• Tidak ada hasil yang ditemukan

GunaMemperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GunaMemperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MAKAN

TIDAK SEHAT PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

AZMIA KHAERUN NISA

02320152

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(2)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU MAKAN TIDAK SEHAT PADA REMAJA PUTRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya

Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh:

AZMIA KHAERUN NISA

02320152

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di depan dewan Penguji Skripsi Program Studi Psikologi

Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Guna

Memperoleh Derajat Sarjana SI Psikologi

Pada Tanggal

03 Sr-P 2007

Dewan Penguji

1. Qurotul Uyun, S. Psi., M. Si 2. Rina Mulyati, S. Psi., M. Si

3

Uly Gusniarti, S. Psi, M. Si

Mengesahkan,

Fakultas Psikologi dan Ilmu sosial Budaya -'iJprveisit.is Islam Indonesia

•-''-/X

program Studi

M.Si

Tan da Tangan

(4)

HALAM^ Alhamdu an Syukur z 'a kepada-N/ epada-Mu 1 ;nap kerend untuk c mku tersayg :gala doa da ig takkan te K Yanti, Mba ;ala semangi

. doa dan cii

HALAMAN PERNYATAAN

Bersama ini saya menyatakan bahwa selama melakukan penelitian dan

dalam membuat laporan penelitian, tidak melanggar etika akademik seperti

penjiplakan, pemalsuan data, dan manipulasi data. Jika pada saat ujian skripsi

saya terbukti melanggar etika akademik, maka saya sanggup menerima sanksi dari

dewan penguji. Apabila di kemudian hari saya terbukti melanggar etika akademik,

maka saya sanggup menerima konsekuensi berupa pencabutan gelar kesarjanaan

yang telah saya peroleh.

Yang menyatakan,

Azmia Khaerun Nisa

(5)

CATA intaian puji < i mkmat-N] i sal am sen W, beserta \ ;a akhir zam; i banyak p han, serta ikhir. Penul M.Si., Psil lesia. Si selaku K sial Budaya Skripsi yanj h kesibukar si., M.Si., ngi penulis VI HALAMAN MOTTO

" //a? orang-orangyang beriman, nafkahkanlah (dijalan Allah) sebagian dari

hasil usahamuyang baik-baik dan sebagian dari apayang kami keluarkan untuk kamu. Dan janganlah kamu memilihyang buruk-buruk lalu kamn najkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan

memicingkan maia darinya " (Al Baqarah: 267)

%esa(ahan dan HggagaCan 6u^an

flkjiir dari suatu pencapaian, namun fiadapiCah

%eduanya dengan penult ^esa6aran.

(Dari ({esaCahan dan fiegagaCan itu ada

(6)

4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UII yang telah memberikan ilmu, pengetahuan, pengalaman tak terkira selama penulis menjadi mahasiswa di Program Studi Psikologi UII.

5. Segenap Karyawan dan staf Program Studi Psikologi UII yang telah banyak membantu perihal administrasi untuk kelancaran perkuliahan serta selama penelitian ini.

6. Bapak H. Asikin dan Ibu Hj. Fasiroh (Aim), atas segala do'a, kasih sayang, pengorbananan, dukungan, kesabaran yang tiada habisnya dan takkan mungkin terbalas oleh apapun di dunia ini.

7. Kakak-kakaku, mba Yanti, mba Arda, mba Diana dan Mirza atas do'a dan

kasih sayang, serta semangat untuk terus melakukan hal-hal yang positif. 8. Sahabat jiwaku, Riko, yang seringkali menjadi curahan hati penulis.

Terimakasih untuk kasih sayang, cinta, ketulusan, kebahagiaan, perhatian, dan dukungannya selama ini. / love u so much guyz.... ;)

9. Keponakanku: Zaya, Elang, Firza dan Zalva, serta sepupuku Kiki atas

hari-hari lucu dan ceria.

10. Seluruh keluarga besar yang terns menerus menyemangati penulis untuk melakukan sesuatu yang terbaik dan bermafaat bagi kehidupan dunia dan

akhirat.

11. Seluruh guru dan karyawan SMU Kolombo dan SMU UII yang telah memberikan lzin, membantu memberikan jam pelajarannya, maupun membantu membagikan skala secara langsung terkait try out penelitian dan pelaksanaan penelitian.

(7)

Peni karena kes berusaha s( skripsi ini pengetahua Wa:

12. Siswa-siswa SMU Kolombo dan SMU UII Yogyakarta: atas kesedian keikhlasannya dengan semangat untuk menjadi subjek penelitian.

13. Teman-teman yang telah membantu menyelesaikan penelitian: Rahma F,

Ute, Dahlia, Chece, Hani terimakasih atas bantuannya dan tak lupa untuk

selalu mengingatkan dan memberikan dukungannya.

14. Sahabat-sahabatku di Jogja: Mba Maya, lent, Mba Arti, Ela, Ira, Ririn, Febri, mba Nita dan Wilna, terimakasih untuk persahabatan, kebersamaan dan dukungannya.

15. Sahabat-sahabat di SMU 1 Tegal: Pipi, Eli, Ichal, Indah, Farisa, Aldian, Ugenk terimakasih untuk persahabatan dan dukungan yang kalian berikan, semoga persahabatan kita akan terjalin selamanya

16. Sahabat-sahabat di kampus Psikologi: Siska, Rahma, Egha, Fani, Dani,

dan teman-teman angkatan 2002 lainnya semoga kita semua menjadi

orang-orang yang sukses.

17. Teman-teman KKN yang masih keep contact hingga saat ini, terima kasih untuk segala dukungan, semoga tetap menjadi kisah klasik untuk masa

depan.

18. Semua pihak yang telah banyak membantu dan memberi masukan berkaitan dengan skripsi ini

Semoga kebaikan dan ketulusan yang telah diberikan pada penulis selama ini mendapatkan balasan yang terbaik dari Allah SWT, Amien.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

HALAMAN PERNYATAAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

HALAMAN MOTTO v

PRAKATA vi

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

INTISARI xv

BAB I. PENGANTAR 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Tujuan Penelitian 7

C. Manfaat Penelitian 7

D. Keaslian Penelitian 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 11

A. Perilaku Makan Tidak Sehat 11

1. Pengertian Penlaku Makan Tidak Sehat 11 2. Perilaku Makan Tidak Sehat Pada Remaja 12 3. Aspek-aspek Perilaku Makan Tidak Sehat 15

(9)

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Makan Tidak

Sehat PadaRemaja 18

B. Harga Diri 22

1. HargaDiri 22

2. Ciri-ciri Harga Diri 24

3. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Harga Diri 26 C. Hubungan Harga Diri Dan Perilaku Makan Tidak Sehat

Pada Remaja Putri 28

D. Hipotesis 35

BAB III. METODE PENELITIAN 36

A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian 36 B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 36

1. Perilaku Makan Tidak Sehat 36

2. Harga Din 36

C. Subjek Penelitian 37

D. Metode Pengumpulan Data 37

1. Skala Perilaku Makan Tidak Sehat 38

2. Skala Harga Diri 39

E. Metode Analisis Data 40

BAB IV. PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN 41

A. Persiapan Penelitian 41

1. Oreintasi Kancah Penelitian 41

2. Perizinan Penelitian 42

(10)

3. Persiapan Alat Ukur 42

B. Pelaksanaan Penelitian 45

C. Hasil Penelitian 45

1. Deskripsi Subjek Penelitian 45

2. Deskripsi Statistik 46 3. Uji Asumsi 48 4. UjiHipotesis 50 D. Pembahasan 50 BAB V. PENUTUP 56 A. Kesimpulan 56 B. Saran 56 DAFTAR PUSTAKA 58 x n

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi Aitem Skala Perilaku Makan Tidak Sehat 38

Tabel 2. Kisi-kisi Aitem Skala Harga Diri 39

Tabel 3. Deskripsi Aitem Skala Perilaku Makan Tidak Sehat 44

Tabel 4. Deskripsi Aitem Skala Harga Diri 44

Tabel 5. Deskripsi Usia Subjek Penelitian 46

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian 46

Tabel 7. {Criteria Kategorisasi Skala Perilku Makan Tidak Sehat 47 Tabel 8. Kriteria Kategorisasi Skala Harga Diri 48 Tabel 9. Hasil Analisis Uji Normalitas Variabel Harga Diri Dan Perilaku

Makan Tidak Sehat 49

Tabel 10. Hasil Analisis Uji Linieritas Variabel Harga Diri dan Perilaku

Makan Tidak Sehat 49

Tabel 11. Hasil Analisis Korelasi Antara Variabel Harga Diri Dan Perilaku

Makan Tidak Sehat 50

(12)

»IRI DENG^ T PADA RE Azmia Khaei Qurotul I INTIS^ n untuk mei ikan tidak se adalah ada sehat pada n makan tidak perilaku mal ini adalah an XL Subje g digunakan at dari Hart: 51 (SelfEste tg dilakukai 11,5 for wi product i • = - 0.322 i yukkan ada dak sehat. h i Makan Tid xv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

