PERBANDINGAN KADAR MALONDIALDEHID (MDA) PADA PREEKLAMPSIA BERAT DAN KEHAMILAN NORMAL DI RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
DAN RS JEJARINGNYA
M. Rhiza Z. Tala, Christoffel L. Tobing, Yusuf R. Surbakti, Herbet Sihite, Deri Edianto, Tigor P H
Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan, Februari, 2013
ABSTRAK
Tujuan: mengetahui perbandingan kadar malondialdehid (MDA) pada preeklampsia berat dan kehamilan normotensi, dimana MDA merupakan salah satu pertanda adanya kerusakan endotel
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional study). Analisis variabel penelitian dengan metode analisis bivariat adalah Chi-square; Korelasi antara kadar MDA dengan kenaikan tekanan darah pasien yang merupakan data numerik dinyatakan dalam koefisien korelasi Spearman (r). Tempat penelitian adalah pada kamar bersalin dan unit rawat jalan ibu hamil Rumah Sakit H Adam Malik dan RS jejaringnya. Waktu penelitian adalah mulai Mei 2012 hingga jumlah sampel minimal terpenuhi. Besar sampel sebanyak 56 orang yaitu semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di klinik kebidanan dan ruang gawat darurat Rumah Sakit H Adam Malik dan RS jejaringnya. Kriteria inklusi meliputi hamil tunggal, primigravida maupun multigravida dengan usia kehamilan > 20 minggu, preeklampsia berat, kehamilan normotensi sebagai kontrol, kriteria eksklusi apabila penderita yang hasil darahnya rusak atau kesalahan prosedur pada saat pengambilan darah
Hasil: Rerata (SD) usia kehamilan kelompok normotensi adalah 35,8 (3,36) minggu sedangkan rerata (SD) usia kehamilan kelompok preeklampsia adalah 34,6 (3,5) minggu (p=0,193). Kejadian preeklampsia pada primigravida sebanyak 11 (19,6%) orang dan pada ibu hamil normotensi sebanyak 12 (21,4%) orang. Kejadian preeklampsia pada multigravida sebanyak 16 (28,6%) orang dan pada ibu hamil normotensi sebanyak 13 (23,2%) orang. Kejadian preeklampsia pada grandemultigravida sebanyak 1 (1,8) orang dan pada ibu hamil normotensi sebanyak 3 (5,4%) orang (p=0,508). Hasil penelitian ini juga menunjukkan kejadian preeklampsia pada nullipara sebanyak 11 (19,6%) orang dan ibu hamil normotensi sebanyak 13 (23,2%) orang. Kejadian preeklampsia pada multipara sebanyak 17 (30,4%) orang dan pada ibu hamil normotensi sebanyak
Kesimpulan: Rerata kadar MDA pada penderita preeklampsia berat adalah 3,88 nmol/ml (SD=0,1) sedangkan pada ibu hamil normotensi adalah 1,04 nmol/ml (SD= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa kadar MDA lebih tinggi secara bermakna dibanding rerata kadar MDA pada ibu hamil normotensi dengan nilai p<0,001.
COMPARISON OF MALONDIALDEHYDE (MDA) LEVELS IN SEVERE
PREECLAMPSIA AND NORMOTENSIVE PREGNANCY
IN ADAM MALIK GENERAL HOSPITAL
AND SATELLITE HOSPITALS
M. Rhiza Z. Tala, Christoffel L. Tobing, Yusuf R. Surbakti, Herbet Sihite, Deri Edianto, Tigor P H
Department of Obstetrics and Gynecology, Faculty of Medicine University of Sumatera Utara, Medan,Indonesia, 2013
ABSTRACT
Objective
: to know the comparison of malondialdehyde (MDA) levels in severe preeclampsia
and normotensive pregnancy, where MDA is one sign of endothelial damage.
