• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analitis Kritis KTSP dan Wacana Kurikulum 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analitis Kritis KTSP dan Wacana Kurikulum 2013"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Analitis Kritis KTSP dan Wacana Kurikulum 2013

N a m a : M. Yusuf Amin Nugroho

Jika anda menggunakan tulisan ini sebagai referensi sebagainya cantumkan link

berikut di footnote dan daftar pustaka.

Itulah etika di dunia penulisan ilmiah

http://www.tintaguru.com/2013/05/kurikulum-dan-evaluasi-pendidikan.html

A. Pendahuluan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum lama ini mewacanakan tentang rencana revisi kurikulum pendidikan nasional. Wacana tersebut dilontarkan beberapa hari pasca tragedi tawuran antarpelajar di Jakarta, selain juga disinyalir didorong oleh pernyataan Wakil Presiden Boediono tentang pendidikan sebagai kunci pembangunan. Meski terkesan reaksionis yang agak berlebihan, tetapi keinginan pemerintah merevisi Kurikulum Tingkat Standar Pendidikan (KTSP) yang sudah diberlalukan sejak 2006 patut mendapatkan perhatian.

Harus diakui bahwa dunia pendidikan nasional belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Sekolah yang diharapkan bisa melahirkan generasi-generasi berkarakter ternyata justru menjadi pabrik yang memproduksi manusia-manusia ‘robot’. Kurikulum yang berlaku saat ini dianggap sebagai biang kerok kemandegan dan kebobrokan dunia pendidikan, salah satunya karena hanya memotivasi siswa untuk hal-hal yang berkenaan dengan kerja intelektual, Ujian Nasional misalnya. Itulah sebabnya, kurikulum dipandang perlu untuk direvisi.

(2)

Makalah ini akan membahas lebih jauh tentang pengertian, fungsi dan komponen kurikulum untuk kemudian dilanjutkan dengan mengalitisis secara kritis bagaimana KTSP dijalankan. Juga berkaitan dengan wacana kurikulum 2013 yang bahkan sudah mulai diterapkan dan akhir-akhir ini marak diperbincangkan.

Beberapa pertanyaan yang akan dijawab di antaranya, bagaimana konsep dasar dan karakteristik KTSP, dan kenapa kemudian pemerintah merasa perlu untuk mengakhiri “napas kurikulum” tersebut diusianya yang belum genap 10 tahun? Lalu, bagaiamana dengan konsep kurikulum 2013 itu sendiri? Apakah Kurikulum 2013 lebih baik dari KTSP, atau justru sebaliknya. Penulis berusaha menghadirkan pandangan para pakar pendidikan, untuk kemudian menganalisisnya berdasarkan pikiran penulis sendiri.

B. Pengertian, Fungsi dan Komponen Kurikulum

Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”

Tidak jauh beda dengan pengertian kurikulum di atas, para ahli mengartikan kurikulum sebagai berikut1:

a. Saylor J. Gallen & William N. Alexander: “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar, baik berlangsung di kelas, di halaman, maupun di luar sekolah”. b. Soedijarto: “Segala pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan dan diorganisiasi

untuk diatasi oleh para siswa/mahasiswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.

c. Sarimuda Nasution: “Usaha-usaha perbaikan dalam bidang pendidikan dan administrasi pendidikan” (gabungan definisi saylor Alexander & William B. Ragan).

Sementara itu, Moh. Roqib menjelaskan bahwa kurikulum merupakan softwere, yang bentuk operasionalnya menjabarkan konsep pendidikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Objek kajian dalam kurikulum tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang dilandasi prinsip dasar dan filsafat yang dipilih, kualifikasi pendidikan, kondisi subjek didik, materi yang akan diajarkan, buku teks, organisasi kurikulum, penjejnjangan ,metode, bimbngan dan penyuluhan, administrasi, prasarana, biaya, lingkungan, evaluasi, pengembangan, dan tindak lanjut.2

Berdasarkan pengertian kurikulum yang terdapat di Undang-undang maupun pendapat para ahli, maka dapat dimengerti bahwa kurikulum adalah segala sesuatu yang 1 ___, Pengertian dan Hakikat Kurikulum,

http://azmi648.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-hakikat-kurikulum.html, diunduh 12 September 2013.

