HUBUNGAN
HUBUNGAN
HUBUNGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN DENGAN
DENGAN
DENGAN
DENGAN KEJADIAN
KEJADIAN
KEJADIAN
KEJADIAN
MEROKOK
MEROKOK
MEROKOK
MEROKOK PADA
PADA
PADA
PADA PELAJAR
PELAJAR
PELAJAR
PELAJAR SMPN
SMPN
SMPN
SMPN 1111 PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN
Skripsi SkripsiSkripsiSkripsi
Diajukan ke Fakultas Kedokteran Universitas Andalas sebagai pemenuhan salah satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Kedokteran
oleh oleh oleh oleh
DOPPY
DOPPYDOPPYDOPPY ANDIKAANDIKAANDIKAANDIKA No.BP.
No.BP.No.BP.No.BP. 1010312047101031204710103120471010312047
FAKULTAS FAKULTAS FAKULTAS
FAKULTAS KEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERANKEDOKTERAN UNIVERSITAS
UNIVERSITAS UNIVERSITAS
UNIVERSITAS ANDALASANDALASANDALASANDALAS PADANG
ABSTRAK ABSTRAKABSTRAKABSTRAK
HUBUNGAN
HUBUNGAN
HUBUNGAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN
PENGETAHUAN DENGAN
DENGAN
DENGAN
DENGAN KEJADIAN
KEJADIAN
KEJADIAN
KEJADIAN
MEROKOK
MEROKOK
MEROKOK
MEROKOK PADA
PADA
PADA
PADA PELAJAR
PELAJAR
PELAJAR
PELAJAR SMPN
SMPN
SMPN
SMPN 1111 PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN
Oleh
Doppy Doppy Doppy
Doppy AndikaAndikaAndikaAndika
Indonesia menempati urutan kelima negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan urutan ketiga negara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Tahun 2010, penduduk Indonesia berusia >15 tahun yang merokok sebesar 28,2%. Untuk kelompok usia <15 tahun terjadi peningkatan jumlah perokok, peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun, Sumatra Barat merupakan provinsi tertinggi di yaitu 27,7%. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi prilaku merokok pada remaja adalah tingkat pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang rokok dengan kejadian merokok pada pelajar SMPN 1 Pariaman.
Penelitian ini bersifat analitik dengan menggunakan pendekatan desain
cross sectional, di SMPN 1 Pariaman pada bulan Mei 2013 hingga Januari 2014. Data yang dikumpulkan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner kepada seluruh sampel. Uji statistik dilakukan untuk membandingkan antara variabel dependen dan independen menggunakan ‘Chi-Square’ dengan derajat kepercayan 95%.
ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT ABSTRACT
THE
THE
THE
THE RELATIONSHIP
RELATIONSHIP
RELATIONSHIP
RELATIONSHIP BETWEEN
BETWEEN
BETWEEN
BETWEEN KNOWLEDGE
KNOWLEDGE
KNOWLEDGE
KNOWLEDGE WITH
WITH
WITH
WITH
SMOKING
SMOKING
SMOKING
SMOKING INCIDENCE
INCIDENCE
INCIDENCE
INCIDENCE ON
ON
ON
ON SMPN
SMPN
SMPN
SMPN 1111 PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN
PARIAMAN STUDENTS
STUDENTS
STUDENTS
STUDENTS
By
Doppy Doppy Doppy
Doppy AndikaAndikaAndikaAndika
Indonesia ranks fifth highest cigarette consuming country and the third country with the largest number of smokers in the world. In 2010, Indonesia's population aged> 15 years who smoked was 28.2%. For the age group <15 years, there is an increase in the number of smokers, the highest increase in the age group 10-14 years, West Sumatra is 27.7% higher. One of the main factors that influence smoking behavior in adolescents is knowledge level. The goal of this research is to see the relationship between the knowledge about cigarette and the smoking incidence on students at SMPN 1 Pariaman.
This research was a cross-sectional analytic study at SMPN 1 Pariaman that was conducted in Mei 2013 until January 2014. The data was collected from primary data using questionnaires to the entire sample. Statistical test was performed to compare between the dependent and independent variables using the 'Chi-Square' with a 95% confidence level.
