• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja pada Perawat Bagian Rawat Inap Rumah Sakit "X" Kota Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai derajat stres kerja pada perawat rawat inap di RS “X” kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey dan analisis data dengan teknik persentil.

Stres kerja ialah suatu kondisi yang muncul dari interaksi antara manusia dan pekerjaan serta dikarakteristikan oleh perubahan manusia yang memaksa mereka untuk menyimpang dari fungsi normal mereka. Masalah yang terjadi karena stres bisa muncul menjadi gejala fisik, psikologis dan perilaku (Luthans, 2005).

Penelitian ini menggunakan alat ukur berupa kuesioner berdasarkan teori Luthans (2005), yang terdiri dari 42 item. Validitas alat ukur stress kerja berkisar antara 0.302-0.956 dan reliabilitas alat ukur dengan Alpha Cronbarch adalah 0.969. Penelitian ini dilakukan kepada seluruh populasi yang berjumlah 132 perawat rawat inap.

Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa sebanyak 43,75% perawat memiliki stres kerja yang tergolong tinggi, 31,25% memiliki stres kerja yang tergolong rendah, dan 25% perawat memiliki stres kerja yang tergolong sedang.

(2)

iv Universitas Kristen Maranatha

Abstract

This research was conducted to obtain an overview the degree of work stress in inpatient nurses at the hospital "X" in Bandung. The method used in this research is descriptive method with survey techniques and data analysis with percentile technique.

Work stress is a condition that emerged from the interaction between humans and their job; and characterized by humans changes that force them to deviate from their normal function. The problems due to stress can be exhibited physically, psychologically, and behaviorally (Luthans, 2005).

This study uses a questionnaire based on theory by Luthans (2005) which consists of 42 item. Validity measure work stress ranging between 0.302-0.956 and reliability of measuring instruments with Alpha Cronbarch is 0.969. This research was carried out to the entire population of 132 inpatient nurse.

Based on the results of data processing, it shows that 43,75% nurses have a high degree of work stress, 31,25% nurses have a low degree of work stress, and 25% nurses have a moderate degree of work stress.

(3)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

Lembar Judul Lembar Pengesahan Abstrak

Abstract

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Bagan ... xi

Daftar Tabel ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 10

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 10

1.3.1 Maksud Penelitian ... 10

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 11

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 11

1.5 Kerangka Pemikiran ... 11

(4)

viii Universitas Kristen Maranatha BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stres Kerja ... 20

2.1.1 Definisi Stres Kerja ... 20

2.1.2 .Penyebab Stres Kerja ... 22

2.1.3 Perbedaan Individu ... 23

2.1.4 Akibat Stres ... 25

2.1.4.1 Gejala Fisiologis... 26

2.1.4.2 Gejala Psikologis ... 27

2.1.4.3 Gejala Perilaku ... 27

2.2 Keperawatan ... 28

2.2.1 Konsep Dasar Keperawatan ... 28

2.2.2 Pengertian Keperawatan ... 29

2.2.3 Tugas Keperawatan Rawat Inap ... 30

2.2.4 Persyaratan Keperawatan sebagai suatu Profesi ... 32

2.3 Masa Perkembangan Dewasa ... 33

2.3.1 Masa Dewasa Awal ... 33

2.3.2 Masa Dewasa Madya ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.2 Bagan Rancangan Penelitian ... 36

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

(5)

ix Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Definisi Operasional ... 37

3.4 Alat Ukur ... 38

3.4.1 Alat Ukur Stres Kerja ... 38

3.4.1.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 39

3.4.1.2 Skoring Alat Ukur ... 39

3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41

3.4.2.1 Data Pribadi ... 41

3.4.2.2 Data Penunjang ... 41

3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.4.3.1 Validitas Alat Ukur ... 41

3.4.3.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 43

3.5.1 Populasi Sasaran ... 43

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 43

3.6 Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Populasi ... 45

4.1.1 Identitas Responden ... 45

4.1.2 Hasil Penelitian ... 46

(6)

x Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 55

5.2 Saran ... 56

5.2.1 Saran Teoritis ... 56

5.2.2 Saran Praktis ... 56

DAFTAR PUSTAKA ... 58

(7)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

(8)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Stres Kerja ... 39

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Kuesioner Stres Kerja ... 40

Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas ... 43

Tabel 4.1 Gambaran Populasi ... 45

(9)

xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Stres Kerja Lampiran 2 Kisi-kisi Alat Ukur

