ABSTRAK
Gaya hidup merupakan salah satu faktor risiko utama pada diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pola makan dan aktivitas fisik remaja sebagai faktor risiko diabetes tipe 2. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional deskriptif dan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner tervalidasi yang telah melalui uji pemahaman bahasa dan reliabilitas, dengan aspek yang diukur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap dianalisis dengan cara menghitung jumlah poin (biserial dan likert)pada setiap aspek dan dikategorikan, lalu dihitung persentase per kategori (baik, cukup dan kurang). Tindakan pola makan dibahas secara deskriptif, sedangkan untuk aktivitas fisik dianalisis menggunakan baecke kuesioner, lalu dihitung persentase per kategori (ringan, sedang dan berat). Hasil yang didapat yaitu pola makan aspek pengetahuan terdapat 61,2% responden kategori baik dan untuk aspek sikap terdapat 71,4% (baik). Aktivitas fisik aspek pengetahuan terdapat 84,7% (baik); aspek sikap terdapat 45,9% (baik) dan 51% (cukup); sedangkan aspek tindakan 87,8% masuk dalam tingkat aktivitas berat. Pola makan dan aktivitas fisik responden sudah masuk dalam kategori baik di semua aspek, sehingga dapat disimpulkan bahwa pola hidup remaja sudah dapat dikatakan baik.
ABSTRACT
Lifestyle is one of the major risk factors in diabetes mellitus (DM) type 2. This study aimed to get an overview of dietary pattern and physical activity in adolescents as the risk factor of type 2 diabetes. Method: the study used a descriptive observational with cross-sectional study design. The instrument used in this study wasvalidated questionnaire that had been tested with language comprehension and reliability test, and its measured aspects were knowledge, attitude and action. Knowledge and attitude were analyzed by calculating the points (biserial and likert) of each aspect and being categorized, then each category (good, enough and less) were calculated in percentage. Action aspect of dietary pattern was discussed descriptively and physical activity was analyzed using the Baecke questionnaire, and then the percentage of each category (light, moderate and vigorous) were calculated. Result: the result of knowledge aspect of dietary pattern showed that there were 61.2% of respondents in good category; and for attitude were 71.4% (good). Knowledge aspect of physical activity showed that there were 84.7% of respondents in good category; for attitude aspect were 45.9% (good) and 51% (enough); while the action aspect were 87.8% in vigorous activity. Conculsion: dietary pattern and physical activity of respondents had been categorized as good in all aspects, so that it could be concluded that adolescents’s lifestyle was enough to be categorized as good.
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN TERHADAP POLA HIDUP TERKAIT FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA REMAJA DI KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Resky Benray Moon 138114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN TERHADAP POLA HIDUP TERKAIT FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA REMAJA DI KECAMATAN MANTRIJERON YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Resky Benray Moon 138114042
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Matius 6:33 Tetapi carilah dahulu
Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan ditambahkan
kepadamu.
KARYA INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA TUHAN YESUS BAPAK IBU DAN SAUDARA-SAUDARIKU
SAHABAT DAN TEMAN-TEMAN ANGKATAN FARMASI 2013
DAN ALMAMATERKU UNIVERSITAS SANATA DHARMA
viii ABSTRAK
Gaya hidup merupakan salah satu faktor risiko utama pada diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pola makan dan aktivitas fisik remaja sebagai faktor risiko diabetes tipe 2. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional deskriptif dan rancangan penelitian cross-sectional. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner tervalidasi yang telah melalui uji pemahaman bahasa dan reliabilitas, dengan aspek yang diukur yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan. Pengetahuan dan sikap dianalisis dengan cara menghitung jumlah poin (biserial dan likert)pada setiap aspek dan dikategorikan, lalu dihitung persentase per kategori (baik, cukup dan kurang). Tindakan pola makan dibahas secara deskriptif, sedangkan untuk aktivitas fisik dianalisis menggunakan baecke kuesioner, lalu dihitung persentase per kategori (ringan, sedang dan berat). Hasil yang didapat yaitu pola makan aspek pengetahuan terdapat 61,2% responden kategori baik dan untuk aspek sikap terdapat 71,4% (baik). Aktivitas fisik aspek pengetahuan terdapat 84,7% (baik); aspek sikap terdapat 45,9% (baik) dan 51% (cukup); sedangkan aspek tindakan 87,8% masuk dalam tingkat aktivitas berat. Pola makan dan aktivitas fisik responden sudah masuk dalam kategori baik di semua aspek, sehingga dapat disimpulkan bahwa pola hidup remaja sudah dapat dikatakan baik.
Kata Kunci: Pola Hidup; Faktor Risiko Diabetes Melitus; Observasional Deskriptif
ix ABSTRACT
Lifestyle is one of the major risk factors in diabetes mellitus (DM) type 2. This study aimed to get an overview of dietary pattern and physical activity in adolescents as the risk factor of type 2 diabetes. Method: the study used a descriptive observational with cross-sectional study design. The instrument used in this study wasvalidated questionnaire that had been tested with language comprehension and reliability test, and its measured aspects were knowledge, attitude and action. Knowledge and attitude were analyzed by calculating the points (biserial and likert) of each aspect and being categorized, then each category (good, enough and less) were calculated in percentage. Action aspect of dietary pattern was discussed descriptively and physical activity was analyzed using the Baecke questionnaire, and then the percentage of each category (light, moderate and vigorous) were calculated. Result: the result of knowledge aspect of dietary pattern showed that there were 61.2% of respondents in good category; and for attitude were 71.4% (good). Knowledge aspect of physical activity showed that there were 84.7% of respondents in good category; for attitude aspect were 45.9% (good) and 51% (enough); while the action aspect were 87.8% in vigorous activity. Conculsion: dietary pattern and physical activity of respondents had been categorized as good in all aspects, so that it could be concluded that adolescents’s lifestyle was enough to be categorized as good.
x DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
PRAKATA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
PENDAHULUAN ... 1
METODE PENELITIAN ... 2
Desain dan Subjek Penelitian ... 2
Pengambilan Data ... 3
Analisis Data ... 4
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 5
KESIMPULAN DAN SARAN ... 11
DAFTAR PUSTAKA……… 13
LAMPIRAN ... 15
BIOGRAFI PENULIS ... 45
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.Distribusi tingkatpengetahuan dan sikap responden terkait pola
makan...……… 7
Gambar 2. Sumber protein hewani dan nabati yang biasa dikonsumsi….……… 8 Gambar 3.Distribusi tingkat pengetahuan, sikap dan tindakan responden
terkait aktivitas fisik...………... 11
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Ethical Clearance………... 15
Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ……….…… 16
Lampiran 3.Informed Consent………... 17
Lampiran 4.Kuesioner………... 18
Lampiran 5.Uji Validasi………... 27
Lampiran 6.Uji Pemahaman Bahasa………... 30
Lampiran 7.Uji Reliabilitas………... 32
Lampiran 8.Tabel Skoring Baecke Quesioner……... 38
Lampiran 9.Hasil Analisis Quesioner………... 39
Lampiran 10.Hasil Analisis Pola Makan Aspek Tindakan ………... 43
1 PENDAHULUAN
Menurut American Diabetic Association (ADA), diabetes melitus (DM) adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan
pada sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. DM juga merupakan penyakit
degeneratif dengan risiko komplikasi yang berbahaya. Hiperglikemia kronis diabetes
berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai
organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2008).
Menurut data yang diperoleh International Diabetes Federation (IDF), 80% dari total 382 juta penderita diabetes merupakan mayoritas usia antara 40 dan 59 yang
tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Peningkatan terjadi pada semua
tipe diabetes, khususnya untuk diabetes tipe 2: jumlah penderita diabetes diperdiksikan
akan meningkat 55% pada 2035 (IDF, 2013). Kota Yogyakarta tercatat bahwa terdapat
3,0% dari total penduduk Indonesia yang menderita diabetes melitus (Kemenkes, 2013).
Pada tahun 2012, Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas melaporkan bahwa
terdapat 7.434 kasus diabetes melitus di Daerah Istimewa Yogyakarta yang masuk
dalam urutan kelima dari distribusi 10 besar penyakit berbasis STP Puskesmas (Dinas
Kesehatan DIY, 2013).
Diabetes melitus dibagi menjadi beberapa tipe yaitu DM tipe 1, DM tipe 2,
gestasional dan DM tipe lain (ADA, 2008; PERKENI, 2011). DM tipe 2 merupakan
penyakit hiperglikemi yang terjadi akibat insensivitas sel terhadap insulin (Fatimah,
2015). Faktor risiko terjadinya DM tipe 2 diantaranya yaitu usia, genetik, obetitas atau
overweight, dan pola hidup. Pola hidup yang dominan menjadi pencetus DM adalah
pola makan dan aktivitas fisik (Koda-Kimble, 2009).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati dan Setyorogo pada tahun
2013, didapatkan korelasi signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM tipe 2.
Orang yang melakukan aktivitas fisik yang berat memiliki risiko lebih rendah
mengalami DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang aktivitas fisik sehari-harinya
ringan. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika, Wenny dan Franly di poliklinik Interna
BLU RSUP pada tahun 2013, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara pola
makan dengan kejadian diabetes melitus. Orang yang terlalu banyak mengonsumsi
makan tinggi gula, frekuensi makan tidak teratur dan makan tidak tepat waktu memiliki
2
Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek
samping modernisasi di perkotaan maka problem penyakit tidak menular seperti
diabetes cenderung meningkat (Dinas Kesehatan DIY, 2013). Kecematan Mantrijeron
terletak di kota Yogyakarta yang merupakan kota yang cukup maju dengan segala
fasilitas yang membuat semua menjadi serba instan (makanan, teknologi-informasi,
maupun transportasi).
Masyarakat yang menjadi sasaran dari penelitian adalah remaja, baik putra
maupun putri dari kecamatan Matrijeron. Menurut WHO, remaja adalah penduduk
dalam rentang usia 10-19 tahun (Kemenkes, 2015). Pola hidup remaja zaman sekarang
cenderung kurang teratur yang berisiko menyebabkan diabetes di kemudian hari.
Remaja zaman sekarang umumnya lebih suka jajan dan makan di luar rumah. Makanan
jajanan yang dijual oleh kantin sekolah pada umumnya menjual makanan dengan
kandungan energi dan lemak yang tinggi, tetapi rendah serat, vitamin, dan mineral.
Perkembangan video game dan teknologi informasi menyebabkan berkurangnya aktivitas fisik (Pramono, 2014).
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, peneliti ingin mengamati pola
makan dan aktivitas fisik pada remaja terkait faktor risiko DM tipe 2 di Kecamatan
Mantrijeron, Yogyakarta.
METODE PENELITIAN Desain dan Subjek Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan deskriptif observasional dengan rancangan
penelitian cross-sectional pada 98 responden remaja (non diabetes) yang tinggal di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta.Kecamatan dipilih secara simple random sampling pada 9 dari 14 kecataman di kota Yogyakata yang memenuhi kriteria.
Pemilihan subjek menggunakan teknik non-random dengan jenis purposive sampling berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Kriteria inklusi yaitu remaja sehat rentangusia15-19 tahun yang menyetujui informed consentdan mengembalikan kuesioner. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini yaitu kuesioner yang
tidak terisi secara lengkap dan responden memiliki riwayat penyakit diabetes melitus.
Penelitian yang dilakukan telah mendapat izin dari Dinas Penanaman Modal dan
Perizinan dengan nomor surat 070/0153 dan telah diketahui oleh pihak kecamatan
3
Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus
berdasarkan proporsi oleh Isaac dan Michael:
Dengan keterangan: n (jumlah sampel), N (populasi), Z (derajat konfidensi
taraf 95%), p (menaksir proporsi jumlah subjek/objek yang mempunyai karakteristik
tertentu pada suatu populasi), q (= 1-p), dan d (persentase kemungkinan kesalahan
dalam menentukan ukuran sampel 1% , 5% dan 10%).
Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tervalidasi
yang telah melalui uji pemahaman bahasa dan uji reliabilitas. Pada penelitian ini
validasi akan dilakukan melalui professional jugdement oleh dosen pembimbing dalam bentuk evaluasi dan revisi. Uji pemahaman bahasa dilakukan pada 30 responden yang
memiliki karakteristik yang mirip dengan subjek sasaran, yang digunakan untuk melihat
bahasa yang digunakan dapat dimengerti dengan mudah atau tidak.
Uji reliabilitas dilakukan pada 30 remaja yang memiliki karakteristik demografi
yang sama dengan responden untuk mendapatkan nilai Cronbach Alpha. Suatu instrumen dikatakan reliabel untuk sebuah penelitian, jika didapatkan nilai koefisien
alfa Cronbach Alpha> 0,60 (Budiman dan Riyanto, 2013). Cronbach Alpha yang diperoleh untuk pola makan yaitu aspek pengetahuan (0,727) dan sikap (0,767),
sedangkan aktivitas fisik aspek pengetahuan didapatkan (0,623), sikap (0,765) dan
aspek tindakan (0,832).
Kuesioner disebar pada remaja yang berumur 15-19 tahun, yang menyetujui
inform consent dan bersedia mengisi serta mengembalikan kuesioner. Kuesioner berisi
beberapa pernyataan terkait pola makan dan aktivitas fisik, sehingga akan didapatkan
gambar pola hidup dari responden. Aspek yang akan diukur pada penelitian ini adalah
4 Analisis
Pengukuran pengetahuan digunakan skala biserial, sedangkan untuk pengukuran
sikap berupa poin penilaian (skala likert). Pola makan dan aktivitas fisik aspek
pengetahuan dan sikap masing-masing terdapat 14 pernyataan, kecuali untuk aktivitas
fisik aspek pengetahuan terdapat 10 pernyataan. Setiap pernyataan terbagi menjadi
favoreable (bersifat positif) dan unfavoreable (bersifat negatif). Lihat Lampiran 10. Jumlah dan sifat pernyataan. Kategori tingkat pengetahuan dan sikap dibagi menjadi tiga berdasarkan nilai presentase yaitu baik jika nilai presentase ≥75% dari total poin, cukup jika nilai presentase 56-74%, dan kurang jika nilai presentase <55% (Budiman
dan Riyanto, 2013).
Aspek tindakan pada aktivitas fisik terdiri dari 22 pertanyaan yang diadopsi dari
Baecke questionnaire. Baecke membagi aktivitas fisik menjadi 3 bagian yaitu aktivitas fisik pada waktu bekerja (nomor 1, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 21), berolahraga (nomor 2, 3, 4,
11, 15, 16, 17, 18, 19 dan 22) dan waktu luang (nomor 12, 13, 14, dan 20). Poin
penilaian dapat dilihat pada (lampiran 4.Tabel SkoringBaecke questionnaire).
Untuk isi pertanyaan nomor 3, 4, 16, 17, 18 dan 19 terdiri dari intensitas
olahraga, waktu berolahraga, dan proporsi olahraga. Ketiga aspek tersebut akan
dikalkulasi menggunakan rumus:
∑
Rumus untuk mendapatkan nilai indeks aktivitas fisik adalah sebagai berikut:
Work index = [ ] Sport index = [ ]
Leisuring-time index = [ ]
Nilai indeks total = Work index + Sport index + Leisuring-time index
(Baecke et al, 1982).
Berdasarkan nilai indeks totalnya, tingkat aktivitas fisik akan dihasilkan dalam
bentuk kategori menjadi aktivitas ringan (nilai indeks < 6,2), aktivitas sedang (nilai
5
dikategorikan, lalu dihitung persentase per kategori. Analisis aspek tindakan aktivitas
fisik dilakukan dengan menghitung frekuensi total poin dan dikategorikan (Baecke questionnaire), lalu dihitung persentase per kategori. Sedangkan aspek tindakan pola makan akan dilihat persentase per jawaban.
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Demografi
Penelitian ini dilakukan pada 98 responden remaja di Kecamatan Mantrijeron,
Yogyakarta.Data menunjukan bahwa responden laki-laki (52%) sedikit lebih dominan
dibandingkan perempuan (48%); mayoritas umur responden 16 (25,5%) dan 17 tahun
(25,5%); tingkat pendidikan responden didominasi oleh SMA/SMK 58,2%; dan
pendapatan orang tua responden lebih banyak dibawah Upah Minimum Regional (<
Rp.1.500.000) yaitu 52%. Munculnya diabetes melitus tipe 2 dapat dipengaruhi faktor
usia, jenis kelamin, pendidikan, sosial-ekonomi, dan lingkungan (Jelantik, 2014; Irwan,
2010; Mongisidi, 2014; dan Dinas Kesehatan DIY, 2013). Karakteristik demografi
responden ditunjukan pada tabel berikut:
Tabel I. Karakteristik demografi dan status responden penelitian (n=98).
Karakteristik Demografi Frek. Presentase (%)
Usia (tahun) 15 22 22,5
Keterangan: *Di atas UMR (≥ Rp 1.500.000); dibawah UMR (< Rp.1.500.000).
Penelitian ini ingin melihat gambaran pola makan dan aktivitas fisik remaja di
kecamatan Mantrijeron dengan aspek yang diukur yaitu pengetahuan, sikap dan
tindakan. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan bahwa pola makan dan
6
sikap remaja yang rata-rata masuk dalam kategori cukup hingga baik. Tindakan
responden terkait aktivitas fisik juga sudah masuk dalam kategori sedang hingga berat.
Tabel dibawah menunjukkan gambaran mengenai pola makan dan aktivitas fisik
responden.
Faktor-faktor yang dapat menggeser pola hidup responden ke arah yang kurang
sehat diantaranya adalah lingkungan terkait fasilitas yang tersedia, pergaulan remaja
serta budaya yang ada di masyarakat. Selain itu perkembangan teknologi informasi dan
transportasi, serta peningkatan status sosial ekonomi juga dapat menggeser pola hidup
responden yang baik ke arah pola hidup yang kurang sehat (Dinas Kesehatan DIY,
2013). Faktor internal dari responden sendiri juga sangat berpengaruh seperti stres dan
kedisiplinan mereka dalam menjaga pola hidup sehat.
Tabel II. Pola makan dan aktivitas fisik dalam aspek pengetahuan, sikap dan tindakan
Keterangan : * n= jumlah responden
Pola Makan Responden a. Pengetahuan dan Sikap
Gaya hidup sehat semestinya sudah dilakukan sejak masih muda, agar ketika
memasuki masa lansia seseorang dapat terhindar dari banyak masalah kesehatan
(Kuniawan, 2010; Simanullang, 2011). Pola makan merupakan salah satu faktor yang
menjadi pencetus diabetes melitus. Aspek yang perlu ditekankan pada pola makan yaitu
tentang pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis, dan jumlah
makanan (PERKENI, 2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Sartika, Wenny dan Franly di poliklinik Interna
BLU RSUP pada tahun 2013, menyatakan bahwa orang yang terlalu banyak
7
waktu memiliki risiko terkena DM. Pola makan yang tidak sehat yaitu pola konsumsi
dengan total kalori yang tinggi, asupan serat yang rendah, beban glikemik yang tinggi
dan tingginya rasio lemak jenuh yang dapat menjadi penyebab diabetes melitus (Alberti,
2007). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa 71,4% responden sudah memiliki sikap
yang baik dengan menghindari pola makan yang tidak sehat. Pengetahuan responden
mengenai pola makan sehat juga sudah masuk dalam kategori cukup (33,7%) dan baik
(61,2%).
Gambar 1.Distribusi tingkat pengetahuan dan sikap responden terkait pola makan.
Pengetahuan responden yang sudah dapat dikatakan baik dapat dipengaruhi
karena kemajuan teknologi informasi di daerah perkotaan yang memberikan fasilitas
bagi masyarakat umum maupun remaja untuk mendapatkan berbagai informasi dengan
mudah (Suharsi, 2014). Pengetahuan tentang gizi mempunyai peran yang penting dalam
membentuk kebiasaan makan seseorang, karena ini dapat mempengaruhi seseorang
dalam memilih jenis dan jumlah yang dikonsumsi. Selain itu sikap responden terkait
sarapan pagi sebelum beraktivitas, makan siang sebelum ada rangsangan lapar dan
makan malam sebelum tidur (Fitri, 2013). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa
72,5% responden (No. 1-a) melaksanakan pola makan teratur 3 kali sehari dan 39,8%
responden (No. 9-c) tidak pernah melewatkan sarapan pagi, sedangkan 40,8% (No. 9-b)
hanya melewatkan sarapan kurang dari 3 kali dalam seminggu.
8
Salah satu cara untuk mengurangi risiko diabetes yaitu dengan menjaga perilaku
makan sehari-hari yang sehat dan seimbang dengan meningkatkan konsumsi sayuran
dan buah, membatasi makanan tinggi lemak dan karbohidrat sederhana (Hasnah, 2009).
Komposisi makan yang dianjurkan yaitu karbohidrat sebesar 45-65% , lemak
dianjurkan sekitar 20-25% dan protein 10 – 20% dari total asupan energi/kalori yang bisa didapat dari seafood (ikan, udang,cumi,dll), daging tanpa lemak, ayam tanpa kulit, kacang-kacangan, tahu, dan tempe. Selain itu perlu juga asupan serat± 25 g/hariyang
dapat diperoleh darikacang-kacangan,buah, dan sayuran serta sumber karbohidrat yang
tinggi serat (PERKENI, 2011).
Pada hasil penelitian ini diketahui bahwa 40,8% responden biasa makan dengan
nasi, lauk, sayur dan buah, sedangkan 44,9% hanya mengonsumsi nasi, lauk dan sayur.
Sumber protein hewani yang biasa dikonsumsi responden yaitu telur (76,5%), ikan (69,4
%) dan daging ayam dengan kulit (58,2%), sedangkan sumber protein nabati yaitu
tempe (89,8%), tahu (83,7%), dan kacang kedelai (62,2%).
Dari hasil diketahui bahwa tingkat konsumsi responden terkait sumber protein
hewani bertolak belakang dengan pendapatan orang tua responden yang sebagian besar
di bawah upah minimum regional (UMR). Hal ini menunjukan bahwa pola makan
responden masih perlu adanya perbaikan, agar risiko diabetes menjadi rendah dan beban
ekonomi responden berkurang. Hal ini dapat dipengaruhi adanya subjektivitas
responden dalam mengisi kuesioner karena pendapatan orang tua yang tidak menentu
(pekerjaan informal), serta pengaruhi pergaulan antar remaja yang menyeret responden
ke arah pola makan tidak sehat walaupun pendapatan orang tuanya di bawah UMR.
Gambar 2. Sumber protein hewani dan nabati yang biasa dikonsumsi
9
Terdapat 58,2% dari responden lebih sering makan makanan yang diolah dengan
cara digoreng dan hanya 25,5% yang suka makanan yang direbus ataupun
ditumis.50,3% responden terbiasa mengonsumsi makanan digoreng lebih dari 3 kali
dalam seminggu. Selain itu diketahui juga bahwa 34,7% responden mengonsumsi sayur
2 porsi sehari dan 32,7% responden mengonsumsi kurang dari 2 porsi sehari. Pola
konsumsi makanan cepat saji responden yaitu 45,9% yang mengonsumsi kurang dari 3
kali seminggu dan 39,8% yang kurang dari 1 kali. Mayoritas dari responden terbiasa
mengonsumsi minuman-minuman manis kurang dari 3 kali seminggu yaitu 43,9%.
Tabel III. Jenis dan frekuensi konsumsi makanan dan minuman per hari/minggu
No. Jenis Frekuensi
(konsumsi per hari/minggu) n (%)
1. Sayuran Lebih dari 2 porsi sehari 2 porsi sehari
Kurang dari 2 porsi sehari Kurang dari 1 porsi sehari
17 2. Buah-buahan ≥2 kali dalam sehari
Kurang dari 2 kali dalam sehari Kurang dari 1 kali dalam sehari
20 4. Makanan (digoreng) Lebih dari 1 kali dalam sehari
1 kali dalam sehari
≥3 kali dalam seminggu
Kurang dari 3 kali dalam seminggu
25 5. Makanan Manis 3 kali atau lebih dalam seminggu
Kurang dari 3 kali
Menurut Gabby Mongisidi (2014), status sosial ekonomi (pendapatan) dapat
mempengaruhi konsep pola konsumsi seimbang dari seseorang yang dikaitkan biaya
untuk memenuhi kebutuhan. Rendahnya pola konsumsi buah-buahan dan junk food
dapat dipengaruhi oleh pendapatan orang tua responden yang rata-rata di bawah upah
minimal regional.Kebiasaan makan seseorang dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan
budaya yang ada di masyarakat (Saleha, 2005). Tingginya konsumsi makanan (manis
10
dan minuman seperti ini sudah membudaya bagi masyarakat jawa. Rata-rata makanan
dan minuman yang tersedia cenderungmanis, serta cukup banyak ditemui jenis makanan
yang diolah dengan cara digoreng.
Tindakan responden yang sudah baik dapat dipengaruhi karena selama masa
remaja peran orang tua masih cukup mendominasi dalam menentukan menu makanan,
sehingga pola makan responden terkait sikap ataupun tindakan masih tergolong baik
(Lukmano, 2013). Selain itu tingkat pengetahuan dapat mempengaruhi sikap dan
tindakan seseorang dalam memilih makanan, sehingga jika responden sudah memiliki
pengetahuan yang baik maka sikap dan tindakan responden akan baik (Harper et al.
1985 dalam Lingga, 2011).
Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian Abdul Kadir (2016) yang
menyimpulkan bahwa kebiasaan makan remaja di perkotaan masih dalam batas
kewajaran, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kemajuan teknologi dan
pergaulan antar remaja dapatmenggeser kebiasaan makan yang masih relatif baik ke
kebiasaan makan makanan modern. Jika kebiasaan makan yang baik tetap dapat
dipertahankan, maka risiko terkena diabetes melitus akan semakin kecil.
Aktivitas Fisik Responden a. Pengetahuan dan Sikap
Berdasarkan beberapa studi cross-sectional dan longitudinal, aktivitas fisik menjadi prediktor independen pada diabetes melitus tipe 2 (Alberti, 2007). Resistensi
insulin ini merupakan hasil dari interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Faktor
lingkungan yang dimaksud terkait gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik,
makanan yang dikonsumsi dan obesitas (Styen et. al, 2004). Menurut Fatimah (2015),
aktivitas fisik sehat yang dianjurkan untuk dilakukan yaitu latihan teratur (3-4 kali
seminggu) selama kurang lebih 30 menit, yang dapat bersifat Continous, Rhythmical, Interval, Progresive,dan Endurance (CRIPE).
Pengetahuan dapat diartikan sebagai hasil dari tahu, terjadi setelah seseorang
melakukan pengindraan pada suatu objek tertentu.(Notoatmojo, 2010). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa 84,7% responden sudah memiliki pengetahuan yang baik
tentang aktivitas fisik yang sehat.Sedangkan aspek sikap sendiri menunjukan bahwa
terdapat 45,9% dengan kategori baik dan 51% responden masih dalam kategori cukup.
11
terkait aktivitas fisik sehat, sehingga diharapkan hal ini dapat mempengaruhi sikap
maupun tindakan responden ke arah yang baik.
Pengetahuan responden yang baik ini dipengaruhi karena remaja diperkotaan
memiliki fasilitas yang mendukung mereka dalam mendapatkan informasi sebagai
sumber pembelajaran dengan mudah.Selain itu terdapat faktor internal yang dapat
mempengaruhi pengetahuan responden seperti kondisi fisik, minat, persepsi,
intelenjensi, motivasi maupun emosi (Notoatmojo, 2010). Sikap responden yang baik
dapat dipengaruhi karena pengetahuan responden yang sudah baik terkait aktivitas fisik
yang sehat.
b. Tindakan
Aktivitas yang dilakukan oleh tubuh membutuhkan energi yang dikeluarkan,
begitupun sebaliknya apabila aktivitas fisik berkurang maka lebih banyak energi yang
tersimpan didalam tubuh (Azizah, 2014). Aktivitas fisik dapat mengontrol gula
darah,karena glukosa akan diubah menjadi energi pada saat beraktivitas fisik. Aktivitas
fisik juga mengakibatkan sensitivitas insulin semakin meningkat sehingga kadar gula
dalam darah akan dapat terkontrol lebih baik. (Kemenkes,2008).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aktivitas fisik remaja di kecamatan
Mantrijeron sudah baik. Tindakan responden terkait aktivitas fisik sudah dapat
dikatakan baik, karena 87,8% responden melakukan aktivitas fisik yang tergolong
berat.Sebagian besar responden masih rutin berolahraga dan menghindari aktivitas fisik
yang kurang sehat (sedentary activity) seperti menonton televisi, bermain gadget, bermain komputer dan internet, serta membaca buku dalam waktu yang lama. Jika
responden dapat dipertahan sikap dan tindakan yang sudah baik ini, maka risiko
responden terkena diabetes melitus akan semakin kecil.
12
Sikap adalah reaksi atau respon yang bersifat tertutup dari seseorang terhadap
suatu objek atau stimulus, sedangkan bila sikap diwujudkan dalam suatu perbuatan
nyata disebut sebagai tindakan. Pengetahuan, sikap dan tindakan memiliki keterkaitan
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain, dimana tingkat pengetahuan dapat
mempengaruhi sikap dan tindakan seseorang (Achmadi, 2013; Notoatmojo, 2010).
Tindakan responden yang sudah baik dapat dipengaruhi karena sebagian besar
responden sudah memiliki pengetahuan yang baik tetang aktivitas fisik yang sehat.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan:
1. Pengetahuan, sikap dan tindakan remaja (usia 15-19 tahun) di kecamatan Mantrijeron
terkait pola makan dan aktivitas fisik sebagai faktor risiko diabetes melitus tipe 2
sudah dapat dikatakan baik, namun masih ada pola makan yang masih perlu
diperbaiki seperti tinggi pola konsumsi makanan yang goreng, konsumsi daging,
makanan dan minuman manis, serta rendahnya pola konsumsi buah.
2. Data karakteristik demografi menunjukan bahwa responden laki-laki (52%) sedikit
lebih dominan dibandingkan perempuan (48%); mayoritas umur responden 16
(25,5%) dan 17 tahun (25,5%); tingkat pendidikan responden didominasi oleh
SMA/SMK 58,2%; dan pendapatan orang tua responden lebih banyak dibawah Upah
Minimum Regional (< Rp.1.500.000) yaitu 52%.
SARAN
Pada penelitian ini diketahui bahwa dalam beberapa aspek, responden masih
belum mencerminkan pola hidup yang sehat, namun secara keseluruhan sudah dapat
dikatakan baik.Olehkarena itu peneliti menyarankan perlu dilakukan penelitian lebih
lanjut yang dapat memperbaiki atau mengurangi pola hidup yang kurang sehat seperti
pola konsumsi makanan yang digoreng, makanan dan minuman manis yang tinggi, serta
13 DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, F, 2013, Kesehatan Masyarakat, Edisi 1, Grafindo, Jakarta, hal. 119, 123. Alberti, K. G. M. M., Zimmet, P., Shaw, J., 2007, Internasional Diabetes Federation: a
Consensus on Type 2 Diabetes Prevention, Diabetic Medicine, 24: 453.
American Diabetes Association, 2008, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Diabetes Care., 31(1): S62.
Azizah, 2014, Hubungan Asupan Energi dan Aktivitas Fisik dengan Indeks Massa Tubuh pada Remaja Putri di Madrasah Aliyah Almukmin Sukoharjo, Surakarta: Universitas Muhammadiyah, hal. 9.
Budiman, Riyanto, A., 2013, Kapita Selekta Kuesioner: Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 11-22.
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013, Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta 2013, hal. 43.
Fitri, R., 2013, Deskripsi Pola Makan Penderita Maag pada Mahasiswa Jurusan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Padang, hal. 4.
Mongisidi, G., 2014, Hubungan antara Status Sosial-ekonomi dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Interna BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Universitas Sam Ratulangi, 1 (1): 6-7.
Hasnah, 2009, Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2, Media Gizi Pangan, 7 (1): 3.
International Diabetes Federation, 2013, IDF Diabetes Atlas, 6th Edition, 13.
Ifada, I., Nugroho, T., 2010, Faktor-Faktor yang Berpengaruh dengan Pengetahuan Masyarakat mengenai Pelayanan Kesehatan Mata, Universitas Diponegoro: Semarang, hal 9.
Irawan, Dedi, 2010,Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Daerah Urban Indonesia (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2007), Thesis Universitas Indonesia, hal. 24.
Jelantik, I. G. M., Haryati, Hj. E., 2014, Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin, Kegemukan dan Hipertensi dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram, Media Bima Ilmiah, 8 (1): 40.
14
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi : Situasi dan Analisis Diabetes, Kementerian Kesehatan RI, hal. 1-3.
Kementerian Kesehatan RI, 2014, Pusat Data dan Informasi : Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja, Kementerian Kesehatan RI, hal. 1.
Kesmas, 2012, Faktor BerpengaruhPada Sikap, http://www.indonesian-publichealth.com/2013/09/perilaku-kesehatan.html, diakses pada tanggal 6 september 2016.
Koda-Kimble, M. A., et all, 2009, Applied Therapuetics: The Clinical Use for Drugs, 9th edition, Wolters Kluwer: USA, p. 1389.
Lingga, M., 2011, Studi tentang Pengetahuan Gizi, Kebiasaan Makan, Aktivitas Fisik, Status Gizi dan Boduimage Remaja Putri yang Berstatus Gizi Normal dan Gemuk/Obes di SMA Budi Mulai Bogor, Bogor: Institut Pertanian Bogor, hal. 7.
Lukmanto, J., Kristanti, M., 2013, Pengetahuan Gizi dan Perilaku Makan Remaja di SMP Gloria 1 Surabaya, Universitas Kristen Petra, 1 (1): 81.
Neolaka, A., 2014, Metode Penelitian dan Statistik, PT Remaja Rosdakarya: Bandung, hal. 92-93, 96, 112-113, 115-116.
Notoatmojo, 2010, Ilmu Prilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, hal.23, 31.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia, (2011),Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe- 2 di Indonesia,Jakarta : PB PERKENI, hal. 21-28.
Pramono, A., Sulchan, M., 2014, Kontribusi Makanana Janajan dan Akitivitas Fisik terhadap Kejadian Obesitas pada Remaja di Kota Semarang, Jurnal Gizi Indonesia, 2 (2): 60.
Saleha, Q., 2005, Kajian Pola dan Kebiasaan Makan Masyarakat Cireundeudi Kelurahan Leuwigajah, Kecamatan Cimahi,Kabupaten bandung, Jurnal EPP, 2 (1): 25.
Sartika, S., Wenny, S. dan Franly O., 2013, Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe II di Poli Interna BLU.RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado, Ejournal Keperawatan, 1(1): 5.
Suharsi, 2014, Dampak Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terhadap Peningkatan Kegiatan Belajar Siswa, Jurnal Ilmiah PPKN IKIP Veteran Semarang, 1(1): 90.
15 LAMPIRAN
16
17 Lampiran 3.Informed Consent
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT)
No. Responden:……… Yang bertanda tangan dibawah ini :
1. Nama : ……….
2. Keluarga dari : ……….
3. Alamat : ……….
RT………..RW…….…Kelurahan………..
Kec ………
Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini, saya
(*bersedia/tidak bersedia) berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap Pola Hidup terkait Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta” dan memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada paksaan,
sebab saya memahami keikutsertaan ini akan memberi manfaat dan kerahasiaannya
akan tetap terjaga.
Yogyakarta,……… Responden
18 Lampiran 4. Kuesioner
I. DATA DEMOGRAFI RESPONDEN
Nama
:
Usia
:...tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki/Perempuan
*pilihlah dengan cara melingkari
Alamat
:
Pendidikan Terakhir : SD/ SMP/ SMA atau SMK/ Mahasiswa
Penghasilan
Orang
Tua (per bulan)
:<
Rp. 1.500.000/ ≥ Rp. 1.500.000
*pilihlah dengan cara melingkari
Status
: Penderita diabetes/ Bukan penderita
19
II. POLA MAKAN
A.
Pengetahuan
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)
No Pernyataan S TS
1. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dimana terjadi peningkatan kadar gula darah diluar batas-batas normal
2. Kemungkinan timbulnya penyakit diabetes melitus tipe 2 hanya dipengaruhi oleh riwayat keluarga/keturunan
3. Riwayat keluarga, kegemukan, pola makan yang salah dan kurangnya aktivitas fisik adalah faktor pencetus timbulnya DM
4. Diabetes melitus dapat terjadi jika saya tidak bisa mengatur pola makan.
5. Pola makan yang tidak sehat di usia muda, bukan merupakan penyebab timbulnya penyakit DM.
6. Pola makan yang baik dapat dijadikan salah satu tindakan pencegahan terhadap timbulnya penyakit DM
7. Pengaturan jumlah makanan, jenis makanan dan jadwal makan (3J) yang baik dapat mengurangi resiko timbulnya penyakit DM
8. Setiap hari mengonsumsi minuman bersoda, sirup dan minuman berpemanis secara berlebihan, tidak meningkatkan kadar gula darah di dalam tubuh.
9. Mengonsumsi makanan cepat saji secara terus menerus dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit DM
10. Asupan makanan yang dikonsumsi tidak harus disesuaikan dengan kebutuhan energi yang diperlukan oleh tubuh kita
11. Tanpa harus memperhatikan waktu makan, makan makanan yang bergizi tetaplah merupakan pola makan yang sehat
12. Waktu makan yang baik dalam sehari adalah 3 kali yakni sarapan, makan siang, dan makan malam
13. Mengonsumsi makanan yang berlemak tinggi secara berlebihan tidak berpengaruh terhadap timbulnya penyakit DM tipe 2
20
B. Sikap
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)
SS : Sangat setuju (bila saya sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan) S : Setuju (bila saya cenderung setuju dengan pernyataan yang diajukan) TS : Tidak setuju (bila saya cenderung tidak setuju dengan pernyataan yang
diajukan)
STS : Sangat tidak setuju (bila saya sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya lebih memilih untuk melampiaskan kekesalan lewat makan atau ngemil daripada melakukan olahraga
2. Saya merasa mengatur pola makan sehat tidak penting untuk dilakukan, karena saya masih remaja.
3. Saya merasa tidak perlu menjaga pola makan saya karena saya belum menderita DM
4. Saya lebih suka mengonsumsi makanan berserat seperti buah dan sayuran daripada mengonsumsi berbagai jenis makanan siap saji 5. Saya cenderung makan saat saya lapar tanpa harus melakukan
pengaturan jadwal makan secara teratur
6. saya merasa tetap perlu menjaga pola makan sehat walaupun saya tidak mengalami obesitas
7. Saya lebih suka mengonsumsi air putih dibandingkan mengonsumsi minuman bersoda dan minuman dengan pemanis buatan
8. Saya tidak merasa khawatir untuk mengonsumsi makanan yang sayuran yang dimasak sendiri dibandingkan makan di tempat makan cepat saji (junk food).
13. Saya lebih cenderung menghabiskankan uang saku dengan membeli makanan seperti gorengan atau makanan siap saji.
21
II. AKTIVITAS FISIK
A.
Pengetahuan
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)
No Pernyataan S TS
1. Kurangnya aktivitas fisik dapat menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit DM
2. Pasien yang telah menderita DM tidak perlu melakukan aktivitas fisik secara rutin karena telah diberikan obat antidiabetes
3. Aktivitas fisik hanya perlu dilakukan oleh orang yang telah terkena penyakit DM saja
4. Aktivitas fisik yang kurang di usia muda tidak berpengaruh terhadap risiko timbulnya penyakit DM
5. Rutin melakukan aktivitas fisik adalah salah satu cara mencegah penyakit diabetes melitus tipe 2.
6. Aktivitas fisik tidak harus dilakukan selama berjam-jam, cukup selama 15-30 menit tetapi rutin dilakukan
7. Melakukan kegiatan ringan dalam keseharian seperti rekreasi, berjalan-jalan di taman, berkebun dan membersihkan pekarangan rumah dapat dikatakan sebagai aktivitas fisik
8. Menghabiskan waktu berjam-jam untuk bermain game ataupun menonton tv tidak berpengaruh terhadap kesehatan.
9. Berolahraga ringan selama 15-30 menit tetapi rutin dilakukan dapat menghindarkan kita dari risiko diabetes.
22
B.
Sikap
Pilihlah jawaban dari pernyataan-pernyataan dibawah ini pada tempat yang telah disediakan dengan memberi tanda centang (√)
SS : Sangat setuju (bila saya sangat setuju dengan pernyataan yang diajukan) S : Setuju (bila saya cenderung setuju dengan pernyataan yang diajukan) TS : Tidak setuju (bila saya cenderung tidak setuju dengan pernyataan yang
diajukan)
STS : Sangat tidak setuju (bila saya sangat tidak setuju dengan pernyataan yang diajukan)
No Pernyataan SS S TS STS
1. Saya merasa tidak perlu berolahraga secara rutin karena saya masih muda
2. Saya lebih memilih bermain game/gadget didalam rumah daripada beraktivitas diluar rumah
3. Saya lebih memilih melampiaskan kekesalan saya lewat berolahraga daripada lewat makanan
4. Saya merasa tidak perlu untuk berolahraga secara rutin karena saya belum terkena DM
5. Saya menyukai jenis olahraga aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang
6. Saya lebih memilih hobi seperti menonton dan membaca buku daripada berolahraga.
7. Saya rutin melakukan olahraga ringan (jogging, jalan berjalan kaki, menggunakan tangga (tidak menggunakan lift)
10. Saya memilih untuk tetap melakukan aktivitas fisik secara rutin walaupun sedang dalam masa liburan 11. Saya lebih menyukai ikut kegiatan ekstrakulikuler
dibanding dengan langsung pulang ke rumah.
12. Saya berolahraga kurang dari 15 menit tiap 1 kali berolahraga.
13. Lebih baik olahraga berat tapi tidak teratur daripada olahraga ringan tapi secara teratur.
23
IV. TINDAKAN
KUESIONER PERILAKU KONSUMSI MAKANAN
Dibawah ini adalah pertanyaan tentang makanan yang sering dikonsumsi.Berikan tanda lingkaran pada jawaban yang anda anggap paling tepat.
1. Berapa kali frekuensi makan utama anda dalam sehari? a. Teratur, lebih dari 3 kali
b. Teratur, 3 kali sehari c. Teratur, 2 kali sehari d. Tidak teratur tiap harinya
2. Untuk memenuhi kebutuhan gizi, apa sajakah yang anda makan setiap kali andamakan?
a. Nasi + lauk+ sayur + buah b. Nasi + lauk + sayur c. Nasi + lauk
3. Dari sumber protein hewani berikut mana yang sering anda konsumsi (lebih dari 3 kali dalam seminggu)? (Pilih maksimal 4 jawaban)
a. Daging sapi dengan lemak b. Daging ayam dengan kulit c. Daging ikan
d. Daging sapi tanpa lemak e. Daging ayam tanpa kulit f. Udang
g. Cumi-cumi h. Kepiting i. Telur
4. Dari sumber protein nabati berikut mana yang sering anda konsumsi (lebih dari 3 kali dalam seminggu)? (Pilih maksimal 4 jawaban)
a. Tempe
5. Berapa porsi anda mengonsumsi sayur dalam sehari ? a. Lebih dari 2 porsi sehari
b. 2 porsi sehari
c. Kurang dari 2 porsi dalam sehari d. Kurang dari 1 porsi dalam sehari
6. Berikut merupakan makanan selingan (snack) yang sering anda konsumsi? a. Buah-buahan
b. Kacang-kacangan c. Kue/roti manis
7. Berapa kali anda mengonsumsi buah-buahan dalam sehari? a. 2 kali atau lebih dalam sehari
b. Kurang dari 2 kali sehari c. Kurang dari sekali sehari
8. Dalam seminggu, berapa kali anda mengonsumsi makanan cepat saji (fast food) di restoran ?
24 c. Kurang dari 1 kali
9. Dalam seminggu berapa kali biasanya anda melewatkan sarapan pagi? a. 3 kali atau lebih
b. Kurang dari 3 kali c. Tidak pernah sama sekali
10. Dari jenis masakan berikut mana yang sering anda konsumsi? a. Masakan dengan santan
b. Masakan dengan kuah lemak/kaldu c. Masakan yang digoreng
d. Makanan yang ditumis/dikukus/direbus
11. Berapa kali anda mengonsumsi makanan dengan cara digoreng ? a. Lebih dari 1 kali dalam sehari
b. 1 kali dalam sehari
c. 3 kali atau lebih dari 3 kali dalam seminggu d. Kurang dari 3 kali dalam seminggu
12. Berapa kali anda mengonsumsi makanan manis (kue/roti) atau makanan ringan (chiki, chitato) dalam seminggu?
a. 3 kali atau lebih b. Kurang dari 3 kali c. Kurang dari 1 kali
13. Berapa kali anda mengonsumsi minuman seperti teh manis, sirup, atau minuman mengandung gula lain dalam sehari ?
a. 3 kali atau lebih b. Kurang dari 3 kali c. 1 kali
25
KUESIONER TINDAKAN AKTIVITAS FISIK
Untuk mengisi kuesioner nomor 1 sampai dengan nomor 4 berilah lingkaran pada pilihan sesuai dengan jawaban anda.
1. Bagaimana aktivitas/pekerjaan anda?
a. Aktivitas ringan : bekerja di bengkel, keterampilan listrik, membersihkan rumah, aktivitas menulis/belajar.
b. Aktivitas sedang: mencangkul, membawa beban, bersepeda
c. Aktivitas berat: berjalan menanjak dengan beban, mendaki gunung, bermain basket
2. Apakah anda berolahraga? Jika tidak, tidak perlu menjawab pertanyaan nomor 3, 4, 16, 17, 18, dan nomor 19.
a. Ya b. Tidak
3. Jika anda berolahraga : olahraga pertama yang paling sering, termasuk olahraga apakah yang anda lakukan?
a. Tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll
b. Tingkat sedang : Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis c. Tingkat berat : Bertinju, bola basket, sepakbola, mendayung
4. Jika anda berolahraga: olahraga kedua yang paling sering, termasuk olahraga apakah yang anda lakukan?
a. Tingkat rendah : Billiard, melaut, bowling, golf, dll
b. Tingkat sedang : Badminton, bersepeda, menari, berenang, tenis c. Tingkat berat : Bertinju, bola basket, sepakbola, mendayung
Untuk mengisi kuesioner nomor 5 sampai dengan nomor 22 berilah tanda cengtang (√) di kolom yang sesuai dengan jawaban anda
No Pertanyaan Tidak
7. Seberapa sering anda berjalan di sekolah/tempat kerja?
8. Selama di sekolah/tempat kerja, seberapa sering anda mengangkat beban berat?
9. Apakah anda sering merasa lelah secara fisik setelah sekolah/kerja?
10. Seberapa sering anda berkeringat di sekolah/tempat kerja?
11. Selama waktu senggang apakah anda berolahraga?
26 berkeringat selama waktu senggang saat melakukan aktivitas?
gunakan untuk berjalan atau bersepeda ketika waktu luang (dalam sehari)?
No Pertanyaan Sangat
30
Pola makan yang salah di usia muda tidak berpengaruh terhadap timbulnya penyakit DM
Pola makan yang tidak sehat di usia muda, bukan merupakan penyebab timbulnya penyakit DM.
Minum minuman bersoda, sirup, dan berpemanis secara berlebihan dan dikonsumsi secara terus-menerus tidak dapat meningkatkan kadar gula darah
Setiap hari mengonsumsi minuman bersoda, sirup dan minuman berpemanis secara berlebihan, tidak meningkatkan kadar gula darah di sehat tidak penting untuk dilakukan, karena saya masih remaja.
Saya merasa jika langsung tidur setelah makan besar, dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan.
Saya merasa langsung tidur setelah makan besar berpengaruh buruk terhadap kesehatan
Saya lebih cenderung menjajankan uang saku ke makanan seperti gorengan atau makanan siap saji.
Saya lebih cenderung menghabiskankan uang saku dengan membeli makanan seperti gorengan atau makanan siap saji.
Aktivitas Fisik (Pengetahuan)
Berolahraga berat berjam-jam tetapi tidak dilakukan secara rutin sudah cukup untuk menjaga kesehatan saya.
Berolahraga berat lebih dari 1 jam tetapi tidak dilakukan secara rutin, sudah cukup untuk menjaga kesehatan saya.
Keterangan yang diberikan:
31 b. Hasil Uji Pemahaman Bahasa
ITEM No
Pengetahuan Sikap Tindakan
(pola Makan)
Tindakan (Aktivitas Fisik) Pola Makan Aktivitas fisik Pola Makan Aktivitas Fisik
32 Lampiran 7. Uji Reliabilitas
a. Rekap Data
Tabel I. Pola Makan (Pengetahuan)
Responden Pernyataan Total
33
Tabel II. Pola Makan (Sikap)
Responden Pernyataan Total
34
Tabel III. Aktivitas Fisik (Pengetahuan)
Responden Pernyataan Total
35
Tabel IV. Aktivitas Fisik (Sikap)
Responden Pernyataan Total
36 37 b. Crobanch Alpha
1. Pola Makan (Pengetahuan)
2. Pola Makan (Sikap)
3. Aktivitas Fisik (Pengetahuan) Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.623 10
4. Aktivitas Fisik (Sikap) Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.765 14
5. Aktivitas Fisik Tindakan Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.832 22
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.727 14
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
38
Lampiran 8. Tabel Skoring Baecke Quessionnare Nomor
pertanyaan Pilihan jawaban skor
1
39 Lampiran 9. Hasil Analisis Kuesioner
Kode
Kuesioner Kelurahan Usia JK Pendidikan
39
9 Suryodiningratan 18 L MAHASISWA <UMR Cukup Baik Baik Cukup Berat
80 Suryodiningratan 19 L MAHASISWA <UMR Cukup Baik Baik Baik Sedang
81 Suryodiningratan 15 L SMP <UMR Cukup Baik Baik Baik Berat
82 Suryodiningratan 15 L SMP >UMR Cukup Baik Baik Baik Berat
83 Jogakariyan 17 L SMA <UMR Baik Baik Baik Baik Berat
84 Suryodiningratan 19 L MAHASISWA >UMR Cukup Baik Baik Baik Berat
85 Suryodiningratan 18 L MAHASISWA >UMR Cukup Baik Baik Baik Berat
86 Suryodiningratan 15 L SMP >UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
87 Suryodiningratan 17 L SMA >UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
88 Suryodiningratan 18 L MAHASISWA <UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
89 Suryodiningratan 16 P SMA <UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
90 Suryodiningratan 15 L SMP >UMR Baik Baik Baik Baik Sedang
91 Suryodiningratan 15 L SMP <UMR Kurang Baik Baik Cukup Berat
92 Suryodiningratan 15 L SMP <UMR Baik Baik Baik Baik Berat
93 Suryodiningratan 15 L SMP >UMR Baik Baik Baik Baik Berat
94 Suryodiningratan 16 L SMA <UMR Baik Baik Baik Baik Berat
95 Mantrijeron I 16 L SMA <UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
96 Suryodiningratan 17 P SMA >UMR Baik Baik Baik Cukup Berat
97 Minggiran 17 P SMA >UMR Baik Baik Baik Cukup Kurang
98 Suryodiningratan 16 P SMA <UMR Baik Baik Baik Cukup Sedang
99 Suryodiningratan 17 P SMA <UMR Baik Cukup Baik Cukup Berat
43 Lampiran 10. Hasil Analisis Pola Makan Aspek Tindakan
Pilihan
PERNYATAAN
(Terkait Frekuensi, Jenis dan Waktu Makan)
1 (%) 2 (%) 5 (%) 6 (%) 7 (%) 8 (%) 9 (%) 10 (%) 11 (%) 12 (%) 13 (%)
a 11 11,2 40 40,8 17 17,3 22 22,5 20 20,4 14 14,3 19 19,4 4 4,1 25 25,5 37 37,8 14 14,3
b 71 72,5 44 44,9 34 34,7 22 22,5 37 37,8 45 45,9 40 40,8 12 12,2 12 12,2 48 49 43 43,9
c 10 10,2 14 14,3 32 32,7 54 55 41 41,8 39 39,8 39 39,8 57 58,2 49 50,3 13 13,2 16 16,3
d 6 6.1 15 15,3 25 25,5 12 25 25,5
Total 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98 98
PERNYATAAN (Terkait Sumber Protein)
Nomor 3 Nomor 2
Pilihan Persentase
(%) Pilihan
Persentase (%)
a. Daging sapi dengan lemak 33.7 a. Tempe 89.8
b. Daging ayam dengan kulit 58.2 b. Tahu 83.7
c. Daging ikan 69.4 c. Kacang kedelai 62.2
d. Daging sapi tanpa lemak 39.8 d. Kacang tanah 46.9
e. Daging ayam tanpa kulit 49 e. Kacang mete 6.1
f. Udang 16.3 f. Kacang hijau 55.1
g. Cumi-cumi 18.4
h. Kepiting 2
44 Lampiran 11. Jumlah dan Jenis Pernyataan
Pola Makan Favorable Unfavorable
Pengetahuan 1, 3, 4, 6, 7, 9, 12 2, 5, 8, 10, 11, 13, 14
Total 7 7
Sikap 4, 6, 7, 9, 11, 12, 14 1, 2, 3, 5, 8, 10, 13
Total 7 7
Aktivits Fisik Favorable Unfavorable
Pengetahuan 1, 5, 6, 7, 9, 10 2, 3, 4, 8
Total 6 4
Sikap 3, 6, 7, 8, 9, 10, 11 1, 2, 4, 6, 12, 13, 14
44
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Pengetahuan, Sikap dan Tindakan terhadap Pola Hidup terkait Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 pada Remaja di Kecamatan Mantrijeron, Yogyakarta” dengan nama lengkap Resky Benray Moon, lahir di desa Patung, 30 Juli 1995, merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Benoe S.Pd dan Sariwulan Araiyani S.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Dharma Wanita Kecamatan Dusun Tengah (2000-2001), pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 1 Patung (2001-2007), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Paku (2007-2010), pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Frater Don Bosco Banjarmasin (2010-2013). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tahun 2013. Organisasi, kegiatan dan kepanitiaan yang diikuti penulis, antara lain menjadi anggota divisi medis Inisiasi Sanata Dharma(2014), anggota divisi perlengkapan Donor Darah JMKI(2015), Anggota Program Pengembangan Kreativitas Mahasiswa (2016), anggota aktif UKF Voli (2013-2016), anggota aktif UKF badminton (2013-2016), dan anggota aktif Student Club Herbal Garden Team (2013-2015).