i ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana stres kerja saat peak season pada Supervisor jahit di perusahaa “X” Bandung. Adapun yang menjadi sampel penelitian ini adalah supervisor jahit perusahaan garmen “X” Bandung yang telah bekerja di bagian produksi jahit perusahaan garmen “X” minimal selama 1 tahun. Penelitian ini dikelompokan pada penelitian survey, dimana semua anggota populasi yang memenuhi karakteristik penelitian dijadikan sampel, dengan jumlah 28 orang responden.
Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner derajat stres kerja yang dirancang oleh peneliti berdasarkan teori stres kerja Stephen P. Robbins (2002). Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 13.0 diperoleh 48 item yang diterima dengan validitas 0,209 – 0,700, dan reliabilitas sebesar 0,924. Hasil pembahasan menggunakan teknik distribusi frekuensi dan tabulasi silang. Hasilnya yaitu derajat stres kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung hampir tersebar merata pada derajat stres kerja rendah, cenderung rendah, cenderung tinggi, dan tinggi, dengan persentase yaitu sebanyak 28,5% supervisor jahit berada pada derajat stres kerja yang rendah, 25% cenderung rendah, 25% cenderung tinggi dan 21,4% berada pada derajat stres kerja yang tinggi. Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa faktor lingkungan kehidupan pribadi individu, faktor organisasi, dan faktor lingkungan tidak berdiri sendiri-sendiri. Faktor-faktor tersebut secara bersama-sama berkaitan dengan stres kerja. Demikian juga perbedaan individu, semua itu berkaitan dengan stres kerja tidak secara sendiri-sendiri.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Lembar Judul
Lembar Pengesahan
ABSTRAK...i
KATAPENGANTAR...ii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...x
DAFTAR BAGAN...xii
DAFTAR LAMPIRAN...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Identifikasi Masalah ...9
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ...10
1.4. Kegunaan Penelitian...10
1.5. Kerangka Pemikiran...11
1.6. Asumsi...18
iii
2.1.2. Pendekatan Terhadap Stres ...20
2.1.3. Klasifikasi Stres ...25
2.1.4. Dinamika Stres ...25
2.1.5. Penilaian Kognitif ...26
2.2. Stres kerja 2.2.1. Pengertian Stres Kerja ...27
2.2.2. Sumber Potensial dari Stres Kerja...28
2.2.3. Perbedaan Individual ...31
2.2.4. Konsekuensi Stres Kerja...33
2.3. Perusahaan Garmen “X” Bandung 2.3.1. Sejarah Perusahaan...35
2.3.2. Divisi & Departemen PT. Garmen “X” Bandung ...37
2.3.3. Produk-produk PT. Garmen “X” Bandung...40
2.3.4. Penghargaan yang diterima PT. Garmen “X” Bandung ...40
2.3.5. Visi, Misi & Tujuan...41
2.3.6. Fasilitas Produksi ...42
2.3.7. Supervisor Jahit ...44
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian ...46
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ...47
3.3. Alat Ukur ...47
iv
3.3.2. Prosedur Pengisian ...47
3.3.3. Sistem Penilaian ...49
3.3.4. Data Penunjang ...51
3.3.5. Pengujian Alat Ukur ...51
3.3.5.1. Uji Validitas Alat Ukur ...51
3.3.5.2. Uji Reliabilitas Alat Ukur ...52
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian...52
3.4.1. Populasi Sasaran...52
3.4.2. Karakteristik Populasi ...53
3.4.3. Teknik Penarikan Sampel ...53
3.5. Teknik Analisis ...53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden ...54
4.2. Gambaran Hasil Penelitian ...56
4.3. Tabulasi Silang ...58
4.4. Pembahasan ...72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan...81
5.2. Saran...83
DAFTAR PUSTAKA...86
v
DAFTAR BAGAN
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kata Pengantar
Lampiran 2 Kuesioner Data Pribadi Lampiran 3 Kuesioner Data Penunjang Lampiran 4 Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Kuesioner Stres Kerja
Lampiran 6 Data Mentah Kuesioner Stres Kerja Lampiran 7 Data penunjang I
KATA PERNGANTAR
Saudara yang terhormat,
Kuesioner yang berisi daftar pernyataan ini disusun untuk mengumpulkan data dalam rangka penyusunan tugas akhir pada program studi Sarjana Psikologi, Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah memperoleh gambaran mengenai stress kerja pada Supervisor Jahit di perusahaan Garment “X” Bandung. Dengan kuesioner ini diharapkan dapat diketahui derajat stress kerja pada Supervisor Jhait diperusahaan Garment “X” Bandung
Jawaban yang diberikan oleh Saudara tidak ada yang dikatakan salah atau benar, oleh karena itu peneliti berharap Saudara dapat mengiusinya sesuai dengan keadaan Saudara yang sebenarnya, jangan terpengaruh oleh pihak manapun juga. Peneliti berharap Saudara dapat mengisi kuesioner ini dengan jujur, spontan, teliti dan lengkap. Ketidaklengkapan jawaban akan menyebabkan data tidak dapat diolah lebih lanjut.
Semua data akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh apa-apa terhadap pekerjaan Saudara kerena data yang didapa-apat hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini.
Atas kesediaan Saudara meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini, peneliti mengucapkan terima kasih.
SELAMAT BEKERJA
Bandung, Juni 2006
DATA PRIBADI
Jenis Kelamin :
Usia :
Pendidikan Terakhir :
Status pernikahan :
Menikah
Belum menikah
………..
Apakah saudara mempunyai anak ?
Ya, …….. orang
Tidak
Lamanya bekerja ………
Apakah saudara memiliki pekerjaan lain selain sebagai supervisor jahit ?
Ya, sebagai ……….
Tidak
DATA PENUNJANG
Petunjuk pengisian : berilah tanda silang ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan keadaan diri saudara.