Lampiran 3 Validitas dan Realibilitas Alat Ukur Lampiran 4 Hasil Pengolahan Data

Lampiran 4.1 Hasil Derajat Stres Kerja Lampiran 4.2 Gejala Fisiologis

Lampiran 4.3 Gejala Psikologis Lampiran 4.4 Gejala Perilaku

Lampiran 4.5 Hasil Tabulasi Silang Gejala Stres Kerja dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 5 Hasil Tabulasi Silang antara Data Pribadi dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 5.1 Hasil Tabulasi Silang antara Usia dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 5.2 Hasil Tabulasi Silang antara Jenis Kelamin dengan Derajat Stres Kerja

Lampiran 5.3 Hasil Tabulasi Silang antara Lama Bekerja dengan Derajat Stres Kerja

(10)

xiv Universitas Kristen Maranatha Lampiran 6 Hasil Tabulasi Silang antara Data Penunjang dengan Derajat

Stres Kerja Lampiran 7 Data mentah

Lampiran 8 Surat Izin Pengambilan Data

(11)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan baik yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau kesehatan rujukan dan upaya kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya diharapkan senantiasa memperhatikan fungsi sosial dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit (Depkes RI, 2002).

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diklasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas rumah sakit pemerintah yang meliputi rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, rumah sakit Pemerintah Daerah, rumah sakit militer, rumah sakit BUMN, dan rumah sakit swasta yang dikelola oleh masyarakat.

Rumah Sakit ‘X’ Kota Bandung merupakan salah satu institusi pelayanan

kesehatan milik Pemerintah Daerah Kota Bandung. RS ‘X’ Kota Bandung

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha kapasitas sebanyak 20 buah tempat tidur. Gagasan untuk membangun suatu Rumah Sakit Pusat TNI AU tercetus dengan alasan bahwa TNI Angkatan Udara harus mempunyai tempat penampungan penderitanya sendiri dengan kegiatan-kegiatan yang meliputi kesehatan umum dan kesehatan khusus. Kesehatan umum adalah memberikan pelayanan dalam bidang kesehatan secara umum dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan unit gawat darurat. RS ‘X’ Kota Bandung ini merupakan satu-satunya rumah sakit umum di daerah ‘X’ Kota Bandung yang menjadi pusat rujukan bagi Rumah Sakit TNI AU wilayah Jawa

Barat. Selain itu juga, RS ‘X’ melayani pemeriksaan kesehatan bagi Prajurit,

Pegawai Negeri Sipil, peserta Asuransi Kesehatan (ASKES), kontraktor dan masyarakat umum, sedangkan kesehatan khusus yaitu rangkaian kegiatan bidang Kesehatan Penerbangan, dengan mengadakan medical check up, kegiatan penelitian dan pengembangan melalui tim kesehatan khusus, serta kegiatan dukungan operasi khusus tingkat angkatan (TNI) maupun nasional. Selain kegiatan - kegiatan tersebut diatas, rumah sakit mengadakan pula civic mission dengan melayani masyarakat di sekitarnya. (www.rsx.com)

Berbeda dengan rumah sakit lain, rumah sakit “X” memiliki sistem militer yang mengutamakan sistem komando dalam menjalankan organisasinya.

Kemudian sistem komando ini diterapkan ke ranah manajemen rumah sakit “X”,

(13)

3

Universitas Kristen Maranatha saja, setiap hari perawat yang bertugas shift pagi akan memulai tugasnya dengan mengikuti apel pagi pada jam 07.00, kemudian para perawat yang akan memulai

piket harus mengikuti apel lagi di sore hari pada pukul 15.00. Selain apel, RS “X”

juga memiliki kegiatan rutin seperti olahraga 1 minggu 2 kali dan setiap 6 bulan sekali diadakan evaluasi Kesamaptaan jasmani dimana para perawat akan melakukan tes lari untuk melihat stamina mereka.

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah sakit yang mempunyai peranan besar terhadap pencapaian efisiensi, mutu dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Perawat merupakan salah satu tenaga profesional yang jumlahnya terbanyak di rumah sakit. Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.

Menurut Klasifikasi Jabatan Indonesia, tugas perawat ialah melakukan berbagai tugas perawatan sederhana, seperti mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan dan mendampingi dokter pemeriksa, dengan mencatat suhu, kecepatan denyut jantung dan pernafasan pasien, memberikan obat yang dianjurkan dokter pada jam-jam yang telah ditentukan, mengganti pembalut, memberikan perawatan kesehatan lain, menyuapi makanan pasien, membantu pribadi seorang pasien dan mendampingi untuk kenyamanan bersangkutan.

Pada perawat di RS ‘X’ tugas perawat ialah memantau dan mencatat kondisi

(15)

5

Universitas Kristen Maranatha perkembangan kondisi pasien, serta bertanggung jawab dalam kebersihan dan fasilitas ruangan yang dijaga oleh masing-masing perawat. Perawat rawat inap RS

‘X’ Bandung memiliki tanggung jawab membantu pasien dan keluarga dalam

memberikan informasi mengenai pemberian obat, waktu makan pasien serta hal-hal yang harus dipatuhi dan dihindari oleh pasien sebagai proses penyembuhan pasien. Perawat juga wajib memberikan informasi pada pasien dan keluarga pasien mengenai hal-hal yang akan dilakukan pada pasien dengan memberikan inform concern yang merupakan persetujuan pasien dan keluarga pasien atas tindakan yang akan dilakukan oleh perawat maupun dokter.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Schaufeli (2005) menunjukkan profesi bidang kesehatan dan pekerja sosial menempati urutan pertama yang paling banyak mengalami stres, yaitu sekitar 43%. Di antara profesi di bidang kesehatan, perawat memiliki tingkat stres yang lebih tinggi dibandingkan dokter dan apoteker. Di Indonesia, menurut penelitian yang dilakukan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2006) terdapat 50,9% perawat mengalami stres kerja, menyatakan keluhan sering merasa pusing, terlalu lelah, karena beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu.

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha organisasi, terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, serta kondisi tempat tinggal atau masyarakat. Kedua, stresor organisasional, yaitu stresor yang berasal dari dalam organisasi atau pekerjaan itu sendiri, terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam organisasi dan proses yang terjadi dalam organisasi. Ketiga, stresor kelompok yaitu stresor yang berasal dari kelompok di dalam organisasi, terdiri dari kurangnya kebersamaan dalam grup (kohesivitas) serta kurangnya dukungan sosial di dalam grup. Keempat, stresor inividu, yaitu stresor yang berasal dari dalam individu yang bersangkutan, terdiri dari konflik yang terjadi dalam diri individu, serta ketidakpastian tujuan, goal dan frustasi (Luthans, 2005).

Stres tidak secara otomatis buruk bagi karyawan atau kinerja organisasi mereka. Tentu saja kuncinya adalah bagaimana manusia menangani stres. Stres tidak dapat dielakkan, namun dapat dicegah dan dikontrol secara efektif. Stres dalam derajat ringan mempunyai dampak yang positif dimana stress mampu meningkatkan kualitas, peningkatan aktivitas dan kinerja yang lebih baik. Maka pengaruh disfungsional dari tingkat stres perlu diperhatikan khususnya dalam manajemen sumber daya manusia yang efektif. Masalah karena tingkat stres dapat ditunjukkan melalui gejala fisik, psikologis, atau perilaku individu (Luthans, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap 10 orang

perawat bagian rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung, terdapat permasalahan dari

(17)

7

Universitas Kristen Maranatha ketidaknyamanan ruang jaga perawat karena kurangnya fasilitas ruangan maupun medis. Dari 10 orang perawat yang diwawancara, terdapat 5 orang (50%) merasa bahwa permasalahan tersebut menjadi stresor yang dirasakan berasal dari dalam organisasi (stresor organisasional), sedangkan 5 orang (50%) tidak merasa adanya hal tersebut sebagai sumber stres mereka. Kurangnya SDM perawat yang berjaga membuat mereka merasa tertekan dan menilai tugas yang dilakukannya menjadi lebih berat. Adanya penambahan jam jaga pada shift karena jumlah pasien yang meningkat dirasa sebagai beban kerja yang berlebih sehingga membuat perawat banyak mengeluh dan jenuh dalam melakukan pekerjaan. Dari 5 orang perawat yang merasa adanya beban kerja berlebih karena penambahan jam jaga tersebut, terdapat 2 orang (20%) merasa sulit untuk tidur dan mengalami pegal-pegal pada tubuh setelah melakukan pekerjaan, 3 orang (30%) merasa tegang dan cemas saat bekerja dengan penambahan jam jaga shift karena khawatir akan keadaan suami dan anak di rumah.

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha menggerutu apabila mendapat panggilan dari pasien dan cenderung menunjukkan ekspresi yang tidak ramah kepada para pasien.

Data dan fakta yang telah diutarakan merupakan gambaran beberapa gejala stres berupa fisiologis, psikologis, dan perilaku yang muncul pada perawat bagian rawat inap yang sehubungan dengan tuntutan pekerjaan (Luthans, 2005). Berdasarkan data dan fakta yang telah dipaparkan di atas bahwa perawat rawat inap dihadapkan pada situasi kerja dan tuntutan tugas yang sama, namun penghayatan stres kerja yang ditampilkan berbeda-beda, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Studi Deskriptif mengenai derajat stres kerja pada perawat bagian

rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung”.

1.2 Identifikasi Masalah

Peneliti ingin mengetahui gambaran mengenai derajat stres kerja yang

dialami oleh perawat rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

(19)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai derajat stress kerja pada perawat rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung yang tercermin dari gangguan fisiologis, psikologis, dan perilaku.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Kegunaan teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi mengenai derajat stres kerja pada perawat bagian

rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung ke dalam bidang ilmu Psikologi

Industri dan Organisasi.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat stres kerja.

1.4.2Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi kepada kepala perawat mengenai stres kerja pada

perawat rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung, dalam rangka pengelolaan

SDM perawat dengan memperhatikan derajat stres kerja pada perawat bagian rawat inap serta faktor-faktor penyebabnya.

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran

Perawat merupakan tenaga profesional yang perannya tidak dapat dikesampingkan dari semua bentuk pelayanan rumah sakit. Peran ini disebabkan karena tugas perawat mengharuskan kontak paling lama dengan pasien. Demikian pula perawat di bagian rawat inap RS ‘X’ Kota Bandung, memiliki peran penting

dalam memberikan pelayanan bagi pasien RS ‘X’ Kota Bandung yang setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Perawat bagian rawat inap RS ‘X’ Kota

Bandung memiliki tanggung jawab dalam memberikan pelayanan pada pasien dalam proses penyembuhan. Perawat rawat inap dituntut untuk selalu siap siaga dalam melayani pasien serta diharapkan bersikap penuh perhatian dan kasih sayang terhadap pasien maupun keluarga pasien dalam melaksanakan tugasnya. Selain itu perawat bagian rawat inap RS ‘X’ Kota Bandung harus bersedia untuk menambah waktu/jam pada setiap shift saat meningkatnya jumlah pasien rawat inap karena keterbatasan tenaga perawat di RS ‘X’ Kota Bandung.

Selain dengan pasien, perawat juga mempunyai tanggung jawab yang harus

dipenuhi terhadap dokter dan keluarga pasien. Perawat di RS ‘X’ diharuskan

(21)

11

Universitas Kristen Maranatha dilakukan oleh perawat maupun dokter. Banyaknya tuntutan pekerjaan yang dihadapi oleh seorang perawat bagian rawat inap dapat menyebabkan stres kerja.

Luthans (2005) mendefinisikan stres adalah respon adaptif terhadap suatu kondisi eksternal yang menghasilkan penyimpangan fisik, psikologis, dan atau perilaku pada anggota organisasi. Tuntutan tugas-tugas sebagai perawat bagian rawat inap tidak lepas dari kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan stres (job stressors). Penyebab stres (job stressors) terdiri dari stresor ekstraorganisasional, stresor organisasional, stresor kelompok dan stresor individual.

Stresor organisasi ialah stresor yang berasal dari dalam organisasi tersebut terdiri dari kebijakan organisasi, struktur dan desain organisasi, dan kondisi kerja.

Kebijakan yang dibuat RS ‘X’ bagi perawat bagian rawat inap adalah bekerja

dengan cara shift yang terdiri dari 2 bagian yaitu shift pagi dan piket, dimana pada shift pagi bertugas 5 sampai 6 perawat, sedangkan piket terdiri dari 2 sampai 3 perawat saja, namun apabila ada peningkatan jumlah pasien rawat inap, semua perawat rawat inap diharuskan menambah jam shift nya karena keterbatasan

sumber daya perawat yang ada di RS ‘X’ Kota Bandung. Beberapa perawat yang

memiliki anak mengeluhkan adanya beban kerja tambahan, karena selain mereka

harus menambah waktunya bekerja di RS ‘X’ untuk memberi pelayanan pada

pasien. Adanya beban kerja ini dapat dihayati perawat RS ‘X’ Kota Bandung sebagai penyebab stres.

Setiap perawat bagian rawat inap RS ‘X’ dapat menghadapi stresor yang

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha adanya perbedaan individual. Menurut Luthans (2005) Perbedaan individual mencakup empat variabel yakni tipe kepribadian AB, kontrol personal, learned helplessness dan daya tahan psikologis. Terdapat perbedaan individu yang kompleks dalam hal ciri dan disposisi kepribadian. Ciri kepribadian seperti otoritarisme, rigiditas, ekstroversi, dukungan, spontanitas, emosionalitas, toleransi terhadap ambiguitas, kecemasan, dan perlunya prestasi dianggap relevan dengan stres individu (Luthans, 2005). Akan tetapi, tipe kepribadian A mendapat banyak perhatian. Individu dengan tipe kepribadian A adalah individu yang bekerja lebih lama, seringkali membawa pekerjaan mereka ke rumah, cenderung mudah frustasi akan kondisi kerja mereka, dan senang berkompetisi. Individu dengan tipe kepribadian B adalah individu yang lebih santai dan sabar. Perawat dengan tipe kepribadian A akan lebih mudah frustasi dan lebih mudah merasa stress dibandingkan individu dengan tipe kepribadian B.

Kedua, yakni kontrol personal yaitu perasaan individu mengenai kemampuan untuk mengontrol situasi. Kontrol personal akan memengaruhi derajat stres kerja individu. Perawat dengan kotrol personal akan memiliki derajat stres yang lebih rendah dibandingkan perawat yang tidak memiliki kontrol personal. Perawat yang memiliki kontrol personal akan merasa dirinya mampu mengendalikan situasi atau pekerjaannya sehingga akan mengurangi stres yang ia alami.

(23)

13

Universitas Kristen Maranatha lebih tinggi dibandingkan perawat yang tidak mengalami ketidakberdayaan yang dipelajari. Hal ini dikarenakan perawat yang mengalami ketidakberdayaan ini akan merasa bahwa dirinya sudah tidak mampu untuk menghadapi tuntutan-tuntutan dari rumah sakit, dan dari pasien yang ada, maka perawat memilih untuk menyerah.

Keempat, yakni daya tahan psikologis. Daya tahan psikologis yaitu kemampuan individu untuk beradaptasi dengan situasi ekstrim yang menekan. Perawat yang memiliki daya tahan psikologis akan memiliki derajat stres yang lebih rendah dibandingkan perawat yang tidak memiliki daya tahan psikologis. Hal ini dikarenakan perawat akan memiliki penyangga (buffer) yang menjadi penahan antara dirinya dengan stressor sehingga akan mengurangi tingkat stres.

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha Konsekuensi dari semua hal diatas adalah derajat stres kerja pada perawat

bagian rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung dapat dikatakan tinggi, sedang dan

rendah. Derajat stres dikatakan tinggi apabila individu mempersepsikan bahwa tuntutan pekerjaan sebagai sesuatu yang negatif dan dapat menghambat individu sehingga individu sering merasakan gejala-gejala akibat stres baik fisiologis, psikologis, atau perilaku terjadi terus menerus sehingga perawat merasa terganggu dan membuat kinerja perawat menurun dan terhambat.. Seperti adanya seringnya sakit kepala, gejala stroke, hingga jantung serta mudah marah, cemas, jenuh, dan menurunnya produktivitas.

(25)

15

Universitas Kristen Maranatha Luthans (2005) menyatakan tingkat stres rendah sampai menengah merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuannya untuk bereaksi. Individu-individu yang demikian sering melakukan tugas secara lebih baik, tekun, atau cepat, namun terlalu banyak stres membebani seseorang dengan tuntutan yang tak dapat dipenuhinya, sehingga menghasilkan kinerja lebih rendah. Tingkat stres yang mampu dikendalikan mampu membuat karyawan melakukan pekerjaanya dengan lebih baik, karena membuat mereka mampu meningkatkan intensitas kerja, kewaspadaan, dan kemampuan berkreasi, tetapi tingkat stres yang berlebihan membuat kinerja mereka akan mengalami penurunan.

Melalui penelitian ini, peneliti ingin melihat bagaimana derajat stres kerja pada perawat bagian rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung yang dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

Tinggi

Sedang

Rendah Perawat bagian

rawat inap RS’X’

Bandung

Stres kerja - gejala fisiologis - gejala psikologis - gejala perilaku

Perbedaan-perbedaan individual

 Tipe Kepribadian AB  Kontrol personal  Learned Helplessness  Daya tahan psikologis

Stresor

- Stresor Ekstraorganisasional - Stresor Organisasi

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1. Stres kerja disebabkan oleh berbagai macam stresor antara lain stresor ekstraorganisasional, stresor organisasional, stresor kelompok dan stresor individu.

2. Perawat bagian rawat inap RS ‘X’ memiliki perbedaan individual dalam menghayati derajat stres.

(27)

55 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, makan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Perawat rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung memiliki derajat stres kerja yang

bervariasi dari tinggi, sedang, hingga rendah

2. Faktor lama bekerja juga berkontribusi ke dalam derajat stres kerja perawat

bagian rawat inap di RS ‘X’ Kota Bandung. Sebagian besar perawat dengan

lama kerja 0-5 tahun cenderung memiliki derajat stres kerja tinggi. Selain itu, perawat dengan status marital menikah juga cenderung memiliki derajat stres kerja yang tinggi.

3. Dari empat perbedaan individual yang ada, tipe kepribadian A yang paling berkontribusi ke dalam perbedaan derajat stres kerja perawat bagian rawat

inap di RS ‘X’ Kota Bandung. Perawat yang memiliki tipe kepribadian A

cenderung memiliki derajat stres kerja tinggi.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

(28)

56

Universitas Kristen Maranatha menyertakan faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja seperti lama bekerja.

2. Untuk peneliti lain yang berminat, disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai derajat stres kerja dan kaitannya dengan macam-macam tipe kepribadian.

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi pihak rumah sakit bagian keperawatan disarankan untuk membantu proses adaptasi pada perawat dengan lama kerja 0 sampai 5 tahun dengan memberikan program orientasi, pelatihan kerja dalam memahami budaya organisasi untuk mengurangi resiko stres yang tinggi.

2. Bagi pihak manajemen rumah sakit disarankan untuk menyelenggarakan serta memfasilitasi konseling dan pelatihan manajemen stres bagi perawat yang memiliki derajat stres kerja tinggi dan memiliki masalah pribadi, terutama pada perawat dengan status marital menikah dan perawat dengan tipe kepribadian tertentu. Perawat harus mengenali terlebih dahulu kepribadian masing-masing

(29)

58 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Aziz, A. 2007. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Departemen Kesehatan. 1999. Pedoman Uraian Tugas Tenaga Keperawatan di

Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI. Dirjen Pelayanan Medik.

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi. 1982. Klasifikasi Jabatan Indonesia. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI.

Hidayat, Alimul Aziz A. 2004. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth. 1968. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kumar, Ranjit. 1996. Research Methodology. London: SAGE Publications Ltd. Luthans, Fred. 2005. Perilaku Organisasi Edisi Sepuluh. Yogyakarta: Penerbit Andi. Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior 10th edition. New York: McGraw

Hill International Editions.

(30)

59 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Dewi, Metha, 2010. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Customer Service Representative (CSR) PT. ‘X’ Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Elni, Okverya, 2012. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Kerja Pada Perawat

Bagian Rawat Inap Di RSUD ‘X’ Kota Bandung. Skripsi. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2011/02/stres-kerja-definisi-kategori-dan.html (diakses pada tanggal 9 juni 2013)

http://journal.tarumanagara.ac.id/index.php/psi/article/view/430/527 (diakses pada tanggal 20 juli 2013)

http://www.konsultanrumahsakit.com/home/index.php?page=detail&cat=2&id=268 (diakses pada tanggal 5 oktober 2013)

http://wir-nursing.blogspot.com/2009/07/beban-kerja-perawat.html (diakses pada tanggal 9 juni 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dapat diartikan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy siswa akan. tinggi pula tingkat perencanan

Untuk kelompok usia <15 tahun terjadi peningkatan jumlah perokok, peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun, Sumatra Barat merupakan provinsi tertinggi di yaitu

Pujr du sFh FNLb rjdho red. du hruo NF

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelarut terhadap hasil ekstraksi daun senduduk, kemudian hasil terbaik yang diperoleh berdasarkan anlisa kimia,

Dari penelitian pengaruh dosis Biochar terhadap ketersediaan kalium tanah.. pada system pertanian organik, dapat diambil kesimpulan

1 aplikasi ramalan primbon jawa berbasis android dengan metode pencarian biner 42% 2 aplikasi petunjuk arah kiblat berbasis android 36% 3 aplikasi mencari lokasi objek wisata

Pada keadaan kehamilan yang seperti ini, leptin sirkulasi maternal, ekspresi gen leptin plasenta dan kadar protein meningkat dibandingkan dengan hamil

Data kuantitatif diperoleh dari pengukuran konsentrasi (kadar) sorbat kation Mg 2+ dengan metode SSA. Data yang diperoleh berupa data konsentrasi Mg 2+ sebelum