• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STRUKTUR MIKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA

4.2 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Korupsi

Pada wacana laporan utama dalam majalah Tempo bertajuk “Jejak Suap di Hang Lekir V” yang dimuat 8 Mei 2016 memberitakan tema mengenai korupsi. Wacana berita tersebut hendak mengungkapkan praktik mafia pengadilan yang menyeret panitera Pengadilan Negeri Jakarta, Edy Nasution dan Mahkamah Agung,

Nurhadi. Kasus suap ditelusuri dari sejumlah temuan “pengamanan” untuk melindungi berbagai kasus di Lippo Group. Berdasarkan wacana berita tentang korupsi tersebut akan diterapkan unsur struktur mikro dengan tiga elemen satuan kebahasaan, yaitu kata dalam wacana korupsi (4.2.1), kalimat dalam wacana korupsi (4.2.2), dan paragraf dalam wacana korupsi (4.2.3).

4.2.1 Kata dalam Wacana Korupsi

Kata dalam wacana berita mengenai korupsi yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 ditemukan sekumpulan kata meliputi menggeledah, suap, pengamanan, mengusut, penangkapan, penanganan, memantau, dan mengintervensi. Dalam penentuan kata-kata tersebut, dipilih sesuai dengan kata yang dominan merepresentasikan dalam tema. Berikut dipaparkan contoh-contoh kata dalam wacana korupsi.

(33) Jejak Suap di Hang Lekir V

Tingkah Nurhadi sempat membuat kesal 15 penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu. (K1, P1)

Penggeledahan dilakukan beberapa jam setelah KPK menangkap Panitera Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution dan perantara suap Doddy Aryanto Supeno. (K1, P6)

Tim KPK menggeledah kantor Paramount, yang dicurigai menjadi tempat pertemuan Nurhadi, Eddy Sindoro, Edy Nasution, dan Doddy untuk merancang “pengamanan” perkara itu. (K1, P10)

Agus Rahardjo memastikan akan mengusut orang yang memerintah Doddy. (K1, P11)

Jejak Nurhadi, menurut seorang penegak hukum KPK, terpantau dua pekan sebelum penangkapan Edy dan Doddy. (K1, P13)

Seorang petinggi KPK mengatakan duit itu berasal dari Grup Lippo, tapi belum diketahui untuk penanganan perkara yang mana. (K3, P14)

Radar KPK sebenarnya sudah lama memantau gerak-gerik Nurhadi. (K1, P17)

Seorang mantan hakim agung mengatakan Nurhadi memiliki “kuasa” untuk mengintervensi pejabat di pengadilan sampai hakim agung di Mahkamah Agung. (K1, P21)

(Aprianto, Anton. dkk, “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo, 8 Mei 2016: hlm 34-38)

Kata dalam wacana (33) mengandung sejumlah kata yang dominan dengan tema korupsi. Sebagaimana pada (K1, P1) ditemukan kata menggeledah berleksem geledah yang memiliki arti memeriksa sesuatu untuk mencari barang bukti. Dalam hal ini, pencarian sesuatu untuk mencari barang bukti itu ditujukan kepada rumah Nurhadi atas kasus suap mafia pengadilan. Kemudian, pada (K1, P6) terdapat kata suap yang memiliki maksud tindakan memberikan uang kepada seseorang untuk menyogok agar permasalahan lancar. Hal ini yang dilakukan oleh Doddy selaku perantara suap kepada Edy dan Nurhadi untuk pengamanan perkara di Lippo Group. Bagan (K1, P10 dan K1, P11) diperoleh kata pengamanan dan mengusut. Pengamanan berleksem aman memiliki maksud upaya melindungi perkara Lippo Group dengan merancang skenario peradilan. Sementara, kata mengusut berleksem tangan diartikan sebagai pemeriksaan kembali perkara suap oleh para penyidik KPK.

Bagan (K1, P13 dan K3, P14) ditemukan kata penangkapan dan penanganan. Kata penangkapan berleksem tangkap mempunyai maksud penahanan perantara suap dan para penerima suap atas kasus korupsi. Sedangkan kata penanganan berleksem tangan diartikan sebagai penggarapan dan penyelesaian perkara di pengadilan. Bagan (K1, P17 dan K1, P21) ditemukan kata memantau dan mengintervensi. Kata memantau berleksem pantau

diartikan sebagai pemonitoran atau pengamatan jejak pelaku dugaan kasus suap oleh penyidik KPK. Kata mengintervensi berleksem intervensi memiliki maksud turut mencampuri atau campur tangan dalam berbagai kasus. Hal itu serupa dengan perbuatan Nurhadi untuk meloloskan permohonan kasasi di pengadilan.

4.2.2 Kalimat dalam Wacana Korupsi

Kalimat dalam wacana mengenai korupsi yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016 ditentukan sejumlah pokok kalimat berita. Penetapan kalimat-kalimat tersebut, disesuaikan dengan struktur kalimat yang dominan merepresentasikan dalam tema. Berikut dipaparkan contoh-contoh kalimat dalam wacana korupsi.

