• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN AJARAN 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA PADA SISWA KELAS X SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN AJARAN 2012/2013."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/ 2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Oleh

Rianti Febriani Setia NIM 0902439

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA

(Penelitian Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh

Rianti Febriani Setia

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Rianti Febriani Setia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA

PADA SISWA KELAS X

SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN AJARAN 2012/2013 oleh

Rianti Febriani Setia NIM 0902439

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari keinginan penulis untuk mencoba menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh anggapan siswa bahwa pembelajaran membaca itu membosankan atau membuat mereka mengantuk karena metode yang digunakan tidak menarik. Oleh karena itu, penulis berkeinginan menghilangkan pandangan para siswa yang menganggap bahwa membaca adalah sesuatu hal yang membosankan dan sulit menjadi gemar membaca dan meyakini bahwa membaca itu tidak sulit dan membosankan. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi di kelas eksperimen? bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi di kelas kontrol? apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3Kota Cimahi sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran berbasis masalah? Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen, mengetahui kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas kontrol, mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen dan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasieksperimen. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true-experiment. Desain ini mempunyai kelas kontrol.Penelitian ini diujicobakan terhadap populasi kelas X di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi dengan sampel kelas X-2 sebagai kelas kontrol dan kelas X-1 sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan dengan tekhnik yang berbeda.

(5)

Hal ini membuktikan, penggunaan pembelajaran berbasis masalah efektif dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra.

APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN READING NON-LITERARY TEXTS EXTENSIVELY

IN GRADES X SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI SCHOOL YEAR 2012/2013

by

Rianti Febriani Setia NIM 0902439

ABSTRACT

This study originated from the desire of the author to try to implement problem-based learning in teaching extensive reading non-literary texts. It is motivated by the assumption that students learning to read was boring or make them drowsy because of the method used is not attractive. Therefore, the author wishes to eliminate the views of students who think that reading is something that is boring and hard to be fond of reading and believe that reading is not difficult and tedious. Formulation of the problem in this study, namely how the level of ability to read non-literary texts extensively SMA Pasundan 3 Cimahi grade X students in control class? Whether there is a significant difference between the ability to read non-literary texts extensively graders X SMA Pasundan 3 Cimahi before and after the applied learning based problem? The purpose of this study is to determine the ability of non-literary texts read extensively in the experimental class, determine the ability to read non-literary texts extensively in the control class using problem-based learning. The research hypothesis is that there is a significant difference between the ability to read non-literary texts extensively students in the experimental class and the control class. The research method used is quasi experiment. Form of this design is the development of a true experiment. This design has a control class. This study tested the grade x population in SMA Pasundan 3 Cimahi with a sample class as class X-2 and class control X-1 as the experimental class. Experimental class were treated by using problem-based learning control class while treated with different techniques.

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR BAGAN ... x

DAFTAR GRAFIK ... xi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 5

3. Rumusan Masalah... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1. Tujuan Penelitian ... 6

2. Manfaat Penelitian ... 6

D.Anggapan Dasar ... 7

E.Hipotesis ... 7

F. Metode dan Teknik ... 7

G.Populasi dan Sampel ... 8

H.Definisi Operasional ... 8

BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KETERAMPILAN MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA A. Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah... 10

2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 11

(7)

