• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III SUPERSTRUKTUR DALAM LAPORAN UTAMA PADA

3.3 Story

3.3.1 Proses Peristiwa

3.3.1.1 Kisah Utama

Wacana berita tentu memiliki kisah utama pada setiap pengisahan alur cerita. Kisah utama menggambarkan cerita pokok tentang suatu kejadian yang terjadi di lingkup masyarakat. Hal ini berfungsi untuk membantu pembaca menyelami intisari berita. Berikut contoh dan penggunaan subkategori proses peristiwa, yakni bagian kisah utama pada wacana laporan utama majalah Tempo edisi Januari–Juni tahun 2016 sesuai penentuan tema.

(18) Jejak Suap di Hang Lekir V

Tingkah Nurhandi sempat membuat kesal 15 penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu. Setelah tiga pria berseragam Brigade Mobil yang berjaga gagal menghalau

penyidik masuk, Sekretaris Mahkamah Agung itu mengurung diri bersama istri dan anak perempuannya di dalam kamar. (P1)

Dua penyidik silih berganti mengetuk pintu kamar di lantai dua itu. Tapi Nurhadi tak menggubrisnya. Dari dalam kamar justru terdengar suara kloset diguyur berulang kali. Karena satu jam pintu kamar tak kunjung dibuka, penyidik menggedornya. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan istri Nurhadi, Tin Zuraida, keluar setengah berlari dengan dalih hendak mengambil pakaian dalam. Kedua tangannya disilangkan di badan seperti tengah menutupi sesuatu. “Tingkahnya janggal,” kata seorang sumber yang mengetahui penggeledahan tersebut. (P2)

Karena curiga, seorang penyidik perempuan memeriksa Tin di kamar lain. Ketika Tin digeledah, ditemukan banyak sobekan kertas basah di balik baju tidurnya. Penyidik lain bergegas masu ke kamar Nurhadi. Di dalam kamar itu, mereka menemukan empat tas jinjing hitam di dekat lemari baju. Dua tas masih utuh berisi uang, sementara dua tas lagi sudah terbuka dan tak ada isinya. Tak jauh dari tas kosong, penyidik menemukan kertas pembungkus uang berceceran. (P3)

Sebagian penyidik menyisir setiap sudut rumah berlantai tiga itu. Di garasi, mereka menggeledah tiga mobil mewah Nurhadi dan tiga sepeda motor besar. Di dalam mobil Toyota Camry hitam, kendaraan sehari-hari Nurhadi, penyidik menemukan tas hitam penuh berisi uang. Setelah delapan jam menggeledah, petugas KPK meninggalkan rumah Nurhadi dengan membawa tiga tas berisi uang dan beberapa kardus dokumen. Beberapa jam kemudian, Ketua KPK Agus Rahardjo langsung meminta kantor Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah Nurhadi ke luar negeri. (P4) Setelah penangkapan, KPK bergerak cepat menggeledah empat lokasi. Selain menyisir rumah, penyidik menggeledah kantor Nurhadi di lantai 1 gedung Mahkamah Agung, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat; ruang kerja Edy di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan kantor Paramount Enterprises Limited di Gading Serpong, Tangerang. Di kantor Edy, tim menemukan duit Rp 1 miliar di laci meja kerjanya. Asal-usul duit itu masih ditelusuri. (P9)

Rabu pekan lalu, KPK mengumumkan nilai uang yang ditemukan di rumah Nurhadi. Jumlahnya mencapai Rp 1,7 miliar, dalam bentuk pecahan dolar Singapura, dolar Amerika, euro, yen, dan riyal. Seorang petinggi KPK mengatakan duit itu berasal dari Grup Lippo, tapi belum diketahui untuk penanganan perkara yang mana. Menurut Wakil KPK Laode Muhammad Syarief, lembaganya berkeyakinan duit itu berkaitan dengan penanganan perkara. “Kami yakin itu bukan dari satu perkara saja,” katanya. (P14)

Dari hasil penggeledahan, KPK mendapat bahan sejumlah perkara yang dikawal Nurhadi. Penyidik, misalnya, mengantongi matriks ratusan perkara yang ada di catatan dia. Sebagian di antaranya kasus-kasus Grup

Lippo. Sejumlah petinggi KPK meyakini hasil penggeledahan di rumah dan kantor Nurhadi akan membuka kotak pandora makelar kasus di Mahkamah Agung. “Dampaknya untuk meminimalkan praktek mafia pengadilan,” ujar Agus. (P20)