2 Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Islam Integratif di Sekolah, Keluarga, dan

(3)

dijadikan acuan dalam penyelenggaraan pendidikan, baik di dalam mapun di luar kelas, guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Sementara itu, berkaitan dengan fungsi kurikulum bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat enam fungsi kurikulum3, yaitu:

a. Fungsi Penyesuaian (the adjustive or adaptive function)

Kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat

well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik fisik maupun sosial.

b. Fungsi Integrasi (the integrating function)

Kurikulum harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat dan karenanya harus memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan masyarakatnya. c. Fungsi Diferensiasi (the differentiating function)

Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.

d. Fungsi Persiapan (the propaedeutic function)

Kurikulum harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.

e. Fungsi Pemilihan (the selective function)

Kurikulum harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

f. Fungsi Diagnostik (the diagnostic function)

Kurikulum mesti membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya.

Adapun komponen kurikulum meliputi 4 unsur4, yaitu: tujuan, isi (bahan pelajaran),

strategi pelaksanaan (proses belajar mengajar), dan penilaian (evaluasi)

a. Komponen Tujuan, merupakan suatu program yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan itulah yang dijadikan arah atau acuan segala kegiatan pendidikan yang dijalankan. Berhasil atau tidaknya program pengajaran di sekolah dapat diukur dari seberapa jauh dan banyaknya pencapaian tujuan-tujuan tersebut.

b. Komponen Isi/Materi. Isi program kurikulum adalah segala sesuatu yang diberikan kepada anak didik dalam kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan. Isi kurikulum meliputi jenis-jenis bidang studi yang diajarkan dan isi program masing-masing bidang studi tersebut. Bidang-bidang studi tersebut disesuaikan dengan jenis, jenjang maupun jalur pendidikan yang ada.

3 _____, Pengertian dan Fungsi Kurikulum,

http://ikhwan-insancita.blogspot.com/2012/05/pengertian-kurikulum-fungsi-dan.html, diunduh 12 September 2013

(4)

c. Komponen Strategi. Strategi merujuk pada pendekatan dan metode serta peralatan mengajar yang digunakan dalam pengajaran. Tetapi pada hakikatnya strategi pengajaran tidak hanya terbatas pada hal itu, tetapi juga cara yang ditempuh dalam melaksanakan pengajaan, mengadakan penilaian, pelaksanaan bimbingan dan mengatur kegiatan, baik yang secara \umum berlaku maupun yang bersifat khusus dalam pengajaran.

d. Komponen Evaluasi. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi, efisiensi, kelaikan (feasibility) program.

C. Analitis Kritis KTSP

1. Konsep Dasar KTSP

Konsep terpenting yang perlu mendapat penjelasan dalam teori kurikulum adalah konsep kurikulum. Ada tiga konsep tentang kurikulum, yakti kurikulum sebagai substansi, sebagai sistem, dan sebagai bidang studi.

Konsep pertama, kurikulum sebabagi satu substansi, suatu kurikulum dipandang orang

sebagai suatu rencana kegiatan belajar bagi murid-murid di sekolah atau seabgai satu perangkat tujuan yag ingin dicapai.

Konsep kedua, kurikulum sebagai suatu sistem, yaitu sistem kurikulum. sitem kurikulum mereupakan bagian dari sistem persekolahan, sistem pendidikan bahkan sistem masyarakat. Suatu sistem kurikulum mencangkup struktur personalia dan prosedur kerja bagaimana cara menyusun suatu kurukulum, melaksanakan, mengevaluasi, dan menyempunakakannya.

Konsep ketiga, kuriulum sebagai suatu bidang studi yaitu bidang studi kurikulum. Ini merupakan bidang kajian para ahli kurikulum dan ahli pendidikan dan pengajaran. Tujuan kurikulum sebagai bidang studi adalah mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulum.5 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2, sebagai berikut : a. Pengembangan kurikulum mengacu pada Standar Nasional Pendidikan untuk

mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.

(5)

b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Meski dilakukan oleh satuan pendidikan masing-masing, namun semua KTSP yang dikembangkan oleh masing-masing sekolah dan daerah itu, akan memiliki warna yang sama, yakni warna yang digariskan oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP). Hal ini sejalan dengan Falsafah Bhineka Tunggal Ika sehingga pendidikan yang diimplementasikan secara beragam tetap dapat dijadikan sebagai alat pemersatu bangsa, untuk menjaga kesatuan dan persatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Dalam KTSP, sekolah maupun perguruan tinggi diberi wewenang untuk mengatur pembelajaran yang sesuai dengan visi dan misinya. Pemerintah pusat hanya memberikan Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar sebagai acuan, dan pihak sekolah diberikan kebebasan untuk mengembangkannya dalam butir-butir indikator dan membuat strategi agar tujuan pendidikan yang diharapkan dapat tercapai.

