PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang )
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial Dan Ilmu Politik
Disusun Oleh :
080903021
QOMARIAH
DEPARTEMEN STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :Nama : Qomariah
NIM : 080903021
Departemen : Ilmu Administrasi Negara
Judul : PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH)
Di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan
Medan Selayang)
Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara
Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si
NIP.197305112010121001 NIP.196401081991021001
Drs. M. Husni Thamrim Nst, M.Si
Dekan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Bissmillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam tak lupa pula penulis persembahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga yang senantiasa menjadi tauladan bagi umat manusia. Semoga kita selalu mendapat syafa’atnya di hari akhir kelak.
Adapun skripsi ini berjudul “PROGRAM KELUARGA HARAPAN (Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)”. Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial dalam proses penilaian untuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 pada Departemen Ilmu Administrasi Negara.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua penulis. Penulis ucapkan banyak terima kasih atas limpahan cinta, kasih dan sayang, baik moril maupun materi yang telah diberikan kepada penulis. Kasih sayang Papa dan Mama berikan tidak akan bisa tergantikan oleh apapun dan tidak pernah tergerus oleh zaman. Dukungan dan nasehat dari Papa dan Mama yang membuat penulis selalu semangat untuk terus menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini juga dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah mendukung, membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Bapak Prof.Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara
3. Ibu Dra.Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Bapak Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat berharga bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Staf Pengajar di FISIP USU yang telah berjasa dalam memberikan ilmu, nasehat, serta arahan kepada penulis selama menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
6. Staf Pegawai Administrasi yang ada di Departemen Ilmu administrasi Negara yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi hingga saat ini.
7. Untuk keluargaku tercinta dan teristimewa Papa Emi, Mama Ita, Ummi Sima, Nenek Fiah, Abangku Doni Harianto, Mario Panser, Yuhendra dan kakak-kakakku tersayang Mbak Nur, Kak Manda, dan Kak Riche.Serta tanteku tersayang Suzy Erlina, Suzy Lawati, dan Azizah. Terima kasih buat semua cinta dan kasih sayang kalian, dukungan moral maupun materil serta doa yang tulus sehingga skripsi ini dapat selesai.
8. Buat sahabat seperjuanganku Annisa, Yuliani Estuasih alias Nurul, Kesuma, Febriana, dan Agustina Pulungan. Terima kasih berkat dukungan kalian aku jadi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Buat Kakak-kakakku tersayang dan teristimewa, Kak Inaeni Sholehah, Kak Dwi Karina, Kak Ivana Santoz, Kak Gemma, Kak Pida, Kak Kurnia, Kak Inon, terima kasih atas motivasi, dukungan, nasehat-nasehatnya yang membuat adek kakak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan semangat.
Nazua, Dina, Sandra, Isra, Ade, Vera, Oni, Epi, Rahmi, Dewi, Kak Siti, Kak Rahmi, terima kasih atas dukungan kalian semua.
11.Buat sahabat teristimewa Kak Fika, Ayu, Meity, Icha, Wiwid, Riza, Nisa, Sri, dan Rizka, terima kasih atas doa, dukungan dan motiva kalian semua sehingga ana dapat menyelesaikan skripsi ini dengan ikhlas dan semangat.
12.Untuk semua informan dalam penelitian ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih banyak buat semua informasi yang sudah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari isi maupun teknik penyusunannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi penulis maupun bagi semua pihak yang membacanya.
Medan, 27 Juli 2012 Penulis
ABSTRAKSI
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)
Nama : Qomariah
NIM : 080903021
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok masyarakat miskin. PKH memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin, dengan imbalannya rumah tangga sangat miskin diwajibakan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan.Teknik pengumpulan data melalaui wawancara kepada tiga orang informan kunci, 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan menunjukkan bahwa secara umum Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang sudah berjalan dengan baik dan sesuai petunjuk pelaksanaan PKH.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAKSI ... iv
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1 Latar belakang ... 1
I.3 Rumusan Masalah ... 8
I.4 Tujuan Penelitian ... 8
I.5 Manfaat Penelitian... 8
I.6 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN ... 10
II.1 Kebijakan Publik ... 10
II.2 Implementasi Kebijakan ... 12
II.2.1 Pengertian Implementasi Kebijakan…………...12
II.2.2 Model-Model Implementasi Kebijakan...13
II.3 Kemiskinan ... .18
II.4 MDGs dan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 22
II.4.1 MDGs ... 22
II.4.2 Program Penanggulangan Kemiskinan………....24
II.5 Program Keluarga Harapan ... 26
II.5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan...26
II.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan ... 27
II.5.3 Sasaran Penerima Program Keluarga harapanII. ... 28
II.5.4 Besar Bantuan Program Keluarga Harapan ... 30
II.5.5 Pengorganisasian……….... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... ...34
III.1 Bentuk Penelitian ... 34
III.2 Lokasi Penelitian ... 35
III.3 Informan Penelitian...35
III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 36
III.5 Teknik analisa data ... 37
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 40
IV.1 Kecamatan Medan Selayang ... 40
IV.1.1 Letak dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Selayang...40
IV.1.2 Dinamika Penduduk...41
IV.1.3 Sarana dan Prasarana………...45
IV.2 Kelurahan Padang Bulan Selayang II...49
IV.2.1 Batas Wilayah dan Luas Wilayah...49
IV.2.2 Organisasi Pemerintah Kelurahan...49
IV.2.3 Dinamika Penduduk...54
IV.2.3 Sarana dan Prasarana...57
BAB V PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...60
V.1 Standar dan Sasaran Kebijakan...60
V.2 Sumberdaya...71
V.3 Komunikasi dan Hubungan Antar Organisasi...72
V.4 Karakteristik Agen Pelaksana...73
V.5 Kondisi Sosial...75
BAB VI PENUTUP ... 77
VI.1 Kesimpulan ... 77
VI.2 Saran ... 78
DAFTAR TABEL
4.1.2.1 Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km²
Dirinci Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...29
4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...41
4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009...43
4.1.2.4 Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Agama...44
4.1.3.1 Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Selayang...45
4.1.3.2 Jumlah Sarana Ibadah Menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang...46
4.1.3.3 Jumlah Sarana Olah Raga di Kecamatan Medan Selayang...47
4.1.4.1 Jenis Pelayanan di Kecamatan Medan Selayang...48
4.2.3.1 Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin...54
4.2.3.2 Komposisi Penduduk Berdasarkan Usia...55
4.2.4.1 Sarana Pendidikan di Keluarahan Padang Bulan Selayang II...58
4.2.3.2 Sarana Ibadah Kelurahan Padang Bulan Selayang II...58
ABSTRAKSI
PROGRAM KELUARGA HARAPAN
(Studi Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang)
Nama : Qomariah
NIM : 080903021
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dadang Darmawan, S.Sos, M.Si
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah salah satu bagian dari kebijakan pemerintah untuk mengurangi kemiskinan di Indonesia dengan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pada kelompok masyarakat miskin. PKH memberikan bantuan tunai kepada rumah tangga sangat miskin, dengan imbalannya rumah tangga sangat miskin diwajibakan memenuhi persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia yaitu pendidikan dan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan studi kepustakaan.Teknik pengumpulan data melalaui wawancara kepada tiga orang informan kunci, 20 orang informan utama dan studi kepustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara, observasi, dan studi kepustakaan menunjukkan bahwa secara umum Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang sudah berjalan dengan baik dan sesuai petunjuk pelaksanaan PKH.
