• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KADAR LEPTIN SERUM MATERNAL PADA KEHAMILAN NORMAL DAN PREEKLAMPSIA DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KADAR LEPTIN SERUM MATERNAL PADA KEHAMILAN NORMAL DAN PREEKLAMPSIA DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KADAR LEPTIN SERUM MATERNAL PADA

KEHAMILAN NORMAL DAN PREEKLAMPSIA DI RSUP DR. M.

DJAMIL PADANG

TESIS

Oleh :

Ratna Lestari Habibah

Pembimbing :

Dr. Hj. Yusrawati,SpOG (K)

Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes

Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS)

Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil

Padang

(2)

xiv

DIFFERENCES IN MATERNAL LEPTIN SERUM LEVELS IN

NORMAL PREGNANCY AND PREECLAMPSIA IN DR. M.

DJAMIL PADANG HOSPITAL

Ratna Lestari Habibah, Yusrawati, Rizanda Machmud Obstetrics and Gynecology Department

Public Health Department

Medical Faculty, Andalas University, Padang

ABSTRACT

Background : Preeclampsia is a severe complication of pregnancy characterized by multisystemic dysfunction and endothelial damage that leads to hypertension, changes in adipokines and increased inflammation. Due to this condition of pregnancy, maternal circulating leptin, placental leptin gene expression and protein levels increased compared with normal pregnancy. Increased plasma leptin levels in preeclampsia with increased gestational age can be taken independently or with other parameters as a marker for the severity of Preclampsia. Another advantage of this leptin examination are more simple, faster in detecting the severity of preeclampsia, as well as less expensive and more.

Method : This study has been performed with a cross-sectional method in delivery room, polyclinic of Dr. M. Djamil Hospital and Biomedical Laboratories Medical Faculty of Andalas University from December 2013 until the number of samples met. The target of population is the single pregnant women throughout the third trimester (> 28 weeks) on the clinic and the delivery room of Dr. M. Djamil hospital, number of samples in this study of 68 people. The analysis used to determine differences in maternal serum leptin levels in third trimester of pregnancy (> 28 weeks) in preeclampsia and normal pregnancy is a T test on the data of normal distribution and Wilcoxon test on the data that are not normally distributed. If p <0.05 indicates significant results.

Result : Differences in maternal leptin serum levels in normal pregnancy had mean levels of 1588.7964 ± 8.01074 ng / mL and in maternal preeclampsia had mean of leptin serum levels is 1608.1725 ± 6.69579 ng / mL. So that there is a statistically significant difference in mean maternal serum leptin levels between groups of pregnancies with preeclampsia compared with normal pregnancy (P <0.05)

Conclusions : There are significant differences in maternal serum leptin levels between women with preeclampsia and normal pregnancies.

(3)

xv

PERBEDAAN KADAR LEPTIN SERUM MATERNAL PADA

KEHAMILAN NORMAL DAN PREEKLAMPSIA DI RSUP DR. M.

DJAMIL PADANG

Ratna Lestari Habibah, Yusrawati, Rizanda Machmud Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang

ABSTRAK

Latar Belakang : Preeklampsia merupakan komplikasi berat dari kehamilan yang ditandai dengan disfungsi multisistemik dan kerusakan endotel yang menyebabkan terjadinya hipertensi, perubahan adipokin dan peningkatan inflamasi. Pada keadaan kehamilan yang seperti ini, leptin sirkulasi maternal, ekspresi gen leptin plasenta dan kadar protein meningkat dibandingkan dengan hamil normal. Peningkatan kadar leptin plasma pada preeklampsia dengan peningkatan usia gestasi dapat diambil secara independen atau dengan parameter lain sebagai marker untuk keparahan dari preklampsia. Keuntungan lain dari pemeriksaan leptin ini lebih sederhana, lebih cepat dalam mendeteksi tingkat keparahan preeklampsia, serta lebih murah dan lebih mampu laksana.