Methods:
This study was cross-sectional study. Analysis of the study variables with bivariate
analysis method is Chi-square; correlation between MDA with increased blood pressure patients
are numerical data expressed in the Spearman correlation coefficient (r). The research was
conducted on maternity and outpatient units of pregnant women Adam Malik Hospital and
Sentinel Hospitals. The study was started in May 2012 until minimum sample size is met. The
sample was 56 people that all pregnant women are examined pregnancy in obstetrics clinics and
hospital emergency rooms of Adam Malik Hospital and Sentinel Hospitals. Inclusion criteria
include single fetus, multigravida or primigravida with gestational age >20 weeks, severe
preeclampsia, normotensive pregnancies as controls, exclusion criteria was damaged or faulty
blood during blood sampling procedure.
background normotensive by 15 (26.8%) people, junior high school 7 (12.5%) people, primary
school 3 (5.4%) people, and scholars 3 (5.4% ) people (p = 0.570). The mean systolic blood
pressure in patients with preeclampsia is 181.78 mm Hg (SD = 9.4) with a diastolic blood
pressure of 98.57 mm Hg (SD = 5.9) (p <0.001). Mean MDA levels in patients with severe
preeclampsia was 3.88 nmol / ml (SD = 0.1) whereas the normotensive pregnant women was
1.04 nmol / ml (SD = 0.05), p <0.001. Spearman correlation test results showed a very strong
correlation between the degree of systolic and diastolic pressure with MDA levels (correlation
coefficient = 0.879 systolic and diastolic = 0.885) in which the diastolic blood pressure is more
strongly correlated than the systolic blood pressure.
Conclusions
: The mean levels of MDA in patients with severe preeclampsia was 3.88 nmol / ml
(SD = 0.1) whereas the normotensive pregnant women was 1.04 nmol / ml (SD = 0.05),
indicating that MDA levels more significantly higher than average levels of MDA in
normotensive pregnant women with a p value <0.001.
Latar Belakang
Kehamilan normal merupakan
keadaan yang selalu diiringi dengan kebutuhan
metabolik yang tinggi dan peningkatan
kebutuhan oksigenasi jaringan yang akan
berujung pada suatu keadaan stress oksidatif
dan perlawanan dari anti oksidan. Peroksida
lipid, misal substansi reaktif asam tiobarbiturat
meningkat secara signifikan pada sirkulasi
maternal. Penelitian terdahulu melaporkan
adanya level sirkulasi yang tinggi dari
peroksida lipid dalam kehamilan dan
preeklampsia. Kehamilan juga memiliki efek
terhadap aktifitas enzim anti oksidan maternal.
Aktifitas glutation peroksidase dan
superoksida dismutase diketahui mengalami
penurunan selama trimester kedua kehamilan.
Preeklampsia sendiri adalah gangguan
yang terjadi pada wanita hamil yang berefek
pada maternal dan fetal. Selain itu masih
merupakan penyebab utama mortalitas dan
morbiditas maternal dan perinatal sampai lima
kali lipat setelah pendarahan dan infeksi. 1
Di
Indonesia preeklampsia-eklampsia memiliki
insidensi 3-10 %.
Pada preeklampsia dan eklampsia
akan terjadi perubahan – perubahan anatomi
dan fisiologi pada berbagai organ seperti
sistem hemodinamik, ginjal, retina, dan kimia
darah. Berbagai macam aspek biokimia sangat
erat hubungannya dengan preeklampsia.
Kondisi nutrisi yang baik sebelum hamil
memegang peranan yang penting dalam
mencegah terjadinya preeklampsia. Diantara
parameter biokimia yang turut berpengaruh
adalah kadar malondialdehid ( MDA ) yang
merupakan produk kerusakan oksidatif.
2,3,4
Konsep terbaru tentang preeklampsia
difokuskan pada disfungsi endotel pembuluh
darah sebagai faktor yang terlibat pada
patogenesis preeklampsia. Keterlibatan radikal
bebas pada preeklampsia mungkin
berhubungan dengan disfungsi endotel. Efek
metabolisme lipid peroksidase menyebabkan
ketidakseimbangan produksi prostasiklin dan
tromboksan yang ditandai dengan gangguan
tekanan darah dan proses koagulasi. 2,3,4
Pada beberapa penelitian didapatkan
kadar lipid yang lebih tinggi pada
preeklampsia dibandingkan pada kehamilan
normal. Kenaikan kadar lipid dapat menaikkan
kerentangan asam lemak terhadap kerusakan
yang disebabkan proses peroksidasi oleh
radikal bebas yang ditandai dengan kenaikan
MDA. Beberapa peneliti melaporkan adanya
kenaikan MDA dan hasil produksi lipid
peroksidase yang lain pada preeklampsia.