Nurhadi belum bisa dimintai konfirmasi tentang tuduhan bahwa ia terlibat kasus Edy dan mengatur sejumlah perkara Lippo di Mahkamah Agung. Pekan lalu, Tempo beberapa kali mendatangi kantor dan kediamannya di Hang Lekir V, tapi tidak bisa bertemu dengan dia. Surat permohonan wawancara yang diterima Fauzi, penjaga rumahnya, belum direspons. (P24)

Pada Selasa pekan pertama Maret lalu, setelah Nurhadi diperiksa di KPK, Tempo sempat bertemu dengan dia dan menanyakan soal keterlibatannya dalam kasus suap dan pengaturan perkara di Mahkamah Agung. Namun tidak banyak jawaban yang dilontarkan Nurhadi. “Hati-hati kalau bertanya,” ujarnya. (P25)

(Aprianto, Anton. dkk, “Jejak Suap di Hang Lekir V”. Majalah Tempo, 8 Mei 2016: hlm 34-38)

Pada contoh wacana berita (18), wacana berita tersebut mengandung unsur-unsur kisah utama tentang korupsi atas penyelidikan kasus dugaan suap Panitera Pengadilan Negeri Jakarta yang menyeret Nurhadi, Sekretaris Mahkamah Agung (MA). Kisah utama terkait perkara dugaan suap tersebut diawali dengan penjajakan (P1) para penyidik KPK mulai menggeledah rumah Nurhadi. Ketika penyusuran berlangsung diketahui Nurhadi bersama istri dan anak perempuannya sedang mengurung diri di kamar. “Tingkah Nurhandi sempat membuat kesal 15 penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi yang menggeledah rumahnya di Jalan Hang Lekir V, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu malam dua pekan lalu. Setelah tiga pria berseragam Brigade Mobil yang berjaga gagal menghalau penyedik masuk, Sekretaris Mahkamah Agung itu mengurung diri bersama istri dan anak perempuannya di dalam kamar.” Dalam kisah utama (P2) berlanjut, para penyidik secara bergilir mengetuk kamar yang dikunci agar Nurhadi segera keluar untuk pemeriksaan. Namun setelah satu jam kamar tak kunjung dibuka, penyidik lalu

menggedor pintu tersebut. Tak lama kemudian istri Nurhadi keluar dengan gelagat mencurigakan. “Dua penyedik silih berganti mengetuk pintu kamar di lantai dua itu. Tapi Nurhadi tak menggubrisnya. Dari dalam kamar justru terdengar suara kloset diguyur berulang kali. Karena satu jam pintu kamar tak kunjung dibuka, penyidik menggedornya. Tak lama kemudian, pintu terbuka dan istri Nurhadi, Tin Zuraida, keluar setengah berlari dengan dalih hendak mengambil pakaian dalam. Kedua tangannya disilangkan di badan seperti tengah menutupi sesuatu. “Tingkahnya janggal,” kata seorang sumber yang mengetahui penggeledahan tersebut.”

Kemudian kecurigaan itu pun bersambung dengan pemeriksaan sang istri Nurhadi oleh tim penyidik perempuan. Sementara penyidik lainnya bergegas memasuki kamar Nurhadi. Di dalam kamar ditemukan beberapa objek investigasi KPK seperti yang ditunjukkan pada (P3). “Karena curiga, seorang penyidik perempuan memeriksa Tin di kamar lain. Ketika Tin digeledah, ditemukan banyak sobekan kertas basah di balik baju tidurnya. Penyidik lain bergegas masuk ke kamar Nurhadi. Di dalam kamar itu, mereka menemukan empat tas jinjing hitam di dekat lemari baju. Dua tas masih utuh berisi uang, sementara dua tas lagi sudah terbuka dan tak ada isinya. Tak jauh dari tas kosong, penyidik menemukan kertas pembungkus uang berceceran.” Keberlanjutan penggeledahan rumah Nurhadi ditampilkan pada (P4) dengan penyisiran seluruh isi ruangan dan barang-barang lainnya. Setelah penggeledahan selesai, Ketua KPK meminta pihak lembaga imigrasi mencegah Nurhadi ke luar negeri. “Sebagian penyidik menyisir setiap sudut rumah berlantai tiga itu. Di garasi, mereka menggeledah tiga mobil mewah

Nurhadi dan tiga sepeda motor besar. Di dalam mobil Toyota Camry hitam, kendaraan sehari-hari Nurhadi, penyidik menemukan tas hitam penuh berisi uang. Setelah delapan jam menggeledah, petugas KPK meninggalkan rumah Nurhadi dengan membawa tiga tas berisi uang dan beberapa kardus dokumen. Beberapa jam kemudian, Ketua KPK Agus Rahardjo langsung meminta kantor Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah Nurhadi ke luar negeri.”