Metode Penelitian : Penelitian ini dilakukan dengan metode cross sectional di kamar bersalin, poliklinik Rumah Sakit Dr. M. Djamil dan Laboratorium biomedik FK Universitas Andalas mulai bulan Desember 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. Populasi target penelitian adalah seluruh wanita hamil tunggal trimester ketiga (>28 minggu) di poliklinik dan kamar bersalin Rumah Sakit Dr. M. Djamil sebanyak 68 orang sampel. Analisis yang digunakan untuk mengetahui perbedaan kadar leptin serum maternal pada usia kehamilan trimester ketiga (>28 minggu) pada maternal pada kehamilan preeklampsia adalah 1608.1725 ± 6.69579 ng/mL. Sehingga secara statistik terdapat perbedaan bermakna rata-rata kadar leptin serum maternal antara kelompok kehamilan dengan preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan normal (p < 0.05).

Kesimpulan : Terdapat perbedaan bermakna peningkatan kadar leptin serum maternal antara wanita dengan kehamilan preeklampsia dan normal.

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Preeklampsia, adalah bentuk dari hipertensi yang dipengaruhi kehamilan

yang merupakan komplikasi dari 2-8% dari kehamilan di seluruh dunia, dan

berperan utama pada pertumbuhan janin terhambat, persalinan prematur, dan

morbiditas serta mortalitas dari janin dan maternal. Preeklampsia diyakini

berkembang selama awal kehamilan dan akhirnya bermanifestasi sebagai

disfungsi endothelial dan atau vaskular yang berujung pada hipertensi. (Anderson

C.M., 2005; Telang, Bhutkar, & Hirwani, 2013) Preeklampsia adalah kondisi yang dapat

berkembang dengan pesat ditandai dengan peningkatan tekanan darah,

oedem, dan terdapatnya protein di urin. Jika tidak terdeteksi, preeklampsia

dapat menjadi eklampsia, dimana merupakan salah satu dari penyebab

morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi, dan menjadi penyebab 13% dari semua

kematian maternal di seluruh dunia.(Telang, Bhutkar, & Hirwani, 2013) Di Indonesia

preeklampsia dan eklampsia merupakan penyebab dari 30-40% kematian

perinatal. (Roshadi, 2004) Penelitian tahun 2002 di RSUP. Dr. M. Djamil Padang,

angka kejadian preeklampsia 5,5% dan eklampsia 0,88%. Dari 5,5%

preeklampsia berat, 65% terjadi pada kehamilan aterm. (Madi J and Sulin D, 2003) Data

penderita preeklampsia berat di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2008

(5)

2

berat hampir tiga kali lipat tahun 2009 yaitu sebanyak 70 orang. Pada tahun

2010, pasien hamil dengan komplikasi gestosis terhitung sebanyak 176 orang,

dengan 140 orang diantaranya menderita preeeklampsia berat dan 36 orang

menderita eklampsia, dari 140 orang penderita preeklampsia berat berkembang

menjadi DIC sebanyak 3 orang dan stroke sebanyak 2 orang. (Serudji, 2013) Pada

tahun 2011, sebanyak 137 orang menderita preeklampsia berat dengan 24

orang menderita eklampsia. Pada tahun 2012, sebanyak 158 orang menderita

preeklampsia berat dengan 73 orang menderita eklampsia, pada tahun ini

berarti terjadi peningkatan sekitar 11,4% dari tahun sebelumnya. (Data Rekam Medis

RSUP Dr. M. Djamil Padang, 2013) Untuk itu diperlukan perhatian serta penanganan yang

dini tehadap ibu hamil dengan penyakit ini.

Etiologi dari preeklampsia bersifat heterogen. Salah satu teori penyebab

yang mendasari timbulnya preeklampsia-eklampsi adalah adanya disfungsi

endotel sehingga bermanifestasi klinik menjadi hipertensi, proteinuria dan

edema. Patofisiologi yang mendasari kejadian preeklampsia diantaranya yakni

kegagalan invasi trofoblast, disfungsi plasenta dan endotel, maladaptasi imun

pada antigen paternal, dan respons inflamasi sistemik yang berlebihan dari

tubuh. Disebutkan juga faktor genetik, nutrisi dan faktor psikologi berperan

penting dalam etiologi preeklampsia.(Sibai, Dekker, Kupferminc, 2005)

Teori yang paling populer yang menggambarkan patogenesis

preeklampsia adalah 2-stage process, stadium awal adalah kegagalan dari

(6)

3

kebutuhan janin. Pada kehamilan normal, sinsitiotrofoblast dari plasenta

mengadakan invasi pada dinding lumen vaskuler arteri spiralis sehingga arteri

tersebut kehilangan lapisan elastis tunika intima dan otot polos vaskuler.