BAB BABBABBAB 1111 PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1 1.1
1.11.1 LatarLatarLatarLatar BelakangBelakangBelakangBelakang
Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda
sekitar dua abad yang lalu dan penggunaannya pertama kali oleh masyarakat
Indonesia dimulai ketika elit lokal Indonesia meniru kebiasaan merokok bangsa
Belanda. Kata merokok yang diambil dari bahasa Belanda roken mulai dikenal
saat itu (Achadi, 2005). Merokok merupakan kegiatan menghisap tembakau yang
dibakar kedalam tubuh dan menghembuskan kembali keluar (Amstrong, 1991).
Lebih dari 3000 jurnal dan penelitian yang dipublikasikan sejak tahun
1970-an menunjukkan bahaya merokok terhadap kesehatan manusia namun
ironisnya sejak tahun 1998 hingga sekarang, Indonesia menempati urutan kelima
negara pengkonsumsi rokok terbanyak dan urutan ketiga negara dengan jumlah
perokok terbanyak di dunia. World Health Organization (WHO) memprediksi
bahwa tahun 2020, penyakit yang disebabkan oleh rokok akan mengakibatkan
kematian sekitar 8,4 juta jiwa di seluruh dunia dan setengahnya berasal dari
wilayah Asia (WHO, 2008).
Departemen Kesehatan Indonesia menyatakan sebanyak 10% atau sekitar
200.000 jiwa dari total kematian di Indonesia disebabkan oleh rokok. Diantara
lima faktor penyebab kematian pada tahun 2020, empat diantaranya memiliki
keterkaitan dengan kebiasaan merokok dan dua dari empat penyakit ini terdapat
Data WHO tahun 2008 menunjukkan terdapat 1.250 milyar perokok
dewasa dengan usia di atas 15 tahun di seluruh dunia dan dari jumlah tersebut
sebanyak 250 juta adalah perempuan. Data prevalensi perokok dewasa usia di
atas 15 tahun di dunia adalah sebesar 24% dengan 40% laki-laki dan 9%
perempuan.
Tingkat konsumsi rokok di Indonesia terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Selama kurun waktu antara tahun 1970 hingga 2000, konsumsi
rokok di Indonesia meningkat tujuh kali lipat dari 33 milyar batang menjadi 217
milyar batang. Pada tahun 2008 menjadi 240 milyar batang rokok pertahun.
Dengan jumlah perokok di Indonesia lebih dari 60 juta dan konsumsi rokok yang
mencapai 240 milyar batang pertahun, maka dapat dikalkulasi konsumsi rokok
rata-rata per hari yaitu 10,95 batang (WHO, 2010).
Untuk jumlah penduduk Indonesia merokok yang berusia >15 tahun setiap
hari sebanyak 27,2%, yang kadang-kadang merokok sebanyak 6,1%, dan mantan
perokok 3,7%. Jumlah perokok laki-laki sebesar 64%, sedangkan perempuan
4,9% (Riskesdas, 2007). Pada tahun 2010, penduduk Indonesia berusia >15tahun
yang merokok sebesar 28,2%, kadang-kadang merokok sebesar 6,5%, dan mantan
perokok sebesar 5,4%. Jumlah perokok laki-laki sebesar 65,9% dan perempuan
sebesar 4,2% (Riskesdas, 2010).
Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dari sepuluh provinsi
dengan jumlah perokok terbesar di Indonesia. Persentase penduduk yang merokok
mencapai 38,4%. Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk usia di
berdasarkan jumlah perokok yang berusia 15-24 tahun yaitu mencapai 19%
(Riskesdas, 2010).
Berdasarkan data Riskesdas 2007, terjadi peningkatan jumlah perokok
antara tahun 1995 hingga 2007. Pada kelompok usia 10-14 tahun terjadi
peningkatan dari 0,3% menjadi 2%, usia 15-19 tahun 13,7% menjadi 18,8%, dan
usia 20-24 tahun 20,3% menjadi 32,8%. Berdasarkan data ini didapatkan
peningkatan tertinggi pada kelompok usia 10-14 tahun yang meningkat hampir 7
kali lipat.