4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12

5. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14

B. Membaca 1. Pengertian Membaca ... 16

2. Tujuan Membaca ... 17

3. Manfaat Membaca ... 18

4. Aspek-aspek Membaca ... 18

5. Jenis-jenis Membaca ... 19

C. Membaca Ekstensif Nonsastra 1. Pengertian Membaca Ekstensif ... 20

2. Tujuan Membaca Ekstensif ... 20

3. Efektivitas Membaca Ekstensif ... 21

4. Jenis-jenis Membaca Ekstensif ... 22

5. Evaluasi Kemampuan Membaca Ekstensif ... 22

a. Bahan Evaluasi Kemampuan Membaca Ekstensif ... 22

b. Tingkatan Tes Kognitif Kemampuan Membaca Ekstensif ... 24

6. Teks Nonsastra ... 27

7. Jenis-Jenis Teks Nonsastra ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28

1. Desain Penelitian ... 28

2. Prosedur Penelitian... 29

a. Tahap persiapan ... 29

b. Tahap pelaksanaan ... 30

c. Tahap analisis data ... 30

d. Tahap pembuatan kesimpulan ... 30

B. Teknik Pengumpulan Data ... 31

1. Tes membaca ... 31

(8)

C. Teknik Pengolahan Data ... 31

D. Instrumen Penelitian ... 33

1. Instrumen Perlakuan... 33

2. Instrumen Tes ... 38

3. Validitas Instrumen ... 46

4. Realibilitas Instrumen ... 48

5. Daya Pembeda ... 49

6. Indeks Kesukaran ... 50

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 52

2. Sampel ... 52

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Kemampuan Membaca Kelas Eksperimen ... 53

2. Kemampuan Membaca Kelas Kontrol ... 54

B. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 56

a. Uji Normalitas Prates Kelas Eksperimen ... 56

b. Uji Normalitas Pascates Kelas Eksperimen ... 59

c. Uji Normalitas Prates Kelas Kontrol... 61

d. Uji Normalitas Pascates Kelas Kontrol ... 64

2. Uji Homogenitas ... 66

C. Pembuktian Hipotesis ... 67

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 72

(9)

DAFTAR PUSTAKA... 1

LAMPIRAN

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan

SMA. Pada hakikatnya pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan untuk mengajarkan dan mengarahkan keterampilan berbahasa siswa di masyarakat. Karena belajar bahasa merupakan sebuah keterampilan, keterampilan tersebut harus diasah agar semakin berkembang. Selain pengajaran, pendidik juga berpengaruh dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidik berperan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Pembelajaran aktif merupakan proses belajar yang menumbuhkan dinamika bagi peserta didik untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya. Melalui pembelajaran yang aktif siswa diharapkan dapat belajar dengan senang, kompetitif, dan mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.

(11)

Sebuah tulisan tidak akan menjadi jembatan informasi yang baik ketika tingkat kemam puan membaca pembaca rendah karena informasi yang hendak penulis sampaikan tidakakan tersampaikan secara untuh kepada pembaca. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih menonton TV (85,9%), radio

(40,3%), dan membaca koran hanya (23,5%).

Kemampuan membaca siswa yang rendah mengakibatkan sulitnya mereka menguasai pembelajaran atau mendapatkan informasi yang lebih sehingga

pengetahuan mereka pun terbatas. Dalam artikel yang berjudul “Kajian Keterbacaan Berdasarkan Perspektif Peristiwa Membaca”, Suherli (2008)

mengungkapkan hal berikut.

Ruang lingkup penelitian PISA dalam mengukur kemampuan baca siswa adalah (1) kebiasaan membaca, yaitu berapa lama para siswa itu membaca setiap harinya, (2) bahan bacaan yang dibaca (majalah, buku fiksi, nonfiksi, komik, buku pelajaran, surat kabar, dll.), (3) sikap membaca. Sikap membaca siswa kurang baik, seperti sering mengulang bacaan karena mereka tidak bisa menangkap isi bacaan.

Sikap membaca siswa seringkali tidak baik, seperti sering kalinya mengulang bacaan beberapa kali karena mereka tidak bisa menangkap isi bacaan. Hal itu terjadi karena mereka tidak memiliki skema bacaan dalam otak mereka sebelum mulai membaca teks bacaan. Sebelum membaca, mereka tidak memerhatikan apa isi bacaan yang akan mereka baca. Dengan demikian, saat dihadapkan pada pertanyaan mengenai teks tersebut, mereka mengulang kembali bacaan yang mereka baca.