KPK kembali melakukan investigasi dengan menggeledah empat lokasi terkait penyuapan panitera Pengadilan Negeri Jakarta dan MA; ditemukan uang miliar rupiah. Seperti pada kutipan (P9), “Setelah penangkapan, KPK bergerak cepat menggeledah empat lokasi. Selain menyisir rumah, penyidik menggeledah kantor Nurhadi di lantai 1 gedung Mahkamah Agung, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat; ruang kerja Edy di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat; dan kantor Paramount Enterprises Limited di Gading Serpong, Tangerang. Di kantor Edy, tim menemukan duit Rp 1 miliar di laci meja kerjanya. Asal-usul duit itu masih ditelusuri.” Dari hasil penyelidikan KPK tersebut melahirkan temuan uang miliaran rupiah dengan beberapa pecahan mata uang asing. Temuan uang suap tersebut disinyalir berasal dari penanganan berbagai kasus, sebagaimana ditampilkan di (P14). “Rabu pekan lalu, KPK mengumumkan nilai uang yang ditemukan di rumah Nurhadi. Jumlahnya mencapai Rp 1,7 miliar, dalam bentuk pecahan dolar Singapura, dolar Amerika, euro, yen, dan riyal. Seorang petinggi KPK mengatakan duit itu berasal dari Grup Lippo, tapi belum diketahui untuk penanganan perkara yang mana. Menurut Wakil KPK Laode Muhammad Syarief, lembaganya

berkeyakinan duit itu berkaitan dengan penanganan perkara. “Kami yakin itu bukan dari satu perkara saja,” katanya.”

Selain itu, temuan KPK lain mengacu ke sejumlah perkara yang ditelaah dari catatan Nurhadi. Hal tersebut ditunjukkan pada contoh kutipan (P20), “Dari hasil penggeledahan, KPK mendapat bahan sejumlah perkara yang dikawal Nurhadi. Penyidik, misalnya, mengantongi matriks ratusan perkara yang ada di catatan dia. Sebagian di antaranya kasus-kasus Grup Lippo. Sejumlah petinggi KPK meyakini hasil penggeledahan di rumah dan kantor Nurhadi akan membuka kotak pandora makelar kasus di Mahkamah Agung. “Dampaknya untuk meminimalkan praktek mafia pengadilan,” ujar Agus.” Meski demikian, dalam (P24) dan (P25) dijelaskan bahwa belum ada konfirmasi Nurhadi atas dugaan suap tersebut. Sebagaimana kutipan (P24), “Nurhadi belum bisa dimintai konfirmasi tentang tuduhan bahwa ia terlibat kasus Edy dan mengatur sejumlah perkara Lippo di Mahkamah Agung. Pekan lalu, Tempo beberapa kali mendatangi kantor dan kediamannya di Hang Lekir V, tapi tidak bisa bertemu dengan dia. Surat permohonan wawancara yang diterima Fauzi, penjaga rumahnya, belum direspons” dan (P25) “Pada Selasa pekan pertama Maret lalu, setelah Nurhadi diperiksa di KPK, Tempo sempat bertemu dengan dia dan menanyakan soal keterlibatannya dalam kasus suap dan pengaturan perkara di Mahkamah Agung. Namun tidak banyak jawaban yang dilontarkan Nurhadi. “Hati-hati kalau bertanya,” ujarnya.” Berdasarkan contoh wacana (18) kisah utama mengenai korupsi ditandai dengan penyelidikan kasus suap.

