• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta : kajian faktor sosio-ekonomi."

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten. Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik mencapai 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik mencapai 90mmHg atau lebih. Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 31,7% untuk penduduk dewasa di atas umur 18 tahun. Penelitian ini mengacu pada aturan The Rule of Halves.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei atau observasional yang bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Tempat penelitian ini dilakukan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta dengan responden penelitian adalah penduduk dewasa dengan usia 40 tahun ke atas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diambil adalah data tekanan darah hasil pengukuran pada responden dengan jumlah total responden adalah 200 orang.

Prevalensi hipertensi di Dukuh Sambisari dengan responden ≥40 tahun

adalah sebesar 43,5%; kesadaran terhadap hipertensi sebesar 31,0% dan yang melakukan terapi hipertensi sebesar 26,5%. Faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi hipertensi di Dukuh Sambisari, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci :Hipertensi, kesadaran, terapi, faktor sosio-ekonomi

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition in an enhancement of blood pressure persistently. It will be called as hypertension when blood pressure reaches ≥140 / 90 mmHg. The prevalence of hypertension in Indonesia according to the result of 2007 Riskesdas is 31.7% for the adult population over the age of 18 years. This study refers to the theory of ‘The Rule of Halves’. The purpose of this study is to identify the prevalence of hypertension, the awareness of respondents to hypertension and hypertension therapy on the respondents in Hamlet Sambisari Yogyakarta.

This research used a type of analytical survey research with

cross-sectional design. The research’s place is conducted in Hamlet Sambisari, Sleman,

Yogyakarta by the survey respondents who are the adult population aged 40 years and over. This study uses the purposive sampling as sampling method. The data collected by the result of blood pressure measurement of 200 respondents.

The prevalence of hypertension in Hamlet Sambisari with respondents

≥40 years is 43.5%; awareness of hypertension is 31.0% and the therapy of

hypertension is 26.5%. Socio-economic factors that include education, employment and income provide a non significant difference in the prevalence of hypertension, awareness and treatment of hypertension in Hamlet Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

(3)

i

PREVALENSI, KESADARAN DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI DI DUKUH SAMBISARI, SLEMAN, YOGYAKARTA

(KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Yudist Latubayesian

NIM : 118114061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada Tuhan Yesus Kristus, Perisaiku

Mama dan Papa penyemangat hidupku

Kakakku, Adikku yang mendukung setiap langkahku

(9)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis berikan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis selama proses penulisan skripsi ini hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Kepala Dukuh Sambisari Bapak Mochammad Bakri yang telah memberikan izin dan mendukung peneliti dalam pelaksanaan penelitian.

2. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

3. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. selaku dosen pembimbing utama yang telah membimbing dan mendampingi penulis selama proses penyusunan skripsi. 5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. dan Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt.

selaku dosen penguji yang telah menguji dan bersedia membimbing hingga akhir penyusunan skripsi.

6. dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. yang telah memberikan pelatihan untuk melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital.

(10)

viii

7. Bapak dan Ibu Ketua RT di Dukuh Sambisari, ibu-ibu kader posyandu, masyarakat Dukuh Sambisari, mbak Ambar dan Vita yang telah membantu dan mendukung penelitian.

8. Mama dan Papa, Kakak dan Adik tercinta untuk semangat dan dukungan penuh selama proses perjuangan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Greta, Yovica, Tessa, Mei, Oppy, Gita, Danik, Shinta, Agesty dan Berna sebagai teman seperjuangan skripsi yang telah membantu dan mendukung dalam segala hal.

10.MG. Niken Arum Dati selaku partner skripsi yang sangat pengertian, memaklumi kekurangan peneliti dan selalu mendukung dalam suka dan duka. 11.Christiana Putri beserta sahabat-sahabat sejak semester 1 dan kelas FKK-A

untuk waktunya, saling berbagi dan mengerti dalam setiap keadaan.

12.Teman-teman di Fakultas Farmasi, PMK Apostolos dan teman-teman lain atas dukungan kepada penulis.

13.Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini, dan memerlukan perbaikan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan perhatian masyarakat terhadap kesehatan.

Yogyakarta, 28 Januari 2015

(11)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN……….... ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN …………... vi

PRAKATA………... vii

DAFTAR ISI……… ix

DAFTAR TABEL……… xii

DAFTAR GAMBAR……… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……… xiv

INTISARI………. xv

ABSTRACT………... xvi

BAB I. PENGANTAR………. 1

A. Latar Belakang……….. 1

1. Rumusan Masalah………. 3

2. Keaslian Penelitian……… 4

3. Manfaat Penelitian……… 6

B. Tujuan Penelitian……….. 6

BAB II. PENELAAN PUSTAKA………. 7

A. Hipertensi……….. 7

(12)

x

2. Epidemiologi……… 8

3. Etiologi………. 8

4. Penampakan Klinis………... 9

B. Kesadaran………. 10

C. Terapi Hipertensi……….. 10

D. Faktor Usia, Jenis Kelamin dan Sosio-Ekonomi……….. 11

E. Aturan The Rule of Halves……… 13

F. Landasan Teori……….. 14

G. Hipotesis……… 15

BAB III. METODE PENELITIAN………. 16

A. Jenis dan Rancangan Penelitian……… 16

B. Variabel Penelitian……… 16

1. Variabel bebas……… 16

2. Variabel tergantung……… 16

3. Variabel pengacau……….. 17

C. Definisi Operasional……….. 17

D. Responden Penelitian……… 19

E. Lokasi dan Waktu Penelitian……… 19

F. Ruang Lingkup Penelitian………. 19

G. Teknik Pengambilan Sampel……… 20

H. Instrumen Penelitian………. 22

I. Tata Cara Penelitian……….. 22

(13)

xi

2. Permohonan ijin dan kerjasama………. 22

3. Pembuatan informed consent dan leaflet……… 23

4. Penetapan dan seleksi calon responden………. 23

5. Validitas dan reabilitas instrumen penelitian………. 23

6. Pengukuran tekanan darah………. 24

7. Penjelasan hasil pemeriksaan………. 25

8. Pengumpulan data……….. 25

9. Pengolahan data………. 25

J. Analisis Data Penelitian……… 25

K. Kesulitan Penelitian……….. 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… 29

A. Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi………… 40

B. Perbedaan Prevalensi, Kesadaran dan Terapi yang Disebabkan Faktor Sosio-Ekonomi………... 45

1. Pendidikan………. 45

2. Pekerjaan……… 48

3. Penghasilan……… 50

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 52

A. Kesimpulan……… 52

B. Saran……….. 52

DAFTAR PUSTAKA………... 53

LAMPIRAN………. 57

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian……….. 4 Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan ESC/ESH 2013……….. 7 Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Beserta Dosis dan Frekuensi Pemberian 10 Tabel IV. Karakteristik Responden Dukuh Sambisari……….. 29 Tabel V. Tipe Pelayanan Kesehatan Responden Dukuh Sambisari……….. 31 Tabel VI. Profil Tekanan Darah Terhadap Usia, Jenis Kelamin dan Faktor

Sosio-Ekomoni……….... 35

(15)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma pilihan terapi untuk hipertensi dengan komplikasi… 11 Gambar 2. Bagan Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Menurut Aturan The Rule of

Halves………. 14 Gambar 3. Bagan Ruang Lingkup Penelitian Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta……… 20 Gambar 4. Alur Teknik Pengambil Sampel untuk Responden Penelitian di Dukuh

Sambisari……… 21

(16)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Keterangan Izin Penelitian……….. 58

Lampiran 2. Ethical Clearance………. 59

Lampiran 3. Informed Consent………. 60

Lampiran 4. Case Report Form (CRF)………. 63

Lampiran 5. Leaflet………... 64

Lampiran 6. SOP Pengukuran Tekanan Darah………. 65

(17)

xv

INTISARI

Hipertensi adalah suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten. Seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan darah sistolik mencapai 140mmHg atau lebih dan tekanan darah diastolik mencapai 90mmHg atau lebih. Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut hasil Riskesdas tahun 2007 sebesar 31,7% untuk penduduk dewasa di atas umur 18 tahun. Penelitian ini mengacu pada aturan The Rule of Halves.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian survei atau observasional yang bersifat analitik dengan rancangan cross-sectional. Tempat penelitian ini dilakukan di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta dengan responden penelitian adalah penduduk dewasa dengan usia 40 tahun ke atas. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diambil adalah data tekanan darah hasil pengukuran pada responden dengan jumlah total responden adalah 200 orang.

