• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Karyawan Garmen Bagian Produksi PT "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Karyawan Garmen Bagian Produksi PT "X" di Bandung."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

Karyawan Garmen Bagian Produksi PT “X” Di Bandung bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang lebih menyeluruh mengenai derajat stres pada karyawan garmen bagian produksi PT ”X” di Bandung.

Dalam penelitian ini, rancangan penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif dengan menggunakan metode survei. Pada metode survei, peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa. Populasi penelitian adalah karyawan garmen bagian produksi PT ”X” di Bandung sebanyak 50 orang yang berusia di antara 18 – 50 tahun. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner derajat stres yang dirancang oleh peneliti berdasarkan teori Luthans (2002)

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa hampir separuh (46%) dari karyawan garmen bagian produksi PT ”X” di Bandung memiliki derajat stres moderat, 34% responden memiliki derajat stres yang tinggi, dan 20% responden memiliki derajat stres yang rendah.

Tingkat derajat stres pada karyawan garmen bagian produksi di PT “X” Bandung paling banyak dipengaruhi oleh extraorganizational stressor, organizational stressor, dan individual stressor. Sedangkan group stressor tidak terlalu dihayati sebagai suatu tekanan oleh responden, karena kebanyakan karyawan bagian produksi memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan rekan kerja di dalam kelompok. Dengan demikian, pihak perusahaan disarankan untuk mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan dan imbalan bagi karyawan bagian produksi serta mengkaji ulang struktur dan pembagian tugas untuk karyawan bagian produksi.

Universitas Kristen Maranatha

(2)

Production Division’s Employees PT ”X” In Bandung aim to get a comprehensive understanding about stress degree at garment production division’s employees PT ”X” in Bandung

In this research, used research scheme is descriptive study using survey method. In this survey method, researcher develop the concept and collect the fact without do the hypothetic test. Research population are 50 garment production division’s employees PT ”X” in Bandung with age range between 18 and 50 years old. The used measurement tool is a Stress Degree Questionnaire which is design by the researcher based on Luthans Stress Theory (2002).

Based on the results of the research, it was concluded that almost a half (46%) garment production division’s employees PT ”X” in Bandung have a moderate stress degree, 34% respondents have a high stress degree, the rest, 20 %, have a low stress degree.

Stress Degree at garment production division’s employees PT ”X” in Bandung mostly caused by extraorganizational stressors, organizational stressors, and individual stressors. While the group stressors not so felt as a pressure by the respondents, because almost all the respondents have a good work relationships with other members of the group. And so, the company given advises to reconsider the increase of the employees welfare and the salary for the production division’s employees, and also to review the structure and production division’s employees jobs description.

Universitas Kristen Maranatha

(3)

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ……….. vii

DAFTAR BAGAN ………....………. x

DAFTAR TABEL ……….. xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian ... 9

1.3.1 Maksud Penelitian ... 9

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Teoretis... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis... 9

1.5 Kerangka Pikir... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1 Tinjauan tentang Stres Kerja ... 18

2.1.1 Pengertian Stres Kerja ... 18

2.1.2. Penyebab Stres ... 19

(4)

2.1.3. Dampak Dari Stres Kerja………..……… 30

2.1.4. Perbedaan Individual ……….. 36

2. 2 Tinjauan tentang Masa Dewasa... 38

2.2.1. Masa Dewasa Awal... 38

2.2.2. Masa Dewasa Tengah... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 41

3.1.1. Rancangan Penelitian... 41

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operacional ………...………. 41

3.2.1. Variabel Penelitian ... 41

3.2.2. Definisi Operasional ... 42

3.3. Alat Ukur ... 42

3.3.1. Kuesioner Stres Kerja ... 42

3.3.2. Sistem Penilaian Kuesioner Stres Kerja ... 44

3.3.3. Data Penunjang ... 45

3.4. Pengujian Alat Ukur ... 45

3.4.1. Validitas Alat Ukur ... 45

3.4.2. Reliabilitas Alat Ukur... 47

3.5. Populasi Sasaran, Karakteristik Sampel dan Teknik Sampling ... 48

3.5.1. Populasi Sasaran ... 48

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 48

3.5.3. Teknik Sampling ... 48

(5)

3.6. Teknik Analisis Data... 48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

4.1. Hasil Penelitian ……….. 50

4.1.1. Gambaran Responden ……… 50

4.1.2. Hasil Pengolahan Data ………... 52

4.1.2.1. Gambaran Derajat Stres Kerja Responden ... 52

4.1.2.2 Tabulasi Silang Derajat Stres Kerja Responden Dengan Sumber Stres... 53

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian ……….. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ……….. 70

5.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ………. 72

DAFTAR RUJUKAN ...……….. 73 LAMPIRAN A PROFIL PT GARMEN ”X”

LAMPIRAN B KUESIONER STRES KERJA

LAMPIRAN C PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

LAMPIRAN D TABEL TABULASI SILANG TINGKAT DERAJAT

STRES DENGAN FAKTOR PENUNJANG

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Skema Kerangka Pikir………..………. 16 Bagan 3.1. Skema Rancangan Penelitian ... 41

(7)

DAFTAR TABEL

Tebel 2.1. Tabel Perbedaan Karaketeristik Tipe A Dan Tipe B ... 25

Tabel 3.1. Tabel Indikator Stres Kerja ... 41

Tabel 3.2. Tabel Bobot Nilai Pertanyaan ... 42

Tabel 4.1. Rentang Umur Responden……… 50

Tabel 4.2. Jenis Kelamin Responden ……… 51

Tabel 4.3. Pendidikan Terakhir Responden ………. 51

Tabel 4.4. Status Pernikahan Responden ……….. 51

Tabel 4.5. Divisi Pekerjaan Responden ... 52

Tabel 4.6. Gambaran Stres Kerja Responden ... 52

Tabel 4.7. Tabulasi Silang Derajat Stres Tinggi Dengan Sumber Stres... 53

Tabel 4.8. Tabulasi Silang Derajat Stres Moderat Dengan Sumber Stres .... 53 Tabel 4.9. Tabulasi Silang Derajat Stres Moderat Dengan Sumber Stres … 54

(8)

LAMPIRAN A

(9)

PT “X” sudah menjalankan usahanya sejak tahun 1997. Berawal dari pengalaman suami (alm.) yang bekerja di perusahaan garmen lain selama sembilan tahun sebagai karyawan marketing, dan berhenti kerja ketika diangkat menjadi direktur di perusahaan tersebut. Setelah keluar dari perusahaan lama tempatnya bekerja, beliau mendirikan sendiri perusahaan garmen bersama istrinya. Berangkat dari pengalaman suami yang bekerja sebagai marketing di perusahaan garmen, maka tidaklah sulit mencari order sendiri ke agen-agen dan buyer.

PT “X” yang awalnya hanya bangunan kecil, perlahan-lahan mampu membesarkan bangunannya. Kini, PT “X” tidak hanya memiliki pasar lokal, tetapi juga bisa merambah pasar luar (ekspor) seperti Belgia, Jerman, dan Rusia.

Visi dan Misi PT “X”

PT “X” memiliki visi yaitu ingin menjadi perusahaan yang berkembang dan mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar. Meskipun tidak memiliki pabrik yang besar namun mampu memiliki alat-alat dan mesin-mesin canggih, yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan-perusahaan besar karena kebanyakan masih manual dalam produksinya.

(10)

LAMPIRAN B

(11)

KATA PENGANTAR

Saudara yang terhormat,

Kuesioner yang berisi daftar pertanyaan ini disusun untuk mengumpulkan

data dalam rangka penyusunan tugas akhir pada program studi Sarjana Psikologi,

Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Tujuan penelitian tugas akhir ini adalah memperoleh gambaran secara

rinci mengenai Derajat Stres Kerja pada Karyawan Produksi Garmen PT “X” di

Bandung. Dengan kuesioner ini diharapkan dapat diketahui derajat Stres Kerja

pada Karyawan Produksi Garmen PT ”X” di Bandung.

Jawaban yang diberikan oleh Saudara tidak ada yang dikatakan salah atau

benar. Oleh karena itu peneliti berharap, Saudara dimohon mengisinya sesuai

dengan keadaan Saudara yang sebenarnya, jangan terpengaruh oleh pihak

manapun juga. Peneliti berharap Saudara mengisi kuesioner ini dengan spontan,

jujur, teliti dan lengkap. Ketidaklengakapan jawaban berdampak pada pengolahan

lebih lanjut.

Semua data akan dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berpengaruh

apa-apa terhadap pekerjaan Saudara karena data yang didapa-apat hanya akan digunakan

untuk kepentingan penelitian ini.

Atas kesediaan Saudara meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini,

peneliti mengucapkan terima kasih.

SELAMAT BEKERJA

Bandung, Januari 2009

(12)

DATA PRIBADI

Jenis Kelamin : P / L *)

Usia :

Pendidikan Terakhir :

Status Pernikahan :

□ Menikah, dengan...anak

□ Belum menikah

□ Janda / Duda, dengan...anak

Saya bekerja sebagai karyawan produksi di divisi :...

Lama bekerja sebagai karyawan produksi :...

Pekerjaan/usaha Saudara di luar sebagai karyawan produksi adalah :

□ Sebagai...

□ Tidak ada.

(13)

DATA PENUNJANG

Petunjuk pengisian : Berilah tanda silang (x) pada kotak pilihan yang sesuai dengan keadaan diri saudara yang sebenarnya kemudian berilah alasan dari pilihan saudara tersebut.

1. Kondisi keluarga (misalnya: kegagalan pernikahan, kesulitan menjaga anak,

kesulitan keuangan, kesulitan membagi waktu dengan keluarga)

mempengaruhi pekerjaan saya sebagai karyawan produksi

□ Ya,

2. Keluarga saya mendukung pekerjaan saya sebagai karyawan produksi

□ Ya, berupa ... □ Tidak, karena ...

3. Menurut saya, dukungan dari keluarga mempengaruhi pekerjaan saya sebagai

karyawan produksi

□ Ya, berupa ... □ Tidak, karena ...

4. Pengahasilan saya sebagai karyawan produksi dapat memenuhi seluruh

kebutuhan pokok keluarga saya (sandang, pangan, papan, dan pendidikan

anak)

(14)

5. Keadaan perekonomian dan politik di negara ini menjadi masalah dan

membebani pikiran saya.

□ Ya, karena ... □ Tidak, karena ...

6. Menurut saya, tuntutan tugas di divisi tempat saya bekerja

□ Sering diminta bekerja di divisi lain

Karena...

□ Tidak pernah diminta bekerja di divisi lain

Karena...

7. Sehubungan dengan pertanyaan no. 6, saya merasa terbebani

□ Ya, karena ... □ Tidak, karena ...

8. Atasan (supervisor) saya selalu memberikan masukan tentang hasil kerja saya

□ Ya. Reaksi saya ... □ Tidak. Reaksi saya ...

9. Sistem hukuman (seperti jika melakukan kesalahan produksi, terlambat

datang, tidak dapat mencapai target) yang diberlakukan pihak perusahaan □ Membebani saya, karena ... □ Tidak membebani saya, karena ...

10. Kondisi ruang kerja saya biasanya

...

Kondisi tersebut membuat saya merasa :

(15)

11. Saya lebih menyukai :

□ Bekerja bersama kelompok

Karena...

...

□ Bekerja sendiri,

Karena...

...

12. Jika bekerja di dalam kelompok, saya merasa

□ Senang, karena... □ Kurang senang, karena...

13. Perhatian dan dukungan yang saya peroleh dari pihak perusahaan, berupa

...

14. Menurut saya, dukungan dari perusahaan mempengaruhi pekerjaan saya

sebagai karyawan produksi

□ Ya, karena ... □ Tidak, karena ...

15. Hasil kerja saya seringkali dipengaruhi :

□ Situasi dan kondisi lingkungan kerja

Alasannya ...

...

□ Kemampuan dalam diri sendiri

Alasannya...

...

16. Pernahkah Saudara tidak mencapai target produksi?

(16)

17. Saya merasa tertekan dengan tuntutan target yang ditetapkan perusahaan □ Ya, karena ... □ Tidak, karena ...

18. Cara saya menghadapi tekanan :

□ Pasrah, karena ...

□ Bertahan dan berusaha mencari jalan keluar, karena

(17)

Petunjuk Pengisian :

Pada halaman berikut ini terdapat pernyataan-pernyataan mengenai

keadaan saudara terhadap pekerjaan yang saudara lakukan sebagai karyawan

produksi. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama dan silakan saudara

memberikan tanda silang (X) di kolom yang tersedia untuk setiap pernyataan

sesuai dengan keadaan saudara yang sebenarnya.

TP = Tidak Pernah Dialami J = Jarang Dialami

S = Sering Dialami SS = Sangat Sring Dialami

Jawablah dengan spontan, segera setelah saudara membaca setiap

pernyataan, jangan terlalu lama dipikirkan. Jawablah dengan jujur sesuai dengan

yang saudara alami atau rasakan. Kejujuran saudara dalam menjawab sangat

berarti bagi penelitian ini.

No.  Pertanyaan  TP  SS 

1 Saya menyelesaikan pekerjaan saya tanpa mengeluh

kepada siapa pun

2 Saya tidak bosan dengan pekerjaan saya

3 Saya tidak merasakan sakit maag pada saat bekerja

4 Saya biasa langsung mengerjakan pekerjaan yang

harus saya kerjakan

5 Saya panik pada saat bekerja

6 Saya melamun saat bekerja

7 Saya merasa yakin diri dapat bekerja dengan hasil yang

memuaskan perusahaan

8 Laju detak jantung saya normal ketika bekerja

9 Produktivitas kerja saya mudah menurun ketika

pekerjaan menumpuk

10 Selama bekerja, saya merasa tenang

(18)

TP = Tidak Pernah Dialami J = Jarang Dialami

S = Sering Dialami SS = Sangat Sring Dialami

No.  Pertanyaan  TP  SS 

11 Saya nyaman berada di dalam ruang kerja saya

12 Untuk menghindari pekerjaan, saya tidak masuk

bekerja

13 Saya ingin pindah ke perusahaan lain yang lebih

nyaman

14 Saya tidak berselera makan setiap kali memikirkan

pekerjaan

15 Saat bekerja, saya tidak merasakan sakit kepala

sebelah

16 Saya mudah gelisah saat saya bekerja

17 Saya suka menunda-nunda pekerjaan

18 Saya merasa bertenaga saat bekerja

19 Saya sabar dalam menghadapi rekan kerja saya

walaupun pekerjaan saya sedang banyak.

20 Saya sulit berkonsentrasi bekerja dalam keadaan

tertekan

21 Saya akan berusaha untuk menyelesaikan pekerjaan

saya

22 Ketika pekerjaan menumpuk, saya mudah marah terhadap rekan kerja saya

23 Jantung saya terasa berdebar-debar pada saat bekerja

24 Saya datang tepat waktu ke tempat kerja

25 Tekanan kerja yang terus-menerus, mempengaruhi

pola makan saya

26 Tulang belakang saya terasa nyeri saat sedang bekerja

27 Saya sulit tidur

(19)

TP = Tidak Pernah Dialami J = Jarang Dialami

S = Sering Dialami SS = Sangat Sring Dialami

No.  Pertanyaan  TP  SS 

28 Saya menggerutu di belakang atasan jika saya diberi

pekerjaan tambahan

29 Ketika bekerja, tubuh saya terasa lebih mudah lelah

30 Ketika bekerja, perut saya terasa sakit dan mulas

31 Saya mudah merasa bosan mengerjakan pekerjaan

yang tumpang tindih

32 Saya merasa tegang pada saat bekerja

33 Saya dapat berbicara dengan lancar walaupun

pekerjaan sedang menumpuk

34 Semakin hari saya dapat meningkatkan produktivitas

kerja sesuai standard perusahaan

35 Saya mudah terserang flu

36 Imbalan dari pihak perusahaan membuat saya

semangat bekerja

37 Saya sering mengeluhkan pekerjaan yang harus

diselesaikan kepada rekan kerja saya

38 Meskipun pekerjaan di kantor banyak, saya tetap

dapat tidur dengan nyenyak

39 Saat bekerja, saya merasa tidak ada hal yang

mencemaskan saya

40 Pada saat jam kerja, saya ke toilet untuk buang air

41 Meskipun ruang kerja saya berdebu dan kotor,saya

tidak bosan bekerja

42 Rekan kerja mudah saya marahi tanpa alasan yang

jelas

43 Lambung saya sering terasa perih selama jam kerja

44 Masalah di pekerjaan terbawa mimpi

(20)

TP = Tidak Pernah Dialami J = Jarang Dialami

S = Sering Dialami SS = Sangat Sring Dialami

No.  Pertanyaan  TP  SS 

45 Cara bicara saya menjadi gagap ketika batas waktu

pengiriman semakin dekat 46 Saya mampu berkonsentrasi selama bekerja

47 Saya merasa nyeri di bagian dada ketika memikirkan

pekerjaan

48 BAB Saya lancar

49 Saya tidak suka jika atasan selalu menentukan apa yang

seharusnya saya kerjakan 50 Saya terpaksa bertahan bekerja karena sulit untuk mencari

pekerjaan baru

51 Jika pekerjaan saya disalahkan, saya tidak akan menggerutu di belakang atasan saya

52 Saya tidak tertarik untuk bekerja di perusahaan lain

53 Karena kesal, saya mengajak rekan kerja untuk tidak

masuk atau mogok kerja 54 Ketika saya kesal dengan kebijakan perusahaan, saya

mengajak teman-teman untuk mendemo

55 Meskipun saya tidak suka dengan kebijakan perusahaan,

saya tetap mengikutinya

56 Saya tidak takut jika diminta untuk membuat suatu

keputusan dalam pekerjaan saya

57 Saya dapat bekerja lebih baik jika tidak ada atasan

58 Saya senang diarahkan oleh atasan ketika sedang bekerja

59 Saya selalu antusias dalam menyelesaikan pekerjaan

60 Saya merasa tidak mampu menyelesaikan

pekerjaan-pekerjaan saya

61 Saya melakukan kesalahan dalam pekerjaan

(21)

Berikan tanda check (√) pada kolom yang lebih sesuai dengan anda. Misalnya untuk pertanyaan pertama, jika anda lebih merasa tidak pernah terlambat

dibandingkan dengan tidak serius menepati janji, maka berilah tanda check (√) di

kolom yang lebih dekat ke pernyataan ’saya tidak pernah terlambat’.

Pernyataan 1 1 2 3 4 5 6 7 8 Pernyataan 2

Saya tidak terlalu serius dalam menepati janji perkerjaan saja dalam satu waktu

Mencoba melakukan

banyak hal dalam waktu bersamaan, memikirkan pekerjaan selanjutnya Saya mengerjakan sesuatu

dengan santai

Melakukan sesuatu dengan

cepat (makan, jalan, dll.)

Menunjukan perasaan Memendam perasaan

Tertarik pada banyak hal Memiliki sedikit saja

ketertarikan di luar pekerjaan

(22)

LAMPIRAN C

(23)

C.1 Uji Validasi Kuesioner

Uji validasi dilakukan pada setiap pertanyaan terhadap nilai respon setiap responden. Uji validasi dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi Spearman, dan hasil penghitungan 61 pertanyaan dengan nilai respon total setiap responden adalah sebagai berikut :

Tabel C.1. Tabel Koefisien Korelasi

(24)
(25)

Penentuan validitas tiap pertanyaan kuesioner adalah menurut skala validitas Friedenberg (Friedenberg, Lisa; 1995), yaitu:

• 0,00 – 0,29 : Item ditolak

• 0,30- 1,0 : Item diterima

Banyaknya item yang dipakai: 37 Banyaknya item yang dibuang: 24.

C.2 Uji Realibiltas Kuesioner

Pengujian realibilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Cronbach, dan hasil penghitungan:

Koefisien Alfa Cronbach = 0,883

(26)
(27)

Tabel C.2 Tabel Olah Data Dan Analisa Karakter (Lanjutan)

Pertanyaan Analisa Karakter

(28)

C.3. Penentuan Panjang Kelas Dan Pengelompokan Data

Dari tabel data di atas, dapat diketahui:

1. Data tertinggi (X max) = 118

2. Data terendah (Xmin) = 71

3. Range (r) = X max – Xmin

= 118 – 71 = 47

4. Panjang Kelas (i) = r/n (n adalah banyaknya kelas)

= 47/3 = 15,7

Pengelompokan data nilai respon responden dilakukan dengan berdasarkan penghitungan data diatas, dan ditampilkan dalam tabel berikut :

Tabel C.3. Penentuan Kelas Pengelompokan Data

Kelas Nama Kelas/Kelompok Batas Bawah Kelas Batas Atas Kelas

I Derajat Stres Rendah 71 86,7

II Derajat Stres Moderat 86,8 102,5

III Derajat Stres Tinggi 102,6 118,3

Tabel C.4. Tabel Distribusi Frekuensi

Kelas Banyak Data/Frekuensi Persentase

Derajat Stres Tinggi 17 34%

Derajat Stres Moderat 23 46%

Derajat Stres Rendah 10 20%

(29)

C.4 Analisa Karakter Responden

Selain dilakukan pengukuran tingkat derajat stres responden – yaitu dengan mengamati gejala stres yang muncul – dilakukan juga pengukuran untuk mengetahui karakteristik responden yang diamati. Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang diadopsi dari R.W. Bortner, “A Short Rating Scale as a Potential Measure of Pattern A Behaviour,” Journal of Chronic Diseases, Vol. 22, 1966, pp. 87-91. Kuesioner pengukuran karakteristik terdapat di Lampiran A dan cara perhitungannya adalah sebagai berikut :

Penilaian Interpretasinya, Jika NA

Total Score : ______ kurang dari 90 : B

Score X 3 : ______ (NA) 90 - 99 : B +

100 - 105 : A -

106 - 119 : A

120 - dst : A +

(30)

Tabel C.5 Tabel Rekapitulasi Analisa Karakter Responden 

Responden Nilai Respon Derajat Stress Tipe Karakteristik

(31)

 

Tabel C.5 Tabel Rekapitulasi Analisa Karakter Responden (lanjutan) 

Responden Nilai Respon Derajat Stress Tipe Karakteristik

33 87 Moderat B

35 87 Moderat B

13 86 Rendah B

20 86 Rendah B

9 85 Rendah B

15 85 Rendah B

28 85 Rendah B

46 85 Rendah B

18 83 Rendah B

25 82 Rendah B

43 75 Rendah B

(32)

LAMPIRAN D

TABEL TABULASI SILANG TINGKAT DERAJAT STRES

DENGAN FAKTOR PENUNJANG

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(33)

Tabel 4.10 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stres Dengan Karakteristik Responden

Tabel 4.11 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Jenis Kelamin

Pria Wanita

Tabel 4.12 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Kelompok Umur

18-26 27-35 36-44 45-53 Derajat Stress

Tabel 4.13 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pendidikan

SMP SMA

Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Status Pernikahan

Belum Menikah Menikah Janda/Duda

(34)

Tabel 4.15 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Divisi Pekerjaan

Pola Cutting Sewing QC Packing Distr.

Derajat Stress

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Total

Tinggi 2 11,8% - 0% 10 58,8% 1 5,9% 1 5,9% 1 5,9% 17

Moderat - 0% - 0% 14 60,9% 2 8,7% 7 30,4% - 0% 23

Rendah - 0% 1 10% 6 60% 2 20% - 0%

1 10% 10  

 

 

 

 

(35)

Tabel 4.16 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Kondisi Keluarga

Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi

Derajat Stress

Tabel 4.17 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Dukungan Keluarga Kepada Responden

Mendukung Tidak Mendukung

Derajat Stress

Tabel 4.18 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pengaruh Dukungan Keluarga

Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi

Derajat Stress

Tabel 4.19 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Dapat Memenuhi Tidak Dapat Memenuhi

Derajat Stress

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pengaruh Kondisi Ekonomi dan Politik

Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi

Derajat Stress

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Tuntutan Tugas Bekerja di Divisi Lain

Sering Diminta Tidak Pernah Diminta

Derajat Stress

Jumlah % Jumlah % Total

Tinggi 15 88,2% 2 11,8% 17

Moderat 21 91,3% 2 8,7% 23

(36)

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan berhubungan dengan pertanyaan 6

Membebani Tidak Membebani

Derajat Stress

Tabel 4.23 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Masukan dari Supervisor

Membebani Tidak Membebani

Derajat Stress

Tabel 4.24. Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Sistem Hukuman Di Perusahaan

Membebani Tidak Membebani

Derajat Stress

Tabel 4.25 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Kondisi Tempat Kerja

Kotor Bersih

Tabel 4.26 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Perasaan Berada Di Ruang Kerja

Nyaman Tidak Nyaman

Derajat Stress

Tabel 4.27 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Perasaan Bekerja Di Dalam Kelompok

(37)

Tabel 4.28 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pengaruh Dukungan Perusahaan

Mempengaruhi Tidak Mempengaruhi

Derajat Stress

Tabel 4.29 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Bentuk Dukungan Perusahaan

Sarpras Tidak Ada

Derajat Stress

Tabel 4.30 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Hal Yang Mempengaruhi Produktifitas

Lingkungan Kemampuan Sendiri

Derajat Stress

Tabel 4.31 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Pencapaian Target

Pernah Tidak Pernah

Derajat Stress

Tabel 4.32 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Tuntutan Target dari Pihak Perusahaan

Tertekan Tidak Tertekan

Derajat Stress

Tabel 4.33 Tabulasi Silang Tingkat Derajat Stress Dengan Cara Menghadapi Tekanan

(38)

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang didirikan untuk memproduksi barang atau jasa, serta mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Tiap perusahaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda tergantung dari kebutuhan masing-masing perusahaan, tetapi ada pula kesamaan dari tujuan-tujuan tersebut yaitu ingin memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, mempertahankan hidupnya, serta meningkatkan kesejahteraan karyawannya.

Dari banyaknya perusahaan garmen yang berdiri di Indonesia, hanya beberapa saja yang mampu untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini dapat dilihat dari data Asosiasi Produsen Garmen Indonesia (APGI), jumlah industri garmen pada 2001 mencapai 860 perusahaan, turun menjadi 849 perusahaan pada 2002, dan menjadi 855 perusahaan pada 2003 dengan total tenaga kerja mencapai sekitar 352.000 orang (www.pikiranrakyat.com).

Data di atas menunjukkan situasi pasar yang berubah-ubah. Perubahan ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, baik dalam interaksi organisasi dengan lingkungannya yang tidak stabil dan terus berkembang, maupun dalam menghadapi masalah-masalah internal, yang mengharuskan organisasi mengatasinya agar tetap terjadi suatu keterpaduan dalam fungsi organisasi (Munandar, 2001). Selain itu, perkembangan ekonomi yang cepat, perampingan perusahaan, PHK, merger dan bangkrutnya beberapa perusahaan sebagai akibat

(39)

dari krisis yang berkepanjangan telah menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi ribuan bahkan jutaan tenaga kerja. Mereka harus rela dipindahkan ke bagian yang tidak mereka kuasai dan tidak tahu berapa lama akan bertahan atau dipekerjakan. Selain itu mereka harus menghadapi atasan baru, pengawasan yang ketat, tunjangan kesejahteraan yang berkurang dari sebelumnya, dan harus bekerja lebih lama dan lebih giat demi mempertahankan status sosial ekonomi keluarga. Para pekerja di setiap level mengalami tekanan dan ketidakpastian. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stres kerja (Jacinta F. Rini, MSi. dalam www.e-psikologi.com).

PT “X” merupakan salah satu perusahaan garmen di kota Bandung yang berdiri sejak tahun 1997 dan mampu bertahan hingga saat ini. PT “X” memiliki harapan untuk bisa terus berkembang dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar sejenisnya yaitu dengan mengandalkan mesin-mesin yang canggih. Nilai utama yang diharapkan oleh perusahaan terhadap karyawan adalah tercapainya target perusahaan, juga dituntut kejujuran dan loyalitas dari karyawannya.

Salah satu bagian yang berperan penting dalam menunjang kelancaran operasi PT “X” untuk mencapai target perusahaan adalah karyawan bagian produksi. Target penjualan yang biasanya 6000-8000 potong kain/bulan ditingkatkan menjadi 20000 potong/bulan sehingga menuntut peningkatan kinerja para karyawannya. Selain itu, pihak perusahaan juga meningkatkan standard kualitas produk. Hal ini dikarenakan pada tahun 2006 – 2007, PT ”X” merasakan dampak dari masuknya produk-produk China. Kejadian tersebut mengakibatkan

(40)

perusahaan mengalami penurunan kegiatan produksi dan pengurangan jumlah permintaan dari buyer sampai 50%.

Konsekuensi-konsekuensi akan diberlakukan bagi setiap karyawan bagian produksi yang tidak dapat memenuhi tuntutan target produksi yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Konsekuensi itu berupa pemberikan surat peringatan, memotong THR, atau tidak memberikan bonus produksi bulanan untuk karyawan staff sedangkan untuk karyawan baru akan dikeluarkan atau kontrak kerjanya tidak akan diperpanjang. Hal ini dikarenakan adanya ketentuan dalam penundaan pengiriman barang, apabila PT “X” menunda pengiriman barang maka akan terkena claim atau potongan 10%.

Berdasarkan hasil wawancara, direktur PT “X” menganggap kinerja karyawannya masih jauh dari memuaskan, tergolong santai, tidak kompetitif. Jika dibandingkan hasil produksi dari pekerja garmen di Eropa 1 : 3, sedangkan dibandingkan dengan pekerja garmen di China 1 : 2. Direktur menuntut para karyawannya untuk dapat bekerja di dalam tim dan mampu mengerjakan beberapa bidang pada bagian produksi. Masalah keluar-masuknya karyawan di perusahaan ini tergolong tinggi, namun bagi direktur PT “X” tidak menjadi kendala, ia berpendapat jika karyawannya memang tidak dapat mencapai target yang diinginkan perusahaan maka daripada menjadi beban bagi perusahaan lebih baik dikeluarkan.

Selain itu, didapatkan juga data dari manajer bagian produksi. Dari wawancara tersebut diketahui bahwa masalah yang sering terjadi di bagian produksi adalah komunikasi antar rekan kerja di dalam tim maupun antar tim

(41)

produksi, fasilitas yang kurang memadai, serta kondisi ruangan yang relatif sempit dan banyak barang. Hal tersebut dirasakan sebagai penghambat bagi karyawan bagian produksi dalam menyelesaikan pekerjaan. Menurut manajer produksi menghadapi karyawannya tidak bisa menggunakan cara yang keras, karena dapat mempengaruhi hasil kerja karyawan. Para karyawan akan menjadi malas-malasan (mogok).

Manajer produksi menilai pimpinannya (dirut) terlalu ambisius, selalu menuntut target yang tinggi tetapi tidak melihat bahwa di dalam sistem itu sendiri masih banyak masalah. Menurut manajer produksi yang telah bekerja selama 7 tahun, atasannya (dirut) menuntut loyalitas dari karyawan-karyawannya, namun ia sendiri terkadang menyayangkan imbalan yang tidak sesuai dengan tuntutan dan tanggung jawab yang telah diberikan perusahaan kepada karyawannya, khususnya karyawan bagian produksi. Selain itu, perusahaan dianggap tidak cukup dalam memberikan pelatihan bagi karyawan produksi. Pelatihan hanya dilakukan pada waktu tertentu dan hanya pelatihan untuk melatih cara penggunaan mesin-mesin jahit, sedangkan pelatihan untuk pengembangan diri bagi karyawannya tidak pernah diadakan.

Hasil wawancara peneliti dengan 10 orang karyawan bagian produksi dari 50 orang karyawan bagian produksi di PT “X”, diketahui bahwa masalah-masalah yang sering dihadapi sebagai berikut : enam orang (60%) karyawan produksi merasa masalah keluarga sering mempengaruhi pekerjaannya, seperti anak-anak dan keluarga karyawan yang menuntut waktu yang lebih banyak dengan anggota keluarga. Sedangkan terkadang karyawan harus lembur agar bisa menambah

(42)

keuangannya, sehingga kejadian tersebut seringkali membuat karyawan merasa tertekan dan mengalami konflik. Selain itu, empat orang (40%) karyawan produksi merasakan penghasilan maupun imbalan yang diberikan perusahaan kurang untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga. Data ini menggambarkan extraorganizational stressor.

Diketahui pula bahwa masalah-masalah dalam organisasi juga dialami oleh karyawan garmen bagian produksi di PT ”X”. Pertama, karyawan sering mengalami konflik dan merasa tertekan dengan ketidakjelasan aturan, yaitu target produksi yang tinggi namun kurang disertai dengan sarana yang memadai. Misalnya, karyawan yang akan membuat pola dengan karyawan yang akan melakukan pemotongan (cutting) menggunakan meja yang sama sehingga salah satu dari bagian itu harus mengalah untuk tidak bekerja dulu. Akan tetapi, jika atasannya (supervisor) melihat salah satu dari bagian itu tidak bekerja, maka karyawan tersebut akan ditegur lalu diminta untuk membantu bagian lainnya seperti bagian menjahit. Di bagian menjahit karyawan tersebut tidak hanya sekedar membantu, tetapi juga harus mengikuti target produksi jahit pada hari itu serta harus bertanggungjawab dengan apa yang dikerjakannya.

Kedua, keluar masuknya karyawan yang tergolong tinggi mengakibatkan beberapa karyawan harus melakukan beberapa peran sekaligus. Misalnya, karyawan dituntut untuk mengerjakan dan bertanggung jawab pada beberapa pekerjaan dalam waktu bersamaan, sehingga mempengaruhi konsentrasi kerja karyawan. Hal ini dirasakan berat oleh beberapa karyawan (80%), meskipun beberapa lainnya (20%) menganggap hal tersebut sebagai resiko orang bekerja

(43)

dan menganggap bahwa masalah dipekerjaan bisa dihadapi. Data di atas menggambarkan organizational stressor pada struktur dan desain organisasi.

Masalah lainnya adalah kurangnya feedback terhadap performa kerja karyawan produksi. Enam orang (60%) karyawan menganggap feedback dari atasan penting untuk mengetahui standard penilaian pengangkatan jabatan karyawan produksi maupun perhitungan imbalan yang akan diberikan oleh perusahaan. Selain itu, sistem penilaian hukuman yang diberlakukan perusahaan dirasakan berat bagi 7 orang (70%) karyawan. Misalnya, karyawan takut dalam mengambil keputusan ketika terjadi masalah di divisinya. Sedangkan (30%) lainnya memaklumi hal tersebut dan menganggapnya sebagai usaha perusahaan untuk mengontrol tindakan karyawannya. Data ini menggambarkan organizational stressor pada proses organisasi.

Sumber stres pada organizational stressor lainnya adalah kondisi kerja. Karyawan mengeluhkan ruang kerja yang tidak teratur, sempit, panas, dan berdebu serta tetap dituntut bisa bekerja pada situasi tersebut dengan mengerjakan target produksi yang tinggi. Hal ini sering menyebabkan karyawan produksi sakit kepala, mudah marah, dan terserang influenza sehingga karyawan harus minta ijin kerja untuk istirahat dan ke dokter. Dengan demikian, perusahaan beberapa kali harus mengalami penundaan pengiriman barang karena adanya pekerjaan yang belum terselesaikan.

Separuh lebih (60%) karyawan menganggap hubungan dengan rekan kerja sangat menentukan kelancaran dalam bekerja. Menurut karyawan produksi, jika hubungan dengan rekan kerja baik dapat memberikan semangat karena

(44)

komunikasi menjadi lancar dan jika memerlukan sesuatu mudah untuk langsung ditanyakan. Sebaliknya, jika hubungan dengan rekan kerja buruk, maka karyawan cenderung menjadi malas-malasan dan tidak mau bertanya dengan orang yang sedang bermasalah dengannya mengenai masalah pekerjaan yang sedang dihadapi. Misalnya, A dan B berteman, namun kini A telah diangkat menjadi supervisor. Jika A menegur kesalahan pada pekerjaan B, B sering tidak terima dan akhirnya mempengaruhi teman yang lainnya untuk mengucilkan A sebagai supervisor. Sedangkan karyawan lainnya (40%) menganggap hubungan dengan rekan kerja tidak terlalu penting, karena menurutnya yang terpenting adalah menyelesaikan pekerjaan sendiri tepat waktu dan bertanggungjawab atas pekerjaannya. Data ini menggambarkan group stressor.

Secara umum orang berpendapat bahwa jika individu dihadapkan pada tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu tersebut, maka dikatakan bahwa individu itu mengalami stres kerja. Menurut Phillip L. Rice, Penulis buku Stress and Health, seseorang dapat dikategorikan mengalami stres kerja jika masalah stres yang dialami melibatkan juga pihak organisasi atau perusahaan tempat individu bekerja. Namun penyebabnya tidak hanya di dalam perusahaan, karena masalah rumah tangga yang terbawa ke pekerjaan dan masalah pekerjaan yang terbawa ke rumah dapat juga menjadi penyebab stres kerja, sehingga mengakibatkan dampak negatif bagi perusahaan dan juga individu. Oleh karenanya diperlukan kerja sama antara kedua belah pihak untuk menyelesaikan persoalan stres tersebut (Jacinta F. Rini, MSi. dalam www.e-psikologi.com).

(45)

Pengertian stres yang lainnya adalah respon adaptif terhadap situasi eksternal yang menyebabkan penyimpangan/gangguan fisis, psikologis dan kebiasan pada anggota sebuah organisasi (Luthans, 2002 : 396). Stres biasanya dihubungkan dengan hal yang buruk, ini disebut bentuk distres. Misalnya politik kantor, karir yang terhalangi, dll. Namun sebenarnya ada juga stres positif yang disebabkan oleh hal-hal yang baik, disebut bentuk eustres (eu =” baik”, bahasa Yunani). Contoh stres positif ini misalnya peningkatan tanggung jawab yang muncul akibat promosi, tekanan waktu, dll. Dengan kata lain, stres dapat dilihat dari berbagai sudut pandang.

Berdasarkan data yang diperoleh peneliti dari survey awal, karyawan bagian produksi di PT “X” menunjukkan kecenderungan gejala-gejala stres. Stres yang dialami oleh karyawan bagian produksi di PT “X” dapat mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam bekerja sehingga dapat berdampak pada tujuan dan target yang diharapkan oleh perusahaan seperti claim dan potongan 10% dari pihak klien. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Derajat Stres pada Karyawan Garmen Bagian Produksi PT “X” di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

”Bagaimana derajat stres kerja pada karyawan garmen bagian produksi PT ”X” di Bandung?”.

(46)

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mendapatkan data dan gambaran mengenai derajat stres kerja pada karyawan garmen bagian produksi PT “X” di Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui derajat stres kerja pada karyawan garmen bagian produksi PT “X” di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu Psikologi Industri dan Organisasi khususnya mengenai derajat stres kerja.

2. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya yang berkaitan dengan derajat stres kerja.

1.4.2 Kegunaan Praktis Bagi Perusahaan :

Diharapkan dapat memberikan informasi bagi PT ”X” mengenai gambaran derajat stres kerja, bahwa stres pada tingkat yang moderat dapat memicu produktivitas karyawan. Selain itu, memberikan masukan agar tindak lanjut dari pihak perusahaan untuk realistis dalam menuntut karyawannya.

(47)

1.5 Kerangka Pikir

Perusahaan garmen merupakan suatu perusahaan yang memproduksi suatu barang. Bagian produksi dianggap penting sebagai penggerak perusahaan. Aktivitas yang terjadi pada bagian produksi adalah membuat pola, cutting, menjahit, memeriksa hasil produksi, packing, dan mendistribusi. Seluruh aktivitas ini membutuhkan ketelitian yang akurat untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan tuntutan perusahaan maupun kepuasan bagi pihak klien.

PT “X” merupakan salah satu perusahaan garmen di kota Bandung yang berdiri sejak tahun 1997 dan mampu bertahan hingga saat ini. PT “X” memiliki harapan untuk bisa terus berkembang dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar sejenisnya. Oleh karena itu PT ”X” mempunyai target untuk dapat mencapai harapannya tersebut. Target-target tersebut yaitu, peningkatan jumlah produksi dari 6000-8000 potong kain/ bulan menjadi 20000 potong kain/ bulan. Kualitas produksi semakin ditingkatkan yaitu dengan memperkecil standard barang yang salah, serta memperbaiki jadwal pengiriman barang agar selalu tepat waktu.

Target-target perusahaan yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan perusahaan memberikan tekanan tertentu bagi karyawan produksi. Begitu juga tuntutan dan konsekuensi yang semakin ketat diberlakukan oleh perusahaan seringkali melampaui kemampuan karyawan, sehingga mempengaruhi kinerja karyawannya. Situasi inilah yang seringkali memicu terjadinya stres kerja. Stres kerja dapat bervariasi dari rendah hingga tinggi. Stres yang dialami karyawan juga melibatkan pihak perusahaan, dapat berdampak positif maupun negatif bagi perusahaan dan individu. Stres adalah respon adaptif terhadap situasi eksternal

(48)

yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis, dan tingkah laku pada anggota suatu organisasi (Luthans 2002 : 396).

Menurut Luthans (2002), penyebab stres (stressor) sebagai berikut : Pertama, extraorganizational stressor. Stres kerja mucul bukan hanya karena hal yang terjadi di perusahaan selama jam kerja, tetapi dipengaruhi juga oleh hal-hal yang terjadi di luar perusahaan karena perusahaan itu sendiri dipengaruhi oleh lingkungannya. Extraorganizational stressor antara lain perubahan sosial dan teknologi, globalisasi, keluarga, kondisi keuangan dan ekonomi. Mesin-mesin garmen yang semakin berkembang dengan tujuan keefektifan dan efisiensi menuntut karyawan produksi PT ”X” untuk mampu mengoperasionalkannya secara maksimal. Masuknya produk-produk impor maupun new comers dalam bidang sejenis memaksa perusahan garmen PT ”X” untuk lebih cepat memperoleh informasi dan beradaptasi dengan perubahan-perubahan pasar. Kondisi keluarga karyawan produksi PT ”X” yang menginginkan waktu lebih banyak untuk berkumpul, kondisi keuangan dan ekonomi sebagai karyawan produksi di PT ”X” yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga memaksa karyawan produksi untuk mencari jam lembur, kerja sampingan, bahkan pindah ke perusahaan lain.

Kedua, organizational stressor. Menurut Luthans, setiap perusahan memiliki dimensi level makro yang unik dan mengandung stressor potensial. Stressor level makro ini dikategorikan ke dalam struktur dan desain organisasi, seperti konflik dan ketidakjelasan aturan. Misalnya, target produksi yang tinggi namun kurang disertai dengan sarana yang memadai, pembagian tugas yang

(49)

overlap, dan peran ganda dalam menjalankan tugas. Hal ini mengakibatkan karyawan mengalami konflik karena di satu sisi karyawan produksi PT ”X” ingin bisa mengerjakan tugasnya secara teliti. Kejadian di atas membuat karyawan tidak dapat berkonsentrasi dalam mengerjakan secara maksimal. Stressor level makro yang berikutnya adalah proses organisasi, seperti feedback dari atasan yang dianggap penting untuk mengetahui standard penilaian pengangkatan jabatan karyawan produksi maupun perhitungan imbalan yang akan diberikan oleh perusahaan. Selanjutnya, kondisi kerja seperti ruang kerja yang tidak teratur, sempit, panas, berdebu dan karyawan produksi di PT ”X” tetap dituntut bisa bekerja pada situasi tersebut dengan mengerjakan target produksi yang tinggi.

Penyebab stres (stressor) yang ketiga adalah group stress. Kelompok bisa menjadi sumber stres yang potensial. Stressor kelompok dikategorikan menjadi dua bagian besar : kurangnya kebersamaan kelompok dan kurangnya dukungan sosial. Sebagian besar karyawan produksi merasa hubungan dengan rekan kerja sangat mempengaruhi pekerjaan mereka. Karyawan produksi merasa senang di pekerjaannya apabila hubungan komunikasi dengan rekan kerja berjalan dengan baik, rekan kerja bisa bekerjasama dengan baik dan saling mendukung.

Keempat, individual stressor. Beberapa bahasan di atas, semua stressor menurunkan performa karyawan. Namun ada juga penelitian yang menunjukan bahwa karakteristik pribadi dan dimensi situasional yang mungkin mempengaruhi tingkat stres. Secara umum terdapat dua tipe kepribadian berkaitan dengan studi stres yaitu tipe A dan tipe B. Karyawan Tipe A adalah tipa karyawan yang bisa lebih mudah stres. Ciri-ciri karyawan Tipe A antara lain mampu bekerja dalam

(50)

waktu lama dan bekerja di bawah tekanan, sering membawa pekerjaan kantor ke rumah atau pada waktu akhir pekan. Mereka adalah tipe karyawan yang tidak dapat santai. Tipa B adalah tipe karyawan yang berbalik dengan karyawan Tipe A. Kepribadian karyawan Tipa B antara lain santai, sabar, dan menikmati pekerjaan. Sifat dasar karyawan Tipe A ini sangat baik untuk performa perusahaan, namun hal yang dipertanyakan adalah masalah serangan jantung yang sering menimpa karyawan tipe A, dan ini tentu saja berpengaruh terhadap performa perusahaan secara umum.

Selain karakteristik Tipe A, hal lain yang bisa membuat karyawan bisa mudah mengalami stres adalah persasaan mereka sendiri terhadap kemampuan mereka mengendalikan lingkungan mereka. Karyawan yang tidak memiliki kendali terhadap lingkungan kerja mereka dan kendali terhadap pekerjaan mereka, akan mengalami stres. Dan sebaliknya, karyawan yang diberikan kesempatan untuk ikut menentukan sebuah keputusan yang berhubungan dengan lingkungan kerja mereka akan bisa mengurangi tingkat stres kerja mereka.

Masih dalam cakupan individual stressor, hal yang mempengaruhi tingkatan stres seseorang adalah kekuatan atau ketabahan psikologis. Kekuatan psikologis ini memberikan semacam perlindungan kepada diri karyawan terhadap sumber-sumber stres (stressor).

Luthans (2002) melanjutkan bahwa hasil riset mengindikasikan bahwa tingkat kesulitan, kondisi pekerjaan, disposisi personal (Tipe A atau Tipe B), dan disposisi psikologis yang lain, serta sistem saraf individu mungkin mempengaruhi hubungan antara stres dan performa kerja. Namun dapat disimpulkan bahwa : 1.

(51)

Performa dari beberapa tugas faktanya sangat dipengaruhi oleh stres; 2. Performa biasanya turun secara drastis ketika level stres makin tinggi.

Selain itu, faktor usia juga dapat mempengaruhi tingkat stres pada karyawan bagian produksi. Karyawan bagian produksi di PT “X” ini berada pada usia 18 – 50 tahun sehingga dapat dikelompokan ke dalam masa perkembangan dewasa awal (early adulthood) dan dewasa madya (middle adulthood) (Santrock 2003: 23). Karyawan bagian produksi yang berada pada masa perkembangan dewasa awal memiliki ciri mandiri secara ekonomi dan mandiri dalam membuat keputusan, serta berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan pekerjaannya. Sedangkan karyawan bagian produksi yang berada pada masa perkembangan dewasa madya diharapkan sudah memiliki kepuasan kerja yang meningkat secara stabil di sepanjang kehidupan kerjanya. Kepuasan yang diharapkan makin meningkat karena semakin tua karyawan semakin tinggi gaji yang diperoleh (berkaitan dengan lama bekerja), berada di posisi yang lebih tinggi, dan memiliki lebih banyak jaminan kerja.

Masalah yang muncul akibat tingkat stres yang tinggi dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masalah fisik, masalah psikologis, dan masalah tingkah laku individu. Beberapa masalah fisik yang sering dihubungkan dengan stres antara lain penurunan sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi sakit dan infeksi, terdapat masalah dengan tekanan darah dan penyakit jantung, sakit kepala dan sakit tulang belakang, masalah sistem pencernaan seperti diare dan susah buang air besar. Karyawan produksi di PT ”X” sering mengalami sakit kepala, mudah terserang influenza terutama ketika pekerjaan sedang banyak dan barang-barang

(52)

menumpuk di ruangan. Hal ini menyebabkan karyawan produksi sering tidak hadir karena ijin istirahat dan berobat dengan begitu pekerjaan menjadi terbengkalai.

Masalah psikologis yang terjadi akibat tingkat stres yang tinggi dihubungkan dengan kemarahan, kecemasan, depresi, kegelisahan, tegang, dan kebosanan, penghargaan diri yang rendah, kebencian terhadap pengawasan, ketidakmampuan berkosentrasi dan membuat keputusan, dan ketidakpuasan kerja. Hal-hal ini dapat berpengaruh secara langsung terhadap performa dan biaya (cost) perusahaan. Sebuah studi menunjukan bahwa stres mempunyai efek paling kuat terhadap aksi agresif, seperti sabotase, agresi interpersonal, permusuhan, dan komplain. Gejala-gejala psikologis ini dapat terlihat dari karyawan produksi di PT ”X” yang mudah marah dan terjadi permusuhan dengan atasan maupun dengan sesama karyawan produksi akibat salah komunikasi, tingginya tingkat kesalahan pada produk yang dihasilkan, produktivitas menurun secara kualitas dan kuantitas, sering absen dikarenakan sedang jenuh dengan pekerjaan, serta komplain masalah buruh terhadap pihak perusahaan.

Masalah perilaku yang muncul sebagai akibat stres adalah hilangnya selera makan atau makan berlebihan, gangguan tidur. Selain itu, masalah perilaku ini juga ditunjukkan dari keterlambatan karyawan, ketidakhadiran, dan keluar-masuknya karyawan yang tinggi.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat digambarkan melalui kerangka pemikiran seperti di bawah ini :

(53)

Karyawan Produksi

- Menurunnya sistem kekebalan tubuh - Masalah jatung dan tekanan darah - Sakit kepala dan tulang belakang

- Sistem pencernaan (diare ; susah buang air besar) - Gejala Psikologis

- Mudah marah, gelisah, kecemasan, bosan, depresi - Agresi : Sabotase, agresi interpersonal

- Penurunan kepuasan kerja, permusuhan, komplain - Gejala Perilaku

- Gangguan makan (hilang selera makan ; makan berlebihan)

- Kondisi keuangan dan ekonomi - Organizational:

- Struktur dan Desain Organisasi (konflik dan ketidakjelasan aturan) - Proses Organisasi:

(feedback performa yang rendah; sistem nilai hukuman)

- Kondisi Kerja:

(tempat kerja yang tidak teratur, bising, panas, kotor) - Group:

(54)

Asumsi :

1. Sumber-sumber stres yang berpangaruh terhadap karyawan garmen bagian produksi di PT “X” adalah extraorganizational stressor, organizational stressor, group stressor, dan individual stressor.

2. Gejala fisik, gejala psikologis, dan gejala perilaku dialami karyawan garmen bagian produksi di PT “X” sebagai akibat dari stres.

3. Karyawan garmen bagian produksi di PT “X” memiliki derajat stres tinggi, moderat, dan rendah.

(55)

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan penelitian, dapat disimpulkan beberapa hal, yakni sebagai berikut :

1. Hampir separuh karyawan garmen bagian produksi di PT “X” memiliki derajat stres kerja yang moderat.

2. Sumber stres yang dominan pada karyawan produksi di PT ”X” yang memiliki derajat stres tinggi adalah organizational stressor, yaitu faktor kondisi kerja atau lingkungan fisik.

3. Sumber stres yang dominan pada karyawan produksi di PT “X” yang memiliki derajat stres moderat adalah organizational stressor, yaitu faktor desain organisasi.

4. Sumber stres yang dominan pada karyawan produksi di PT ”X” yang memiliki derajat stress rendah adalah extraorganizational stressor, yaitu faktor keluarga.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti perlu mengajukan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perusahaan :

1. Peneliti menyarankan pada pihak perusahaan untuk mempertimbangkan peningkatan kesejahteraan dan imbalan bagi karyawan bagian produksi.

(56)

2. Peneliti menyarankan kepada pihak perusahaan untuk meningkatkan kenyamanan dan keselamatan kerja seperti memberikan masker, penataan ruangan yang lebih ergonomis, melengkapi sarana dan prasarana kerja

3. Peneliti menyarankan kepada pihak perusahaan agar meninjau ulang struktur dan pembagian tugas pada karyawan bagian produksi.

4. Peneliti menyarankan kepada pihak perusahaan agar lebih meningkatkan kebersamaan dan kekompakkan karyawan dan keluarganya yang difasilitasi perusahaan, seperti rekreasi bersama keluarga karyawan di PT ”X” (family gathering).

5. Peneliti menyarankan pihak perusahaan untuk mengadakan pelatihan mengenai managemen stres kepada karyawan bagian produksi agar karyawan dapat lebih memahami stres yang mereka rasakan sehingga karyawan dapat melakukan penanggulangannya secara lebih efektif dan efisien ketika karyawan menghadapi masalah.

(57)

Hill International Edition.

Nazir, M., Ph.D.. 2003. Metoda Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Robbins, Stephen P.. 2006. Organizational Behaviour 10th edition. New Jersey:

Prentice Hall International Edition.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Nonparametrik: Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika, edisi ke 6. Bandung: Penerbit Tarsito.

(58)

Penanggulangan Stress Pada Medical Representative Perusahaan Fasmasi”X” Bandung, Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Septiyani, Wina T. 2006. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Stres Pada Karyawan Bagian Pemasaran PT. Bank ”X” Di Cimahi, Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

www.e-psikologi.com www.pikiranrakyat.com

Gambar

Tabel C.1. Tabel Koefisien Korelasi
Tabel C.1. Tabel Koefisien Korelasi (lanjutan)
Tabel C.3. Penentuan Kelas Pengelompokan Data
Tabel C.5 Tabel Rekapitulasi Analisa Karakter Responden 
+7

Referensi

Dokumen terkait

Agar penyelenggaraan karakter pada mata pelajaran AutoCAD Dasar siswa kelas X Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMK Negeri 3 Yogyakarta dapat berjalan dengan

Kinerja perawat merupakan penampilan kerja perawat berdasarkan standar- standar atau uraian tugas perawat yang telah ditetapkan (Swansburg, 2000).Kinerja perawat dalam

KOTA PADANC }ADA SIANC DAX JII{LAM

Kebijakan legislatif (formulatif) merupakan tahap yang paling strategis dari keseluruhan proses operasionalisasi atau fungsionalisasi dan konkretisasi (hukum) pidana, sehingga

Adapun yang menjadi tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan Tugas Akhir ini adalah : merancang sistem pengelolaan obat pada Apotek Langgeng Waras sehingga akan

Bakso Malang Mandeep (Cijambe) mengalami penurunan omzet sejak Agustus 2015 yang disebabkan salah satunya oleh belum menetapkan strategi pemasaran yang baik, belum

This study aims at identifying and describing the politeness strategies employed by the host of popular-based talk show to mitigate FTAs. This study is significant to provide

translator added it by using transfer strategy is because the source language. and the target language is translated literally without adding or