• Menurut saudara pekerjaan sebagai supervisor jahit :
Sangat menyenangkan Menyenangkan
Kurang menyenangkan Tidak menyenangkan
• Tuntutan saudara terhadap diri sendiri dalam bekerja :
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah
• Menurut saudara, perhatian dan penanganan yang diberika oleh pihak
perusahaan terhadap permasalahan (pekerjaan dan keluarga) yang sedang saudara hadapi :
Sangat memuaskan Memuaskan
Kurang memuaskan Tidak memuaskan
• Menurut saudara relasi antar sesama supervisor jahit, opertaor dan atasan ditempat kerja Saudara :
Terjalin dengan baik Terjalin dengan cukup baik Tidak terjalin dengan baik
• Menurut saudara, peran saudara sebagai supervisor jahit di perusahaan tempat
saudara bekerja :
Jelas fungsi dan tugasnya Cukup jelas fungsi dan tugasnya Kurang jelas fungsi dan tugasnya Tidak jelas fungsi dan tugasnya
• Menurut saudara, rekan-rekan supervisor jahit ditempat saudara saudara
bekerja :
Sangat menyenangkan Menyenangkan
Kurang menyenangkan Tidak menyenangkan
• Menurut penghayatan saudara, tuntutan tugas diperusahaan tempat saudara
bekerja :
Mudah dan sedikit tuntutan tugasnya Sukar dan banyak tuntutan tugasnya Mudah dan banyak tuntutan tugasnya Sedikit dan sukar tuntutan tugasnya
• Apakah dalam pekerjaan saudara dituntut untuk dapat menguasai teknologi yang semakin canggih
Ya Tidak
• Jika Ya, bagaimana penghayata saudara terhadap tuntutan untuk menguasai
teknologi tersebut
Merupakan ancaman
• Apakah keluarga Saudara mendukung pekerjaan saudara sebagai supervisor
jahit ? Ya Tidak
• Menurut asudara, dukungan dari keluarga saudara ... pekerjaan saudara
sebagai supervisor jahit Sangat mempengaruhi Mempengaruhi Cukup mempengaruhi Tidak berpengaruh apa-apa
Petunjuk pengisian : berilah tanda ( ) pada kotak pilihan yang sesuai dengan keadaan diri saudara yang sebenarnya kemudian berilah alasan dari pilihan saudara tersebut.
• Menurut Saudara, apakah keadaan politik yang tidak menentu sekarang ini
menimbulkan tekanan dan berpengaruh pada pekerjaan saudara ? Ya ,
Alasannya ... Tidak
Alasannya ...
• Menurut saudara, apakah keadaan ekonomi negara kita pada saat ini
menimbulkan kecemasan dan berpengaruh pada pekerjaan saudara ? Ya
Alasannya ... Tidak
• Menurut penghayatan saudara, gaya kepemimpinan atasan saudara
menimbulkan ketegangan, kecemasan atau rasa takut ? Ya
Alasannya ... Tidak
Alasannya ...
• Dalam menangani suatu pekerjaan, apakah saudara dilibatkan/berpartisipasi dalam pengambilan keputusan ?
Ya, bilamana dan mengapa ?... Tidak
Alasannya ...
• Apakan kondisi keluarga (misalnya : kegagalan pernikahan, kesulitan
menjaga anak, kesulitan keuangan) mempengaruhi pekerjaan saudara sebagai supervisor jahit ?
Ya,
Alasannya, ... Tidak,
Petunjuk Pengisian :
Pada halaman berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai keadaan saudara pada saat saudara bekerja sebagai supervisor jahit. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan bayangkanlah kondisi tersebut pada saat saudara bekerja terutama pada masa peak seasons. Berilah tanda silang (X) di kolom yang tersedia untuk setiap pernyataan yang sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya.
SS = Sangat Sering Dialami S = Sering Dialami
J = Jarang Dialami JS = Jarang Sekali Dialami
Jawablah dengan spontan, segera setelah saudara membaca setiap pernyataan, jangan terlalu lamadipikirkan. Jawablah dengan jujur sesuai dengan apa yang saudara alami atau rasakan. Kejujuran saudara dalam menjawab sangat berarti bagi penelitian ini.
No. Pernyataan SS S J JS
1 Kepala saya terasa sakit / pusing-pusing pada saat bekerja
2 Saya sering terserang sakit kepala sebelah (migraine)
3 Saya tidak pernah terlambat datang ke tempat kerja
4 Laju detak jantung saya terasa lebih cepat pada saat bekerja
5 Saya memiliki keinginan untuk pindah dari pekerjaan saya sekarang ini
6 Akhir-akhir ini saya bolos bekerja
7 Saya merasa napas saya lebih cepat pada saat saya bekerja
8 Saya merasa mudah tegang pada saat bekerja 9 Saya merasa pola makan saya menjadi tidak
teratur
10 Saya sering terserang maag pada saat bekerja 11 Saya sering merasa cemas pada saat bekerja 12 Saya kehilangan selera makan pada saat
mengerjakan pekerjaan yang harus saya selesaikan
13 Saya tidak mudah tersinggung pada tingkah
laku / ucapan atasan / rekan kerja saya 14 Saya merasa mudah sekali marah tanpa sebab
yang jelas.
15 Saya merasa cara bicara saya menjadi lebih cepat
16 Akhir-akhir ini tekanan darah saya meningkat 17 Saya merasa sulit untuk tidur (insomnia) 18 Saya merasa bosan dengan suasana di dalam
ruangan kerja saya
19 Saya baru tertidur pada tengah malam 20 Saya merasa pinggang saya mudah sekali
nyeri.
21 Saya merasa bosan melihat atasan yang selalu menentukan apa yang seharusnya saya kerjakan.
22 Saya merasakan pegal-pegal pada tubuh saya. 23 Saya mudah sekali gelisah pada saat saya
bekerja
24 Saya mudah terserang batuk dan Flu 25 Saya sering melamun pada saat bekerja. 26 Saya suka menunda-nunda pekerjaan 27 Saya terpaksa mempertahankan pekerjaan
saya sekarang ini karena sulit untuk mencari pekerjaan baru.
