TAHAPAN UPACARA PERKAWINAN ETNIK GAYO
DI KECAMATAN SERBEJADI
KABUPATEN ACEH TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Antropologi
OLEH :
DIAH UTRAI PRASETIA
NIM. 309122016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Diah Utari Prasetia NIM : 309122016
Program Studi : Pendidikan Antropologi Fakulktas : Ilmu Sosial
Menyatakan dengen sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah hasil karya sendiri, bukan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan hasil jiplakan atau duplikat, maka saya bertanggung jawab untuk bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Medan, Juli 2013 Pembuat Pernyataan,
iv
ABSTRAK
DIAH UTARI PRASETIA, 309122016, “TAHAPAN UPACARA PERKAWINAN ETNIK GAYO DI KECAMATAN SERBEJADI KABUPATEN ACEH TIMUR”, Skripsi S1, Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan 2013.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui tahapan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi, 2. Untuk mengetahui upacara perkawinan etnik Gayo ada pengaruh kebudayaan lain atau tidak, 3. Untuk mengetahui Sejarah Desa Lokop, 4. Untuk memperkenalkan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi pada masyarakat Aceh khususnya dan masyarakat Indonesia umumnya.
Teori yang digunakan adalah teori evolusi keluarga yang dicetuskan oleh J.J. Bachoven karena sepasang pemuda akan menghadapi kehidupan yang baru, dan Akulturasi yakni melihat adanya perubahan dalam kegiatan upacara perkawinan Etnik Gayo.
Penelitian ini dilakukan di desa Lokop Kecamatan Serbejadi. Untuk memperoleh data tersebut penulsi menggunakan metode penelitian kualitatif dengan narasumber tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat dan pihak keluarga. Data dikumpulkan dengan teknik: Observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa Lokop berasal dari nama buah yakni buah mangga hutan. Takengon, Bener Meuriah dan Lokop berasal dari satu rumpun. Namun, setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara adat yang ada di Takengon khususnya tahapan-tahapan upacara perkawinannya berbeda. Yakni dimulai dari tahap a. Risik kono (Perkenalan Keluarga); b. Munginte ( Melamar atau Meminang); c. Turun caram (Mengantar Uang); d. Pakat sara ine (Musyawarah keluarga perempuan); e. Segenap dan Begenap (Musyawarah dan keluarga); f. Jege kul (Jaga semalaman); g. Berguru ( Memberi nasihat); h. Munalo (Mengantar pengantin laki-laki); i. Mah bai (Mengarak pengantin laki-laki); j. Akad nikah; k. Pesta; l. Mah Beru (Mengantar pengantin perempuan); m. Mujele Gule (Mengantar Lauk); n. Mah Kero (Mengantar nasi); o. Munenes (Ngunduh mantu). Kelengkapan yang digunakan pada upacara perkawinan yakni beras, sirih atau dalam bahasa Gayonya Mangas, tempat sirih, sejumlah uang, jarum, kunyit, dan juga pada adat tepung tawar banyak yang digunakan dedaunan seperti: Dedingin, batang teguh, ongkal, celala. Di desa Lokop ada 3 bentuk perkawinan yakni kawin Juelen, kawin Lari, kawin angkap, rangkaian adat upacara perkawinan etnik Gayo yang ada di desa Lokop.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti dapat menyimpulkan bahwa tahapan upacara perkawinan yang ada di desa Lokop unik dan tidak dijumpai pada etnik lain, walaupun itu berasal dari satu rumpun yakni Takengon, Beuner Meriah.
i
KATA PENGANTAR
BismillahirrahmanirrahimSegala puji dan syukur terlebih dahulu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terhingga, akhirnya skripsi ini yang berjudul “Tahapan Upacara Perkawinan Etnik Gayo di Kecamatan Serbejadi Kabupaten Aceh Timur” dapat diselesaikan. Shalawat beruntaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hanturkan untuk baginda Rasullullah SAW beserta kelarga dan para sahabat-Nya, semoga kelak mendapatkan syafaat dari beliau di hari akhir nanti. Tulisan ini merupakan salah satu syarat yang diperuntukkan bagi setip mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan didalamnya, hal ini tentunya disebabkan karena segala keterbatasan yang dimiliki oleh penulis baik yang bersifat materil maupun non materil. Penulis berharap semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si sebagai Rektor UNIMED 2. Bapak Dr. Restu M.S sebagai Dekan FIS UNIMED
3. Ibu Dra. Puspitawati, M.Si sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi sekaligus sebagai Dosen Pembimbing Skripsi penulis, yang telah banyak memberikan bimbingan, bantuan, arahan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik
4. Ibu Supsiloani, M.Si sebagai Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan bimbingan arahan dan masukkan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ii
6. Ibu Noviy Hasanah, M.Hum sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Seluruh Dosen dan Civitas akademik Program Studi Pendidikan Antropologi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu terima kasih atas ilmu, kenangan, pengalaman dan motivasi selama ini.
8. Kedua orang tua penulis Ayahanda Selamat, S.Pd dan Ibunda tercinta Rita yang telah senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, dan dukungan baik material maupun non material, dan telah membantu penulis melakukan penelitian, serta senantiasa memberikan doa sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik. 9. Kedua adik penulis, Ansrinsyah dan Mahjati Dzakirah yang selalu
memberikan semangat, do’a dan perhatinannya kepada penulis.
10.Seluruh keluarga besar saya di Langsa dan di Medan yang telah memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
11.Bapak Suharto, S.Pd terimakasih atas petunjuk, dan motivasinya yang telah ikut mensukseskan penelitian ini.
12.Kakanda Tri Adi Syahputra Saragih yang telah memberikan banyak perhatian, motivasi, bimbingan, semangat dan kasih sayang sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
13.Teman-teman satu Pembimbing Skripsi Ayu Febryani, Syarifah Hanim, Nurlela, Yudha Gusti Dermawan, Aldrin Yudhistira yang telah bekerja sama dan menjadi penyemangat dalam pembuatan skripsi ini.
14.Keluarga Antropologi Angkatan 2009, Firman Alfian Zega, Musdarwinsyah, Muhlis Syahputra, Sisriyani dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan kenangan indah selama ini, memotivasi, dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
15.Teman-teman PPLT 2012 di SMA Muhammadiyah 8 Kisaran, khususnya buat Zulfina Hidayati dan Yolanda Sari Harahap terimakasih atas motivasi
iii
16.Adik-adik Kos penulis Rismawati, Yuli Iman Sari, Hafiza terimakasih atas
motivasi dan do’a yang diberikan selama ini.
17.Bapak Geuchik Sahuddin beserta pegawai Kantor Geuchik desa Lokop Kecamatan Serbejadi yang telah memebrikan izin serta data bagi penulis dalam menyelesaikan penulisan ini.
18.Bagi semua pihak dan responden yang telah banyak membentu penulis dalam penyusunan skripsi ini, yang tidak dapat ditulis satu persatu, penulis ucapkan banyak terima kasih
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta dapat menjadi bahan masukan bagi yang membutuhkan
Medan, Juli 2013 Penulis
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Pembatasan Masalah ... 5
1.4 Perumusan Masalah ... 5
1.5 Tujuan Penelitian ... 6
1.6 Manfaat Penelitian ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Konsep ... 8
2.1.1 Upacara ... 8
2.1.2 Perkawinan ... 10
2.1.3 Makna Simbolik ... 14
2.1.4 Latar Belakang Etnik Gayo ... 15
2.2 Kerangka Teori ... 17
2.2.1 Teori Evolusi Keluarga ... 17
2.2.2 Akulturasi ... 18
vi
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ... 21
3.2 Lokasi Penelitian ... 21
3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 22
3.3.1 Subjek Penelitian... 22
3.3.2 Objek Penelitian ... 22
3.5.2 Menginterpretasikan data ... 24
3.5.3 Menganalisis data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25
4.1.1 Sejarah Kecamatan Serbejadi... 25
4.1.2 Keadaan Geografis Kecamatan Serbejadi ... 25
4.1.3 Sejarah Desa ... 27
4.1.4 Lokasi dan Fasilitas ... 28
4.1.5 Sistem Mata Pecaharian dan Pendidikan ... 30
4.1.6 Sistem Kekerabatan dan Agama ... 32
4.1.7 Sosial dan Budaya ... 33
4.1.7.1 Bahasa ... 33
4.1.7.2 Kesenian Masyarakat ... 34
4.2 Hasil Penelitian ... 34
vii
4.2.1.1 Bentuk Perkawinan ... 34
4.2.1.2 Tahapan-tahapn upacara perkawinan etnik Gayo ... 37
4.2.1.2.1 Tahapan Persiapan ... 37
4.2.1.2.2 Acara Puncak ... 47
4.2.1.2.3 Tahapan Penyelesaian ... 57
4.3 Kelengkapan dan makna Simbolik ... 61
4.3.1 Tata cara tepung tawar etnik Gayo ... 65
4.4 Budaya Upacara Perkawinan Etnik Gayo ... 66
4.5 Pakaian Pengantin Etnik Gayo ... 67
4.6 Kaitan dengan Teori ... 70
4.6.1 Teori Evolusi Keluarga ... 70
4.6.2 Akulturasi ... 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran... 76
DAFTAR PUSTAKA
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman etnik yang tinggi menurut BPS tahun 2010 ada 1.340 etnik yang terdapat diseluruh Indonesia. Namun demikian, tingkat keragaman etnik disetiap provinsi tidak sama,ada propinsi yang memiliki keragaman etnik yang tinggi, tetapi lebih lebih banyak yang terdiri dari satu etnik. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keragaman etnik adalah Nanggroe Aceh Darussalam, etnik yang menjadi penduduk asli di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam ini antara lain: Aceh, Gayo, Alas, Singkil, Tamiang, Kluet, Aneuk Jamee, dan Simeulue (sumber:http//www.aceh.com).