(12)

adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum, objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Siswa terkadang sulit dalam memahami gagasan-gagasan yang terdapat dalam bacaan sedangkan membaca ekstensif ini menuntut siswa untuk dapat menangkap gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan dengan membaca secara sekilas dan dalam waktu yang singkat. Untuk dapat

meningkatkan kemampuan membaca ekstensif tersebut, pengajar haruslah memberikan metode, strategi atau teknik yang dapat membantu siswa menemukan gagasan-gagasan secara cepat.

Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam pembelajaran atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Panen dalam Rusmono (2001: 85), mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya utnuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini memaksimalkan kemampuan otak siswa untuk berpikir dan menggali permasalahan yang diberikan guru yang harus mereka pecahkan seperti permasalahan pada membaca, peletakan inti paragraf dan gagasan atau ide pokok dari sebuah teks nonsastra. Dalam pelaksanaannya, guru mengorientasikan siswa kepada masalah terlebih dahulu. Setelah itu, siswa diorganisasikan untuk belajar dan menyelidiki masalah yang telah diberikan guru. Selanjutnya siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan merangkum materi yang telah dipelajari. Dan kegiatan

yang terakhir adalah pelaksanaan tes. Dalam pembelajaran ini, guru menjadi fasilitator siswa bukan sebagai pemberi asupan materi.

(13)

kreatif dalam menemukan gagasan atau ide pokok dalam teks nonsastra dalam menggunakan teknik membaca ekstensif.

Ada beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan kajian tentang topik membaca ekstensif. Agustina (2008) telah melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran Membaca Ekstensif Teks Berita dengan Menggunakan Teknik Jigsaw. Dalam skripsi tersebut, teknik yang digunakan adalah metode

pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa berkerja sama dalam membaca suatu teks dengan membaca ekstensif ini sehingga dengan bekerja sama gagasan-gagasan yang ditemukan dapat didiskusikan bersama-sama. Hasilnya, teknik tersebut kurang efisien digunakan dalam pembelajaran membaca karena setiap siswa pasti memiliki pandangan yang berbeda dalam menyimpulkan bacaannya dan kurangnya konsentrasi siswa pun dapat memengaruhi proses membaca siswa. Oleh karena itu, penulis berpendapat siswa haruslah dibiasakan untuk membuat skema gagasan dalam pikiran mereka sebelum mereka mulai membaca terutama dalam membaca ekstensif.

Lalu, Suci (2008) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil

belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi. Hasil dari penelitian

tersebut, model Problem Based Learning berhasil meningkatkan hasil dan partisipasi belajar mahasiswa. Dengan itu, penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat pula digunakan untuk pembelajaran membaca karena garis besar dari pembelajaran adalah pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah apa yang tidak diketahui dan telah diketahui oleh siswa. Atau menurut teori Ausubel, faktor yang paling penting yang mempengaruhi

pembelajaran ialah apa yang telah diketahui siswa; yakinilah ini dan ajarilah ia demikian. Sehingga penelitian yang akan penulis rampungkan menggunakan

pembelajaran berbasis masalah.

(14)

siswa meningkatkan kemampuannya dalam membaca khususnya dalam membaca ekstensif.

B. Masalah

Masalah dalam penelitian ini diuraikan menjadi tiga hal, yaitu 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran keterampilan membaca ekstensif ini. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.

1) Pembelajaran membaca sering dianggap sebagai pembelajaran yang sulit oleh siswa sehingga dijadikan suatu beban.

2) Siswa menganggap pembelajaran membaca itu membosankan dan membuat mereka mengantuk karena metode yang digunakan tidak menarik.

3) Siswa sering membaca secara berulang-ulang beberapa kali sehingga menghambur-hamburkan waktu.

4) Siswa sulit dalam menemukan gagasan dalam teks yang dibacanya.