(19) Jejak Lelaki Bertopi Nike

Kurnia Widodo langsung mengucap kalimat istigfar ketika Tempo menyodorkan sejumlah foto seorang pria bercelana jins biru dengan kaus senada, dari berbagai sudut, berjalan sambil menggenggam pistol Beretta. Gambar ini diterimanya satu jam setelah lelaki bertopi Nike itu melakukan teror di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis siang pekan lalu. (P1) Ketika itu, foto lelaki muda bersepatu kets biru dan menggendong ransel muncul di beberapa media online, tanpa narasi yang menjelaskan identitasnya. Tanpa perlu berpikir lama, Kurnia langsung mengenali foto itu. “Astagfirullah, itu Afif atau Sunakim,” katanya beberapa kali. Untuk lebih memastikan, Tempo kembali menyodorkan sejumlah foto orang yang sama saat disidangkan di pengadilan beberapa tahun lalu, yang terlihat lebih tua, sebagai pembanding. Kurnia berkukuh memastikan orang yang ada di foto itu Afif. (P2)

Kurnia begitu yakin orang di foto itu adalah Afif karena mengenal secara dekat ketika sama-sama ditahan di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Hubungan mereka berlanjut ketika mendekam di Lembaga Permasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur. “Saya sangat mengenalnya,” ujarnya. (P4)

Muhammad Jibril, anak Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman, juga memastikan lelaki bertopi Nike itu Afif. Begitu menyaksikan foto-foto pelaku serangan itu, Jibril langsung ingat Afif yang dua tahun sama-sama dipenjara di blok khusus Lembaga Permasyarakatan Cipinang. “Seratus persen dia adalah Afif. Wajahnya tidak berubah,” ujarnya. (P9)

Jumat sore pekan lalu, kepastian bahwa Afif merupakan salah satu pelaku teror diumumkan Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti. Menurut dia, Afif alias Sunakim berasal dari Sumedang, Jawa Barat. “Ia diduga dari jaringan Aman Abdurrahman,” katanya. (P13)

Sunakim diketahui pernah tinggal di Desa Duren, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. “Sudah kami cek. Namun KTP Afif sudah kedaluwarsa,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Klari, A. Mulyana. (P14)

Seorang pejabat kepolisian mengatakan, hingga Jumat pekan lalu, tim polisi telah berhasil mengindentifikasi lima orang yang tewas. Belum ada Sunakim dalam daftar itu. Lima orang itu adalah Ahmad Muhazan asal Krangkeng, Indramayu; Dian Juni Kurniadi dari Pasirputih, Tegal; Muhammad Ali, yang beralamat di Merayu, Jakarta Utara; Rico Hermawan dari Batuampar, Boyolali; dan Sugito dari Purwasari, Karawang. (P15)

Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim. Menurut Tito, Bahrun merupakan pendiri Katibah Nusantara, tempat berkumpulnya anggota ISIS asal Asia Tenggara di wilayah di Irak dan Suriah. (P16)

Tito mengatakan lelaki bernama lengkap Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo itu melancarkan teror untuk menunjukkan dominasinya di Asia Tenggara. Menurut dia, saat ini sedang terjadi rivalitas kepemimpinan di antara tokoh ISIS di Asia Tenggara. Untuk membuktikan kehebatannya, Bahrun merancang bom di Jakarta. “Bahrun bersaing dengan tokoh ISIS asal Filipina Selatan untuk jadi pemimpin,” ujar Tito. (P17)

Menurut Kurnia, Afif dan Bahrun pernah berada dalam satu masa yang sama di tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua, Depok. Menurut dia, hampir semua tahanan kasus terorisme mengalami perpindahan beberapa kali. Di Jakarta, berkisar di antara tahanan Kepolisian Daerah Metro Jaya, tahanan Markas Komando Brimob, atau dititipkan ke Lembaga Permasyarakatan Cipinang. Selain mengenal Afif, Kurnia pernah satu tahanan dengannya di Polda Metro Jaya sebelum dipindahkan ke Solo. “Afif dan Bahrun saling kenal. Mereka berguru ke Ustad Aman (Aman Abdurrahman),” ujar Kurnia. (P21)

Mantan pengacara Afif, Achmad Michdan, belum bisa memastikan pelaku serangan yang bercelana jins biru tersebut adalah Afif. “Harus saya pastikan lagi,” katanya. Koordinator Tim Pembela Muslim ini mengaku tidak melihat adanya kaitan Afif dan Bahrun dengan Aman Abdurrahman. (P26)

(Sunudyantoro, dkk. “Jejak Lelaki Bertopi Nike”. Majalah Tempo. 24 Januari 2016: hlm 35-37)