28 Saya tidak pernah merasakan sakit kepala / pusing pada saat bekerja
29 Saya merasa upah yang saya terima sebanding dengan pekerjaan saya
30 Saya tidak pernah mengalami sakit kepala sebelah (migraine)
31 Laju detak jantung saya terasa biasa saja / normal pada saat bekerja
32 Saya tidak pernah bolos bekerja
33 Saya merasa napas saya biasa saja / normal pada saat beekrja
34 Saya tidak pernah merasa tegang pada saat bekerja
35 Saya merasa pola makan saya tetap teratur selama bekerja
36 Saya tidak pernah terserang maag pada saat bekerja
37 Saya tidak pernah merasa cemas pada saat bekerja
38 Saya tidak pernah kehilangan selera makan pada saat saya bekerja
40 Saya tidak pernah mengalami nyeri pinggang pada saat bekerja
41 Saya tidak pernah merasa bosan melihat atasan yang selalu menentukan apa yang seharusnya saya kerjakan
42 Saya tidak pernah merasakan pegal-pegal pada tubuh saya
43 Saya tidak pernah merasa gelisah pada saat bekerja
44 Saya merasa tidak mudah terserang batuk dan flu
45 Saya tidak pernah menggerutu dibelakang atasan saya
46 Saya tidak pernah mengeluh mengenai pekerjaan yang harus saya selesaikan
47 Saya tidak pernah menunda-nunda pekerjaan 48 Saya tidak merasa terpaksa mempertahankan
Lampiran 5
HASIL UJI VALIDITAS & RELIABILITAS ITEM
Gejala Stres
Kerja item validitas keterangan
1 0.646 diterima
Gejala Fisiologis 33 0.432 diterima
34 0.158 ditolak
Gejala
Psikologis 36 0.303 direvisi
38 0.17 ditolak
Gejala Perilaku 32 0.567 diterima
35 -0.226 ditolak
Lampiran 6
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1 3 2 4 3 3 1 3 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
2 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 2 3 2 1 1 1 2 2 1 3 2 3 2 2 2
3 2 1 4 2 2 1 3 2 1 1 3 2 2 1 3 1 3 3 3 3 2 4 2 2 1
4 3 2 4 3 4 1 3 2 1 1 1 1 4 1 1 1 3 2 1 3 2 3 1 1 2
5 2 4 4 2 1 1 2 2 4 4 3 1 3 1 3 1 4 2 4 2 2 3 3 3 2
6 4 4 3 4 1 1 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 1 3 2 3 3 3 2
7 3 2 4 3 1 1 1 2 3 2 1 2 4 1 3 1 3 1 3 3 2 3 2 2 3
8 4 3 4 4 3 1 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 3 2
9 2 1 3 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2
10 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2
11 2 1 4 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1
12 2 2 4 2 2 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 2 1
13 1 1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 4 1 2 1 1 2 1 1 2 1 3 2 1
14 3 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2
15 2 1 3 2 1 3 2 1 1 1 3 2 1 2 3 4 4 4 1 2 1 1 2 1 1
16 3 3 1 3 2 1 3 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2
17 2 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2
18 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 2
19 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1
20 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 1 2 3 1 1 1 1 1 1 3 1 3 1 2 1
21 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 3 1 2 1 1 2 1 2 1 3 1 2 1
22 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2
23 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 3 1 1 1 3 2 2 2 3 3 1 1 1
24 2 1 1 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 2 2 1 3 2 4 3 2 2
25 2 1 1 2 3 1 2 2 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1
26 2 1 1 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 1 3 3 2 4 2 2 1
27 2 1 4 2 1 1 1 2 3 3 3 3 2 1 1 1 1 1 1 2 2 3 3 1 2
Lampiran 7
DATA PENUNJANG I
1 menyenangkan tinggi
kurang
memuaskan terjalian dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 2 menyenangkan cukup memuaskan terjalian dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 3 kurang menyenangkan
sangat
tinggi tidak memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 4 menyenangkan
sangat tinggi
kurang
memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 5 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya
sangat
menyenangkan 6 menyenangkan tinggi
kurang
memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 7 menyenangkan
sangat
tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 8 kurang menyenangkan
sangat tinggi
kurang
memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 9 sangat menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 10 menyenangkan cukup memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 11 menyenangkan
sangat
tinggi memuaskan terjalin dengan baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 12 menyenangkan tinggi
kurang
memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 13 menyenangkan
sangat
tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
memuaskan terjalin dengan baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 15 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 16 menyenangkan cukup
kurang
memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 17 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 18 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik
cukup jelas fungsi dan
19 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik
memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 21 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 22 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 23 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 24
kurang
menyenangkan tinggi
kurang
memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 25
kurang
menyenangkan cukup memuaskan terjalin dengan baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 26
sangat
menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
tugasnya menyenangkan 27 menyenangkan tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik jelas fungsi dan tugasnya menyenangkan 28 menyenangkan
sangat
tinggi memuaskan terjalin dengan cukup baik
cukup jelas fungsi dan
sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan
ancaman mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan
ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan
tugasnya merupakan ancaman sangat mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan
tugasnya merupakan ancaman sangat mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan
tugasnya
bukan merupakan
ancaman sangat mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya merupakan ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan
tugasnya
bukan merupakan
ancaman mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan sedikit dan sukar tuntutan tugasnya
bukan merupakan
ancaman cukup mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya merupakan ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan
tugasnya
bukan merupakan
mudah dan banyak tuntutan sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan
ancaman cukup mempengaruhi sukar dan banyak tuntutan tugasnya
bukan merupakan
ancaman mempengaruhi mudah dan banyak tuntutan
tugasnya
bukan merupakan
ancaman tidak berpengaruh apa-apa mudah dan banyak tuntutan
tugasnya
bukan merupakan
Lampiran 8
DATA PENUNJANG II
1 ya ya ya ya ya
2 ya ya tidak ya ya 3 tidak ya tidak ya tidak 4 ya ya tidak ya ya 5 ya ya tidak ya ya 6 ya ya tidak ya ya 7 ya ya tidak ya ya 8 ya ya tidak ya tidak 9 ya ya tidak ya tidak 10 ya tidak tidak ya tidak 11 ya ya tidak ya tidak 12 ya ya tidak ya ya 13 ya ya tidak ya ya 14 ya ya tidak ya ya 15 tidak ya tidak ya ya
16 ya ya ya ya ya
17 ya ya ya ya ya
Lampiran 9
Tabulasi Silang
Tabel 9.1. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Fisiologis
stres
Tabel 9.2. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Psikologis
stres
Tabel 9.3. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Gejala Perilaku
Tabel 9.4. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Jenis Kelamin
Tabel 9.5. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Usia
stres
Tabel 9.6. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Latar Belakang pendidikan
Tabel 9.7. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Lama Bekerja
Tabel 9.8. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Status Pernikahan
stres
Tabel 9.10. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Tuntutan Diri
Tabel 9.11. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Penanganan Perusahaan Garment “X”
stres
Tabel 9.13. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Peran Sebagai Supervisor Jahit
Tabel 9.14. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Persepsi Terhadap Rekan-rekan Supervisor Jahit
Tabel 9.16. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Penghayatan Terhadap Tuntutan
Tabel 9.17. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Dukungan Keluarga
stres
Tabel 9.18. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Politik
Tabel 9.19. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Ekonomi
Tabel 9.20. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengaruh Gaya Kepemimpinan
stres
Tabel 9.21. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Pengambilan Keputusan
stres
Tabel 9.22. Tabulasi Silang Stres Kerja dan Kondisi Keluarga
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tahun 2000 adalah awal dimulainya abad 21 yang dipandang sebagai abad
millenium. Banyak perubahan yang terjadi disegala sektor kehidupan, seperti
teknologi, politik, perekonomian, perindustrian, perdagangan, dan lain-lain. Salah
satu perubahan yang paling mendasar adalah pada bidang perindustrian dan
perdagangan. Memasuki tahun 2000 seluruh dunia akan menghadapi sebuah era
perdagangan baru yaitu era perdagangan bebas, dimana sudah tidak ada batas
yang jelas antara negara yang satu dengan negara yang lain. Yang dimaksud
dengan batas yang tidak jelas disini adalah perusahaan-perusahan dari suatu
negara dapat dengan bebas melakukan transaksi perdagangan ke negara lain dan
tentu saja hal ini berdampak pada sektor perdagangan di negara-negara ASIA
terutama Asia Tenggara. Sebagai contoh, pada tahun 2003 negara-negara di Asia
Tenggara mulai memasuki sebuah era perdagangan baru dunia yang disebut
dengan AFTA (ASEAN Free Trade Area) dimana negara-negara yang tergabung
dalam ASEAN harus dapat menerima produk-produk dari negara lain untuk
masuk ke negaranya.
Dengan adanya era perdagangan bebas ini akan membawa dampak yang
sangat besar bagi dunia perindustrian terutama bagi perusahaan-perusahaan yang
ada di Indonesia baik itu perusahaan yang memproduksi barang maupun jasa.
2
sebelum krisis moneter melanda Indonesia pada tahun 1997, hampir 80 %
hasil-hasil tekstil dan garment kita diproduksi di negara kita sendiri, namun sejak krisis
moneter melanda negeri ini secara berangsur-angsur investor garment dan tekstil
memindahkan pabrik mereka ke wilayah atau negara yang ongkos tenaga kerja
dan biaya produksinya masih rendah seperti Vietnam, India, Afrika, RRC dan
Srilangka dan memasarkan produknya di Indonesia. Tentu saja hal ini membuat
perusahaan-perusahaan garment yang masih bertahan di Indonesia harus siap
bersaing dengan perusahaan-perusahaan garment yang sekarang memproduksi
barangnya di luar negeri.
Garment atau Apparel (fashion) atau Clothing merupakan salah satu sub
sektor usaha yang merupakan bagian dari sektor usaha TPT (Tekstil dan Produk
Tekstil) yang didalamnya terdiri dari aktivitas produksi (manufacturing / pabrik),
Trading (perdagangan besar / distribusi) dan Retail (perdagangan eceran). Ciri
khas dari pabrik garment adalah padat karya (labor intensive), khususnya untuk
proses jahit yang belum ditemukan suatu teknologi alternatif yang dapat
menjadikan seorang tukang jahit mampu menjalankan beberapa mesin jahit
sekaligus secara bersamaan. Salah satu perusahaan garment yang terkemuka di
Indonesia terdapat di kota Bandung yaitu perusahaan garment X yang didirikan
sejak tahun 1974 dalam bentuk home industry, dan saat ini telah berkembang
menjadi sebuah perusahaan manufaktur dan pemasaran garment terkemuka di
Indonesia. Produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini diantaranya adalah celana
kasual dan semi kasual dari bahan katun, celana jeans, celana formal dari bahan
3
katun. Perusahaan ini pun telah mengekspor barangnya sejak tahun 1980 ke
Amerika dan Jepang dan atas bertambahnya permintaan pasar, sejak tahun 1988
perusahaan X mengekspor sebagian besar produksinya ke Timur Tengah dan
Rusia. Kegiatan ekspor ini berjalan dengan sukses dan lancar sehingga
menempatkan perusahaan X ini sebagai eksportir garment terkemuka di Indonesia
hingga saat ini. (Sumber : Company Profile perusahaan garment X Bandung,
2005).
Bagi perusahaan X, menjadi perusahaan garment nomor satu di Indonesia
sangatlah penting. Hal ini tercermin dari visi perusahaan, yaitu “menjadi nomor
satu dalam bisnis apparel”. Maka dari itu untuk menjadi perusahaan nomor satu
dalam bisnis apparel, perusahaan berusaha sebaik mungkin untuk menghasilkan
barang yang sesuai dengan keinginan pasar dan sejalan dengan perkembangan
mode, sehingga tuntutan pasar terhadap perusahaan akan bertambah besar.
Tuntutan pasar yang bertambah besar membuat tuntutan perusahaan terhadap
karyawan pun akan bertambah. Karyawan dituntut untuk memberikan performa
kerja yang terbaik, sehingga hasil kerja yang sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan akan tercapai.
Tuntutan yang besar dari perusahaan dirasakan oleh semua karyawan terutama
para karyawan supervisor jahit dan para operator jahit di unit produksi. Tuntutan
untuk tidak melakukan kesalahan dan mencapai target sesuai dengan batas waktu
yang ditentukan merupakan sebuah tuntutan yang cukup berat yang harus
dilaksanakan oleh seorang supervisor jahit, apalagi jika melihat prinsip kerja
4
“jangan pernah menerima kesalahan, jangan membuat kesalahan dan jangan
pernah mengirimkan kesalahan”, semakin menambah beban kepada seorang
supervisor jahit dalam bekerja.
Seorang supervisor jahit memiliki tugas dan tanggung jawab diantaranya
adalah menerima dan memeriksa bahan yang akan dijahit dari persiapan,
membuat patrun sesuai dengan size dan sample, mengendalikan tugas-tugas
foreman melalui monitoring dan evaluasi, mengelola alat-alat bantu kerja yang
digunakan line jahit, memeriksa dan menyetujui hasil jahit yang akan dikirim ke
bagian pengiriman atau finishing, memeriksa laporan kehadiran operator yang
dibuat foreman, mengembangkan ketrampilan bawahan, membuat laporan posisi
dan kondisi barang yang ada di line, dan membuat laporan hasil kerja. Selain itu
seorang supervisor jahit juga memiliki wewenang untuk memutuskan pelaksanaan
jahit, mengusulkan penggantian accessories (benang), mengusulkan :
perencanaan, pengadaan dan penempatan tenaga kerja (mutasi), promosi untuk
foreman, penambahan jam kerja (lembur), memberikan ijin / cuti dan SP (Surat
Peringatan) I dan II, penentuan SOP (Standar Operasi Produksi), perubahan lay
out tempat kerja, dan alat bantu kerja kepada KANIT (Kepala Sub Unit). Seorang
supervisor jahit juga memiliki key performance output diantaranya tingkat
kegagalan akibat kesalahan kerja jahit individual (individual defect rate),
ketepatan waktu jahit individual, kuantitas hasil kerja.
Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap Manajer Produksi
dari perusahaan garment X ini pada tanggal 2 Juli 2005, selain dari tugas,
5
peranan ganda yang harus dijalankan olehnya, selain menjadi bawahan
(Followership) dari KANIT (Kepala Sub Unit) ia juga harus menjadi seorang
pemimpin (Leader) bagi para Operator dalam sebuah line produksi dalam waktu
yang bersamaan. Sebagai contoh, perusahaan telah menentukan sebuah produk
baru (celana / kemeja) yang harus diselesaikan oleh bagian produksi mulai dari
proses potong hingga pengepakan dengan jumlah yang telah ditentukan dan dalam
jangka waktu tertentu. Pertama tugas ini diberikan kepada manajer produksi untuk
segera dilaksanakan, kemudian manajer produksi memerintahkan
KANIT-KANITnya untuk menyampaikan tugas ini kepada para supervisornya untuk
segera dilaksanakan. Pertama yang harus dilakukan oleh seorang supervisor jahit
adalah menerima dan memeriksa bahan yang akan dijahit, kemudian memutuskan
apakah proses jahit dapat dilaksanakan atau tidak. Jika proses jahit dapat
dilaksanakan kemudian seorang supervisor jahit harus segera menentukan SOP
(Standar Operasi Produksi) dan dalam jangka waktu yang singkat harus dapat
menjelaskannya kepada operatornya dibantu oleh foreman sampai mereka
mengerti, agar proses produksi berjalan dengan lancar dan kesalahan atau
kegagalan dalam proses produksi dapat diminimalisasi. Kemudian selama proses
produksi berjalan dalam sebuah line, seorang supervisor harus terus memantau
atau mengawasi proses tersebut jangan sampai ada barang cacat atau gagal yang
lolos ketahap berikutnya. Jika pada saat proses produksi dalam sebuah line sedang
berjalan, lalu ada satu bagian dalam line tersebut bermasalah, maka seorang
supervisor jahit dituntut untuk segera mengambil tindakan atau keputusan agar
6
ini, seorang supervisor jahit harus mampu mengambil tindakan atau keputusan
secara cepat karena dialah yang berada di lapangan selama proses produksi
berlangsung.
Uraian di atas merupakan salah satu contoh dari proses kerja seorang
supervisor jahit. Jika diperlukan pada hari libur pun seorang supervisor dan juga
operatornya bekerja demi tercapainya target yang telah ditentukan oleh
perusahaan terutama pada masa-masa peak seasson seperti pada saat menjelang
hari raya Idul Fitri, hari raya Natal dan tahun baru dan menjelang libur musim
panas di luar negeri yaitu antara bulan Juni dan Juli.
Masa peak season merupakan masa-masa puncak dari proses produksi dimana
perusahaan berusaha untuk memenuhi pesanan yang diatas rata-rata permintaan.
Jika pada bulan biasa perusahaan hanya memproduksi barang antara 500 – 700
pcs. per bulan, maka pada masa peak season perusahaan bisa memproduksi 1500
– 2000 pcs. bahkan lebih tergantung dari permintaan pasar. Begitu pula dengan
jam kerja operator dan supervisornya, jika pada hari biasa mereka bekerja 8 jam
per hari, pada masa peak season jam kerja mereka bertambah hingga 14 jam per
hari bahkan terkadang lebih dari 14 jam.
Jika kita melihat salah contoh dari proses kerja seorang supervisor jahit di
atas, dari tugas, tanggung jawab dan wewenang, ditambah dengan target yang
telah ditentukan oleh perusahaan dalam mengerjakan sebuah produk terutama
pada masa peak season, terlihat bahwa seorang supervisor jahit memiliki
pekerjaan yang sangat kompleks, maka bukanlah hal yang mustahil jika seorang
7
dari manajer produksi perusahaan garment X ini mengenai jenis pekerjaan yang
begitu kompleks dari seorang supervisor jahit dan ditambah dengan target dari
perusahaan, maka peluang seorang supervisor jahit akan mengalami stres kerja
sangatlah besar. Ia pun menambahkan bahwa sangsi yang diberikan perusahaan
jika ada produk cacat atau gagal yang lolos dari pengawasan supervisor jahit,
dapat menjadi tekanan bagi seorang supervisor jahit dalam bekerja. Manajer
produksi perusahaan ini menjelaskan bahwa ada saja supervisor jahit yang lengah
sehingga produk yang cacat atau gagal lolos dari pengawasannya dan sampai ke
pihak QC (Qualty Control), sehingga pihak QC mengembalikan seluruh barang
produksi yang sudah dikerjakan untuk dilakukan pengecekan ulang atau
perbaikan. Sangsi yang akan diberikan jika ada produk cacat atau gagal yang lolos
dari pengawasan supervisor jahit adalah pemotongan upah.
Selain wawancara terhadap manajer produksi, peneliti pun melakukan
wawancara dengan KANIT jahit diperusahaan garment X ini. Ia mengatakan
bahwa banyak supervisor jahit yang meminta ijin kepada dirinya untuk berobat ke
dokter perusahaan dengan berbagai alasan seperti pusing, mual, maag, batuk, flu
dan lain-lain terutama pada masa peak seasons. Dalam jangka waktu satu bulan
setidaknya ada 2 hingga 3 supervisor yang meminta ijin untuk berobat ke dokter
perusahaan. Selain itu KANIT juga sering mendapatkan keluhan dari supervisor
jahit mengenai upah yang diterima. Menurut supervisor jahit upah yang mereka
terima tidaklah sebanding dengan pekerjaan mereka saat ini dan KANIT melihat
hal ini berimbas pada semangat kerja supervisor jahit yang akhir-akhir ini terlihat
8
Tugas berat yang harus dipikul oleh supervisor jahit dan besarnya tuntutan
perusahaan terhadap kinerja karyawan ditambah dengan target yang telah
ditentukan oleh perusahaan, serta peranan ganda yang harus dijalankan dapat
menimbulkan stres kerja pada supervisor jahit Stres kerja merupakan respon
faktor-faktor lingkungan yang negatif atau disebut juga dengan stressor, misalnya
beban kerja berlebihan, dan juga adanya konflik peran. (Cooper & Marshal,
1978). Menurut sumber Work Safe Ask Amerika, stressor ditempat kerja
(Workplace Stressor) merupakan yang paling banyak ditemui di kalangan
masyarakat, yang secara garis besar dibedakan menjadi stresor fisik dan stresor
organisasional (Media Indonesia, Mei 2003). Stresor fisik diantaranya adalah
ruangan yang terlalu panas atau dingin, tingkat kebisingan yang tinggi, getaran
ditempat kerja, bekerja shift, melawan metabolisme alami tubuh (misal jam tidur,
waktu makan, temperatur, dan lain-lain). Sedangkan stresor organisasional
diantaranya adalah pekerjaan menumpuk, pekerjaan monoton, ketidak pastian
pekerjaan, bekerja dengan rekan / bawahan yang tidak bisa bekerja sama,
terisolasi dari pergaulan kantor, pekerjaan tidak dihargai, keamanan pekerjaan
tidak terjamin, kekerasan dalam pekerjaan.
Berdasarkan survey awal yang diperoleh oleh peneliti melalui kuesioner
terhadap 6 karyawan supervisor jahit di perusahaan garment X ini, diperoleh hasil
bahwa 4 karyawan mengatakan bahwa akhir-akhir ini mereka merasakan adanya
peningkatan laju detak jantung dan pernapasan dibandingkan dengan saat mereka
sebelum menjadi karyawan supervisor. 4 karyawan mengatakan bahwa mereka
9
bekerja. 2 karyawan sering merasakan nyeri lambung atau maag padahal
sebelumnya mereka jarang terkena penyakit maag, jika muncul pun biasanya
disebabkan oleh terlambat makan. 5 karyawan mengatakan bahwa badan mereka
akhir-akhir ini sering merasa pegal-pegal baik dikantor ataupun dirumah. 1
karyawan menyatakan bahwa ia akhir-akhir ini mengalami gejala susah tidur
(insomnia). 4 karyawan mengungkapkan bahwa mereka merasa cara bicara
mereka sekarang menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan sebelum menjadi
karyawan supervisor. 5 karyawan mengatakan bahwa mereka sekarang mudah
sekali marah-marah baik di kantor ataupun di rumah. 5 karyawan menyatakan
bahwa pekerjaan mereka sekarang ini tidak sebanding dengan upah yang mereka
terima, apalagi jika mengingat terkadang dihari libur pun mereka harus bekerja
demi tercapainya target. 2 orang mengatakan bahwa target yang diberikan oleh
perusahaan adalah beban bagi diri mereka. 3 orang menyatakan bahwa mereka
sering merasa tegang dalam bekerja. 4 orang mengatakan bahwa mereka sering
merasa cemas dalam bekerja.
Jika kita melihat dari hasil wawancara peneliti terhadap manajer produksi dan
KANIT perusahaan garment X ini, ditunjang dengan data awal yang diperoleh
peneliti terhadap 6 orang supervisor jahit ternyata tidaklah mudah untuk menjadi
seorang supervisor jahit. Munculnya gejala-gejala fisik seperti timbulnya
penyakit, adanya perubahan metabolisme tubuh dan adanya perubahan tingkah
laku pada beberapa supervisor jahit merupakan manifestasi dari stres kerja yang
10
menurunnya semangat kerja dari beberapa supervisor jahit, juga merupakan
manifestasi dari stres kerja yang dirasakan oleh karyawan supervisor jahit.
Berdasarkan uraian fakta-fakta yang terjadi di perusahaan garment X ini,
peneliti merasa tertarik untuk mengetahui sejauh mana stres kerja yang dialami
oleh karyawan supervisor jahit di perusahaan garment X bandung ini?.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari uraian yang telah diungkapkan dalam Latar Belakang Masalah, maka
masalah yang ingin diteliti adalah :
Sejauh mana stres kerja yang dialami karyawan supervisor jahit di perusahaan
garment “X” Bandung ? dan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhinya ?
1.3Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran tentang
stres kerja saat peak season pada karyawan superviosr jahit di perusahaan
garment “X” Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu ingin mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi stres kerja saat peak season pada karyawan supervisor
11
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1 Kegunaan Teoritis
1. Memberi sumbangan informasi bagi ilmu psikologi khususnya
Psikologi Industri dan Organisasi mengenai stres kerja pada
karyawan supervisor jahit.
2. Menjadi acuan dan bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin
mengetahui atau meneliti lebih lanjut mengenai stres kerja pada
karyawan supervisor jahit.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada karyawan supervisor jahit di
perusahaan garment “X” Bandung mengenai stres kerja terutama
saat peak season sebagai bahan masukan, evaluasi dan
pengembangan diri.
2. Memberikan informasi kepada manajer produksi mengenai stres
kerja saat peak season pada karyawan supervisor jahit di
perusahaan garmnet “X” Bandung dalam rangka meningkatkan
produktivitas kerja di perusahaan
3. Memberikan informasi kepada Perusahaan garment “X” Bandung
mengenai gambaran dari stres kerja pada saat peak season yang
dialami oleh karyawan supervisor jahit di perusahaan garment “X”
Bandung dan faktor-faktor yang secara potensial berkaitan dengan
12
jahit tidak menjadi beban melainkan menjadi sebuah tantangan
dalam bekerja.
1.5Kerangka Pikir
Garment atau Apparel (fashion) atau Clothing merupakan salah satu sub
sektor usaha yang merupakan bagian dari sektor usaha TPT (Tekstil dan Produk
Tekstil) yang di dalamnya terdiri dari aktivitas produksi, perdagangan besar /
distribusi dan perdagangan eceran. Ciri khas dari pabrik garment adalah padat
karya (labor intensive), khususnya untuk proses jahit karena proses ini masih
dikerjakan oleh manusia, kemungkinan adanya kesalahan sangatlah besar,
disinilah seorang supervisor jahit memiliki peranan yang sangat penting. Tugas
seorang supervisor jahit secara garis besar adalah memeriksa bahan beserta
asessoris dan kelengkapannya sebelum proses jahit dilaksanakan, mengawasi
operator selama proses jahit dilaksanakan, dan memeriksa hasil jahitan sebelum
dikirimkan ke proses berikutnya, lalu membuat laporan tentang keseluruhan
proses jahit yang telah dilaksanakan.
Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari karyawan supervisor jahit harus
mampu bekerja sama dengan KANIT (Kepala Sub Unit), sesama supervisor jahit
lainnya dan juga dengan supervisor dari bagian lain seperti supervisor cutting, dan
supervisor finishing. Karyawan supervisor jahit pun harus mampu mengambil
keputusan secara cepat dan tepat di lapangan selama proses jahit berlangsung.
Selain itu selama bekerja karyawan supervisor jahit dituntut untuk
13
(Quality Management) yaitu “jangan pernah menerima kesalahan, jangan
membuat kesalahan, dan jangan mengirimkan kesalahan”, dan yang terpenting
karyawan supervisor jahit harus mampu memenuhi target yang telah ditentukan
oleh perusahaan terutama pada masa peak season.
Masa peak season merupakan masa puncak produksi dimana perusahaan
berusaha untuk memenuhi pesanan yang diatas rata-rata permintaan. Jika pada
bulan biasa permintaan hanya berkisar 500 – 700 pcs. per bulan, maka pada masa
peak season pesanan bisa mencapai 1500 – 2000 pcs bahkan lebih. Menurut
manajer produksi perusahaan X Bandung, masa peak season biasanya
berlangsung antara 3 hingga 4 bulan sebelum bulan Ramadhan. Pada masa inilah
semua operator dan supervisornya dituntut untuk bekerja ekstra keras. Disatu sisi
mereka dituntut untuk bekerja secepat mungkin agar target yang telah ditetapkan
oleh perusahaan tercapai, namun disisi lain kualitas dari produk yang dihasilkan
harus tetap terjaga jangan sampai banyak produk yang gagal atau cacat, agar
proses produksi berlangsung dengan lancar. Pada masa peak season inilah para
operator dan supervisornya bekerja diatas rata-rata jam kerja mereka. Jika pada
hari biasa atau normal mereka bekerja 8 jam sehari, pada masa peak season
mereka bekerja antara 12 hingga 14 jam kerja, bahkan pada hari liburpun mereka
harus masuk demi mengejar target yang telah ditentukan. Tentu saja dengan
kompleksitas kerja dan target yang telah ditentukan oleh perusahaan, dapat
menyebabkan karyawan supervisor jahit bekerja melebihi kapasitas yang
dimilikinya. Beban kerja yang berlebihan ini, pada akhirnya dapat menyebabkan
14
Menurut Stephen P. Robbins (2002) stres adalah suatu kondisi dinamik
yang di dalamnya seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
kendala, atau tuntutan yang dikaitkan dengan apa yang diinginkannya dan
hasilnya dipersepsikan sebagai yang tidak pasti dan penting. Dari definisi
mengenai stres tersebut, terlihat bahwa Stephen P. Robbins lebih menekankan
pada persepsi, artinya jika seorang individu dalam hal ini supervisor jahit
mempersepsi bahwa tuntutan dari perusahaan itu dinilai sebagai suatu hal yang
pasti dan juga penting maka stres yang timbul pada supervisor jahit tergolong
tinggi, namun sebaliknya jika supervisor jahit itu mempersepsi bahwa tuntutan
dari perusahaan itu dinilai sebagai suatu hal yang tidak pasti dan juga tidak
penting maka stres yang ditimbulkanpun tergolong rendah.
Menurut Stephen P. Robbins (2002) stres yang terjadi di lingkungan kerja,
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya : faktor lingkungan, organisasi
dan individual / pribadi. Faktor yang pertama adalah lingkungan. Perubahan yang
terjadi di lingkungan sekitar karyawan supervisor jahit seperti perubahan
ekonomi, politik dan teknologi dapat menjadi ancaman bagi mereka dan
menyebabkan stres kerja, karena dengan adanya perubahan tersebut karyawan
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Faktor
yang kedua adalah organisasi. Banyak sekali faktor di dalam organisasi yang
dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk menghindari kesalahan atau
menyelesaikan tugas dalam kurun waktu yang singkat, beban kerja yang
berlebihan serta adanya tuntutan tugas, peran hubungan antar pribadi, struktur
15
timbulnya stres kerja pada karyawan supervisor jahit di dalam organisasi. Faktor
yang ketiga adalah individual / pribadi. Berbagai hal di dalam kehidupan pribadi
karyawan supervisor jahit dapat menjadi pemicu timbulnya stres, seperti
permasalahan keluarga, masalah ekonomi, dan karakteristik kepribadian dari
karyawan supervisor jahit itu sendiri
Stephen P. Robbins (2002) juga menambahkan selain faktor lingkungan,
organisasi dan individual / pribadi yang menjadi penyebab stres di lingkungan
kerja, perbedaan individual pun dapat menentukan tingkat ketahanan karyawan
supervisor jahit dalam menghadapi stres. Sekurang-kurangnya ada lima variabel
yang menentukan tingkat ketahanan karyawan supervisor jahit terhadap stres,
yaitu : persepsi, pengalaman kerja, dukungan sosial, locus of control dan
permusuhan. Variabel yang pertama adalah persepsi. Persepsi setiap karyawan
supervisor jahit terhadap situasi di lingkungan kerjanya berbeda-beda. Apa yang
dipersepsikan oleh sebagian karyawan supervisor jahit sebagai suatu lingkungan
kerja yang efisien dan menantang dapat saja dipersepsikan oleh karyawan
supervisor jahit lain sebagai situasi kerja yang mengancam bagi dirinya. Jadi
potensial stres dalam faktor lingkungan, organisasi dan individual / pribadi
tidaklah dalam kondisi objektif, melainkan terletak dalam penafsiran seorang
karyawan terhadap faktor-faktor tersebut. Variabel yang kedua adalah
pengalaman kerja. Bagi kebanyakan karyawan supervisor jahit, ketidakpastian dan
situasi yang serba baru dapat menciptakan stres, namun setelah karyawan
supervisor jahit itu mengalaminya, stres itu akan menghilang atau
16
negatif dengan stres kerja. Varibel yang ketiga adalah dukungan sosial. Bagi
karyawan supervisor jahit yang rekan kerjanya tidak banyak membantu bahkan
cenderung bersikap bermusuhan, dapat mencari dukungan sosial di luar
lingkungan kerja seperti keluarga atau teman. Dukungan di luar lingkungan
tempat kerja ini dapat membuat penyebab stres kerja lebih dapat ditolerir.
Variabel yang keempat adalah locus of control. Ruang (locus) merupakan atribut
kepribadian pada setiap individu. Karyawan supervisor jahit yang memiliki ruang
kendali internal yakin bahwa mereka mengendalikan tujuan akhir mereka sendiri.
Sedangkan bagi karayawan supervisor jahit yang memiliki ruang kendali eksternal
yakin bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan luar. Bila
karyawan supervisor jahit yang memiliki ruang kendali internal dan eksternal
dihadapkan pada situasi stres yang sama, kemungkinan besar karyawan yang
memiliki ruang kendali internal yakin bahwa mereka dapat berpengaruh besar
pada hasil, oleh karena itu mereka bertindak untuk mengendalikan
peristiwa-peristiwa tersebut. Sedangkan karyawan yang memiliki ruang kendali eksternal
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk bersikap pasif dan defensif,
daripada melakukan sesuatu untuk mengurangi stres, mereka akan diam dan
mengalah. Variabel yang terakhir atau kelima adalah Hostility. Karyawan yang
pemarah, suka curiga, dan tidak mempercayai orang lain lebih besar
kemungkinannya mengalami stres kerja.
Stres muncul dalam berbagai gejala. Misalnya, seorang karyawan yang
mengalami tingkat stres yang tinggi dapat menderita tekanan darah tinggi, nyeri
17
Stephen P. Robbins (2002) membagi gejala tersebut dalam tiga kategori, yaitu :
gejala fisiologis, psikologis dan perilaku. Riset yang dilakukan oleh spesialis
kesehatan dan medis menyimpulkan bahwa stres dapat menciptakan perubahan
dalam metabolisme tubuh, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan,
meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala dan menyebabkan
serangan jantung. Gejala psikologis dari stres adalah timbulnya ketidakpuasan
kerja, munculnya ketegangan, kecemasan, mudah marah, bosan, dan suka
menunda-nunda. Sedangkan gejala perilaku dari stres adalah adanya perubahan
dalam produktivitas kerja, absensi, dan tingkat keluaran karyawan, juga
perubahan dalam kebiasaan makan, bicara menjadi lebih cepat, gelisah dan
18
Atas dasar uraian tersebut di atas, maka peneliti menggambarkan kerangka
pikir penelitian sebagai berikut :
19
1.6 Asumsi Penelitian
1. Karyawan Supervisor jahit memiliki karakterisrik kerja yang kompleks
dan sangat rentan terkena Stres Kerja.
2. Faktor Lingkungan, Organisasi dan Individu / pribadi yang dipersepsi
melebihi kapasitas oleh karyawan Supervisor Jahit dapat menimbulkan
stres kerja.
3. Setiap karyawan Supervisor jahit dapat mengalami stres kerja dengan
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data
mengenai stres kerja saat peak season pada supervisor jahit di perusahaan garment
“X” Bandung, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Derajat stres kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung
tersebar hampir merata pada derajat stres kerja yang rendah dan tinggi, namun
persentase terbesar yaitu sebanyak 53,5% supervisor jahit berada pada derajat
stres kerja yang rendah
2. Supervisor jahit dengan stres kerja yang rendah memiliki persentase terbesar
pada gejala fisiologis, psikologis dan perilaku yang rendah pula. Sedangkan
supervisor jahit dengan derajat stres kerja yang tinggi memiliki persentase
terbesar pada gejala fisiologis, psikologis dan perilaku yang tinggi pula.
3. Faktor-faktor yang menjadi sumber potensial munculnya stres kerja yaitu
faktor lingkungan, faktor organisasi, dan faktor pribadi / individu, serta
perbedaan individual tidak berdiri sendiri-sendiri dalam kaitannya dengan stres
kerja pada supervisor jahit di perusahaan garment “X” Bandung
4. Dari faktor lingkungan didapatkan hasil bahwa supervisor jahit yang
mempersepsi keadaan politik dan ekonomi menimbulkan tekanan dan
berpengaruh pada pekerjaan mereka memiliki derajat stres kerja yang rendah,
67
menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada, baik itu perubahan dalam
bidang politik dan juga perubahan dalam bidang ekonomi. Sedangkan untuk
perubahan dibidang teknologi sebagian besar supervisor jahit mempersepsi
bahwa hal tersebut tidak berpengaruh pada diri mereka, karena perkembangan
teknologi dibidang garmen tidak sepesat perkembangan teknologi dibidang
yang lain seperti otomotif, elektronik dan lain-lain.
5. Dari faktor organisasi diperoleh hasil bahwa supervisor jahit yang
mempersepsi pekerjaan mereka itu mudah namun banyak memiliki derajat
stres kerja yang rendah. Hal ini ditunjang oleh pengalaman kerja dan juga
adanya kejelasan peran sebagai supervisor jahit. Kemudian relasi yang
dibangun antar sesama supervisor, operator dan juga atasan terjalin dengan
baik sehingga hal ini sangat membantu para supervisor ini dalam bekerja.
Begitu pula dengan persepsi mereka terhadap atasan, dimana para supervisor
ini menilai bahwa atasan mereka itu demokratis, mau mendengarkan pendapat
mereka, melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan, tidak angkuh
ataupun sombong dan mereka selalu dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
6. Dari faktor individual / pribadi didapatkan hasil bahwa supervisor jahit yang
mempersepsi dukungan keluarga itu berpengaruh terhadap pekerjaan mereka
memiliki derajat stress kerja yang rendah. Menurut mereka dukungan yang
diberikan oleh keluarga sangatlah berarti walaupun disisi lain mereka harus
mengorbankan waktu mereka untuk kumpul bersama-sama keluarga terutama
pada waktu libur. Para supervisor jahit ini pun berusaha untuk tidak membawa
68
atau kondisi keluarga mereka tidak menambah beban dalam bekerja. Atas
dasar dukungan dari keluarga dan berusaha untuk tidak membawa masalah
keluarga ke tempat kerja, maka stres kerja yang dimunculkan sebagian besar
supervisor jahit ini tergolong rendah
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya
maka peneliti mengajukan beberapa saran, yaitu :
1. Saran Untuk Pihak Perusahaan
• Pihak Perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan dampak dari
stres kerja pada supervisor jahit terutama dari segi fisik, psikologis dan
perilaku. Sebagian besar supervisor jahit menilai bahwa pekerjaan mereka itu
mudah namun banyak sehingga mereka harus lembur untuk menyelesaikan
pekerjaan mereka dan terkadang pada hari libur pun mereka masuk kerja.
Sebaiknya perusahaan menerapkan sistem shiftment pada masa peak seasson
sehingga kondisi fisik dari para supervisor jahit ini tetap terjaga. Jika semua
supervisor jahit bekerja lembur pada waktu yang bersamaan dikhawatirkan hal
ini akan berdampak pada menurunnya kondisi fisik para supervisor jahit.
• Selain itu perusahaan pun sebaiknya memberikan kesempatan kepada para
supervisor jahit ini untuk mengambil hak cuti atau memberi mereka libur
setelah masa peak season berakhir agar mereka dapat memulihkan kembali
69
2. Saran Untuk Supervisor Jahit
• Para supervisor jahit diharapkan lebih mempersiapkan diri terutama dari
segi fisik sebelum masa peak season berlangsung seperti, makan secara
teratur, usahakan pula untuk bisa berolah raga ringan seperti joging, jalan
cepat, bersepeda agar kondisi badan tetap fit, dan bila perlu meminum
suplemen tambahan agar badan tetap bugar, mengingat pekerjaan mereka
menuntut kondisi fisik yang prima terutama pada masa peak seasson dimana
para supervisor jahit ini sering sekali lembur hingga malam untuk mengejar
target yang telah ditentukan oleh perusahaan.
• Para supervisor jahit pun diharapakan untuk dapat memanfaatkan hak cuti
tahunan mereka terutama setelah masa peak seasson berakhir untuk
beristirahat agar kondisi fisik kembali pulih, dan juga dengan mengambil cuti
para supervisor ini dapat meluangkan waktunya bersama-sama keluarga
terutama bagi yang telah berumah tangga dan memiliki anak. Dengan
berkumpul berasama keluarga terutama anak-anak akan membantu
memulihkan kondisi psikologis karena selama masa peak seasson yaitu
kurang lebih selama 3 hingga 4 bulan mereka lebih banyak menghabiskan
waktu di tempat bekerja.
3. Saran Untuk Penelitian Lanjutan
• Melakukan penelitian lebih lanjut dengan membandingkan variabel stres
kerja pada masa peak seasson dan diluar masa peak seasson, membandingkan
70
supervisor jahit yang belum berkeluarga, menghubungkan variabel stres kerja
86
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Gary L. & Payne, K. 1978. Stress at Work. New York, USA : John
Wiley & Sons, Ltd.
Doloksaribu, Imelda F. 2002. Studi Mengenai Stres Kerja Yang Dialami Oleh
Guru Yang Mengajar di Sekolah Luar Biasa Bagian C di Kota Bandung.
Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Feby S, Felia 2005. Suatu Penelitian Deskriptif Mengenai Stres Kerja Pada
Perawat CCU Rumah Sakit “X” Bandung. Fakultas Psikologi Universitas
Kristen Maranatha
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.
Lazarus, R. S., & Folkman. 1984. Stress Appraisal and Coping. New York :
Springer Publishing Company.
Robbins, Stephen T. 2002. Perilaku Organisasi : Konsep, Kontroversi, Aplikasi.,
Edisi ke 8. Jilid 2, versi Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Prehallindo.
Siegel, S. 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama
Sitepu, Nirwana. 1995. Statistik. Bandung : Unit Pelayanan Statistika Jurusan
87
DAFTAR RUJUKAN
Company profile PT. Garment “X” Bandung
Surat Pembaca Harian Umum Media Indonesia
www.mediaindonesia.com