Dengan keragaman etnik di provinsi Aceh ini telah melahirkan keragaman kebudayaan yang dimiliki, kebudayaan merujuk pada berbagai aspek manusia baik material maupun immaterial, seperti: sistem kepercayaan, bahasa, sistem teknologi dan sebagainya. Sebagaimana yang dikemukakan oleh (E.B.tylor:1871
dalam Wiranata, 2002: 95) bahwa “kebudayaan adalah keseluruhan yang
kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan kemampuan yang lain serta kebiasaan
yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat”.
2
dapat dijumpai pada setiap etnik di muka bumi, cultural universal terdiri dari: sistem peralatan dan perlengkapan hidup, sistem mata pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, dan sistem religi.
Salah satu unsur kebudayaan yang terdapat dalam cultural universal adalah sistem kemasyarakatan. Perkawinan adalah salah satu hal yang penting dalam sistem kemasyarakatan di samping yang lain seperti perkawinan selalu ada dalam setiap etnik, sebab melalui perkawinan generasi dari kelompok etnik yang bersangkutan dapat diteruskan.
Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki keunikan dan kekayaan tradisi masing–masing di dalamnya juga terkandung nilai–nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Etnik gayo adalah salah satu etnik asli dari provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, ditinjau dari populasinya maka etnik Gayo merupakan etnik kedua terbesar sesudah etnik Aceh yang jumlah
“populasinya berjumlah kurang lebih 85.000 jiwa”(http//suku_gayo.htm),
3
Adanya perbedaan antara gayo Lues, Gayo Lut, serta Gayo Serbejadi disebabkan oleh lingkungan alam, yang dalam rentang waktu yang lama tidak ada prasarana perhubungan dan prasarana komunikasi, sehingga mereka sulit mengembangkan interaksi dan hubungan. Inilah salah satu sebab sehingga menimbulkan variasi budaya termasuk logat bahasa, Keadaan alam dan keterbatasan prasarana komunikasi masih tampak sampai saat ini.
Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang berada di sekitar kawasan Serbajadi (Aceh Timur) saat mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus melewati beberapa tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang sakral misalnya, adat mengarak keliling
kampung pengantin pria “Mah Bei” dengan tujuan untuk kebahagiaan hidup
rumah tangga pasangan pengantin. Pelaksanaan Upacara perkawinan pada masyarakat Gayo Serbejadi (Aceh timur) ada banyak persamaan hampir di seluruh dataran tinggi Tanah Gayo, namun perbedaannya hampir dapat terlihat jelas khususnya di dalam adat masyarakat Gayo di Kecamatan Serbejadi.
4
Perkawinan juga merupakan salah satu dasar yang utama dalam kehidupan manusia. Melalui perkawinan dibenarkan hubungan badan antara lawan jenisnya dan perkawinan juga merupakan suatu hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
Upacara perkawinan pada etnik Gayo khususnya yang menetap di Kecamatan Serbejadi Aceh Timur mempunyai tahapan yang cukup panjang yang dimulai dari tahapan persiapan (Risik Kono, Munginte, pakat sara ine, segenap
dan begenap, jegekul), serta acara puncak (beguru, Mah atur, Mah bei),
tahapan penyelesaian (Mah beru, Mujele Gule, Mah kero, Munenes).
Yang membuat peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai proses tahapan perkawinan pada etnik Gayo ini antara lain: proses pelaksanaannya yang demikian panjang, adanya keunikan yang terdapat pada proses tersebut di mana proses perkawinan tidak terdapat pada etnik lain yang ada di Indonesia. Yakni, kalau pada setiap suku yang ada di Indonesia, pasti melakukan akad nikah terlebih dahulu, baru acara kenduri di rumah masing-masing, tapi pada suku Gayo Serbejadi ini, mereka melakukan resepsi penikahan di rumah masing-masing mempelai terlebih dulu, baru melakukan acara akad nikah ke esokkan harinya.
5 1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang akan menjadi identifikasi masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Latar Belakang etnik Gayo
2. Tahapan upacara perkawinan pada etnik Gayo Serbejadi
3. Perbedaan macam-macam perkawinan etnik Gayo seperti kerje juelen,angkap, kini, munik,mah tabak,ganti tikar
4. Makna simbolik yang terkandung pada setiap tahapan upacara
5. Perlengakapan yang digunakan dalam tahapan upacara perkawinan
1.3 Pembatasan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang dan identifikasi masalah, maka perlu adanya pembatasan masalah, untuk mempermudah penelitian, dan tercapainya hasil yang baik. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk membantu mengarahkan penulis pada masalah yang sebenarnya dan untuk menghindari meluasnya masalah dalam penelitian ini, maka permasalahan yang dikaji dibatasi pada “Tahapan upacara perkawinan etnik Gayo di kecamatan Serbejadi kabupaten Aceh Timur”.
1.4 Perumusan Masalah
6
1. Apa saja tahapan upacara perkawinan masyarakat Gayo Serbejadi?
2. Apa saja kelengkapan yang dipergunakan dalam upacara etnik Gayo tersebut?
3. Apa makna simbolik yang terkandung dalam setiap tahapan upacara dan kelengkapan yang digunakan?
4. Adakah pengaruh kebudayaan lain terhadap upacara perkawinan etnik Gayo Kecamatan Serbejadi?
5. Apa Perbedaan proses perkawinan kerje juelen,angkap, kini, munik,mah tabak,ganti tikar?
6. Adakah pengaruh akulturasi pada upacara perkawinan etnik Gayo di Lokop?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah ditetapkan, maka tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui tahapan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi
2. Untuk mengetahui tahapan upacara perkawinan etnik Gayo ini dipengaruhi kebudayaan lain atau tidak
7 1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
A. Manfaat Teoritis
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis serta masyarakat lain khususnya masyarakat dan remaja setempat tentang tahapan upacara perkawinan etnik gayo Serbejadi.
2. Memberikan informasi bagi masyarakat tentang tahapan upacara perkawinan etnik Gayo Serbejadi.
B. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang relevan.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan pada Bab IV dan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setiap acara adat yang ada di desa Lokop berbeda dengan acara adat yang ada di Takengon khususnya tahapan-tahapan upacara perkawinannya sangatlah berbeda. Yakni dimulai dari tahap a. Risik Kono (Perkenalan Keluarga) yakni tahap perkenalan keluarga, di sini juga keluarga dari pihak laki-laki mencari tahu bagaimana pribadi si perempuan, di saat penyelidikan ini dilakukan dengan sambil bergurau. Jika dirasa cocok beberapa hari kemudian datang rombongan laki-laki untuk acara Munginte; b. Munginte (Melamar atau Meminang) pada acara Munginte
ini para rombongan laki-laki datang dengan Telangke untuk meminang anak dara, dan juga mahar yang ditentukan keluarga si perempuan dengan berat 3 mayam (23,1 gram) mas dan uang sebesar 3 Juta Rupiah keluarga laki-laki menyetujuinya, semua mahar dihantarkan pada acara Turun caram; c. Turun caram (Mengantar Uang) pada acara turun caram ini
75 membawa sebungkus beras didalam sebungkus anyamandan sedikit uang, l. Mah Beru (Mengantar Pengantin Perempuan) disini pengantin perempuan akan diantar kerumah pengantin laki-laki; m. Mujele Gule (Mengatar Lauk) pengantin laki-laki- mengantar lauk kerumah pengantin perempuan dengan membawa masakann khas Gayo yakni ikan mecem jing dan ikan cangkok; n. Mah Kero (Mengantar nasi) ketika pengantin laki-laki diantar kerumah pengantin perempuan membawa nasi; o. Munenes (Ngunduh Mantu).