Lampiran 1. Skala Try out Harga Diri

64

Lampiran 2. Skala Try out Perilaku Makan Tidak Sehat 68

Lampiran 3. Data 7'ry out Harga Diri 71

Lampiran 4. Data Try out Perilaku Makan Tidak Sehat 76

Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Harga Diri

79

Lampiran 6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Perilaku Makan Tidak

Sehat 83

Lampiran 7. Skala Penelitian Harga Diri 89

Lampiran 8. Skala Penelitian Perilaku Makan Tidak Sehat 91

Lampiran 9. Data PenelitianHarga Diri 94

Lampiran 10. Data Penelitian Perilaku Makan Tidak Sehat 97

Lampiran 11. Hasil Uji Asumsi 101

Lampiran 12. Hasil Uji Hipotesis 101

Lampiran 13. Grafik Normalitas 103

Lampiran 14. Grafik Linieritas 104

Lampiran 15. Surat Izin Try out 105

Lampiran 16. Surat Izin Penelitian 106

(13)

BAB I

PENGANTAR

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada tahun-tahun terakhir ini perihal masalah perilaku makan semakin

meningkat, diperkuat pula oleh Trend mode yang mengagungkan tubuh langsmg

khususnya pada wanita dan stereotip terhadap kegemukan dan kekurusan. Setiap

budaya memiliki standar kecantikan yang berbeda (Berhm, 1999 dalam Maria,

dkk, 2001). Standar kecantikan itu secara kultural dan histons berubah dari waktu

ke waktu. Garner (Maria, dkk, 2001) dalam studmya menumukkan bahwa ada

tekanan terhadap perempuan untuk memiliki bentuk tubuh yang langsing.

Identitas budaya tubuh langsing ini paling banyak diinteraahsasi remaja.

Kerampingan tubuh ini diasosiasikan sebagai trait kepribadian yang disukai dalam

pikiran masyarakat, sementara kegemukan dipandang memiliki stereotip negatif,

stereotip tubuh langsing ini tampak juga di Indonesia. Berbagai hal ini

mengakibatkan sebagian masyarakat berlomba-lomba mencari upaya bagaimana

menumnkan berat badan dengan cepat dan mudah, upaya ini di negara-negara

rnaju tidak terbatas pada orang dewasa saja, tetapi juga dialami remaja bahkan

mulai terlihat pada para remaja awal.

Remaja menjadi salah satu pusat perhatian mengingat remaja banyak

mengalami perubahan fisik, kognitif, emosi, maupim sosial. Transisi yang dialami

(14)

(Grabber, dkk, 1994). Menurut Millstein, Petersen, dan Nightiangle, salah satu

ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan remaja ini berkaitan dengan

masalah penlaku makan tidak sehat dan gangguan makan (Graber, dkk, 1994)

seperti dalam laporan WHO bahwa remaja menghadapi peningkatan resiko hidup

sehat yang mengarah pada peningkatan mortalitas dan morbiditas. Hal tersebut

diperkuat dalam laporan kongres Amerika Serikat 1991 bahwa selama 20 tahun

terakhir ini khusus pada kelompok usia remaja Amerika Serikat mengalami

peningkatan morbiditas sebesar 11%. Gangguan makan dan perilaku makan tidak

sehat seperti pembatasan makanan merapakan problem yang dialami sebagian

besar remaja, khususnya remaja putri (Graber, dkk, 1994). Berdasarkan beberapa

hasil surfei di Inggris, salah satu masalah perilaku makan yang menonjol dan

populer pada remaja adalah perilaku diet yang mengarah pada perilaku makan

tidak sehat, diperkirakan sekitar 73% remaja putri melakukan perilaku makan

tidak sehat untuk menurankan berat badan (Moses, dkk dalam Hill, dkk, 1992c)

Perabahan fisik menurut Sarwono (1989) mempengaruhi perkembangan

jiwa remaja karena sering menimbulkan perasaan tidak puas. Salah satu contoh

perabahan fisik remaja yaitu peningkatan lemak dalam tubuh, terayata

menimbulkan ketidakpuasan remaja pada tubuhnya (Hill, dkk, 1992c) merasa

dirinya gemuk, ingin tubuhnya lebih kurus dan ingin menurunkan berat badannya.

Pengertian perilaku makan tidak sehat adalah kebiasaan mengkonsumsi

makanan yang tidak memberikan semua zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan

dalam metabolisme tubuh (Sarintohe dan Prawitasari, 2006). Perilaku makan tidak

(15)

dapat merusak kesehatan dan kesejahteraan psikologis individu. Penlaku makan

tidak sehat berhubungan dengan gangguan fisik dan psikis remaja. Penlaku makan

tidak sehat dalam penelitian ini didefinisikan sebagai kebiasaan makan seseorang

yang dapat merugikan dalam metabolisme tubuh (Graber, dkk, 1994). Apa yang

ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya, seperti

misalnya banyak orang yang membenkan reaksi terhadap emosinya dengan

makan dan keinginan untuk menjadi kurus dengan mengurangi makan bahkan

menolak untuk makan, hal ini dapat meningkat menjadi perilaku makan seseorang

menjadi tidak sehat.

Tingginya pravelensi perilaku makan tidak sehat pada remaja, sementara

efeknya sendin ternyata lebih merusak kesehatan dan kesejahteraan individu

menimbulkan pertanyaan hal-hal apakah yang berperan dalam perkembangannya

masalah perilaku makan makan tidak sehat pada remaja. Beberapa penelitian

mengenai faktor-faktor yang beresiko mengembangkan perilaku makan tidak

sehat remaja menunjukkan, faktor internal penyebab penlaku makan tidak sehat

mehputi faktor status kemasakan fisik remaja, massa tubuh, usia, kepribadian

terrnasuk harga din dan citra raga. Sementara faktor eksternal meliputi pengaruh

hubungan dengan keluarga, status sosial ekonomi, dan nilai sosial masyarakat

terhadap daya tarik dan kerampingan (Attie dan Brooks gunn, 1989)

Ketidakpuasan tubuh ini menunjukkan citra raga yang rendah, yang

menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan

kurangnya harga diri selama masa remaja (Huriock, 1976). Penelitian Secord dan

Jourard (Hartantri, 1996) menunjukkan 43.56% dan harga din wanita ditentukan

(16)

oleh era raga, seda„gka„ pengaruh pada pn„ ,eb,„ re„da„ yaitl, 3346% H„ga

dm ya„g rendah seseorang dapa, me„ura„ka„ kemamp„a„nya mengembangka„

din dm membina hubungan dengan „ra„g lain (Helm, dan ^ ^ ^

Menu™, Fun,ham, salal, salu dimensi Pe„,mg dan harga din ^ ^ ^

*»* «*»,. Tingka, kepilasan terhadap sosok tubi|h ymg tjngg. d]asos|as.km

dengan iingka, harga din sos,a, ya„g 1|ngg] ^ ^

^ ^ |^^ ^

•",, beberapa ah,i ci,ra tubuh percaya bahwa ketidakpuasan .erhad.p sosok tubuh

mempakan sUa,u ekspres, dari harga d,n yang re„dah dan perasaan indekua,.

Tubuh mernpakan bagran dari d,n yang ter.ma, (bagia„ yang konkreft sehjngga

bfl. seseorang merasa ambivalen, terhadap diri send.ri, merekaJuga akan merasa

ambivalent terhadap tubuhnya (Berhm, 1999, dalam Maria, dl* 2001)

Sim /, heavy. ™gkapa„ ini senngkali di,„terpretasika„ sebagai suan,

standar kecannkan ya„g ban, ba„wa perempuan dapa, dikatakan camik apabi.a

mem.liki ,„b„h yang langs.ng (Manil, dkk) 200,, Proses sosia|isas| ^ ^^

sejak dim, bahwa ben,,* tubuh yang la„gs,„g adalah yang djharapkan ^ ^

Menurut Hurloek (Mana, dkk, 200,, kesadaran akan adanya reaks, sosra,

terhadap berbaga, bentuk tubuh pula yang menyebabkan pada usia remaja merasa

pertain akan periumbuhan tnbuhnya apabila t.dak sesua, dengan siandar budaya

vang beriaku. Me,™, Berhm (Mana, dkk 200!,, Imgku„gan ^ ^ ,nenj]a|

seseorang berdasarkan pakaian, cara b.cara, cara berjalan dan .ampilan fisik.

Tampian yang ba,k sering diasos,asika„ dengan status yang leb,h ,,nggi.

kesempatan yang lebih luas untuk menank pasangan. da,, kua.i.as posi,,f,a,„„ya.

(17)

Orang lain cenderung menilai orang gcmuk sebagai orang yang malas dan suka

memanjakan din sendin, sedangkan orang yang kurus dinilai sebagai orang yang

disiphn dan teratur. Hal ini akan mempengaruhi harga diri remaja sehingga

mendorong remaja mencari jalan untuk memperbaiki penampilan dirinya.

Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk memilki penampilan fisik yang

ideal, antara Iain mempercantik diri dan menutup keadaan fisik yang kurang baik

(Setyaningsih, 1992)

Diet tidak seimbang untuk menurunkan barat badan yang terraasuk dalam

perilaku makan tidak sehat diyakim oleh remaja dapat memperbaiki

penampilannya yaitu dengan membatasi konsumsi makanan. Pembatasan dalam

jangka waktu tertentu dapat mengurangi lemak tubuh yang diikuti menurunnya

berat badan. Penuranan kedua hal tersebut diharapkan dapat mengubah bentuk

tubuh sehingga makm mendekati figur ideal. Mengecilnya kesenjangan antara

figur ideal dengan figur tubuh yang dimiliki dapat diartikan sebagai tanggapan

yang semakin positif terhadap penampilan diri, hal mi merapakan salah satu

modal remaja agar diterima oleh lingkungannya.

Hasil penelitian French dan jeffery bahwa 75% wanita melakukan

perilaku makan tidak sehat sedangkan pria yang melakukan perilaku makan tidak

sehat hanya 47% hal itu menunjukkan penlaku makan tidak sehat lebih banyak

dilakukan oleh wanita daripada pria (Jeffery, Epstein, et al, 2000), baik bagi

wanita yang memiliki berat badan normal maupun wanita kelebihan berat badan.

Pediet wanita ternyata memiliki harga diri yang lebih rendah dibanding mereka

yang tidak berdiet. Sementara itu penelitian lain menunjukkan bahwa remaja putri

(18)

^o 4.C cc >. c cc 44 co co -o 43 "aJ CD a, •2 <u e o -a b S3 'c0>

I

^-* 03 60 •S So c i> S 60 .B +3 g ft s co IS -2 44 CO CO CO CO TJ t> 44 CO 'S> s 44 3 CO E 53 s CO c <u -a B CO CO CO a, CO CO CO 60 CO 42 CD co 60 B CO .a. -3 *«* CO 4= CD to -A< CO T3 E co T3 44 4* 3 '? 3 g s 4^ CC E 60 E CO •2 c? E co £P CO -E i-CD 42 CO -a CO 42 CO 6o E CO 3 JO E CD £ CO co 3 CO T3 CO 3 -AS CO 'C o ft, T3 CD 4>i CO -o CO a. E CD s CO 43 CD co 44 CO E CO 44 3 44 -2 13 E -2 "3 co E .53 T3 e CO "O 03 42 e CO 43 -2 CO CO CO CO .-° 44 CO fee C S CO E cd &o s CO c CO c 44 CO .CO 5 B 3 B 4^ 4* co •S CO co o CD co CO 42 ex CD O O 44 «0 'C CO 5 •3 CO £P CO 43 •3 CO £? CO 4= 45 CO 42 CO B-CO T3 § CD 42 CO CO E 5 60 E 5 o CD CO 3 s 42 CD 44 CO •o CD S 6p "a b CO a. CO 44 CO S T3 CD T3 c CO T3 CO 43 e cd 42 43 —^ CO co CO CO 43 e E -2 CO b <u E 3 44 CO CO CO E CD so •5 Ji? 2 CO 6o e T3 b 1> CO 44

I

CO CO E CO 44 CO B •2 CO CD e o "a o 44 co CD 43 O

I

CO eo T3 co 44 CO T3 CO s 5 S

'I

2

CD CO CO 1~ E CD 42 s 60 e CO ••3J >> CO r 'C CO CD >> *w £? 44 .-^ g CO CO «C 44 44 CO E CD E CD co u, CO CO* 4= CO -a _'? -3 •E E CO So

I

E E' CO 44 -2

I

ft, CD E E TJ CO ,? . _ "3 •3 •5 CO CO P 2 60 60 E o ftO E CO -E CO 13 CO a, CO B CO •X co S CO 44 60 E -2 'a. E CO B CD ft a, CO T3 CO "t; *2 CO CO E 2 60 CD T3 E co -2 CO "a CO a, '5b 60 E a,

I

CO CD E CO -a CO 42 JO CO CD 42 B co s 3

'I

a. § 3 -2 B 42 CD co

!'

;c •3 E CD co -2 V CD a, CO "co a, < E CO J4 CO E E 2 So 60 E CO 60 PS 2 CD •S-"3 60 -2 "CO a. CO •=1 CO 60 E B E 2 CO 2 44 60 E CO E CO .4«! CO CD CD 44 CD 42 CO co CO E CO -2 2 60 E CD E CO s CO 44 CO 13 s o 5 CD 3 §" CO B 42 E 42 CO 42 CD >> E CD ft, CO E 3 42 E CD E B CO o > I-, CD E CD E CD ft E CO CO CO CO "5 CD 02 CO

s

CD 45 B 43 «V .-3 —t 3 P CD ft 42 CO ft CO e" CO 44 CO E E CO ^4 3 CD s CD ft 44 CO -a 43 CD 2 CD •"2 44 CO -a E CO "a 2 44 JS 'C CD ft CO

I

E CO CD T3 E CD ft CO 43 co 42 CO CO 60 T? E CD G 'b1 ft CD £ ft CD E s CO 44 13 CO CO ft CO CO CO -a T3 j~ "C CD 00 o E 5 E S ^ CO 44 CO CO 44 CO E •£ -a E % •5 •a CO s> CO E 3 43 CO T3 3 E 3 42 CD CD 60 s <c T3 '? -5 •S 42 CO 42 CD CO CO -a CO CD 44 B 2 60 F CD

(19)

perilaku makan tidak sehat seperti diet tidak sehat yang dilakukan orang lain. Sebaliknya apabila seorang remaja putri memiliki harga diri tinggi tidak melakukan perilaku makan tidak sehat. Individu yang memiliki harga diri tinggi ini menyadari bahwa dirinya memiliki kekurangan tetapi tidak menjadi rendah diri karena hal tersebut, melainkan dapat menghargai dirinya apa adanya, sehingga tidak terbujuk melakukan perilaku beresiko terhadap kesehatan.

Berdasarkan semua pemaparan di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah banyaknya remaja putri yang melakukan perilaku makan tidak sehat padahal efek perilaku makan tidak sehat itu sendiri cenderung negatif baik secara medis, psikis, maupun ekonomis. Berangkat dari masalah tersebut di atas maka perlu diteliti sejauh mana keterkaitan harga diri dengan kecenderangan perilaku perilaku makan tidak sehat pada remaja putri.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara harga diri dengan kecenderangan perilaku diet pada remaja putri.

C. MANFAAT PENELITIAN

Dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah jumlah penelitian yang beresiko terhadap kesehatan, kliususnya kecenderangan perilaku diet pada remaja putri ditinjau dari harga diri. Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan kliususnya psikologi sosial dan psikologi kesehatan serta memberikan informasi tentang keterkaitan antara harga diri dengan kecenderangan perilaku diet pada remaja. Dari segi praktis diharapkan

(20)

dapat memberikan infonnasi kepada mahasiswa yang dapat dipahami sebagai

pembelajaran bahwa harga diri memiliki peran pada diri remaja khususnya remaja

putn untuk raenentukan penlakunya, memberikan masukan bagi lembaga

pendidikan dalam usaha pemberian informasi mengenai perilaku hidup sehat,

khususnya diet pada remaja putri, dan memberikan infonnasi tambahan bagi

praktek konseling mengenai masalah perilaku makan pada remaja, kliususnya

perilaku diet. Apabila terbukti bahwa harga diri berperan penting terhadap

timbulnya kecenderangan perilaku diet, maka praktisi dapat mengantisipasi

dengan meningkatkan harga diri remaja.

D. KEASLIAN PENELITIAN

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan perilaku diet dan harga din

diantaranya :

1 Citra Raga dan Perilaku Diet pada Remaja Putri, penelitian ini dilakukan oleh

Elizabeth Hartantri (1996). Subjek penelitian Remaja putri berasia sekitar

16-19 tahun yang semuanya berjenis kelamin wanita. Alat ukur yang digunakan

skala perilaku diet dari Dutch Eating Behavior Quetionaire (DEBQ) yang

disusun oleh Van Strein, at al. Hasil Penelitian ini menunjukkan adanya

hubungan negatif antara citra raga dengan perilaku diet pada remaja putri.

2. Hubungan antara Kebermaknaan Hidup dengan Harga din pada mahasiswa.

Penelitian ini dilakukan oleh Zainunofikoh'(2001). Subjek penelitian mi yaitu

Mahasiswa Universitas Gajah Mada tahun 1999 - 2000 yang masih aktif

kuliah. Alat ukur yang digunakan adalah skala harga diri SEI yang telah

(21)

d.modif,kas,. Has,, pe„eh„an ada,ah ada hubl,„gan ^ ^ ^

l„dup dengan harga din Pada mahasiswa.