Dalam contoh wacana berita (19), wacana berita tersebut mengandung kisah utama tentang terorisme. Kasus terorisme didalami dengan menelusuri rekam jejak para pelaku teroris, salah satunya ialah Afif. Penjajakan pelaku teroris diindentifikasi dari beberapa teman pelaku teror. Seperti yang ditunjukkan pada contoh kutipan (P1, P2, P4, dan P9). Alinea (P1), “Kurnia Widodo langsung mengucap kalimat istigfar ketika Tempo menyodorkan sejumlah foto seorang pria bercelana jins biru dengan kaus senada, dari berbagai sudut, berjalan sambil menggenggam pistol Beretta. Gambar ini diterimanya satu jam setelah lelaki

bertopi Nike itu melakukan teror di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, Kamis siang pekan lalu.” Bagan (P2), “Ketika itu, foto lelaki muda bersepatu kets biru dan menggendong ransel muncul di beberapa media online, tanpa narasi yang menjelaskan identitasnya. Tanpa perlu berpikir lama, Kurnia langsung mengenali foto itu. “Astagfirullah, itu Afif atau Sunakim,” katanya beberapa kali. Untuk lebih memastikan, Tempo kembali menyodorkan sejumlah foto orang yang sama saat disidangkan di pengadilan beberapa tahun lalu, yang terlihat lebih tua, sebagai pembanding. Kurnia berkukuh memastikan orang yang ada di foto itu Afif.” Kemudian (P4), “Kurnia begitu yakin orang di foto itu adalah Afif karena mengenal secara dekat ketika sama-sama ditahan di Kepolisian Daerah Metro Jaya. Hubungan mereka berlanjut ketika mendekam di Lembaga Permasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur. “Saya sangat mengenalnya,” ujarnya.” dan (P9), “Muhammad Jibril, anak Wakil Amir Majelis Mujahidin Indonesia Abu Muhammad Jibriel Abdul Rahman, juga memastikan lelaki bertopi Nike itu Afif. Begitu menyaksikan foto-foto pelaku serangan itu, Jibril langsung ingat Afif yang dua tahun sama-sama dipenjara di blok khusus Lembaga Permasyarakatan Cipinang. “Seratus persen dia adalah Afif. Wajahnya tidak berubah,” ujarnya.”

Setelah penelusuran pelaku teror yang didapat dari beberapa teman pelaku. Kisah utama terkait jejak pelaku teroris berlanjut dengan siaran informasi resmi oleh pihak kepolisian. Bersamaan dengan siaran resmi kepolisian, pihak terkait juga telah berhasil mengindentifikasi beberapa orang yang tewas saat insiden teror berlangsung. Hal itu dapat ditunjukkan pada contoh kutipan (P13, P14, dan P15). Bagan (P13), “Jumat sore pekan lalu, kepastian bahwa Afif merupakan salah satu

pelaku teror diumumkan Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti. Menurut dia, Afif alias Sunakim berasal dari Sumedang, Jawa Barat. “Ia diduga dari jaringan Aman Abdurrahman,” katanya.” Bagan (P14), “Sunakim diketahui pernah tinggal di Desa Duren, Kecamatan Klari, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. “Sudah kami cek. Namun KTP Afif sudah kedaluwarsa,” ujar Kepala Kepolisian Sektor Klari, A. Mulyana.” dan (P15), “Seorang pejabat kepolisian mengatakan, hingga Jumat pekan lalu, tim polisi telah berhasil mengindentifikasi lima orang yang tewas. Belum ada Sunakim dalam daftar itu. Lima orang itu adalah Ahmad Muhazan asal Krangkeng, Indramayu; Dian Juni Kurniadi dari Pasirputih, Tegal; Muhammad Ali, yang beralamat di Merayu, Jakarta Utara; Rico Hermawan dari Batuampar, Boyolali; dan Sugito dari Purwasari, Karawang.”

Sementara itu, perihal penyerangan terorisme dalam kisah utama selanjutnya diterangkan bahwa terdapat keterlibatan tokoh ISIS asal Indonesia, yakni Bahrun Naim. Bahrun disinyalir kuat telah merancang skenario penyerangan teror di wilayah Jakarta, sebagaimana terpatri dalam (P16 dan P17). Bagan (P16), “Tak lama setelah serangan tersebut, Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya Tito Karnavian mengatakan teror di Jalan Thamrin itu melibatkan tokoh ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim. Menurut Tito, Bahrun merupakan pendiri Katibah Nusantara, tempat berkumpulnya anggota ISIS asal Asia Tenggara di wilayah di Irak dan Suriah.” dan (P17), “Tito mengatakan lelaki bernama lengkap Muhammad Bahrunna’im Anggih Tamtomo itu melancarkan teror untuk menunjukkan dominasinya di Asia Tenggara. Menurut dia, saat ini sedang terjadi rivalitas kepemimpinan di antara tokoh ISIS di Asia Tenggara. Untuk membuktikan

kehebatannya, Bahrun merancang bom di Jakarta. “Bahrun bersaing dengan tokoh ISIS asal Filipina Selatan untuk jadi pemimpin,” ujar Tito.”