5) Siswa tidak terbiasa membangun skema pemikiran tentang teks yang akan dibacanya sehingga menghambat pemahaman terhadap isi teks tersebut. 6) Metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran membaca kurang

bervariatif sehingga belum menghasilkan hasil yang optimal.

7) Guru terbilang jarang sekali menumbuhkan permasalahan terlebih dahulu dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran membaca.

8) Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk lebih kreatif dalam

menyajikan pikiran dan pengetahuannya. 2. Batasan Masalah

(15)

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Quasiexperimental ini

menggunakan desain “pretest-postest control group”.. 3. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat merumuskan masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1) Bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa

kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas eksperimen?

2) Bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas kontrol?

3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas eksperimen dan di kelas kontrol?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pembelajaran. Pembelajaran ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang telah ada sebelumnya.

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:

1) kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen; 2) kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas kontrol;

3) ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca

ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. 2. Manfaat Penelitian

(16)

keterampilan membaca. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1) penulis, 2) pembaca, dan 3) guru. Adapun penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut.

1) Bagi penulis, penelitian inidiharapkan dapat memberikan wawasan dalam penerapan strategi-strategi pengajaran bahasa Indonesia.

2) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam membaca ekstensif sebuah teks nonsastra.

3) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ajang latihan dalam menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra.

D. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Sesuai dengan kurikulum dan silabus yang berlaku bahwa membaca ekstensif merupakan salah satu jenis membaca yang harus dikuasai oleh siswa SMA kelas X.

2) Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dan keberhasilan sebuah pembelajaran.

3) Penggunaan pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan daya pikir siswa untuk memecahkan sebuah masalah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang tepat dalam menunjang keterampilan membaca ekstensif teks nonsastra siswa.

E. Hipotesis

Dari kajian teori yang sudah penulis sajikan, dapatlah penulis merumuskan

(17)

F. Metode dan Teknik

Metode penelitian yang akan peneliti gunakan adalah metode eksperimen. Menurut Nazir (2003:63) penelitian ekperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan menurut Syamsuddin dan Vismaia (2006:151) penelitan eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis dan terkontrol untuk

memperediksi atau mengontrol fenomena.

Desain penelitian pada kuasi eksperimen ini menggunakan desain Quasieksperimental. Menurut Sugiyono (2010: 112) Desain ini mempunyai

kelompok kantrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan-pelaksanaan eksperimen.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang mencakup pra tes dan pasca tes. Pengolahan data peneliti lakukan untuk membuat data mentah yang diperoleh dari hasil pengumpulan data menjadi data yang bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti.

G. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi. Populasi yang terdapat di SMA Pasundan 3 Cimahi terdiri atas empat kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu, yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2

sebagai kelas kontrol.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional dari penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Membaca Ekstensif Teks Nonsastra” adalah sebagai

(18)

1) Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi pada permasalahan dalam membaca pemahaman teks atau karangan ilmiah secara sekilas untuk menemukan informasi dengan waktu yang cepat.

2) Keterampilan membaca ekstensif teks nonsastra adalah suatu keterampilan

membaca pemahaman dengan cara membaca teks atau karangan ilmiah secara sekilas untuk menemukan informasi-informasi yang terdapat dalam teks dalam waktu yang cepat.

3) Teks nonsastra adalah teks atau karangan ilmiah yang berisi kejadian sesungguhnya dalam masyarakat yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.

(19)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 2). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Menurut Nazir

(2003:63) penelitian ekperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan menurut Syamsuddin dan Vismaia (2006:151) penelitan eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis dan terkontrol untuk memperediksi atau mengontrol fenomena. Oleh karena tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi yang terkontrol untuk menguji hubungan kausalitas.

Eksperimen merupakan pengamatan di bawah kondisi tertentu yang diatur oleh peneliti. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition). Kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Eksperimen disebut

juga percobaan. Dengan demikian, metode penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan percobaan terhadap objek penelitian.

