45
BAB IV
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Yurisdiksi universal bukan merupakan hal yang tabu dalam hukum
internasional dan hukum nasional. Terdapat banyak konvensi-konvensi
internasional yang menganut prinsip yurisdiksi universal. Eksistensi prinsip
yurisdiksi universal tidak hilang, bahkan belakangan ini semakin didorong oleh
masyarakat internasional seperti contohnya organisasi Amnesty Internasional dan
pakar-pakar hukum pembentuk Princeton Principles agar prinsip yurisdiksi
universal dikodifikasikan dalam suatu wadah hukum yang jelas.
Yurisdiksi universal dapat digunakan untuk mengadili pelaku-pelaku
kejahatan internasional yang sangat berat asalkan penggunaannya bertanggung
jawab dan memenuhi unsur-unsur kejahatan internasional berat yaitu :
a. Kejahatan tersebut mengganggu keamanan dan perdamaian dunia
internasional
b. Kejahatan tersebut memakan korban yang jumlahnya banyak
c. Kejahatan tersebut merupakan kejahatan yang sistematik, bukan
kejahatan yang tiba-tiba terjadi
d. Kejahatan tersebut merupakan pelanggaran HAM berat
Prinsip yurisdiksi universal selama digunakan secara benar dan tetap dalam
lingkupnya tidak akan mendapatkan persoalan berarti dari komunitas internasional
46
disebabkan karena seluruh komunitas internasional memerangi musuh yang sama
yaitu kejahatan-kejahatan yang tunduk dalam prinsip yurisdiksi universal.
Hal lainnya menurut penulis adalah yurisdiksi universal walaupun dianggap
sebagai hukum kebiasaan internasional, tetapi tetap harus berbentuk juga sebagai
hukum nasional khusus (prescriptive jurisdiction) suatu negara, sehingga suatu
tindakan terkait penggunaan asas yurisdiksi universal dapat dipertanggung
jawabkan secara hukum. Hukum nasional khusus tersebut dapat lahir dari perjanjian
internasional atau konvensi mengenai yurisdiksi universal.
1.2 Saran
Prinsip universal sebagai konsep untuk memerangi dan mencegah
kejahatan-kejahatan internasional yang sangat berat sudah cukup baik. Tetapi penulis
memberikan saran agar negara-negara di dunia membentuk suatu perjanjian untuk
menjelaskan lebih jelas lagi, kejahatan-kejahatan apa saja yang tunduk dalam
yurisdiksi universal dan batasan-batasan dalam prakteknya. Karena
kejahatan-kejahatan internasional semakin berkembang menurut perkembangan zaman.
Selain itu, jika sudah ada kesepakatan yang jelas antar negara-negara di dunia
tentang yurisdiksi universal, negara-negara di dunia akan lebih leluasa untuk
mempraktekan prinsip yurisdiksi universal dan diharapkan tidak memberikan "safe
heaven" atau tempat yang aman bagi para pelaku kejahatan internasional berat di
dunia ini.
Hal yang terakhir adalah kejahatan-kejahatan internasional yang serius sudah
47
narkoba, dan lain-lain. Kejahatan - kejahatan di atas merupakan kejahatan yang
sangat berbahaya bagi seluruh dunia internasional. Diharapkan di kemudian hari,
kejahatan-kejahatan tersebut juga dapat dimasukkan dalam lingkup yurisdiksi
universal. Sehingga, penggunaan asas yurisdiksi universal dapat mengisi
kekosongan yurisdiksi Pengadilan Internasional (ICC) yang hanya menganggap
empat kejahatan internasional yang tunduk pada yurisdiksinya.
Demi kehidupan yang lebih baik, lewat instrumen hukum ini, maka