Adanya hiperlipidemia juga dapat menaikkan
lipid peroksidase lewat mekanisme stres
oksidasi pada preklampsia.
5
Stres oksidatif terjadi karena
ketidakseimbangan antara produksi radikal
bebas dan pertahanan antioksidan, Sehingga
mengakibatkan kerusakan molekul-molekul
seperti lemak, protein, dan asam nukleat.
Lipoprotein atau membran secara khusus akan
mengalami proses peroksidasi lemak sehingga
akan mengakibatkan berbagai produk seperti
aldehid rantai pendek (malondialdehida atau
4-hidroksinonenal), alkana, alkena, diena
dan hidroperoksida. Berdasarkan paparan
diatas, diduga akan terjadi peningkatan
penanda stress oksidatif, salah satunya
malondialdehid (MDA) pada kejadian
preeklampsia.
Sehubungan dengan masih sangat
rendahnya usaha profilaktik dan terapeutik
dalam manajemen preeklampsia, pencarian
terhadap metode diagnostik non invasif, yang
bersumber dari darah maupun urin, yang dapat
memprediksi perkembangan dari gangguan
kehamilan yang mengancam nyawa ini masih
sangat menjadi tantangan bagi para klinisi.
Adanya biomarker tersebut membawa
pengaruh yang sangat signifikan bagi
manajemen preeklampsia yang tidak hanya
bermanfaat bagi ibu juga pada janin, lebih jauh
akan berdampak pada biaya pemeliharaan
kesehatan nantinya. Sejak bertahun tahun yang
lalu, biomarker potensial bagi keadaan ini
telah banyak diteliti, berdasarkan akan
patofisiologi yang mendasarinya, misalnya
disfungsi plasenta, respon inflamasi sistemik,
disfungsi endotel, stress oksidatif, dan aktivasi
dari sistem koagulasi. 6,7,8
9 Maka dari latar
belakang tersebut didapatkan pertanyaan
penelitian, bagaimana kadar malondialdehid
(MDA) pada preeklampsia berat dibandingkan
pada ibu hamil dengan normotensi?
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian potong
lintang (
cross sectional study
). Analisis
variabel penelitian dengan metode analisis
bivariat adalah
Chi-square
; Korelasi antara
kadar MDA dengan kenaikan tekanan
darah pasien yang merupakan data
numerik dinyatakan dalam koefisien
korelasi Spearman (r). Tempat penelitian
adalah pada kamar bersalin dan unit rawat
jalan ibu hamil Rumah Sakit H Adam
Malik dan RS jejaringnya. Waktu
penelitian adalah mulai Mei 2012 hingga
jumlah sampel minimal terpenuhi. Besar
sampel sebanyak 56 orang yaitu semua ibu
hamil yang memeriksakan kehamilannya
di klinik kebidanan dan ruang gawat
darurat Rumah Sakit H Adam Malik dan
RS jejaringnya. Kriteria inklusi meliputi
hamil tunggal, primigravida maupun
multigravida dengan usia kehamilan > 20
minggu, preeklampsia berat, kehamilan
normotensi sebagai kontrol, kriteria
eksklusi apabila penderita yang hasil
darahnya rusak atau kesalahan prosedur
pada saat pengambilan darah
.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Karakteristik Subjek Penelitian Tabel 1. Karakteristik subjek penelitian
DIAGNOSIS
p-value Normotensi
N(%)
PEB
N(%)
UMUR 19-35
>35
25(44,6%) 21(37,5%) 0,16
3(5,4%) 7(12,5%)
Multigravida
Grandemultigravida
13(23,2%)
3(5,4%)
16(28,6%)
1(1,8%)
0,508
PARITAS Nullipara
Multipara
13(23,2%) 11(19,6%) 0,589
15(26,8%) 17(30%)
RIWAYAT
ABORTUS
Tidak Pernah
Pernah
22(39,3%) 25(44,6%) 0,275
6(10,7%) 3(5,4%)
PENDIDIKAN Sarjana 3(5,4%) 3(5,4%)
0,570
SLTA 15(26,8%) 12(21,4%)
SMP 7(12,5%) 6(10,7%)
SD 3(5,4%) 7(12,5%)
Tabel 2. Perbandingan Usia Kehamilan
dengan diagnosis PEB
DIAGNOSIS Mean N
Std.
