TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SIGNAGE REVITALISASI
TERMINAL PURABAYA
MATA KULIAH
TUGAS AKHIR
MAHASISWA
GALIH ARYO YUDISTIAWAN
( 0751010014 )
PROGRAM STUDI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
FAKULTAS TEKNIK SIPIL & PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SIGNAGE REVITALISASI
TERMINAL PURABAYA
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Diajukan oleh :
GALI H ARY O Y U DI ST I AWAN
0751010014
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
PERANCANGAN SIGNAGE REVITALISASI
TERMINAL PURABAYA
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)
JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL
Diajukan oleh :
GALI H ARY O Y U DI ST I AWAN
0751010014
FAK U LT AS T EK N IK SI PI L DAN PEREN CAN AAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “ VETERAN”
JAWA TIMUR
TUGAS AKHIR
PERANCANGAN SIGNAGE REVITALISASI
TERMINAL PURABAYA
Dipersiapkan dan disusun oleh
GALI H ARY O Y U DI ST I AWAN
0751010014
Telah dipertahankan didepan Tim Penguji Pada tanggal : Kamis, 8 Desember -2011
Pembimbing I Penguji I
Aditya Rahman , ST., M.Med.Komn Tri Handoko, Ssn, Msi
NPTY. 381091003031 NIP. 19750213 200801 1 008
Pembimbing II Penguji II
Rahmatsyah Lakoro, Ssn, MT Hendro Aryanto, S.sn, Msi
NIP. 19760907 200112 1 001 NIP.
Ketua Jurusan Koordinator
Heru Subiyantoro ST., MT. Ami Arfianti, ST, MT
NPTY. 3 7102 96 0061 1 NPTY. 3 6911 97 0158 1
Tugas akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)
Tanggal : ……….. Dekan Fakultas teknik Sipil dan Perencanaan
PERANCANGAN SIGNAGE REVITALISASI
TERMINAL PURABAYA
Nama Mahasiswa : Galih Ar yo Yudistiawan
NPM : 0751010014
J ur usan : Desain Komunikasi Visual
Dosen Pembimbing : Aditya Rahman Yani, ST, M. Med.kom
Rahmatsyah Lakoro, Ssn, MT
Abstr aksi
Secara sederhananya, media komunikasi ialah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan yang
bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut1.
Belakangan ini perkembangan media komunikasi di Indonesia sangatlah
pesat dan lebih mengandung unsur teknologi tinggi. Hal ini menyebabkan
menjadi perubahan yang signifikan terhadap segala aspek kehidupan.
Media komunikasi yang berteknologi akan lebih membuat
penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini
ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran waktu dan media
komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi
pengawasan terhadap kebijakan sosial. Disisi lain media komunikasi
berteknologi tinggi tentunya lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan
dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audiens. Bahkan jika
komunikasi itu bersifat teknologi maka nilai jualnya pun akan semakin
tinggi.
Signage selama ini dikenal selalu dikenal dan digunakan untuk
mengindentifikasi, mengarahkan dan menginformasikan. Tapi saat ini
1
muncul kebutuhan yang lebih luas daripada sebelumnya bagi signage
untuk mengidentifikasikan sebuah area. Area-area tersebut dapat berupa
sebuah situs proyek, bagian tertentu dari sebuah jalan yang berbelok-belok
menuju suatu tempat tertentu yang didalamnya mempunyai fungsi dan
tujuan, atau di sebuah terminal bis dimana terdapat ruang-ruang yang
mempunyai fungsi berbeda-beda. sehingga para pengguna terminal
Purabaya akan lebih merasakan kenyamanan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkah dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir VKB 8047 ini
tepat pada waktunya. Tugas ini berjudul ” PERANCANGAN SIGNAGE
REVITALISASI TERMINAL PURABAYA ”. dengan disusunnya proposal ini
saya menyadari sebagai manusia biasa, dan tak luput dari banyak kesalahan dan
kekurangan. Namun dengan bimbinganNya maka segalanya bisa berjalan lebih
mudah.
Saya ingin mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah
membantu saya dalam pengerjaan laporan Tugas Akhir ini, yakni:
• Ibu saya tercinta, Nana Nawangwulan, yang selalu menyertakan nama saya di setiap doanya. Beliaulah yang selalu memberi dukungan penuh
dalam setiap kegiatan kuliah saya dan dalam menghadapi tantangan hidup.
Dari beliaulah saya belajar untuk lebih sabar dan cekatan dalam
menghadapi segala liku-liku hidup.
• Ayah saya, Djoko Suparmono, yang selalu bekerja keras untuk membiayai kuliah saya sampai menempuh gelas S-1. Beliaulah yang sampai sekarang
selalu memberi pesan-pesan untuk dapat terus menjalani pendidikan
setinggi-tingginya.
• Aditya Rahman, ST., M.Med.Komn., Rahmatsyam Lakoro, SSn., MT. Selaku dosen pembimbing saya dalam pengerjaan Tugas Akhir. Saya
banyak belajar dari dosen pembimbing tentang desain, fungsi desain dan
peranannya terhadap Brand dan pemasaran sebuiah instansi atau
perusahaan.
• Teman-teman seangkatan yang sama-sama menjalani tugas akhir dan kekasih saya yang selalu memberi support dan mendampingi.
• Paman saya Djoko Mardiono dan tukang saya Bp. Hari yang dalam progress eksekusi Signage membantu seluruhnya.
• Bp. Ratmo pemilik MENGGALA Adv dan teman saya Dimas yang mensuplai bahan-bahan dan alat-alat untuk eksekusi pembuatan Signage
tugas akhir.
• Dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Laporan ini merupakan laporan Tugas Akhir Desain Komunikasi
Visual. Perancangan Signage Revitalisasi adalah bagian penting dalam
area terminal Purabaya. Diharapkan dengan adanya tugas ini, maka bisa
menaikan pandangan masyarakat tentang terminal Purabaya sebagai
terminal tersibuk dan terbesar di Indonesia.
Sebagai manusia biasa, saya sadar akan kesalahan dan kekurangan
dalam laporan ini. Dengan ini saya mengucapkan permohonan maaf yang
sebesar-besarnya atas kesalahan yang baik sengaja maupun yang tidak
disengaja. Saya sangat terbuka dengan segala saran dan kritik tentang
laporan tugas akhir ini.
