• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rasio Lebar Bahu Terhadap Lebar Panggul Pada Laki-Laki dan Perempuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Rasio Lebar Bahu Terhadap Lebar Panggul Pada Laki-Laki dan Perempuan."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERBANDINGAN LEBAR BAHU TERHADAP LEBAR PANGGUL

PADA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

USIA 19-25 TAHUN

DIFAKULTASKEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN MARANA THA

Bima Setia Negara, 2003. Pembimbing: Daniel S. Wibowo, dr., MSc.

Dimorfisme seksual menunjukkan bahwa dalarn suatu spesies yang sarna

terdapat dua bentuk atau dua morfologi berbeda yang terkait sifat-sifat seksual.

Sebagai contoh dari keberadaan

dimorfisme seksual ini yaitu buah dada

perempuan setelah masa pubertas berkembang dengan baik sedangkan pada

laki-laki buah dadanya tidak berkembang. Perbedaan morfologi ini tampak juga

terlihat pada perbandingan lebar bahu dan lebar panggul. Laki-laki memiliki lebar

bahu yang relatif Lebihbesar daripada perempuan sedangkan perempuan memiliki

lebar panggul yang lebih besar daripada laki-Iaki.

Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan informasi apakah peran hormon

seks sudah nyata pada kelompok usia 19 sampai 25 tahun yang ditunjukkan

melalui perbandingan lebar bahu terhadap lebar panggul populasi yang diteliti.

Pada hari penelitian terkumpul 30 laki-laki dan 30 perempuan berumur

19-25 tahun. Pengukuran

dengan teknik yang sebelumnya telah dipersiapkan

dilakukan terhadap jarak dua titik acromion pacta tepi lateral ossis scapulae da..11

jarak dua titik pada tepi lateral crista ossis iliacea dengan menggunakan jangka

berskala .

Dari penelitian yang dikerjakan didapatkan bahwa rata-rata rasio lebar

bahu terhadap lebar panggullaki-laki, yaitu 1,22, lebih besar daripada perempuan,

yaitu 1,10 ((1=0,05).

Dari basiLpenelitian dapat disimpulkan bahwa populasi yang diteliti telah

menunjukkan dimorfisme seksual, sebagai akibat dari aktifitas hormon seks,

melalui perbedaan perbandingan lebar balm terhadap lebar panggulnya.

Disarankan untuk adanya suatu penelitian yang menggunakan sampel yang

memadai sehingga dapat diketahui nilai normal perbandingan lebar bahu terbadap

lebar panggul populasi yang dipelajari.

(2)

ABSTRACT

SHOULDER TO HIP WIDTH RATIO ON }cjh TO 25'h YEARS MALE AND FEMALE

AT MEDICAL FACULTY

MARANATHA CHRISTIAN UNIVERSITY

Bima Setia Negara, 2003. Tutor: Daniel S. Wibowo, dr., !vISe.

Sexual dimorphism signs that in the one same species can be found two

different shapes or two different morphologies that determined by sexual

characteristics. In example for the sexual dimorphism existence is the females

breast that well developed after the puberty but in other way males breast never

developed. The morphology differences can also be found on shoulder to hip

width ratio. Males relatively have wider shoulder than that onfemales butfemales

relatively have wider hip than that on males.

The purpose of the study is to gather iriformation about the presence of the

sex hormones role in age group 19thto 25thyears that signed by shoulder to hip

width ratio from the studied population.

30 males and 30 females from group of age 11h to

25thyears gathered at

the day of experience. The measurement with preserved technique ran unto the

width of two lateral acromial points and two lateral margin of illiac crest by

scaled compass.

The study results that the mean of males shoulder to hip width ratio, which

is 1,22. larger than that on females, which is 1,10 (a.=0,05).

The conclusion from the experiment is the studied population already

presence sexual dimorphism. for the effects of sex hormones activity, by the

difference of shoulder to hip width ratio.

These bring suggestion for the next 1i,tudythat using appropriate samples

tofind normal value of the studied populations' shoulder to hip ratio.

(3)

DAFT AR ISI

halaman

ABSTRAK IV

ABSTRACT V

KA TA P.ENGANTAR VI

DAFT AR ISI VIlI

DAFT AR T ABEL x

DAFT AR GAMBAR .. Xl

DAFT AR GRAFIK XlI

DAFT AR DIAGRAM XlII

DAFT ARLAMPIRAN XIV

BABI PENDAHULUAN

1. 1. Latar Be lakang . .. .. .. .. .. .. .. .. .. .. . .. ... .. .. ... .. ... .. ... .. .. . .. ... .. .. .. .. .. .. ... .

1

1.2. Identifikasi Masalah 2

1.3. Maksud dan Tujuan 2

1.4. Kegunaan Penelitian 2

1.5. Kerangka Penelitian 2

1.6. Metodologi 3

1.7. Lokasi dan Waktu 3

BARIl

TINJAUANPUSTAKA

2.1. PertumbuhanJasmani pada Manusia

.

4

2.1.1. Pertumbuhan Jasmani Manusia

4

2.1.2. Tahap Pertumbuhan Jasmani Manusia

13

2.2. Peranan Hormon pada Pertumbuhan

21

2.2. 1. Kontro 1terhadap Sekresi Honnon

21

2.2.2. Endokrinologi Pertumbuhan

22

(4)

2.3. Differensiasi dan Pertumbuhan Seks

29

2.3.1. Differensiaisi Seks

29

2.3.2. Pubertas

3 1

2.4. Diameter transversal Tubuh

40

BAB III

BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subyek Penelitian

42

3.2. Alat-alat yang Digunakan

42

3.3. Metode Pene litian ...

...

...

.,..

43

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

46

4.2. Pengujian Hipotesis Penelitian

47

4.2.1. Hipotesisi Penelitian

47

4.2.2. Hal-hal yang Mendukung

47

4.2.3. Hal-hal yang Tidak Mendukung

47

4.2.4. Kesimpulan

47

BAB V

KESTh'IPULANDAN SARAN

5.1. Kesimpulan

48

5.2. Saran .. . . .. . .. . . .. .. .. .. .. . . . .. . . .. . . .. .. .. . . .. . . .. . .. . .. . .. . . .. . .. . .. . . .. .. . .. .. . . 49

DAFTAR PUST AKA

50

LAMP IRAN I

: Hasil Penelitian

51

LAMP IRAN II

: Perhitungan Uji Statistik

54

LAMPmAN III : Gambar Lokasi Penelitian

56

RIW AYAT HID UP

58

(5)

DAFT AR TABEL

halaman

Tabel 2.1. Waktu

Penampakan

dalam

Roentgenogram

Pusat-pusat

Penulangan pada Masa Bayi dan Masa Anak

9

Tabel 2.2. Kronologi Pertumbuhan Gigi Primer atau Gigi Decidua dan

Sekunder atau Penllanen Manusia

1]

TabeI2.3. Peristiwa - peristiwa Penting Perkembangan Prenatal

16

TabeI2.4. Formula untuk Pendekatan Rata - rata Tinggi dan Berat bayi

dan Anak Normal

17

(6)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 2.1.

Susunan Tulang yang Membentuk Ekstremitas Superior

40

Gambar 2.2.

Susunan Tulang yang Membentuk Ekstremitas Inferior

41

Gambar 3.1.

Alat Ukur yang Digunakan dalam Penelitian

42

Gambar 3.2.

Letak

Diameter

Bi-acromion

dan

Diameter

Bi-iliaca

terhadap Tubuh ..

-'" - _ _ _ 43

Gambar 3.3. Teknik Pengukuran Diameter Bi-acromion 44

Gambar 3.4. Teknik Pengukuran Diameter Bi-iliaca 45

(7)

Grafik 2.1.

Grafik 2.2.

Grafik 2.3.

Grafik 2.4.

Grafik 2.5.a. Grafik 2.5.b. Grafik 2.6. Grafik 2.7. Grafik 2.8. Grafik 2.9.

DAFT AR GRAFIK

halaman

Pertumbuhan tinggi badan anak laki-Iaki de MontbeiHard

dari lahir hingga 18 tahun

...

Kurva Pertumbuhan dari Berbagai Bagian dan Jaringan

Tubuh

6

5

Kurva Kelajuan Peningkatan Tinggi Badan Typikal untuk

Laki-Iaki dan Perempuan

7

Kurva Pemngkatan Tinggi Badan Typikal untuk Laki-laki

dan Perempuan

...

8

Kurva Peningkatan Pertumbuhan Panjang Tubuh dalam

periode prenatal dan awal periode postnatal...

Kurva Kecepatan

Pertumbuhan

Panjang Tubuh dalam

periode prenatal dan awal periode postnatal...

15

Kurva Diameter Bi-acromion saat Pubertas

Kurva Diameter Bi-iliaca saat Pubertas

15

36

...

...

37

Rata-rata dari Diameter acromion dan Diameter

Bi-iliaca pada Anak Laki-Iaki Asia

38

Rata-rata dari Diameter acromion dan Diameter

Bi-iliaca pada Anak Perempuan Asia

39

(8)

DAFTARDIAGRAM

halaman

Diaram 2.1.

Diagram dari Rangkaian Kejadian saat Pubertas pada

Perempuan dan Laki-laki

32

(9)
[image:9.595.75.454.208.541.2]

1. Lampiran I

Tabel 1.

Tabel 2.

Tabel3.

2. Lampiran II

3. Lampiran III

Gambar 1

Gambar 2

Gambar 3

DAFT AR LAMP IRAN

halaman

Lampiran Tabel Hasil Penelitian

52

Hasil Pengukuran Diameter Bi-acromion pada

Laki-laki dan Perempuan

52

HasH Pengukuran Diameter Bi-iliaca pada

Laki-laki dan Perempuan

53

Hasil Pengukuran Rasio Diameter Bi-acromion

terhadap Diameter Bi-iliaca pada Laki-laki dan

Perempuan..

...

54

Perhitungan Uji Statistik ..

...

55

Gambar Lokasi Penelitian

56

Gedung Universitas Kristen Maranatha

56

Gedung Fakultas Kedokteran

56

Tempat

Penarikan

Sampel

dan

Pengukuran

Diameter Tubuh

57

(10)

I

BABI

PENDAHULVAN

Ll. Latar BeIakang

Proses adaptasi tel1ls-menel1lS dari manllsia telah membawa penyesuaian

terhadap rnorfologi manusia. Dimorfisme seksual dalarn spesies manusia juga

menandakan terjadinya proses penyesuaian terhadap lingktmgan dari generasi ke

generasi. Dimorfisme seksual menunjukkan bahwa dalam suatu spesies yang sarna

terdapat dua bentuk atau dua morfologi berbeda yang terkait sifat-sifat seksual.

Sebagai contoh dari keberadaan dimorfisrne seksual ini yaitu buah dada

perempuan setelal1 masa pubertas berkernbang dengan baik sedangkan pada

laki-laId buah dadanya tidak berkernbang.

Dimorfisme seksual terbesar dari sistem skelet yang didapatkan pada

pubertas temtama terdiri dari bahu dan panggul. Perempuan saat lahir telah

memiliki outlet pelvis yang lebar, dan dalam pubertas pembahan lebih terfokus

pada pelebaran inlet pelvis dan perluasan dari panggul. Pel1lbahan tadi selain

berguna untuk proses persalinan, di mana pelvis merupakan jalan keluar janin,

mungkin pelebaran panggul memiliki fimgsi lain dalam menarik perhatian

laki-laki yang mempakan bagian dari serangkaian tingkal1 laku reproduksi seksual.

Bahu yang lebar dan kekuatan otot pada laki-laki telah berkembang sebagian

digunakan untuk proses perpasangan dalam perkawinan (Tanner, 1978).

Perbedaan dari dimensi balm dan panggul ini pula yang rnenjadi pemiIdran

mengapa tanda pemisah ruangan antara laki-laId dan perempuan mernperlihatkan

bentuk segitiga yang puncaknya ke bawah untuk laki-laki dan segitiga yang

puncaknya ke atas untuk perempuan.

Diameter bi-acromion merupakan suatu nilai yang dipergunakan sesuai

batasan antropometri untuk mengukur lebar balm. Nilai ini ditetapkan dengan

rnengukur jarak antar dua acromion ossis scapulae. Acromion dapat diraba

sebagai suatu benjolan keras pada bagian atas bahu dan terlihat sebagai suatu

(11)

2

merupakan salah satu nilai yang menunjukkan lebamya pinggul. Nilai ini

ditetapkan dengan menghitung jarak antar dua crista ossis iliacea. Yaitu titik yang

terletak paling lateral pada as ilium. Titik ini dapat diraba sebagai benjolan keras

pada sisi paling samping dari tulang panggul (Harrison, Weiner, Tanner, Bamicot,

1977).

1.2. Identifikasi Masalah

Apakah sudah ada perbedaan yang signifikan antara rasio diameter

bi-acromion terhadap diameter bi-iliaca pada laki-laki dengan perempuan yang

bemsia antara 19 sampai 25 tahlID dalam populasi yang diteliti?

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah sudah ada

tanda seks sekunder yang dinyatakan oleh perbedaan rasio diameter bi-acromion

dan diameter bi-iliaca pada populasi yang diteliti.

Tujuan penelitian ini untuk mendapat infonnasi apakah peran honnon seks

sudah nyata pada kelompok usia 19 sampai 25 tahun yang ditunjukkan melalui

perbedaan yang diperoleh sebagai maksud penelitian ini.

1.4. Kegunaan Penelitian

Disamping untuk mengetahui derajat aktifitas honnon seks, penelitian ini

berguna juga untuk memberi infonnasi tentang komposisi tubuh laki-Iaki dan

perempuan pada usia 19~25 tabun terutama perbandingan lebar babu dengan

panggul.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pada periode adolescent lebar bahu-panggul pada laki-Iaki dan perempuan

mengalami perbedaan ukuran dan bentuk karena pengaruh honnon seks.

Honnon seks laki-Iaki menyebabkan penyempitan panggul dan pelebaran

(12)

3

Perbedaan Iebar panggul dan lebar bahu kedua kelamin lID menyebabkan

perbedaan rasio lebar bahu terhadap lebar panggul.

Hipotesis penelitian ini adalah rasio diameter bi-acromion terhadap

dianeter bi-iliaca laki-Iaki dalam populasi yang diteliti lebih besar daripada rasio

diameter bi-acromion terhadap dianeter bi-iliaca dalam populasi yang diteliti.

1.6. Metodologi

Penelitian lID bersifat inferensial observasional (komprehensif)

menggtmakan rancangan penelitian Potong Lintang (Cross Sectional). Subyek

penelitian ialah laki-Iaki dan perempuan berusia 19-25 tahun pada populasi

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Sampling

dilakukan dengan cara Whole Sampling pada hari yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengukuran dengan tehnik yang sebelumnya telah dipersiapkan dilakukan

terhadap jarak dua titik acromion pada tepi lateral ossis scapulae dan jarak dua

titik tepi lateral crista ossis iliacea dengan menggunakan jangka berskala .

Analisis

data menggunakan Pengujian Hipotesis Selisih 2 Rata-rata (Independent t-test) dengan a=O,05.

1.7. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini berlangsung di lingktmgan Universitas Kristen Maranatha

(13)

48

BABY

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Peni1aian terhadap karakter seks sekunder pada manusia dapat dilakukan

dengan mengamati karakteristik morfologi yang dibentuk oleh faktor penentu

sifat-sifat seks sekundemya. Kerja homlon-homlOn seks dapat diamati melalui

karakteristik morfologi yang ditunjukkan oleh rasio lebar bahu terhadap lebar

panggul. Perbandingan ini akan tampak nyata sete1ah individu yang dianlati te1ah

melalui masa pubertasnya atau dalam periode dewasa.

Dari data yang diperoleh dan kedua kelompok dalam populasi yang

diteliti, yaitu 1aki-]IDci clan perempuan usia 19-25 tahun, ditemukan bahwa

kelompok 1aki-Iaki memiliki rata-rata perbandillgall lebar balm terhadap lebar

panggul yang lebih besar biia dibandingkan dengan nliai rata-rata pada

perempuan.

Nilai rasio ini disusun oleh dua komponen, yaitu kornponen lebar bahu

yang didapatkan dari diameter bi-acromion dan komponen 1ebar bahu yang

didapatkan dari diameter iiiaca. Nilai rasio ini semakin besar bila diameter

bi-acromion semakin besar atau diameter bi-illiac sema1011kecil. Dengau nilai

rata-rata rasio lebar bahu terharlap lebar panggu1 laId -laki yang lebih besar daripada

perempuan menunjukkan juga bahwa rata-rata lebar bahu laki-laki 1ebih besar

daripada rata-rata lebar bahu perernpuan. Dan sebaliknya nilai rata-rata rasio lebar

balm terhadap ]ebar panggu] perempuan ]ebih ked1. Hal ini memmjukkan rata-rata

lebar panggul perempuan lebm besar daripada rata-rata lebar panggullaki-laki.

Dati niiai rasio lebar bahu terhadap lebar panggul di atas disimpulkan

bahwa pada laki-laki dan perempuan populasi mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Maranatha telah didapatkan karakterisitik seks sekunder. Hal

(14)

49

5.2. Saran

Disarankan untuk adanya suatu penelitian untuk mendapatkan nilai nonnal

lebar bahu, lebar panggul, dan rasionya terhadap populasi rnahasiswa Fakultas

kedokteran Universitas Kristen Maranatha dengan menggunakan sample yang

lebih rnernadai. Sehingga hal ini dapat juga rnernberi kontribusi untuk

menentukan rancangan perlengkapan yang lebih ergonomis bagi bahu dan

panggul khususnya di FK-UKrvL

Periu juga adanya suatu penelitian terhadap faktor-faktor yang

mernpengaruhi rasio lebar bahu dan lebar panggul. Sehingga dapat diketahui

sejauh mana faktor usia, status sosial ekonomi, pola makan, dan faktor-faktor lain

(15)

50

DAFT ARPUST AKA

Eveleth, P. B., Tanner, 1. M. 1976. Worldwide Variation in Human Growth.

Cambridge: Cambridge University Press. P. 1-74, 118-157.

Guyton, A. c., Hall, 1. E. 1997. Bulal Ajar Fi[}'iologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1273-1280,1289-1298.

Harrison, G. A., Weiner, J. S., Tanner, J. M., Bamicot, N. A. 1977. Human Biology. 2ndEdition. Oxford: Oxford University Press. P. 187-206.

Needlman, R. D.,1996. Pertumbuhan dan Perkembangan. Dalam W. E. Nelson: Ilmu KesehatanAnak. Edisi 15. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran

EGC.41-78.

Rohen, J.W., Yokochi, c., Lutjen-Drecoll, E. 1998. Alias AnatDmi Manusia Kajian Fotografik Tubuh Manusia. Edisi 4. Jakmta: Penerbit Buku Kedokteran EGC 346~347, 407.408.

Sugiono. 2000. Metode Penelitian Administrasi. Edisi 1 Cetakan 7. Bandlmg: Penerbit Alfabeta. 31-164.

Tanner, 1. M. 1978. Foetus into Man. London: Open Books Publishing Ltd. P. 7-205.

Wibowo, D. S. 1980. Prenatal Effects ofSocio-Economic Condition on Babies

Bom at The St. BOITomeus and Immanuel Hospital. The Effects

ofSocio-Economic Condition on Pre- and Post- Natal Growth in BaruhJng, Java, Indonesia, (II): 25-81.

Gambar

Tabel 1.Hasil PengukuranDiameterLaki-laki dan Perempuan

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks ini, maka landreform merupakan kebijakan yang sangat solutif, karena memberi otoritas formal kepada masyarakat untuk dapat me- nguasai tanah secara

Informasi keuangan di atas telah disusun untuk memenuhi Peraturan OJK No.48/POJK.03/2017 tanggal 12 Juli 2017 tentang Transparansi Kondisi Keuangan BPR, Surat Edaran OJK

nilai terkecil terjadi pada kadar aspal rencana ± 5,5 %, dengan nilai VMA sebesar 22,363 % untuk abu batu dan 21,427 % untuk abu vulkanik, sedangkan persyaratan nilai VMA minimal

Melalui diskusi darring antara guru dan peserta didik, peserta didik dapat membedakan variasi dan kombinasi teknik dasar passing dan servis pada permainan bola

  'njurkan pasien makan sedikit dan sering  'njurkan pasien makan sedikit dan sering  #erikan makanan pada lingkungan yang #erikan makanan pada lingkungan yang.

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Halaman pertama pada setiap kategori kosmetik memiliki berisi tentang penjelasan umum, sedangkan halaman selanjutnya berisi

Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan dengan memberikan kuesioner mengenai atribut-atribut tentang faktor yang dianggap mempengaruhi pembelian produk perawatan

Pada gambar IV.1. merupakan Flowmap diagram dari sistem yang sedang berjalan, menjelaskan tentang tahap-tahap dalam penjadwalan melakukan pemasangan atau maintenance