Deviation
p-value
Usia
Kehamilan
Normotensi 35,8571 28 3,36336 0,193
PEB 34,6429 28 3,52992
Rerata (SD) usia kehamilan kelompok
normotensi adalah 35,8 (3,36) minggu
sedangkan rerata (SD) usia kehamilan
kelompok preeklampsia adalah 34,6 (3,5)
minggu. Secara statistik didapatkan nilai
p=0,193, yang berarti bahwa tidak ada
hubungan antara umur kehamilan dengan
diagnosis PEB.
Dhanardono pada penelitiannya di tahun 2004 mendapatkan rerata umur
kehamilan kelompok normotensi adalah 36,5
(2,05) minggu sedangkan rerata umur
kehamilan kelompok preeklampsia adalah 36,8
(2,90) minggu, dan pada penelitian ini tidak
didapati perbedaan yang bermakna rerata umur
kehamilan pada kedua kelompok.
Hasil penelitian ini menunjukkan
kejadian preeklampsia pada primigravida
sebanyak 11 (19,6%) orang dan pada ibu
hamil normotensi sebanyak 12 (21,4%) orang.
Kejadian preeklampsia pada multigravida
sebanyak 16 (28,6%) orang dan pada ibu
hamil normotensi sebanyak 13 (23,2%) orang.
Kejadian preeklampsia pada
grandemultigravida sebanyak 1 (1,8) orang
dan pada ibu hamil normotensi sebanyak 3
(5,4%) orang. Secara statistik didapatkan nilai
p=0,508, yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara gravida dengan
diagnosis PEB.
24
Hasil penelitian ini juga menunjukkan
kejadian preeklampsia pada nullipara
sebanyak 11 (19,6%) orang dan pada ibu
hamil normotensi sebanyak 13 (23,2%) orang.
Kejadian preeklampsia pada multipara
sebanyak 17 (30,4%) orang dan pada ibu
hamil normotensi sebanyak 15 (26,8%) orang.
Kejadian preeklampsia pada grandemultipara
tidak dijumpai begitu juga dengan ibu hamil
normotensi. Secara statistik didapatkan nilai
p=0,589, yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara paritas dengan
diagnosis PEB.
Sebuah penelitian Kohort sejak tahun
1966 - 2002 yang dilakukan oleh Duckitt
mendapatkan bahwa nullipara meningkatkan
resiko preeklampsia sebanyak 3 kali lipat dari
rasio untuk nulipara dari dua penelitian kohort
lainnya.
Pada penelitian ini menunjukkan
kejadian abortus pada ibu hamil normotensi
lebih tinggi dari pada preeklampsia sebanyak 6
(10,7%) orang sedangkan pada ibu hamil
dengan preeklampsia sebanyak 3 (5,4%)
orang. Secara statistik didapatkan nilai
p=0,275, yang berarti tidak ada hubungan
yang bermakna antara kejadian abortus dengan
diagnosis PEB. 25
Senada dengan penelitian yang
dilakukan oleh Saftlas, dkk pada tahun 2002,
didapatkan bahwa rerata kejadian
preeklampsia lebih rendah pada wanita dengan
riwayat abortus sebelumnya, tetapi tanpa
adanya perubahan paternal (suami yang sama),
sedang pada kelompok dengan riwayat abortus
sebelumnya yang sudah mengalami perubahan
paternal (bukan dari suami terdahulu), rerata
kejadian preeklampsia didapatkan sama
nilainya dengan wanita tanpa riwayat abortus
sebelumnya.26
Latar belakang pendidikan pada
kelompok preeklampsia berat terbanyak
adalah tamatan SLTA sejumlah 12 (21,4%)
orang, diikuti pendidikan dasar SD 7 (12,5%)
orang, sarjana sebanyak 3 (5,4%) orang dan
SMP sebanyak 6 (10,7%) orang. Sedangkan
pada kelompok normotensi berlatar belakang
pendidikan SLTA sebanyak 15 (26,8%) orang,
SMP 7 (12,5%) orang, pendidikan dasar SD
sebanyak 3 (5,4%) orang, dan sarjana
sebanyak 3 (5,4%) orang. Secara statistik
didapatkan nilai p=0,570, yang berarti tidak
ada hubungan yang bermakna antara
pendidikan dengan kejadian PEB.