Sidoarjo, Desember 2011
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan ... ... iv
Abstraksi ... v
Kata Pengantar ... vii
Daftar Isi ... ix
Daftar gambar ... xv
Daftar tabel ... xviii
Daftar bagan ... xix
Biodata penulis ... xv
Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ... 1
1.1.1 Media komunikasi... 1
1.1.2 Fungsi media komunikasi... 1
1.1.3 Signage sebagai media komunikasi ... 2
1.1.4 Signage yang akan diberikan ... 2
1.1.5 Tentang transportasi umum ... 3
1.1.6 Signage terminal` ... 5
1.1.7 Isu revitalisasi terminal Purabaya ... 6
1.2 Identifikasi masalah ... 7
1.3 Rumusan masalah ... 9
1.4 Batasan masalah ... 9
1.5.1 Ruang lingkup studi ... 9
1.5.2 Implementasi desain... 9
1.6 Tujuan perancangan ... 10
1.7 Manfaat perancangan ... 10
1.8 Sistematika penulisan ... 10
Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Komunikasi ... 12
2.2 Sejarah komunikasi ... 12
2.3 Kategori signage ... 14
2.4 Jenis Signage menurut bahan dan penempatannya... 16
2.5 Signage yang baik ... 18
2.6 Signage sebagai tanda komunikasi ... 18
2.7 Prinsip teori sistem komunikasi dan tanda informasi ... 19
2.7.1 Ikon ... 19
2.7.2 Indeks ... 20
2.7.3 Simbol ... 21
2.8 Komponen komunikasi ... 22
2.8.1 Lingkungan komunikasi ... 22
2.8.2 Sumber penerimaan komunikasi ... 22
2.8.3 Enkoding-Dekoding ... 23
2.9.1 Menemukan ... 24
2.9.2 Untuk berhubungan ... 25
2.9.3 Untuk menyakinkan ... 26
2.10 Teori dalam Metodologi Signage ... 26
2.11 Kerangka teori komunikasi ... 27
2.12 Teori semiotika ... 29
2.13 Warna ... 30
2.14 Teori warna ... 32
2.15 Pengertian transportasi ... 36
2.16 Teori Typografi ... 38
2.17 Secara garis besar huruf-huruf digolongkan menjadi ... 41
2.18 Secara garis besar bentuk-bentuk huruf digolongkan menjadi.42 2.19 Study komperator... 44
2.20 Study eksisting... 45
BAB III Metode perancangan 3.1 Definisi judul dan subjudul ... 47
3.1.1 Definisi judul ... 47
3.1.2 Strategi perancangan ... 47
3.1.3 Definisi Inovasi ... 49
3.1.4 Definisi directori ... 50
3.2.1 Target audience ... 50
3.2.2 Populasi ... 51
3.3 Sample... 51
3.4 Sumber data ... 51
3.4.1 Sumber data ... 51
3.5 Metode penelitian ... 52
3.6 Kerangka Berfikir ... 54
BAB IV Analisa dan Konsep Desain 4.1 Penelusuran masalah ... 55
4.2 Identifikasi masalah ... 55
4.3 Target audience ... 57
4.3.1 Demografi target audience ... 57
4.3.2 Segmentasi Psikografis ... 57
4.3.3 Kebutuhan konsumen ... 57
4.4 Quisioner ... 57
4.5 Unique Selling Preposition ... 58
4.6 Bagan konsep ... 59
4.7 Penjelasan Keyword ... 59
4.8 Visualisasi Konsep ... 60
4.8.1 Desain icon ... 60
4.10 Strategi Visual ... 60
4.11 Proses desain ... 61
4.11.1 Alternatif desain ... 61
4.11.2 Alternatif desain layout ... 64
4.12 Analisa Media ... 65
4.12.1 Media primer... 65
4.12.2 Media sekunder ... 65
BAB V Implementasi Desain 5.1 Signage kedatangan dan keberangkatan bis antar kota ... 66
5.1.1 Signage kedatangan bis antar kota ... 66
5.1.2 Signage keberangkatan bis antar kota dalam provinsi ... 66
5.1.3 Signage keberangkatan bis antar kota antar provinsi ... 67
5.1.4 Signage keberangkatan bis kota ... 68
5.2 Signage area parkir ... 68
5.2.1 Signage parkir mobil pribadi, angguna dan taxi ... 68
5.2.2 Signage parkir mobil pribadi ... 69
5.2.3 Signage parkir taxi dan angguna ... 69
5.3 Signage Ruang Tunggu ... 70
5.3.1 Signage area ruang tunggu kedatangan bis antar kota ... 70
5.3.2 Signage area ruang tunggu kedatangan bis kota ... 70
5.3.4 Signage ruang tunggu bis antar kota dalam provinsi ... 72
5.4 Signage Umum Ruang Publik ... 73
5.4.1 Signage kantin ... 73
5.4.2 Signage toilet ... 73
5.4.3 Signage eskalator lantai dua ... 74
5.4.4 Signage informasi ... 74
5.4.5 Signage ruang kesehatan ... 75
5.5 Signage outdoor ... 76
5.5.1 Signage akses masuk jalur kanan ... 76
5.5.2 Signage akses masuk jalur kiri ... 76
5.5.3 Signage main entrance ... 77
5.5.4 Signage koridor ... 78
BAB VI Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan ... 79
6.2 Saran ... 79
Daftar Pustaka ...
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Terminal Purabaya... 8
Gambar 1.2 Terminal Giwangan Semarang... 8
Gambar 2.1Signage keberangkatan bis... 14
Gambar 2.2Traffic signage... 14
Gambar 2.3Comercial signage... 15
Gambar 2.4Safety signage... 15
Gambar 2.5Ikon bis antar kota... 19
Gambar 2.6Signage bis antar kota... 20
Gambar 2.7Indeks parkir... 20
Gambar 2.8Simbol kantin... 21
Gambar 2.9Signage kantin... 21
Gambar 2.10 Mekanisme arah komunikasi... 28
Gambar 2.11 Lingkaran warna... 34
Gambar 2.12 Font Times New Roman... 41
Gambar 2.13 Font Rockwale... 41
Gambar 2.14 Font Times New Roman... 41
Gambar 2.15 Font Arial... 42
Gambar 2.16 Font Script... 42
Gambar 2.17 Terminal di London... 44
Gambar 2.19 Terminal di Seoul... 45
Gambar 2.20 Terminal di Purabaya... 45
Gambar 2.21 Terminal di Purabaya... 46
Gambar 4.2 Signage koridor bis antar kota... 56
Gambar 4.3 Ikon kedatangan bis antar kota... ... 61
Gambar 4.4 Ikon keberangkatan bis antar kota dalam provinsi... 61
Gambar 4.5 Ikon keberangkatan bis antar kota dalam provinsi... 61
Gambar 4.6 Ikon keberangkatan bis kota... 61
Gambar 4.7 Ikon parkir... ... 62
Gambar 4.8 Ikon mobil pribadi... 62
Gambar 4.9 Ikon taxi... 62
Gambar 4.10 Ikon ruang tunggu kedatangan... 63
Gambar 4.11 Ikon ruang tunggu keberangkatan... 63
Gambar 4.12 Ikon keberangkatan bis AKAP... 63
Gambar 4.13 Ikon keberangkatan bis AKDP... 63
Gambar 4.14 Kantin... 63
Gambar 4.15 Ikon toilet... ... 64
Gambar 4.16 Ikon eskalator lantai dua... 64
Gambar 4.17 Alternatif desain 1... 64
Gambar 4.18 Alternatif desain 2... ... 65
Gambar 5.1 Signage kedatangan bis antar kota... 66
Gambar 5.2 Signage kedatangan bis AKDP... 66
Gambar 5.3 Signage kedatangan bis AKAP... 66
Gambar 5.4 Signage keberangkatan bis kota... 68
Gambar 5.5 Signage parkir mobil pribadi, angguna, dan taxi... 68
Gambar 5.6 Signage mobil pribadi... 69
Gambar 5.7 Signage taxi dan Angguna... 69
Gambar 5.8 Signage R.tunggu kedatangan bis antar kota... 70
Gambar 5.9 Signage R.tunggu keberangkatan bis kota... 70
Gambar 5.10 Signage R.tunggu keberangkatan bis AKAP... 71
Gambar 5.11 Signage R.tunggu keberangkatan bis AKDP... 72
Gambar 5.13 Signage toilet... 73
Gambar 5.14 Signage eskalator lantai 2... 74
Gambar 5.15 Signage informasi... 74
Gambar 5.16 Signage kesehatan... 75
Gambar 5.17 Signage akses masuk jalur kanan... 76
Gambar 5.18 Signage akses masuk jalur kiri... 76
Gambar 5.19 Signage entrance... 77
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
3.1 Kerangka berfikir... 54
Biodata Penulis
Penulis lah ir, tu mbu h, dan besar di Sur abaya, 20 November 1988. Mer upakan an ak kesatu dar i du a ber saud ar a. Pendid ikan formal penulis adalah SD di SDN Ker tajaya XII Pu cang Jajar no. 1, SMP Neger i 3 0 Sur abaya, SMAK Khatolik “Untu ng Suropati” Sidoar jo.