1. Desain Penelitian

Penelitian eksperimen ini dibagi menjadi empat jenis. Menurut Sugiyono (2010:73) terdapat empat bentuk desain eksperimen, yaitu Pre-experimental (nondesign), True-experimental, Factorial experimental, dan Quasiexperimental.

Peneliti menitik beratkan desain penelitian Quasiexperimental. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode eksperimen semu (Quasieksperimen).

(20)

Desain penelitian pada Quasiexperimental ini menggunakan desain

pretest-pascatest control group”. Dalam pretest-pascatest control group, subjek yang diambil tidak secara random. Penelitian ini, sampel sudah ditentukan baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol. Secara diagram rancangan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Pretest-posttest control group desain

Kelas Prates Perlakuan Pascates

E

K X2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen. K : Kelas pembanding. O1 : Prates (kelas eksperimen). O3 : Prates (kelas pembanding). X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen. X2 : Perlakuan pada kelas kontrol. O2 : Pascates (kelas eksperimen). O4 : Pascates (kelas pembanding).

2. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian akan dilakukan dalam empat tahap adalah sebagai berikut ini.

a) Tahap Persiapan

Persiapan penelitian dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.

1) Penyusunan rancangan penelitian. 2) Pembuatan instrumen penelitian. 3) Pembuatan bahan ajar.

4) Mengurus perizinan.

5) Uji coba instrumen penelitian.

(21)

b) Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.

1) Pelaksanaan tes awal (prates) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan membaca ektensif nonsastra siswa sebelum mendapat perlakuan.

2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan jumlah jam pelajaran, pengajar, dan pokok bahasan yang sama. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah).

3) Pengisian lembar observasi (oleh observer).

4) Pelaksanaan tes akhir (pascates) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan menulis karangan eksposisi siswa setelah mendapat perlakuan.

c) Tahap Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.

1) Mengumpulkan hasil data eksperimen.

2) Membandingkan hasil tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3) Melakukan analisis data eksperimen terhadap prates dan pascates.

4) Melakukan analisis data eksperimen lembar observasi.

d) Tahap Pembuatan Kesimpulan

Pembuatan kesimpulan dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah

sebagai berikut ini.

1) Membuat kesimpulan dari data eksperimen yang diperoleh, yaitu mengenai

kemampuan membaca ektensif teks nonsastra.

(22)

B. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian membaca ekstensif ini memakai dua pengumpulan data. Dua pengumpulan data tersebut, adalah data tes dan data observasi.

1. Tes Membaca

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama dalam teks nonsastra . Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Tes pertama dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama teks nonsastra dengan tidak mendapatkan perlakuan sedangkan tes kedua dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama teks nonsastra dengan mendapatkan perlakuan.

2. Observasi

Observasi yang dilakukan ini adalah dengan mengikutsertakan penulis. Hal ini karena penulis memposisikan diri sebagai pengajar dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk melihat kegiatan pembelajaran membaca siswa dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM).

C. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan data selesai. Data yang dihasilkan masih berupa data mentah yang belum memiliki maksa berarti. Agar data tersebut bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata

mengenai permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya proses pengolahan data untuk memberikan arahan agar dapat menganalisis lebih lanjut.

(23)

strategi berbasis masalahmempengaruhi kemampuan membaca ekstensif siswa. Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.

a. Menganalisis hasil uji awal dan uji akhir siswa

b. Uji normalitas

Uji normalitas digunakan untuk meyakinkan kemampuan siswa yang mempunyai distribusi normal sebagai syarat yang harus diberikan untuk menguji kemampuan dua rata-rata. Untuk menentukan bahwa data mempunyai sifat yang normal atau tidak, bisa menggunakan rumus chi kuadrat (X2). Menemukan normal atau tidaknya distribusi data dengan kriteria sebagai berikut.