Silva, dkk di Belanda pada tahun 2008 mendapatkan wanita dengan tingkat
pendidikan yang lebih rendah lebih sering
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan
tingkat pendidikan yang lebih tinggi, sehingga
tingkat pendidikan (faktor sosioekonomi)
menjadi salah satu faktor resiko yang berat
terjadinya preeklampsia.28
Tekanan Darah Preeklampsia Berat dan Ibu Hamil Normotensi
Perbandingan tekanan darah penderita
preeklampsia berat dengan ibu hamil
normotensi ditampilkan pada tabel berikut.
Tabel 3. Perbandingan tekanan darah antara preeklampsia
berat dengan ibu hamil normotensi
DIAGNOSIS N Mean
Std.
Deviation
p-value
TEKANAN
SISTOLIK
PEB 28 181,7857 9,44911 <0,001
Normotensi 28 116,0714 9,16486
TEKANAN
DIASTOLIK
PEB 28 98,5714 5,90937 <0,001
Normotensi 28 73,9286 6,85257
Pada tabel, rerata tekanan sistolik pada
penderita preeklampsia adalah 181,78 mmHg
(SD=9,4) dengan tekanan darah diastolik
98,57 mmHg (SD=5,9) adalah lebih tinggi
secara bermakna dibanding rerata tekanan
sistolik maupun diastolik pada ibu hamil
Penelitian yang dilakukan oleh
Tug,dkk pada tahun 2003 di Turki pada 20 wanita dengan preeklampsia dan 20 wanita
normotensi mendapatkan rerata tekanan darah
sistolik sebesar 164 + 14 mmHg dan diastolik
sebesar 114+5 mmHg pada kelompok
preeklampsia, sedang rerata tekanan darah
sistolik sebesar 116 + 12 mmHg dan diastolik
sebesar 74 + 6 mmHg pada kelompok
normotensi.
Sedang Marbut, dkk pada tahun
2007-2008 pada penelitiannya mendapatkan
rerata tekanan darah sistolik sebesar 149,3 +
7,7 mmHg dan diastolik sebesar 98+9,6
mmHg pada kelompok preeklampsia, sedang
rerata tekanan darah sistolik sebesar 114,5+0,4
mmHg dan diastolik sebesar 70,5+10,4 mmHg
pada kelompok normotensi. 29
Lain halnya dengan North, dkk pada
tahun 2011 pada penelitiannya terhadap 186
pasien preeklampsia dan 3343 pasien
normotensi mendapatkan rerata tekanan darah
sistolik sebesar 164 mmHg dan diastolik
sebesar 104 mmHg pada kelompok
preeklampsia, sedang rerata tekanan darah
sistolik sebesar 122 mmHg dan diastolik
sebesar 75 mmHg pada kelompok
normotensi.
30
23
Perbandingan Kadar MDA pada Preeklampsia Berat dengan Normotensi.
Tabel 4. Perbandingan kadar MDA antara
preeklampsia berat dengan ibu hamil
normotensi
DIAGNOSIS N Mean Std.
Deviation
p-value
KADAR
MDA
PEB 28 3,8761 0,10486 <0,001
Normotensi 28 1,0400 0,05004
Pada tabel, rerata kadar MDA pada
penderita preeklampsia berat adalah 3,88
nmol/ml (SD=0,1) sedangkan pada ibu hamil
normotensi adalah 1,04 nmol/ml (SD= 0,05),
hal ini menunjukkan bahwa kadar MDA lebih
tinggi secara bermakna dibanding rerata kadar
MDA pada ibu hamil normotensi dengan nilai
p<0,001.