Pada tah un 200 7 p enulis d iter im a di p er guruan tin ggi Unver sitas Pembangunan Nasional “Veter an” Jatim Fakultas Teknik Sipil d an Perancan gan d i progr am studi Desain Komun ikasi Visual dengan NPM 075 101 001 4.
Penulis mer upakan m ah asiswa yang mejalani masa stu di kuliah dan mu lai berkecimpun g d alam d unia adver tising. Advertisin g p ad a m asa sekaran g ini mer upakan du nia ker ja yang yang memp unyai per tumbu han sign ifikan dalam cun ia per iklanan . Dimana dih ar apkan set elah lulus kuliah bisa
meningkatkan dun ia ad vertisin g di Indonesia. Pen ulis sangat m en yu kai
bid ang ad vertising d an b er harap suatu saat bisa b er kiprah d i dun ia ad vertisin g.
Penulis suka tur un langsu ng dalam p royek adver tisin g. Sela ma menjadi mahasiswa DKV UPN “Veter an Jatim, p enulis juga aktif
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.1.1 Media Komunikasi
Secara sederhananya, media komunikasi ialah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan yang
bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut1.
Belakangan ini perkembangan media komunikasi di Indonesia sangatlah
pesat dan lebih mengandung unsur teknologi tinggi. Hal ini menyebabkan
menjadi perubahan yang signifikan terhadap segala aspek kehidupan.
Media komunikasi yang berteknologi akan lebih membuat
penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini
ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran waktu dan media
komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi
pengawasan terhadap kebijakan sosial. Disisi lain media komunikasi
berteknologi tinggi tentunya lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan
dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audiens. Bahkan jika
komunikasi itu bersifat teknologi maka nilai jualnya pun akan semakin
tinggi.
1.1.2 Fungsi Media Komunikasi
Fungsi komunikasi2 sebagai isyarat bahwa komunikasi penting
untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangsungan
hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan
ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan memupuk
1
Buku Ajar Psikologi Komunikasi 2010
2
2
hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama
dengan anggota masyarakat lainnya (keluarga, kelompok belajar,
kelompok tempat tinggal, dan negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
1.1.3 Signage Sebagai Media Komunikasi
Tanda3 dalam linguistik didefinisikan sebagai guratan yang tampak
pada permukaan, bersifat konvensional dan dipakai sebagai satuan grafis
dasar dalam sistem aksara. Tanda digunakan untuk menggambarkan atau
merekam gagasan, kata, suku kata, fonem, atau bunyi.
Sebagai sebuah sistem tanda atau sistem lambang digunakan
manusia berinteraksi sebagai alat penyampaian gagasan melalui bahasa.
Bahasa merupakan kegiatan komunikasi dan juga proses berpikir manusia
dalam memahami dunia luar baik secara efektif maupun imajinatif.
Kini seiring perkembangan jaman signage di Indonesia telah
banyak memperpadukan dengan teknologi yang ada. Seperti banyak
dijumpai disekitar kita sarana prasarana telah menggunakan teknologi
tinggi sebagai alternatif bentuk perkembangan signage yang lebih inovatif
dan modern. Adapula yang menggunakan tanda visual yang menunjukkan
signed tertentu, contoh : Waitingroom, Parking area,dll dengan
menyertakan visual yang kongkrit. Sehingga masyarakat sebagai
pengguna sarana prasarana terminal yang membutuhkan sebuah informasi
menjadi mudah dalam mengakses sebuah tujuan.
1.1.4 Signage Yang Akan Diber ikan
Sebuah sistem signage yang akan diberikan berupa signage yang
menggunakan konsep kenyamanan dan mudah dipahami sebagai penjelas
keterangan. Beberapa fasilitas yang telah tersedia di terminal bis bertujuan
untuk pengunjung terminal purabaya agar menjadi mudah, nyaman dan
jelas dalam mendapat informasi. Dengan adanya keterangan tentang jalur,
3
3
waktu, nama oto bis yang diperlukan calon penumpang dalam kota, luar
kota maupun antar provinsi. Untuk pencapaian proses tahap awal berupa
signage dengan gaya visual yang lebih komunikatif, inovatif, dan menarik.
1.1.5 Tentang Tr anspor tasi Umum
Transportasi adalah alat dimana penumpang tidak berpergian
menggunakan kendaraanya sendiri. Transportasi pada umumnya termasuk
kereta api dan bis namun juga termasuk pelayanan maskapai penerbangan,
fery dan lain-lain.
Transportasi darat adalah segala bentuk transportasi yang
menggunakan jalan untuk mengangkut penumpang atau barang. Bentuk
awal dari transportasi darat pada mulanya menggunakan keledai, kuda atau
bahkan manusia untuk membawa barang melintasi jalan setapak. Seiring
dengan perkembangan perdagangan jalan diratakan atau dilebarkan untuk
mengakomodir aktivitas.
Transportasi pada jaman sekarang ini bukanlah sesuatu hal yang
baru, karena hampir setiap hari kita menggunakannya. Transportasi
merupakan alat, teknik, cara untuk melawan jarak, mempersingkat jarak
yang dipergunakan oleh menusia dalam menjalankan segala macam dan
bentuk aktivitas kehidupannya.
Sistem transportasi merupakan kegiatan professional yang tidak
dibatasi oleh batas geografi, kegiatan dan lalu lintas tertentu. khususnya
dibidang transportasi Indonesia yang progress modernisasinya sangatlah
lamban. Karena sarana-sarana yang menunjang untuk melangkah pada
tahap awal modernisasi transportasi di Indonesia sangatlah terbatas yang
meliputi pengetahuan teknologi dari sumber daya manusianya.
Dengan pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke
tempat lainnya dimana menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan
oleh manusia atau mesin. Sarana transportasi digunakan untuk
memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari4. Di negara
4
4
maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah subway dan
taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena
mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi
mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan
udara. Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan
banyak uang untuk menggunakannya.
Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi
udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat
transportasi lainnya. Salah satu pendekatan yang efektif pada dunia
transportasi Indonesia dengan sedikit merombak komunikasi visual pada
signage transportasi dengan mengacu pada mordenisasi yang tentunya
efisien sama halnya signage yang ada.
Pada dunia transportasi di luar negeri yang modern serta lebih efisien
dan efektif pula. Penggunaan signage yang menggunakan sistem yang
terpadu, visual-visual yang menarik, penempatan signage yang strategis
sehingga penyampaian pesan lebih tepat sasaran, karena penggunaan
sarana transportasi di indonesia terutama bis sangatlah menjadi tumpuan
masyarakat sebagai sarana transportasi yang terjangkau.