2. Kelengakapan yang digunakan pada upacara perkawinan ini yang paling mencolok baik pada saat munginte dan tepung tawar, beras yakni menandakan kemakmuran. Pada saat munginte juga dibawa sirih atau dalam bahasa Gayo nya (Mangas) yang mengandung makna rendah hati dan pemberani, tempat sirih, sejumlah uang, jarum dan benang yang ketiganya mengadung makna tanda pengikat tidak resmi bagi pihak wanita,agar untuk sementara waktu tidak menerima lamaran orang lain. dan juga pada adat tepung tawar banyak digunakan dedaunan seperti Dedingin yang mengandung makna agar rumah tangganya damai dan
76 umur hidup. Air yakni agar hidupnya kelak bersih,suci, dan digunakan wadah berupa bebesi yang melambangkan tahan uji.
3. Berdasarkan hasil wawancara tidak ada pengaruh dari kebudayaan lain, walaupun pengantin berasal dari luar desa Lokop, tetap harus menjalani serangkaian adat yang ada di desa Lokop
4. di desa Lokop ada 3 bentuk perkawinan yakni kawin juelen yakni si perempuan masuk ke keluarga laki-laki maksudnya mereka menikah tidak menikah di kampung perempuan namun di kediaman laki-laki,maka mereka berdua telah melanggar adat dan harus membayar denda adat. Kawin lari yakni kawin yang dilaksanakan tanpa restu oleh orang tua kedua belah pihak, dan terakhir kawin angkap yakni kawin yang melaksanakan berbagai rangkaian adat upacara perkawinan etnik Gayo yang ada di desa Lokop.
5. Adanya pengaruh akulturasi pada pakaian pengantinnya yakni pakaian pengantin yang mirip dengan pakaian Jawa.
5.2 Saran
77 1. Kebudayaan merupakan warisan dari nenek moyang yang harus dilestarikan. Oleh karena itu, sebagai pewaris kebudayaan seharusnya setiap individu mempertahankan dan melestarikan kebudayan yang kita miliki.
2. Tahapan-tahapan perkawinan yang terdapat di desa Lokop ini sangat unik dan harus diajarkan kepada generasi seterusnya. Agar pengetahuan yang telah diwariskan dapat dilestarikan dengan sendirinya
3. Adat yang masih dijalani oleh masyarakat Lokop seharusnya semakin diperkenalkan kepada generasi muda, agar mereka mengetahui dan lebih menghargai kebudayaan yang dimiliki. Dengan demikian generasi penerus dapat menganggap kebudayaan tersebut penting untuk dilestarikan.
78
DAFTAR PUSTAKA
Herusatoto, budiono.2008.Simbolisme Jawa.Yogyakarta.Ombak
Hadi, Sumandiyo.2006.Seni dalam Ritual Religi.Yogyakarta.Buku Pustaka
Koentjaraningrat. 1981.Beberapa Pokok Antropologi Sosial.Jakarta.Dian Rakyat.
_____________.2002.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta. Rineka Cipta
_____________.2005.Pengantar Antropologi pokok-pokok Etnografi II.Jakarta.Rineka Cipta
_____________,1980.Sejarah Teori Antropologi I.Universitas Indonesia(UI-Press). Jakarta.
_____________.2010.Sejarah Teori Antropologi II.Universitas Indonesia (UI-Press).Jakarta
M.Keesing, Roger.1981.Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer.Jakarta.Erlangga
Narwoko, J.Dwi.2010.Sosiologi teks pengantar dan terapan.Jakarta.Kencana
Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Saifuddin,Achmad Fedyani.2005.Antropologi Kontemporer Suatu Pengantar Kritis Mengenai Paradigma.Jakarta.Kencana
Sudarsono.2005.Hukum Perkawinan Nasional.Jakarta.Rineka Cipta
79
Sugiyono.2008.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.Bandung. Alfabeta
Suhaidy, Saleh.2006.Rona Perkawinan di Tanah Gayo.Banda Aceh.Badan Perpustakaan NAD
Suharso, dkk.2005.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Semarang.Widya Karya
Suyono, Ariyono, dkk.1985.Kamus Antropologi.Jakarta.Akademika Pressindo
Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Prenada Media : Jakarta
Thantawy r, dkk.2001.Kamus Bahasa Indonesia-Gayo.Jakarta.Balai Pustka
SITUS WEBSITE
http://www.adat-perkawinan-suku-gayo-lues.html (diakses pada tanggal 18 Februari 2013,Pukul 10.30 WIB)
http://www.Suku_Gayo.html (diakses pada tanggal 17 Februari 2013, Pukul 08.06 WIB)
http://BPSProvinsiaceh-dinamisdata.htm (diakses pada tanggal 27 Maret 2-13, Pukul 12.26 WIB)