2. Karakteristik KTSP

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memungkinkan berkurangnya materi pembelajaran yang banyak dan padat, tersusunnya perangkat standar dan patokan kompetensi yang perlu dikuasai oleh peserta didik, berkurangnya beban tugas guru yang selama ini sangat banyak dan beban belajar siswa yang selama ini sangat berat, serta terbukanya kesempatan bagi sekolah untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah.

Kusnandar, dalam Astrida7, menerangkan, sebagai sebuah konsep dan program, KTSP

memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) KTSP menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal. Dalam KTSP peserta didik dibentuk untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap, dan minat yang pada akhirnya akan membentuk pribadi yang terampil dan mandiri; (2) KTSP berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman; (3) penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi; (4) sumber belajar bukan hanya guru, tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif; (5) penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

Lebih lanjut, Astrida menjelaskan, bahwa dalam KTSP hanya dideskripsikan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Guru sendiri yang harus menentukan indikator dan materi pokok pelajaran, disesuaikan dengan situasi daerah dan minat peserta didik. Dalam KBK 2004 dideskripsikan kompetensi dasar, dijabarkan indikator, dan bahkan dipetakan pula 7 Astrida, Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Implementasinya,

(6)

materi pokok pelajaran. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan KTSP di sekolah (kepala sekolah dan guru) diberikan otonomi yang lebih besar dalam pengembangan kurikulum dengan tetap memperhatikan karakteristik KTSP, karena masing-masing sekolah dipandang lebih tahu tentang kondisi satuan pendidikannya. Keberhasilan atau kegagalan implementasi kurikulum di sekolah sangat bergantung pada kepala sekolah dan guru, karena dua figur tersebut merupakan kunci yang menentukan dan menggerakkan berbagai komponen di lingkungan sekolah. Setiap sekolah dapat mengelola dan mengembangkan berbagai potensinya secara optimal dalam kaitannya dengan implementasi KTSP.

Menurut Rusman (2009, hlm. 474 - 475), sebagaimana diungkapkan Astrida, prinsip-prinsip pengembangan KTSP adalah:

a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.

b. Beragam dan terpadu

c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan

e. Menyeluruh dan berkesinambungan f. Belajar sepanjang hayat

g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

h. Berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan KTSP di atas pada praktek pengajaran di dalam kelas sangat tergantung pada situasi dan kondisi peserta didik di sekolah sehingga setiap guru memiliki kebebasan untuk menentukan materi pelajaran (standar kompetensi dan kompetensi dasar), indikator, metode, media, dan ketercapaiannya.

3. Analitis Kritis KTSP

Dalam makalahnya berjudul Pemikiran dan Kritik Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Saeful Bahri mengutip pendapat Jerome S. Arcaro, bahwa di dalam perspektif paradigma mutu, bahwa mutu berarti “perubahan berazas manusiawi” dan “tepat untuk pakai”. Dengan demikian, pendidikan yang berorientasi pada mutu bukan hanya sebatas peningkatan kualitas peserta didik di bidang akademik dan keilmuan. Akan tetapi lebih dari itu bahwa, di dalam penyelenggaraan pendidikan harus memberi nilai manfaat yang lebih praktis bagi pemenuhan kebutuhan hidup peserta didik dan masyarakat. Sebagaimana ditegaskan oleh Dr Joseph M. Juran bahwa dasar misi mutu sebuah sekolah adalah “mengembangkan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat”. 8

Paradigma ini, lanjut Saeful, memiliki relevansi kuat dengan konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), karena essensi KTSP adalah merupakan penyelenggaraan 8 Saeful Bahri , Pemikiran Dan Kritik Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),

(7)

pendidikan yang bersifat otonom. Melalui otonomi sekolah, dituntut setiap satuan pendidikan untuk menyusun dan mengembangkan kurikulum berbasis mutu. Yaitu kurikulum yang disesuaikan berdasar kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan ketrampilan pribadi, ketrampilan berpikir, ketrampilan sosial, ketrampilan akademik, dan ketrampilan vokasional merupakan keniscayaan dalam KTSP. (Permendiknas, No 22 tahun 2006).

Namun demikian, KTSP yang dipraktekkan di tingkat satuan pendidikan, tidak sebagus apa yang ada dalam konsep. Ada banyak kendala KTSP, yang sebagian besar berpusat pada kemampuan guru.