Prevalensi hipertensi di Dukuh Sambisari dengan responden ≥40 tahun adalah sebesar 43,5%; kesadaran terhadap hipertensi sebesar 31,0% dan yang melakukan terapi hipertensi sebesar 26,5%. Faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi hipertensi di Dukuh Sambisari, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

Kata kunci :Hipertensi, kesadaran, terapi, faktor sosio-ekonomi

(18)

xvi

ABSTRACT

Hypertension is a condition in an enhancement of blood pressure persistently. It will be called as hypertension when blood pressure reaches ≥140 / 90 mmHg. The prevalence of hypertension in Indonesia according to the result of 2007 Riskesdas is 31.7% for the adult population over the age of 18 years. This study refers to the theory of ‘The Rule of Halves’. The purpose of this study is to identify the prevalence of hypertension, the awareness of respondents to hypertension and hypertension therapy on the respondents in Hamlet Sambisari Yogyakarta.

This research used a type of analytical survey research with cross-sectional design. The research’s place is conducted in Hamlet Sambisari, Sleman, Yogyakarta by the survey respondents who are the adult population aged 40 years and over. This study uses the purposive sampling as sampling method. The data collected by the result of blood pressure measurement of 200 respondents.

The prevalence of hypertension in Hamlet Sambisari with respondents ≥40 years is 43.5%; awareness of hypertension is 31.0% and the therapy of hypertension is 26.5%. Socio-economic factors that include education, employment and income provide a non significant difference in the prevalence of hypertension, awareness and treatment of hypertension in Hamlet Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

(19)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Penyebab kematian di negara-negara berkembang telah digantikan oleh penyakit tidak menular (PTM) dari yang sebelumnya adalah penyakit menular dan malnutrisi. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan proporsi penyebab kematian tertinggi pada penyakit kardiovaskuler sebesar 31,9% dan termasuk hipertensi sebesar 6,8% berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Depkes RI, 2008). Menurut Rahajeng dan Tuminah (2009), terjadinya hal tersebut dikarenakan beberapa faktor akibat perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk serta gaya hidup masyarakat yang tidak sehat seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, makanan berlemak dan tinggi kalori, serta konsumsi alkohol.

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 31,7%. Hal ini dinyatakan dalam hasil riset kesehatan yang dilakukan pada penduduk Indonesia usia 18 tahun ke atas melalui pengukuran tekanan darah. Proporsi yang lebih besar terjadi pada Yogyakarta yaitu 35,8% sementara evaluasi pada masyarakat pedesaan diketahui bahwa angka proporsi yang terjadi lebih besar dari angka proporsi prevalensi nasional (Depkes RI, 2008). Pada tahun 2013, riset kesehatan yang dilakukan menujukkan angka proporsi prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami penurunan menjadi 25,8%. Hal ini diikuti pula pada prevalensi yang terjadi di Yogyakarta dan masyarakat pedesaan yaitu sebesar 25,7% dan 25,5% meskipun Yogyakarta masih berada dalam 5 besar propvinsi

1

(20)

dengan proporsi prevalensi tertinggi di Indonesia (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Hipertensi merupakan suatu peningkatan tekanan darah arterial secara abnormal dan berlangsung terus-menerus (persisten). Hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala pada tahap awal. Peningkatan tekanan darah secara akut, gejala yang dialami oleh pasien yaitu sakit kepala, epistaksis, penglihatan kabur, pusing, defisit neurologis transien. Gejala lain yang dapat terjadi apabila perkembangan gejala lebih lambat dapat menyebabkan kerusakan organ seperti gagal jantung kongestif, stroke, gagal ginjal atau retinopati (ESC and ESH, 2013). Kesadaran masyarakat terhadap penyakit hipertensi yang ingin dievaluasi melalui penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di wilayah pedesaan. Hal ini dimaksudkan masyarakat sadar akan hipertensi yang dialaminya sampai pada masyarakat tersebut melakukan terapi yang terkontrol. Penatalaksanaan terapi hipertensi di Indonesia bertujuan untuk mengendalikan tekanan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup. Terapi hipertensi dimulai dengan obat tunggal, selanjutnya dapat ditambahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Beberapa jenis obat antihipertensi yang digunakan antara lain adalah golongan diuretik, penghambatan simpatis, beta bloker, vasodilator, penghambat enzim konversi angiotensin, antagonis kalsium, serta penghambat reseptor angiotensin (Depkes RI, 2006).

(21)

3

hipertensi dari masyarakat dukuh di wilayah Kabupaten Sleman, Yogyakarta yaitu Dukuh Sambisari. Pendidikan, pekerjaan dan penghasilan merupakan status sosio-ekonomi, apabila status sosio-ekonomi rendah maka berhubungan dengan peningkatan tekanan darah (Saeed, Al-Hamdan, Bahnassy, Abdalla, Abbas dan Abuzaid, 2011).

Dukuh Sambisari yang terletak di wilayah Kecamatan Kalasan diketahui sebelumnya belum pernah ada penelitian mengenai hipertensi terkait prevalensi hipertensi di Dukuh tersebut. Hal ini diketahui berdasarkan ungkapan dari hasil wawancara untuk penggalian informasi dengan Kepala Dukuh Sambisari dan menyatakan bahwa penelitian ini merupakan kali pertama. Penelitian ini mengacu pada aturan The Rule of Halves yang menyatakan bahwa dalam suatu penelitian menggambarkan bahwa proporsi kejadian hipertensi adalah setengah (50%) dari populasi, kesadaran terhadap hipertensi setengahnya (25%) dari yang mengalami hipertensi dan setengah (12,5%) dari yang memiliki kesadaran terhadap hipertensi adalah yang melakukan terapi (Deepa, Shanthirani, Pradeepa dan Mohan, 2003). 1. Rumusan masalah

a. Berapa jumlah proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran responden terhadap hipertensi dan terapi hipertensi pada responden di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta?

b. Apakah terdapat perbedaan prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi pada responden di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta?

(22)

2. Keaslian Penelitian

Beberapa perbedaan penelitian tentang prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi dengan penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya dan telah dipublikasi antara lain sebagai berikut:

Tabel I. Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

(23)

5

Tabel I. Lanjutan

No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

(24)

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan memberikan referensi mengenai prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi pada masyarakat terhadap penyakit hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi.

b. Manfaat Praktis. Data yang diperoleh diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai angka kejadian hipertensi di Dukuh Sambisari sehingga masyarakat dapat menindaklanjuti untuk peningkatan kesadaran akan penyakit hipertensi dan melakukan terapi bagi penderita hipertensi di dukuh Sambisari, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi hipertensi, tingkat kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta.