(34) Jejak Suap di Hang Lekir V

Kasus dugaan suap Panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. (K1, L)

Ditengarai menerima uang untuk “mengamankan” sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group: sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. (K2, L)

Tingkah Nurhadi sempat membuat kesal 15 penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu. (K1, P1)

Penggeledahan dilakukan beberapa jam setelah KPK menangkap Panitera Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Edy Nasution dan perantara suap Doddy Aryanto Supeno. (K1, P6)

Radar KPK sebenarnya sudah lama memantau gerak-gerik Nurhadi. (K1, P17)

(Aprianto, Anton. dkk, “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo, 8 Mei 2016: hlm 32-37)

Kalimat dalam wacana (34) mengandung sejumlah kalimat yang dominan dengan tema korupsi. Beragam kalimat tersebut dianalisis berdasarkan jenis-jenis

bentuk atau struktur kalimatnya. Sebagaimana pada contoh (K1, L) memiliki struktur kalimat aktif dengan penonjolan subjek pelaku penerima suap yang mengakibatkan perbuatan verba menyeret kepada salah satu penerima suap lain. Kemudian, pada contoh (K2, L) struktur kalimat memuat bentuk pasif dengan subjek sasaran tutur yang mengarah ke proses pengamanan sejumlah perkara di Lippo Group dan hampir tangkap oleh KPK. Bagan (K1, P1) memiliki bentuk kalimat aktif karena penunjukkan subjek yang melakukan tindakan menggeledah rumah untuk mencari beberapa bukti terkait dugaan kasus suap. Sementara pada (K1, P6) struktur kalimat memuat bentuk pasif dengan sasaran tutur yang menjelaskan objek para pelaku suap. Bagan (K1, P17) mempunyai bentuk kalimat aktif karena subjek melakukan perbuatan verba memantau tingkah laku penerima suap.

4.2.3 Paragraf dalam Wacana Korupsi

Paragraf dalam wacana mengenai korupsi yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016 berisi sejumlah pokok paragraf berita. Penentuan paragraf-paragraf tersebut disesuaikan dengan bentuk paragraf-paragraf yang dominan merepresentasikan dalam tema. Unsur paragraf menjadi bagian terpenting dalam suatu berita karena menampilkan ide pokok sekaligus orientasi teks wacana berita secara koheren. Berikut dipaparkan contoh-contoh paragraf dalam wacana berita korupsi.

(35) Jejak Suap di Hang Lekir V

Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi. Ditengarai menerima uang untuk “mengamankan” sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo

Group: sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi. (L)

Tingkah Nurhandi sempat membuat kesal 15 penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu. Setelah tiga pria berseragam Brigade Mobil yang berjaga gagal menghalau penyidik masuk, Sekretaris Mahkamah Agung itu mengurung diri bersama istri dan anak perempuannya di dalam kamar. (P1)

Radar KPK sebenarnya sudah lama memantau gerak-gerik Nurhadi. Setahun terakhir, menurut seorang penegak hukum, banyak laporan tentang dugaan Nurhadi ikut mengintervensi penanganan perkara di Mahkamah Agung. Pada Oktober 2015, Komisi membuat surat perintah penyelidikan Nurhadi. (P17)

(Aprianto, Anton. dkk, “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo, 8 Mei 2016: hlm 32-37)

Paragraf dalam wacana (35) mengandung sejumlah paragraf yang dominan dengan tema korupsi. Paragraf tersebut dianalisis menurut jenis-jenis paragrafnya. Sebagaimana pada contoh paragraf (L) yang ditunjukkan melalui teras berita. Bagan (L) memuat paragraf berdasarkan letak kalimat utama yakni jenis paragraf deduktif karena diawali oleh kalimat utama berisi pokok pikiran tentang para pelaku penerima suap, seperti kutipan berikut, “Kasus dugaan suap panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menyeret Sekretaris Mahkamah Agung Nurhadi.” Kemudian dilanjutkan dengan kalimat-kalimat penjelas mengenai motif penerimaan suap, seperti pada kutipan berikut, “Ditengarai menerima uang untuk “mengamankan” sejumlah perkara yang terkait dengan Lippo Group: sempat empat kali hampir ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.”

Bagan (P1) memuat jenis paragraf deduktif dengan pendahuluan pokok kalimat mengenai situasi pemeriksaan salah satu pelaku dugaan suap di rumahnya, seperti contoh kutipan berikut, “Tingkah Nurhandi sempat membuat kesal 15

penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu.” Kemudian dilanjutkan dengan beberapa kalimat penjelas berisi tingkah laku pelaku saat dilakukan pemeriksaan oleh para penyidik KPK, seperti contoh kutipan berikut, “Setelah tiga pria berseragam Brigade Mobil yang berjaga gagal menghalau penyidik masuk, Sekretaris Mahkamah Agung itu mengurung diri bersama istri dan anak perempuannya di dalam kamar.” Bagan (P17) memuat jenis paragraf deduktif dengan kalimat utama berisi pemonitoran pelaku dugaan suap oleh KPK, seperti pada kutipan berikut, “Radar KPK sebenarnya sudah lama memantau gerak-gerik Nurhadi.” Lalu diikuti dengan beberapa kalimat penjelas laporan tentang pelaku penerima suap yang sering “mengamankan” perkara di pengadilan, seperti kutipan berikut, “Setahun terakhir, menurut seorang penegak hukum, banyak laporan tentang dugaan Nurhadi ikut mengintervensi penanganan perkara di Mahkamah Agung. Pada Oktober 2015, Komisi membuat surat perintah penyelidikan Nurhadi.”