X2itung≤ X2 tabel artinya distribusi data normal X2itung≥ X2 tabel artinya distribusi data tidak normal

Keterangan :

Oi : Frekuensi observasi atau pengamatan Ei : Frekuansi ekspektasi (yang diharapkan)

c. Uji homogenitas

Tujuan dari homogenitas adalah homogen tidaknya variasi sampel dalam populasi yang sama atau homogen tidaknya data berdasarkan kriteria:

F itung ≤ F tabel artinya distribusi data homogen F itung ≥ F tabel artinya distribusi data tidak homogen Uji homogenitas menggunakan uji F:

Keterangan:

Data dikatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel

d. Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk membandingkan rata-rata nilai pretest dan post test, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus t-test. Dari hasil uji gain

(24)

pretest dan posttest dengan menggunakan strategi berbasis masalah. Uji signifikan

koefisien t dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.

1) Jika t hitung< t tabel, hipotesis nol diterima atau hipotesis kerja ditolak. 2) Jika t hitung> t tabel, hipotesis nol ditolak atau hipotesis kerja diterima.

Keterangan:

M : nilai rata-rata perkelompok N : banyaknya subjek

X : deviasi setiap nilai X2 dan Y1 Y : deviasi setiap nilai Y2 dan Y1

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian terdiri dari dua adalah istumen perlakuan dan isntrumen pengolahan data. Instrumen perlakuan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengolahan data, yaitu soal dan lembar observasi.

1. Instrumen Perlakuan

Pada kelas eksperimen dilakukan dua kali tes, yaitu prates (O1) sebelum mendapat perlakuan dan pascates (O2) setelah mendapatkan perlakuan PBL.

Berikut ini, pola dan gambar perlakuan pada kelas eksperimen. Bagan 3.1

Pelaksanaan Penelitian

Keterangan: P1 : Perlakuan 1 P2 : Perlakuan 2 P3 : Perlakuan 3

Pada bagan 3.1 menunjukan alur pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen. Alur pelaksanaan perlakuan adalah sebagai berikut.

(25)

(1) Pada tahap pertama penelitian, peneliti melakukan prates membaca sebuah artikel dan menjawab pertanyaan tentang gagasan utama sebuah artikel tersebut.

(2) Pada tahap kedua penelitian, peneliti memberikan perlakuan kesatu, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM menggunakan artikel pendidikan. Pada tahap ini siswa, menentukan

gagasan utama di awal atau deduktif.

(3) Pada tahap ketiga penelitian, peneliti memberikan perlakuan kedua, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM menggunakan artikel lingkungan. Pada tahap ini siswa, menentukan gagasan utama di akhir atau induktif.

(4) Pada tahap keempat penelitian, peneliti melakukan pascates membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM. Sama halnya dengan penugasan pada prates, siswa ditugaskan untuk menjawab soal pilihan ganda yang telah disediakan. Pada tahap terakhir ini merupakan pembuktian dari hasil perlakuan yang telah dilaksanakan sebelumnya.

Deskripsi perlakuan tersebut tercantum dalam instrumen perlakuan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP untuk pembelajaran membaca ekstensif adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Hari/tanggal :

Sekolah : SMA Pasundan 3 Cimahi Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/ Semester : X / 1 (Ganjil)

Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)

A. Standar Kompetensi : Membaca

Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca

(26)

teknik membaca ekstensif.

C. Indikator :

1) Mengidentifikasi gagasan utama tiap paragraf.

2) Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas dalam beberapa kalimat. 3) Mengidentifikasi fakta dan pendapat.

D. Tujuan :

Siswa mampu membaca gagasan utama teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif.

E. Materi :

a. Pengertian membaca

Membaca adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak kita ketahui sebelumnya. Menurut Daud Firmansyah Membaca merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak karena membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembejaran yang lebih kompleks. Membaca adalah ektensif adalah sebuah proses membaca cepat, untuk mencari sebuah gagasan utama dalam sebuah bacaan. Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.

b. Jenis-Jenis Membaca 1) Membaca Nyaring 2) Membaca Dalam Hati

c. Gagasan utama

Gagasan utama adalah pikiran utama, gagasan utama dalam suatu kesatuan paragraf. Pola pengembanganya adalah sebagai berikut.