John kennedy pada tahun 2012 di Nigeria dalam penelitiannya pada 100 pasien
preeklampsia dibandingkan dengan 100
kontrol, didapatkan bahwa kadar MDA pada
kelompok preeklampsia berkisar antara 3,91 +
0,86 nmol/ml sedang pada kelompok
normotensi didapatkan kadar MDA berkisar
antara 1,68 + 0,73 nmol/ml.
Tug, dkk pada penelitiannya mendapatkan kadar Malondialdehyde pasien
preeklampsia berkisar antara 1,9 + 0,2
nmol/ml, sedang pada pasien normotensif
kadarnya berkisar antara 0,84 + 0,2 nmol/ml. 32
29
Korelasi Antara Kadar MDA dengan Tekanan Darah.
Tabel 5. Korelasi antara kadar MDA dengan
tekanan darah sistolik
Value
Asymp.
Std.
Errora
Approx.
Tb
Approx.
Spearman
Correlation
0,879 0,004 13,535 ,000c
Jumlah kasus 56
Tabel 6. Korelasi antara kadar MDA dengan
tekanan darah diastolik
Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig. Spearman Correlation
0,885 0,012 13,971 ,000c
Jumlah kasus 56
Hasil uji korelasi Spearman
menunjukkan adanya korelasi derajat sangat
kuat antara tekanan sistolik dan diastolik
dengan kadar MDA (koefisien korelasi
sistolik=0,879 dan diastolik=0,885) dimana
tekanan darah diastolik mempunyai korelasi
yang lebih kuat dari pada tekanan darah
sistolik.
Kesimpulan
Rerata kadar MDA pada penderita
preeklampsia berat adalah 3,88 nmol/ml
(SD=0,1) sedangkan pada ibu hamil
normotensi adalah 1,04 nmol/ml (SD= 0,05),
hal ini menunjukkan bahwa kadar MDA lebih
tinggi secara bermakna dibanding rerata kadar
MDA pada ibu hamil normotensi dengan nilai
p<0,001.
DAFTAR PUSTAKA
1. Olayaki LA, Ajao SM, Jimoh GAA,
Aremu IT, Soladoye AO. Effect of Vitamin C on Malondialdehyde (MDA) in Pregnant Nigerian Women. Journal of Basic and Applied Sciences,2008, 4(2);105-108.
2. Pridjian G, Puschett JB. Preeclampsia. Part 1 : Clinical and pathophysiologic considerations. Obstetrical and Gynecological Survey 2002: 57; p. 598-618
3. Mabies WC, Sibai BM. Hypertensive states of pregnancy. Ln: Decherney AH, Nathan L. Current obstetric & gynecologic. Diagnosis & treatment. 9th
4. Cunningham FG, Gant NF, Leveno
KJ, Gilstrap LC, Hauth JC, Wenstrom KD. Williams Obstetrics. 21th ed. New York; McGraw-Hill; 2001: p.35-639.
ed. New York: The Mc Graw-Hill Companies, 2003: p. 338-53.
5. Peaceman, Alan M and Rehnberg
Karen. The immunologlobulin G fraction from plasma containing antiphospholipid antibodies causes increased placental tromboxane production. American J Obstetric and Gynaecology; 1992: 159; p. 908-14.
6. Peaceman, Alan M and Rehnberg
Karen. The immunologlobulin G fraction from plasma containing antiphospholipid antibodies causes increased placental tromboxane production. American J Obstetric and Gynaecology; 1992: 159; p. 908-14.
7. Carl A. Hubel I. Magee-womens
Researsch Institute and the department obstetric and gynecology and reproductive since, university of Pitsburgh. Oxidative Stress in the pathogenesis of preeclampsia. Available
from:http://www.oxiline.com.br/down load/oxiestres-eklampsia.pdf.
8. Hubel Ca. Oxidative stress in
9. Grill S, et al. Potential Markers of Preeclampsia. Reproductive Biology and Endocrinology, 2009,7:70
10. Andersen UD, Olsson MG, Rutardottir
S, et al. Fetal Hemoglobin and α-1
microglobulin as first- and early
second- trimester predictive
biomarkers for preeclampsia. Am J Obstet Gynecol 2011;204:520.e1-5 11. Rappaport VJ et al. Antivaskular
endothelial cell antibodies in severe preeclampsia. Am J Obstet and Gynecol, 1999 : p. 222-35
12. Walsh SW, Vaughan JE, Wang Y. Plasental isoprostane is significantly increased in preeclampsia, the FASEB Journal, 2000; 14: p. 1289-96.