Guru memang dibebaskan untuk membuat silabus dan mengembangkan SK/KD tetapi, sebagaian besar guru justru mengkopi paste yang sudah ada, atua mencontoh administrasi yang diberikan oleh Badan Standarisasi Pendidikan Nasional.

Sebenarnya konsep KTSP sangat baik, tetapi lagi-lagi dalam hal penerapannya terdapat kontradiksi. Kebebasan sekolah dibatasi dengan evaluasi Ujian Nasional merupakan bukti bahwa pendidikan masih berjalan sentralistik. Kelulusan, bukan ditentukan oleh pihak sekolah secara otonom, tetapi ditentukan oleh pemerintah pusat. Ini yang kemudian menjadikan KTSP perlu untuk dikoreksi.

Belum lagi penerapan Sekolah Standar Nasional (SSN) dan Sekolah Standar Internasional (SBI) yang tidak sesuai dengan semangat pendidikan nasional, dimana pendidikan yang anti diskriminasi. Embel-embel SBI dan SSN sekadar identitas dan dengan embel-embel itu pula seolah-olah sekolah kemudian berhak menarik biaya lebih tinggi terhadap peserta didik. Akibatnya, peserta didik yang berasarl dari ekonomi lemah tidak mendapatkan haknya bersekolah di sekolah yang berkualitas.

D. Wacana Kurikulum 2013

Ketika banyak praktisi pendidikan, khususnya guru, belum memahami dan menerapkan konsep KTSP, pemerintah sudah mengubah kurikulum tersebut. Perubahan kurikulum akan berdampak besar pada perubahan-perubahan lain di tingkat stakeholder, selain juga membutuhkan anggaran yang besar. Oleh sebab itu, agar nasib kurikulum yang kemudian diberi nama Kurikulum 2013 tidak setali tiga uang dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya, penting sekali dilakukan penggodokan sampai benar-benar matang.

Namun begitu, sejauh ini pemerintah hanya melemparkan wacana yang sepotong-sepotong kepada masyarakat. Misalnya, bahwa pada Kurikulum 2013, akan ada penggabungan beberapa mata pelajaran dan penguatan pada nilai-nilai karakter. Wacana yang sepotong-sepotong tersebut justru membuat masyarakat bingung dan frustasi.

(8)

diuji cobakan dan kemduian disahkan. Tetapi, keterlibatan para tokoh dan pakar pendidikan saja tidak cukup menjamin lahirnya kurikulum yang baik. Lebih-lebih jika polanya masih bersifat ‘tradisional’ seperti proses lahirnya kurikulum-kurikulum sebelumnya.

Benarlah, Konsep Kurikulum 2013 ternyata tidak membasa sesuatu yang baru. Kurikulum yang menitik beratkan pada keaktifan siswa belajar ini nyaris sama dengan kurikulum Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) yang telah puluhan tahun lalu digunakan.

Tetapi toh kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan di sekolah-sekolah. Mengapa harus berubah? Itulah pertanyaan yang akan kita jawab.

Ada beberapa hal yang mengemuka, kenapa kurikulum KTSP harus diganti, antara lain:

1. Kurikulum 2013 perlu berubah untuk mempersiapkan generasi sekarang agar mampu menjawab tantangan masa depan Indonesia. Tuntutan masa depan berubah, maka kita perlu menyesuaikan kurikulum pendidikan kita.

2. Substansi perubahan kurikulum 2013 adalah perubahan pada: Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi (kompetensi inti dan kompetensi dasar), Standar Proses, dan Standar Penilaian.

3. Menurut Pak Wamen Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim Perubahan kurikulum merupakan keharusan. Kualitas pendidikan Indonesia sudah sangat jauh tertinggal dibandingkan dengan negara lain.9 Perubahan kurikulum ini untuk

mengatasi ketertinggalan Indonesia. ”Jika penerapan kurikulum ditunda, akan lebih lama kita mengejar ketertinggalan dari negara lain.

4. Dengan kurikulum baru diharapkan menghasilkan lulusan dengan kompetensi tinggi dan berpikir analitis.

Berdasarkan paparan Mendikbud Mohamad Nuh, Penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013 adalah sebagai berikut:

No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari

Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan diturunkan darikebutuhan 2 Standar Isi dirumuskan berdasarkan Tujuan

Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran

3 Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan, dan

pembentuk pengetahuan

Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan,

9 Kompetensi pelajar Indonesia masih di bawah pelajar lain di Asia, seperti Jepang, Thailand, Singapura, dan

(9)

4 Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai

5 Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (tiap kelas)

Melihat tabel tersebut, maka kita berpikir bahwa jika dalam Kurikulum model KTSP yang dikembangkan berdasarkan pedoman dan rambu-rambu yang ditetapkan oleh BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) menghargai otonomi guru dan sekolah serta keanerakagaman budaya dan konteks setempat. Kurikulum model KTSP memberi peluang bagi guru dengan harapan model KTSP dapat menjadi pedoman bagi guru dalam menyusun silabus yang sesuai dengan kondisi sekolah dan potensi daerah masing-masing. Sedangkan kurikulum 2013 jelas tidak menghargai otonomi guru, sekolah, dan daerah. Penetapan Silabus dari pusat juga bisa membuat guru tidak kreatif.

Selain itu, rumusan kompetensi inti tidak berdasarkan kajian mendalam dan hasil riset dan inovasi. Hubungan antara kompetensi inti dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran tidak koheren sehingga berdampak meningkatnya kepadatan kompetensi dan materi pada tiap mata pelajaran.

Adapun langkah penguatan tata kelolanya adalah sebagai berikut:

• Menyiapkan buku pegangan pembelajaran yang terdiri dari:

– Buku pegangan siswa

– Buku pegangan guru

(10)

• Memperkuat peran pendampingan dan pemantauan oleh pusat dan daerah dalam pelaksanaan pembelajaran.

Dalam kurikulum 2013 beban guru dan murid disinyalir akan lebih ringan dari pada ketika menggunakan kurkulum model KTSP. Berikut adalah salah sau contoh penyesuaian beban guru dan murid SD:

Disana kita melihat, guru dan siswa diberi buku gratis oleh pemerintah pusat. Di sinilah berbagai kritik kemudian dilontarkan. Banyak kalangan menganggap bahwa buku yang diterbitkan oleh pemerintah seringkali tidak bermutu, dan kurang sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan tertentu. Pola sentralisasi penerbitan buku ini juga rawan penyelewengan anggaran. Selain juga, membuat guru-guru tidak kreatif untuk menentukan buku yang akan dijadikan acuannya, atau bahkan membuat buku sendiri.

(11)

Penghilangan mata pelajaran seperti Teknik Informatika (TIK) menuai kontroversi. Intergrasi TIK dalam semua mata pelajaran mustahil dilakukan, khususnya untuk sekolah-sekolah yang tiak memiliki perangkat TIK.

Selain itu, jumlah mata pelajaran dalam kurikulum 2013 dikurangi dengan maksud mengurangi beban belajar siswa, namun muatannya berlipat ganda karena mengikuti alur pikiran kompetensi inti dan jumlah jam pelajaran per minggu ditambah. Dampaknya adalah beban belajar siswa semakin berlipat ganda.

Penolakan terhadap kurikulum jelas akan memacetkan proses pembelajaran. Oleh karena itu, revisi kurikulum mestinya lebih inklusif, demokratis, dan tidak terburu-buru.

Selama ini, pengamatan mengenai sejumlah karakteristik perkembangan kurikulum di Indonesia menyarankan perlunya studi yang mendalam mengenai mengapa kurikulum senantiasa bersifat problematis. Dalam ekspose awal ini diidentifikasi beberapa faktor lahirnya kondisi yang problematis tersebut yang akhirnya bersinergi sebagai kurikulum yang menjebak. Sumber dan karakteristik kurikulum yang menjebak ternyata menjadi daya halang yang menyebabkan guru tidak dapat secara optimal melaksanakan apa yang diharapkan dari mereka. Bahkan tidak mustahil birokrasi dan penyusun kurikulum pun terjebak sendiri oleh ciptaannya.10

(12)

etika dan estetika, menjadi kabur. Lingkungan pendidkan pun, habitat guru berbakti, tidak banyak--kalau ada--memberikan dukungan pada keberhasilan pelaksanaan kurikulum. Karena itu, ketika kurikulum yang tidak ramah guru akhirnya jatuh di tangan mereka untuk dilaksanakan, kegagalan yang dihindari justru menjadi kenyataaan.11

Apa pun itu, kurikulum 2013 sudah diterapkan dan dipraktekkan disekolah-sekolah yang ditunjuk oleh Kemendikbud. Kita hanya bisa berharap, pemerintah agar selalu mendampingi para guru seabai ujung tombak pelaksana kurikulum untuk bisa mengamalkan dan mempraktekkan kurikulum itu dengan baik. Sebab, sebaik apapun konsep kurikul 2013, kalau itu tidak diikuti dengan pemahaman dan pendampingan yang terarah maka mustahil ia bisa membuahkan hasil yang baik.