1) Awal (deduktif) 2) Akhir (induktif)

3) Campuran (deduktif-Induktif)

d. Teknik-teknik Membaca Ekstensif

1) Membiasakan membaca pada kelompok kata bukan kata demi kata. 2) Tidak mengulang kalimat yang sudah dibaca.

3) Tidak berhenti lama di awal baris atau kalimat.

4) Carilah kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat.

5) Abaikan kata-kata seperti di, dari, pada, dan sebaginya.

(27)

e. Fakta dan opini

Karangan ilmiah biasanya disusun dengan pernyataan-pernyataan yang berupa fakta dan opini. Adapun perbedaan antara fakta dan opini adalah sebagai berikut. 1) Fakta ialah keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. 2) Opini ialah ide, gagasan, dan pokok pikiran tentang suatu hal.

f. Jenis teks nonsasatra 1) Artikel

2) Jurnal 3) Esai

F. Metode Pembelajaran

Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)

G. Sumber

1) E.Kosasih. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Yrama Widya. 2) Abduk Somad A, dkk. Aktif dan Kreatif Berbahsa Indonesia untuk Kelas X

SMA/MA. Pusat Perbukuan Departenen Pendidikan Nasional.

H. Bahan Berbagai artikel

I. Alat atau Media LCD dan Laptop

J. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Awal (10 menit)

1) Siswa dikondisikan untuk persiapan KBM (mengucapkan salam, menyapa, dan mengecek kehadiran siswa).

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

3) Guru bertanya kepada siswa pernahkan anda mendengar tentang membaca gagasan utama.

4) Guru memberikan motivasi.

b. Kegiatan Inti (70 menit) a) Eksplorasi

1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengertian membaca ekstensif. 2) Guru dan siswa bertanya jawab tentang jenis-jenis membaca.

3) Guru dan siswa bertanya jawab tentang gagasan utama.

4) Guru dan siswa bertanya jawab tentang teknik-teknik membaca ekstensif. 5) Guru dan siswa bertanya jawab tentang fakta dan opini.

3) Guru dan siswa bertanya jawab tentang teks nonsastra.

b) Elaborasi

(28)

1. Tugas Terstuktur

1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sebuah gagasan utama dalam beberapa artikel.

2. Tugas Mandiri

1) Siswa memcari gagasan utama beserta fakta dan opini.

c) Konfirmasi

1) Siswa menyimpulkan kembali hasil pembelajaran yang telah didiskusikan. 2) Guru menguatkan dan mengoreksi kesimpulan siswa.

c. Kegiatan Akhir (10 menit)

1) Siswa diberi kesempatan bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses KBM.

2) Siswa dan guru merefleksi simpulan tentang topik pembelajaran.

K. Penilaian

1) Teknik :

2) Bentuk Instrumen : Format pengamatan 3) Soal/ Instrumen : Pilihan Ganda

ASPEK PENILAIAN

No Indikator Kriteria Penilaian

1. Kemampuan dalam

membentuk skema berpikir dengan merumuskan gagasan-gagasan

dalam teks bacaan dengan melihat hanya juduk saja.

5= 100 % semua gagasan yang dirumuskan terdapat dalam teks.

4= 75 % gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.

3= 50% gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.

2= 25% gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.

1= 0-10% gagasan yang dirumuskan terdapat dalam teks.

2. Kemampuan memahami gagasan-gagasan dalam teks bacaan.

5= mampu menjawab semua soaldengan benar.

4= 75 persen pertanyaan mampu terjawab dengan benar.

3= 50 persen pertanyaan mampu terjawab dengan benar.