Diameter arteri meningkat sampai 4 kali lipat sebagai kompensasi aliran darah

yang berkapasitas tinggi, resistensi rendah dan yang tidak berespon terhadap

rangsangan vasoaktif. Perubahan ini terus berlangsung sampai pada sepertiga

lapisan miometrium. Namun pada preeklampsia, proses remodelling ini

terbatas pada desidua superfisial, dan segmen miometrium menjadi menyempit

dan diameter arteri pun sempit. Hal inilah menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan bahwa pada preeklampsia terjadi poor-plasentation. (Cunningham FG

et al, 2010) Pada proses tahap ke 2, kebutuhan janin melebihi penyediaan

uteroplasenta, sehingga terjadilah uteroplacental mismatch. Jika hal ini terjadi,

maka banyak produk akan di keluarkan ke dalam sirkulasi maternal yang

menyebabkan disfungsi endotelial, vasospasme, aktivasi dari jalur kaskade

koagulasi, yang pada akhirnya menyebabkan komplikasi pada multifungsi

organ. (Cunningham FG et al, 2010)

Leptin yang ditemukan pada manusia dan hewan pengerat, adalah

hormon protein yang disintesis dari jaringan adiposa, merupakan produk dari

gen obesitas (ob) (Mumtaz F, 2008; Saylik S.A, 2009). Selain disekresi terutama oleh

jaringan adiposa putih, leptin juga disintesis dalam beberapa organ jaringan

non-adiposa termasuk plasenta, oleh trofoblas plasenta manusia. Secara

(7)

4

lemak, yang terlibat dalam regulasi asupan makanan dan pengeluaran energi.

Studi terbaru mengungkapkan bahwa leptin memiliki variasi yang luas terhadap

efek biologi pada fungsi neuroendokrin dan reproduksi. (Yura S, 1998) Leptin

menstimulasi respon inflamasi melalui induksi dari sitokin proinflamasi dalam

plasenta dan jaringan adipose. Ditunjukkan bahwa leptin mengakibatkan

peroksidasi lipid pada kultur sel endothelial manusia, sehingga diperkirakan

bahwa leptin merangsang atherogenesis pada preeklampsia.(Khosrowbeygi A, 2011)

Leptin plasenta distimulasi oleh hipoksia, meningkat pada eklampsia dan

dapat mempengaruhi keluaran janin. Kadar mRNA leptin dan protein dalam

jaringan adiposa dan plasma berhubungan positif dengan lemak tubuh dan

ukuran adipositas. Sehingga, orang dengan obesitas memilki kadar mRNA

leptin dan protein lebih tinggi dibandingkan orang yang kurus. Sebagai contoh

pada wanita normal yang tidak hamil leptin menurun selama puasa, keluar dari

proporsi menuju penurunan dari lemak tubuh. Sebaliknya mRNA leptin dan

protein meningkat beberapa jam setelah makan. Efek dari nutrisi dimediasi

setidaknya sebagian oleh insulin, seperti yang terlihat oleh stimulasi langsung

pada sintesis dan pelepasan leptin ketika adiposit dipelihara dengan adanya

insulin. Pada manusia dan hewan pengerat, peningkatan leptin postprandial

mengikuti sekresi puncak insulin. Sebaliknya, defisiensi insulin berakibat pada

pengurangan cepat dari kadar protein dan mRNA leptin. (Ahima RS and Osei SY, 2004)

Preeklampsia merupakan komplikasi berat dari kehamilan yang ditandai

(8)

5

terjadinya hipertensi, perubahan adipokin dan peningkatan inflamasi. Pada

keadaan kehamilan yang seperti ini, leptin sirkulasi maternal dan ekspresi gen

leptin plasenta dan kadar protein meningkat dibandingkan dengan hamil

normal. (Tessier, Ferraro, & Gruslin, 2013) Pada kehamilan normal, peningkatan

konsentrasi serum leptin meningkat sejalan dengan peningkatan berat badan

ibu dan menurun dengan tinggi badan ibu, tetapi tidak dipengaruhi oleh faktor

maternal lain seperti usia, asal ras, paritas, merokok atau metode kontrasepsi.