Masalah rendahnya kualitas guru, seharusnya bukan dijawab dengan pergantian kurikulum baru. Semestinya pemerintah menjawabnya dengan pelatihan-pelatihan guru yang mampu meningkatkan kualitas guru. Pendidik kita banyak yang belum mengikuti pelatihan untuk meningkatkan profesionalitasnya. Bahkan ada guru PNS di daerah yang sudah puluhan tahun belum mendapatkan pelatihan guru dari pemerintah. Itulah fakta yang dapat dilihat dengan kasat mata, tanpa harus melakukan penelitian.

E. Penutup

Kita tahu, kurikulum memiliki sifat dinamis sehingga mesti dievaluasi dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Di Indonesia sendiri, kita tahu, perubahan kurikulum sudah terjadi 9 kali sejak kemerdekaan. Sayangnya, belum ada perubahan signifikan dari perubahan tersebut, selain pada wilayah administratif. Kualitas pendidikan yang menjadi tujuan utama dari dibentuknya suatu kurikulum tidak pernah menunjukkan hasil yang memuaskan.

Setiap kurikulum sebenarnya memiliki tujuan yang baik, namun demikian penerapannya seringkali jauh dari harapan. KTSP misalnya, yang dipraktekkan di tingkat satuan pendidikan, tidak sebagus apa yang ada dalam konsep. Ada banyak kendala KTSP, yang sebagian besar berpusat pada kemampuan guru.

Dalam KTSP, guru memang dibebaskan untuk membuat silabus dan mengembangkan SK/KD, tetapi sebagaian besar guru justru mencontoh (copy-paste) yang sudah ada, atua mencontoh administrasi yang diberikan oleh Badan Standarisasi Pendidikan Nasional.

Sebenarnya konsep KTSP sudah baik, tetapi lagi-lagi dalam hal penerapannya terdapat kontradiksi. Kebebasan sekolah dibatasi dengan evaluasi Ujian Nasional merupakan bukti bahwa pendidikan masih berjalan sentralistik. Kelulusan, bukan ditentukan oleh pihak sekolah secara otonom, tetapi ditentukan oleh pemerintah pusat. Ini yang kemudian menjadikan KTSP perlu untuk dikoreksi.

(13)

Begitulah, KTSP belum sepenuhnya dipahami dan dipraktekkan, tetapi pemerintah telah mengakhiri napasnya. Kurikulum 2013 sudah mulai diterapkan disejumlah sekolah. Perubahan kurikulum akan berdampak besar pada perubahan-perubahan lain di tingkat

stakeholder, selain juga membutuhkan anggaran yang besar.

(14)

Daftar Pustaka

___, Pengertian dan Hakikat Kurikulum, http://azmi648.blogspot.com/2013/03/pengertian-dan-hakikat-kurikulum.html, diunduh 12 September 2013.

_____, Pengertian dan Fungsi Kurikulum,

http://ikhwan-insancita.blogspot.com/2012/05/pengertian-kurikulum-fungsi-dan.html, diunduh 12 September 2013

Astrida, Konsep Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dan Implementasinya, http://sumsel.kemenag.go.id/file/dokumen/ktsp.pdf, diunduh 13 September 2013.

Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Islam Integratif di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, Jogjakarta: LKiS, 2007

Saeful Bahri , Pemikiran Dan Kritik Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), http://pakepul.blogspot.com/2011/09/pemikiran-dan-kritik-implementasi.html, diunduh 13 September 2013

Standar Nasional Pemdidikan (SNP) pada pasal 1 ayat 15

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Jakarta, Grasindo, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Fungi mikoriza arbuskula merupakan mikroba tanah yang bersimbiosis.. dengan akar

[r]

You are the desktop administrator for Certkiller .com. All employees use Windows XP Professional computers. A user named Julie is a member of the Sales user group. She reports that

Polda Metro Jaya meliputi Polres Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Kepulauan Seribu, Kabupaten Bekasi, Kota Bekasi,Kabupaten Tangerang,

Identifikasi hama dan patogen penyakit dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dengan menggunakan

Jenis Barang /Nama Barang Kode Barang. Buku /

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana peningkatan keterampilan generik sains dan hasil belajar ranah kognitif siswa SMP pada. materi kalor

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui faktor ekonomi makro yang mempengaruhi konsumsi masyarakat Jawa Timur, (2) menganalisis kecenderungan mengkonsumsi