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Permasalahan klasik yang dihadapi bangsa Indonesia adalah kemiskinan.
Sejak zaman kemerdekaan bangsa Indonesia sudah dihadapkan dengan
permasalahan ini dan sampai sekarang tetap menjadi masalah utama bangsa
Indonesia. Masalah kemiskinan sangat kompleks dan bersifat multidimensional,
karena berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya.
Kemiskinan juga dapat menghambat pembangunan suatu negara. Oleh sebab itu
kemiskinan merupakan masalah penting yang harus diperhatikan oleh pemerintah
negara.
Mengacu pada strategi penanggulangan kemiskinan, kemiskinan
didefenisikan sebagai kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki
dan perempuan, tidak terpenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan
mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Kemiskinan tidak hanya sebatas
ketidakmampuan ekonomi tetapi juga kegagalan dalam memenuhi hak-hak dasar
dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani
kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar yang diakui secara umum meliputi
terpenuhi kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan, sumber daya alam, lingkungan hidup, rasa aman, serta hak
untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial politik. Kemiskinan dipengaruhi oleh
pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, geografis, gender, serta
kondisi lingkungan. (http://www.scribd.com/doc/15440483/2/
Berbagai kebijakan pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan di
Indonesia pada akhirnya diarahkan kedalam bentuk peningkatan kesejahteraan
dan pengurangan beban penduduk miskin, salah satunya yaitu melalui
perlindungan sosial bagi masyarakat miskin. Kegiatan perlindungan sosial yang
telah dilakukan yaitu Program Keluarga Harapan (PKH)
, diakses pada
tanggal 4 Januari 2012)
Pelaksanaan program keluarga harapan di Indonesia dilandasai dengan
Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, Undang-Undang No. 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial, PERPRES No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan.
Program Keluarga Keluarga Harapan atau Conditional Cash Transfers
(CCT) mulai diperkenalkan dinegara-negara berpenghasilan menengah seperti
Meksiko, Brazil, Turki, Chili, Kolombia, Ekuator, Jamaika, Honduras, Panama,
dan Afrika Selatan. Program ini kemudian menyebar ke negara berpenghasilan
rendah lainnya seperti Nikaragua, Burkina Faso, Leshoto, Kamboja, Pakistan, dan
Bangladesh. Bahkan, CCT juga diadopsi di New York, Amerika sejak tahun 2007.
Pemerintah Indonesia juga menaruh perhatian terhadap program CCT.
Pada tahun 2007, uji coba CCT yang diberi nama Program Keluarga Harapan
diluncurkan. Program Keluarga Harapan di berbagai negara terbukti berhasil
layanan dasar kesehatan dan pendidikan. Indonesia meluncurkan PKH dengan
harapan mampu memecahkan masalah klasik yang sering dihadapai oleh rumah
tangga miskin. PKH juga ditempatkan sebagai embrio pengembangan sistem
perlindungan sosial lebih lanjut dan salah satu strategi memerangi kemiskinan.
(http://www.scribd.com/doc/38742743/
Lahirnya Program Keluarga Harapan di Indonesia dilatar belakangi oleh
keterbatasan keluarga sangat miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan.
Kenyataan ini terlihat dari angka kematian bayi pada kelompok penduduk
berpendapatan terendah pada tahun 2003 - 2007 adalah 56 per 1000 kelahiran
hidup, sedangkan pada kelompok berpendapatan tertinggi tinggal 26 per 1000
kelahiran hidup (SDKI, 2007). Angka kematian ibu di Indonesia juga tinggi, yaitu
sekitar 228 wanita per 100 ribu kelahiran hidup atau tertinggi di Asia Tenggara
(SDKI, 2007). Penyebab tingginya angka kematian ibu antara lain adalah tidak
adanya kehadiran tenaga medis pada kelahiran, fasilitas kesehatan yang tidak
tersedia pada saat dibutuhkan tindakan, atau masih banyaknya rumah tangga
miskin yang lebih memilih tenaga kesehatan tradisional daripada tenaga medis
lainnya.
,diakses pada tanggal 14 November 2011)
Demikian juga dengan angka kematian balita pada kelompok penduduk
berpendapatan terendah adalah 77% per 1000 kelahiran hidup, sementara pada
kelompok penduduk berpendapatan tertinggi hanya 22 persen per 1000 kelahiran
hidup (SDKI, 2003). Pada tahun 2000-2005, terdapat kecenderungan
bertambahnya kasus gizi kurang yang meningkat dari 24,5 persen pada tahun
penurunan menjadi 18,4 persen (Riskesdas, 2007). Ketidakmampuan masyarakat
miskin dalam membiayai pemeliharaan atau perawatan kesehatan bagi anggota
keluarganya disebabkan oleh rendahnya tingkat pendapatan, serta beban biaya
pelayanan yang tidak terjangkau oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM).
Kenyataan lain yang juga melatarbelakangi peluncuran Program Keluarga
Harapan yaitu keterbatasan masyarakat miskin untuk mengakses layanan
pendidikan. Sebagian dari anak-anak keluarga sangat miskin ada yang sama sekali
tidak dapat mengenyam bangku sekolah karena harus mencari nafkah. Selain itu,
meskipun angka partisipasi sekolah dasar tinggi, masih banyak anak keluarga
miskin yang putus sekolah atau tidak melanjutkan ke SMP/Mts.Kondisi ini
membuat kualitas generasi penerus keluarga miskin senantiasa rendah dan
akhirnya terperangkap dalam lingkaran kemiskinan. Alasan rumah tangga sangat
miskin untuk tidak melanjutkan sekolah disebabkan oleh tidak adanya biaya,
bekerja untuk mencari nafkah, merasa pendidikannya sudah cukup, dan alasan
lainnya.
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan
bantuan tunai bersyarat kepada rumah tangga sangat miskin. Program Keluarga
Harapan (PKH) sebagai upaya untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan
kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan aspek kesehatan dan
pendidikan. PKH akan memberi manfaat jangka pendek dan panjang. Untuk
jangka pendek PKH akan memberikan income effect kepada RTSM melalui
pengurangan beban pengeluaran rumah tangga. Untuk jangka panjang memutus
pendidikan dan kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price effect) anak
keluarga miskin, serta memberikan kepastian kepada si anak akan masa depannya
(insurance effect). diakses pada tanggal 15 November 2011)
Program Keluarga Harapan (PKH) pada Provinsi Sumatera Utara mulai
diberlakukan pada tahun 2008 yang meliputi tiga Kabupaten/Kota yakni Medan,
Nias dan Tapanuli Tengah sebagai daerah percontohan dengan total 33
kecamatan. Sumatera Utara dijadikan salah satu daerah sasaran Program Keluarga
Harapan mengingat jumlah penduduk miskin di daerah ini masih cukup banyak.
Menurut data Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan
pada bulan Maret 2007 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di daerah
ini sebanyak 1.768.400 orang atau sebesar 13,9 persen terhadap jumlah penduduk
seluruhnya.Kondisi kemiskinan ini menyebabkan banyak keluarga miskin yang
tidak dapat mengakses pendidikan dan kesehatan secara layak.
2012).
Pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kota Medan diduga sarat
penyimpangan dimana masih banyak rumah tangga sangat miskin yang belum
mendapat bantuan dana tersebut. Berikut kutipan beritanya:
warga miskin dan tenaga pendamping PKH agar transparan melakukan pengawasan dan rutin melakukan sosialisasi. Sementara itu mewakili warga yang protes terkait penyaluran PKH ini yakni, Delvina Sitompul, mengaku penyaluran tidak transparan. Padahal, menurut Delvina hanya tergolong warga miskin tetapi tidak dapat bantuan, sementara banyak warga yang kaya namun mendapat bantuan tersebut. "Saya melihat pemberian bantuan ini tidak tepat sasaran”. Mewakili petugas pendamping PKH. Iras Mulyati kepada wartawan mengaku masalah bantuan PKH di Medan banyak persoalan. Faktanya masih banyak warga miskin di Medan belum dapat bantuan tersebut(yur/3). (http://bataviase.co.id/node/546509
Permasalahan lain yang juga terjadi dalam pelaksanaan Program Keluarga
Harapan di Kota Medan yaitu adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh
petugas PKH. Berikut kutipan beritanya:
, diakses pada tanggal 18 November 2011)”
Sebagian besar keluarga RTSM penerima PKH yang merupakan kaum ibu, mengeluhkan potongan yang dilakukan petugas mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu, seperti yang dikeluhkan salah seorang peserta PKH, Maria Rosbetty. “Hampir setiap pencairan dipotong. Pada bulan (September, red) ini dipotong Rp 150.000. Padahal anak saya selalu saya bawa ke Posyandu dan ada absensi dari Posyandu,” paparnya jengkel. Hal yang sama disampaikan peserta lainnya Ny.Simanungkalit dan Ny. Silalahi yang dipotong masing-masing sebanyak Rp 200.000,-. “Biasanya kami mendapatkan sebanyak Rp 550.000,- tetapi hari ini hanya Rp 350.000,“ujarnya.(15/9).
November 2011)
Melalui kutipan diatas dapat dilihat bahwa ada masalah dalam
pelaksanaan Program Keluarga Harapan di Kota Medan. Faktanya, pemberian
bantuan tidak tepat sasaran serta adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh
Kelurahan Padang Bulan Selayang II adalah salah satu Kelurahan yang
ada di Kecamatan Medan Selayang. Kelurahan ini merupakan Kelurahan
terbanyak dalam penerimaan PKH. Dengan melihat adanya permasalahan diatas,
maka penulis merasa tertarik untuk megetahui tentang pelaksanaan Program
Keluaraga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan
Selayang, maka penulis mengambil judul tentang “Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang”
I.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang dikemukakan pada latar belakang, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang?”
I.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi
Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan
Medan Selayang.
I.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara subjektif, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melatih,
meningkatkan, dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis,
dalam memperkaya khazanah ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya
mengenai Implementasi Program Keluarga Harapan di Kelurahan Padang
Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang.
2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
sangat berharga bagi berbagai pihak yang terkait khususnya di Kelurahan
Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan Selayang dalam
mengimplementasikan Program Keluarga Harapan.
3. Secara Akademis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi baik secara
langsung maupun tidak langsung bagi kepustakaan Departemen Ilmu
Administrasi Negara.
1.5. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
Bab ini berisikan segala teori yang berhubungan dengan penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik pengumpulan data dan teknis analisis data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum lokasi penelitian
dimana penelitian dilakukan.
Bab ini berisikan tentang penyajian data yang diperoleh dari
lapangan dan dokumentasi yang dianalisis.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini berisikan kesimpulan penelitian dan saran atas hasil
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
II.1. Kebijakan Publik
Menurut H.Hugh Heglo dalam Abidin (2004:21) kebijakan adalah suatu
tindakan yang bermaksud untuk mencapai suatu tujuan-tujuan tertentu. Sedangkan
Anderson dalam Abidin (2004:21) mendefenisikan kebijakan sebagai serangkaian
tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang diikuti dan dilaksanakan oleh
seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna memecahkan suatu masalah
tertentu.
Menurut Chandler dan Plano dalam Tangkilisan (2003:1) berpendapat
bahwa kebijakan publik adalah pemanfaatan yang strategis terhadap
sumberdaya-sumberdaya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Selanjutnya dikatakan bahwa kebijakan publik merupakan suatu
intervensi yang dilakukan secara terus menerus oleh pemerintah demi kepentingan
kelompok yang kurang beruntung dalam masyarakat agar mereka dapat hidup,
dan ikut berpartisipasi dalam pembangunan secara luas.
Sedangkan menurut Woll (Tangkilisan, 2003:2) kebijakan publik adalah
sejumlah aktivitas pemerintah untuk memecahkan masalah dimasyarakat, baik
secara langsung maupun melalui berbagai lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam pelaksanaan kebijakan publik terdapat tiga tingkat
1. Adanya pilihan kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh politisi,
pegawai pemerintah atau yang lainnya yang bertujuan menggunakan
kekuatan publik untuk mempengaruhi kehidupan masyarakat.
2. Adanya output kebijakan, dimana kebijakan yang diterapkan pada level
ini menuntut pemerintah untuk melakukan pengaturan, penganggaran,
pembentukan personil dan membuat regulasi dalam bentuk program yang
akan mempengaruhi kehidupan masyarakat.
3. Adanya dampak kebijakan yang merupakan efek pilihan kebijakan yang
mempengaruhi kehidupan masyarakat.
Menurut James Anderson dalam Subarsono (2005:12-13) sebagai pakar
publik menetapkan proses kebijakan publik sebagai berikut:
1. Formulasi masalah (problem formulation): Apa masalahnya? Apa yang
membuat hal tersebut menjadi masalah kebijakan? Bagaimana masalah
tersebut dapat masuk dalam agenda pemerintah.
2. Formulasi Kebijakan (formulation): Bagaimana mengembangkan
pilihan-pilihan atau alternative-alternative untuk memecahkan masalah
tersebut? Siapa saja yang berpatisipasi dalam formulasi kebijakan?
3. Penentuan Kebijakan (adoption): Bagaimana alternative ditetapkan?
Persyaratan atau criteria seperti apa yang harus dipenuhi? Siapa yang
akan melaksanakan kebijakan? Bagaimana proses atau strategi untuk
melaksanakan kebijakan? Apa isi dari kebijakan yang telah ditetapkan?
4. Implementasi (implementation): Siapa yang terlibat dalam implementasi
5. Evaluasi (evaluation): Bagaimana tingkat keberhasilan atau dampak
kebijakan diukur? Siapa yang mengevaluasi kebijakan? Adakah tuntutan
untuk melakukan perubahan atau pembatalan?
II.2. Implementasi Kebijakan II.2.1. Pengertian Implementasi
Implementasi kebijakan merupakan rangkaian kegiatan setelah suatu
kebijakan dirumuskan. Tanpa suatu implementasi maka suatu kebijakan yang
telah dirumuskan akan sia-sia belaka. Oleh karena itu implementasi kebijakan
mempunyai kedudukan yang penting didalam kebijakan publik. (Tangkilisan,
2003:17)
Menurut Riant Nugroho (2003:158) implementasi kebijakan pada
prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat tercapai tujuannya. Tidak
lebih dan tidak kurang untuk mengimplementasikan kebijakan publik, maka ada
dua pilihan langkah yang ada yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk
program-program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari
kebijakan publik tersebut.
Donald Van Meter dan Carl Van Horn (Winarno, 2002:102) menyatakan
implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu
(kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang diarahkan untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan-keputusan
kebijakan sebelumnya. Tindakan-tindakan ini mencakup usaha-usaha untuk
mengubah keputusan-keputusan menjadi tindakan-tindakan operasional dalam
mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang ditetapkan oleh
keputusan-keputusan kebijakan. Sedangkan Patton dan Sawicky dalam (Tangkilisan,
2003:9) menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan
yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif
mengatur cara untuk mengorganisir dan menerapkan kebijakan yang telah
diseleksi.
II.2.2. Model-Model Implementasi Kebijakan 1. Model Gogin
Untuk mengimplementasi kebijakan model Gogin dapat mengidentifikan
variabel-variabel yang mempengaruhi tujuan-tujuan formal pada keseluruhan
implementasi yakni : (1) Bentuk dan isi kebijakan termasuk juga kemampuan
kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi, (2) Kemampuan organisasi
dengan segala sumber daya berupa dana maupun insentif lainnya yang dapat
mendukung implementasi secara efektif, dan (3) Pengaruh Lingkungan dari
masyarakat dapat berupa karakteristik, motivasi, kecendrungan hubungan antara
warga masyarakat termasuk pola komunikasinya (Tangkilisan, 2003:20).
2. Model Grindle
Grindle dalam Tangkilisan (2003:20) menciptakan model implementasi
sebagai kaitan antara tujuan kegiatan dan hasil-hasilnya, pada model ini hasil
kebijakan yang dicapai akan dipengaruhi oleh isi kebijakan antara lain:
1. Kepentingan-kepentingan yang dipengaruhi
2. Tipe-tipe manfaat
4. Letak pengambilan keputusan
5. Pelaksanaan program
6. Sumber daya yang dilibatkan
Selanjutnya adalah pengaruh lingkungan yang terdiri dari:
1. Kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor yang terlibat
2. Karakteristik lembaga penguasa, dan
3. Kepatuhan dan daya tanggap
3. Model George Edward III
Menurut George C. Edward III dalam Subarsono (2005:90-92)
implementasi kebijakan dipengaruhi oleh empat variabel, yakni:
1. Komunikasi
Keberhasilan implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan. Tujuan dan sasaran kebijakan harus
ditranmisikan kepada kelompok sasaran (target group) sehingga akan
mengurangi distorsi implementasi. Apabila tujuan dan sasaran suatu kebijakan
tidak jelas atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran,
maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran
2. Sumberdaya
Sumberdaya adalah faktor penting untuk implementasi kebijakan agar efektif.
Sumberdaya tersebut dapat berwujud sumberdaya manusia, yakni kompetensi
implementor, dan sumberdaya finansial. Tanpa sumberdaya kebijakan hanya
tinggal dikertas dan menjadi dokumen saja.
Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki oleh implementor,
seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis. Apabila implementor
memiliki disposisi yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan
dengan baik seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan. Ketika
implementor memiliki sikap atau perspektif yang berbeda dengan pembuat
kebijakan, maka proses implementasi kebijakan juga menjadi tidak efektif.
4. Struktur Birokrasi
Struktur birokrasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan. Salah satu dari
aspek struktur yang paling penting dari setiap organisasi adalah adanya
prosedur operasi yang standar (standar operating procedures atau SOP). SOP
menjadi pedoman bagi implementor dalam bertindak.
4. Model Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn
Menurut Meter dan Horn (Subarsono, 2005:99-100), ada lima variabel
yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Standar dan kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir.
Apabila standar dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi
multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen
implementasi.
Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya baik sumberdaya
manusia (human recources) maupun sumberdaya non-manusia (non human
recources).
3. Komunikasi/Hubungan antar Organisasi
Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan
koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu diperlukan koordinasi dan
kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.
4. Karakteristik Agen Pelaksana
Karakteristik agen pelaksana mencakup stuktur birokrasi, norma-norma, dan
pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan
mempengaruhi implementasi suatu program.
5. Kondisi Sosial, Politik, dan Ekonomi
Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat
mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana
kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan;
karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat
opini publik yang ada di lingkungan; dan apakah elite politik mendukung
implementasi kebijakan.
6. Disposisi Implementor
Disposisi implementor ini mencakup tiga hal penting, yakni: (a) respon
implementor terhadap kebijakan, yang akan mempengaruhi kemauannya untuk
dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni prefensi nilai yang dimiliki oleh
implementor.
Menurut Richard Marland dalam Dwijowijoto (2004: 179), pada
prinsipnya ada empat “tepat” yang perlu dipenuhi dalam hal pencapaian
keefektifan implementasi kebijakan.
1. Kebijakan itu sendiri sudah tepat. Ketepatan kebijakan ini dinilai dari
sejauh mana kebijakan yang ada, telah bermuatan hal-hal yang
memang memecahkan masalah yang hendak dipecahkan. Sisi kedua
dari kebijakan adalah apakah kebijakan tersebut sudah dirumuskan
sesuai dengan karakter masalah yang hendak dipecahkan. Sisi ketiga,
adalah apakah kebijakan dibuat oleh lembaga yang mempunyai
kewenangan yang sesuai dengan karakter kebijakannya.
2. Tepat pelakasanaannya. Aktor implementasi tidak hanya pemerintah.
Ada tiga lembaga yang dapat menjadi pelaksana, yaitu pemerintah,
kerjasama, antara pemerintah, masyarakat/swasta, atau implementasi
kebijakan yang diswastakan. Kebijkan yang bersifat memberdayakan
masyarakat, seperti penanggulangan kemiskinan. Kebijakan yang
bersifat mengarahkan kegiatan masyarakat.
3. Tepat Target. Ketepatan ini berkaitan dengan tiga hal. Pertama, apakah
target yang diintervensi sesuai dengan yang direncanakan, tidak
tumpang tindih, atau tidak bertentangan dengan intervensi kebijakan
tidak. Ketiga, apakah intervensi kebijakan bersifat baru atau
memperbaharui implementasi kebijakan sebelumnya.
4. Tepat lingkungan. Ada dua lingkungan yang paling menentukan, yaitu
lingkungan kebijakan dan lingkungan eksternal kebijakan. Lingkungan
kebijakan yaitu interaksi antara lembaga perumus kebijakan dan
pelaksana kebijakan dengan lembaga lain yang terkait. Lingkungan
eksternal sebagai variabel eksogen terdiri dari opini publik, yaitu
persepsi publik kebijakan dan implementasi kebijakan, lembaga
interpretasi dengan lembaga strategik dalam masyarakat, individu
tetentu yang mampu memainkan peran penting dalam
menginterpretasikan kebijakan dan implementasi kebijakan.
II.3. Konsep Kemiskinan
Secara etimologis, kemiskinan berasal dari kata ”miskin” yang artinya
tidak berharta benda dan serba kekurangan. Departemen Sosial dan Biro Pusat
Statistik (BPS), mendefinisikan kemiskinan dari perspektif kebutuhan dasar.
Kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar
minimal untuk hidup layak (Nurhadi, 2007: 13).
Kemiskinan dalam arti sempit dipahami sebagai keadaan kekurangan uang
dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut Hamudi (2008:15)
dalam arti luas, kemiskinan merupakan fenomena multiface atau
multidimensional. Menurut Suparlan (1995:11) kemiskinan dapat didefenisikan
sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat
standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.
Standar kehidupan yang rendah ini secara langsung tampak pengaruhnya terhadap
tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan rasa harga diri dari mereka yang
tergolong sebagai orang miskin.
BAPPENAS (2004) mendefenisikan kemiskinan sebagai kondisi dimana
seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan tidak mampu
memenuhi hak-hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar tersebut antara lain, terpenuhinya
kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih,
pertanahan, sumberdaya alam, dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan,
atau ancaman tindakan kekerasan dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik.
tanggal 14 Januari 2012)
Chamber dalam Soetomo (2006:285) menyatakan bahwa kondisi
kemiskinan yang dialami suatu masyarakat seringkali telah berkembang dan
bertali-temali dengan berbagai faktor lain yang membentuk jaringan kemiskinan
yang dalam proses berikutnya dapat memperteguh kondisi kemiskinan itu sendiri.
Faktor-faktor yang diidentifikasi membentuk jaringan atau perangkap kemiskinan
tersebut adalah:
1. Kelemahan fisik, dapat disebabkan karena kondisi kesehatan dan
faktor gizi buruk, sehinggga dapat mengakibatkan produktivitas kerja
2. Isolasi, terkait dengan lingkup jaringan interaksi sosial yang terbatas,
serta akses terhadap informasi, peluang ekonomi dan fasilitas
pelayanan yang terbatas pula.
3. Kerentanan, terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah dalam
menghadapi kebutuhan dan persoalan mendadak.
4. Ketidakberdayaan, terkait dengan akses dalam pengambilan keputusan,
akses terhadap penguasaan sumber daya dan posisi tawar (bargaining
position).
Ada tiga tipe orang miskin berdasarkan pada pendapatan yang diperoleh
setiap orang dalam setiap tahun, yaitu :
1. Miskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam bentuk
beras adalah 320 kg/orang/tahun.
2. Sangat miskin. Orang yang dikatakan sangat miskin adalah orang yang
berpenghasilan jika diwujudkan dalam beras adalah 240 kg/orang/tahun.
3. Termiskin. Orang miskin yang berpenghasilan jika diwujudkan dalam
bentuk beras adalah 180 kg/orang/tahun (Sayogyo, dalam Suharto, 2006:
11).
Kemiskinan berdasarkan penyebab terjadinya, kemiskinan terdiri dari:
1. Kemiskinan natural adalah keadaan miskin karena dari awalnya memang miskin. Kelompok masyarakat tersebut menjadi miskin karena tidak
memiliki sumberdaya yang memadai baik sumberdaya alam, sumberdaya
manusia maupun sumberdaya pembangunan, atau kalaupun mereka ikut
yang rendah. Menurut Baswir (1997:21) kemiskinan natural adalah
kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah seperti karena
cacat, sakit, usia lanjut atau karena bencana alam.
2. Kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya,
seperti tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupan, malas,
pemboros, tidak kreatif meskipun ada bantuan dari pihak luar.
3. Kemiskinan struktural adalah situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem
sosial budaya dan sosial politik yang tidak mendukung pembebasan
kemiskinan, tetapi seringkali menyebabkan suburnya kemiskinan.
Nurhadi (2007:40-41), menjelaskan bahwa untuk menanggulangi
kemiskinan dapat dilakukan melalui 2 pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
peningkatan pendapatan, (2) pendekatan pengurangan beban. Kedua pendekatan
tersebut ditopang oleh empat pilar utama, yaitu:
1. Penciptaan Kesempatan
Pilar pertama, yaitu perluasan kesempatan kerja dimaksudkan sebagai
menciptakan suasana dan lingkungan ekonomi makro, pemerintahan, dan
pelayanan publik yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi sehingga
mampu meningkatkan penciptaan kesempatan kerja dan mendukung
upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.
Pilar kedua, yaitu pemberdayaan masyarakat mengandung maksud bahwa
melalui peningkatan kualitas sumber adaya manusia, pemantapan
organisasi dan kelembagaan sosial, politik, ekonomi, dan budaya sehingga
mampu untuk mendiri dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dihadapi masyarakat miskin.
3. Peningkatan Kemampuan
Pilar ketiga, yaitu peningkatan kemampuan/ humancapital dimaksudkan
sebagai peningkatan kemampuan dasar masyarakat miskin baik individual/
kelembagaan untuk meningkatkan pendapatan melalui langkah perbaikan
kesehatan dan pendidikan, peningkatan ketrampilan usaha, permodalan,
prasarana, teknologi serta informasi pasar dan mampu mengadaptasi
terhadap perkembangan lingkungannya(ekonomi dan sosial).
4. Perlindungan Sosial.
Pilar keempat, yaitu perlindungan sosial memiliki makna memberikan
perlindungan dan rasa aman bagi masyarakat yang rentan (vulnerable),
misalnya pengemis, lansia, anak-anak terlantar, yatim piatu, penderita
cacat, korban bencana alam, korban konflik sosial, serta mereka yang
terkena dampak krisis ekonomi.
II.4 MDGs dan Program Penanggulangan Kemiskina II.4.1 MDGS
Millenium Development Goals (MDGs) atau Tujuan Pembangunan
Millennium adalah sebuah paradigma pembangunan yang berpihak pada
abad millennium. Paradigma pembangunan millennium baru ini merupakan
kesepakatan 189 negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di
New York pada September 2000 pada saat Konverensi Tingkat Tinggi (KTT)
Milenium.
Deklarasi millennium di antaranya ditanda tangani bersama oleh 147
kepala pemerintahan yang ikut menghadiri KTT tersebut termasuk Indonesia.
Semua negara anggota diharuskan mengadopsi tujuan MDGs ke dalam rencana
pembangunan nasional. Negara-negara anggota yang relatif tertinggal dalam
pemenuhan hak-hak dasar manusia didorong untuk mempercepat pencapaiannya,
sedang negara-negara yang telah mengalami kemajuan dalam pembangunan
manusia berkewajiban untuk membantu negara-negara yang sedang berkembang
dan tertinggal.
Sebagai penandatangan Deklarasi Millenium, Indonesia berkewajiban
untuk merealisasikan tujuan MDGs seoptimal mungkin, dan
mengintergrasikannya dalam rencana pembangunan nasional di seluruh nusantara
mulai dari tingkat provinsi bahkan hingga pedesaan.
Arah pembangunan MDGs dikemas menjadi satu paket yang dipilah
menjadi 8 tujuan yang satu sama lain saling mempengaruhi dan bermuara pada
percepatan peningkatan kualitas manusia yang lebih tinggi. Ke 8 tujuan tersebut
adalah:
1. Memberantas Kemiskinan dan kelaparan ekstrim
2. Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
4. Menurunkan angka kematian Anak
5. Meningkatkan Kesehatan Ibu
6. Memerangi HIV/AIDS, Malaria, dan penyakit menular lainnya.
7. Memastikan kelestarian lingkungan hidup
8. Mengembangkan kemitraan global untuk Pembangunan
II.4.2. Program Penanggulangan Kemiskinan
Beberapa program yang tengah digalakkan oleh pemerintah dalam
menanggulangi kemiskinan antara lain dengan memfokuskan arah pembangunan
pada tahun 2008 pada pengentasan kemiskinan. Fokus program tersebut meliputi
5 hal antara lain: pertama menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok; kedua
mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin; ketiga
menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis
masyarakat; keempat meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan
dasar; dan kelima membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial
bagi masyarakat miskin.
Dari 5 fokus program pemerintah tersebut, diharapkan jumlah rakyat miskin
yang ada dapat tertanggulangi sedikit demi sedikit. Beberapa langkah teknis yang
digalakkan pemerintah terkait 5 program tersebut antara lain:
1. Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini
bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk
memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama
2. Mendorong pertumbuhan yang berpihak pada rakyat miskin melalui
penyediaan dana bergulir untuk kegiatan produktif skala usaha mikro
dengan pola bagi hasil/syariah dan konvensional.
3. Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan
berbasis masyarakat, seperti: Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan.
4. Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar, seperti
penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di
Sekolah Dasar (SD)/Sekolah Menengah Pertama(SMP), Pelayanan
kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III
rumah sakit.
5. Membangun dan menyempurnakan sistem perlindungan sosial bagi
masyarakat miskin. Fokus ini bertujuan melindungi penduduk miskin
dari kemungkinan ketidakmampuan menghadapi guncangan sosial dan
ekonomi. Program teknis yang di buat oleh pemerintah seperti :
Penyediaan bantuan tunai bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang
memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan
pemeriksaan rutin balita, menjamin keberadaan anak usia sekolah di
SD/MI dan SMP/MTs; dan penyempurnaan pelaksanaan pemberian
bantuan sosial kepada keluarga miskin/RTSM) melalui perluasan Program
Keluarga Harapan (PKH).
II.5 Program Keluarga Harapan (PKH)
II. 5.1 Pengertian Program Keluarga Harapan
Program keluarga Harapan (PKH) merupakan suatu program
penanggulangan kemiskinan. Kedudukan PKH merupakan bagian dari
program-program penanggulangan kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi
Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di
daerah.
PKH merupakan program lintas Kementrian dan lembaga, karena aktor
utamanya adalah Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, Departemen Sosial,
Departemen Kesehatan, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Agama,
Departemen Komunikasi dan Informatika, dan Badan Pusat Statistik.
Program Keluarga Harapan (PKH) sebenamya telah dilaksanakan di
berbagai negara, khususnya negara-negara Amerika Latin dengan nama program
yang bervariasi. Namun secara konseptual, istilah aslinya adalah Conditional Cash
Transfers (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai Bersyarat. Program
ini "bukan" dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai
(SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin
mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian
harga BBM. PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.
Program Keluarga Harapan (PKH) adalah suatu program yang
memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RSTM), jika
sumberdaya manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan.
pada tanggal 15 November 2011)
II.5.2 Tujuan Program Keluarga Harapan
Tujuan umum PKH adalah untuk mengurangi angka dan memutus rantai
kemiskinan, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, serta merubah perilaku
(Rumah Tangga Sangat Miskin) RTSM yang relatif kurang mendukung
peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat
pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs).
Secara khusus, tujuan PKH terdiri atas:
1. Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM;
2. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak balita
dan anak usia 5-7 tahun yang belum masuk sekolah dasar dari RTSM;
3. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan,
khususnya bagi anak-anak RTSM.
4. Meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM
Dalam jangka pendek, bantuan ini membantu mengurangi beban
pengeluaran RTSM, sedangkan untuk jangka panjang, dengan mensyaratkan
keluarga penerima untuk menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita,
memeriksakan kandungan bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi, diharapkan akan
pada tanggal 15 November 2011)
II.5.3 Sasaran Penerima Program Keluarga Harapan (PKH)
Penerima bantuan PKH adalah RTSM sesuai dengan kriteria BPS dan
memenuhi satu atau beberapa kriteria program yaitu memiliki Ibu hamil/nifas,
anak balita atau anak usia 5-7 tahun yang belum masuk pendidikan SD, anak usia
SD dan SLTP dan anak 15-18 tahun yang belum menyelesaikan pendidikan dasar.
Sebagai bukti kepesertaan PKH diberikan kartu peserta PKH atas nama
Ibu atau perempuan dewasa. Kartu tersebut digunakan untuk menerima bantuan
PKH. Selanjutnya kartu PKH dapat berfungsi sebagai kartu Jamkesmas untuk
seluruh keluarga penerima PKH.
Penggunaan bantuan PKH ditujukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan dan kesehatan, karenanya bantuan akan lebih efektif dan terarah, jika
penerima bantuannya adalah ibu atau wanita dewasa yang mengurus anak pada
rumah tangga yang bersangkutan yaitu bisa nenek, tante/bibi, atau kakak
perempuan. Dalam kartu peserta PKH yang tercantum adalah nama ibu/wanita
yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga. Pengecualian dari ketentuan
di atas dapat dilakukan pada kondisi tertentu, misalnya bila tidak ada perempuan
dewasa dalam keluarga maka dapat digantikan oleh kepala keluarga.
II.5.4 Besar Bantuan Program Keluarga Harapan
Besaran bantuan tunai untuk peserta PKH bervariasi tergantung jumlah
komponen kesehatan maupun pendidikan. Besaran bantuan ini dikemudian hari
bisa berubah sesuai dengan kondisi keluarga saat itu atau bila peserta tidak dapat
memenuhi syarat yang ditentukan.
Tabel 2.1 Skenario Besar Bantuan PKH
Skenario Bantuan Bantuan per RTSM per
tahun
Bantuan tetap Rp. 200.000
Bantuan bagi RTSM yang memiliki:
a. Anak usia di bawah 6 tahun
Rp. 800.000
b. Ibu hamil/menyusui
c. Anak usia SD/MI
d. Anak usia SMP/MTs
Rata-rata bantuan per RTSM
Bantuan minimum per RTSM
Bantuan maksimum per RTSM
Rp. 800.000
Rp. 400.000
Rp. 800.000
Rp. 1.390.000
Rp. 600.000
Rp. 2.200.000
Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam tiga bulan, maka
besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian sebagai berikut:
a. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp 50,000,
b. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp 100,000,-
c. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka bantuan akan berkurang sebesar Rp 150,000,-. Apabila peserta PKH tidak
memenuhi komitmen dalam 3 bulan berturut-turut, maka tidak akan
menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.
II.5.5 Pengorganisasian
PKH dilaksanakan oleh UPPKH Pusat, UPPKH Kabupaten/Kota dan UPPKH
Kecamatan. Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin
keberhasilan PKH. Mereka adalah:
1. UPPKH Pusat (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Pusat) merupakan
badan yang merancang dan mengelola persiapan dan pelaksanaan program.
UPPKH Pusat juga melakukan pengawasan perkembangan yang terjadi di
tingkat daerah serta menyediakan bantuan yang dibutuhkan.
2. UPPKH Kab/Kota (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan
Kabupaten/Kota ) yaitu yang melaksanakan program dan memastikan bahwa
baik dan lancar. UPPKH Kab/Kota juga berperan dalam mengelola dan
mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan.
3. UPPKH Kecamatan (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kecamatan)
merupakan ujung tombak PKH karena unit ini akan berhubungan langsung
dengan peserta PKH. Personel UPPKH Kecamatan terdiri dari pendamping
PKH. Wilayah kerja pendamping meliputi seluruh desa/kelurahan dalam
satuan wilayah kerja di kecamatan. Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari,
UPPKH Kecamatan atau pendamping bertanggung jawab kepada UPPKH
Kabupaten/Kota dan berkoordinasi dengan Camat.
diakses pada tanggal 15 November 2011).
Pendamping merupakan pihak kunci yang menjembatani penerima
manfaat dengan pihak-pihak lain yang terlibat di tingkat kecamatan maupun
dengan program di tingkat kabupaten/kota. Tugas Pendamping termasuk
didalamnya melakukan sosialisasi, pengawasan dan mendampingi para
penerima manfaat dalam memenuhi komitmennya. Dalam pelaksanaan PKH
terdapat Tim Koordinasi yang membantu kelancaran program di tingkat
provinsi dan PT Pos yang bertugas menyampaikan informasi berupa
undangan pertemuan, dan menyampaikan bantuan ke tangan penerima
manfaat langsung. Selain tim ini, juga terdapat lembaga lain di luar struktur
yang berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan PKH, yaitu lembaga
pelayanan kesehatan dan pelayanan pendidikan di tiap kecamatan dimana
diakses pada tanggal 15 November 2011)
II.6. Defenisi Konsep
Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak suatu kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Melalui konsep kemudian peneliti
diharapkan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu
istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan dengan yang lainnya.
(Singarimbun, 1995:33)
Oleh karena itu untuk dapat menemukan batasan yang lebih jelas maka
penulis dapat menyederhanakan pemikiran atas masalah yang sedang penulis
teliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai berikut:
a. Implementasi Kebijakan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu (kelompok-kelompok) pemerintah maupun swasta yang
diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam
keputusan-keputusan kebijakan.
b. Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai bersyarat untuk membantu rumah tangga sangat miskin memperoleh
akses pelayanan dasar yaitu pendidikan dan kesehatan.
c. Implementasi Program Keluarga Harapan adalah tindakan dilakukan oleh pemerintah ataupun swasta dalam melaksanakan program keluarga harapan
rumah tangga sangat miskin memperoleh akses pelayanan dasar yaitu
pendidikan dan kesehatan.
Dalam penelitian ini, Implementasi Program Keluarga Harapan di
Kelurahan Padang Bulan Selayang II dapat diukur dari indikator berikut:
1. Standar dan sasaran Kebijakan. Standar dan sasaran kebijakan harus
jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan.
2. Sumberdaya. Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya
baik sumberdaya manusia maupun non manusia.
3. Komunikasi dan hubungan antarorganisasi. Dalam banyak program
implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan
instansi lain.
4. Karakteristik Agen Pelaksana meliputi struktur dan norma-norma yang
akan mempengaruhi implementasi
5. Kondisi Sosial meliputi karakteristik para partisipan, yakni mendukung
BAB III
METODE PENELITIAN III.1. Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah
(2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau
kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu. Dalam penelitian deskriptif cendrung tidak perlu mencari atau
menerangkan saling berhubungan dengan menguji hipotesis.
Menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) penelitian kualitatif adalah
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya. Jadi penelitian ini berupaya melakukan deskriptif terhadap
implementasi PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II Kecamatan Medan
Selayang dengan pendekatan kualitatif.
III.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Padang Bulan Selayang II
Kecamatan Medan Selayang. Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi ini
adalah:
1. Kelurahan Padang Bulan Selayang II merupakan kelurahan yang
2. Adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi dan data yang terkait
dengan pelaksanaan PKH di Kelurahan Padang Bulan Selayang II.
3. Melihat adanya permasalahan-permasalahan yang timbul dalam
pelaksanaan PKH.
III.3. Informan Penelitian
Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari
hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal
adanya populasi dan sampel. Menurut Suyanto (2005:171), subjek penelitian yang
telah tercermin dalam fokus ini penelitian ditentukan secara sengaja. Subjek
penelitian menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang
diperlukan selama proses penelitian. Informan adalah seorang yang benar-benar
mengetahui suatu persoalan atau permasalahan tertentu yang darinya dapat
diperoleh informasi yang jelas, akurat, dan terpercaya baik berupa pernyataan,
keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memenuhi persoalan atau
permasalahan.
Menurut Suyanto (2005:172) informan penelitian meliputi beberapa macam,
yaitu:
1. Informan kunci (key informan), yaitu mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian.
2. Informan utama, yaitu mereka yang terlibat secara langsung dalam
interaksi sosial yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi informan kunci dalam
1. Informan kunci (key informan) yaitu:
a. Koordinator UPPKH Kota
b. Pendamping PKH
c. Ketua Kelompok Ibu Penerima PKH di Kelurahan Padang Bulan
Selayang II
2. Informan Utama, yaitu masyarakat penerima PKH di Kelurahan
Padang Bulan Selayang II sebanyak 20 orang.
III.4.Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik
pengumpulan data menurut klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu:
1. Teknik Pengumpulan Data Primer
Teknik pengumpulan data primer yaitu data yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang
lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat dilakukan
dengan cara :
a. Wawancara mendalam, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mengajukan pertanyaan-pertanyan secara langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Metode ini dipakai untuk informan yang berhubungan dan
memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.
Arikunto (2006:228) berpendapat bahwa peneliti harus mencatat teknik
yang paling tepat. Sebaiknya pada waktu uji coba, digunakan tape
recorder.
b. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung objek penelitian dengan mencatat gejala-gejala yang ditemukan
di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan
yang berkenaan dengan topik penelitian.
2. Teknik Pengumpulan Data Sekunder
Teknik pengumpulan data sekunder adalah teknik pengumpulan data yang
dilakukan melalui pengumpulan kepustakaan yang dapat mendukung data primer.
Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan
instrumen sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan , yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari
buku-buku, literatur, internet, dan sumber-sumber lain yang berkompetensi dan
memiliki keterkaitan dengan masalah penelitian.
b. Studi dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan
catatan-catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau
sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.(Bungin.
2007:116-117).
III.5. Teknik Analisa Data
Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan
penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Menurut
Moleong (2006:274), teknik analisa kualitatif dilakukan dengan menyajikan data
menelaah dan menyusunnya dalam satu satuan, yang kemudian dikategorikan
pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan dan serta menafsirkannya
dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat
kesimpulan penelitian.
Penelitian ini menggunakan analisis flow model.
Gambar 3.1 Komponen dalam analisa data (flow model).
Periode pengumpulan data
Reduksi data
Antisipasi Selama Setelah
Display data
Selama Setelah
Kesimpulan/verifikasi
Selama Setelah
Adapun langkah-langkah analisis dalam Sugiyono (2007:91) adalah
sebagai berikut:
1. Reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian data. Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah
menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, bagan dan hubungan antar kategori.
3. Penarikan Kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih
remang-remang atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
IV.1. Kecamatan Medan Selayang
IV.1.1. Letak dan luas wilayah Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Selayang terletak di wilayah Barat Daya Kota Medan
dengan batas-batas sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru dan Medan Sunggal
- Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan dan Medan Johor
- Sebelah Timur : Kecamatan Polonia
- Sebelah Barat : Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang
Luas wilayah Kecamatan Medan Selayang adalah lebih kurang 2.379 Ha
Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63
lingkungan. Kelurahan yang terluas di kecamatan ini adalah Kelurahan Padang
Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha dan memiliki 17 lingkungan. Adapun
kelurahan yang lain adalah Kelurahan Tanjung Sari dengan luas 510 Ha dan
memiliki 14 lingkungan, Sempakata dengan luas 510 Ha dan memiliki 6 (enam)
lingkungan, Asam Kumbang dengan luas 400 Ha dan memiliki 10 lingkungan,
Padang Bulan Selayang I dengan luas 180 Ha dan memiliki 10 lingkungan,
kemudian yang terakhir adalah Kelurahan Beringin sebagai Kelurahan terkecil
IV.1.2. Dinamika Penduduk
Jumlah penduduk di Kecamatan Medan Selayang per kelurahan dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1.2.1
Jumlah Penduduk, Luas Kelurahan, Kepadatan Penduduk per Km² dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang
Tahun 2009
Kelurahan Penduduk Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk per km2
1. Sempaka 9.037 5,1 1.772
2. Beringin 7.731 0,79 9.786
3. PB Selayang II 14.574 7 2.082
4. PB Selayang I 9.861 1,8 5.478
5. Tj. Sari 29.584 5,1 5.801
6. Asam Kumbang 14.891 4 3723
Medan Selayang 85.678 23,79 3.601
Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Medan
Dari tabel 4.1.2 diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Medan Selayang
dihuni oleh 85.678 jiwa. Jumlah penduduk yang terbanyak diantara keenam
kelurahan di kecamatan Medan Selayang adalah Kelurahan Tanjung Sari dengan
jumlah 29.584 jiwa dan kelurahan yang paling sedikit penduduknya yaitu
Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.731 jiwa.
Sedangkan untuk jumlah penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat
Tabel 4.1.2.2
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dirinci menurut Kelurahan di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009
Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
1. Sempaka 4604 4433 9037
2. Beringin 3762 3969 7731
3. PB Selayang II 6552 8022 14574
4. PB Selayang I 5013 4848 9861
5. Tj. Sari 15059 14525 29584
6. Asam Kumbang 7444 7447 14891
Jumlah 42434 43244 85678
Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan
Berdasarkan data jumlah penduduk menurut jenis kelamin pada tabel
4.1.2.2 diatas, dapat dilihat perbandingannya antara jumlah penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki dan perempuan pada Kecamatan Medan Selayang.
Jumlahnya cukup jauh berbeda yaitu terpaut 833 orang lebih banyak perempuan.
Dan untuk se Kecamatan Medan Selayang, penduduk terbanyak adalah yang
perbandingan 50:50 yaitu 3 (tiga) kelurahan yang berjenis kelamin laki-laki
terbanyak, diantaranya adalah Kelurahan PB Selayang II, Kelurahan Tanjung Sari,
dan Kelurahan Asam Kumbang dan 3 (tiga) kelurahan lagi berjenis kelamin
perempuan terbanyak, diantaranya yaitu: Kelurahan PB Selayang II, Kelurahan
Tanjung Sari, dan Kelurahan Asam Kumbang. Jumlah penduduk terbanyak di
Kecamatan Medan Selayang berada di Kelurahan Tanjung Sari dengan jumlah
29.584 jiwa, sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit berada di
Kelurahan Beringin dengan jumlah 7.731 jiwa.
Jumlah penduduk Kecamatan Medan Selayang menurut kelompok umur
dan jenis kelaminnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.1.2.3
Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin Di Kecamatan Medan Selayang Tahun 2009
Kelompok Umur Jenis Kelamin Jumlah
Laki-Laki Perempuan
0-4 3457 3738 7195
5-14 7551 8026 15577
15-44 23037 23067 46104
45-64 6814 6579 13393
<=65 1575 1834 3409
Jumlah 42434 43244 85678
Pada tabel 4.1.2.3 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk pada
Kecamatan Medan Selayang untuk tahun 2008 yang terbanyak adalah umur
15-44 tahun yaitu 46.104 jiwa dengan perbandingan lebih banyak perempuan dari
pada laki-laki, untuk perempuan berjumlah 23.067 jiwa dan laki-laki berjumlah
6814 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk terendah pada Kecamatan Medan
Selayang yaitu yang berusia lebih dari 65 tahun yaitu 3409 jiwa dengan
perbandingan jumlah perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Jumlah
perempuan yaitu 1834 jiwa, sedangkan laki-laki 1575 jiwa.
Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk berdasarakan Kecamatan Medan
Selayang berdasarkan agama:
Tabel 4.1.2.4
Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Selayang Menurut Agama Kecamatan/ Kelurahan Islam Kristen Khatolik Hindu Budha
Medan
Selayang
Asam Kumbang 16820 2758 473 285 1066
Tanjung Sari 26548 9942 1829 287 163
PB Selayang II 15038 9827 1628 465 91
Beringin 3405 5264 1129 8 1
PB Selayang I 7883 4450 635 214 29
Sempaka 4111 6765 1441 1 5
Jumlah per Kecamatan 73805 39006 7135 1260 1355
Jumlah keseluruhan 73805 39006 7135 1260 1355
Pada tabel 4.1.2.5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbesar
berdasarkan agama pada Kecamatan Medan Selayang adalah penduduk yang
memeluk agama islam yaitu 73.805 jiwa, sedangkan yang terendah yaitu
penduduk yang memeluk agama hindu yaitu 1260 jiwa. Penduduk yang terbanyak
memeluk agama islam diantara semua kelurahan di Kecamatan Medan Selayang
aadalah kelurahan Tanjung Sari yaitu 26548 jiwa dan yang terkecil adalah
kelurahan Beringin yaitu 3405 jiwa.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Jumlah sarana dan prasarana pada Kecamatan Medan Selayang dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.1.3.1
Jumlah Sarana dan Prasarana di Kecamatan Medan Selayang
No Kelurahan TK SD SMP SLTA AKADEMI PT
1 Asam Kumbang 2 3 2
2 Beringin 2 2 1
3 PB Selayang II 2 3 2 2
4 PB Selayang I 3 4 2 2
5 Sempaka 3 4 2 1 1
6 Tanjung Sari 4 5 4 3 2
Jumlah 16 21 13 8 1 2
Sumber: Data Kecamatan Medan Selayang
Berdasarkan tabel 4.1.3.1 di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Medan