Pada penelitian sebelumnya kehamilan dengan preeklampsia telah dilaporkan

mengalami peningkatan konsentrasi leptin sirkulasi pada maternal.(Nanda, S; et al,

2012) Preeklampsia berat dihubungkan dengan adanya invasi trofoblas yang

abnormal pada arteri spiralis sehingga menimbulkan perubahan aliran darah di

arteri subplasenta, peningkatan resistensi aliran darah plasenta dan arteri

umbilikal serta adanya tanda-tanda gangguan pertumbuhan janin. (Huppertz B, 2008)

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keadaan hipoksia plasenta pada

preeklampsia berat tersebut dapat mencetuskan terjadinya peningkatan kadar

leptin, tetapi peningkatan leptin dapat mendahului onset klinis dari penyakit.

(Nanda, S; et al, 2012) Peningkatan kadar leptin plasma pada preeklampsia dengan

peningkatan usia gestasi. Dapat diambil secara independen atau dengan

parameter lain sebagai marker untuk keparahan dari preklampsia. (Mumtaz F, 2008)

Keuntungan lain dari pemeriksaan leptin ini lebih sederhana, lebih cepat dalam

mendeteksi tingkat keparahan preeklampsia, serta lebih murah dan lebih

(9)

6

Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui bagaimana perbedaan

peningkatan kadar leptin serum maternal pada kehamilan normal dan

preeklampsia.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan kadar leptin serum maternal pada

kehamilan dengan preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan normal?

C. Kerangka Pemikiran

Pada kehamilan normal, sinsitiotrofoblast dari plasenta mengadakan

invasi pada dinding lumen vaskuler arteri spiralis sehingga arteri tersebut

kehilangan lapisan elastis tunika intima dan otot polos vaskuler. Diameter arteri

meningkat sampai 4 kali lipat sebagai kompensasi aliran darah yang

berkapasitas tinggi, resistensi rendah dan yang tidak berespon terhadap

rangsangan vasoaktif. Perubahan ini terus berlangsung sampai pada sepertiga

lapisan miometrium. Namun pada preeklampsia, proses remodelling ini

terbatas pada desidua superfisial, dan segmen miometrium menjadi menyempit

dan diameter arteri pun sempit. Hal inilah menjadi salah satu faktor yang

menyebabkan bahwa pada preeklampsia terjadi poor-plasentation. (Cunningham FG

et al, 2010) Preeklamsia adalah suatu proses penyakit kompleks yang melibatkan

mekanisme patofisiologis yang berbeda pada populasi pasien yang berbeda.

(10)

7

pada wanita kelebihan berat badan dan obesitas terdapat peningkatan leptin

dan penurunan tingkat adiponektin dan ini merupakan penanda peningkatan

resistensi insulin, mungkin memainkan peran dalam patofisiologi preeklamsia

berat. Di sisi lain, dalam populasi berat badan normal di mana mekanisme

patofisiologis untuk preeklamsia mungkin tidak melibatkan resistensi insulin,

kadar leptin tetap meningkat disertai dengan peningkatan adiponektin. (Hendler I.,

2005)

Secara ideal, wanita hamil harus mempertahankan keseimbangan energi

positif untuk menyokong kebutuhan energi untuk perkembangan janin;

sehingga, tidak mungkin peningkatan konsentrasi leptin dapat mempengaruhi

individu untuk mengurangi asupan makanannya sejalan dengan perkembangan

kehamilannya. Leptin adalah hormon terbaru yang diproduksi eksklusif oleh

adiposit, dan memainkan peranan penting pada fisiologis pada hewan

eksperimental dan manusia. Leptin merupakan sinyal hormonal ke otak

berkaitan tentang kecukupan simpanan energi, dan mengaktivasi pusat

hipotalamus yang meregulasi pemasukan dan pengeluaran energi. (Laivuori H, 2000)