(25)

7

BAB II

PENELAHAAN PUSTAKA A.Hipertensi

1. Definisi

Hipertensi adalah suatu kondisi tekanan darah (TD) sistolik mencapai 140mmHg atau lebih dan diastolik mencapai 90mmHg atau lebih (Sacks, 2010). Hipertensi dikatakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal karena terjadi desakan darah yang berlebihan dan secara terus-menerus (persisten) pada arteri. Meskipun terjadinya peningkatan TD itu dianggap "penting" selama awal 1900-an dan menengah, sekarang diidentifikasi sebagai salah satu faktor risiko yang paling signifikan untuk penyakit kardiovaskular. Meningkatkan kesadaran dan diagnosis hipertensi, serta meningkatkan kontrol TD dengan pengobatan yang tepat, dianggap sebagai inisiatif yang kritis terhadap kesehatan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler (Dipiro, 2008).

Klasifikasi hipertensi berdasarkan ESH/ESC 2013 adalah sebagai berikut:

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan ESH/ESC 2013

Kategori Sistolik

Tinggi Normal 130-139 dan/atau 85-89 Hipertensi level 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi level 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi level 3 ≥180 dan/atau ≥110 Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 Dan <90

7

(26)

2. Epidemiologi

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa kasus hipertensi yang terjadi di masyarakat Indonesia sebagian besar belum terdiagnosa. Prevalensi yang dinyatakan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada usia 18 tahun ke atas adalah sebesar 31,7%. Populasi yang telah mengetahui bahwa mereka mengidap penyakit hipertensi berdasarkan data tersebut hanya 7,2% dan yang menjalani terapi hanya 0,4% (Depkes, 2012).

Survei yang dilakukan pada tahun 2002 di Indonesia menyatakan angka prevalensi hipertensi tanpa pengobatan adalah 37,32% dari populasi dewasa berusia 40 tahun ke atas yang berasal dari berbaggai pulau besar di Indonesia (Setiati, 2005).

3. Etiologi

Hampir sebagian besar dari kejadian hipertensi tidak dapat diketahui dengan jelas penyebabnya. Hipertensi dibedakan menjadi 2 berdasarkan penyebabnya yaitu hipertensi primer dan hipertensi sekunder (Dipiro, 2008).

a. Hipertensi Primer

(27)

9

aktivitas fisik seperti olahraga, kebiasaan buruk merokok atau konsumsi alkohol, kelebihan berat badan dan penggunaan garam yang berlebihan (Dipiro, 2008).

b. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder merupakan kategori hipertensi yang dapat diketa-hui penyebabnya dan ditemukan penyebab pastinya sekitar 10% kasus. Penyebab hipertensi sekunder yaitu akibat adanya kelainan spesifik dari suatu organ seperti ginjal, kelenjar adrenal, pembuluh darah maupun arteri aorta. Ketika penyebab sekunder diidentifikasi, menghilangkan agen penyebab (bila layak) atau mengobati/mengoreksi kondisi komorbiditas yang mendasari harus menjadi langkah pertama dalam menajemen hipertensi (Dipiro, 2008).

4. Penampakan Klinis a. Secara umum

Pasien hipertensi dapat berisiko terhadap penyakit kardiovaskuler meskipun tampaknya terlihat sangat sehat. Risiko tersebut terkait penyakit diabletes mellitus, disiplidemia, mikroalbuminoria, mengalami obesitas, kurangnya aktivitas fisik, perokok, dan memiliki riwayat keluarga terkait penyakit kardiovaskulaer (Dipiro, 2008).

b. Gejala

Hipertensi sebagian besar tidak menunjukkan gejala yang mencolok atau asimptomatik (Dipiro, 2008).

c. Tanda

Kategori Prehipertensi dan Hipertensi ditunjukkan berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebelumnya (Dipiro, 2008).

(28)

B.Kesadaran

Hipertensi dapat dikatakan suatu penyakit degeneratif yang dapat menimbulkan masalah kesehatan. Kesadaran masyarakat masih dinilai rendah untuk melakukan kontrol tekanan darah. Hingga saat ini angka kesadaran masyarakat di Indonesia terhadap hipertensi hanya mencapai 50% dan lebih rendah dibanding Amerika yang masyarakatnya memiliki angka kesadaran terhadap hipertensi yaitu mencapai 69%. Dari data tersebut yang tekanan darahnya terkontrol baik adalah kurang dari 10% (Bustan, 2007).

C. Terapi Hipertensi

Tabel III. Pilihan Obat Antihipertensi Beserta Dosis dan Frekuensi Pemberian

Golongan Nama Obat Dosis Frekuensi

Diuretik Hydrochlorthiazide ACE Inhibitor Captopril 25-150 mg/hari 2 atau 3 kali sehari

ARB Irbesartan 150-300 mg/hari 1 kali sehari Beta-bloker Bisoprolol 2,5-10 mg/hari 1 kali sehari

CCB Amlodipin

(29)

11

(CCB), angiontensin converting enzyme (ACE) inhibitor, angiotensin reseptor bloker (ARB) dan beta-bloker (ESC and ESH, 2013).

Terapi farmakologi untuk hipertensi selain dengan monoterapi terdapat pula terapi kombinasi. Terapi kombinasi diberikan pada penderita hipertensi dengan kondisi khusus seperti hipertensi pada stage II maupun komplikasi. Pilihan terapi hipertensi stage II yaitu kombinasi diuretik-tiazid dengan ACE-inhibitor atau ARB atau CCB (Dipiro, 2008). Sedangkan untuk terapi hipertensi dengan komplikasi disajikan dalam bentuk gambar algoritma.

(Dipiro, 2008). Gambar 1. Algoritma pilihan terapi untuk hipertensi dengan komplikasi

D. Faktor Usia, Jenis Kelamin dan Sosio-Ekonomi

Laki-laki dengan usia diatas 35 tahun lebih rentan terhadap risiko hipertensi dibandingkan dengan perempuan. Perempuan berisiko lebih rendah

(30)

karena aman dari penyakit kardiovaskuler sebelum mengalami menopause. Hal ini karena adanya peran hormon estrogen pada perempuan yang belum menopause dalam meningkatkan HDL (High Density Lipoprotein). Perempuan akan mempunyai kerentanan yang sama dengan laki-laki terhadap hipertensi yaitu pada usia 45-55 tahun (Kumar, Abbas dan Fausto, 2005).

Usia dapat mempengaruhi risiko terkena hipertensi dikarenakan perubahan yang alami terkait fungsi kerja jantung, pembuluh darah dan hormon ditambah dengan faktor-faktor lain yang memicu hipertensi. Semakin bertambahnya umur, arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan dan akan meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah akan meningkat sesuai usia dimulai dari sejak umur 40 tahun (Bustan, 2007). Prevalensi hipertensi terkait usia sekitar 40% dengan kematian dan sekitar 50% untuk usia diatas 60 tahun. Pada usia lima puluhan dan enam puluhan akan terjadi peningkatan kasus hipertensi (Zuraidah, Maksuk dan Apriliadi, 2012).

Masyarakat dengan pendidikan yang tinggi diharapkan memiliki kesadaran terhadap risiko hipertensi dan dapat lebih waspada terhadap faktor-faktor yang dapat memicu risiko hipertensi sehingga dapat menerapkan pola hidup sehat. Hubungan karakteristik penduduk dengan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap status hipertensi adalah bahwa masyarakat dengan jenjang pendidikan yang tinggi sedikit mengalami hipertensi (Misnasari, Rasyid dan Hamid, 2013).

(31)

13

golongan PNS/ABRI, pegawai swasta, wiraswasta, petani, pensiunan maupun tidak bekerja, ditemukan bahwa jenis pekerjaan bukan merupakan faktor risiko penyakit hipertensi (Suparto, 2010). Pada penelitian lain menunjukkan hasil yang menyatakan bahwa jenis pekerjaan mempengaruhi prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi. Hal ini dapat berkaitan disebabkannya faktor psikologis atau risiko yang berbahaya dari pekerjaan (Saeed et al., 2011).

Tinggi atau rendahnya penghasilan dapat berhubungan dengan hipertensi, hal ini dapat dikaitkan dengan tekanan secara psikologis (Saeed et al., 2011). Suatu penelitian lain menyatakan adanya hubungan antara penghasilan dengan kesadaran hipertensi yaitu responden dengan penghasilan yang tinggi memiliki tingkat kesadaran yang lebih terhadap hipertensi (Ahn et al., 2013).

E. Aturan TheRule of Halves

‘The Rule of Halves’ merupakan aturan mengenai penyajian median

dalam statistik, dimana mencakup populasi dalam bentuk apapun dan dapat menggunakan ukuran apapun. Setengah dari orang-orang akan berada pada satu sisi median dan setengahnya disisi lain (Deepa, Shanthirani, Pradeepa dan Mohan, 2003). ‘The Rule of halves’ pada dasarnya dapat digunakan dalam penelitian bidang hipertensi. Aturan ini menyatakan dimana setengah dari pasien hipertensi tidak diketahui oleh pelayanan kesehatan (belum terdiagnosis), setengah dari orang-orang yang menderita hipertensi yang tidak menerima terapi (pengobatan) dan setengah dari mereka diperlakukan (terapi), tidak melakukan kontrol (Daniel dan Rao, 2014).

(32)

Populasi

Gambar 2. Bagan Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Menurut Aturan The

Rule of Halves

F. Landasan Teori

Hipertensi merupakan suatu kondisi terjadinya peningkatan tekanan darah secara persisten. Kondisi tersebut dapat dinyatakan dengan angka pengukuran tekanan darah yaitu ≥140mmHg untuk tekanan darah sistolik sedangkan ≥90mmHg untuk tekanan darah diastolik (Sacks, 2010). Proporsi

prevalensi hipertensi, kesadaran masyarakat terhadap hipertensi, dan terapi hipertensi yang dilakukan oleh responden pada penelitian ini mengacu pada aturan

The Rule of Halves. Prevalensi hipertensi, kesadaran masyarakat terhadap

penyakit hipertensi dan terapi yang diterima dapat memberikan perbedaan yang bermakna yang disebabkan oleh faktor tingkat pendidikan, kategori pekerjaan serta penghasilan (Saeed et al., 2011).

(33)

memberi-15

kan perbedaan terhadap proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran mengalami hipertensi dan terapi hipertensi yang dilakukan.

G.Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan di dukuh Sambisari, kecamatan Purwomartani Sleman, Yogyakarta.

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survei atau observasional yang bersifat analitik dengan pendekatan rancangan cross-sectional (potong lintang). Penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan tanpa memberikan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2012). Observasional analitik adalah penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel tergantung berdasarkan analisis untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel tersebut melalui pengujian hipotesis (Swarjana, 2012). Rancangan secara

cross-sectional adalah rancangan penelitian yang disebut dengan potong lintang

artinya meneliti terhadap variabel bebas dan variabel tergantung pada waktu yang bersamaan (Storm and Kimmel, 2006). Analisis yang dilakukan adalah prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi dengan kajian faktor sosio-ekonomi. Data penelitian yang diperoleh diolah dengan statistika secara komputerisasi.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan.

2. Variabel tergantung

Prevalensi, kesadaran dan terapi hipertensi masyarakat terhadap penyakit hipertensi.

(35)

17

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan terapi lain yang dilakukan.

C. Definisi Operasional

1. Hipertensi adalah suatu keadaan untuk mengkategorikan responden berdasarkan hasil pengkuran tekanan darah ≥140/90mmHg, menyadari akan riwayat hipertensi yang dimilikinya, serta yang sedang atau pernah menerima terapi hipertensi atau mengonsumsi obat antihipertensi meskipun saat pengukuran tekanan darah menunjukkan hasil <140/90mmHg.

2. Prevalensi hipertensi adalah angka kejadian hipertensi dari responden hipertensi di Dukuh Sambisari, Purwomartani, Sleman, Yogyakarta.

3. Kesadaran hipertensi adalah suatu keadaan seseorang yang tahu akan dirinya mengalami hipertensi. Responden dikatakan memiliki kesadaran hipertensi diketahui berdasarkan hasil wawancara apabila responden pernah melakukan pengukuran tekanan darah sebelumnya yang menyatakan hipertensi, responden yang memiliki riwayat hipertensi ataupun salah satu dari keduanya yang tidak menjalani terapi hipertensi maupun yang sedang menjalani terapi hipertensi.

4. Terapi hipertensi adalah suatu tindakan pengobatan yang sedang atau pernah dilakukan oleh responden hipertensi baik secara monoterapi dengan menggunakan obat, non obat, dan terapi kombinasi obat maupun obat-non obat.

(36)

5. Karakteristik penelitian meliputi faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

6. Pendidikan responden Dukuh Sambisari dikategorikan menjadi ≤SMP dan >SMP. Kategori ≤SMP meliputi pendidikan SMP, SD dan tidak sekolah.

Sedangkan kategori >SMP adalah responden dengan pendidikan SMA, Diploma, Sarjana, Magister, Doktor.

7. Pekerjaan responden Dukuh Sambisari dibagi menjadi kategori pekerjaan

indoor (di dalam ruangan) dan pekerjaan outdoor (di luar ruangan).

8. Penghasilan responden Dukuh Sambisari dibagi menjadi kategori ≤UMR

dan >UMR. Diketahui melalui wawancara dengan responden dan menyatakan jumlah penghasilan per bulan yang didapatnya. UMR Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp. 1.127.000,00 (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2013).

9. Usia responden pada penelitian ini adalah ≥40 tahun. Responden dikelompokkan menjadi kelompok usia 40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun dan ≥80 tahun.

(37)

19

11. Penetapan hasil pengukuran tekanan darah responden penelitian yaitu dengan menghitung rata-rata dari 2 hasil pengukuran dengan selisih <10mmHg.

12. Standar pengukuran tekanan darah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ESH dan ESC 2013.

D. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa dengan usia diatas 40 tahun di Dukuh Sambisari. Kriteria inklusi responden pada penelitian ini adalah penduduk dengan usia ≥40 tahun, bersedia mengisi informed consent, melakukan pengukuran tekanan darah dengan hasil terbaca pada

spygmomanometer digital, dan mengikuti tanya jawab dengan peneliti. Kriteria

eksklusi responden adalah responden dengan hasil pengukuran tekanan darah tidak terbaca setelah 2-3 kali pengukuran menggunakan sphygmomanometer

digital atau data pada Case Report Form (CRF) tidak lengkap.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di dukuh Sambisari, kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Oktober.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta Kajian Faktor Sosio-Ekonomi.”

(38)

Gambar 3. Bagan Ruang Lingkup Penelitian Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi di Dukuh Sambisari, Sleman, Yogyakarta

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian ini dilakukan secara non random dengan jenis purposive sampling. Purposive sampling merupakan salah satu teknik pengambilan sampel non-probability yang paling efektif untuk meneliti suatu kasus tertentu yang dapat digunakan secara kualitatif dan kuantitatif (Calmorin and Calmorin, 2007). Jumlah responden yang ditetapkan sebanyak 200 orang. Jumlah minimal sampel pada penelitian adalah 30 orang dan dinyatakan data terdistribusi normal (Yahya, Kashim, Boon dan Hamdan, 2004).

Pelaksanaan pengambilan sampel yang dilakukan secara purposive di Dukuh Sambisari, sebelumnya peneliti mengumpulkan informasi mengenai penduduk yang berada pada usia ≥40 tahun diketahui dari Kepala Dukuh Sambisari dan masing-masing ketua RT setempat. Peneliti dibantu oleh seorang

(39)

21

pemuda dari dukuh tersebut untuk mengantarkan ke setiap rumah calon responden, selanjutnya pengambilan sampel dilakukan pada sore hari, 5 hari dalam seminggu.

Gambar 4. Alur Teknik Pengambil Sampel untuk Responden Penelitian di Dukuh Sambisari

Responden yang telah mengisi informed consent kemudian dilanjutkan dengan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akan dituliskan dalam format Case Report Form (CRF) yang dibuat oleh peneliti dan melakukan pengukuran tekanan darah menggunakan spygmanometer digital. Hasil pengambilan sampel didapat sebanyak 205 responden yang bersedia mengikuti penelitian dan mengisi informed consent, untuk yang memenuhi kriteria insklusi sebanyak 200 orang sehingga ada sebanyak 5 orang yang tereksklusi dari penelitian ini dikarenakan tekanan darah responden tidak terdeteksi saat pengukuran tekanan darah 2-3 kali menggunakan spygmanometer digital. Dari

Calon responden usia ≥40 tahun di Dukuh Sambisari

± 830 penduduk

Total populasi di Dukuh Sambisari

± 1800 penduduk

Total responden yang memenuhi kriteria inklusi

200 responden

Total responden yang melakukan terapi hipertensi

53 responden

(40)

total responden sebanyak 200 orang, ada 53 responden yang melakukan terapi hipertensi.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form (CRF), sphygmomanometer digital, leaflet dan informed consent. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer digital.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh yang akan dijadikan sebagai lokasi penelitian. Dukuh yang akan dijadikan sebagi lokasi penelitian sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian terkait hipertensi sehingga belum diketahui prevalensi hipertensi pada dukuh tersebut.

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin ditujukan kepada kepala Dukuh Sambisari Kabupaten Sleman. Permohonan izin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Permohonan ijin dilakukan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

(41)

23

tembusan surat ijin dari Bapeda diedarkan kepada Kepala Dukuh Sambisari dan setiap ketua RT di Dukuh Sambisari sebagai bentuk fisik perijinan dan pemberitahuan bahwa akan mengadakan penelitian di wilayah tersebut. (Surat ijin penelitian disajikan dalam Lampiran).

3. Pembuatan inform consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat harus memenuhi standar yang ditetapkan

oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Penetapan dan seleksi calon responden

Penetapan subjek penelitian dilakukan setelah mendapat ijin kepala Dukuh Sambisari. Peneliti akan memberikan penjelasan mengenai maksud dan tujuan penelitian kepada calon subjek penelitian. Calon subjek penelitian yang telah mengerti dan bersedia selanjutnya diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya pada lembar informed consent sebagai persetujuan menjadi responden. Maka selanjutnya disebut sebagai responden penelitian. 5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan dengan nilai Coefficient of Variation (CV) 5% (Westgard, 2009; Ghosh and Jasti, 2005). Validitas merupakan suatu indeks yang membuktikan bahwa alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur sesuai dengan yang diukur, sedangkan reabilitas merupakan indeks yang membuktikan suatu alat ukur

(42)

yang digunakan dapat dipercaya (Notoatmodjo, 2012). Pengukuran tekanan darah menggunakan spygmomanometer digital, alat ini divalidasi dengan menggunakan standar baku pengukuran tekanan darah spygmomanometer air raksa (Depkes RI, 2008).

Validitas dan reabilitas yang dilakukan yaitu dengan mengukur tekanan darah menggunakan spygmomanometer digital dan spygmomanometer air raksa pada 3 orang dengan masing-masing sebanyak 5 kali pengukuran setiap 5 menit. Data hasil pengukuran dikumpulkan dan dihitung rata-rata, standar deviasi (SD) dan Coefficient of Variation (CV). Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dinyatakan dengan CV ≤5%.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani

informed consent, dilakukan pada bagian lengan kiri atas dan posisi duduk tegak.

Pengukuran tekanan darah menggunakan sphygmomanometer digital. Pengukuran tekanan darah dilakukan sebanyak 2-3 kali berturut-turut (SOP pengukuran tekanan darah disajikan pada Lampiran).

(43)

25

7. Penjelasan hasil pemeriksaan

Peneliti akan menjelaskan hasil pemeriksaan kepada responden secara langsung. Penjelasan hasil pemeriksaan disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan diolah sebagai data analisis.

8. Pengumpulan Data

Data yang didapat berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, berat badan dan tinggi badan serta hasil wawancara terkait kajian faktor sosio-ekonomi dengan responden di Dukuh Sambisari ditulis dan dikumpulkan dengan menggunakan Case Report Form (CRF). Pengumpulan data dengan menggunakan CRF disajikan dalam Lampiran.

9. Pengolahan data

Pengelompokan data dilakukan dengan kategorisasi data sejenis, yaitu menyusun dan menggolongkannya dalam kategori-kategori kemudian dilakukan interpretasi data. Data yang dikumpulkan dalam CRF kemudian dipindahkan ke file Microsoft Excel.

J. Analisis Data Penelitian

Data yang sudah diperoleh kemudian diolah secara statistik pada program komputer. Langkah pertama dengan melakukan analisis univariat untuk mengetahui frekuensi variabel pada penelitian ini. Variabel tersebut meliputi usia dari 200 responden dengan kategori pembagian kelompok usia (40-49 tahun, 50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun dan ≥80 tahun), jenis kelamin, serta faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan (≤SMP dan >SMP), pekerjaan (indoor

(44)

dan outdoor dan penghasilan ≤UMR dan >UMR). Selanjutnya dilakukan uji normalitas yang bertujuan untuk mengetahui bahwa data yang terkumpul dalam penelitian ini terdistribusi normal atau tidak. Telah diketahui bahwa melalui uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan bahwa usia responden Dukuh Sambisari terdistribusi normal. Maka selanjutnya dilakukan uji ONE WAY

ANOVA untuk menguji adanya perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan

diastolik yang dihubungan dengan usia responden yang telah dibagi ke dalam beberapa kelompok usia. Kemudian untuk menguji adanya perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihubungkan dengan jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dilakukan denngan menggunakan uji t independent. Faktor-faktor tersebut yang dihubungan dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pendidikan dibagi ≤SMP dan >SMP, pekerjaan indoor dan outdoor, serta penghasilan ≤UMR dan >UMR. Nilai p dari hasil uji Anova yang menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna maka akan dilanjutkan dengan menggunakan analisis Post Hoc untuk menguji kelompok mana yang memberikan perbedaan yang bermakna.

Hal selanjutnya yang dilakukan adalah pengujian hipotesis 1 arah atau

one-tailed dengan menggunakan Chi-square. Pengujian ini bertujuan untuk

(45)

27

outdoor, serta kategori penghasilan ≤UMR dan >UMR. Hasil dari pengujian ini dinyatakan dalam nilai p, OR dan interval kepercayaan. Nilai p <0,05 menyatakan bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi hipertensi yang disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Untuk nilai OR dapat menyatakan seberapa besar risiko yang dapat disebabkan oleh faktor sosio-ekonomi terhadap prevalensi hipertensi dengan nilai OR>1 maka meningkatkan sedangkan nilai OR<1 maka menurunkan risiko. Dalam hal kesadaran dan terapi, nilai OR tidak menyatakan risiko melainkan menyatakan peluang tingkat kesadaran responden dan seberapa besar responden melakukan terapi sekian kali lipat (nilai OR<1 maka dinyatakan menurunkan tingkat kesadaran dan terapi). Gambaran mengenai analisis hipotesis diuraikan melalui bagan berikut.

Gambar 5. Rumusan Hipotesis Hubungan Faktor Sosio-Ekonomi terhadap Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hiertensi Keterangan :

Faktor Risiko Hipertensi Ho : P1 ≤ P2

H1,2,3 : P1>P2 ; <0.05 Faktor Sosio-Ekonomi

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan ≤SMP; penghasilan <UMR; bekerja indoor.

Sosio-Ekonomi

Prevalensi (H1)

Kesadaran (H2)

(46)

P2 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan >SMP; penghasilan >UMR; bekerja outdoor.

K. Kesulitan Penelitian

Pada penelitian ini terdapat kesulitan penelitian yaitu pengambilan data yang hanya dilakukan satu kali menjadikan kelemahan pada penelitian ini. Penelitian ini tentang hipertensi yang berkaitan dengan pengukuran tekanan darah sehingga untuk menentukan responden hipertensi perlu dilakukannya pengukuran tekanan darah lebih dari satu kali pada waktu yang berbeda.

(47)

29

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dukuh Sambisari terletak di wilayah Kelurahan Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dukuh Sambisari memiliki cagar budaya sekaligus sebagai tempat kunjungan wisata yaitu sebuah Candi yang disebut Candi Sambisari. Penduduk di Dukuh Sambisari ada 463 Kepala Keluarga (KK) dan sebanyak 1800 orang termasuk perempuan, anak-anak dan lansia. Pembagian wilayah di Dukuh Sambisari dibedakan menjadi 2 yaitu Sambisari untuk RT 01-04 dan Randusari untuk RT 05-08. Kepala Dukuh Sambisari Bapak Mohammad Bakri bertempat tinggal di wilayah RT 03.

Tabel IV. Karakteristik Responden Dukuh Sambisari

Karakterisik N %

Jumlah Responden 200 100,0

Karakteristik penduduk di Dukuh Sambisari bervariasi dengan jumlah penduduk perempuan lebih banyak, diikuti dengan anak-anak dan remaja serta pendatang berdasarkan informasi yang didapat dari Bapak Kepala Dukuh

29

(48)

Sambisari. Pada penelitian ini menggunakan responden sebanyak 200 orang untuk penduduk dengan usia ≥40 tahun termasuk laki-laki, perempuan dan lansia dengan

jumlah responden laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan responden perempuan. Untuk karakteristik umur responden penelitian berkisar antara 40 tahun sampai dengan 92 tahun dengan jumlah terbanyak berada pada rentang umur 50-59 tahun yaitu sebesar 71 orang atau 35.5% dan pada rentang umur 70-79 tahun memiliki jumlah paling rendah yaitu sebanyak 13 orang atau 6,5% (Tabel IV) dari total responden.

Sebagian besar responden pada penelitian ini dapat dikatakan memiliki pendidikan yang kurang. Hal ini diketahui berdasarkan data responden yaitu sebesar 69,0% (Tabel IV) dengan karakteristik tingkat pendidikan ≤SMP termasuk diantaranya yang tidak bersekolah. Melihat hal tersebut dapat berhubungan dengan karakteristik pekerjaan dan penghasilan dari penduduk di Dukuh Sambisari. Pekerjaan jenis indoor yang diketahui dari hasil wawancara dengan responden yaitu didominasi dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga yang mengandalkan penghasilan dari suaminya ataupun membuka usaha di rumah. Pada pekerjaan jenis outdoor diketahui lebih banyak responden yang bekerja sebagai buruh baik buruh pabrik, tani maupun bangunan. Oleh sebab itu, hal ini berkaitan dengan angka penghasilan repsonden ≤UMR sangat besar.

(49)

31

diterbitkan dan berlaku mulai 1 Januari 2014 bahwa besar Upah Minimum untuk Kabupaten Sleman adalah sebesar Rp. 1.127.000,00 (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2013). Sehingga cukup prihatin dengan kondisi pekerjaan yang seadanya dan penghasilan tersebut maka dapat dikatakan bahwa untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan menjadi kurang.

Rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik (Tabel VI) dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa responden Dukuh Sambisari termasuk hipertensi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tekanan darah sistolik 137,15±21,87mmHg dan rata-rata tekanan darah diastolik

81,90±12,93mmHg. Penentuan hipertensi mengacu pada klasifikasi hipertensi

menurut ESC/ESH 2013.

Tabel V. Tipe Pelayanan Kesehatan Responden Dukuh Sambisari

Kategori Pelayanan Kesehatan N %

Rumah Sakit

Jumlah Responden 200 100,0

Dukuh Sambisari memiliki beberapa unit pelayanan kesehatan yang dapat diakses oleh responden di Dukuh Sambisari saat sedang mengalami sakit atau membutuhkan pemeriksaan kesehatan. Beberapa unit pelayanan kesehatan yang tersedia diantaranya 1 unit Puskesmas; pelayanan Posyandu balita dan lansia; praktek dokter; bahkan rumah bidan atau perawat yang bisa dikunjungi

(50)

untuk sekedar melakukan pemeriksaan kesehatan seperti cek tekanan darah atau pemeriksaan gejala ringan yaitu pusing, panas, batuk, sakit kepala; serta apotek. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden saat pengambilan data untuk tipe pelayanan kesehatan yang dipilih responden dibedakan menjadi 7 kategori diantaranya Rumah Sakit, Puskesmas, Praktek Dokter, Praktek Bidan, Posyandu lansia, Praktek Perawat, serta Pengobatan Mandiri.

Data pada Tabel V, responden lebih banyak memilih bentuk pelayanan kesehatan pada praktek dokter yaitu sebesar 28,5% meskipun tidak sedikit jauh berbeda dengan Puskesmas yaitu 27,5%. Responden di Dukuh Sambisari dengan mayoritas penghasilan yang kurang dari UMR cukup memperhatikan kesehatannya dengan lebih banyak memilih pada pelayanan kesehatan berupa praktek dokter. Hal ini didukung pula dengan jarak tempuh menuju tempat praktek dokter yang tidak jauh sekitar 0,5-3km. Hasil wawancara dengan responden juga memberikan alasan bahwa responden yang memilih praktek dokter dibandingkan dengan Puskesmas karena jadwal pelayanan Puskesmas yang terbatas pada waktu pagi sementara responden pada waktu tersebut sedang bekerja, selain itu responden menghindari antrian yang terjadi pada pelayanan di Puskesmas. Alasan tersebut sama halnya dengan responden yang memilih pelayanan kesehatan berupa praktek bidan atau praktek mantri.

(51)

33

Randusari (RT 05-08) dan pelaksanaannya adalah setiap satu bulan sekali. Sedangkan ada 7,5% responden yang memilih bentuk pelayanan kesehatan di rumah sakit dari total responden. Responden yang memilih pelayanan rumah sakit adalah responden dengan penghasilan >UMR dan merupakan responden yang memiliki kondisi penyakit tertentu serta terbiasa dengan penanganan rumah sakit. Untuk responden yang berada pada kategori pengobatan mandiri yaitu sebanyak 8,0% dari total responden adalah responden yang memilih untuk tidak memeriksakan kondisi kesehatannya apabila sedang sakit atau merasakan gejala dari suatu penyakit melainkan memilih untuk melakukan terapi secara mandiri dengan membeli obat di warung atau apotek maupun yang memilih untuk pengobatan tradisional. Hasil wawancara saat pengambilan data, dapat disimpulkan bahwa responden yang berada pada kategori ini akan memilih untuk beristirahat, minum jamu atau ramuan herbal, ataupun membeli obat di apotek bahkan di warung.

Kategori tentang bentuk pelayanan kesehatan yang dipilih oleh responden dapat dikatakan bahwa responden memiliki kepedulian dan perhatian yang baik terhadap kesehatan dan langkah untuk penanganan kondisi kesehatan yang mereka alami. Terkait dengan usia responden di atas 40 tahun dan tingkat pendidikan responden yang rendah terhadap penyakit seperti hipertensi dapat diketahui dengan melakukan pengukuran tekanan darah secara langsung kepada setiap responden serta wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan responden

(52)

tentang hipertensi, kesadaran mengalami hipertensi serta terapi yang dilakukan responden terhadap hipertensi yang dialaminya.

Data pada Tabel VI tentang profil tekanan darah responden Dukuh Sambisari terhadap usia, jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi dapat memberikan gambaran tentang adanya perbedaan yang bermakna ataupun tidak bermakna pada rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik yang disebabkan oleh usia, jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi dilihat berdasarkan nilai p. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik responden Dukuh Sambisari yang disebabkan oleh faktor usia dilihat dari nilai p TD sistolik <0,01 dan TD diastolik 0,02. Selain itu hal ini dapat menyatakan pula bahwa terjadinya peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik dipengaruhi dengan semakin meningkatnya usia meskipun terjadi sedikit penurunan di usia ≥80 pada TD sistolik dan pada TD diastolik beberapa penurunan terjadi pada kelompok usia 50-59 tahun, 70-79 tahun dan ≥80 tahun. TD sistolik mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia namun sedikit menurun pada usia ≥80 tahun. Rata-rata tekanan darah sistolik tertinggi pada kelompok usia 70-79 tahun yaitu 146,54±24,39mmHg dan

penurunan rata-rata TD sistolik yang terjadi pada usia ≥80 yaitu menjadi 145,47± 22,20mmHg.

Pada TD diastolik rata-rata tertinggi berada pada kelompok usia 40-49 tahun yaitu 85,06±14,39mmHg, dan terjadi peningkatan dan penurunan rata-rata

(53)

35

dapat memberikan perbedaan yang bermkana terhadap terjadinya peningkatan TD diastolik namun kejadian rata-rata TD diastolik pada responden di Dukuh Sambisari mengalami peningkatan dan penurunan. Hal ini dapat disebabkan oleh responden di Dukuh Sambisari dipilih berdasarkan non random. Menurut Bustan (2007) tekanan darah akan meningkat sesuai usia dimulai saat umur 40 tahun. Hal ini berhubungan dengan semakin bertambahnya usia maka pembuluh arteri akan kehilangan elastisitas atau kelenturan yang akan dapat meningkatkan tekanan darah.

Tabel VI. Profil Tekanan Darah Terhadap Usia, Jenis Kelamin dan Faktor Sosio-Ekonomi Total Subjek 137,15±21,87 81,90±12,93

Usia (tahun) *Nilai p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

Menurut Kusuma, Babu, dan Naidu (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa usia berpengaruh secara signifikan pada peningkatan kedua

(54)

tekanan darah sistolik maupun diastolik, dan tekanan darah sistolik relatif lebih sensitif dari tekanan darah diastolik berdasarkan efek meningkatnya usia.

Hasil dari uji anova pada TD sistolik dan TD diastolik terhadap usia menunjukkan hasil yang berbeda bermakna. Selanjutnya dilakukan analisis post

hoc untuk mengetahui kelompok usia mana yang memberikan perbedaan yang

bermakna. Dari hasil analisis pos hoc yang telah dilakukan maka dapat diketahui pada kelompok usia 40-49 tahun terhadap kelompok 60-69 tahun memberikan perbedaan yang bermakna pada TD sistolik (nilai p = 0,031), sedangkan pada kelompok usia 40-49 tahun terhadap 70-79 tahun memberikan perbedaan yang bermakna pada TD diastolik (nilai p = 0,036).

Hasil penelitian terkait jenis kelamin menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang tidak bermakna terhadap peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik yang ditunjukkan berdasarkan nilai p, yaitu untuk TD sistolik 0,12 dan TD diastolik 0,16. Apabila dilihat berdasarkan nilai rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik terkait jenis kelamin menyatakan bahwa responden laki-laki dan perempuan di Dukuh Sambisari memiliki rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik yang hampir sama. Maka dapat dikatakan bahwa risiko terjadinya hipertensi pada responden di Dukuh Sambisari tidak dipengaruhi oleh perbedaan jenis kelamin.

(55)

37

akan memiliki kerentanan yang sama dengan laki-laki terhadap hipertensi pada usia 45-55 tahun. Selain itu menurut Joffres et al. (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa TD sistolik pada laki-laki lebih tinggi dibanding perempuan pada usia yang lebih muda dan perempuan menjadi lebih tinggi dibanding laki-laki setelah usia 60 tahun di Kanada dan 70 tahun di Inggris dan Amerika, sedangkan TD diastolik dapat dikatakan sama untuk ketiga negara tersebut diusia sebelum 50 tahun. Menurut Kusuma, Babu, dan Naidu (2002) menyatakan bahwa jenis kelamin tidak memberikan kontribusi yang signifikan terhadap variabilitas tekanan darah.

Berdasarkan faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan dan penghasilan dari penelitian ini menunjukan bahwa adanya perbedaan yang bermakna pada peningkatan TD sistolik maupun diastolik yang disebabkan oleh faktor pendidikan dan pekerjaan terhadap TD sistolik pada responden di Dukuh Sambisari. Hal ini dapat dilihat pada nilai p (Tabel VI) untuk pendidikan, nilai p TD sistolik 0,03 dan TD diastolik 0,02 sedangkan untuk pekerjaan nilai p TD sistolik 0,03. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata TD sistolik maupun diastolik pada pendidikan ≤SMP lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan >SMP yaitu 138,25±23,53mmHg dan 134,69±17,55mmHg untuk TD sistolik, sedangkan 82,21±11,36mmHg dan 83,37±9,85mmHg untuk

diastolik. Maka dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan yang rendah memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap kejadian hipertensi pada responden di Dukuh Sambisari. Berbeda dengan hasil penelitian Tedesco et al. (2001) menyatakan bahwa dalam analisis multivariat menunjukkan hanya tekanan

(56)

darah diastolik yang secara independen terkait dengan tingkat pendidikan yang rendah.

Pekerjaan juga memberikan perbedaan yang bermakna terhadap peningkatan TD sistolik diketahui berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan dari nilai p yaitu 0,03. Nilai p untuk TD diastolik 0,82 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada peningkatan TD diastolik yang disebabkan oleh faktor pekerjaan. Rata-rata tekanan darah untuk responden dengan karakteristik pekerjaan kategori indoor adalah lebih tinggi dibandingkan dengan responden pekerjaan outdoor baik untuk TD sistolik maupun diastolik. Pekerjaan indoor memiliki rata-rata tekanan darah 138,36±23,42mmHg untuk

TD sistolik dan 82,98±13,50mmHg untuk TD diastolik. Rata-rata tekanan darah

pada pekerjaan outdoor yaitu 135,00±18,77mmHg untuk TD sistolik dan 79,99 ±11,69mmHg untuk TD diastolik. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa

kejadian hipertensi pada responden di Dukuh Sambisari lebih besar terjadi pada kelompok responden dengan pekerjaan indoor dari hasil rata-rata dan tidak pada hasil statistik.

(57)

39

dengan peningkatan tekanan darah yang secara signifikan menunjukkan peningkatan dari 0,11mmHg per tahun pendidikan dan 0,12mmHg untuk setiap penghasilan penggandaan. Secara keseluruhan kemudian, Cois dan Ehrlich menyatakan temuan yang menunjukkan hubungan yang tidak konsisten antara indikator status sosio-ekonomi dan tekanan darah di seluruh gender. Pendidikan dan penghasilan memiliki hubungan yang positif terhadap peningkatan tekanan darah, tetapi sebaliknya pada hubungannya dengan perempuan. Ukuran relatif dari koefisien dan lebar interval kepercayaan menunjukkan juga bahwa status sosio-ekonomi lebih kuat terkait dengan TD sistolik dan TD diastolik pada laki-laki, dan sebaliknya untuk perempuan.

Hasil penelitian terkait penghasilan dari responden di Dukuh Sambisari menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang tidak bermakna pada peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan nilai p yaitu untuk TD sistolik 0,31 dan untuk diastolik 0,40. Karakteristik penghasilan responden di Dukuh Sambisari dibagi menjadi 2 kategori yaitu

≤UMR dan >UMR. Untuk kategori ≤UMR memiliki rata-rata tekanan darah yang

lebih rendah dibandingkan dengan kategori >UMR baik TD sistolik maupun diastolik. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan darah pada penghasilan ≤UMR yaitu 136,54±22,64mmHg untuk TD sistolik dan 81,70±13,10mmHg

untuk TD diastolik, sedangkan pada kategori penghasilan >UMR rata-rata TD sistolik adalah 139,76±18,27mmHg dan untuk TD diastolik adalah 82,76±

12,29mmHg. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa responden dengan penghasilan >UMR memiliki rata-rata tekanan darah yang lebih tinggi

(58)

dibandingkan dengan responden berpenghasilan ≤UMR sementara jumlah responden dengan penghasilan >UMR hanya sebanyak 38 orang dari total responden, hal ini berarti kelompok populasi yang menjadi responden dengan penghasilan yang tinggi memiliki tekanan darah yang tinggi pula.

A. Prevalensi Hipertensi, Kesadaran dan Terapi Responden Hipertensi Penelitian mengenai hipertensi di Dukuh Sambisari adalah baru pertama kali dilakukan. Besar prevalensi hipertensi sebelumnya pada wilayah tersebut tidak diketahui. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 43,5% responden Dukuh Sambisari mengalami hipertensi dengan usia ≥40 tahun. Kejadian ini dapat

dikatakan bahwa hampir separuhnya dari responden Dukuh Sambisari yang mengalami hipertensi. Dari responden yang mengalami hipertensi tersebut, ada sebanyak 31,0% yang sadar akan dirinya mengenai hipertensi yang dimilikinya. Kesadaran yang dimaksud ialah bahwa sebelumnya telah memiliki riwayat hipertensi baik dari keluarganya ataupun dirinya sendiri dan juga yang pernah melakukan pemeriksaan tekanan darah. Sedangkan untuk yang melakukan terapi sebanyak 26,,5%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada bagan berikut.

(59)

41

Prevalensi Hipertensi di Dukuh Sambisari pada responden ≥40 tahun

adalah 43,5%. Seseorang dapat dikatakan mengalami hipertensi apabila tekanan darahnya ≥140mmHg untuk sistolik dan/atau ≥90mmHg untuk diastolik (ESH and

ESC, 2013). Wawancara dengan responden Dukuh Sambisari yang mengalami hipertensi ditemukan bahwa tidak semua yang didapat memiliki tekanan darah ≥140/90mmHg saat pengambilan data tahu atau sadar bahwa dirinya mengalami

hipertensi. Hal tersebut dikarenakan sebelumnya responden memang tidak menyadari bahwa dirinya memiliki tekanan darah yang tinggi atau jarang melakukan pemeriksaan terhadap tekanan darah bahkan ada yang belum pernah melakukannya. Sebagian lain yang sadar akan dirinya mengalami hipertensi adalah yang memang memiliki riwayat hipertensi dari keluarganya atupun dirinya sendiri dan pernah melakukan pemeriksaan terhadap tekanan darah ataupun secara rutin.

Hasil penelitian menunjukkan responden hipertensi yang mengetahui kesadaran akan hipertensi ada sebanyak 31,0%. Kesadaran akan hipertensi ini didukung pula tersedianya pelayanan kesehatan pada dukuh tersebut seperti puskesmas, praktek dokter, posyandu lansia dan praktek tenaga kesehatan lainnya. Meskipun ada pula yang memilih bentuk pelayanan kesehatan rumah sakit. Tersedianya pelayanan kesehatan tersebut dapat membantu responden untuk melakukan pemeriksaan secara rutin dan mengontrol perkembangan kondisi kesehatannya. Dari hal tersebut diketahui ada sebanyak 26,5% responden yang menjalani terapi hipertensi. Untuk kategori yang menjalani terapi hipertensi ini

(60)

dimaksudkan adalah responden yang pernah mendapatkan terapi atau sedang menjalani terapi hipertensi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan di atas, menunjukkan bahwa hasil tersebut relatif sesuai dengan acuan aturan The Rule of Halves. Dengan mengacu pada aturan tersebut harapannya dalam penelitian ini adalah setengah dari responden mengalami hipertensi, dari responden yang mengalami hipertensi tersebut setengahnya memiliki kesadaran akan hipertensi, dan setengah dari yang memiliki kesadaran adalah melakukan terapi. Namun pada hasil yang didapat adalah terdapat beberapa selisih dengan harapan tersebut karena hasil yang didapat tidak tepat setengahnya (Gambar 4). Kejadian hipertensi di Dukuh Sambisari tidak mencapai dari setengah dari total responden. Bahkan dari jumlah yang mengalami hipertensi tidak setengahnya pula yang memiliki kesadaran hipertensi maupun bukan setengahnya dari yang memiliki kesadaran tidak menjalani terapi.

(61)

43

Tabel VII. Data Terapi Hipertensi Responden Dukuh Sambisari Monoterapi

Captopril + nefidipin + valsartan 1

Captopril + jamu 1

Captopril + terapi pijat 1 Amlodipin + rebusan daun salam

dan bawang putih

1

TOTAL 53

Responden hipertensi yang melakukan terapi ada sebanyak 26,5% atau 53 orang dari total responden. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden terkait terapi yang dilakukannya menunjukkan bahwa ada beberapa kategori tipe terapi diantaranya terapi dengan obat maupun non obat, monoterapi maupun terapi kombinasi. Pada kategori monoterapi diketahui sebanyak 48 responden (Tabel VII) mendapatkan terapi dengan obat antihipertensi, beberapa obat antihipertensi yang diterima oleh responden diantaranya captopril, amlodipin, bisoprolol serta beberapa nama obat yang tidak tersebut namanya karena responden lupa atau tidak mengingat nama obat yang dikonsumsinya. Sedangkan untuk terapi non obat yang dilakukan oleh responden adalah dengan memilih mengkonsumsi jamu tradisional hanya 1 responden. Untuk kategori terapi kombinasi, terdapat 1 (Tabel VII) responden yang menerima kombinasi obat antihipertensi yaitu kombinasi captopril + nefidipin + valsartan, dan 3 (Tabel VII)

(62)

orang yang memilih kombinasi dengan non obat seperti jamu, rebusan herbal, maupun terapi pijat.

Gambar

Gambar 4. Alur Teknik Pengambil Sampel untuk Responden Penelitian di Dukuh
Tabel I. Keaslian Penelitian
Tabel I. Lanjutan
Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Berdasarkan ESH/ESC 2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

[r]

rsdnun dhhLlri Fdr r Ge)

OUTPUT (BARANG DAN JASA) DENGAN NILAI DARI SUMBERDAYA INPUT (TENAGA KERJA, MODAL, TEMPAT, DAN MANAJEMEN)..  

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it