of the micro structure are categorized into several chapters and sections according to the theme determination on the Tempo magazine edition of January–June of the year 2016. It include (a) mirco structure of the report the main theme of corruption include (i) words in the discourse of corruption, (ii) sentences in the discourse of corruption, and (iii) the paragraph in the discourse of corruption; (b) micro-structure in the report the main theme of terrorism include (i) word in the

(12)

xii

discourse of terrorism, (ii) sentences in the discourse of terrorism, and (iii) the paragraph in the discourse of terrorism; (c) micro-structure in the main report politically themed covers (i) word in the political discourse, (ii) the phrase in political discourse, (iii) a paragraph in the political discourse; (d) micro structure of the report the main theme of the social culture include (i) words in the discourse of social culture, (ii) sentences in the discourse of social culture, and (iii) the paragraph in the discourse of social culture; (e) micro structure of the report the main theme of crime include (i) words in the discourse of criminality, (ii) a sentence in a discourse of criminality, and (iii) the paragraph in the discourse of criminality.

Keywords: analysis of the structure of discourse, van Dijk, macro structure, superstructure, micro structure, Tempo magazine.

(13)

xiii DAFTAR SINGKATAN P : paragraf J : judul L : lead K : kalimat

(14)

xiv DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... v

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

ABSTRACT ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 14

1.3 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Manfaat Hasil Penelitian ... 15

1.5 Tinjauan Pustaka ... 15

1.6 Landasan Teori ... 18

1.6.1 Etimologi Wacana ... 18

1.6.2 Analisis Wacana ... 19

1.6.3 Kajian Wacana Versi Teun A. Van Dijk ... 19

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian ... 22

1.7.1 Metode Pengumpulan Data ... 22

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 22

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data ... 25

1.8 Sistematika Penyajian ... 25

BAB II STRUKTUR MAKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 ... 26

2.1 Pengantar ... 26

2.2 Korupsi ... 26

(15)

xv

2.4 Politik ... 29

2.5 Sosial Budaya ... 30

2.6 Kriminalitas ... 31

BAB III SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 ... 33

3.1 Pengantar ... 33

3.2 Summary ... 33

3.2.1 Summary dalam Wacana Korupsi ... 34

3.2.2 Summary dalam Wacana Terorisme ... 35

3.2.3 Summary dalam Wacana Politik ... 36

3.2.4 Summary dalam Wacana Sosial Budaya ... 37

3.2.5 Summary dalam Wacana Kriminalitas ... 38

3.3 Story ... 39

3.3.1 Proses Peristiwa ... 40

3.3.1.1 Kisah Utama ... 40

3.3.1.2 Latar ... 68

3.3.2 Komentar dalam Teks ... 95

3.3.2.1 Reaksi Komentar Verbal ... 96

Rangkuman Bab III ... 108

3.4 Tabel Superstruktur Tema Korupsi ... 108

3.5 Tabel Superstruktur Tema Terorisme ... 116

3.6 Tabel Superstruktur Tema Politik ... 126

3.7 Tabel Superstruktur Tema Sosial Budaya ... 134

3.8 Tabel Superstruktur Tema Kriminalitas ... 139

BAB IV STRUKTUR MIKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016 ... 150

4.1 Pengantar ... 150

4.2 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Korupsi ... 150

4.2.1 Kata dalam Wacana Korupsi ... 151

4.2.2 Kalimat dalam Wacana Korupsi ... 153

(16)

xvi

4.3 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Terorisme ... 156

4.3.1 Kata dalam Wacana Terorisme ... 157

4.3.2 Kalimat dalam Wacana Terorisme ... 158

4.3.3 Paragraf dalam Wacana Terorisme ... 160

4.4 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Politik ... 162

4.4.1 Kata dalam Wacana Politik ... 162

4.4.2 Kalimat dalam Wacana Politik ... 164

4.4.3 Paragraf dalam Wacana Politik ... 165

4.5 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Sosial Budaya ... 167

4.5.1 Kata dalam Wacana Sosial Budaya ... 168

4.5.2 Kalimat dalam Wacana Sosial Budaya ... 169

4.5.3 Paragraf dalam Wacana Sosial Budaya ... 170

4.6 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Kriminalitas ... 172

4.6.1 Kata dalam Wacana Kriminalitas ... 173

4.6.2 Kalimat dalam Wacana Kriminalitas ... 175

4.6.3 Paragraf dalam Wacana Kriminalitas ... 176

BAB V PENUTUP ... 179 5.1 Kesimpulan ... 179 5.2 Saran ... 181 DAFTAR PUSTAKA ... 182 Sumber Data ... 184 LAMPIRAN ... 185

Bagan Analisis Struktur Wacana Model van Dijk pada Wacana Laporan Utama dalam Majalah Tempo Edisi Januari–Juni 2016 ... 185

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Menurut Eriyanto (2001: 3) dalam pengertian lingustik, wacana adalah unit bahasa yang lebih besar dari kalimat. Analisis wacana dalam studi linguistik ini merupakan reaksi dari bentuk linguistik formal yang lebih memperhatikan pada unit kata, frase, atau kalimat semata tanpa melihat keterkaitan di antara unsur tersebut. Analisis wacana, kebalikan dari linguistik formal, justru memusatkan perhatian pada level di atas kalimat seperti hubungan gramatikal yang terbentuk pada level yang lebih besar dari kalimat.

Berkenaan dengan hal tersebut, dalam menganalisis wacana pada laporan utama di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016, digunakan kajian struktur wacana menurut Tuen. A. Van Dijk untuk meneliti struktur wacana berita. Hal pertama yang dibahas dalam penelitian ini adalah struktur makro – meliputi tematik sebagai tema atau topik yang dikedepankan dalam suatu berita. Menurut van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 230-231) gagasan tematik didasari pada pandangan wartawan ketika meliput suatu peristiwa dengan memandang masalah pada mental (pikiran) tertentu. Mental (kognisi) ini secara jelas dapat dimunculkan dalam berita karena topik dipahami sebagai mental wartawan untuk menekankan suatu kejadiaan pada pemberitaan. Oleh karena itu, tema atau topik merupakan pokok pikiran yang menjadi dasar penulis mengemukakan suatu peristiwa (berita). Unsur tema atau

(18)

topik perlu diketahui oleh pembaca sebelum memasuki alur cerita pada berita, sebab unsur tersebut menunjukkan konsep sentral, dominan, dan paling penting pada isi berita. Berikut salah satu contoh unsur tematik wacana tentang korupsi di majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016:

(1) Jejak Suap di Hang Lekir V

Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai menerima uang untuk “mengamankan“ sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group. Sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. (Anton, Aprianto, dkk. “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo. 8 Mei 2016: 33-38)

Pada contoh (1) dapat diketahui tematik wacana berita tersebut berbicara tentang kasus suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Kasus korupsi yang melibatkan kedua birokrat itu ditelusuri dari dugaan suap untuk melindungi beberapa perkara di Lippo Group. Secara mendasar pada contoh (1), tematik mengemukakan hal-hal pokok di dalam berita yang merujuk topik mengenai korupsi. Hal itu terpatri dari isi wacana berita tentang kasus suap yang dialami oleh kedua panitera pengadilan. Penyimpulan topik korupsi ini didasari dari penekanan wacana berita yang mengarah langsung dalam menuliskan informasi dengan faktual; kasus suap (korupsi) di lapangan.

Masalah kedua yang dikaji dalam penelitian ini ialah superstruktur – meliputi skematik sebagai bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh. Dalam pemberitaan suatu peristiwa para penulis (wartawan) akan melaporkan berita menurut kaidah penulisan jurnalistik yaitu struktur piramida terbalik. Piramida terbalik adalah sebuah pola penulisan berita yang menempatkan informasi penting (menarik) di bagian awal naskah, lalu dilanjutkan dengan isi atau tubuh

(19)

berita. Berkenaan dengan skema berita, alur berita lazimnya akan menunjukkan bagian-bagian dalam teks yang disusun dan diurutkan sehingga membentuk kesatuan arti. Seperti pada struktur tematik, menurut van Dijk (dalam Eriyanto, 2001: 233) struktur tematik dipandang sebagai satu kesatuan yang koheren dan padu. Semua skema bukan saja semata-mata dilihat dari penyusunan berita, tetapi dibentuk pengertian sebagaimana dipahami dan dimaknai atas peristiwa yang terjadi di khalayak.

Secara hipotetik unsur skematik mempunyai dua kategori yakni (a) summary dan (b) story. Summary ditandai dengan elemen judul dan lead (teras berita)yang menunjukkan tema dalam pemberitaan oleh wartawan (Eriyanto, 2001: 232). Kedua elemen tersebut digunakan sebagai pengantar ringkasan sebelum masuk dalam isi berita secara lengkap. Sebagaimana pada uraian contoh summary dalam wacana terorisme berikut.

(2) J : Jejak Lelaki Bertopi Nike

L : Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.

(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah

Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35)

Wacana berita (2) merupakan judul dan lead dari laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema terorisme. Dalam (J dan L) atas wacana berita (2) menjelaskan insiden serangan bom dan penembakan kejam oleh para terorisme terduga pengikut ISIS. Hal tersebut terpatri secara ringkas pada alur awal lead yang berbunyi, “Kelompok pengikut ISIS dituduh

(20)

berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H.

Thamrin, Jakarta Pusat.” Kemudian, permasalahan terorisme kembali dilanjutkan

melalui penggalan kalimat, “Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana

penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu.” Seperti diketahui bahwa

Bahrun’naim adalah tokoh ISIS asal Indonesia yang menjadi “dalang” peristiwa serangan bom. Operasi serangan terorisme tersebut telah dijajaki aparat negara sejak setahun yang lalu. “Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.” Demikian, secara skematik dan eksplisit wacana berita (2) berusaha menguak kejahatan publik yang tersusun ringkas pada tema terorisme.

Sementara itu, (b) story merujuk pada isi berita secara keseluruhan dengan dua subkategori berupa proses peristiwa dan komentar dalam teks. Proses peristiwa diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu kisah utama dan latar, sedangkan komentar dalam teks mencakup reaksi komentar verbal. Proses peristiwa yang menunjukkan kisah utama saling berkaitan erat dengan latar untuk menjelaskan sekaligus mendukung episode yang disajikan kepada khalayak (Eriyanto, 2001: 232). Berikut wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 yang menggunakan subkategori kisah utama dan latar berbasis proses peristiwa dalam tema sosial budaya.

(3) Aliansi Pemburu Kaum Kiri

Rapat tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam, perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergilir menyampaikan pendapat di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang pekan lalu. Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas. “Kami mewakili seluruh jaringan yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian Tanjung, Ketua Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah menghadiri rapat tersebut. (P1)

(21)

Hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis, Ketua GBN Mayor Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia. Ada pula anggota staf ahli Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa gejala bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI. “Mereka tak bisa tersenyum manis saja,” ujar Alfian. (P2)

Di Jakarta, bukan hanya kegiatan masyarakat sipil yang jadi sasaran. Pertemuan di kantor MUI juga menyebut Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta, Jakarta, pertengahan April lalu, sebagai pertanda hidupnya kembali komunisme. Padahal acara tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, dengan ketua panitia pengarah Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo. Kala itu, Alfian dan kawan-kawan mengerahkan massa untuk berunjuk rasa di depan Hotel Aryaduta. (P5) Setelah pertemuan di MUI, koalisi anti-komunis ini merancang sejumlah kegiatan. Pada Jumat pekan lalu, misalnya, mereka menggelar acara silahturahmi yang dihadiri 200-an purnawirawan tentara dan polisi, plus pengurus ormas keagamaan dan kepemudaan. Mereka juga mengundang Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu sebagai tamu utama dalam hajatan di Balai Kartini, Jakarta Selatan, itu. (P7)

Dalam pidato sambutannya, Ryamizard mengatakan, sebagai Menteri Pertahanan, dia tak ingin ada ribut-ribut di negara ini. “Saya tak ingin ada pertumpahan darah,” ujarnya. Namun, menurut dia, banyaknya acara berbau kiri bisa memancing kubu yang kontra. “Yang dikeluarkan masih anak-cucunya. Ini pengecut juga. Jadi bahaya laten itu benar,” kata Ryamizard. (P8)

Menurut Ketua GBN Budi Sujana, acara di Balai Kartini merupakan pemanasan menjelang simposium pada 1-2 Juni nanti. Simposium nasional itu mengambil tema “Mengamankan NKRI dari Bahaya Komunisme”. Mereka telah menunjuk mantan Wakil Kepala Staf TNI Ankatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri sebagai ketua panitia simposium tandingan itu. Setelah simposium, pada 3 Juni, mereka akan mengadakan apel besar-besaran dengan mengerahkan sekitar 100 ribu orang. (P9)

Menjelang simposium, Alfian dan kawan-kawan akan meresmikan organisasi bernama Barisan Ganyang PKI. Anggota barisan pemukul itu, menurut Alfian, sudah digalang lewat jejaring WhatsApp selama dua bulan terakhir. Yang dipilih merupakan ahli bela diri dengan rentang usia 30-40 tahun. “Gugus tempur kaminakan main fisik,” ujar Afian, yang juga anggota Badan Ahli Front Pembela Islam. (P11)

(22)

Tak hanya di Jakarta. Gerakan pengganyangan komunisme juga bermunculan di daerah. Di Jawa Timur, mereka bergabung dalam Front Pancasila. Kamis dua pekan lalu, front ini berunjuk rasa menolak kebangkitan komunisme di depan Gedung Negera Grahadi, Surabaya. Berhimpun dalam front ini antara lain Forum Madura Bersatu, Pelajar Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Laskar Sapu Jagat, Gerakan Nasional Patriot Indonesia, Center for Indonesian Community Studies, dan Front Pembela Islam. “Anggota kami banyak. Semua orang tahu itu,” kata salah seorang penggagas Front Pancasila, Arukat Djaswadi. (P12)

Di Yogyakarta, Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin Rusjiman juga mengancam akan menghadang setiap kegiatan berbau kiri. Massa kelompok inilah, bersama anggota Forum Komunikasi Putra-Putri TNI/Polri, yang mengacaukan acara World Press Freedom Day 2016 dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor AJI Yogyakarta. (P13)

Bersama massa Forum Umat Islam, Burhan juga membubarkan pemutaran film Senyap pada 2014. Film dokumenter karya sutradara Joshua Oppenheimer itu bertema sentral pembantaian massal pada 1965. “PKI sedang bangkit melukai kegiatan seperti pemutaran film,” kata lelaki 76 tahun yang biasa diaspa Burhan Kampak itu. (P14)

(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)

Dalam contoh wacana berita (3), wacana berita tersebut mengandung kisah utama tentang sosial budaya. Kisah utama tersebut secara bertahap memberitakan kekalutan publik atas isu kebangkitan komunisme yang selanjutnya dinamai PKI tersinyalir muncul ke permukaan khalayak. Beberapa organisasi masyarakat mulai mengadakan pertemuan untuk mengorganisasi serta mengawasi sindikat terduga PKI di Indonesia. Hal itu dapat ditunjukkan pada contoh kutipan (P1 dan P2), bagan (P1) “Rapat tertutup itu berlangsung tanpa perdebatan. Selama dua jam, perwakilan sejumlah organisasi kemasyarakatan bergilir menyampaikan pendapat di lantai dua kantor Majelis Ulama Indonesia, Rabu siang pekan lalu. Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas. “Kami mewakili seluruh jaringan yang sadar akan bangkitnya PKI,” kata Alfian

(23)

Tanjung, Ketua Departemen Kajian Strategis Gerakan Bela Negara (GBN), setelah

menghadiri rapat tersebut.” dan (P2), “Hadir dalam pertemuan tersebut antara

lain Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam Shobri Lubis, Ketua GBN Mayor Jenderal Purnawirawan Budi Sujana, serta perwakilan Gerakan Pemuda Islam Indonesia dan Pelajar Islam Indonesia. Ada pula anggota staf ahli Menteri Pertahanan, Ian Santoso, yang memberikan catatan bahwa gejala bangkitnya PKI sudah begitu kentara. Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI. “Mereka tak bisa tersenyum manis saja,” ujar Alfian.”

Pengawasan yang dilakukan oleh para organisasi masyarakat tersebut tidak hanya menyasar pada kegiatan masyarakat sipil, tetapi juga kegiatan kepemerintahan. Seperti yang ditunjukkan dalam (P5), “Di Jakarta, bukan hanya kegiatan masyarakat sipil yang jadi sasaran. Pertemuan di kantor MUI juga menyebut Simposium Nasional “Membedah Tragedi 1965” di Hotel Aryaduta, Jakarta, pertengahan April lalu, sebagai pertanda hidupnya kembali komunisme. Padahal acara tersebut difasilitasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, dengan ketua panitia pengarah Letnan Jenderal Purnawirawan Agus Widjojo. Kala itu, Alfian dan kawan-kawan mengerahkan massa untuk berunjuk

rasa di depan Hotel Aryaduta.” Seiring pengawasan yang berlangsung, kelompok

anti-komunis ini juga merancang sejumlah agenda, salah satunya ialah silahturahmi. Acara itu pun menjadi bagian dalam peneguhan koalisi terhadap paham anti-komunis. Terutama, setelah acara tersebut akan diadakan simposium nasional dalam rangka menumpas paham komunisme di Indonesia. Seperti yang

(24)

dibuktikan pada contoh kutipan (P7, P8, dan P9), bagan (P7), “Setelah pertemuan di MUI, koalisi anti-komunis ini merancang sejumlah kegiatan. Pada Jumat pekan lalu, misalnya, mereka menggelar acara silahturahmi yang dihadiri 200-an purnawirawan tentara dan polisi, plus pengurus ormas keagamaan dan kepemudaan. Mereka juga mengundang Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu

sebagai tamu utama dalam hajatan di Balai Kartini, Jakarta Selatan, itu.” Bagan

(P8), “Dalam pidato sambutannya, Ryamizard mengatakan, sebagai Menteri Pertahanan, dia tak ingin ada ribut-ribut di negara ini. “Saya tak ingin ada pertumpahan darah,” ujarnya. Namun, menurut dia, banyaknya acara berbau kiri bisa memancing kubu yang kontra. “Yang dikeluarkan masih anak-cucunya. Ini

pengecut juga. Jadi bahaya laten itu benar,” kata Ryamizard” dan (P9), “Menurut

Ketua GBN Budi Sujana, acara di Balai Kartini merupakan pemanasan menjelang simposium pada 1-2 Juni nanti. Simposium nasional itu mengambil tema “Mengamankan NKRI dari Bahaya Komunisme”. Mereka telah menunjuk mantan Wakil Kepala Staf TNI Ankatan Darat Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri sebagai ketua panitia simposium tandingan itu. Setelah simposium, pada 3 Juni, mereka akan mengadakan apel besar-besaran dengan mengerahkan sekitar 100 ribu orang.”

Kelompok anti-komunis kian marak bermunculan di sejumlah daerah. Beberapa di antaranya berafiliasi untuk menggaungkan paham anti-komunisme di penjuru Indonesia. Sebagaimana yang dapat ditunjukkan dalam contoh kutipan (P11, P12, P13, dan P14), bagan (P11) “Menjelang simposium, Alfian dan kawan-kawan akan meresmikan organisasi bernama Barisan Ganyang PKI. Anggota

(25)

barisan pemukul itu, menurut Alfian, sudah digalang lewat jejaring WhatsApp selama dua bulan terakhir. Yang dipilih merupakan ahli bela diri dengan rentang usia 30-40 tahun. “Gugus tempur kaminakan main fisik,” ujar Afian, yang juga

anggota Badan Ahli Front Pembela Islam.” Bagan (P12), “Tak hanya di Jakarta.

Gerakan pengganyangan komunisme juga bermunculan di daerah. Di Jawa Timur, mereka bergabung dalam Front Pancasila. Kamis dua pekan lalu, front ini berunjuk rasa menolak kebangkitan komunisme di depan Gedung Negera Grahadi, Surabaya. Berhimpun dalam front ini antara lain Forum Madura Bersatu, Pelajar Islam Indonesia, Lembaga Dakwah Islam Indonesia, Laskar Sapu Jagat, Gerakan Nasional Patriot Indonesia, Center for Indonesian Community Studies, dan Front Pembela Islam. “Anggota kami banyak. Semua orang tahu itu,” kata salah seorang

penggagas Front Pancasila, Arukat Djaswadi.” Bagan (P13), “Di Yogyakarta,

Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin Rusjiman juga mengancam akan menghadang setiap kegiatan berbau kiri. Massa kelompok inilah, bersama anggota Forum Komunikasi Putra-Putri TNI/Polri, yang mengacaukan acara World Press Freedom Day 2016 dan pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta

di kantor AJI Yogyakarta.” dan (P14), “Bersama massa Forum Umat Islam,

Burhan juga membubarkan pemutaran film Senyap pada 2014. Film dokumenter karya sutradara Joshua Oppenheimer itu bertema sentral pembantaian massal pada 1965. “PKI sedang bangkit melukai kegiatan seperti pemutaran film,” kata

lelaki 76 tahun yang biasa diaspa Burhan Kampak itu.” Berdasarkan contoh

wacana berita (3) kisah utama mengenai sosial budaya ditandai dengan kekalutan publik atas paham komunisme.