Kemunculan Bahrun Naim menjadi konstituen pada kisah utama atas penyerangan teror oleh Afif. Sebab, keduanya menjalin relasi dan terindikasi bekerja sama dalam menebar teror di Indonesia. Seperti pada contoh kutipan (P21), “Menurut Kurnia, Afif dan Bahrun pernah berada dalam satu masa yang sama di tahanan Markas Komando Brimob di Kelapa Dua, Depok. Menurut dia, hampir semua tahanan kasus terorisme mengalami perpindahan beberapa kali. Di Jakarta, berkisar di antara tahanan Kepolisian Daerah Metro Jaya, tahanan Markas Komando Brimob, atau dititipkan ke Lembaga Permasyarakatan Cipinang. Selain mengenal Afif, Kurnia pernah satu tahanan dengannya di Polda Metro Jaya sebelum dipindahkan ke Solo. “Afif dan Bahrun saling kenal. Mereka berguru ke Ustad Aman (Aman Abdurrahman),” ujar Kurnia.” Sehubungan dengan kasus tersebut, mantan pengacara Afif belum bisa memastikan pelaku penyerangan teror adalah Afif, seperti yang ditunjukkan di (P26), “Mantan pengacara Afif, Achmad Michdan, belum bisa memastikan pelaku serangan yang bercelana jins biru tersebut adalah Afif. “Harus saya pastikan lagi,” katanya. Koordinator Tim Pembela Muslim ini mengaku tidak melihat adanya kaitan Afif dan Bahrun dengan Aman Abdurrahman.” Berdasarkan contoh wacana berita (19) kisah utama mengenai terorisme ditandai dengan insiden penyerangan teror.

(20) Gaduh Trunojoyo Menjelang Suksesi

Sembari membenarkan posisi duduknya, Jenderal Badodrin Haiti bertanya denga suara meninggi dan sorot mata tajam. “Apakah saya melakukan lobi-lobi politik untuk perpanjangan jabatan?” katanya kepada Tempo di kantornya di Jalan Trunojoyo 1, Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu. (P1)

Belum sempat ditanggapi, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini menjawab sendiri pertanyaannya itu. “Saya bertemu dengan Pak Wiranto (Ketua Umum Partai Hanura) karena pas pelantikan gubernur. Saya juga bertemu dengan Pak Setya Novanto (Ketua Umum Partai Golkar) karena sama-sama akan menghadap Presiden.” (P2)

Mantan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur ini mengatakan perlu meluruskan tuduhan itu di tengah kabar perpanjangan masa jabatannya yang semakin santer beredar. “Itu bukan karakter saya. Kalau begitu, kan, berarti saya yang mau,” ujar pria yang bakal memasuki usia pensiun pada akhir Juli nanti ini. Badrodin menyerahkan sepenuhnya keputusan itu kepada Presiden Joko Widodo. “Nanti ternyata saya bilang iya, Presiden bilang enggak. Saya bilang tidak, ternyata Presiden yang mau,“ kata Badrodin, terbahak. (P3)

Isu perpanjangan masa dinas Badrodin sebagai Kepala Polri bukan sekadar kabar burung. Menurut orang dekat Jokowi, wacana ini sudah digulirkan Presiden sejak April lalu. Opsi perpanjangan diambil setelah Budi Gunawan menolak tawaran masuk kabinet. Penolakan juga disampaikan kepada Jokowi oleh Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri melalui Sekretaris Kabinet yang juga politikus PDI Perjuangan, Pramono Anung. (P4)

Jokowi, kata dia, menyorongkan jabatan menteri bagi Budi Gunawan dalam rombakan kabinet yang akan dilakukan dalam waktu dekat. Jika tawaran ini diterima, Istana berharap bisa mengurangi tekanan PDI Perjuangan, yang sejak awal getol menginginkan Budi Gunawan sebagai Kepala Polri. (P5)

Sisi lain, menurut dia, Istana sudah mendapat informasi bahwa sebagian besar jenderal bintang tiga yang memenuhi syarat sebagai kandidat akan mundur teratur jika Budi Gunawan kembali masuk bursa pencalonan. Sumber itu mengatakan sejumlah orang dekat Presiden sudah diminta