• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA

3.3 Story

3.3.2 Komentar dalam Teks

3.3.2.1 Reaksi Komentar Verbal

Reaksi komentar verbal menggambarkan reaksi komentar sejumlah pihak atas suatu kejadian yang ditampilkan dalam teks berita. Secara hipotetik, penampilan komentar pihak-pihak yang dikutip oleh wartawan dalam teks berita mengandung kesimpulan umum (Eriyanto, 2001: 233). Hal tersebut berfungsi untuk menjaga nilai keseimbangan berita dan pemaknaan wartawan atas suatu peristiwa. Berikut contoh dan penggunaan subkategori komentar dalam teks, yakni reaksi komentar verbal pada wacana laporan utama majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 sesuai penentuan tema.

(28) Jejak Suap di Hang Lekir V

Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tidak membantah cerita penggeledahan itu. Soal dugaan Nurhadi berupaya menghilangkan barang bukti dengan mengguyur kloset dan merobek-robek kertas, “Itu sedang didalami,” ujar Saut, Jumat pekan lalu. “Ada indikasi ke sana.” Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Agus Rianto membantah ada anggota Brimob menghalangi penggeledahan KPK di rumah Nurhadi. “Brimob itu justru untuk back up operasi KPK,” katanya. (P5)

Pengacara Edy Nasution, Soesilo Aribowo, belum mau menjelaskan kasus kliennya. Begitu juga tentang keterlibatan Nurhadi dalam kasus Edy. “Saya belum bicara sama klien saya,” ujarnya. Ditemui Senin pekan lalu, Doddy tak mau berkomentar saat ditanyai soal hubungannya dengan Nurhadi dan Lippo. “Maaf, ya, nanti saja.” (P15)

Direktur Lippo Group Danang Kemayan Jati mengatakan rumor di kalangan tertentu yang mengaitkan Lippo dengan kasus operasi tangkap tangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat adalah tidak benar dan tidak didukung bukti nyata. “Kami imbau semua pihak menunggu hasil penyelidikan pihak berwenang sehingga kasus ini terang-benderang,” kata Danang. Tempo mendatangi kantor Paramount untuk menemui Eddy Sindoro. Staf Komunikasi Korporat Paramount Sri Sulistiani mengatakan bosnya sedang tak ada di kantor. “Nanti saya sampaikan,” ujarnya. (P16)

Seorang mantan hakim agung mengatakan Nurhadi memiliki “kuasa” untuk mengintervensi pejabat di pengadilan sampai hakim agung di Mahkamah Agung. Melalui kaki tangannya di pengadilan, Nurhadi bisa meloloskan permohonan kasasi atau peninjauan kembali yang sebenarnya tidak memenuhi syarat formal. (P21)

Di tingkat Mahkamah Agung, kata dia, selain bisa mengatur perkara di tingkat administrasi, Nurhadi diduga bisa mempengaruhi hakim sampai mengintervensi pejabat di Mahkamah yang berwenang menentukan komposisi majelis. Hakim “favorit” yang ditentukan itu nantinya yang akan mengeksekusi pesanan Nurhadi. “Pengaruhnya sejak dulu kuat di MA,” ujarnya. (P22)

Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Syarifuddin, mengatakan Badan Pengawas telah mengklarifikasi dugaan keterlibatan Nurhadi dalam kasus Edy dan penanganan kasus Grup Lippo di Mahkamah. Untuk sementara, Syarifuddin mengaku kesulitan menemukan keterlibatan Nurhadi. “Sebab, dia tidak mengurus perkara,” ujarnya. Adapun Komisaris PT First Media Didik J. Rachbini mengaku tidak tahu soal kasus ini. “Akan saya cek ke bagian hukum,” katanya. (P23)

(Aprianto, Anton. dkk, “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo, 8 Mei 2016: hlm 35-38)

Wacana berita (28) mengandung reaksi komentar verbal tentang korupsi. Reaksi komentar verbal digunakan untuk menunjukkan komentar-komentar sejumlah pihak terlibat terkait kasus dugaan suap Edy Nasution, Panitera Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Nurhadi, Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Penggunaan komentar dalam teks tersebut diawali dengan pernyataan Wakil Ketua KPK dan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI; atas penggeledahan rumah Nurhadi dan penyangkalan polisi dalam menghalangi operasi kerja KPK. Seperti yang dibuktikan pada contoh kutipan (P5), bagan (P5) “Wakil Ketua KPK Saut Situmorang tidak membantah cerita penggeledahan itu. Soal dugaan Nurhadi berupaya menghilangkan barang bukti dengan mengguyur kloset dan merobek-robek kertas, “Itu sedang didalami,” ujar Saut, Jumat pekan lalu.

“Ada indikasi ke sana.” Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kepolisian RI Brigadir Jenderal Agus Rianto membantah ada anggota Brimob menghalangi penggeledahan KPK di rumah Nurhadi. “Brimob itu justru untuk back up operasi KPK,” katanya.”

Sementara itu, pada reaksi komentar verbal berikutnya ditampilkan pihak pengacara Edy belum mau berkomentar kasus suap yang melibatkan Nurhadi. Demikian pula, Doddy selaku pelaku perantara suap tidak hendak berkomentar soal hubungannya dengan Nurhadi. Sebagaimana ditunjukkan pada kutipan (P15), bagan (P15) “Pengacara Edy Nasution, Soesilo Aribowo, belum mau menjelaskan kasus kliennya. Begitu juga tentang keterlibatan Nurhadi dalam kasus Edy. “Saya belum bicara sama klien saya,” ujarnya. Ditemui Senin pekan lalu, Doddy tak mau berkomentar saat ditanyai soal hubungannya dengan Nurhadi dan Lippo. “Maaf, ya, nanti saja.” Berkaitan dengan kasus suap tersebut, pihak perusahaan sengketa membantah adanya wacana keterkaitan perusahaannya dengan operasi tangkap tangan kasus suap panitera pengadilan. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P16), bagan (P16) “Direktur Lippo Group Danang Kemayan Jati mengatakan rumor di kalangan tertentu yang mengaitkan Lippo dengan kasus operasi tangkap tangan di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat adalah tidak benar dan tidak didukung bukti nyata. “Kami imbau semua pihak menunggu hasil penyelidikan pihak berwenang sehingga kasus ini terang-benderang,” kata Danang. Tempo mendatangi kantor Paramount untuk menemui Eddy Sindoro. Staf Komunikasi Korporat Paramount Sri Sulistiani mengatakan bosnya sedang tak ada di kantor. “Nanti saya sampaikan,” ujarnya.”

Keberlanjutan reaksi komentar verbal dalam kasus suap tersebut juga dinyatakan oleh seorang mantan hakim dan Syarifuddin, Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial. Seorang mantan hakim itu berkomentar bahwa Nurhadi memiliki otoritas untuk “mengamankan” dan mengintervensi perkara di pengadilan. Sementara, Syarifuddin mengatakan telah mengklarifikasi dugaan keterlibatan Nurhadi dalam kasus Edy dan penanganan kasus Grup Lippo. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan (P21, P22, dan P23), bagan (P21) “Seorang mantan hakim agung mengatakan Nurhadi memiliki ‘kuasa’ untuk mengintervensi pejabat di pengadilan sampai hakim agung di Mahkamah Agung. Melalui kaki tangannya di pengadilan, Nurhadi bisa meloloskan permohonan kasasi atau peninjauan kembali yang sebenarnya tidak memenuhi syarat formal.” Bagan (P22), “Di tingkat Mahkamah Agung, kata dia, selain bisa mengatur perkara di tingkat administrasi, Nurhadi diduga bisa mempengaruhi hakim sampai mengintervensi pejabat di Mahkamah yang berwenang menentukan komposisi majelis. Hakim “favorit” yang ditentukan itu nantinya yang akan mengeksekusi pesanan Nurhadi. “Pengaruhnya sejak dulu kuat di MA,” ujarnya.” Bagan (P23), “Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial, Syarifuddin, mengatakan Badan Pengawas telah mengklarifikasi dugaan keterlibatan Nurhadi dalam kasus Edy dan penanganan kasus Grup Lippo di Mahkamah. Untuk sementara, Syarifuddin mengaku kesulitan menemukan keterlibatan Nurhadi. “Sebab, dia tidak mengurus perkara,” ujarnya. Adapun Komisaris PT First Media Didik J. Rachbini mengaku tidak tahu soal kasus ini. “Akan saya cek ke bagian hukum,” katanya.” Berdasarkan contoh wacana (28)

reaksi komentar verbal mengenai korupsi ditandai dengan tanggapan sejumlah pihak atas kasus suap.

(29) Jejak Lelaki Bertopi Nike

Seorang perwira menengah yang pernah aktif di Detasemen Khusus 88 Antiteror menyatakan ada sesuatu yang menghambat mereka saat hendak beraksi pada Natal dan tahun baru lalu. Aksi di Sarinah diperkirakan pembalasan “konser” yang tertunda itu. Meski rencana teror sudah terendus, sulit memastikan lokasi eksekusi mereka. “Tak semua wilayah bisa terus dipantau polisi,” katanya. (P29)

Ia menambahkan, pelaku teror di Sarinah pada Kamis pekan lalu itu bukanlah orang yang terlatih. Mereka berbeda dengan teroris di Poso, yang terlatih menembak targetnya langsung ke kepala. Para peneror di Sarinah, meski pada jarak yang sangat dekat, hanya mengarahkan dan menembakkan pistol ke perut polisi. Saat terjadi baku tembak, mereka juga tak membalas dengan tembakan akurat. “Bahkan ledakan terakhir yang membunuh mereka itu pasti karena salah tarik pemicu bom,” ujar perwira itu sambil terkekeh. (P30)

(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: hlm 37)

Wacana berita (29) mengandung reaksi komentar verbal tentang terorisme. Reaksi komentar verbal tersebut ditunjukkan melalui berbagai komentar sejumlah pihak terlibat atas kasus serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Tahmrin, Jakarta Pusat. Penggunaan komentar dalam teks tersebut diletakkan pada bagian menjelang epilog berita dengan pernyataan seorang polisi yang pernah aktif di Densus 88 Antiteror; terkait kasus terorisme. Sebagaimana ditunjukkan pada kutipan (P29 dan P30), bagan (P29) “Seorang perwira menengah yang pernah aktif di Detasemen Khusus 88 Antiteror menyatakan ada sesuatu yang menghambat mereka saat hendak beraksi pada Natal dan tahun baru lalu. Aksi di Sarinah diperkirakan pembalasan “konser” yang tertunda itu. Meski rencana teror sudah terendus, sulit memastikan lokasi eksekusi mereka. “Tak semua wilayah bisa terus

dipantau polisi,” katanya.” Bagan (P30), “Ia menambahkan, pelaku teror di Sarinah pada Kamis pekan lalu itu bukanlah orang yang terlatih. Mereka berbeda dengan teroris di Poso, yang terlatih menembak targetnya langsung ke kepala. Para peneror di Sarinah, meski pada jarak yang sangat dekat, hanya mengarahkan dan menembakkan pistol ke perut polisi. Saat terjadi baku tembak, mereka juga tak membalas dengan tembakan akurat. “Bahkan ledakan terakhir yang membunuh mereka itu pasti karena salah tarik pemicu bom,” ujar perwira itu sambil terkekeh.” Berdasarkan contoh wacana (29) reaksi komentar verbal mengenai terorisme ditandai dengan salah satu komentar pihak atas perkara terorisme di Indonesia.

(30) Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi

Juru bicara Presiden, Johan Budi S.P., mengatakan Presiden belum memutuskan memperpanjang atau tidak masa jabatan Badrodin. Pramono Agung mengatakan tak tahu-menahu soal itu. “Aku ora ngerti,” ujarnya. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya menolak kalau ada opsi perpanjangan masa tugas Badrodin. Dia menilai Budi Gunawan yang paling pantas menggantikan Badrodin. “Ini wajar untuk regenarasi,” ujar Hasto. (P10)

Badrodin mengatakan akan mensyukuri apa pun keputusan Jokowi, termasuk jika harus memperpanjang masa tugasnya. Jika tidak, Badrodin mengaku sudah punya rencana sendiri. “Kalau pensiun, ya, ngurus cucu atau jadi petani juga boleh.” (P16)

Jokowi yang sedang melawat ke Jepang, tak mau menjawab soal opsi perpanjangan dan bursa calon Kepala Polri. “Enggak mau,” ujarnya kepada Ananda Teresia dari Tempo, Jumat pekan lalu. Adapun Jusuf Kalla mengatakan belum diajak berdiskusi oleh Presiden soal calon Kepala Polri ataupun opsi perpanjangan masa tugas Badrodin. “Belum, belum,” katanya. (P22)

Budi Waseso memilih tak berkomentar tantang peluangnya menjadi calon Kepala Polri. Ketika dihubungi lewat telepon selulernya, Syafruddin mengaku sedang berada di Cina dan tak mau menanggapi soal ini. Dalam

beberapa kesempatan, Budi Gunawan tak mau berkomentar tentang calon Kepala Polri. “Tanya Pak Kapolri saja,” ujarnya. (P23)

Sekretaris Fraksi Partai NasDem Syrief Abudullah Alkadrie mengatakan, sejauh ini, Surya Paloh belum pernah menyinggung soal calon Kepala Polri dan wacana perpanjangan masa tugas Badrodin. “Tapi, apa pun keputusan Jokowi, akan kami dukung penuh,” ujarnya. “Karena kami bukan partai oposisi, tapi partai koalisi.” (P24)

(Prihandoko, dkk. “Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi”. Majalah Tempo. 5 Juni 2016: hlm 40-41)

Wacana berita (30) mengandung reaksi komentar verbal tentang politik. Reaksi komentar verbal tersebut ditunjukkan melalui berbagai komentar sejumlah pihak atas polemik politik suksesi Kapolri, Badrodin Haiti. Penggunaan komentar dalam teks tersebut diawali dari berbagai komentar sejumlah elit politik dalam menanggapi polemik pergantian Kapolri lama. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan (P10), bagan (P10) “Juru bicara Presiden, Johan Budi S.P., mengatakan Presiden belum memutuskan memperpanjang atau tidak masa jabatan Badrodin. Pramono Agung mengatakan tak tahu-menahu soal itu. “Aku ora ngerti,” ujarnya. Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya menolak kalau ada opsi perpanjangan masa tugas Badrodin. Dia menilai Budi Gunawan yang paling pantas menggantikan Badrodin. “Ini wajar untuk regenarasi,” ujar Hasto.” Berkenaan dengan suksesi Kapolri tersebut, Badrodin berkomentar dirinya akan mensyukuri apa pun keputusan Presiden Jokowi. Seperti yang diuraikan pada kutipan reaksi komentar verbal (P16), bagan (P16) “Badrodin mengatakan akan mensyukuri apa pun keputusan Jokowi, termasuk jika harus memperpanjang masa tugasnya. Jika tidak, Badrodin mengaku sudah punya rencana sendiri. “Kalau pensiun, ya, ngurus cucu atau jadi petani juga boleh.”

Sementara itu, pada komentar verbal berikutnya diuraikan bahwa Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla belum hendak menggapi suksesi Kapolri tersebut. Sebagaimana yang ditunjukkan pada kutipan (P22), bagan (P22) “Jokowi yang sedang melawat ke Jepang, tak mau menjawab soal opsi perpanjangan dan bursa calon Kepala Polri. “Enggak mau,” ujarnya kepada Ananda Teresia dari Tempo, Jumat pekan lalu. Adapun Jusuf Kalla mengatakan belum diajak berdiskusi oleh Presiden soal calon Kepala Polri ataupun opsi perpanjangan masa tugas Badrodin. “Belum, belum,” katanya.” Demikian pula, pada beberapa kandidat Kapolri baru yang enggan memberikan suara terkait suksesi tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan (P23), bagn (P23) “Budi Waseso memilih tak berkomentar tantang peluangnya menjadi calon Kepala Polri. Ketika dihubungi lewat telepon selulernya, Syafruddin mengaku sedang berada di Cina dan tak mau menanggapi soal ini. Dalam beberapa kesempatan, Budi Gunawan tak mau berkomentar tentang calon Kepala Polri. “Tanya Pak Kapolri saja,” ujarnya.”

Di pihak lain, seorang sekretaris partai koalisi NasDem turut menyatakan bahwa keputusan Presiden terkait suksesi Kapolri akan didukung secara penuh. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan (P24), “Sekretaris Fraksi Partai NasDem Syrief Abudullah Alkadrie mengatakan, sejauh ini, Surya Paloh belum pernah menyinggung soal calon Kepala Polri dan wacana perpanjangan masa tugas Badrodin. “Tapi, apa pun keputusan Jokowi, akan kami dukung penuh,” ujarnya. “Karena kami bukan partai oposisi, tapi partai koalisi.” Berdasarkan contoh wacana (30) reaksi komentar verbal mengenai politik ditandai dengan berbagai komentar sejumlah pihak atas polemik suksesi Kapolri.

(31) Aliansi Pemburu Kaum Kiri

Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang. Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. “Acara itu untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes. (P4)

Budi mengklaim simposium dan rangkaian kegiatan melawan komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim, antara lain Tommy Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya bermodal semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto, Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang kegiatan tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza. (P10)

(Trianita, Linda, dan Artika Rachmi Farmati. “Aliansi Pemburu Kaum Kiri”. Majalah Tempo. 22 Mei 2016: hlm 72-73)

Wacana berita (31) mengandung reaksi komentar verbal tentang sosial budaya. Reaksi komentar verbal tersebut ditunjukkan melalui berbagai komentar dari sejumlah pihak terlibat atas kegaduhan isu kebangkitan paham komunisme di Indonesia. Dalam pemberitaannya, isu kebangkitan paham komunisme ditandai oleh sejumlah aktivitas masyarakat sipil yang diduga memuat unsur komunisme. Bermula dari hal itu, kelompok anti-komunis muncul untuk menyuarakan penolakan terhadap paham komunisme dan menggencarkan operasi pembubaran. Namun, tudingan tersebut ditampik oleh beberapa pihak sipil yang menyatakan kegiatan itu tidak ada hubungan dengan kebangkitan komunisme. Sebagaimana yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P4), bagan (P4) “Berbeda dengan tudingan kelompok Islam garis keras itu, penyelenggara acara menyatakan kegiatannya tak bersangkut paut dengan kebangkitan komunisme. Ketua AJI Yogyakarta Anang Zakaria, misalnya, mengatakan film dokumenter Pulau Buru

akan diputar dalam acara Hari Kebebasan Pers Dunia. “Film itu bisa disebut karya jurnalistik. Pemerintah pun tak pernah melarangnya,” ujar Anang. Sekretaris Jenderal Komite Belok Kiri Fest Indraswari Agnes menyatakan hal senada. Menurut dia, festival itu melawan propaganda Orde Baru. “Acara itu untuk menyudahi buta politik dan amnesia sejarah,” kata Agnes.”

Pada reaksi komentar verbal berikutnya diuraikan aksi penolakan paham komunisme turut diikuti dengan sejumlah gelaran acara, salah satunya simposium nasional. Berkenaan dengan simposium tersebut, seorang simpatisan anti-komunis mengklaim rangkaian kegiatan melawan komunisme dan simposium dibiayai oleh kalangan pengusaha Muslim. Namun, pihak kuasa hukum dari salah satu pengusaha itu mengaku tidak tahu mengenai hal tersebut. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan rekasi komentar verbal (P10), bagan (P10) “Budi mengklaim simposium dan rangkaian kegiatan melawan komunisme dibiayai sejumlah pengusaha muslim, antara lain Tommy Soeharto. “Dari mana kalau bukan dari mereka? Kami hanya bermodal semangat dan pemikiran,” ujar Budi. Kuasa hukum Tommy Soeharto, Elza Syarief, mengaku tidak tahu apakah Tommy akan menyumbang kegiatan tersebut atau tidak. “Soal itu saya tak paham,” kata Elza.” Berdasarkan contoh wacana (31) reaksi komentar verbal mengenai sosial budaya ditandai dengan berbagai komentar dari sejumlah pihak atas isu kebangkitan paham komunisme di Indonesia.