(26)

(4) Aliansi Pemburu Kaum Kiri

Yang mereka paparkan sebagai tanda-tanda kebangkitan komunisme di-Indonesia adalah sejumlah kegiatan kalangan masyarakat sipil. Di-antaranya perhelatan Belok Kiri Fest di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada 27 Februari-6 Maret lalu, rencana pemutaran film Pulau

Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta

pada 3 Mei 2016, serta ASEAN Literary Festival di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, pada 5-8 Mei lalu. (P3)

Menurut Ketua MUI Ma’ruf Amin, perwakilan organisasi kemasyarakatan Islam juga meminta MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap komunisme. “Kami mendukung gerakan antikomunis. Kami bisa saja menerbitkan fatwa haramnya paham itu,” ujar Ma’ruf. (P6) (Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum

Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72)

Dalam contoh wacana berita (4), wacana berita tersebut mengandung latar tentang sosial budaya. Latar wacana berita tersebut menguraikan kegaduhan publik atas isu kebangkitan komunisme di Indonesia. Kemunculan kembali paham komunisme ditengarai dari aktivitas sejumlah masyarakat sipil yang diduga memuat unsur komunis. Sebagaimana ditunjukkan pada kutipan latar (P3), bagan (P3), “Yang mereka paparkan sebagai tanda-tanda kebangkitan komunisme di Indonesia adalah sejumlah kegiatan kalangan masyarakat sipil. Di antaranya perhelatan Belok Kiri Fest di Lembaga Bantuan Hukum Jakarta pada 27 Februari-6 Maret lalu, rencana pemutaran film Pulau Buru Tanah Air Beta di kantor Aliansi Jurnalis Independen Yogyakarta pada 3 Mei 2016, serta ASEAN Literary Festival di Taman

Ismail Marzuki, Jakarta, pada 5-8 Mei lalu.” Penolakan beberapa kegiatan

masyarakat sipil oleh kelompok anti-komunis tersebut juga menghendaki MUI agar mengeluarkan fatwa haram komunisme. Seperti yang dipaparkan dalam kutipan latar (P6), bagan (P6), “Menurut Ketua MUI Ma’ruf Amin, perwakilan organisasi kemasyarakatan Islam juga meminta MUI mengeluarkan fatwa haram terhadap

(27)

komunisme. “Kami mendukung gerakan antikomunis. Kami bisa saja menerbitkan

fatwa haramnya paham itu,” ujar Ma’ruf.” Berdasarkan contoh wacana (4) latar

mengenai sosial budaya ditandai dengan penolakan kelompok anti-komunis terhadap aktivitas publik yang memuat unsur komunisme.

Sementara itu, komentar dalam teks yang mencakup reaksi komentar verbal menunjukkan penggambaran pihak-pihak terlibat untuk memberikan komentar atas suatu peristiwa (Eriyanto, 2001: 233). Hal tersebut berfungsi untuk menjaga nilai keseimbangan berita dan pemaknaan wartawan atas suatu peristiwa. Berikut contoh dan penggunaan subkategori komentar dalam teks, yakni reaksi komentar verbal pada wacana laporan utama di majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016 bertema sosial budaya.

(5) Aliansi Pemburu Kaum Kiri

Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang. Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. “Acara itu untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes. (P4)

Budi mengklaim simposium dan rangkaian kegiatan melawan komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim, antara lain Tommy Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya bermodal semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto, Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang kegiatan tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza. (P10) (Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum

(28)

Wacana berita (5) mengandung reaksi komentar verbal tentang sosial budaya. Reaksi komentar verbal tersebut ditunjukkan melalui berbagai komentar dari sejumlah pihak terlibat atas kegaduhan isu kebangkitan paham komunisme di Indonesia. Dalam pemberitaannya, isu kebangkitan paham komunisme ditandai oleh sejumlah aktivitas masyarakat sipil yang diduga memuat unsur komunisme. Bermula dari hal itu, kelompok anti-komunis muncul untuk menyuarakan penolakan terhadap paham komunisme dan menggencarkan operasi pembubaran. Namun, tudingan tersebut ditampik oleh beberapa pihak sipil yang menyatakan kegiatan itu tidak ada hubungan dengan kebangkitan komunisme. Sebagaimana yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P4), bagan (P4) “Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang. Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. “Acara itu

untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes.”

Pada reaksi komentar verbal berikutnya diuraikan aksi penolakan paham komunisme turut diikuti dengan sejumlah gelaran acara, salah satunya simposium nasional. Berkenaan dengan simposium tersebut, seorang simpatisan anti-komunis mengklaim rangkaian kegiatan melawan komunisme dan simposium dibiayai oleh kalangan pengusaha Muslim. Namun, pihak kuasa hukum dari salah satu pengusaha

(29)

itu mengaku tidak tahu mengenai hal tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan rekasi komentar verbal (P10), bagan (P10) “Budi mengklaim simposium dan rangkaian kegiatan melawan komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim, antara lain Tommy Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya bermodal semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto, Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang kegiatan

tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza.” Berdasarkan contoh

wacana (5) reaksi komentar verbal mengenai sosial budaya ditandai dengan berbagai komentar dari sejumlah pihak atas isu kebangkitan paham komunisme di Indonesia.

Selanjutnya, masalah ketiga dalam penelitian ini adalah struktur mikro yang diklasifikasikan menjadi beberapa elemen. Namun, pada penelitian ini hanya diterapkan tiga elemen satuan kebahasaan, yaitu kata (i), kalimat (ii), dan paragraf (iii) yang dimuat di Majalah Tempo edisi Januari-Juni tahun 2016. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V versi daring, satuan kebahasaan kata, kalimat, dan paragraf didefinisikan sebagai berikut; kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna; kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual ataupun potensial terdiri atas klausa; paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan yang mengandung ide pokok. Untuk menganalisis wacana berita tersebut elemen kata, kalimat, dan paragraf diuraikan sesuai penentuan tema dalam majalah

(30)

Wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 dapat dianalisis karena memiliki keutuhan sebagai wacana. Keutuhan wacana tersebut terlihat dari keterkaitan antartopik atau tema, skema, dan unsur-unsur penunjang lainnya. Selain itu, wacana teks berita mempunyai unsur-unsur yang menarik untuk diteliti dengan menggunakan analisis wacana menurut van Dijk. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana struktur makro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016?

1.2.2 Bagaimana superstruktur dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016?

1.2.3 Bagaimana struktur mikro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1.3.1 Mendeskripsikan struktur makro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016.

1.3.2 Mendeskripsikan super struktur dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016.

(31)

1.3.3 Mendeskripsikan struktur mikro dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis hasil penelitian ini adalah sebagai pengembangan wawasan teori wacana dan contoh penerapan analisis wacana menurut van Dijk yang meliputi struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah sebagai referensi pengetahuan pembaca tentang analisis wacana teks berita.

1.5 Tinjauan Pustaka

Sudah ada penelitian-penelitian tentang analisis wacana yaitu, pertama skripsi Primaningsih (2009) mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta – dengan judul “Analisis Wacana Teks Lagi I’m Sorry Goodbye Karya Melly Goeslaw Sebagai Wacana Naratif Tinjauan Internal dan Eksternal.” Kedua, Nesi (2011) seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta – dengan judul “Kohesi dan Koherensi Wacana Bahasa Indonesia dalam Surat Kabar: Studi Kasus Wacana Berita Utama dan Surat Pembaca Kompas, Republika, Kedaulatan Rakyat, dan Bernas Jogja Edisi Agustus 2019.” Ketiga, buku analisis wacana yang semula adalah sebuah skripsi karya Eriyanto (2000) dengan judul “Kekuasaan Otoriter: Dari Gerakan Penindasan Menuju Politik Hegemoni (Studi atas Pidato-Pidato Politik Soeharto)”

(32)

Dalam penelitian Primaningsih, hal yang dibahas mengenai unsur internal dan eksternal pada teks lagu sebagai sebuah wacana naratif. Fokus tujuan penelitiannya ialah mendeskripsikan unsur internal dan eksternal pada teks lagu sebagai sebuah wacana naratif. Hasil penelitian ini mencakup unsur internal dan eksternal. Unsur internal meliputi struktur, koherensi, dan kohesi. Struktur wacana naratif terbagi menjadi abstrak, orientasi, dan koda atau kausalitas. Kohesi meliputi kohesi gramatikal (pengacuan, penggantian, dan penghilangan). Unsur eksternal meliputi latar belakang Melly Goeslaw (kehidupan pribadi, proses penciptaan karya, dan seputar pekerjaannya), topik wacana (yaitu ‘aku’ atau tokoh utama).

Pada skripsi Nesi membahas tentang penanda kohesi dan koherensi wacana bahasa Indonesia dalam surat kabar. Tujuan penelitian ini merujuk pada paparan mengenai pendeskripsian penanda-penanda kohesi dan koherensi wacana bahasa Indonesia dalam surat kabar. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, jenis kohesi yang ditemukan adalah kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal meliputi pengulangan, sinonimi, antonimi, hiponimi, ekuivalensi, dan kolokasi. Kedua, jenis koherensi yang ditemukan adalah koherensi kontekstual, koherensi ko-tekstual, dan koherensi logis. Koherensi kontekstual meliputi, koherensi wacana promotif dan koherensi wacana normatif. Koherensi wacana normatif dirinci menjadi koherensi wacana klarifikatif dan koherensi wacana deklaratif. Koherensi ko-tekstual meliputi koherensi ko-tekstual endofora anaforis dan koherensi ko-tekstual endofora kataforis. Koherensi logis meliputi koherensi kausalitas, koherensi pengontrasan, koherensi definisi, dan koherensi

(33)

simpulan. Koherensi simpulan dapat dirinci menjadi koherensi simpulan deduktif dan koherensi simpulan induktif.

Pada buku Eriyanto membahas pidato-pidato kenegaraan (politik) Soeharto untuk dianalisis berdasarkan pilihan kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta berbagai struktur pidato secara strategis untuk memaknai peristiwa politik. Tujuan penelitian dalam buku ini merujuk pada paparan mengenai pendeskripsian pilihan kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta berbagai struktur pidato kenegaraan Soeharto untuk memaknai peristiwa politik. Hasil penelitian dalam buku ini memuat sejumlah analisis struktur (wacana) pidato kenegaraan Soeharto yang tiap-tiap pidato memiliki kontrol wacana. Pidato-pidato tersebut meliputi, orde baru adalah orde pancasila, orde baru adalah orde pembangunan, stabilitas nasional, konflik dan selaras, konstitusionalisme dan inkonstitusionalisme. Adapun elemen-elemen struktur wacana dalam menganalisis pidato kenegaraan Soeharto, meliputi; struktur makro berisi elemen tematik; superstruktur berisi elemen skematik; dan struktur mikro berisi pilihan kata, kalimat, retorika, gaya bahasa, serta bagian-bagian lokal (kecil) lain yang dipakai oleh suatu teks pidato.

Berdasarkan hasil tinjauan pustaka di atas, penelitian tentang analisis wacana belum ditemukan kajian yang membahas “Wacana Laporan Utama pada Majalah Tempo Edisi Januari–Juni tahun 2016: Analisis Struktur Wacana Menurut Teun. A. Van Dijk”. Oleh karena itu, penelitian tentang analisis struktur wacana dalam majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 merupakan hal yang baru dan perlu dilakukan.

(34)

1.6 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, (1.6.1) teori wacana (etimologi wacana), (1.6.2) analisis wacana, dan (1.6.3) kajian wacana versi Teun A. Van Dijk. Berikut uraian teori-teori tersebut.

1.6.1 Etimologi Wacana

Kata wacana berasal dari kata vacana ‘bacaan’ dalam bahasa Sansekerta. Kata vacana itu kemudian masuk ke dalam bahasa Jawa Kuna dan bahasa Jawa Baru wacana atau vacana ‘bicara, kata, ucapan’. Kata wacana dalam bahasa baru itu kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi wacana ‘ucapan, percakapan, kuliah’ (Poerwadarminta, 1976: 1144).

Kata wacana dalam bahasa Indonesia dipakai sebagai padanan (terjemahan) kata discourse dalam bahasa Inggris. Kata discourse berasal dari bahasa Latin

discursus ‘lari kian kemari’. Kata discourse diturunkan dari kata discurrere. Bentuk

discurrere itu merupakan gabungan dari dis dan currere ‘lari, berjalan kencang’.

Wacana atau discourse lalu diangkat sebagai istilah linguistik ‘satuan lingual yang berada di atas tataran kalimat’ atau ‘satuan gramatikal tertinggi dan terbesar’ (Baryadi, 2002:1-2).

Menurut Hawthorn (dalam Eriyanto, 2001:2) wacana merupakan komunikasi kebahasaan yang terlihat sebagai sebuah pertukaran di antara pembicara dan pendengar, sebagai sebuah aktivitas personal di mana dibentuknya ditentukan oleh tujuan sosialnya. Analisis wacana difokuskan pada struktur yang

(35)

secara alamiah terdapat pada bahasa lisan, sebagaimana banyak terdapat dalam wacana percakapan, wawancara, komentar, dan ucapan-ucapan lainnya.

1.6.2 Analisis Wacana

Analisis wacana merupakan salah satu cabang linguistik yang mengkaji satuan lingual yang berada di atas kalimat. Objek kajian wacana mencakup kalimat, gugus kalimat, alinea atau paragraf, penggalan wacana (pasal, subbab, bab atau episode), dan wacana utuh. Analisis wacana mengkaji wacana, baik dari segi internal maupun eksternal. Dari segi internal, wacana dikaji dari jenis, struktur, dan hubungan bagian-bagiannya. Lalu dari segi eksternal, wacana dikaji dari keterkaitan wacana itu dengan pembicara, hal yang dibicarakan, dan mitra bicara. Demikian, tujuan pengkajian wacana adalah untuk mengungkapkan kaidah kebahasaan yang mengonstruksi wacana, produksi wacana, pemahaman wacana, dan pelambangan suatu hal dalam wacana. (Baryadi, 2002:3-4).

1.6.3 Kajian Wacana Versi Teun A. Van Dijk

Menurut van Dijk (dalam Haryatmoko, 2017:78-79) metode studi wacana kritis ini memiliki lima ciri pokok. Pertama, peneliti studi wacana kritis memiliki komitmen untuk memperjuangkan kesetaraan dan keadilan sosial. Kedua, studi wacana kritis sangat memperhatikan cara bagaimana wacana memroduksi atau mereproduksi dominasi sosial, yaitu penyalahgunaan kekuasaan oleh suatu kelompok terhadap yang lain, namun juga mencermati bagaimana kelompok-kelompok yang didominasi, melalui wacana, melakukan perlawanan terhadap dominasi. Ketiga, studi wacana kritis tidak bisa disamakan begitu saja dengan

(36)

model penelitian-penelitian sosial lainnya karena sudah mempunyai asumsi bahwa banyak rumusan teks atau wacana sudah tidak adil atau diskriminatif. Keempat, studi ini bukan pertama-tama berorientasi ke teori, namun berorientasi pada masalah. Kelima, penelitian yang secara sosial memiliki komitmen harus dilakukan dalam kerja sama yang erat dan solider dengan mereka yang paling membutuhkan, yaitu kelompok-kelompok yang terpinggir atau didominasi.

Dari sekian banyak model analisis wacana yang diperkenalkan dan dikembangkan oleh para ahli, barangkali model van Dijk adalah model yang paling banyak dipakai. Hal ini kemungkinan karena van Dijk mengelaborasi elemen-elemen wacana sehingga bisa didayahgunakan dan dipakai secara praktis. Model analisis wacana oleh van Dijk ini sering disebut “kognisi sosial” yang digunakan untuk menjelaskan struktur dan proses terbentuknya (produksi) suatu teks wacana (Eriyanto, 2001:221).

Struktur wacana model van Dijk memuat struktur dan berbagai tingkatan elemen yang saling mendukung. Struktur wacana tersebut terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu struktur makro, superstruktur, dan struktur mikro. Struktur makro adalah gambaran umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik atau tema yang dikedepankan dalam suatu berita. Superstruktur adalah kerangka suatu teks yang diacu melalui bagian-bagian teks yang tersusun ke dalam berita secara utuh. Struktur mikro adalah makna wacana berdasarkan pada bagian kecil dari suatu teks yang meliputi kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrasa, dan gambar (Eriyanto, 2001:226). Berikut struktur wacana van Dijk yang digambarkan dalam bentuk tabel.

(37)

Tabel 1: Struktur Wacana van Dijk NO STRUKTUR

WACANA

HAL YANG DIAMATI ELEMEN

1 Struktur Makro Tematik:

Tema/topik yang dikedepankan dalam suatu berita

Topik

2 Superstruktur Skematik:

Bagaimana bagian dan urutan berita diskemakan dalam teks berita utuh

Skema

3 Struktur Mikro Semantik:

Makna yang ingin ditekankan dalam teks berita. Misal dengan memberi detil pada suatu sisi atau membuat eksplisit satu sisi dan mengurangi detil sisi lain

Latar, Detil, Maksud,

Pranggapan, Nominalisasi

4 Struktur Mikro Sintaksis:

Bagaimana kalimat (bentuk, susunan) yang dipilih

Bentuk kalimat, Koherensi, Kata ganti

5 Struktur Mikro Stilistik:

Bagaimana pilihan kata yang dipakai dalam teks berita

(38)

6 Struktur Mikro Retoris:

Bagaimana dan dengan cara penekanan dilakukan

Grafis, Metafora, Ekspresi

Sumber: Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media (Eriyanto, 2001:228-229)

1.7 Metode Penelitian dan Teknik Penelitian

Metode penelitian ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut uraian masing-masing dari ketiga metode tersebut.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak dilakukan dengan cara membaca, menyimak, atau mendengarkan penggunaan bahasa pada teks berita. Metode simak yang digunakan yaitu metode simak tidak berpartisipasi dengan lima wacana berita pada majalah Tempo Edisi Januari–Juni tahun 2016.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode dan teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan metode padan dan agih. Metode agih adalah metode analisis data yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti (Sudaryanto, 1993: 38). Teknik yang digunakan dalam metode agih meliputi teknik dasar yaitu teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik BUL adalah teknik analisis

(39)

data bahasa dengan cara membagi suatu konstruksi menjadi beberapa bagian atau unsur dan unsur-unsur itu dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk konstruksi yang dimaksud. Metode dan teknik ini digunakan untuk mengkaji wacana laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Berikut contoh penerapan metode agih dan teknik bagi unsur langsung.

(6) Penjaja Ginjal di Selasar Kencana

Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang kerap berkeliaran di rumah sakit milik pemerintah. Beraksi sejak 2008, mereka mematok tarif ratusan juta rupiah. Jumlah “korban” yang terlacak polisi lebih banyak daripada pengakuan pelaku.

(Persada, Syailendra dan Dwi Renjani. “Penjaja Ginjal di Selasar Kencana”. Majalah Tempo. 21 Februari 2016: hlm 67)

Wacana berita (6) berisikan judul dan lead dari laporan utama pada majalah

Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 mengenai tema kriminalitas. Tema

kriminalitas ditelusuri dari skema J5 dan L5 atas wacana berita (13). Secara runut wacana berita (13) memberitakan kasus kriminalitas yang terjadi di lingkup lembaga kesehatan pemerintah. “Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang

kerap berkeliaran di rumah sakit milik pemerintah.” Para pelaku penjual ginjal

menetapkan harga sampai ratusan juta rupiah. Lebih dari itu pula, berdasarkan temuan aparat hukum jumlah korban lebih banyak daripada pengakuan sang pelaku.

Jumlah ‘korban’ yang terlacak polisi lebih banyak daripada pengakuan pelaku.”

Demikian, penegasan tema kriminalitas pada judul Penjajal Ginjal di Selasar

Kencana ditunjukkan melalui skema wacana yang merujuk tindakan menyimpang

masyarakat. Hal tersebut menjadi gamblang karena membuka informasi penting sebelum masuk dalam isi berita utuh.

(40)

Kemudian metode padan adalah metode analisis data yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang diteliti. Tujuan analisis data dengan metode padan adalah untuk menentukan identitas satuan kebahasaan yang menjadi objek penelitian. Identitas kebahasaan ditentukan berdasarkan tingginya kadar kesamaan dengan alat penentu yang bersangkutan sekaligus menjadi standar atau pembakunya (Sudaryanto, 1993: 13). Penelitian ini menggunakan metode padan referensial. Metode padan referensial adalah metode padan yang alat penentunya berupa bahasa (Kridalaksana 2001: 186). Metode padan referensial digunakan untuk menentukan identitas satuan kebahasaan menurut referen yang ditunjuk. Berikut penerapan metode padan referensial pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 bertema sosial budaya:

(7) Aliansi Pemburu Kaum Kiri

Kesimpulan mereka serupa: tanda-tanda kebangkitan Partai Komunis Indonesia semakin jelas. (K3, P1)

Menurut Alfian, semua peserta rapat sepakat mengawasi dan melawan segala gerak-gerik pendukung PKI (K3, P2)

Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. (K6, P4) Di Yogyakarta, Ketua Front Anti Komunis Indonesia Burhan Zainuddin Rusjiman juga mengancam akan menghadang setiap kegiatan berbau kiri. (K1, P13)

(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)

Kata dalam wacana (7) mengandung sejumlah kata yang dominan dengan tema sosial budaya. Sebagaimana pada (K3, P1 dan K3, P2) diperoleh kata kebangkitan dan mengawasi. Kata kebangkitan berleksem bangkit diartikan timbul kembali isu paham komunisme mencuat di Indonesia. Kata mengawasi berleksem awas memiliki maksud memperhatikan atau mengontrol segala

(41)

gerak-gerik pendukung PKI oleh sekelompok gerakan anti-komunisme. Kemudian pada (K6, P4 dan K1, P13) terdapat kata melawan dan mengancam. Kata melawan berleksem lawan memiliki erti penentangan oleh golongan masyarakat sipil terhadap narasi propaganda Orde Baru melalui sejumlah kegiatan publik. Sementara, kata mengancam berleksem ancam diartikan sebagai maksud untuk memberikan peringatan kepada segala aktivitas publik yang mengandung unsur “kiri” oleh sekelompok gerakan anti-komunis.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode formal dan informal. Penyajian dengan metode formal adalah perumusan dengan tabel dan bagan. Penyajian dengan metode informal dilakukan dengan hasil penelitian dikemukakan menggunakan kaidah penggunaan bahasa berupa kata-kata biasa agar mudah dipahami oleh pembaca (Sudaryanto, 2015: 145).

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dalam penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan tentang analisis struktur makro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Bab III berisi pembahasan mengenai analisis superstruktur pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Bab IV berisi pembahasan mengenai analisis sturuktur mikro pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Bab V berisi tentang kesimpulan dan saran.

(42)

26 BAB II

STRUKTUR MAKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016

2.1 Pengantar

Pada Bab II ini diuraikan struktur makro dalam laporan utama yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016. Hal yang diamati pada struktur makro ialah unsur tematik yang mengedepankan topik (tema) dalam suatu berita. Topik menggambarkan ungkapan wartawan dalam pemberitaan yang menjadi domain sentral dari isi berita. Oleh karena itu, tematik menunjukkan gambaran umum dari suatu teks yang berisi konstituen gagasan atau ringkasan utama dari teks. Berdasarkan pengamatan penulis ditemukan lima topik yang termuat dalam laporan utama pada majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 yaitu (i) korupsi, (ii) terorisme, (iii) politik, (iv) sosial budaya, dan (v) kriminalitas. Berikut dipaparkan topik-topik wacana berita dengan memanfaatkan aspek-aspek kebahasaan.

2.2 Korupsi

Klitgaard (dalam Burhanuddin, 2014: 11-12) mendefinisikan korupsi sebagai tingkah laku menyimpang dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara, karena keuntungan status atau uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, dan kelompok sendiri). Sementara itu, laporan mendalam (indept

report) yang memberitakan topik tentang korupsi bermula dari kecurigaan beberapa

(43)

penyimpangan itu tugas wartawan sebagai penunjang nilai-nilai kebenaran mengorek segala tindak tanduk kejahatan para pelaku koruptor.

Seperti pada laporan utama dalam majalah Tempo berjudul “Jejak Suap di Hang Lekir V” yang dimuat 8 Mei 2016 secara berlanjut hendak mengungkapkan kasus suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris Mahkamah Agung, atas praktik mafia pengadilan. Berikut contoh topik/tema wacana (berita) tentang korupsi yang digambarkan secara representatif:

(8) Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai menerima uang untuk “mengamankan” sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group: sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. (Aprianto, Anton, dkk. “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo. 8 Mei 2016: 33-38)

Dalam penggalan wacana berita pada contoh (8), topik tersebut ditunjukkan melalui teras berita (lead) yang memuat unsur tematik. Tematik berperan sebagai penekanan topik terkait peristiwa dugaan suap Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Kasus korupsi yang melibatkan kedua birokrat itu ditelusuri dari dugaan suap untuk melindungi beberapa perkara di Lippo Group.

Secara mendasar pada contoh (8), tematik mengemukakan hal-hal pokok di dalam berita yang merujuk topik mengenai korupsi. Hal itu tercantum dari isi

wacana berita tentang kasus suap yang dialami oleh kedua panitera pengadilan. Penyimpulan topik korupsi ini didasari dari penekanan wacana berita yang mengarah langsung dalam menuliskan informasi dengan faktual; kasus suap (korupsi) di lapangan.

(44)

2.3 Terorisme

Laporan mendalam (indept report) yang memberitakan kasus terorisme bermula dari suatu peristiwa kekerasan di kalangan masyarakat atas kekacauan publik. Kekalutan itu secara terbuka akan menimbulkan ketakutan atau keresahan terhadap seluruh elemen masyarakat. Djelantik (2010: 21) menyebutkan bahwa peneliti ilmu sosial mendefinisikan aksi teroris sebagai kekerasan yang dikalkulasikan dan ditunjukkan terhadap masyarakat melalui agen-agen rahasia dalam upaya mencapai tujuan politik. Seperti pada laporan utama dalam majalah

Tempo bertajuk “Jejak Lelaki Bertopi Nike” yang dimuat 24 Januari 2016. Wacana

berita tersebut secara bertahap ingin menguak peristiwa terorisme yang terjadi di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Berikut contoh topik wacana berita tentang terorisme:

(9) Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Polisi menyebut Bahrun’naim, mantan narapidana penyimpan bahan peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu. (Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: 34-37)

Berdasarkan pada contoh (9), topik wacana berita tentang terorisme menjadi permasalahan utama yang dibahas oleh penulis (wartawan). Hal itu terlampir pada penekanan wacana terkait serangan bom dan penembakan brutal yang terjadi di kawasan Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat. Kemudian penegasan lain menyebutkan insiden itu disinyalir kelompok pengikut ISIS berada di balik aksi terorisme tersebut. Salah satu pelaku teror dan pengikut ISIS yang terindikasi ialah Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo. Bahrun’naim merupakan tokoh ISIS asal Indonesia yang menjadi “dalang” sekaligus otak teror dari peristiwa tersebut.

(45)

Ihwal lain ditunjukkan pada epilog wacana berita (9) bahwa rencana operasi terorisme sudah termonitor oleh pemerintah setahun yang lalu.

Secara eksplisit contoh wacana berita (9) telah menunjukkan topik mengenai terorisme. Unsur terorisme itu terkemukakan melalui isi wacana berita yang mengarah langsung pada tindak kekerasan di lingkungan masyarakat. Selain itu, penulisan wacana berita dalam memberitakan kasus terorisme disajikan dengan lugas dan objektif sehingga memunculkan intisari wacana dengan terang.

2.4 Politik

Secara etimologi kata ‘politik’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu polis.

Polis merupakan suatu negara yang memiliki sebuah wilayah dan batas tertentu

dengan regulasi pemerintah untuk melindungi serta menjaga kepentingan rakyat. Sementara itu, seorang ilmuwan – Andrew Heywood – mendefinisikan politik sebagai sebuah aktivitas sebuah bangsa yang membuat, mempertahankan, dan mengamandemen undang-undang guna mengatur hidup masyarakat (Djuyandi, 2018: 3-4). Sebagaimana laporan utama pada majalah Tempo berjudul “Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi” yang dimuat 5 Juni 2016. Keberlanjutan wacana berita tersebut dengan gamblang mengarah pada situasi perpolitikan di Indonesia terkait pergantian dan perpanjangan jabatan Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti. Berikut contoh wacana berita tentang politik:

(10) Presiden Joko Widodo mengkaji opsi perpanjangan masa tugas Kepala Polri Jenderal Badrodin Haiti. Upaya berkelit dari desakan PDI Perjuangan yang tetap menginginkan Budi Gunawan dipilih. Ada operasi penggiringan opini publik.

(Prihandoko, dkk. “Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi”. Majalah

(46)

Dalam contoh (10) topik wacana berita tentang politik mengurai kegaduhan yang terjadi di wilayah internal kepemerintahan hingga publik menjelang suksesi Kapolri. Hal itu disebabkan gesekan politik dari PDIP yang tetap menginginkan Budi Gunawan sebagai Kapolri baru. Namun, Presiden memiliki opsi lain setelah KPK menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka suap dan gratifikasi. Oleh karena itu, Presiden pun mengkaji opsi perpanjangan Kapolri lama, Badrodin Haiti – sembari menyiapkan kandidat lain. Langkah politik yang dilakukan oleh Presiden juga menjadi peredam kegaduhan publik atas pencalonan Budi Gunawan.

Dari contoh wacana berita (10) penekanan topik politik teridentifikasi dari orientasi wacana teks berita yang bertautan dengan situasi perpolitikan di Indonensia. Temuan-temuan itu ditunjukkan melalui kebijakan-kebijakan Presiden atas suksesi Kapolri. Hal tersebut yang menengarai pula wacana berita (10) memiliki variabel dominan dalam menegaskan unsur tematik pada politik.

2.5 Sosial Budaya

Sosial budaya dipahami sebagai segala sesuatu yang diciptakan manusia dengan akal dan budi dalam kehidupan masyarakat. Unsur sosial budaya juga memberikan dampak positif maupun negatif bagi khalayak. Hal itu yang menyebabkan perubahan iklim sosial budaya di masyarakat bersifat dinamis. Dalam laporan utama pada majalah Tempo berjudul “Aliansi Pemburu Kaum Kiri” yang dimuat 22 Mei 2016 – memberitakan perihal kelompok anti-komunisme yang melawan segala gerak-gerik para pendukung PKI. Hal itu dipicu dengan

(47)

tanda-tanda kebangkitan komunisme sehingga menimbulkan perpecahan di Indonesia. Berikut contoh topik wacana tentang sosial budaya:

(11) Kelompok anti-komunisme bermunculan di sejumlah kota. Disokong pensiunan tentara dan tokoh Islam garis keras.

(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: 72-73)

Berdasarkan pada contoh (11) penggalan wacana berisi kekalutan situasi sosial budaya masyarakat atas isu kebangkitan PKI di Indonesia. Dewasa ini, isu tentang kebangkitan PKI kian mencuat di pelosok tanah air. Beberapa gerakan anti-komunisme pun muncul untuk menggaungkan penolakan terhadap paham komunisme. Sebab, komunisme seyogianya tidak sesuai dengan falsafah negara yang berlandaskan pancasila. Penekanan wacana sosial budaya (11) kembali memerikan perubahan sosial yang seiring mengalami permasalahan di masyarakat. Tak ayal, gagasan wacana mengenai sosial budaya juga dibentuk dalam tata ruang publik sehingga mencerminkan pandangan luas yang koheren dengan keadaan masyarakat saat ini.

2.6 Kriminalitas

Tindak kriminalitas diartikan sebagai segala perbuatan yang melanggar hukum dan norma-norma sosial (Kartono, 1999: 122). Proses penyimpangan itu merupakan hasil dari kekosongan kontrol atau pengendalian sosial di masyarakat. Demikian pula, hal tersebut menjadi konsekuensi logis dari kegagalan seseorang untuk menaati hukum. Sebagaimana pada majalah Tempo bertajuk “Penjaja Ginjal di Selasar Kencana” yang dimuat 21 Februari 2016. Wacana berita itu dengan terang mengungkap kasus kriminalitas yang terjadi di lembaga kesehatan

(48)

pemerintah. Motif yang diterapkan dalam tindak kejahatan itu dinilai telah menciderai nilai-nilai norma sosial di masyarakat. Salah satunya ialah penjualan ginjal ilegal. Berikut contoh topik wacana berita tentang kriminalitas:

(12) Polisi membongkar jaringan penjual ginjal yang kerap berkeliaran di rumah sakit milik pemerintah. Beraksi sejak 2008, mereka mematok tarif ratusan juta rupiah. Jumlah “korban” yang terlacak polisi lebih banyak daripada pengakuan pelaku.

(Persada, Syailendra dan Dwi Renjani. “Penjaja Ginjal di Selasar Kencana”. Majalah Tempo. 21 Februari 2016: 66-72)

Wacana berita (12) mengandung unsur tematik mengenai kriminalitas. Topik kriminalitas dijajaki dari penonjolan isi wacana yang merujuk pada tindakan menyimpang masyarakat, terkhusus di lingkup lembaga kesehatan. Proses penindaklanjutan pidana diperoleh selepas polisi membongkar jaringan ilegal penjual ginjal yang kerap berkeliaran di rumah sakit pemerintah. Penelusuran polisi merekam jejak “korban” lebih banyak daripada pengakuan sang pelaku. Gerak-gerik itu menandakan penjualan ginjal gelap terorganisasi secara masif dan baik tanpa ada intervensi landasan hukum.

Penegasan topik wacana kriminalitas (12) dapat ditunjukkan melalui alur wacana berita yang menginformasikan tindak penyimpangan masyarakat. Aksen-aksen itu pula yang menjadi titik utama penyusunan tematik wacana kriminalitas memiliki unsur konstituen dalam pemberitaan. Selain itu, isi wacana kriminalitas menghasilkan komponen yang mengacu pada situasi kekosongan pengendalian sosial seperti pada contoh wacana berita (12). Demikian, rasionalisasi tematik mengenai kriminalitas didapat setelah mencermati wacana berita dengan komprehensif.

Gambar

Tabel 1: Struktur Wacana van Dijk

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa variabel yang dianggap mempengaruhi keikutsertaan peternak dalam kelembagaan kelompok tani dibagi dalam variabel utama, yaitu karakteristik peternak,

Hasil penelitian tentang karakteristik budaya organisasi dalam implementasi kebijakan kebudayaan dan Pariwisata Di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur

Apabila dilihat dari tingkat ideal yang diharapkan dari pelayanan yang diberikan badan koordinasi promosi dan penanaman modal Provinsi Jawa Barat ternyata masih

Akhirnya, terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

“Dalam domain kognitif, hasil belajar pendidikan jasmani siswa di daerah pantai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berasal dari daerah pegunun gan.”.. “Dalam

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI ANTARA SISWA YANG BERASAL DARI DAERAH PEGUNUNGAN DENGAN DAERAH PANTAI.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

The Application Of The English Past Tenses Knowledge To Recount Texts Of Writing I Students Of The English Education Study Program of Widya Mandala Catholic

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEAD TOGETHER DAN JIGSAW MATERI SISTEM.. PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL KELAS VIII MTSN