Untuk usia pertama kali merokok berdasarkan data Riskesda tahun 2010;
5-9 tahun 1,7%, 10-14 tahun 17,5%, dan 15-19 tahun 43,3%. Sedangkan di
Sumatra Barat usia pertama kali merokok; 5-9 tahun 3,8%, 10-14 tahun 27,7%,
dan 15-19 tahun 42,1%. Di Indonesia, Sumatra Barat merupakan provinsi dengan
usia pertama merokok pada usia 10-14 tahun tertinggi yaitu 27,7%.
Oleh karena itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang kejadian
merokok di Sumatra Barat, khususnya di SMPN 1 Pariaman. Pada penelitian ini
dipilih siswa SMP yang merupakan kelompok usia 10-14 tahun, dengan
pertimbangan bahwa kelompok usia ini merupakan kelompok usia dengan
peningkatan jumlah perokok tertinggi dibandingkan kelompok usia lain, yaitu
hingga 7 kali lipat. Penelitian ini dilakukan di Sumatra Barat dengan
pertimbangan, Sumatra Barat merupakan provinsi dengan usia pertama merokok
10-14 tahun tertinggi di Indonesia, yaitu 27,7%. Salah satu alasan pemilihan Kota
Pariaman adalah kota yang memiliki angka kejadian penyakit jantung dan stroke
tertinggi ketiga dibandingkan kota lainnya di Sumatra Barat. Penyakit jantung dan
kelak diharapkan dengan penelitian ini prevalensi penyakit akibat rokok bisa
menurun di Kota Pariaman. Selain itu untuk usia pertama merokok 10-14 tahun,
Kota Pariaman merupakan kota yang memiliki jumlah ketiga tertinggi
dibandingkan kota lainnya di Sumatra Barat. Kota Pariaman memiliki empat
kecamatan, terdiri dari kecamatan; Pariaman Tengah, Pariaman Utara, Pariaman
Timur, dan Pariaman Selatan. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pariaman
tahun 2012 dan 2013 didapatkan beberapa penyakit akibat rokok, seperti; penyakit
PPOK, jantung, dan stroke tertinggi di Pariaman Tengah dibandingkan tiga
kecamatan lainnya. Selain itu di Pariaman Tengah juga memiliki angka kejadian
merokok tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya di Pariaman. Penelitian
dilakukan di SMPN 1 Pariaman yang memiliki angka kejadian merokok lebih
tinggi dibandingkan SMP lain di kecamatan Pariaman Tengah.
Perokok biasanya mulai merokok sejak usia remaja. Salah satu
pencegahan penyakit akibat rokok adalah pencegahan merokok pada usia muda
(Banerjee, 2009). Sehingga diharapkan penelitian ini dapat melakukan
pencegahan lebih dini merokok secara dini.
1.2 1.2
1.21.2 PerumusanPerumusanPerumusanPerumusan MasalahMasalahMasalahMasalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat
suatu rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana hubungan pengetahuan
dengan kejadian merokok pada pelajar SMPN 1 Pariaman.
1.3 1.3
1.31.3 TujuanTujuanTujuanTujuan PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian 1.3.1
1.3.1
1.3.11.3.1 TujuanTujuanTujuanTujuan UmumUmumUmumUmum
Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian merokok pada pelajar
1.3.2 1.3.2
1.3.21.3.2 TujuanTujuanTujuanTujuan KhususKhususKhususKhusus
1. Mengetahui gambaran karakteristik pelajar (usia dan jenis kelamin) yang
merokok di SMPN 1 Pariaman.
2. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kejadian merokok pada pelajar
SMPN 1 Pariaman.
1.4 1.4
1.41.4 ManfaatManfaatManfaatManfaat PenelitianPenelitianPenelitianPenelitian
1. Untuk ilmiah : dapat memberikan informasi mengenai hubungan
pengetahuan dengan kejadian merokok pada pelajar SMP.
2. Untuk masyarakat : dapat memberikan informasi mengenai faktor yang
dapat meningkatkan kejadian merokok pada kalangan pelajar SMP sehingga
masyarakat khususnya keluarga, dapat memberikan perhatian agar dapat
menjauhkan mereka dari rokok dan menurunkan jumlah perokok pada
kalangan tersebut.
3. Untuk pihak terkait, khususnya Departemen Kesehatan : dapat
menentukan upaya-upaya yang tepat dalam menyelesaikan masalah merokok