13.Asj’ari SR Soefoewan S,
Siswosoedarmo HR, Prasetyastuti. Ketidakseimbangan oksidan dan anti oksidan pada preeclampsia, persalinan preterm dan berat badan lahir rendah. Project grant Quality for undergraduate education 2000. Fakultas kedokteran UGM Yogyakarta.
14.Hatice Pasouglu, Bulduk G, Ogus E. Nitric oxide, lipid peroxides (MDA), and uric acid levels in pre-eclampsia and eclampsia, Tohoku J.Exp. Med., 2004: 202; p. 87-92.
15. Adiga U, D’souza V, Kamath A,
Mangalore N. Antioxidant activity and lipid peroxidation in preeclampsia. J Chin Med Assoc 2007, 70(10);435-438
16. Gupta S, et al. Lipid peroxidation and Antioxidant Status in Preeclampsia. CME Review Article 2009, 64(11);750-759
17. Khosrowbeygi A, Lorzadeh N,
Ahmadvand H. Lipid peroxidation is not associated with adipocytokines in preeclamptic women. Iranian Journal of Reproductive Medicine 2011, 9(2);113-118
18. Sharma JB, Sharma A, Bahadur A,
Vimala N, Satyam A, Mittal S. Oxidative stress markers and antioxidant levels in normal pregnancy and preeclampsia. International Journal of Gynecology and Obstetrics 2006, 94;23-27.
19. Rodrigo R, et al. Pathophysiological basis for the prophylaxis of preeclampsia trough early supplementation with antioxidant vitamins.
20. Niedernhofer LJ, Daniels JS, Rouzer CA, Greene RE, Marnett LJ. Malondialdehyde, a product of Lipid Peroxidation, is mutagenic in human cells. The Journal of Biological Chemistry 2003, 278(33);31426-31433
21. Basbug M, et al. Maternal erythrocyte malondialdehyde level in preeclampsia prediction : a longitudinal study. Journal of Perinatal Medicine 2005, 31(6).
22. Nofira Helwi, Serudji Joserizal. Perbandingan kadar
Malondialdehid(MDA) pasien preeclampsia berat dengan ibu hamil
normal. Kumpulan makalah / KOGI XII POGI cabang Padang, Jogjakarta 2003.
23. North RA, et al. Clinical risk
prediction for pre-eclampsia in nulliparous women. Development of model in international prospective cohort. BMJ 2011, 342:d1875
24. Dhanardono RMD. Kadar
Malondialdehid ( MDA ) pada preeklampsia berat. Tesis. Departemen Obstetri dan Ginekologi FK UNDIP, 2004.
25. Duckitt K, Harrington D. Risk factors for pre-eclampsia at antenatal booking: systematic review of controlled studies. BMJ, doi:10.1136/bmj.38380.674340.E0
26. Saftlas AF. Abortion, Changed
Paternity, and Risk of Preeclampsia in Nulliparous Women. Am J Epidemiol 2003,157;1108-1114.
27. Chang P, Chu L, Hsieh W, Chuang Y, Lin S, Chen P. Working hours and risks of gestational hypertension and pre-eclampsia. Occupational medicine, 2010,60;66-71
28. Silva LM, et al. Low socioeconomic status is a risk factor for preeclampsia; the Generation R study. J Hypertens 2008, 26(6);1200-8
plasma homocysteine and malondialdehyde levels in preeclampsia. Neuroendocrinol left 2003, 24(6); 445-448
30. Marbut MM, Majeed BM, Rahim SM, Yuusif MN. Estimation of malondialdehyde as oxidative factor & glutathione as early detectors of hypertensive pregnant women. Tikrit Medical Journal 2009, 15(2):63-69 31. Haque S, Zaheer S, Koshy A.
Malondialdehyde : an Efficient marker of target organ dysfunction in hypertension. JMRP 2012, 1(4);76-79 32. Johnkennedy N, Augustin I, Ifeoma