(32) Penjaja Ginjal di Selasar Kencana

Pengacara tiga tersangka, Osner Johnson Sianipar, berkeberatan dengan pasal yang disangkakan kepada kliennya. Menurut diam seharusnya Yana

dan Dedi dijerat dengan pasal yang lebih ringan. Sebab, keduanya hanya pesuruh. “Yang aktif adalah Herry,” kata Osner. (P10)

Direktur RSCM Czeresna Heriawan Soejono membenarkan kabar tentang pemeriksaan Endang dan dua dokter lainnya. Endang, sampai akhir pekan lalu, belum merespons permintaan wawancara yang dikirim Tempo melalui surat elektronik. “Semua keterangan harus satu pintu, lewat saya,” ucap Czeresna. (P36)

Tanpa menunggu hasil penyidikan polisi, kata Czeresna, RSCM juga mengaudit rekam medis dan proses transplantasi 14 pasien yang berkasnya dicari-cari polisi. Hasil audit internal itu menyimpulkan tim dokter sudah menjalankan operasi sesuai dengan prosedur. “Jangan karena tempatnya di RSCM terus dokter di sini dianggap terlibat,” ujarnya. (P37)

(Persada, Syailendra dan Dwi Renjani. “Penjaja Ginjal di Selasar Kencana”. Majalah Tempo. 21 Februari 2016: hlm 69-72)

Wacana berita (32) mengandung reaksi komentar verbal tentang kriminalitas. Reaksi komentar verbal ditunjukkan melalui berbagai komentar dari sejumlah pihak atas kasus penjulan organ ginjal secara ilegal di lembaga kesehatan pemerintah. Penggunaan komentar dalam teks tersebut diawali oleh pernyataan pengacara para tersangka yang mengaku keberatan dengan pasal hukuman kepada kliennya. Sebagaimana yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P10), bagan (P10) “Pengacara tiga tersangka, Osner Johnson Sianipar, berkeberatan dengan pasal yang disangkakan kepada kliennya. Menurut diam seharusnya Yana dan Dedi dijerat dengan pasal yang lebih ringan. Sebab, keduanya hanya pesuruh. “Yang aktif adalah Herry,” kata Osner.” Sementara itu, pihak rumah sakit membenarkan kabar pemeriksaan ketiga dokternya terkait kasus penjualan ginjal ilegal. Namun, pihak rumah sakit mengatakan selama proses operasi berlangsung para dokter telah menjalankannya sesuai dengan prosedur formal. Seperti yang ditunjukkan pada kutipan reaksi komentar verbal (P36 dan P37), bagan (P36) “Direktur RSCM Czeresna Heriawan Soejono membenarkan

kabar tentang pemeriksaan Endang dan dua dokter lainnya. Endang, sampai akhir pekan lalu, belum merespons permintaan wawancara yang dikirim Tempo melalui surat elektronik. “Semua keterangan harus satu pintu, lewat saya,” ucap Czeresna.” Bagan (P37), “Tanpa menunggu hasil penyidikan polisi, kata Czeresna, RSCM juga mengaudit rekam medis dan proses transplantasi 14 pasien yang berkasnya dicari-cari polisi. Hasil audit internal itu menyimpulkan tim dokter sudah menjalankan operasi sesuai dengan prosedur. “Jangan karena tempatnya di RSCM terus dokter di sini dianggap terlibat,” ujarnya.” Berdasarkan contoh wacana (32) reaksi komentar verbal mengenai kriminalitas ditandai dengan berbagai komentar dari sejumlah pihak terkait penjualan ginjal secara ilegal.

Rangkuman Bab III

SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA MAJALAH TEMPO EDISI JANUARI–JUNI TAHUN 2016