Terminal bis merupakan prasarana transportasi jalan untuk
keperluan menurunkan dan menaikkan penumpang, perpindahan intra
dan/atau antar moda transportasi serta mengatur kedatangan dan
pemberangkatan kendaraan umum. Dengan melihat fenomena yang ada
pada saat ini signage pada pusat pemberhentian bis sangatlah kurang
efektif karena masih menggunakan signage manual dan kurang inovatif
sehingga penyampain pesan melalui menjadi kurang mengena pada
pengguna transportasi di terminal Purabaya.
Berdasarkan fakta di lapangan para pengguna atau pengunjung
teminal purabaya rata-rata kesulitan untuk mendapatkan informasi
mengenai pemberangkatan bis atau kedatangan bis serta informasi untuk
menuju sarana fasilitas yang ada dikala pengguna purabaya menunggu
5
menjadikan peran penting untuk pengunjung maupun pengguna pusat
sarana tranportasi bis di terminal purabaya, selain itu penggunaan signage
pada terminal purabaya dapat dijadikan referensi sebagai terminal bis yang
menggunakan konsep signage sistem yang terpadu.
Oleh karena itu, perlu dibuatlah media yang dapat mencakup
kelayakan sesuai dengan perkembangan jaman seperti yang tersebut diatas.
Agar pengguna sarana transportasi darat khususnya terminal di Purabaya
dan fasilitas yang ada menjadi mudah diakses.
1.1.6 Signage Ter minal
Perkembangan kota dan kemajuan teknologi telah mengembangkan
penggunaan alat angkut yang bersifat kolektif. Sebuah kota metropolitan
mensyaratkan ketersediaan sistem transportasi umum yang baik. Sistem ini
harus pula didukung infrastruktur yang terencana baik moda transportasi
maupun sarana pendukungnya, termasuk terminal bis dan halte. Terminal
bis harus dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dan memudahkan
semua kalangan pengguna secara umum. Dalam hal ini, Tanda Informasi
sebagai kebutuhan elementer di terminal bis terkadang terlupakan
fungsinya.
Bagaimana sebuah bahasa visual atau gambar tertulis yang
sistematis dapat menavigasi, memandu, memudahkan, mengamankan dan
melindungi manusia yang berlalu lalang dengan berbagai tujuan yang
berbeda dalam sebuah ruang publik.
Terminal bis Purabaya sebagai terminal yang paling representatif
karena terbesar, tersibuk, terpadat, teramai di Indonesia, saat ini memang
masih berfungsi sebagai terminal bis pusat dari penjuru kota besar di Jawa,
Bali, Sumatra dan Lombok yang beroperasi 24 jam sehari nonstop dan
pertemuan bis dengan penumpang naik-turun penumpang. Tetapi aspek
pelayanan terhadap kemudahan informasi, kenyamanan, dan keselamatan
6
informasi yang ada. Kesemrawutan pun terjadi dan masih terus
berlangsung.
Penelitian ini bermaksud mengurai permasalahan dan hubungan
kesemrawutan dengan keberfungsian tanda informasi yang ada. Dilakukan
secara kualitatif melalui observasi dan survei lapangan, kajian teori hingga
pengamatan terminal bis di beberapa kota lain dengan harapan akan
ditemukan titik-titik permasalahan yang dapat diuraikan dan dibenahi
nantinya. Dari hasil pengamatan dan hasil penelitian yang dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa terminal Purabaya sebagai terminal pusat masih dapat
berfungsi semata sebagai alat distribusi penumpang. Tetapi sistem tanda
Informasi yang mendukungnya, walaupun masih cukup disadari
keberadaanya, sudah tidak berfungsi sesuai tujuannya. Ribuan pengguna
terminal yang berinteraksi tanpa panduan dan kejelasan informasi
merupakan pangkal kesemrawutan yang terjadi.
Penulis berasumsi bahwa pembenahan tanda informasi akan
berperan penting dalam memperbaiki kualitas terminal, tetapi dengan
menyadari sepenuhnya terhadap sayap persoalan secara makro.
DiperIukan penelitian lanjutan yang menyoroti masalah besar lain yang
saling berkaitan di terminal bis Purabaya, diantaranya : masalah efisiensi
arsitektural ruang publik, masalah desain visual dan swastanisasi terminal,
masalah kualitas alat transportasi yang melalui terminal, masalah sosial
(kaki lima) di terminal, masalah prilaku dan disiplin masyarakat dan
masalah aturan dan hukum yang dapat diberlakukan dalam mendukung
kelancaran transportasi perkotaan
1.1.7 Isu Revita lisasi Ter minal Purabaya5
Belakangan ini pada pertengahan tahun 2011 isu Revitalisasi
Terminal Purabaya kerap sekali meramaikan media massa. Selama 27
tahun terminal Purabaya telah beroperasi, tidak ada yang beda dengan
kondisi Terminal Purabaya. Mobil dan motor penuh di area parkir,
5
7
penumpang berdesakan di area terminal, sibuk dengan jurusan
masing-masing. Terminal pun rasanya jauh dari kesan tertata. Namun sebentar
lagi, Terminal Purabaya akan berubah layaknya bandara. Dengan
penerapan konsep Green Building masyarakat luas menginginkan terminal
yang tertata rapi. Proyek revitalisasi telah berlangsung sejak tahun 2009
dan telah melaksanakan tahap pertama yaitu membangun 10 gate AKAP,
berikut jembatan dan ruang tunggunya dijadwalkan selesai pada akhir
tahun ini dan kemudian dilanjutkan pada tahap selanjutnya yaitu proyek
pembangunan 13 gate AKDP sekaligus melakukan uji coba dari gate
tersebut.
Proyek Revitalisasi terminal Purabaya6 tidak hanya berhenti pada
jalur keberangkatan dan kedatangan, tetapi terminal yang mempunyai luas
sebesar 12 Ha tersebut akan mengalami perombakan mulai gerbang
Purabaya, Main entrance, hingga fasilitas dan sarana umum lainnya. Selain
itu, Revitalisasi ini juga menyangkut pembuatan fasilitas parkir yang baru
sebanyak 3 lantai. Sedikitnya Rp. 130 miliar yang telah di anggarkan
kepada Pemda setempat untuk proyek terminal terbesar di Indonesia. Dan
diharapkan dengan revitalisasi ini, terminal Purabaya mampu bersaing
dengan negara-negara Asia, khususnya Asia Tenggara.
1.2 Identifikasi Masalah
• Bagi masyarakat sebagai pengguna transportasi bis di terminal Purabaya, kebutuhan akan mendapatkan informasi menjadi bagian hal terpenting
dalam mengakses tujuan.
• Proses pencapaian informasi yang jelas untuk pengguna fasilitas yang ada pada terminal Purabaya, dengan situasi lokasi yang cukup luas maka
sebuah bahasa visual dan atau gambar tertulis yang sistematis dapat
menavigasi, memandu, memudahkan, mengamankan dan melindungi
6
8
pengunjung maupun pengguna yang berlalu lalang dengan berbagai tujuan
yang berbeda dalam sebuah ruang public.
• Media-media papan informasi yang telah ada hanya sebatas memberikan informasi , seperti berikut :
Gambar 1.1 Ter minal Pur abaya
Gambar 1.2 Ter minal Giwangan Semar ang
• 4. Berdasarkan hasil 100 quisioner tersebar untuk responden, diketahui bahwa:
• 92 reponden dari 100 responden menjawab: pernah berkunjung ke terminal Purabaya.
9
• 89 responden dari 100 responden menjawab: pernah mengalami kebingungan mencari informasi saat berada di
terminal Purabaya.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana merancang signage sebagai tanda informasi media
komunikasi yang tepat, komunikatif dan inovatif dalam rangka Revitalisasi
terminal Purabaya?
1.4 Batasan Masalah
1. Studi penelitian dalam lingkup kota Surabaya dan Sidoarjo.
2. Perancangan tanda informasi yang dimaksud adalah tanda
informasi yang sebuah bahasa visual dan atau gambar tertulis
yang sistematis dapat menavigasi, memandu, memudahkan,
mengamankan dan melindungi manusia yang berlalu lalang
dengan berbagai tujuan yang berbeda dalam sebuah ruang public.
3. Perancangan tanda informasi yang diulas merupakan sarana
penunjang pada pengguna fasilitas terminal Purabaya.
1.5 Ruang Lingkup
1.5.1 Ruang Lingkup Study
1. Studi tentang bermacam-macam jenis signage terminal yang ada
pada umumnya.
2. Studi mengenai gaya visual yang mudah dipahami audience.
1.5.2 Implementasi Desain
1. Signage yang inovatif dan dibuat dengan menggunakan inovasi
teknologi seperti neon box disertai visual yang mudah dipahami.
2. Studi tentang Gaya Visual ( Gaya Bahasa, studi warna , studi
layout dan desain tipografi).
3. Studi eksisting dan komparator.
10
1.6 Tujuan Per ancangan
1. Untuk memberikan informasi berupa tanda informasi yang
komunikatif dengan menggunakan sebuah bahasa visual dan atau
gambar tertulis yang sistematis dapat menavigasi, memandu,
memudahkan.
2. Mengikuti perkembangan tanda informasi dengan bahasa visual
yang telah pada saat ini.
3. Mempermudah dalam penyampaian informasi akses yang akan
dituju oleh pengguna maupun pengunjung terminal Purabaya.
1.7 Manfaat Per ancangan
komunikasi yang inovatif pada masa modern saat ini.
1.8. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang pemilihan judul, permasalahan, ruang lingkup,
serta tujuan.
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka mengenai hal yang mencakup teori dasar yang
melatar belakangi konsep yang akan dibuat serta studi yang diperoleh dari
data eksisting, sehingga mendapatkan data yang valid, guna menghasilkan
output yang diinginkan.
BAB III METODE PENELITIAN
Menguraikan tentang definisi judul dan sub judul serta keabsahan riset, dan
11
BAB IV KONSEP DESAIN
Konsep yang menjadi acuan tiap output desainnya secara menyeluruh.
BAB V IMPLEMENTASI DESAIN
Pembahasan terhadap keluaran desain ( output ) sebagai perwujudan dari
konsep dan teori yang dipakai.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan yang berupa jawaban terhadap permasalahan dan nilai baru
yang ditemukan. saran bagi proyek desain selanjutnya sebagai hasil
BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penger tian komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan,
ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti
oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan
gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut
komunikasi nonverbal.
Komunikasi telah banyak didefinisikan oleh banyak orang,
jumlahnya sebanyak orang yang mendefinisikannya. Dari banyak
pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan
bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih,
yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan
(noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh
tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.
2.2 Sejar ah Komunikasi Signage / Tanda
Semua kenyataan cultural adalah tanda. Kita memang hidup di dunia
yang penuh dengan tanda dan diri kitapun bagian dari tanda itu sendiri.
Tanda tersebut kemudian dimaknai sebagai wujud dalam memahami
kehidupan. Manusia melalui kemampuan akalnya berupaya berinteraksi
dengan menggunakan tanda sebagai alat untuk berbagai tujuan, salah satu
tujuan tersebut adalah untuk berkomunikasi dengan orang lain sebagai
Komunikasi bukan hanya sebagai proses, melainkan komunikasi
sebagai pembangkitan makna The Generation of Meaning. Komunikasi7
telah ada sejak awal manusia, tapi tidak sampai abad ke-20 bahwa
orang-orang mulai mempelajari proses. Sebagai teknologi komunikasi yang
dikembangkan, sehingga melakukan studi yang serius komunikasi. Ketika
Perang Dunia I berakhir, minat dalam mempelajari komunikasi
intensif. Penelitian ilmu sosial adalah sepenuhnya diakui sebagai suatu
disiplin yang sah setelah Perang Dunia II.
Sebelum menjadi hanya komunikasi, atau studi komunikasi, disiplin
dibentuk dari tiga penelitian utama lainnya: psikologi, sosiologi, dan
antropologi. Psikologi adalah studi tentang perilaku manusia, Sosiologi
adalah studi tentang masyarakat dan proses sosial, dan antropologi adalah
studi komunikasi sebagai faktor yang mengembangkan, memelihara, dan
budaya perubahan. Studi Komunikasi fokus pada komunikasi sebagai
pusat pengalaman manusia, yang melibatkan pemahaman bagaimana
orang berperilaku dalam menciptakan, pertukaran, dan menafsirkan
pesan.
Signage selama ini dikenal selalu dikenal dan digunakan untuk
mengindentifikasi, mengarahkan dan menginformasikan. Tapi saat ini
muncul kebutuhan yang lebih luas daripada sebelumnya bagi signage
untuk mengidentifikasikan sebuah area. Area-area tersebut dapat berupa
sebuah situs proyek, bagian tertentu dari sebuah jalan yang
berbelok-belok menuju suatu tempat tertentu yang didalamnya mempunyai fungsi
dan tujuan, atau di sebuah terminal bis dimana terdapat ruang-ruang yang
mempunyai fungsi berbeda-beda
7
Misalnya:
Gambar 2.1 Signage keber angkatan bis AKDP
Signage di atas berfungsi untuk para calon penumpang yang akan
berpergian keluar kota tetapi masih dalam wilayah dalam provinsi Jawa
Timur.
2.3 Kategor i Signage
Salah satu bagian esensial dari lingkungan desain grafis adalah Sign
System. Sign System adalah rangkaian representasi visual dan simbol
grafik yang bertujuan sebagai media interaksi manusia dengan ruang
publik. Sign sendiri dibagi dalam empat kategori, antara lain:
• Traffic Sign
§ Sign ini biasa digunakan di jalan umum sebagai petunjuk
berkendara.
§
• Commercial Sign
§ Sign yang biasa digunakan untuk nama toko atau tempat usaha.
§
§ Gambar 2.3 Comer cial sign
• Wayfinding
§ Sign yang biasa ada di dalam gedung, bangunan atau area publik
yang digunakan untuk pemandu arah dan berbagai fasilitas yang ada
bagi orang yang sedang berada di dalamnya. Pada perancangan
signage terminal Purabaya ini dapat dikatakan dalam kategory sign
wayfinding.
• Safety sign
§ Sign ini sering digunakan sebagai sign untuk hal keselamatan.
Biasanya digunakan pada area yang berbahaya maupun area
konstruksi gedung dan pembangunan proyek.
§
§ Gambar 2.4 Safety sign
2.4 J enis-jenis Signage menur ut bahan dan penempatannya8
• Banner Signage
Bahan dasarnya ringan ringan seperti kain, plastik dan
memiliki serat benang. Type ini biasanya digunakan untuk
penyampaian informasi tertentu pada neon box dan papan
reklame billboard dengan ukuran berskala besar
• Canopi signage
Dipasang pada suatu permukaan seperti tembok atau tiang.
Jika tanda tergantung di bawah canopi, maka disebut under
canopy signs.
• Changeable-copy signage
Tanda yang memampukan tulisan yang tertulis di atas.
signage tersebut dapat du ibah-ubah secara manual. Contohnya
pada massage board suatu teater, hotel maupun restoran.
• Floor signage
Merupakan tanda yang dilukis atau dipasang di atas lantai.
Biasanya berupa tulisan atau simbol. Terkadang terlalu susah
untuk dibaca dengan jelas, namun tetap memiliki keuntungan
yaitu daya tarik artistik dan keeftifitasan dalam menuntun
pengguna yang sulit menemukan suatu lokasi dengan berjalan.
8
• Freestanding signage
Sign tidak terpasang pada bangunan. Biasanya disangga
oleh satu atau dua tiang. Berdiri tegak terkait dengan tanah atau
lantai. Pada umumnya digunakan tiang yang tinggi untuk
memasang tanda ini, sehingga memungkinkan bagi pesan untuk
dilihat jarak jauh. Karena menawarkan visibilitas yang tinggi,
maka ia sangat efektif untuk di aplikasikan sebagai exterior signs
untuk meraih perhatian kendaraan bermotor yang lalu lalang.
• Projecting signage
Dipasang pada tembok dan biasanya memiliki dua sisi
sehingga dapat dibaca dari dua arah yang berlawanan sekaligus.
• Wall Signage
Dapat berfungsi sekaligus sebagai exterior signs. Tanda ini
terpasang paralel dengan tembok sebuah bangunan, muncul tidak
lebih dari 8 inci. Ia juga hanya memiliki satu sisi saja dan
umumnya berbentuk persegi empat.
• Windows signage
Ditempatkan di dalam jendela dengan bangunan tujuan
supaya dapat di lihat dari arah luar. Tanda ini dapat terbuat dari
kertas, papan, maupun material lainnya. Tanda ini harus jelas dan
mapu dibaca dengan mudah. Bukan hanya harganya yang relatif
murah, namun juga memiliki kelemahan yaitu tidak efektif bila
2.5 Signage yang Baik9
Sebuah signage yang baik bukanlah kumpulan tanda yang muncul
karena terdesak kebutuhan saja. Bila berdiri sendiri, sebuah tanda dapat
mudah dikenali, dibaca, akurat, dapat dipercaya, terdesain dengan baik
dan memiliki informasi yang tepat pada tempat yang tepat pula, namun
untuk membimbing, mengarahkan dan menginformasikan orang-orang
saat mereka berjalan dalam sebuah terminal, sebuah tanda harus
dikoordinasikan dalam sebuah hirarki dengan penekanan pada beberapa
tipe informasi. Jawaban dari permasalahan ini adalah dengan
menghadirkan informasi melalui sebuah sistem yang saling berhubungan
satu sama lain dimana di dalamnya menggabungkan antara pesan dan
pola lalu lintas kemudian menyatukan keduanya dengan arsitektur dalam
hubungan visual yang terkoordinasi
2.6 Signage Sebagai Tanda Komunikasi
Jika kita menyadari disekitar kita banyak sekali sistem tanda yang
memiliki makna khusus dan kita banyak menyepakatinya. Tanda
memiliki kedalaman arti yang dapat pula bermakna ambigu. Namun yang
paling mendasar bahwa tanda adalah representasi dari acuannya10. Tanda
yang sebenarnya adalah makna yang mengemukakan sesuatu, sebagai
representasi. Apa yang dikemukakan tanda, apa yang diacunya, apa yang
ditunjuknya, disebut oleh pierce dalam bahasa Inggris object. Dalam
bahasa Indonesia disebut “acuan”. Suatu tanda mengacu pada suatu
acuan dan representasi seperti itu adalah fungsinya yang utama.
Agar tanda dapat berfungsi harus menggunakan sesuatu yang
disebut ground. Sering ground suatu tanda berupa kode, tetapi tidak
selalu begitu. Kode adalah suatu sistem peraturan bersifat trans
9
John follis. Architectural Signing and Graphics. London: The Architectural Press Ltd., 1979. Hal. 13
10
individual. Banyak tanda yang bertitik tolak dari ground yang bersifat
sangat individual.
2.7 Pr insip Teor i Sistem Komunikasi dan Tanda Infor masi11
Berdasarkan relasi antara tanda dan acuannya (denotasi),
dibedakan menjadi 2 jenis bagian tanda:
2.7.1 Ikon
Ikon merupakan tanda yang mewakili, atau suatu tanda
yang menggunakan kesamaan atau ciri-ciri yang sama dengan
apa yang dimaksudkannya. Ikon merupakan suatu tanda yang
terjadi berdasarkan adanya persamaan potensial dengan sesuatu
yang ditandakannya. Tanda diartikan menurut hubungan
kemiripan antara tanda tersebut dengan yang diwakili. Ikon
menggambarkan obyek-obyek yang tidak dapat dihindarkan.
Ikon merupakan representasi dari suatu benda fisik yang
mempunyai sifat menyerupai.
Gambar 2.5 Ikon bis antar kota
Gambar ikon bus pada layout signage menjadi penjelas sebagai
hal representasi yang menunjukan bahwa gambar yang dibuat
menunjukan bis antar kota. Dimana ikon gambar itu ditempatkan
pada sisi pinggir layout signage ikon gambar penanda.
11
Gambar 2.6 Signage kedatangan bis antar kota
2.7.2 Indeks
Indeks adalah tanda yang sifat tandanya tergantung dari
keberadaanya suatu denotasi, indeks merupakan suatu benda yang
sifatnya tergantung dari adanya suatu denotasi, atau mempunyai
kaitan kasual dengan apa yang diwakilinya. Tanda diartikan menurut
hubungan keterkaitan sebab-akibat atau bukti atas sesuatu. Indeks
dengan demikian adalah suatu tanda yang mempunyai kaitan atau
kedekatan dengan apa yang diwakilinya.
2.7.3 Simbol
Simbol adalah suatu tanda, dimana hubungan tanda dan
denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum
atau ditentukan oleh suatu kesepakatan bersama (konvensi).
Misalnya tanda-tanda kebahasaan adalah simbol. Tanda simbol
secara bersama-sama oleh masyarakat dimana simbol itu berlaku.
Simbol dikandung dalam konteks lingkungan signage dan yang
secara khusus dimaksudkan sebagai fasilitas pelayanan publik12.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi kegiatan untuk menemukan
suatu tujuan yg diinginkan pengguna terminal
Gambar 2.8 Simbol kantin
Tanda garpu, sendok, dan piring merupakan tanda yang paling
sering digunakan untuk denotasi sebuah kantin. Dimana menjadi
ruang publik yang menyajikan menu makanan untuk pengunjung
maupun pengguna terminal purabaya.
Gambar 2.9 Signage kantin
12
2.8 Komponen Komunikasi
2.8.1 Lingkungan komunikasi
Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga
dimensi:
1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang
nyata atau berwujud Sosial psikologis, meliputi, misalnya tata
hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang
dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana
mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga
mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas
atau informalitas, serius atau senda gurau,
2. Tempor al (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam,
hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.
Dimensi lingkungan ini saling berinteraksi, masing-masing
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh,
terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal),
dapat mengakibatkan berubahnya suasana
persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat
menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah
makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan
tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses
komunikasi tidak pernah statis.
2.8.2 Sumber Pener ima Komunikasi
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu
kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap
pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda
mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau
memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan
mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan.
Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri,
merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh
anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara
visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan
penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda
memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk
mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan
sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini,
anda menjalankan fungsi penerima.
2.8.3 Enkoding-Dekoding
Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan
pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding
(encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam
gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan
gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan
enkoding.
Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan
atau membaca) sebagai dek oding (decoding). Dengan
menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas
menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan
dekoding. Dengan kata lain pengguna atau pengunjung terminal
Oleh karenanya kita menamai desainer signage atau penulis sebagai
enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder
(decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan
enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk
menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara
simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap
tanggapan dari pendengar (dekoding). Yang dituangkan dengan
rancangan visual signage.
2.9 Tujuan Komunikasi
Ada tiga tujuan atau motif komunikasi13 yang perlu
dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan
secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati
tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak,
dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi
komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan
surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan
komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya
revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang.
2.9.1 Menemuk an
Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan
diri (personal discovery). Bila anda berkomunikasi dengan orang
lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang
lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari
apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain
selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan
antarpribadi.
13
Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain
kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan,
pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita
menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda
dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita
merasa "normal."
Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik
diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi,
komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—
dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang
ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk
mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang,
pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta
produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media
ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi
kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media,
mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau
menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.
2.9.2 Untuk ber hubungan
Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan
dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan
orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian
kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita
menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk
membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi
dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui
telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan
2.9.3 Untuk Meyakinkan
Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar
mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya
dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli
berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak
sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui
media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan
merancang pesan-pesan itu bekerja di suatu surat kabar, menjadi
editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar
televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan
komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk
melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun
sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita
berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha
mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara yang baru,
membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku,
rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah
atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan
sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari
komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap
atau perilaku.
2.10 Teor i Dalam Metodologi Signage
Pada awal penciptaan desain visual signage memerlukan beberapa
langkah, berikut langkah penciptaan visual signage14:
1. Pengidentifikasi dan klasifikasi menurut potensi kebutuhan para
pengguna terminal untuk mewakili ikon. Dimana ruang publik
yang akan menjadi obyek perancangan
14
2. Sesi brainstorming krativitas diadakan melibatkan desainer dan
seniman visual untuk menghasilkan solusi terutama untuk
kategori ikon dan berwewenang sebagai representasi
3. Sesi dokumentasi solusi internasionalyang ada. Prosedur ini
mengakibatkan akumulasi sejumlah besar alternatif untuk setiap
daerah pesan.
4. Tahap selanjutnya dikembalikan kepada pengguna untuk
evaluasi. Dengan ditampilkan lengkap solusi yang mungkin
untuk setiap pesan area dan diminta untuk menyebutkan apa ini
mewakili dan untuk mengidentifikasi orang-orang yang
memberikan petunjuk yang cukup
5. Kemudian dilanjutkan dengan tahap fase pragmatis, fase
pragmatis yaitu studi ergonomis yang dilakukan pada
aspek-aspek seperti jarak pandang, relatif kegelapan dan keterangan,
minimum ketebalan garis layout, dan perluasan yang diperlukan
sehingga menjadi pesan yang konvensi untuk digunakan dalam
semua pengaplikasian pada sebuah signage
6. Kemudian tahap yang terakhir yaitu pengujian pengoperasian
yang terlibat di situs untuk memeriksa efektivitas simbol visual
yang dirancang.
2.11 Ker angka Teor i Komunikasi
Menurut teori komunikasi15 dan memeriksa komunikasi melalui
salah satu sudut pandang sebagai berikut:
1. Mekanisme : Pandangan ini menganggap komunikasi sebagai
transaksi sempurna dari sebuah pesan dari pengirim ke
penerima.
15
2. Psikologis: Pandangan ini menganggap komunikasi sebagai
tindakan mengirim pesan ke penerima, dan perasaan dan
pikiran dari penerima pada menafsirkan pesan.
3. Sosial konstruksionis (interaksionis Simbolik): Pandangan ini
menganggap komunikasi sebagai produk dari partisipan
berbagi dan menciptakan makna. Lihat konstruksionis juga
dapat didefinisikan sebagai, bagaimana Anda mengatakan
sesuatu menentukan apa pesan. Lihat konstruksionis
mengasumsikan bahwa "kebenaran" dan "ide" yang dibangun
atau diciptakan melalui proses sosial komunikasi.
Gam b a r 2 .1 0 Mek a n isme a r ah ko mu nik a si
Komunikasi manusia dipahami dalam berbagai cara oleh mereka
yang mengidentifikasi dengan lapangan. Keragaman ini adalah hasil dari
komunikasi yang relatif muda bidang studi, terdiri dari konstituen yang
sangat luas dari disiplin. Ini mencakup pekerjaan diambil dari
ulama Retorika , Jurnalisme , Sosiologi , Psikologi , Antropologi,dan
Semiotika ,antaralain daerah serumpun termasuk biocommunication ,
yang menyelidiki proses komunikatif dalam dan di kalangan
non-manusia seperti bakteri, hewan, jamur dan tumbuhan, dan teori
informasi , yang menyediakan model matematika untuk mengukur
komunikasi di dalam dan di antara sistem. Umumnya, komunikasi
manusia berkaitan dengan pembuatan makna dan pertukaran
pemahaman. Salah satu model komunikasi menganggap itu dari
2.12 Teor i Semiotika
Semiotik16 atau semiologi merupakan terminologi yang merujuk
pada ilmu yang sama. Istilah semiologi lebih banyak digunakan di Eropa
sedangkan semiotik lazim dipakai oleh ilmuwan Amerika. Istilah yang
berasal dari kata Yunani semeion yang berarti ‘tanda’ atau ‘sign’ dalam
bahasa Inggris itu adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda seperti:
bahasa, kode, sinyal, dan sebagainya.
Dimana teori semiotika juga mempunyai garis besar pendukungnya
sebagai acuan dalam perancangan sebuah signage17 yaitu:
1. Menggunakan pesan singkat. Pesan singkat harus digunakan bila
memungkinkan. Sedikit kata-kata, lebih efektif tanda. Tanda
dengan singkat, ringkas pesan lebih mudah untuk membaca dan
tampak lebih menarik karena kurang berantakan. Mengevaluasi
setiap kata jika kata tidak memberikan kontribusi langsung untuk
pesan dasar tanda, itu mungkin akan mengurangi dari itu dan
harus dihapus.
2. Ruang surat dan kata-kata dengan hati-hati. Surat dan kata-kata
harus tidak berjarak terlalu dekat. Berkerumun huruf, kata, atau
baris akan membuat tanda-tanda yang lebih sulit untuk membaca.
Sebaliknya, overspacing unsur-unsur ini menyebabkan
pengunjung untuk membaca setiap item secara individual, lagi
menutupi pesan. Sebagai aturan umum, surat harus tidak
menempati lebih dari 75 persen dari tanda panel daerah.
3. Menggunakan simbol dan logo. Simbol dan logo dapat digunakan
di tempat kata-kata setiap kali sesuai. Gambar piktografik
16
Ferdinand de Saussure
17
biasanya akan mendaftar lebih cepat dalam penampil pikiran dari
pesan tertulis. Dan, mereka dapat ekspresi kreativitas pemilik.
4. Batas jumlah surat gaya. Jumlah gaya huruf yang digunakan di
tanda harus dibatasi untuk meningkatkan keterbacaan. Sebagai
aturan umum, membatasi jumlah surat yang berbeda jenis untuk
tidak lebih dari dua tanda-tanda kecil dan tiga untuk tanda-tanda
yang lebih besar. Tipografi rumit dan simbol-simbol yang sulit
untuk membaca mengurangi tanda kemampuan untuk
berkomunikasi dengan kata lain, tetap sederhana. Sebanding
ukuran dan skala tanda-tanda harus sesuai untuk gedung di mana
mereka ditempatkan dan wilayah di mana mereka berada. Ukuran
dan bentuk tanda harus sebanding dengan skala struktur.
2.13 War na
War na adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam
suatu cahaya sempurna (berwarna putih). Identitas suatu warna
ditentukan panjang gelombang cahaya tersebut. Sebagai contoh
warna biru memiliki panjang gelombang 460 nanometer.
Panjang gelombang warna yang masih bisa ditangkap mata manusia
berkisar antara 380-780 nanometer.
Dalam peralatan optis, warna bisa pula berarti
interpretasi otak terhadap campuran tiga warna
primer cahaya: merah, hijau, biru yang digabungkan dalam komposisi
tertentu. Misalnya pencampuran 100% merah, 0% hijau, dan 100% biru
akan menghasilkan interpretasi warna magenta.
Dalam seni rupa, warna bisa berarti pantulan tertentu dari cahaya
yang dipengaruhi oleh pigmen yang terdapat di permukaan benda.
Misalnya pencampuran pigmen magenta dan cyan dengan proporsi tepat
dan disinari cahaya putih sempurna akan menghasilkan sensasi mirip
Setiap warna mampu memberikan kesan dan identitas tertentu
sesuai kondisi sosial pengamatnya. Misalnya warna putih akan memberi
kesan suci dan dingin di daerah Barat karena berasosiasi dengan salju.
Sementara di kebanyakan negara Timur warna putih memberi kesan
kematian dan sangat menakutkan karena berasosiasi dengan
kain kafan (meskipun secara teoritis sebenarnya putih bukanlah warna).
Di dalam ilmu warna, hitam dianggap sebagai ketidakhadiran
seluruh jenis gelombang warna. Sementara putih dianggap sebagai
representasi kehadiran seluruh gelombang warna dengan proporsi
seimbang. Secara ilmiah, keduanya bukanlah warna, meskipun bisa
dihadirkan dalam bentuk pigmen.
Teor i Br ewster adalah teori yang menyederhanakan warna yang
ada di alam menjadi 4 kelompok warna. Keempat kelompok warna
tersebut, yaitu: warna primer, sekunder, tersier, dan warna netral. Teori
ini pertama kali dikemukakan pada tahun 1831.
Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna brewster.
Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras warna
(komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad.
War na pr imer
Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari
warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer
adalah merah, biru, dan kuning.
War na sekunder
Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan
proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna
merah dengan kuning,hijau adalah campuran biru dan kuning, dan
War na ter sier
Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu
warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari
pencampuran warna kuning dan jingga.
War na netr al
Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam
proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang
warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju
hitam.
2.14 Teor i War na
Semua orang pada umumnya menyukai warna. Warna menurut
banyak ahli psikologi dianggap dapat memengaruhi kejiwaan dan karakter
seseorang. karena sangat bergantung dengan faktor subyekif, maka setiap
orang dalam memilih warna berdasarkan cara pandang yang berbeda. Oleh
karena itulah warna menjadi salah satu bahan pertimbangan saat kita hendak
mengecat dinding ruangan kamar kita. Oleh karena itu jelas warna dipakai
semua orang, pada saat aktifitas apapun, oleh karena itulah warna sangat
berarti bagi kehidupan manusia. Berbagai wacana tentang warna telah
menggiring manusia dalam memaknai warna menurut budayanya
masing-masing. Warna dijadikan simbol dan kekhasan suatu etnik dan negara
tertentu, sebagai contoh paling umum adalam warna merah yang sangat
identik dengan budaya oriental yang berarti juga budaya timur atau negara
Cina.
Dalam seni rupa warna juga dijadikan sebagai media berekspresi.
Bicara tentang warna banyak hal yang bisa dipelajari. Berikut adalah
beberapa teori tentang warna yang pernah dikemukakan oleh ahli jaman
a. Teor i Sir Isaac Newton (1642-1727)
Dari pencobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila
dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, akan
ditemukan warna-warna yang beraneka ragam meliputi merah, jingga,
kuning, hijau, biru, dan ungu warna-warna ini sering disebut dengan
mejikuhibiniu. Warna-warna tersebut bisa kita lihat ketika muncul
pelangi setelah hujan reda.
b. Teor i Br ewster
Teori Brewster pertama kali dikemukakan pada tahun 1831. Teori
ini menyederhanakan warna-warna yang ada di alam menjadi 4
kelompok warna, yaitu warna primer, sekunder, tersier, dan warna
netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam lingkaran warna
brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori kontras
warna (komplementer), split komplementer,triad, dan tetrad.
• War na pr imer : Merupakan warna dasar yang tidak merupakan
campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan
warna primer adalah merah, biru, dan kuning.
• War na sekunder : Merupakan hasil pencampuran warna-warna
primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil
campuran warna merah dengan kuning,hijau adalah campuran biru dan
kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.
• War na ter sier : Merupakan campuran salah satu warna primer
dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan
didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga.
• War na netr al: Warna netral merupakan hasil campuran ketiga
warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai
penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang
tepat akan menuju hitam.
Rumus yang diperoleh dari Teori Brewster tersebut oleh Herbert Ives
disempurnakan menjadi skema lingkaran warna. Sampai sekarang
skema/diagram lingkaran warna banyak digunakan oleh orang-orang yang
berkecimpung di dunia seni rupa.
C. Teor i Munsell
Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standart
warna untuk aspek fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan
Brewster, Munsell mengatakan warna pokok terdiri dari merah,
kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari
warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila
Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup
disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian
penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut dapat kita
lihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan,
pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang
berwarna. Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna
sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari
alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.
a. Warna sebagi elemen estetika: disini warna memerankan dirinya
sebagai ”warna”, yang mempunyai fungsi dalam membentuk
sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya
sebagai ”keindahan” semata. Melainkan sebagai unsus
eksistensial benda-benda yang ada disekeliling kita. Karena
dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan
mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan
sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak
mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna
mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya aspek keindahan
saja namun sebagai elemen yang membentuk
diferensial/perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain.
b. Warna sebagai representasi dari alam: warna merupakan
penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum