INTISARI
Penyakit Hipertensi merupakan silent killer disease atau merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang memiliki angka prevalensi yang tinggi di dunia maupun di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular yang dapat mengakibatkan kematian, sehingga diperlukan evaluasi efektivitas obat dengan mengkaji ketepatan pemilihan dan dosis obat antihipertensi untuk menentukan terapi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat dan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang efektif di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospective dengan rancangan case series. Data diambil dari rekam medis pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015 dan dievaluasi berdasarkan literatur. Terdapat 12 data pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Efektivitas penggunaan obat dilihat dari terjadinya penurunan tekanan darah pada tiap hari rawat.
Pada penelitian terdapat 12 pasien yang menggunakan obat antihipertensi. Kasus terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan (58,3%) dan kelompok umur geriatri (75%). Penggunaan obat antihipertensi tunggal lebih banyak dibandingkan kombinasi yaitu sebesar 83,8%. Proporsi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada seluruh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi pada hari rawat akhir pasien di instalasi rawat Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.
ABSTRACT
Hypertension is a silent killer disease or the disease is non-communicable diseases, which has a high prevalence rate in the world and in Indonesian. Hypertension is a risk factor of cardiovascular disease that can lead to death, so it is necessary to evaluate the effectiveness of a drug by assessing the accuracy of the antihypertensive drug selection and dose to determine the appropriate therapy. This study aimed to determine the profile of drug usage and the proportion of effective antihypertensive drug use in the Inpatient at Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital at August 2015.
This study is prospective observasional descriptive study with case series design. Data was taken from inpatient medical record of Bakung ward Panembahan Senopati Hospital at August 2015 and evaluated based on the literature. There are 12 patients who entered the data in the inclusion criteria. Effectiveness of drug use seen from the decrease in blood pressure at each day care.
In the study there were 12 cases of the use of antihypertensive drugs. Most cases present in the female sex (58,3%) and the geriatric age group (75%). The use of a monotherapy antihypertensive agents more than a combination that is equal to 83,8%. The proportion of the use of antihypertensive drugs given to all patients have been effective for patients achieve therapeutic outcome at last day care of the patients in the Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital.
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP BANGSAL BAKUNG RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ira Yosida
NIM: 128114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP BANGSAL BAKUNG RSUD PANEMBAHAN
SENOPATI BANTUL PERIODE AGUSTUS 2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Ira Yosida
NIM: 128114119
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
Halaman Persembahan
Sesungguhnya, Allah adalah penolongku;
Tuhanlah yang menopang aku.
(Mazmur 54: 4)
Kupersembahkan buat:
Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertaiku
Kedua orang tua, kakak, adik, dan keluarga yang ku cintai
Axel Pebrian yang selalu memberiku semangat
Keluarga kedua ku Miracle 13 Gereja Mawar Sharon Yogyakarta
vii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Obat Antihipertensi di Instalasi
Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode
Agustus 2015” sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana
farmasi di Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyusunan
skripsi ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sehingga penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
membimbing dan memberi arahan selama penulis menjadi mahasiswa di
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
2. Direktur RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta yang telah
memberikan izin dalam pengambilan data penelitian kepada penulis
3. Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt sebagai dosen pembimbing yang
telah membimbing, memberi arahan dan dukungan selama proses
penyusunan skripsi
4. Papa dan Mama yang telah membimbing, memberi arahan dan dukungan
selama proses penyusunan skripsi
5. Kakak dan adikku tersayang Daniel Evan Rudyanto, Ester Verawanty,
Arbhi Andreas yang selalu memberi semangat dan dukungan.
6. Axel Pebrian yang selalu mendampingi, memberi semangat dan dukungan
viii
7. Sahabat terbaikku Tri Yulianti Ardana, Florentiana Sindoro, Arsukma
Wiranti, Desi Haryati Dewangga, Tiara Luwita Assa, Aveline Johanes, dan
Icha Sitohang yang selalu memberi semangat dan dukungan dari awal
penyususnan skripsi hingga akhir
8. Teman-Teman skripsi (Tria, Wulan, Mega) yang selalu mendukung dalam
penyusunan skripsi
9. Teman-teman Miracle 13 yang selalu mendukungku dalam doa.
Yogyakarta, 21 Juli 2016
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
PRAKATA ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
INTISARI ... xv
ABSTRACT ... xvi
BAB I PENGANTAR ... 1
A.Latar Belakang ... 1
1.Perumusan Masalah ... 3
2.Keaslian Penelitian ... 3
3.Manfaat Penelitian ... 5
B.Tujuan Penelitian ... 5
1. Tujuan Umum ... 5
2. Tujuan Khusus ... 5
BAB II PENELAAH PUSTAKA ... 6
x
1. Definisi hipertensi ... 6
a. Hipertensi primer ... 6
b. Hipertensi sekunder ... 7
2. Faktor Risiko ... 7
a. Genetik/ riwayat keluarga ... 7
b. Usia ... 8
c. Ras/ etnis ... 8
d. Jenis kelamin ... 8
3. Etiologi ... 9
4. Patofisiologi ... 9
5. Manifestasi Klinik ... 10
6. Diagnosis ... 11
7. Komplikasi ... 11
B. Obat Antihipertensi ... 12
1. Tujuan terapi ... 12
2. Terapi Farmakologi ... 12
a. Angiostensin converting enzyme inhibitor ... 12
b. Diuretik ... 13
c. Calcium chanel blocker ... 13
d. Angiostensin II receptor blocker ... 13
e. Beta bloker ... 13
C. Keterangan Empiris ... 14
xi
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 15
B. Variabel dan Definisi Operasional ... 16
C. Subyek Penelitian ... 17
D. Instrumen Penelitian... 18
E. Lokasi Penelitian ... 19
F. Tata Cara Penelitian ... 19
1. Tahap analisis situasi ... 19
2. Tahap pengambilan data ... 20
3. Tahap analisis data ... 20
G. Tata Cara Analisis Data ... 20
H. Keterbatasan dan kelemahan penelitian ... 21
BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 25
1. Karakteristik pasien hipertensi ... 25
1. Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin ... 22
2. Demografi pasien berdasarkan umur ... 24
3. Lama perawatan ... 25
4. Komplikasi... 26
2. Profil penggunaan obat antihipertensi ... 28
a. Penggunaan obat antihipertensi tunggal ... 29
b. Penggunaan obat antihipertensi kombinasi ... 30
3. Hasil evaluasi efektivitas ... 31
a. Ketepatan pemilihan obat antihipertensi ... 31
xii
c. Proporsi penggunaan obat antihipertensi ... 34
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA ... 44
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I. Klasifikasi hipertensi ... 6
Tabel II. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap
Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode
Agustus 2015 ... 23
Tabel III. Distribusi Umur Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal
Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus
2015 ... 25
Table IV. Distribusi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015...
... 26
Tabel V. Jenis dan Persentase Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap
Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul ... 27
Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien
di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul Periode Agustus 2015 ... 31
Tabel VII. Ketepatan Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap
Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Periode 2015 ... 33
Tabel VIII. Ketepatan Dosis Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal
Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Pengambilan Data Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung
RSUD Panembahan Senopati Bantul ... 49
Lampiran 2: Data Efektivitas Obat Antihipertensi pada Pasien Bangsal Bakung
RSUD Panembahan Senopati Periode 2015 ... 50
Lampiran 3: Surat Ijin Penelitian dari Daerah Istimewa Yogyakarta ... 73
Lampiran 4: Surat Ijin Penelitian dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPEDA) Kabupaten Bantul ... 74
xv
INTISARI
Penyakit Hipertensi merupakan silent killer disease atau merupakan penyakit tidak menular (PTM) yang memiliki angka prevalensi yang tinggi di dunia maupun di Indonesia. Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular yang dapat mengakibatkan kematian, sehingga diperlukan evaluasi efektivitas obat dengan mengkaji ketepatan pemilihan dan dosis obat antihipertensi untuk menentukan terapi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penggunaan obat dan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang efektif di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospective dengan rancangan case series. Data diambil dari rekam medis pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul periode agustus 2015 dan dievaluasi berdasarkan literatur. Terdapat 12 data pasien yang masuk dalam kriteria inklusi. Efektivitas penggunaan obat dilihat dari terjadinya penurunan tekanan darah pada tiap hari rawat.
Pada penelitian terdapat 12 pasien yang menggunakan obat antihipertensi. Kasus terbanyak terdapat pada jenis kelamin perempuan (58,3%) dan kelompok umur geriatri (75%). Penggunaan obat antihipertensi tunggal lebih banyak dibandingkan kombinasi yaitu sebesar 83,8%. Proporsi penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada seluruh pasien sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi pada hari rawat akhir pasien di instalasi rawat Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.
xvi
ABSTRACT
Hypertension is a silent killer disease or the disease is non-communicable diseases, which has a high prevalence rate in the world and in Indonesian. Hypertension is a risk factor of cardiovascular disease that can lead to death, so it is necessary to evaluate the effectiveness of a drug by assessing the accuracy of the antihypertensive drug selection and dose to determine the appropriate therapy. This study aimed to determine the profile of drug usage and the proportion of effective antihypertensive drug use in the Inpatient at Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital at August 2015.
This study is prospective observasional descriptive study with case series design. Data was taken from inpatient medical record of Bakung ward Panembahan Senopati Hospital at August 2015 and evaluated based on the literature. There are 12 patients who entered the data in the inclusion criteria. Effectiveness of drug use seen from the decrease in blood pressure at each day care.
In the study there were 12 cases of the use of antihypertensive drugs. Most cases present in the female sex (58,3%) and the geriatric age group (75%). The use of a monotherapy antihypertensive agents more than a combination that is equal to 83,8%. The proportion of the use of antihypertensive drugs given to all patients have been effective for patients achieve therapeutic outcome at last day care of the patients in the Bakung ward Panembahan Senopati Bantul Hospital.
1
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Pharmaceutical care merupakan penyediaan yang bertanggung jawab
dari terapi obat untuk mencapai hasil (outcome) yang pasti dan memiliki maksud
untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien (Mutnick, 2004). Untuk pasien
dengan hipertensi diperlukan partisipasi aktif para sejawat Apoteker untuk
mencapai pengontrolan tekanan darah yang optimal. Apoteker dapat bekerja sama
dengan dokter dalam memberikan edukasi ke pasien mengenai hipertensi,
memonitor respon pasien melalui farmasi komunitas, adherence terhadap terapi
obat dan non obat, mendeteksi dan mengenali secara dini reaksi efek samping,
serta mencegah atau memecahkan masalah yang berkaitan dengan pemberian obat
(Direktorat Bina Farmasi komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat
Kesehatan Departemen, 2006).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi yang paling
umum terjadi pada orang dewasa dibandingkan dengan masalah kesehatan yang
lainnya dan merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskular (Porth, 2011).
Hipertensi untuk pria dan wanita memiliki prevalensi yang serupa. Prevalensi
meningkat dengan bertambahnya usia dan pada orang dewasa tua, prevalensi
orang dewasa tertinggi adalah pada orang dewasa hitam non-Hispanik (Nwankwo,
et al., 2013).
Menurut WHO, pada tahun 2008 40% orang dewasa usia 25 tahun keatas
600 juta orang, sedangkan tahun 2008 jumlah penderita hipertensi
semakin meningkat yaitu 1 miliar. Dari keseluruhan negara-negara di dunia,
penderita hipertensi pada negara-negara berpenghasilan tinggi (negara maju)
memiliki prevalensi yang lebih rendah yaitu 35%, sedangkan pada negara-negara
berkembang prevalensinya yaitu 40% (WHO, 2013).
Berdasarkan hasil Riset kesehatan dasar (Risdeskas) pada tahun 2007
menunjukan bahwa penyakit hipertensi memiliki angka prevalensi yang tinggi di
Indonesia yaitu 31,7%. Pada daerah pedesaan angka kematian pada usia 45-54
tahun akibat hipertensi adalah 9,2%, sementara itu di daerah perkotaan hipertensi
merupakan penyakit kedua penyebab kematian dengan angka kematian yaitu 8,1%
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).
Prevalensi dari hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia dan lebih
tinggi angka kejadian pada pria dibandingkan pada wanita saat usia 55 tahun,
namun sedikit lebih tinggi kejadian pada wanita pada saat pascamenopouse.
Hipertensi sangat umum terjadi pada orang tua, menurut NHANES III Study,
tingkat prevalensi pada usia > 60 tahun, diperkirakan lebih dari 60% di negara
berkembang (Babatsikou and Zavitsanou, 2010).
Penyakit hipertensi dipilih menjadi topik karena hipertensi merupakan
penyakit tidak menular (PTM) dengan jumlah tertinggi yang banyak di jumpai di
Indonesia. Laporan dari Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) pada tahun 2013
menjelaskan bahwa kunjungan rawat jalan di Rumah Sakit, khususnya Rumah
hal ini dapat disimpulkan bahwa di Kabupaten Bantul telah terjadi
transepidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular
seperti hipertensi (Dinas kesehatan Kabupaten Bantul, 2014).
Pemilihan Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung di Rumah Sakit
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta karena Instalasi Rawat Inap Bangsal
Bakung merupakan salah satu Instalasi Rawat Inap untuk penyakit dalam.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka
dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Seperti apakah profil penggunaan obat antihipertensi yang diberikan pada
pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan
Senopati Bantul?
b. Berapa proporsi pengobatan yang efektif pada terapi pasien di Instalasi
Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul?
2. Keaslian
Bedasarkan penelitian pustaka yang dilakukan, penelitian ini belum
pernah dilakukan. Akan tetapi terdapat beberapa penelitian yang terkait dengan
masalah penggunaan obat pada pasien hipertensi yang telah dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya:
1. Pratama (2013) mengenai “Studi Literatur Interaksi Obat Pada Peresepan
Pasien Hipertensi di Instalasai Rawat Jalan RSUD Panembahan Senopati
dengan penelitian sebelumnya dalam hal waktu, subyek penelitian, dan
kajian yang diteliti. Dalam penelitian sebelumnya lebih ditekankan pada
interaksi obat hipertensi, sedangkan penelitian ini lebih menekankan pada
profil penggunaan obat antihipertensi.
2. Anggriani, Purwanggana, Subhan, dan Wardhani (2013) dalam Jurnal Ilmu
Kefarmasian Indonesia, September 2012, Volume 10: 2, halaman 111-118,
mengenai “Evaluasi Penggunaan dan Biaya Obat Antihipertensi pada Pasien
Hipertensi Rawat Inap di IRNA-B Rumah Sakit Umum Pusat X Periode
Juli-Desember 2010”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal lokasi, waktu dan metode yang digunakan. Dalam penelitian
tersebut metode yang digunakan bersifat deskriptif analitis dan dilakukan
secara retrospektif, sedangkan penelitian ini bersifat deskriptif case series
yang dilakukan secara prospektif.
3. Ikawati, Djumiani, dan Putu (2008) mengenai “Kajian Keamanan
Pemakaian Obat Anti-hipertensi di Poliklinik Usia Lanjut di Instalasi Rawat
Jalan RS Dr Sardjito”. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya
dalam hal lokasi, waktu, subyek penelitian, dan kajian penelitian. Subyek
yang digunakan adalah pasien usia lanjut di Instalasi Rawat Jalan RS Dr
Sardjito, sedangkan dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah
pasien geriatri di Bangsal Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati periode
Juli 2015. Penelitian ini juga lebih menekankan pada keamanan penggunaan
obat antihipertensi, sedangkan kajian dalam penelitian ini yaitu mengenai
3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk meningkatkan
pharmaceutical care untuk pasien dengan tekanan darah tinggi sehingga dapat
meningkatkan mutu pelayanan di RSUD Panembahan Senopati Bantul serta
hasil dari penelitian ini dapat mendukung dan meningkatkan peran farmasis
dalam memilih obat antihipertensi yang efektif untuk pasien dengan tekanan
darah tinggi.
4. Tujuan
Tujuan umum:
Untuk mengkaji efektivitas penggunaan obat antihipertensi pada pasien di
Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Tujuan khusus:
a. Mengidentifikasi profil penggunaan obat yang diberikan pada pasien di
Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati periode
Agustus 2015.
b. Untuk mengetahui proporsi pengobatan yang efektif pada pasien di Instalasi
6
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA A.Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai nilai tekanan darah darah systole >140
mmHg dan tekanan darah diastole >90 mmHg. Tekanan darah tinggi tidak dapat
disembuhkan, tetapi dapat diatasi dengan beberapa cara seperti perubahan gaya
hidup dan apabila diperlukan dapat menggunakan obat-obatan. Hipertensi
biasanya tidak menimbulkan gejala, sehingga sering disebut dengan “silent killer”
(AHA, 2014).
Tabel I. Klasifikasi Hipertensi (AHA/ASA) Klasifikasi Tekanan
Darah
Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥ 160 ≥ 100
Hipertensi krisis > 180 > 110
(American Heart Association, 2014).
Terdapat dua kategori dari hipertensi menurut penyebabnya yaitu
hipertensi primer (esensial) dan sekunder (non esensial).
1. Hipertensi Primer
Hipertensi primer (esensial) merupakan hipertensi yang tidak dapat
diketahui penyebabnya secara pasti. Tetapi hipertensi ini dapat diatasi dengan cara
mengubah gaya hidup dan terapi obat untuk mencegah efek yang tidak diinginkan
dari hipertensi. Terdapat beberapa faktor yang berhubungan degan hipertensi
60 tahun, jenis kelamin (pada laki-laki dan perempuan pada masa
pascamenopouse), dan riwayat penyakit pada keluarga seperti penyakit
kardiovaskular (laki-laki < 55 tahun dan perempuan < 65 tahun).
2. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder (non esensial) merupakan hipertensi yang terjadi
setelah seseorang mengalami kondisi lainnya, seperti batu ginjal atau tumor pada
ginjal. Terapi yang dilakukan untuk hipertensi sekunder bertujuan untuk
memperbaiki kondisi atau menghilangkan penyebabnya. Apabila terapi yang
dilakukan berhasil, maka hipertensi akan hilang. Tetapi apabila terapi yang
dilakukan tidak berhasil, maka dapat digunakan obat antihipertensi yang sesuai
untuk mengontrol tekanan darah (Aschenbrenner, 2009).
2. Faktor Risiko
Penyakit hipertensi memiliki beberapa factor risiko yang dapat
meningkatkan tekanan darah sehingga nilai tekanan darah menjadi tinggi. Faktor
risiko dari hipertensi, yaitu:
a. Genetik/ Riwayat Keluarga
Faktor genetik pada keluarga yang memiliki riwayat hipertensi akan
memiliki risiko terkena hipertensi dua kali ebih besar dibandingkan dengan
keluarga yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Terjadinya hipertensi
berhubungan dengan adanya peningkatan kadar sodium intraseluler dan
rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium individu dengan orang tuanya
b. Usia
Faktor risiko hipertensi lebih besar di kalangan usia lanjut atau geriatri.
Prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu 40% dengan angka
kematian 50% pada usia diatas 60 tahun (Rustiana, 2014).
Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan karena
adanya zat kolagen pada lapisan otot sehingga menyebaban pembuluh darah
menyempit dan menjadi kaku. Bertambahnya usia menyebabkan perubahan
fisiologis, sehingga pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik (Anggraini, Waren, Simutorang, Asputra, Siahaan, 2009).
c. Ras/ etnis
Tekanan darah tinggi lebih sering terjadi pada orang kulit hitam dan
berkembang pada usia yang lebih muda dibandingkan dengan orang berkulit
putih. Komplikasi serius yang sering terjadi pada orang kulit hitam adalah stroke,
serangan jantung, dan gagal ginjal (Mayo Clinic Staff, 2015).
d. Jenis kelamin
Prevalensi hipertensi pada pria sama dengan wanita. Tetapi pada pria
risiko terkena kardiovaskular lebih besar dibandingkan dengan wanita
premenopouse, karena pada wanita premenopouse masih memiliki hormone
esterogen yang berperan dalam meningkatkan High Density Low (HDL). Kadar
HDL yang tinggi dapat mencegah terjadinya proses aterosklerosis pada wanita.
Pada wanita setelah postmenopause, hormone esterogen tidak di produksi lagi
sehingga risiko terkena kardiovaskular menjadi lebih tinggi (Anggraini, Waren,
3. Etiologi
Hipertensi primer (esensial) merupakan hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya yang dihasilkan dari disregulasi mekanisme control homeostatik
normal tekanan darah serta tidak terdeteksinya penyebab sekunder yang dapat
diketahui. Lebih dari 95% kasus yang terjadi adalah jenis hipertensi primer,
sedangkan hipertensi sekunder merupakan hipertensi yang terjadi karena adanya
gangguan penyakit lain yang mendasarinya. Kasus hipertensi sekunder hanya
sekitar 5% dari keseluruhan kasus hipertensi yang sering terjadi (Khatib, 2005).
Ada banyak faktor risiko kebiasaan yang bisa menyebabkan peningkatan
tekanan darah, termasuk mengkonsumsi makanan yang mengandung terlalu
banyak lemak dan garam serta kurang mengkonsumsi buah dan sayur, sering
mengkonsumsi alcohol, kurangnya aktivitas fisik seperti berolahraga, dan stress.
Faktor kebiasaan ini sangat dipengaruhi oleh pekerjaan masyarakat dan kondisi
hidup (WHO, 2013).
4. Patofisiologi
Tekanan darah merupakan produk dari curah jantung dan resistensi dari
vascular sistemik. Pasien dengan hipertensi arteri kemungkinan memiliki
peningkatan curah jantung serta peningkatan resistensi pembuluh darah sistemik
atau keduanya. Hipertensi pada usia yang lebih muda terjadi peningkatan curah
jantung (Cadiac Output), sedangkan pada usia yang lebih tua terjadi peningkatan
resistensi vascular sistemik dan kekakuan pembuluh darah (Nuffield, 2004).
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah arteri sistemik
mengatasi penngkatan tekanan sistemik agar tetap bisa menyalurkan darah ke
jaringan, serta menempatkan pada jantung dan pembuluh darah. Hipertensi dalam
jangka panjang mengarah pada disfungsi kardiovaskular yang merupakan
penyebab utama dari kematian seperti gagal jantung kongestif, miokard infark,
emboli paru, serebral aneurisma, dan gagal ginjal (Dufton, 2011).
Banyak faktor patofisiologi yang terlibat dalam genesis hipertensi
esensial yaitu adanya peningkaan aktivitas system saraf simpatik yang mungkin
terjadi karena tingginya respon terhadap stress psikososial, kelebihan hormon
yang menahan natrium dan vasokonstriktor, pola makan seperti asupan natrium
yang tinggi, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi
renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan
aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan
peptide natriuretik, perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang
mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal, abnormalitas
tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal,
resistensi insulin, meningkatnya aktivitas vascular growth factors ƒ Perubahan
reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik
dari jantung, dan tonus vascular, berubahnya transpor ion dalam sel, kondisi atau
riwayat penyakit pasien seperti diabetes Mellitus dan obesitas (Opparl, Zaman,
and Calhoun, 2003).
5. Manifestasi klinik
Pada umumya sangat terlihat dari kesehatan pasien atau mungkin
55 tahun untuk laki-laki dan 65 tahun untuk perempuan), diabetes mellitus,
dislipidemia, mikroalbuminuria, riwayat keluarga yang terkena penyakit
kardiovaskuler terlalu dini, obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2
), aktivitas fisik, dan
merokok. (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, Posey, 2008).
Gejala pada hipertensi pada semua pasien yaitu asimpomatik Terkadang
hipertensi menyebabkan gejala seperti sakit kepala, sesak nafas, pusing, nyeri
pada dada, jantung berdebar dan pendarahan pada hidung. Tetapi gejala-gejala
tersebut belum bisa dipastikan bahwa seseorang terkena hipertensi (WHO, 2013).
6. Diagnosis
Diagnosis hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi ringan, sedang, dan
berat tergantung pada tekanan darah rata-ratanya. Hipertensi ringan apabila
tekanan darah sistoliknya 140-160 mmHg, dan tekanan darah diastoliknya adalah
90-100 mmHg. Hipertensi sedang apabila tekanan darah sistoliknya adalah
160-200 mmHg dan tekanan darah diastoliknya adalah 100-120 mmHg. Hipertensi
berat apabila tekanan darah sistolik > 200 mmhg dan tekanan darah diastoliknya >
120 mmHg. Identifikasi lebih lanjut mengenai hipertensi perlu dilakukan untuk
mengetahui penyebab yang mendasari hipertensi tersebut seperti dengan
melakukan uji laboratorium untuk mengetahui penyebab sekunder hipertensi
tersebut (Dufton, 2011).
7. Komplikasi
Tekanan darah yang tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak
endothel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi
darah besar. Faktor risiko utama dari hipertensi yaitu penyakit serebrovaskular,
penyakit arteri koroner, gagal ginjal, dementia, dan atrial fibrilasi (Direktorat Bina
Farmasi komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Departemen, 2006).
B. Obat Antihipertensi
1. Tujuan
Tujuan utama dari terapi hipertensi menurut guideline ASH (American
Society of Hypertension) yaitu mengatasi hipertensi dan mengidentifikasi faktor
risiko lainnya yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti gangguan lipid,
diabetes, obesitas, dan merokok. Tujuan tekanan darah untuk hipertensi yaitu <
140/90 mmHg (Weber, et.al., 2013).
Untuk mencapai tujuan terapi diperlukan evaluasi efektivitas penggunaan
obat. Efektivitas merupakan seberapa jauh obat dapat mencapai efek yang di
inginkan dalam praktek klinis (Marley, 2000).
2. Farmakologi
The United Kingdom Guideline, mengelompokan obat untuk hipertensi
berdasarkan usia dan ras dimana direkomendasikan ACE Inhibitor sebagai lini
pertama untuk pasien < 55 tahun dan CCB serta diuretic tiazid untuk pasien
dengan usia > 55 tahun dan untuk pasien yang berkulit hitam (Dipiro, et al, 2008).
Berikut ini merupakan beberapa golongan obat antihipertensi, yaitu:
a. ACE Inhibitor
Obat ini menghalangi perubahan Angiostensin I menjadi Angiostensin II
Selain itu juga dapat menurunkan jumlah resistensi pembuluh darah perifer, dan
terjadinya penurunan tekanan darah tanpa reflek stimulasi denyut jantung dan
curah jantung (Arronow, Fleg, Pepine & Artinian, 2011).
b. Diuretik
Obat ini menghasilkan efek antihipertensi dengan menurunkan resistensi
pembuluh darah perifer dalam jangka panjang sementara mengurangi volume
sirkulasi darah dalam jangka pendek dengan menghambat Na reasorbsi oleh
tubulus distal (Kikuchi, et.al., 2009).
c. Ca Chanel Blockers
Menghasilkan efek antihipertensi dengan menghambat
L-type-voltage-dependent yang terlibat dalam masuknya ekstrasesluler ion Ca, sehingga terjadi
relaksasi pembuluh darah otot polos dan mengurangi resistensi pembuluh darah
perifer (Kikuchi, et.al., 2009).
d. ARB (Angiotensin Receptor Blockers)
Obat ini menghasilkan efek antihipertensi yang secara khusus mengikat
angiotensin II reseptor tipe 1 dan menghambat vasokonstriksi kuat. Pemberian
ARB menyebabkan peningkatan AII darah dan merangsang reseptor tipe 2, yang
dapat mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (Kikuchi, et.al., 2009).
e. Beta Blockers
Beta-blockers bekerja dengan menurunkan kerja jantung dan vasodilatasi
pembuluh darah, yang menyebabkan detak jantung menjadi lebih lambat.
Mekanisme dari Beta-blockers yaitu memblok aksi katekolamin seperti adrenalin
efek untuk menurunkan tekanan darah tetapi tidak memiliki banyak efek yang
positif dibandingkan dengan obat antihipertensi lainnya. Beta-blockers seperti
atenolol tidak direkomendasikan sebagai first-line therapy darai hipertensi karena
memiliki risiko yang relative merugikan seperti stroke dan diabetes mellitus tipe
2. Tetapi obat beta-blockers tidak diresepkan untuk penderita asma karena dapat
meningkatkan kejang otot di paru-paru (Dufton, 2011).
C. Keterangan Empiris
Efektivitas merupakan seberapa jauh obat dapat mencapai efek yang di
inginkan dalam praktek klinis. Penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan Obat
Antihipertensi pada Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit
Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 diharapkan bisa memberikan
informasi mengenai efektivitas penggunaan obat antihipertensi meliputi pemilihan
obat dan dosis obat antihipertensi yang diberikan pada pasien Rawat Inap Bangsal
Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Hasil penelitian diharapkan
dapat meningkatkan pharmaceutical care di Rumah Sakit Panembahan Senopati
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan rancangan penelitian
Penelitian efektivitas penggunaan obat pada pasien hipertensi di Instalasi
Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati periode Agustus 2015 merupakan
jenis penelitian observasional deskriptif yang bersifat prospektif dengan racangan
pengambilan data case series.
Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif evaluatif
karena melakukan pengambilan data dan membandingkan data yang dikumpulkan
dengan standar yang digunakan. Berdasarkan hasil perbandingan ini dapat
disimpulkan bahwa suatu kegiatan tertentu layak atau tidak, relevan atau tidak,
efektif dan efisien atau tidak (Dharma, 2008).
Rancangan peneltian case series merupakan studi penelitian deskriptif
yang tidak menguji hipotesis dari efikasi pengobatan. Rancangan Case series
dilakukan dengan mengikuti sekelompok pasien yang memiliki diagnosis yang
sama atau sedang menjalani prosedur yang sama selama periode waktu tertentu
(Koorista, et.al., 2009). Penelitian prospektif merupakan penelitian yang bersifat
longitudinal yang dilakukan untuk mengamati individu, kelompok, atau organisasi
B. Variabel dan definisi operasional 1. Variabel penelitian
a. Penggunaan obat antihipertensi pada pasien di Instalasi Rawat Inap
Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus
2015.
b. Efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang meliputi pemilihan obat
dan dosis obat antihiperteni di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung
RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015.
2. Definisi Operasional
a. Obat antihipertensi merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan
tekanan darah tinggi. Obat antihipertensi yang digunakan meliputi golongan
antihipertensi ACEi, ARB, dan CCB.
b. Kondisi pasien yang dimaksud adalah pemeriksaan tanda vital yang terdapat
dalam rekam medis yaitu tekanan darah.
c. Evaluasi efektivitas obat mengkaji ketepatan pemilihan obat berdasarkan
JNC 8 (2014) untuk hipertensi, AHA/ASA (2014) untuk hipertensi dengan
komplikasi stroke dan AHA/ACC/ASH (2015) untuk hipertensi dengan
komplikasi gagal jantung. Ketepatan dosis obat antihipertensi berdasarkan
yang sesuai dengan Drug Information Handbook (2011).
d. Pemilihan obat adalah ketepatan pemilihan obat yang dilakukan dengan
mempertimbangkan beberapa faktor yaitu ketepatan kelas terapi dan jenis
e. Dosis obat adalah ketepatan jumlah dosis obat antihipertensi yang diterima
pasien selama hari rawat.
f. Proporsi penggunaan obat yang efektif adalah jumlah pasien yang
menggunakan obat antihipertensi dan mengalami penurunan tekanan darah
selama hari rawat hingga mencapai target tekanan darah pada akhir hari
rawat pasien. Target tekanan darah pasien yaitu pada umur ≤ 60 tahun
adalah <140/90 mmHg dan umur ≥ 60 tahun adalah <150/90 mmHg (JNC 8,
2014). Apabila pasien mengalami stroke maka target tekanan darah pasien
yaitu < 150/90 mmHg (AHA/ASA, 2014) dan pada pasien yang mengalami
gagal jantung target tekanan darah pasien yaitu < 140/90 mmHg.
g. Komplikasi hipertensi meliputi penyakit gagal jantung dan stroke.
h. Kasus yang dimaksud adalah hari rawat pasien. Kasus digunakan untuk
mengevaluasi profil penggunaan obat antihipertensi, ketepatan pemilihan
obat, dan ketepatan dosis obat antihipertensi yang diberikan kepada pasien.
C. Subyek penelitian
Subyek penelitian adalah pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung
RSUD Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015. Kriteria insklusi
subyek adalah pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan
Senopati Bantul yang menerima terapi obat antihipertensi, memiliki diagnosis
hipertensi, dan yang masuk Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD
Panembahan Senopati melalui poliklinik atau IGD pada bulan Agustus 2015.
Kriteria eksklusi subyek adalah pasien dipindahkan dari Instalasi Rawat Inap
obat hipoglikemia, dan pasien yang meninggal dunia saat menjalani terapi.
Sebagai subyek wawancara adalah perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap
Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul selama periode Agustus
2015. Tujuan dari wawancara ini yaitu untuk mengklarifikasi mengenai terapi
obat yang diberikan kepada pasien apabila terdapat data yang kurang jelas atau
tidak dapat terbaca.
Penelitian di Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
selama bulan Agustus 2015 terdapat 17 responden yang memiliki tekanan darah
≥ 140/90 mmHg. Pada penelitian ini terdapat 5 pasien yang di eksklusi, karena 2
pasien meninggal dunia dan 3 pasien menggunakan obat hipoglikemia. Sehingga
dari 17 pasien terdapat 12 pasien yang digunakan sebagai subyek penelitian
karena memenuhi kriteria inklusi.
D. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah blanko data yang terdapat
pada lampiran I. Blanko pengambilan data mencakup identitas pasien yang
meliputi nama, no. RM, jenis kelamin, dan usia. Sedangkan data pasien yang
lainnya meliputi tanggal masuk dan keluar rumah sakit, anamnese, diagnosis
penyakit, hasil pengukuran tanda vital, hasil pengukuran laboratorium, obat yang
digunakan pasien saat di bangsal, status pulang, obat yang dibawa pulang dan
catatan rekomendasi untuk pasien.
Penyusunan blanko data ini disusun berdasarkan hasil studi pendahuluan
yang dilakukan sebelum melakukan penelitian. Isi blanko pengambilan data
E. Lokasi penelitian
Penelitian tentang evaluasi penggunaan obat antihipertensi dilakukan di
ruang rawat inap bangsal Bakung, ruang rekam mendis, dan ruang Instalasi
Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul. Rumah Sakit
Panembahan Senopati Bantul terletak di jalan Dr. Wahidin Sudiro Husodo,
Bantul, Yogyakarta.
F.Tata cara penelitian
Penelitian mengenai evaluasi penggunaan obat antihipertensi pada pasien
rawat inap di bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul meliputi
tiga tahapan dalam penelitian, yaitu analisis situasi, pengambilan data, dan analisis
data.
1. Analisis situasi
Tahap analisis situasi dimulai dengan mengidentifikasi obat
antihipertensi yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul. Penelitian di mulai setelah diperoleh ijin dari kantor Gubernur
DIY, Bappeda Bantul, dan Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul.
Sebelum memulai penelitian di Rumah Sakit Panembahan Senopati
Bantul, dilakukan penelusuran informasi dan pembuatan instrument penelitian.
Penelusuran informasi dilakukan dengan wawancara terhadap apoteker untuk
mengetahui formularium yang digunakan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
2. Tahap pengambilan data
Pengambilan data dilakukan dengan mengikuti perkembangan pasien
melalui rekam medis pasien. Data yang diperoleh dalam instrumen penelitian
merupakan data sekunder. Data primer diperoleh ketika melakukan konfirmasi
data sekunder kepada perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap Bangsal
Bakung Rumah sakit Panembahan Senopati Bantul.
3. Tahap analisis data
Tahap analisis data dilakukan dengan mengevaluasi efektivitas
penggunaan obat antihipertensi yang berada pada data pengobatan pasien. Hasil
evaluasi dari kajian tersebut disampaikan kepada Apoteker yang bertugas di
Instalasi Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati.
Analisis data dilakukan dengan mengevaluasi data pasien satu-persatu
dan disajikan dalam bentuk tabel. Data tersebut di evaluasi berdasarkan standar
JNC VIII (2014), AHA/ASA (2014), dan AHA/ACC/ASH (2015) untuk melihat
ketepatan pemilihan obat dan Drug Information Handbook (2011) untuk melihat
ketepatan pemilihan dosis obat.
G. Tata Cara Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan mengelompokan data
dalam bentuk tabel berdasarkan:
1. Mengelompokan obat antihipertensi berdasarkan golongan obatnya yaitu
golongan ACEi, ARB, dan CCB.
2. Menyajikan hasil evaluasi efektivitas yang berupa ketepatan pemilihan obat
H. Keterbatasan dan Kelemahan Penelitian
Penelitian ini hanya terbatas pada penilaian efektivitas obat sehingga
tidak dapat mewakili penilaian penggunaan obat antihipertensi secara
keseluruhan. Penelitian ini juga terbatas pada pemeriksaan tanda vital pasien yaitu
tekanan darah sehingga tidak dapat mengevaluasi pemilihan obat dan dosis obat
dari hasil pemeriksaan pasien lainnya. Hasil pemeriksaan pasien yang lainnya
yaitu berupa hasil laboratorium pasien yang meliputi fungsi organ pasien yaitu
seperti fungsi ginjal dan hati.
Dengan demikian penelitian ini tidak dapat mewakili penilaian
efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien. Hal ini
mempengaruhi informasi yang didapatkan tidak menyeluruh sehingga analisis
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian mengenai Efektivitas Penggunaan Obat antihipertensi Pada
Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati
Bantul Periode Agustus 2015 dilakukan dengan cara menelusuri kasus pasien
rawat inap yang menggunakan obat antihipertensi.
Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini akan dibahas menjadi tiga
bagian, yaitu karakteristik pasien hipertensi meliputi demografi pasien hipertensi.
Bagian kedua yaitu profil pennggunaan obat berdasarkan golongannya. Bagian
ketiga yaitu efektivitas penggunaan obat antihipertensi yang meliputi ketepatan
pemilihan obat dan ketepatan dosis dilihat dari waktu terjadinya perbaikan kondisi
pada pasien.
1. Karakteristik pasien hipertensi
Selama periode Agustus 2015 terdapat 12 pasien yang memiliki
diagnosis hipertensi dan menggunakan obat antihipertensi. Demografi pasien
hipertensi di lihat berdasarkan jenis kelamin dan umur.
a. Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin
Demografi pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel II.
Dari tabel II tersebut dapat dilihat terdapat 7 pasien (58,3%) perempuan dan 5
pasien (41,7%) laki-laki dengan dari 12 pasien yang menerima terapi
antihipertensi. Berdasarkan pengelompokan jenis kelamin, pasien yang paling
Tabel II. Distribusi Jenis Kelamin Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus
2015
Jenis Kelamin Jumlah Pasien Persentase (%) Pasien
Laki-laki 5 41,7 H,I,J,K,L
Perempuan 7 58,3 A,B,C,D,E,F,G
Total 12 100
Adanya perbedaan jumlah pasien laki-laki dan perempuan yang
menderita hipertensi sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang yaitu prevalensi perempuan yang menderita
hipertensi lebih tinggi yaitu 58,3% dibandingkan dengan laki-laki (Novian, 2014).
Tingginya prevalensi hipertensi pada perempuan sering terjadi setelah mengalami
menopause karena berhentinya produksi endogen esterogen yang menyebabkan
tubuh tidak dapat mempertahankan vasodilatasi yang dapat mengontrol tekanan
darah (Barton and Meyer, 2009).
Hormon pada laki-laki dan perempuan memiliki efek untuk mengatur
sistem RAS (Renin-Angiotensin System) dan mempengaruhi produksi
angiotensinogen dan metabolisme natrium. Sehingga pada perempuan yang sudah
tua dan mengalami menopause tekanan darah sistolik meningkat dibandingkan
dengan laki-laki. Hal ini kemungkinan berhubungan dengan perubahan hormonal
pada saat mendekati masa menopause. Penurunan rasio esterogen/androgen
mengurangi efek vasorelaksan esterogen pada dinding vessel dan meningkatkan
faktor vasokontriksi seperti endotelin. Terjadinya penurunan hormon esterogen ini
meningkatkan regulasi RAS dengan meningkatkan aktivitas plasma renin (Maas
Faktor risiko terjadinya hipertensi pada perempuan selain disebabkan
karena usia, jenis kelamin dan genetik dapat juga disebabkan karena penggunaan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon esterogen dan progesteron. Peningkatan
tekanan darah disebabkan terjadinya hipertropi jantung dan peningkatan respon
presor angiotensin II dengan melibatkan jalur Renin Angiotensin System
(Pangaribuan, 2015).
Tingginya dosis esterogen pada kontrasepsi pil hormonal yang diberikan,
maka semakin besar kemungkinan esterogen akan mempengaruhi metabolism
elektrolit yang dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan ketahan perifer dan
venous return yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kenaikan tekanan darah
yang terjadi disebabkan adanya kemiripan sifat kimia dari hormone esterogenik
terhadap hormon andrenokortek yang terkandung di dalam pil KB. Esterogen
yang terkadung dalam kontrasepsi hormonal seperti aldosteron dan beberapa
hormon adrenokorteks lainnya dapat menyebabkan retensi natrium dan air oleh
tubulus ginjal (Nafisah, Wahjudi, dan Ramani, 2014).
b. Demografi pasien berdasarkan umur
Pengelompokan umur pasien dilakukan berdasarkan pustaka Pratama
(2011), umur pasien hipertensi dibagi menjadi tiga kelompok umur yaitu pediatri,
adult, dan geriatri. Pediatri memiliki rentang umur 0-21, adult yaitu 22-59 tahun,
dan geriatri memiliki rentang umur ≥ 60 tahun. Distribusi pasien hipertensi di
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul periode Agustus 2015 berdasarkan
umur dapat dilihat pada tabel III. Dari tabel III tersebut dapat dilihat bahwa
sebanyak 9 pasien (75%) dari 12 pasien. Kejadian paling banyak kedua adalah
kelompok umur adult yaitu sebanyak 3 pasien (25%) dari 12 pasien. Pada
penelitian ini tidak terdapat pasien hipertensi pada kelompok umur pediatri.
Tabel III. Distribusi Umur Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode
Agustus 2015 Kelompok Umur (tahun) Jumlah
Pasien
Persentase
(%) Pasien
Pediatri (0-21) 0 0 -
Adult (22 - 59 tahun) 3 25 F,H,L
Geriatri (≥ 60 tahun) 9 75 A,B,C,D,E,G,I
,J,K
Total 12 100
Penyakit hipertensi umumnya semakin berkembang ketika mencapai usia
paruh baya yaitu ketika berusia lebih dari 40 tahun bahkan lebih dari usia 60 tahun
ke atas. Dengan bertambahnya umur risiko terkena hipertensi jauh lebih besar
sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar
40%, dengan kematian sekitar diatas 65 tahun (Sarasati, 2011).
Menurut penelitian Putri (2012), dengan bertambahnya umur maka
tekanan darah akan semakin meningkat. Tekanan darah mulai meningkat setelah
umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya
penumpukan zat kolagen pada lapisan otot , sehingga pembuluh darah akan
berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
c. Lama Perawatan
Hasil penelitian berdasarkan pengelompokan durasi lama perawatan
pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung di Rumah Sakit Panembahan
Senopati Bantul periode Agustus 2015 yang menggunakan obat antihipertensi
bawah dan 10 hari rawat pada batas atas dengan rata-rata lama perawatan pasien
adalah 5 hari. Tabel IV menunjukan bahwa rata-rata lama perawatan pasien
adalah 5-6 hari.
Tabel IV. Distribusi Lama Perawatan Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 Lama Perawatan
(Hari) Jumlah Pasien Persentase (%) Pasien
3-4 5-6 7-8 9-10
3 6 1 2
14,7 47.1 10,3 27,9
F,G,H A,D.E,I,K,L
B C
Total 12 100
Pasien dengan hipertensi harus rutin dalam mengontrol tekanan darah
agar tetap sesuai dengan target tekanan darah yaitu bertujuan untuk mencegah
morbiditas dan mortalitas yang disebabkan karena kardiovaskular. Target tekanan
darah harus tercapai terutama untuk pasien dengan usia lanjut dan pada pasien
dengan hipertensi terisolasi (Dipiro, 2008).
Menurut penelitian Weber (2011) pada jurnal Hypertension, pasien
dengan tekanan darah tinggi sekitar 180/110 mmHg segera dievaluasi dan diberi
pengobatan selama satu minggu, tergantung pada situasi klinis dan komplikasinya
(Weder, 2011).
d.Komplikasi
Komplikasi meruapakan suatu kondisi seseorang yang menderita
penyakit gabungan dari dua atau lebih penyakit sebagai lanjutan dari penyakit
yang sebelumnya telah diderita.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan tingginya faktor risiko
ini muncul karena tekanan darah yang tidak terkontrol sehingga menyebabkan
tekanan darah pasien menjadi tinggi. Pada beberapa kasus pasien di Instalasi
Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Periode Agustus 2015 menderita hipertensi disertai dengan adanya
penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular.
Komplikasi penyakit yang sering dialami oleh pasien dengan hipertensi
adalah myocardial infarction (MI), left ventricular hypertrophy, gagal jantung
(CHF), aneurisma, stroke, dan penyakit gagal ginjal kronik (nefropati hipertensi)
and retinopati hipertensi (Sawicka, et al., 2011).
Berdasarkan pengelompokan jenis dan persentase kelompok komplikasi
yang disajikan dalam tabel V, dari 12 pasien sebanyak 3 pasien (25%) yang
mengalami komplikasi gagal jantung, 3 pasien (25%) mengalami komplikasi
stroke dan 6 pasien tidak mengalami komplikasi tetapi memiliki penyakit penyerta
seperti hemiparese sinestra, ISK, GERD, vertigo, dispnea, bronkitis akut, PPOK
akut, metabolit enselopati, bronchopneumonia, hemiparesis.
Tabel V. Jenis dan Persentase Komplikasi Pasien di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Komplikasi Jumlah
Pasien
Persentase
(%) Pasien
Hipertensi + Gagal jantung
Hipertensi + Stroke
3
3
25
25
F,G
I,J,K
Hipertensi + Penyakit Penyerta 6 50
A,B,C,D,E,H ,L
12 100
Hipertensi dapat menyebabkan gagal jantung karena pada pasien
hipertensi otot jantung bekerja lebih keras sehingga menyebabkan pembesaran
pada jantung. Terjadinya pembesaran ini menyebabkan jaringan otot jantung
menjadi lemah sehingga berkembang menjadi gagal jantung.
Stroke terjadi ketika otak kekurangan oksigen dan nutrisi yang
menyebabkan matinya sel-sel otak. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat
menyebabkan terjadinya stroke dengan merusak dan melemahkan pembuluh darah
otak yang menyebabkan sempitnya atau pecahnya pembuluh darah otak. Tekanan
darah yang tinggi juga dapat menyebabkan gumpalan darah terbentuk dalam arteri
yang menuju ke otak, sehingga menghalangi aliran darah dan mengakibatkan
terjadinya stroke.
2. Profil Penggunaan Obat Antihipertensi
Seluruh pasien dalam penelitian di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung
Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015
dikelompokan berdasarkan golongan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien
selama menjalani perawatan di Rumah Sakit. Obat antihipertensi yang diterima
pasien berupa obat antihipertensi tunggal dan kombinasi.
Golongan obat antihipertensi yang diterima oleh pasien adalah ACEi,
ARB, dan CCB. Pada Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit
Panembahan Senopati Periode Agustus 2015, golongan antihipertensi yang
banyak diterima oleh pasien adalah golongan ARB. Dari 68 kasus terdapat 57
kasus (83,8%) yang menggunakan obat antihipertensi tunggal dan 11 kasus
a. Penggunaan Obat Antihipertensi Tunggal
Penggunaan obat antihipertensi secara tunggal diberikan secara peroral.
Tabel VI menunjukan gambaran penggunaan obat antihipertensi di Instalasi
Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Periode Agustus 2015. Dari hasil analisis data didapatkan hasil bahwa
dari 68 kasus penggunaan obat antihipertensi terdapat 57 kasus (83,8%) yang
menggunakan obat antihipertensi sebagai monoterapi. Pada penelitian ini obat
antihipertensi yang diberikan secara tunggal adalah golongan ARB yaitu valsartan
dan candesartan serta golongan CCB yaitu amlodipine.
Antihipertensi golongan ARB memiliki keunggulan yaitu dapat
mengurangi risiko terjadinya kardiovaskular. Antihipertensi golongan ARB tidak
menurunkan tingkat sirkulasi angiotensin II. Ketika ARB memblok reseptor AT1,
pada waktu yang bersamaan ARB merangsang reseptor AT2 sehingga efek yang
ditimbulkan oleh ARB karena adanya stimulasi pada reseptor AT2
(Schmieder,2005).
Antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan dapat mengurangi
kerusakan yang disebabkan oleh remodeling jantung dengan merangsang reseptor
AT2 yang dapat menghambat penebalan arteri koroner dan fibrosis perivaskular.
Selain itu, valsartan melemahkan kerja dari MCP-1, TNF, IL-6, IL-1, serta
infiltrasi dari leukosit dan makrofag ke dalam arteri yang terluka, sehingga
menunjukkan efek penghambatan pada inflamasi vaskular (Schmieder,2005).
Antihipertensi golongan CCB dapat mencegah atau mengeblok kalsium
melakukan kontraksi, karena kalsium di hambat maka sel-sel otot polos pembuluh
darah akan mengalami relaksasi, yang akan mengakibatkan terjadinya vasodilatasi
dan menurunnya tekanan darah (Eliot and Ram, 2011).
b. Penggunaan Obat Antihipertensi Kombinasi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, terdapat 11 (16,2%) dari 68
kasus yang menggunakan kombinasi obat antihipertensi. Kombinasi yang diterima
oleh pasien yaitu 2 macam kombinasi golongan obat antihipertensi. Golongan
antihipertensi yang digunakan untuk kombinasi yaitu ACEi, ARB, dan CCB.
Dalam penelitian ini terdapat 7 kasus (10,3%) dari 68 kasus yang
mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi golongan ARB dan CCB.
Sedangkan 4 kasus (5,9%) mendapatkan terapi kombinasi antihipertensi golongan
ACEi dan CCB. Penggunaan obat antihipertensi digambarkan pada tabel VI.
Penggunaan terapi dengan menggunakan kombinasi 2 obat antihipertensi
dianjurkan untuk pasien yang memiliki tekanan darah yang sangat tinggi yaitu
nilai tekanan darah yang jauh dari target nilai tekanan darah yang seharusnya.
Kombinasi obat antihipertensi sering diperlukan untuk dapat mengontrol nilai
tekanan darah dan kebanyakan pasien memerlukan kombinasi 2 atau lebih
penggunaan obat antihipertensi (Dipiro, 2008).
Kombinasi obat antihipertensi idealnya menggunakan golongan diuretik,
yaitu golongan diuretik tiazid. Diuretik bila dikombinasikan dengan beberapa
agen antihipertensi yang lain seperti ACEi, ARB, atau β-bloker dapat
menimbulkan efek aditif dari agen antihipertensi tersebut yaitu dapat menghindari
rendah lebih efektif mengurangi timbulnya efek samping dibandingkan dengan
menggunakan monoterapi antihipertensi dengan dosis yang tinggi (Dipiro, 2008).
Kombinasi antihipertensi yang tidak dapat diberikan menurut JNC 8
yaitu kombinasi antihipertensi golongan ACEi dan golongan ARB, karena kedua
agen hipertensi ini dapat meningkatkan serum kreatinin dan dapat menghasilkan
efek metabolik seperti hiperkalemia, terutama pada pasien dengan penurunan
fungsi ginjal (James, et al, 2014). Berdasarkan penelitian tidak terdapat kasus
yang menggunakan kombinasi antihipertensi golongan ACEi dengan golongan
ARB.
Tabel VI. Distribusi Golongan Obat Antihipertensi yang Diterima Oleh Pasien di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Periode Agustus 2015 Tunggal
Golongan Jumlah
Pasien
3. Hasil Evaluasi Efektivitas a. Ketepatan Pemilihan Obat
Menurut JNC 8, obat antihipertensi yang di rekomendasikan adalah
golongan diuretik tiazid, ACEi, ARB, dan CCB. Keempat golongan obat
antihipertensi ini dipilih sebagai rekomendasi karena keempat golongan obat
antihipertensi ini memiliki efek yang sebanding pada kematian secara keseluruhan
Pada penelitian ini terdapat beberapa pasien yang memiliki komplikasi
gagal jantung dan stroke. Menurut rekomendasi AHA/ACC/ASH (2015) obat
antihipertensi yang di rekomendasikan untuk gagal jantung adalah golongan
diuretik tiazid, β-bloker (carvedilol, metoprolol succinate, bisoprolol, atau
nebivolol), ACEi, ARB, dan aldosteron agonis reseptor (class I, Level of Evidence
A). Sedangkan rekomendasi obat antihipertensi dari AHA/ASA (2014) yang
digunakan untuk hipertensi dan stroke adalah golongan diuretik thiazide yang
diberikan secara tunggal atau dikombinasikan dengan ACEi (class I, Level of
Evidence A).
Class I menunjukan bahwa manfaat yang ditimbulkan pada saat terapi
lebih besar dibandingkan dengan risiko, sehingga prosedur/terapi sebaiknya
dilakukan. Sedangkan Level of Evidence A menunjukan bahwa rekomendasi/
prosedur terapi tergolong efektif dan hal tersebut terbukti dari beberapa uji klinis
acak data meta analisis (PERDOSSI,2011)
Pada tabel VIII disajikan ketepatan pemilihan obat berdasarkan
rekomendasi dari JNC 8 (2014), AHA/ASA (2014), dan AHA/ACC/ASH (2015).
Dari 68 kasus terdapat 49 kasus yang tepat pemilihan obat dan 19 kasus tidak
tepat pemilihan obat. Ketidaktepatan pemilihan obat, karena tidak sesuai dengan
standar terapi dari AHA/ASA (2014) yang merekomendasikan golongan
antihipertensi diuretik secara tunggal atau dikombinasikan dengan golongan ACEi
pada pasien hipertensi dengan komplikasi stroke.
Menurut beberapa hasil penelitian yang terdapat dalam jurnal AHA/ASA
dikombinasikan dengan ACEi secara signifikan mengurangi kejadian stroke
berulang pada pasien yang memiliki riwayat stroke. Pada penelitian ini pasien
menggunakan golongan ARB yaitu valsartan. Dalam AHA/ASA (2014) terdapat
penelitian golongan ARB yaitu eprosartan dalam menurunkan tekanan darah pada
pasien stroke, tetapi tidak menunjukan hasil yang signifikan dari eprosartan.
Tabel VII. Ketepatan Pemilihan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul
Yogyakarta Periode 2015
Keterangan Jumlah
Pasien
Jumlah Kasus
Persentase
(%) Pasien
Tepat Pemilihan Obat
9 49 72,1 A,C,D,E,F,G,
H
Tidak Tepat Pemilihan
Obat 3 19 27,9 I,J,K
Total 12 68 100
b. Ketepatan Dosis
Ketepatan dosis merupakan kesesuaian dosis dari obat antihipertensi
yang diberikan serta frekuensi pemberian obat antihipertensi sesuai dengan
standar DIH (2011). Dari keseluruhan kasus terdapat 68 penggunaan obat
antihipertensi baik yang digunakan secara tunggal maupun kombinasi. Ketepatan
dosis antihipertensi di Instalasi Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit
Panembahan Senopati Bantul Periode Agustus 2015 disajikan dalam tabel IX.
Dari hasil evaluasi ketepatan dosis pada tabel IX, diketahui bahwa
jumlah penggunaan obat antihipertensi secara keseluruhan adalah 68 baik
penggunaan obat secara tunggal maupun kombinasi. Dari hasil penelitian ini
diketahui bahwa dosis yang diterima oleh pasien telah sesuai dengan standar DIH
Tabel VIII. Ketepatan Dosis Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Inap Bangsal Bakung Rumah Sakit Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta Periode Agustus 2015
Tunggal
Golongan Obat Jenis Obat Keterangan Jumlah kasus Penggunaan Obat
Persentase (%) ARB Valsartan
Tepat Dosis
Tidak Tepat Dosis
31
0
45,6
-
Candesartan Tepat Dosis
Tidak Tepat Dosis
16
Tidak Tepat Dosis
10
Tidak Tepat Dosis
7
Tidak Tepat Dosis
4
0
5,9
0
Total 68 100
c. Proporsi Penggunaan Obat Antihipertensi
Evaluasi proporsi penggunaan obat antihipertensi dilakukan untuk
mengetahui jumlah obat antihipertensi yang efektif dalam menurunkan tekanan
darah. Penggunaan obat antihipertensi dikatakan efektif apabila pasien mengalami
penurunan tekanan darah hingga mencapai target tekanan darah yang diharapkan
pada akhir hari rawat pasien atau dapat dikatakan pasien mencapai outcome terapi
pada saat pasien keluar dari rumah sakit. Outcome terapi yang dimaksud adalah
keberhasilan pengobatan pada pasien yang terdiagnosis hipertensi di Instalasi
Rawat Inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Indikator keberhasilan suatu pengobatan di rumah sakit salah satunya
dapat dilihat dari keadaan pasien saat keluar dari rumah sakit tersebut. Outcome/
dan lama rawat pasien di rumah sakit (Tyashapsari dan Zulkarnain, 2012). Pada
penelitian ini yang menjadi parameter keberhasilan terapi adalah penurunan
tekanan darah pasien ke nilai target.
Berikut ini merupakan proporsi penggunaan obat antihipertensi yang
efektif pada pasien di instalasi rawat inap Bangsal Bakung RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode Agustus 2015 :
a. Pasien A berusia 66 tahun memiliki diagnosis hipertensi urgensi, GERD, dan
hemiparesis. Tekanan darah pasien pada awal perawatan adalah 220/110
mmHg dan pasien di rawat selama 5 hari. Selama perawatan pasien menerima
terapi antihipertensi golongan ARB yaitu valsartan 160 mg dengan dosis 1x1.
Terapi yang diberikan sudah sesuai dengan standar yang digunakan, yaitu
pemilihan obat golongan ARB sudah sesuai dengan standar JNC 8 (2014) dan
dosis yang diberikan sudah sesuai dengan rentang dosis yang di
rekomendasikan oleh DIH (2011). Target tekanan darah pasien adalah <
150/90 mmHg dan pasien A mencapai target tekanan darah pada akhir hari
rawat yaitu 140/90 mmHg. Maka dapat disimpulkan bahwa obat yang diterima
oleh pasien A sudah efektif karena pasien mencapai outcome terapi.
b. Pasien B berusia 70 tahun memiliki diagnosis hipertensi urgensi, metabolit
enselopati, bronchopneumonia, dan epilepsi. Tekanan darah pasien pada awal
perawatan adalah 220/120 mmHg dan pasien di rawat selama 7 hari. Selama
perawatan pasien menerima terapi antihipertensi kombinasi golongan ARB
yaitu valsartan 80 mg dengan dosis 1x1 dan golongan CCB yaitu amlodipine 5