3. Hubungan antara Harga D,r, to Kolekt,fitas de„ga„ ^ ^ ^ ^

Konsumnf Remaja. PenelWan ini dilakukan o!eh Hidayah (,999) Subjek

Pene„,,a„ be,„mla„ remaja tOTga„ yang ^

^ ^

^

^

^

SMU ymg rerdrr, dan pna dan wan,,a. AIat „kurya„g d,gunakari adalah skala

'-ga din' yang dim„d„ikasi dan SE1 ,,*// ,slcem ,„wmmj im

Co„Persmi,h (,967,. Has,, penehtian me„„„jukka„ ada hubungan neganf

antara harga d,n dan ko,ek„ftas dengan kecendenmgan penlaku konsum.if

remaja.

4- Hubu„gai, Anlara Harga Dln RemaJa PuW dengm ^ ^^ ^ ^

Bermerek. Penehtian ini dilakukan o,eh ,rawa.i Nugrah, San (1997), Subjek

yang diteht, adalab remaJa berus.a ,7 - ,9 tahm, Alat „kurymg dJ8unakan

adaiah skaia harga din yang dimod.fikas, dan SO (&//&te„ A,^ dan

Coopersmim (,967, Has,, pe„e,it,a„ menunjukkan ada ^ ^ ^

Harga diri pada remaja putri dengan ramat membe|i kosrnetika bemerek

5. H„bu„ga,, Harga Din Remaja S.swa SMU Negen , Semarang dengan

Pres,as, Ditmjau dar, Persepsi .erhadap Penenmaan Onang Tua dan Teman

Sebaya. Pe„eht,a„ ,„, iAAukm olel, Asta„tj ^ ^ ^

^^

--** yang digunakan da,am pene.i.ian in, adalah remaja SM(J Negen ,

Semarang, mem,„k, ,„te,ege„si ra,,ra,a. da, ,mgga, bersama „ra„g ,ua sejak

kecd. Ah. Ukur yang digunakan adalah ska|a ^ ^ ^ ^ ^

(22)

penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara harga diri dengan prestasi siswa SMU Negaeri ! Semarang ditinjau Persepsi orang tua dan teman sebaya.

Penjelasan-penjelasan secara rinci tentang keaslian penelitian adalah

sebagai berikut: 1. Keaslian topik

Variabel bebas penelitian-penelitian sebelumnya yaitu citra raga, Variabel bebas penelitian ini yaitu harga diri, dimana dalam hal ini peneliti mencoba mengangkat perilaku makan tidak sehat dengan harga diri.

2. Keaslian teori

Teori yang digunakan pada penelitian ini yaitu teori harga diri dari Coopersmith (1967) dan teori perilaku makan tidak sehat yang digunakan adalah teori dari Graber, dkk (1994).

3. Keaslian alat ukur

Penelitian ini menggunakan skala perilaku makan tidak sehat modifikasi dari Elizabeth Hartantri (1996), dan skala harga diri modifikasi dari SEI {Self Esteem

Inventory') dari Coopersmith (1976).

4. Keaslian subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa SMU Kolombo kelas 1 dan 2 yang berasia antara 15-18 tahun, dan selurahnya berjenis kelamin wanita.

(23)

BAB II

TIN J All AN PUSTAKA

A. Perilaku Makan Tidak Sehat

1. Pengertian Perilaku Makan tidak Sehat

WHO menjelaskan bahwa diantara sejumlah perilaku tidak sehat, perilaku

makan adalah faktor utama yang berpengaruh pada kesehatan manusia, karena

jika terjadi perilaku makan yang tidak sehat yang membiasakan mengkonsumsi

makanan yang tidak memenuhi gizi maka akan menurankan kesehatan (Sarintohe

dan Prawitasari, 2006). Perilaku makan tidak sehat menurut Sarintohe dan

Prawitasari adalah kebiasaan mengkonsumsi makanan yang tidak memberikan

semua zat-zat gizi esensial yang dibutuhkan dalam metabolisme tubuh (Sarintohe

dan Prawitasari, 2006).

Definisi perilaku makan tidak sehat dalam penelitian ini adalah kebiasaan atau perilaku makan seseorang yang dapat meragikan dalam metabolisme tubuh

(Graber, dkk, 1994). Perilaku makan tidak sehat seperti binge eating, kebiasaan

makan pada malam hari, diet tidak seimbang seperti dalam bentuk pengurangan

konsumsi makanan ataupun dengan menggunakan cara lain, seperti obat pencahar,

tablet pengganjal perat, dan Iain-lain dapat menganggu kesehatan. Apa yang ada

di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya, perilaku

makan tidak sehat

orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan

makan.

(24)

12

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa definisi

penlaku makan tidak sehat adalah kebiasaan makan seseorang yang dapat

merugikan dalam metabolisme tubuh (Graber, dkk, 1994). Dalam penelitian ini

perilaku makan tidak sehat ditunjukkan dengan mengukur perilaku makan

sehari-hari yang dilihat berdasarkan aspek emosi, restraint, dan eksternalnya yang akan

dijelaskan pada sub bab berikutnya.

2. Perilaku Makan Tidak Sehat Pada Remaja

Minat para psikolog mengenai perilaku makan berasal dari ketertarikan

terhadap adanya perbedaan perilaku makan antara individu obese dengan individu

berat badan normal (Ruderman, 1986). Ketertarikan ini menimbulkan teori

perilaku makan yang teras berkembang, apalagi diperkuat dengan memngkatnya

masalah makan dan gangguan makan, seperti anorexia nervosa dan bulimia

nervosa (Attie dan Brooks Gunn, 1989).

Perilaku makan tidak sehat umumnya ditemui pada wanita muda saat

mereka mengalami konflik masa transisi dari anak perempuan menjadi wanita

dewasa. Saat memasuki masa remaja, khususnya masa pubertas, remaja menjadi

sangat perduli dengan pertambahan berat badan mereka, dalam tubuh mereka

terjadi perabahan fisiologis yang kadangkala mengganggu (Graber, dkk, 1994).

Seorang remaja seringkali mengalami kesulitan dan tak mampu untuk menghadapi

masalah-masalah fisiologis ini selain masalah psikologis maupun psikososial

dengan baik. Adakalanya, bagi remaja yang tak memperoleh bimbingan dari

orang tua, guru, atau pihak yang lebih profesional, maka akan menemui hambatan,

(25)

13

kebutuhan nutrisi dan gangguan pola makan. Remaja putri mengalami

pertambahan jumlah janngan lemak sehingga mereka lebih mudah untuk gemuk

apabila mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi. Menurut para ahli Papalia,

Olds dan Feldman (1998); Rice (1993), salah satu faktor terjadinya kegemukan

adalah faktor psikologis, sebab-sebab psikologis terjadinya kegemukan, ialah

bagaimana gambaran kondisi emosional yang tidak stabil {Unstabil emotional)

yang menyebabkan individu cenderung melakukan pelanan diri (selfmechanism

defence) dengan cara makan makanan yang mengandung kalori tinggi, perilaku ini

tennasuk perilaku makan tidak sehat (Dario, 2004).

Menurut pandangan Erikson, seorang remaja berada pada taliap masa

krisis identitas {crisis of identity), hal ini mendorong remaja untuk mencari jati

diri (identitas diri), caranya dengan mewujudkan keinginannya agar menjadi

seseorang individu yang "sempurna", secara intelektual, kepnbadian, maupun

penampilan fisiknya. Untuk dapat tampil menawan dan menarik hati bagi lawan

jenis, maka salah satu upayanya adalah berusaha memiliki bentuk tubuh yang

ideal, misalnya dengan mengatur pola makan. Namun, seringkali banyak remaja

yang dihantui dengan kekhawatiran maupun kecemasan terhadap kegagalan dan

usaha tersebut. Rasa khawatir yang berlebihan ini, menyebabkan individu

melakukan diet atau pantangan terhadap pola kebiasaan makan secara ketat

sehingga terjadi perilaku makan yang tidak sehat. Jika merasa lapar , maka

mereka tidak segera makan, tetapi dibiarkan agar tetap lapar. Bila mereka merasa

berhasil bertahan untuk tidak makan, maka mereka akan merasa bangga dan

(26)

14

ketidaktahuan remaja tentang pola makan yang baik, sehingga sampai

mengganggu pola pengaturan makannya, akibatnya remaja justru mengalami

perilaku makan tdak sehat dan gangguan makanan (eating disorder), misalnya

anorexia dan bulimia nervosa (Dario, 2004).

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku makan tidak

sehat pada remaja lebih banyak dilakukan oleh remaja putri terajadi karena pola

makan yang tidak benar ketika remaja ingin melakukan penlaku makan untuk

mendapatkan penampilan yang menarik dengan memiliki tubuh langsing dan

ideal. Dijelaskan juga bahwa ketidaktahuan para remaja tentang perilaku makan

yang tepat tersebut, justru dapat mengakibatkan remaja mengalami perilaku

makan tidak sehat dan gangguan makan (eating disorder). Seperti misalnya,

remaja melakukan diet dengan cara mereka sendiri, seperti mengurangi atau

menolak untuk makanan yang baerkalori tinggi (Hartantri, 1996)) tanpa

memperhatikan nutrisi dan gizinya, sedangkan pada masa perfumbuhan, remaja

haras dipenuhi dengan asupan nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh, apalagi jika

sampai mengkonsumsi obat-obatan pelangsing, obat pancahar dan tablet

pengganjal perat (Hartantri, 1996) yang dapat mengakibatkan kerasakan pada

organ tubuh. Hasil penelitian mengenai diet pada remaja juga banyak

menunjukkan bahwa diet tidak seimbang untuk menurankan berat badan

merapakan perilaku makan yang tidak sehat dan ternyata lebih merusak daripada

membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan psikologis individu

(27)

15

3. Aspek-aspek Perilaku Makan Tidak Sehat

Pola makan, khususnya penlaku makan setiap individu berbeda. Perilaku

ini merapakan salah satu penentu tingkat kesehatan seseorang. Dewasa ini

berkembangnya hidup yang disinyalir mengarah pada gaya hidup yang beresiko

terhadap kesehatan, yaitu gaya hidup konsumtif dan sedenter. Hal mi tenitama

terjadi di negara-negara maju dan merambat ke negara-negara berkembang seperti

Indonesia juga sudah banyak terjadi perilaku yang beresiko terhadap kesehatan

seperti perilaku makan tidak sehat.

Dtmensi Teoritis perilaku makan yang penting dikemukakan pertama kali

oleh Schachter dan Rodin (Rudermarm, 1986) dalam teori internal

ekstemal

obesitas. Hasil nsetnya menunjukkan subjek yang kegemukan akan lebih

responsif terhadap isyarat ekstemal yaitu makanan dan kurang responsif terhadap

isyarat internal seperti signal lapar dan kenyang. Selain itu subjek yang

kegemukan juga makan lebih banyak sewaktu merasa tertekan, sementara subjek

yang berat badannya normal makan lebih sedikit. Menurat Wardle (1987), kedua

konsep di atas yaitu aspek ekstemal dan emosional memicu individu untuk

makan. Rudermann (1986) menunjukkan aspek ekstemal tersebut mencakup

situasi yang berkaitan dengan acara makan dan faktor makan itu sendiri baik dari

segi bau, rasa, maupun penampilan makanan. Bagi pe-diet, aspek ekstemal ini

akan lebih bernilai apabila makanan yang tersedia adalah makanan yang lezat

(Woody et. Al. Dalam Rudermann, 1986). Selanjutnya Rudermann menunjukkan

bahwa emosi yang lebih berperan dalam penlaku makan adalah emosi negatif

seperti rasa kecewa, cemas, depresi dan sebagainya. Menurat Polivy, Herman dan

(28)

16

Warsh (1978) sebenarnya semua emosi berpengaruh dalam perilaku makan

asalkan intensitasnya cukup kuat. Sejauh ini bukti-bukti yang ada, lebih

memfokuskan pada pengaruh emosi negatif dalam perilaku makan. Rudermann

(1978) menyimpulkan secara umum afek negatif akan meningkatkan konsumsi

makanan bagi pe-diet dan sebaliknya individu yang perilaku makannya nonnal

atau non pe-diet justru mengurangi konsumsi makanannya. Sementara menurut

Kischenbaum, dkk, bila pe-diet dalam keadaan afek positif justru kontrol dirinya

meningkat sehingga cenderang melakukan perilaku regulasi makan normal (dalam

Rudermann 1987). Selain itu, emosi yang timbul setelah pe-diet makan makanan

yang berlemak atau dipersepsikan sebagai makanan yang membuat gemuk, seperti

coklat, es krim, makanan manis, adalah emosi negatif, seperti kecewa dan merasa

bersalah.

Selain aspek ekstemal dan emosi, Herman dan Mack menyatakan bahwa

perilaku makan seseorang juga dipengarahi oleh aspek Restraint yang berarti

bentuk perhatian yang kronis terhadap makanan (Wardle, 1987). Isfilah Restraint

ini menurat kamus Inggris berarti pengekangan atau pembatasan (Procter, 1975)

konsep restraint ini kemudian dikembangkan oleh Herman dan Polivy (dalam

Rudermann, 1986) yang menjelaskan bahwa pola makan individu dipengarahi

oleh keseimbangan antara faktor-faktor fisiologis yaitu desakan terhadap

keinginan pada makanan dan usaha untuk melawan keinginan tersebut. Usaha

secara kognitifuntuk melawan dorongan makan ini disebut restraint.

Heatherton, dkk (dalam Dewberry dan Usher, 1994) menambahkan bahwa

(29)

17

membatasi jumlah asupan makanan, yang disebut perilaku diet, dan (b) binge

yang merapakan perilaku makan bebas (dietary Disinhibitition).

Selanjutnya berdasarkan konsep restraint ini, Hennan dan Polivy dapat

membedakan individu tennasuk rentrained eater atau unrestrained eater dengan

menggunakan skala restraint. Restrained eater atau pediet adalah individu yang

secara tetap khawatir tentang apa yang mereka makan, berusaha keras untuk diet,

dan berusaha melawan keinginan untuk makan, sedangkan unrestrained eater atau

non pediet adalah individu yang makan secara bebas tanpa khawatir terhadap apa

yang mereka makan. Unrestrained eater ini bisa juga disebut individu dengan

perilaku makan normal (dalam Rudermann, 1986)

Berdasarkan Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penlaku makan tidak

sehat yang akan dikaji dalam penelitian ini terbentuk dari tiga aspek pokok yang

mempengarahi perilaku makan, yaitu:

a. Aspek ekstemal atau external eating, mencakup situasi yang berkaitan dengan

acara makan dan faktor makanan itu sendiri dari segi bau, rasa, dan

penampilan makanan.

b. Aspek emosi atau emotional eating, mengacu pada bukti-bukti yang ada,

emosi yang dilibatkannya hanya emosi negatif, seperti rasa takut, cemas,

marah, dan sebagainya.

c. Aspek restraint atau restrained eating, merapakan usaha secara kognitif dalam

(30)

18

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Makan tidak Sehat Pada

Remaja

Perilaku makan tidak sehat yang merapakan perilaku yang beresiko

terhadap kesehatan lebih banyak dialami remaja wanita daripada remaja laki-laki,

karena remaja wanita lebih suka menonjolkan penampilan fisik agar selalu

menarik perhatian lawan jenis. Secara uraum, faktor-faktor yang beresiko

mengembangkan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan termasuk perilaku

makan tidak sehat remaja dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu

faktor internal individu dan faktor ekstemal individu (Kast dan Rosenzweig,

dalam Ronodikoro dan Afiatfn, 1990)

Pertama, faktor internal menurat Attie dan Brooks-gunn, 1989; Leon, dkk,

1993; dan Lester dan Petrie, 1995) meliputi, kemasakan fisik remaja, massa tubuh

dan berat badan, usia, kepribadian, keyakinan terhadap kesehatan (health belief).

Kedua, faktor ekstemal meliputi, pengaruh hubungan keluarga, sosial ekonomi

keluarga dan nilai sosial masyarakat terhadap daya tarik dan kerampingan tubuh.

Penjelasan dari bebarapa faktor diatas adalah:

a) Kemasakan fisik dan usia

Fase remaja awal merapakan saat terjadinya perabahan dari segi fisik.

Umumnya perabahan ini akan dialami pada usia 11-14 tahun remaja putri, dan

11-15 tahun bagi remaja putra. Menurat Dorn busch, dkk (dalam Attie dan

Brooks-gunn, 1989), peningkatan lemak tubuh selama masa pubertas remaja ini

berkaitan dengan keinginan kuat bertubuh lebih kiiras. Penelitian Cisp (dalam

(31)

perkembangan payudara temyata berhubungan dengan usaha untuk mengonrol

asupan makanan, khususnya pada remaja putri yang memilki latar belakang kelas

sosial tinggi. Hasil riset lainnya menunjukkan kemasakan fisik yang lebih awal

memiliki resiko problem makan yang lebih besar, karena mereka tampaknya lebih

berat dibanding remaja-remaja lain yang kemasakn fisiknya lebih terlambat

(Faust, dalam Blyth, dkk, 1985). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

kemasakan fisik bisa dihubungkan dengan meningkatnya perilaku beresiko

terhadap kesehatan (Killen, dkk., dalam Greber, dkk., 1994 dan Attie dan

Brooks-Gunn, 1989)

b) Massa tubuh dan berat badan

Sebagian remaja, khusunya remaja putri cemas dan khawatir akan

peningkatan berat tubuhnya. Berat tubuh yang bisa diukur secara objektif maupun

subjektif, merapakan indikator yang mudah bagi remaja untuk melakukan usaha

penuranan berat badan. Data nasional di Amerika menunjukkan prevalensi

perilaku diet pada berat badan remaja putri yang kegemukan, prevalensmya

sekitar 54% dan remaja yang berat badannya normal sekitar 32% (Moses, dkk.,

dalam French dan Jeffery, 1994) c) Health belief

Perilaku makan individu dipengarahi juga oleh perhatian mdividu terhadap

kesehatan dirinya. Menurat Hayes dan Ross (1987), perhatian ini berasal dari

keyakinan individu akan mlai kesehatan (health belief. Apabila berat badan

meningkat, individu yang berkeyakinan tinggi cenderang akan memperhatikan

terlebih dulu pola makan yang sesuai, jika akan malakukan usaha penuranan berat

(32)

20

tadan maka yang — adalah nte.ode ya,,g -a, dengan pen*, atau pola

termasuk metode yang sehat atau tidak sehat.

d) Kepribadian

, tanroak dan penderita gangguan makan antara

Karaktenstik yang senng tampak aan p

•f rr^mer Olmsted dan Polivy, dalam

tain perfeksionis, memiliki simptom depresif (Garner, Olms

„•

«, tidak efektif dan kurangnya pengaturan diri atau self

Graber dkk., 1994), merasa tidak derail, u

ada n.en.jukkan pemngkatan depres, dan ga^n — — « '

tetoK)rtemya,a,eb,,,senngmu„c„lpa,aremajapum.Padapene„„an1n1tak,or

kepnbad,an yang diteliti adalah harga diri.

elPengaruh hubungan keluarga

a™ wkunnean, khususnya pengarun

adalah pengaruh hubungan keluarga dan Ungkunng

• h dan keyakinan meternal mengenai berat tubuh

hubungan ibu-remaja putn dan keyaic

,

t»« vane tinesi. rendahnya dukungan

W keluarga menerapkan standar prestasi yang tmgg

*ri anak dan ketidakjelasan hubungan

(33)

21

interpersonal dengan anak sehingga menimbulkan keragu-raguan pada anak

mengenai sense of effectiveness (Goldstein dan Katz, dalam Attie dan Brooks-Gunn, 1989)

f) Nilai sosial masyarakat terhadap daya tarik dan kerampingan tubuh

Stregel, Moore, Silberstein dan Rodin (dalam Lester dan Petri, 1995)

berpendapat bahwa adopsi mlai-nilai masyarakat terhadap daya tarik dan

kerampingan tubuh pada masyarakat barat, seperti di Amerika Serikat, temyata

merapakan salah satu faktor utama bagi perkembangan gangguan sikap dan

perilaku makan. Tekanan nilai ini lebih ditujukan masyarakat kepada wanita,

sehingga tanpa disadari sejak dini anak-anak perempuan sudah belajar keterkaitan

hubungan daya tarik fisik dengan sifat-sifat pribadi seseorang (Hill, 1994).

g) Status Sosial ekonomi keluarga

Hasil yang menunjukkan perilaku makan tidak sehat lebih sering terjadi

pada kelompok sosial ekonomi menengah keatas dan perbedaan ini tampak jelas

pada wanita (Wardle et al, 2004), karena wanita yang mempunyai status ekonomi

menegah keatas cenderang tidak puas akan keadaan tubuhnya karena mereka

sangat mengagungkan bentuk tubuh yang kuras (Wardle et al, 2004).

Memngkatnya sosial ekonomi suatu keluarga akan mempengaruhi gaya hidup

keluarga itu. Umumnya, gaya hidup yang diikuti adalah gaya hidup yang trend

masa itu dan menjadi simbol status kelas ekonomi tertentu. Salah satu simbol

adalah melalui tubuh. Wanita dengan status sosial ekonomi menengah keatas

memandang penting mlai kerampingan dan penampilan fisik dibanding wanita

dengan status sosial ekonomi dibawahnya (Wardle et al, 2004))

(34)

??

B. Harga Diri

I. Harga diri

Orang-orang yang memiliki rasa rendah diri sering mengalami kesulrran

data Kehidupan sosia,. Hal ini disebabfcan orang tersebu, memilki harga diri

yang rendah. Harga d,n merupakan sa.ah satu aspek yang pemmg dari

kepribad,an. Beberapa ahh me„gadakan penehtian ,e„,ang harga dm.

Coopersmith (dalam Hidayah, 1999), harga din adalah peni.aian secara g,„bal

terhadap dir, sendiri yang bersifa, khas mengenai kemampuan. keberhas.ian, sem

penenmaan yang dipertahankan oleh ind,vidl, Harga ^ ^

^ ^ ^

ind,v,d„ dengan orang ,a,„ dan merupakan dasax pembentukkan konsep diri.

Se,a»ju,„ya Coopersmith menyatakan bahwa harga diri meoipakan sua,,,

peniiaian pnbad, tentang penghargaan yang diekspresikan d,dalam s.kap ,„d,yid„

terhadap d,r,„ya sendiri. Leb,h jauh lag, Coopersmith (Afiatin, ,996)

menerangkan bahwa harga d,n da,am pcrkembangannya ,erben„,k dari imeraksi

ind,v,d„ dengan hngknngannya dan atas sej„m,ah penghargaan, penerimaan dan

periakuan orang lain terhadap dirinya. Sementara Brandshaw (,98,) memberi arii

harga diri sebaga, pemMan seseorang Ierl,adap dmnya send,n ^.^

seseorang menganggap dirinya sendin dan berbagai sudn, pandang yang

berbeda-beda. apakah sebagai seorang yang berharga atau ,ldak Ha, mi djtegaskai] ^

Koentjoro (,989) dengan menya,akan bahwa harga dirt bukm merupaKan faktor

(35)

23

hidup individu dalam hubungannya dengan orang lain maupun dengan dirinya

sendiri.

Gray Little (Fuhrmann, 1990) menyebutkan bahwa harga diri merupakan

suatu evaluasi komprehensif individu tentang diri sendiri. Evaluasi komprehensif

yang dilakukan itu berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang

mengekspresikan suatu sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan tingkat

dimana individu tersebut meyakini dirinya sendin sebagai orang yang mampu,

penting, berhasil dan berharga. (Coopersmith, 1967). Brown (Handayani, 1997)

mengemukakan bahwa harga din merupakan objek dari kesadaran diri dan

merapakan penentu penlaku. Oleh karena itu, Widodo (1998) menyatakan

perilaku merapakan mdikasi dan harga diri individu yang bersangkutan, karena

harga diri akan muncul dalam perilaku yang diamati.

Harga diri juga salah satu aspek kepribadian yang memainkan peran

penting di dalam kehidupan seseorang karena harga diri adalah dasar terbentuknya

perilaku individu yang bersangkutan. Holahan (1982) mengnungkapkan bahwa

harga diri merupakan faktor kepribadian yang menentukan strategi coping

didalam beradaptasi dalam kehidupan sosial.

Berdasarkan jabaran di atas terlihat bahwa harga diri adalah cara

seseorang memandang din dengan segala kelebihannya, kekurangannya,

kemampuannya, peneriamaan, keberhasilan dan kegagalan yang ada pada dirinya.

Harga diri adalah faktor internal yang terbentuk dari hasil interaksi dengan

lingkungan sosialnya, pengalaman, penenmaan dan penghargaan lingkungan

(36)

24

2. Ciri-Ciri Harga Diri

PenehMan Coopersmith (1967) mendapatkan bahwa i„d,y,du yang

mempunyai harga d,n „„gg, |eb,„ me„y„k„ dan menghor™,, d.nnya. me„,,a,

Ian mehba, d,nnya sebaga, cukup dapa, menghadapi dun.a yang dihayatmya

berpandangan bahwa d.rmya sejajar dengan ya„g la,„„ya, cendenmg ,,dak

menjad, perfect, mereka mengenah keterba.asannya, dan berharap un.uk ,umbu„.

Sedangkan orang ya„g mempunyai harga diri rendah cendenmg untuk menolak

dirinya, merasa dirinya selaU, ,idak puas, kurang percaya diri sehingga tidak

.iarang mereka sering .erbentur pada kesuhtan sos.al dan b,asa„ya pesim.stis

Pdalam perjataan h.dupnya, baMan rendataya harga diri cendenmg akan

ntenyebabka,, seseorang berperitaku t.dak terpuj,, karena adar,ya perasaan kurang

yakm .ertadap kemampuan dan keadaan dirinya. Bahkan para Mpsikolog]

menyatakan bahwa harga din yang rendah dapa, menimbulkan bermacam-macam

probiem pada masa remaja termasuk ke„aka,a„, masalah penlaku makan, depresi,

penyalahgunaan obat (Koentjoro, 1989)

Coopersmift juga menyatakan bahwa ind,v,du yang mempunyai harga diri

tingg, adalah individu yang puas a,as karaber dan kemampuan dirinya Mereka

akan menerrma dan memberikan penghargaan yang p„sitif dalam ^

sehingga akan menumbuhkan rasa •

dalam menyesuarkan din a,au bereaks,

•erhadap srimulus dan „„gk„ngml sosialuya. Indiy.du in, mengharapkan masukan

baik yerbal maupun „„n verbal dari orang |am ^ ^

^

^

memandang d,ri sebagai seorang yang bentilai, penting dan berharga. Ind.vidu

(37)

25

mengalami kesulitan untuk membina persahabatan dan mampu mengekspresikan pendapatnya. Sedangkan individu dengan harga diri yang berada pada tingkat

sedang pada dasaniya memiliki kesamaan dengan individu yang memiliki harga

diri tinggi dalam hal penerimaan din. Mereka adalah individu yang cenderang

optimis dan mampu menangani kritik, namun cenderang tergantung pada

penerimaan sosial dalam menampilkan tingkah lakunya. Karenanya, mereka tampak lebih aktif dibandingkan individu dengan harga diri tinggi dalam mencari

pengalaman sosial yang akan meningkatkan penerimaan dirinya di lingkungan

sosial. Sebaliknya individu dengan harga diri yang rendah adalah individu yang

menilai

dirinya secara negatif dan terfokus pada kelemahannya, hilang

kepercayaan dirinya dan tidak mampu manilai kemampuan diri. Rendahnya

penghargaan diri ini mengakibatkan individu tidak mampu mengekspresikan

dirinya dalam lingkungan sosial. Mereka tidak puas dengan karakteristik dan kemampuan diri. Mereka juga tidak memiliki keyakinan diri dan merasa tidak aman terhadap keberadaan mereka dalam lingkungan. Individu yang harga dirinya rendali adalah individu yang pesimis yang perasaannya dikendalikan oleh pendapat yang diterima dari lingkungannya (Baraalogo, 2004)

Coopersmith menyebutkan bahwa remaja yang mempunyai harga diri

tinggi, temyata mempunyai hubungan yang erat dengan orangtuanya, sebaliknya

pengalaman kegagalan emosional yang teras menerus, seperti kehilangan kasih sayang orang tua, penghinaan, dijatihi teman sebayanya, temyata dapat

(38)

26

Berdasarkan uraian di a,as dapa, d,s„np„,ka„ bahwa individu yang

mem,hk, harga d,„ yang ti„gg, mempakan ]nd,vjdu ymg ^ ^ ^^ ^

kemampuan d.nnya Mereka akan menenma dan memberikan penghargaan yang

posirif dalam dirinya, sehmgga akan menumbuhkan rasa aman, akiif dan berhasil

dalam menyesuaikan diri a«au bereaksi terhadap s.imulus dan hngkungan

sos,al„ya. kemud,an ^ membawa peilgamh pada ^.^ ^ ^

sedangkan mdividu yang memilik, harga diri yang rendah adala ind.v.du yang

Mak puas de„8an karaktens„k dm ^ ^ ^ ^^ ^

kelemahannya, hilang kepercayaan dirinya. sehmgga mereka akan merasa tidak

aman dan su„, untuk mengekspres,ka„ dinnya dalam lingkungan, rendahnya

harga din in, dapa, membawa pengaruh kurang baik bagi perilaku i„div,d„ dalam

kehidupannya.

3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Harga diri

Harga din seseorang menurat koenntjoro (1989) secara gans besar dapat

dipengarahi oleh hal-hal sebagai berikut:

a. Lingkungan Sosial

Pembentukan harga dm dimulai sejak individu mulai menyadari bahwa

dmnya berharga, a,a„ sebaliknya merasa tidak berari, dan tidak berharga. Proses

-ersebu, dmeroleh sebaga, hasil in.eraksi mdividu dengan lingkungannya,

pener,maannya, penghargaan. seria perlak™, orang lain terhadap mdividu

tersebut Selanjumya dijdaskan bahwa kehi.angan kas,h sayang, penghin^,

d,ja„h, .eman-teman. akan menun.nkan harga dm. Sebahknya pengalaman

(39)

27

keberhasilan, persahabatan, popularity akan meningkatkan harga din

(Coopersmith, 1967). Sehingga dapat disimpulkan bahwa harga din lebih

ditentukan oleh lingkungan sosialnya.

b. Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah merapakan tempat sosialisasi pertama bagi anak, sikap

orang tua dapat dikatakan sebagai faktor yang mempenganihi harga din. Karena

dan sinilah anak merasa ditenma atau ditolak, merasa berharga ataupun tidak

berharga, dicintai atau tidak dicintai oleh orangtuanya. Coopersmith (1967)

menegaskan bahwa perlakuan adil, pemberian kesempatan untuk aktif dan

pendidikan yang demokratis, didapati pada anak yang memiliki harga din tinggi.

c. Faktor Internal atau Psikologis Individu

Suatu analisis tentang harga diri yang berorientasi pada diri individu,

dijelaskan oleh Coopersmith (1967) yang menyatakan bahwa da beberapa ubahan

yang ada pada harga diri yang yang dapat dijelaskan melalui konsep-konsep

kesuksesan, nilai, aspirasi, dan mekamsme pertahanan diri. Kesuksesan dapat

membenkan arti yang tidak sama pada setiap undividu, namun tetap memberikan

arti pada peningkatan harga diri. Kesuksesan dapat dipandang sebagai hadiah,

popularitas, kepuasan ataupun yang lainnya. Nilai yang dimaksud Coopersmith di

sim lebih pada nilai konteks kompetensi yang berdasarkan lingkungan sosialnya,

sedang aspirasi dapat menjelaskan misalnya pada orang-orang yang lebih sering

sukses akan lebih objektif. dibandingkan orang yang lebih sering gagal.

Mekanisme pertahanan diri, menjelaskan bagaimana individu tersebut didalam

menghadapi kehidupan sehari-hari yang tidak mungkin sama antara individu yang

(40)

28

satu dengan yang yang lainnya. Interpretasi terhadap kenyataan ini tergantung

pada cara individu menangani masalah dan situasi, yang sesuai dengan tujuan dan

aspirasinya.

Bahkan

Branden mengatakan

bahwa

kondisi

yang dapat

mempengarahi harga diri adalah rasa ingin tahu individu terhadap segala aspek

dalam kehidupannya(Koentjoro, 1989)

d. Jems Kelamin

Pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap harga diri ditunjukkan oleh

hasil dari penelitian beberapa ahli bahwa wanita cenderang memiliki harga diri

dan kepercayaan diri yang lebih rendah dibandingkan laki-laki. Hal ini didukung

oleh penelitian Djamaludin ancok bahwa kalau wanita selalu merasa dirinya lebih

rendah daripada pria, kurang mampu, haras dilindungi, dan lain-lainya adalah

karena perasaan diri wanita itu sendiri.

e. Kondisi Fisik

Dari

penelitian

beberapa

ahli menunjukkan

kondisi

fisik

juga

mempengarahi harga diri seseorang dalam menentukan penlakunya.

C. Hubungan Antara Harga Diri Dengan Perilaku Makan Tidak Sehat Kesehatan erat hubungannya dengan kehidupan manusia. Ada Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan seseorang, antara lain faktor sosial pikologi, ekonomi, gaya hidup dan keadaan lingkungan (Sarintohe dan Prawitasari, 2006). WHO menjelaskan bahwa diantara sejumlah perilaku tidak sehat, perilaku makan adalah faktor utama yang berpengarali pada kesehatan manusia, karenajika terjadi perilaku makan yang tidak sehat yang membiasakan mengkonsumsi makanan

(41)

29

yang tidak memenuhi gizi maka akan menurankan kesehatan (Sarintohe dan Prawitasari, 2006). Masalah perilaku makan semakin meningkat ditahun treakhir-terakhir ini dan banyak terjadi pada remaja yang berhubungan dengan masa remaja yang merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Remaja mengalami perabahan fisik, kognitif, psikis, dan sosialnya. Transisi yang dialami remaja ini merupakan sumber resiko bagi kesejahteraan fisik dan mental remaja.

Remaja adalah penilai yang penting terhadap tubuhnya. Penampilan fisik merapakan suatu kontributor yang sangat berpengarah pada harga diri remaja (Adams, dkk dalam Santrock, 2003). Remaja sendirilah yang menentukan harga dirinya, namun dalam proses mental yang dialami seseorang dalam membentuk konsep fisik dirinya dipengarahi oleh gambaran dirinya yang aktual yang dibandingkan dengan harapannya atau dibandingkan dengan gambaran yang ideal. Gambaran fisik yang seharusnya atau yang ideal diperoleh remaja dari lingkungannya, baik figur ideal dari kelompok teman sebaya, lingkungan keluarga, maupun dari figur tokoh yang populer

Dimensi evaluatif yang menyeluruh pada diri ini yang dikatakan harga diri (Santrok, 2003) yang didalamnya meliputi gembaran mental tentang penampilan fisik dan perasaan yang menyertainya. Hal ini sangat dipengarahi oleh sosiokultural seseorang (Blyth, dkk,. 1985). Wanita menginginkan penampilan fisiknya seseuai dengan figur kecantikan yang ideal dan memiliki daya tarik fisik yang sesuai dengan budaya (Navid et al. dalam Maria, dkk, 2001). Sayangnya, lebih dari 30 tahun terakhir ini, standar figur yang ideal mengalami pergeseran

(42)

30

sedemikian rapa sehingga usaha keras untuk mencapai figur ini bagi sebagian

besar wanita akan gagal. Figur tubuh yang ideal saat ini adalah tubuh yang

langsing dan ramping (Maria, dkk, 2001)

Proses sosialisasi yang dimulai sejak dim' bahwa bentuk tubuh yang langsing

adalah yang diharapkan lingkungan, Menurut Huriock (Maria, dkk, 2001)

kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap berbagai bentuk tubuh pula yang

menyebabkan pada usia remaja merasa perihatin akan pertumbuhan tubuhnya

apabila tidak sesuai dengan standar budaya yang beriaku. Menurat Berhm,

lingkungan seringkali menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara

berjalan dan tampilan fisik. Tampilan yang baik sering diasosiasikan dengan

status yang lebih tinggi, kesempatan yang lebih luas untuk menarik pasangan, dan

kualitas positif lainnya. Orang lain cenderang menilai orang gemuk sebagai orang

yang malas dan suka memanjakan din sendiri, sedangkan orang yang kuras dmilai

sebagai orang yang disiplin dan teratur. Hal ini akan mempengaruhi harga diri

remaja sehingga mendorong remaja mencari jalan untuk memperbaiki penampilan

dirinya Maria, dkk, 2001). Berbagai upaya akan dilakukan remaja untuk memiliki

penampilan fisik yang ideal, antara lain mempercantik diri dan menutup keadaan

fisik yang kurang baik (Sefyaningsih, 1992).

Harter menemukan adanya hubungan yang kuat antara penampilan diri

dengan harga diri secara umum yang tidak hanya pada masa remaja tetapi

sepanjang hidup, dari masa kanak-kanak awal hingga usia dewasa pertangahan

(Santrock, 2003). Remaja putri yang memandang tubuhnya sesuai dengan harapan

(43)

31

positif dan selanjutnya akan memberi keuntungan positif bagi remaja. Menurut

Noles, rasa puas mengenai raga akan berhubungan dengan perasaan bahagia

(Afiatin dan Andayam, 1996). Ditambahkan oleh Minahan (Furhmann, 1990)

bahwa remaja putn yang menenma dinnya dan menilai dmnya menank lebih

mampu bersosial.sasi dan berhasil danpada remaja yang merasa dirinya tidak

menank. Keuntungan positif lainnya adalah timbulnya sikap positif yang

diekspresikan dalam sikap percaya diri, keyakinan din dan konsep diri yang sehat

(Afiatin & Andayani, 1996).

Huriock (1976) mengungkapkan hampir semua remaja awal mempunyai

konsep diri yang tidak realistik mengenai penampilan. Konsep ini berasal dan

anak-anak pada saat konsep din ideal terbentuk, ketika remaja mengawasi

perabahan tubuhnya dan mendapati dirinya cenderang menjadi gemuk serta tidak

sesuai dengan konsep idealnya. Kesenjangan yang dialami remaja antara harapan

dan kenyataan dapat menimbulkan citra raga yang rendah sehingga timbul harga

din yang rendah pula. Rasa tidak puas terhadap tubuh akan memmbulakan rasa

kecewa diri (Schiever dan Carver, dalam Higgins, dkk, 1986), remaja menjadi

sulit menerima diri apa adanya (Furhmann, 1990), timbul rasa malu (Cooley,

dalam Higgins, dkk, 1989), peka terhadap kntik dan responsif terhadap pujian,

serta pesimis (Brooks dan Emmert, dalam Rahmat, 1989), menyangka orang lam

tidak menyukai dmnya, dan tidak yakm pada dmnya yang selanjutnya

menimbulkan konsep dm yang kurang baik dan kurangnya harga dm selama masa

remaja. Afiatin &Andayam (1996) berpendapat tanpa konsep diri yang baik maka

(44)

~\1

terhadap diri khususnya mbnh memil.k, ko„,nb„s, terhadap harga diri sekitar

43,56% (Secord dan Jourard, dalam Mariano-,, ,996,), sehingga dapa, d,ka,akan

dengan rendahnya pen.laian terhadap diri wani.a, maka harga dmnya pun

kemungkinan menuran.

Orang yang mem,l,k, harga dir, „„gg, me„ha, d,„„ya men^, mampu

menghadap, hngkungan, menunjukkan penenmaan diri y„g „„g8, terhadap

orang lam dan cenderung l„as data, hubungan sos,al„ya. C„„perSmi(h ,,967,

j»8» menemukan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang ,,„ggi akan

percaya diri dan mampu me„yes„aika„ d.ri Remaja yang harga d,rinya tingg,

ttdak ,erpe„gan,h untuk ,MJalanka„ perilaku yang beres,ko terhadap kesehatan

seperti pe„,aku makan „dak seha, hanya „„,„k me,„perba,ki penampilamrya,

jfapun han,s melakukan perbaikan penman, maka mereka akan me„ja,ani

Program penury badan dengan tidak berlebihan dengan cara mengatur pola

makan yang seha, sehingga tidak sampai terjadi gangguan p„la makan. Mereka

akan ,e,ap tampil penuh percaya dm dengan apa yang ada pada dmnya. Remaja

yang memihk, harga diri rendah, mengalami hambatan sosial, menganggap

dinnya tidak menank, segan menampakka, din dan k„ra,g menunjukka, afeks,.

Oelfand (H.dayah, 1999) menyatakat, bahwa orang yang me,m,ik, harga diri

rendah, merasa tidak seimbang dengan orang ,a,„, malu dan mengalam, h^batan

dalarn hubungan sosiaj. De vito (Afiatin &Andayaii, 1996) menyatakan ^

salah satu cara un.uk mencapa, imeraksi sosial adalah dengan mela.ui bergaul.

Seseorang mmgdiam, kes„,,m bergau| ^

^

^ ^ ^ . ^

(45)

33

menganggap dirinya tidak menarik, dan takut ditolak (Afiatin dan Andayani, 1996) dan menyatakan bahwa akibat perasaan serba kurang tersebut, akan menyebabkan seseorang memiliki harga diri rendah dan menghindar dari kelompok sosialnya. Remaja dengan harga diri rendah yang merasa ditolak oleh lingkungan cenderang memiliki simptomp depresif yang lebih tinggi (hidayah, 1999), pada sebagian remaja, ketika mereka dalam keadaan yang diliputi perasaan atau emosi yang negatif maka ia akan malakukan pelarian terhadap makanan, meraka akan makan lebih banyak dari biasanya, maka dapat dikatakan bahwa remaja yang berharga diri rendah akan cenderang memiliki perilaku makan yang tidak sehat misalnya jika mereka ingin menurankan berat badan demi penampilan maka mereka rela menjalani diet yang sangat ketat. Kalau merasa lapar, dirinya tak segera makan, tetapi dibiarkan agar tetap lapar, demikian hal ini dilakukan beralang-ulang kal, hal tersebut terjadi karena ketidaktahuan mereka tentang pola makan yang baik, sehingga mengganggu pola pengaturan makannya sehingga mereka memilki kebiasaan makan yang tidak sehat, akibatnya remaja justra mengalami gangguan makan (Berk, dkk dalam Santrock 2003), maka dapat disimpulkan bahwa individu yang berharga diri rendali akan memiliki perilaku makan yang tidak sehat.

Berdasarkan penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki harga diri yang tinggi akan merasa percaya diri pada dirinya sendiri dan akan sukses dalam hubungan sosialnya. Sedangkan orang yang memiliki harga diri yang rendah akan mengalami kesulitan dalam menerima diri sendiri tenitama dalam penampilan (merasa tidak menarik), segan untuk bersosialisasi. Dengan

Gambar

Grafik Normalitas &#34;OO 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0 42.5 47.5 52.5 57.5 62.5 67.5 Harga Diri 35.0 4°-° 45.0 50.0 55.0 60 0 3?5 42.5 47.5 52.5 57.5 Perilaku Diet Std
Grafik Linieritas

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Tugas Perkembangan Keluarga Tahap II (Childbearing Family) dengan Kelengkapan Imunisasi DPT pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Mangli Kabupaten Jember

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa 7 (tujuh) BUMN di Kota Bandung mampu memenuhi ketujuh karakteristik penerapan ERP yang baik yaitu penggunaan paket

Pada penderita DM mempunyai resiko penyakit jantung dan ginjal maka harus berhati-hati dalam menggunakan bumbu- bumbu ini, Makanlah makanan yang belum

KAJIAN KONSEPTUAL DAN FAKTUAL PENDIDIKAN NONFORMAL SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KELEMBAGAAN AKADEMIK DAN PEMERINTAH.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

A adalah kondisi awal anak yang memiliki kesulitan dalam melakukan gerakan melompat sederhana yang diberikan dan tanpa perlakuan pada kemampuan akademiknya, B

Analisis terhadap model daya saing daerah membawa implikasi dibutuhkannya strategi dan kebijakan pembangunan daerah berbasis penumbuhan daya saing yang berproses secara dinamis

Bermain alat musik dapat memberikan wadah bagi anak untuk mengekspresikan diri dengan percaya diri. Permainan yang melibatkan aktivitas fisik akan membantu anak untuk

Mereka sering dipakai dalam bentuk barang yang bersifat pakai- buang (disposable) seperti lapisan pengemas, namun ditemukan juga pemakaiannya dalam barang-barang