Leptin diproduksi terutama oleh jaringan lemak, dan sebagai tambahan

juga diproduksi oleh sel-sel lemak sumsum tulang, epitel fundus dari lambung,

otot, sel-sel granulosa dan kumulus pada folikel ovarium yang matang,

plasenta, sel-sel epitel mamalia yang menyusui. Leptin menyediakan

komunikasi (transmisi) antara jaringan lemak dan sistem saraf dan memainkan

(11)

8

memainkan peranan pada beberapa peristiwa fisiologis seperti sistem

reproduksi, angiogenesis, hematipoiesis, sistem imun, metabolisme lemak dan

tulang, metabolisme glukosa dibawah kontrol sensitifitas insulin, fungsi ovarium,

aktifasi simpatis, fungsi pencernaan dan perkembangan otak. (Saylik S.A, 2009)

Pada wanita hamil kadar leptin ditentukan tinggi selama kehamilan,

terutama pada trimester kedua dan ketiga, jika dibandingkan dengan wanita

yang tidak hamil dan akan menurun sebelum persalinan.(Saylik S.A, 2009)

Peningkatan kadar leptin dalam kehamilan telah diindikasikan bahwa leptin

dapat menjadi faktor yang mengindikasikan situasi makanan antara ibu dan

janin. Kadar leptin juga tinggi pada janin aterm. Ekspresi leptin dan reseptor

pada tulang janin diperkirakan bahwa leptin dapat menjadi penting dalam

pertumbuhan tulang dan kartilago dan atau hematopoesis dalam kehidupan

intrauterin. (Saylik S.A, 2009)

Pada pertengahan lanjut usia kehamilan, pertambahan lemak

menunjukkan kebutuhan kalori utama dari janin harus didukung dengan asupan

nutrisi maternal yang adekuat. Sehingga, satu kemungkinan fungsi dari

peningkatan kadar leptin maternal adalah untuk meningkatkan mobilisasi dari

penyimpanan lemak maternal untuk meningkatkan ketersediaannya dan untuk

mendukung transfer transplasental zat lemak. Hal ini diantisipasi bahwa leptin

mengaktifkan metabolisme lemak dengan menginduksi ekspresi dari enzim

oksidasi lemak seperti yang ditunjukkan pada manusia dan tikus yang tidak

(12)

9

resisten leptin yang sejalan dengan individu obesitas dimana peningkatan

kadar leptin tidak berhasil mengatur homeostasis energi. Penjelasan lain dari

peningkatan konsentrasi leptin dalam kehamilan adalah meningkatnya ikatan

antara rasio bebas dari leptin sirkulasi. Leptin dapat berikatan dengan reseptor

leptin ekstraseluler (terlarut) yang dilepaskan ke dalam sirkulasi oleh peluruhan

membrane plasenta. Ikatan dengan isoform terlarut ini dapat menunda bersihan

leptin dari sirkulasi, yang berakibat puncak peningkatan pada kadar plasma

maternal. (Mouzon Sylvie H, 2006)

Kehamilan dengan komplikasi preeklampsia juga berhubungan dengan

perubahan leptin dalan unit fetoplasental (contohnya terdapat peningkatan

sintesis plasenta tetapi konsentrasi umbilikus yang rendah). Sehingga jelas

sekarang bahwa konsentrasi leptin di umbilikus yang rendah yang dikenal pada

awalnya sebagai tanda dari insufisiensi plasenta merupakan konsekuensi dari

massa lemak janin yang lebih kecil dan pertumbuhan intrauterin yang buruk.

Sebagai tambahan pada perubahan dalam kompartemen fetoplasental,

preeklampsia diikuti dengan peningkatan konsentrasi leptin maternal

berhubungan dengan keparahan dari penyakit. Karena kebanyakan dari leptin

dilepaskan oleh plasenta dan dibawa kedalam sirkulasi maternal, dipercayai

bahwa peningkatan pelepasan leptin bertanggung jawab pada hiperleptinemia

ibu pada ibu non obesitas. Selanjutnya, hiperleptinemia ibu tampaknya tidak

dipengaruhi oleh gangguan fungsi ginjal atau hemokonsentrasi, yang kemudian

(13)

10

plasenta. Seperti yang diamati pada diabetes mellitus, peningkatan sintesis

leptin plasenta merupakan hasil dari peningkatan ekspresi mRNA leptin

plasenta. Rangsangan yang bertanggung jawab untuk peningkatan ekspresi

leptin tidak diketahui, tapi hipoksia telah muncul sebagai kandidat yang baik

untuk peningkatan produksi leptin plasenta. (Mouzon Sylvie H, 2006)

Konsekuensi dari peningkatan produksi leptin plasenta dan

hiperleptinemia ibu belum dapat dijelaskan. Leptin juga mungkin memodifikasi

trombosis arterial setelah cedera endotelial melalui interaksi dengan reseptor

leptin trombosit. Ini dapat memberikan penghubung yang potensial antara

peningkatan produksi leptin plasenta dan insufisiensi plasenta. Secara

alternatif, leptin juga memiliki efek imunomodulator lokal atau merangsang

angiogenesis plasenta. Pengukuran leptin plasma telah diajukan sebagai

marker non invasif prediksi preeklampsia dan dapat juga dipakai sebagai

indeks disfungsi plasenta. (Mouzon Sylvie H, 2006)

Menurut Khosrowbeygi dan kawan-kawan (2011), leptin menstimulasi

respon inflamasi melalui induksi dari sitokin proinflamasi dalam plasenta dan

jaringan adipose. Ditunjukkan bahwa leptin mengakibatkan peroksidasi lipid

pada kultur sel endothelial manusia, sehingga diperkirakan bahwa leptin

merangsang atherogenesis pada preeklampsia.(Khosrowbeygi A, 2011)

(14)

11

Terdapat perbedaan kadar leptin serum maternal pada kehamilan

dengan preeklampsia dibandingkan dengan kehamilan normal.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Mengetahui terdapat perbedaan kadar leptin serum maternal

pada kehamilan dengan preeklampsia dibandingkan dengan

kehamilan normal.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui kadar leptin serum maternal pada preeklampsia

b. Mengetahui kadar leptin serum maternal pada kehamilan

normal.

F. Manfaat Penelitian

1. Untuk Pelayanan

Meningkatkan pelayanan antenatal care dengan mengetahui

peningkatan kadar leptin pada pasien preeklampsia untuk mendapatkan

prognosis dari preeklampsia, sebagai dasar untuk mendeteksi

(15)

12

2. Untuk Ilmu pengetahuan

a. Menambah khasanah dalam ilmu pengetahuan mengenai

peningkatan kadar leptin serum maternal pada preeklampsia

dibandingkan dengan kehamilan normal.

b. Sebagai data awal bagi penelitian selanjutnya

3. Untuk peneliti

a. Menambah pengetahuan peneliti dalam patogenesis

preeklampsia berat

b. Menambah pengetahuan peneliti dalam mengkaji hubungan leptin

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat pengetahuan pasien Diabetes Melitus tentang obat antidiabetes oral (OAD) yang lakukan di Puskesmas Jagir di wilayah

Kata kunci : Tata letak fasilita, New layout, Activity Relationship Chart (ARC), software WinQSB, Ongkos material handling (OMH), Momen jarak perpindahan..

Persetujuan tindakan medik atau yang sering di sebut informed consent sangat penting dalam setiap pelaksanaan tindakan medic di rumah sakit baik

Arus ini akan mengaliri alur tembaga yang sudah dibuat pada aktuator (magnet torsi) untuk menghasilkan medan magnet yang akan digunakan untuk menggerakan posisi

Dari uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang diangkat yaitu (a) Akses masuk bagi para pengunjung yang masih belum terarah, adanya wisatawan yang dapat

 Terlaksananya tertib administrasi keuangan yang teratur dan tepat guna  Meningkatnya prosesntase kelengkapan buku register  Meningkatnya prosentasi minutasi perkara

kecocokan login System dari masukan username dan password, jika tidak cocok makan tidak bisa login, jika cocok maka System akan masuk kedalam tampilan utama Admin,

Pengaruh Kepemimpinan Transformasional terhadap Disiplin Kerja Guru di SMK Bina Warga Bandung1. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |