• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV STRUKTUR MIKRO DALAM LAPORAN UTAMA PADA

4.3 Struktur Mikro dalam Laporan Utama Bertema Terorisme

Pada wacana laporan utama dalam Majalah Tempo berjudul “Jejak Lelaki Bertopi Nike” yang dimuat 24 Januari 2016 memberitakan tema mengenai terorisme. Wacana berita tersebut secara bertahap mengabarkan rekam jejak para pelaku teroris atas insiden penembakan brutal dan serangan bom di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Menurut pihak kepolisian, peristiwa terorisme turut didomplengi oleh salah satu tokoh ISIS asal Indonesia. Operasi serangan teroris sejatinya telah termonitor pemerintah sejak 2015 silam. Berdasarkan wacana berita

tentang terorisme tersebut akan diterapkan unsur struktur mikro dengan tiga elemen satuan kebahasaan yaitu, kata dalam wacana terorisme (4.3.1), kalimat dalam wacana terorisme (4.3.2), dan paragraf dalam wacana terorisme (4.3.3).

4.3.1 Kata dalam Wacana Terorisme

Kata dalam wacana berita mengenai terorisme yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 diperoleh sekumpulan kata meliputi peledakan, penembakan, serangan, teror, merancang, terendus, dan pemicu. Dalam penentuan kata-kata tersebut, dipilih sesuai dengan kata yang dominan merepresentasikan dalam tema. Berikut dipaparkan contoh-contoh kata dalam wacana terorisme.

(36) Jejak Lelaku Bertopi Nike

Afif adalah satu dari lima pelaku peledakan bom dan granat di kafe Starbuck di Menara Cakrawala serta pos polisi di depan pusat belanja Sarinah. (K1, P3)

Aksi Afif bersama seorang pelaku lain ketika melakukan penembakan brutal terhadap tiga polisi di tengah kerumunan orang terekam jelas dalam kamera fotografer Tempo, Aditia Noviansyah, (K3, P3)

Begitu menyaksikan foto-foto pelaku serangan itu, Jibril langsung ingat Afif yang dua tahun sama-sama dipenjara di blok khusus Lembaga Pemasyarakatan Cipinang. (K2, P9)

Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim. (K1, P16)

Untuk membuktikan kehebatannya, Bahrun merancang bom di Jakarta. (K3, P17)

Jejak Bahrun Naim sejatinya sudah terendus sejak November tahun lalu. (K1, P27)

Dia menyebutkan serangan itu hanya menunggu pemicu. (K4, P27) (Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35-37)

Kata dalam wacana (36) mengandung sejumlah kata yang dominan dengan tema terorisme. Sebagaimana pada (K1, P3 dan K1, P3) terdapat kata peledakan dan penembakan. Kata peledakan berleksem ledak memiliki maksud peristiwa pegeboman oleh para pelaku teroris di kawasan Jalan M. H. Thamrin. Kata penembakan berleksem tembak diartikan sebagai pelepasan peluru dari senjata api oleh pelaku teroris kepada para polisi yang tengah mengamankan aksi tersebut. Kemudian pada (K2, P9 dan K1, P16) diperoleh kata serangan dan teror. Kata serangan berleksem serang memiliki maksud operasi penyerangan para teroris yang terdokumentasikan melalui sejumlah foto. Sedangkan kata teror diartikan sebagai usaha menciptakan ketakutan publik terkait aksi terorisme yang melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia. Bagan (K3, P17 dan K1, P27) ditemukan kata merancang dan terendus. Kata merancang berleksem rancang memiliki arti mengatur segala sesuatu terkait perencanaan serangan bom di Jakarta. Sementara, kata terendus berleksem endus diartikan sebagai sumber informasi tentang serangan terorisme yang mulai diketahui oleh pihak pengamanan negara. Bagan (K4, P27) terdapat kata pemicu berleksem picu yang memiliki arti menggerakkan suatu benda berbahaya sehingga berpengaruh terhadap aksi terorisme tersebut. Dalam hal ini, atribut (benda) operasi serangan teror berupa bom dan alat-alat peledak lainnya.

4.3.2 Kalimat dalam Wacana Terorisme

Kalimat dalam wacana mengenai terorisme yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016 ditentukan sejumlah pokok kalimat berita. Penetapan kalimat-kalimat tersebut, disesuaikan dengan kalimat yang dominan

merepresentasikan dalam tema. Berikut dipaparkan contoh-contoh kalimat dalam wacana terorisme.

(37) Jejak Lelaki Bertopi Nike

Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan btutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. (K1, L)

Polisi menyebut Bahrun Naim, mantan narapidana penyimpanan bahan peledak, sebagai otak teror itu. (K2, L)

Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu. (K3, L)

Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia. (K1, P16)

(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35-36)

Kalimat dalam wacana (37) mengandung sejumlah kalimat yang dominan dengan tema terorisme. Beragam kalimat tersebut dianalisis berdasarkan jenis-jenis bentuk atau struktur kalimatnya. Sebagaimana pada contoh (K1, L) yang memiliki bentuk kalimat pasif karena subjek menujukkan tujuan atau sasaran atas serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H Thamrin, Jakarta Pusat. Kemudian, pada contoh (K2, L) memuat struktur kalimat aktif dengan penonjolan subjek yang melakukan perbuatan verba menyebut pelaku terorisme sebagai otak teror sekaligus mantan naripadana penyimpanan bahan peledak. Bagan (K3, L) mempunyai bentuk kalimat pasif karena subjek sasaran tutur yang disertai verba terendus menunjukkan maksud atas pemonitoran rencana operasi terorisme. Bagan (K1, P16) memiliki struktur kalimat aktif dengan penonjolan subjek yang melakukan perbuatan menyampaikan informasi bahwa salah satu pelaku teror merupakan tokoh ISIS asal Indonesia.

4.3.3 Paragraf dalam Wacana Terorisme

Paragraf dalam wacana mengenai terorisme yang dimuat di majalah Tempo edisi Januari–Juni 2016 berisi sejumlah pokok paragraf berita. Penentuan paragraf-paragraf tersebut disesuaikan dengan bentuk paragraf-paragraf yang dominan merepresentasikan dalam tema. Unsur paragraf menjadi bagian terpenting dalam suatu berita karena menampilkan ide pokok sekaligus orientasi teks wacana berita secara koheren. Berikut dipaparkan contoh-contoh paragraf dalam wacana berita terorisme.

(38) Jejak Lelaki Bertopi Nike

Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat. Polisi menyebut Bahrun Naim, mantan narapidana penyimpanan bahan peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu. (L)

Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim. Menurut Tito, Bahrun merupakan pendiri Katibah Nusantara, tempat berkumpulnya anggota ISIS asal Asia Tenggara di wilayah di Irak dan Suriah. (P16)

Jejak Bahrun Naim sejatinya sudah terendus sejak November tahun lalu. Dari blog yang dikelolanya dari Suriah, dia mengatakan sangat terinspirasi oleh serangan terorisme di Paris pada akhir November 2015. Dalam koresponden dengan wartawan asing, Bahrun mengaku sudah menyiapkan aksi bersama para pendukung ISIS di Tanah Air. Dia menyebutkan serangan itu hanya menunggu pemicu. (P27)

(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35-37)

Paragraf dalam wacana (38) mengandung sejumlah paragraf yang dominan dengan tema terorisme. Paragraf tersebut dianalisis menurut jenis-jenis paragrafnya. Sebagaimana pada contoh paragraf (L) yang ditunjukkan melalui teras berita. Bagan (L) memuat paragraf berdasarkan letak kalimat utama, yakni jenis

paragraf deduktif karena diawali oleh kalimat utama berisi pokok pikiran tentang keterlibatan kelompok pengikut ISIS atas insiden serangan bom dan penembakan di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat – seperti kutipan berikut, “Kelompok pengikut ISIS dituduh berada di balik serangan bom dan penembakan brutal di kawasan Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat.” Kemudian dilanjutkan dengan kalimat-kalimat penjelas salah satu tokoh ISIS asal Indonesia hingga informasi rencana operasi serangan terorisme, seperti pada kutipan berikut, “Polisi menyebut Bahrun Naim, mantan narapidana penyimpanan bahan peledak, sebagai otak teror itu. Rencana operasi terendus sejak November tahun lalu.”

Bagan (P16) memuat jenis paragraf deduktif dengan pendahuluan pokok kalimat mengenai siaran informasi dari pihak kepolisian bahwa serangan teror di Jalan M. H. Thamrin melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, seperti kutipan berikut, “Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim.” Kemudian dilanjutkan dengan sejumlah kalimat penjelas terkait rekam jejak pelaku teroris yang berasal dari anggota ISIS asal Indonesia, seperti pada kutipan berikut, “Menurut Tito, Bahrun merupakan pendiri Katibah Nusantara, tempat berkumpulnya anggota ISIS asal Asia Tenggara di wilayah di Irak dan Suriah.” Bagan (P27) berisi jenis paragraf deduktif karena dintroduksi oleh pokok pikiran kalimat utama informasi mengenai jejak salah satu pelaku teroris, seperti kutipan berikut, “Jejak Bahrun Naim sejatinya sudah terendus sejak November tahun lalu.” Kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas atas rencana operasi serangan teror oleh pelaku teroris, seperti pada

kutipan berikut, “Dari blog yang dikelolanya dari Suriah, dia mengatakan sangat terinspirasi oleh serangan terorisme di Paris pada akhir November 2015. Dalam koresponden dengan wartawan asing, Bahrun mengaku sudah menyiapkan aksi bersama para pendukung ISIS di Tanah Air. Dia menyebutkan serangan itu hanya menunggu pemicu.”