2= 25 % pertanyaan yang mampu terjawab dengan benar.

1= 0-10 % pertanyaan saja yang mampu terjawab.

3. Kemampuan menentukan masalah utama dalam setiap teks bacaan.

5= mampu menentukan masalah utama kelima teks dengan benar.

(29)

3 teks dengan benar.

2= hanya mampu menentukan masalah utama dari 2 teks saja.

1= hanya mampu menentukan masalah utama dari satu teks saja.

2. Instrumen Tes

Instrumen tes berupa tes kemampuan siswa dengan format uraian bebas. Format tes digunakan pada prates dan pascates untuk mengetahui dan mengukur nilai rata-rata siswa dalam membaca ekstensif.

1) Ancangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a) Rasional (PBM)

Mengapa aspek keterampilan membaca sangat cocok dengan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) karena metode ini, mengedepankan sikap mandiri dan inisiatif siswa. Pembelajaran ini akan melatih siswa dalam berpikir, melatih siswa dalam membuat tinjauan-tinjauan, dan melatih siswa dalam mencurahkan gagasan yang biasanya sulit mereka temukan. Masalah yang disajikan pada siswa tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.

b) Tujuan (PBM)

Tujuan pembelajaran berbasis masalah dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa menjadi mandiri dan inisiatif, siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, siswa mampu mengembangkan solusi, serta siswa mampu menyesuaikan situasi dan kondisi dengan pengalaman-pengalaman nyata.

c) Prinsip-prinsip (PMB)

Ada empat prinsip penting dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu, keterlibatan, pengetahuan, penampilan, dan umpan balik.

d) Sintak (PBM)

Langlah-langkah pembelajaran berbasis masalah ada lima aspek penting adalah sebagai berikut.

a) Orientasi siswa pada masalah dengan cara guru menjelaskan tujuan

(30)

terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.

b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan cara guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

c) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok dengan cara guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan cara guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan.

[image:30.595.108.519.227.752.2]

e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses yang digunakan.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Ekstensif (Prates dan Pascates)

Sekolah : SMA Pasundan 3 Kota Cimahi

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : X/ 1 (Ganjil)

No Teks Materi Jenjang Kognitif Jumlah

K1 K2 K3 K4

1. Teks 1 Gagasan utama 1

5 Informasi teks

2,4

Gagasan penjelas

3

Gagasan utama

5

2. Teks 2 Gagasan utama 6

5 Informasi permasalahan

(31)

Gagasan penjelas

8

Kalimat fakta

9

Kalimat utama

10

3. Teks 3 Gagasan utama 11

5 Gagasan penjelas

12

Kalimat fakta

13

Informasi permasalahn

14

Kalimat utama

15

4. Teks 4 Gagasan utama 16

5 Kalimat utama

17 Gagasan penjelas

18

Informasi permasalahan

19

Kalimat fakta

20

Jumlah

5 4 6 5 20

Keterangan : K1 : Ingatan K2 : Pemahaman

K3 : Aplikasi (penerapan) K4 : Analisis

Untuk soal tes kemampuan membaca ekstensif yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Penjelasan :

a) Guru membagikan soal kepada siswa.

(32)
[image:32.595.110.517.189.581.2]

d) Siswa diberi waktu 30 menit untuk mengerjakan.

Tabel 3.4

Instrumen Tes Penelitian a) Pengantar

Para siswa yang baik dan pintar, tes ini merupakan tes untuk melihat hasil kemampuan kalian dalam membaca ekstensif. Hasil penilaian dari tes ini, tidak akan dimasukan ke dalam data nilai kalian. Kerjakanlah tes ini dengan kemampuan maksimal kalian.

b) Petunjuk

1) Isi lembar jawaban dengan no. absensi kalian dan kelas kalian! 2) Bacalah setiap teks di bawah ini dengan seksama!

3) Jawablah setiap soal yang telah disediakan pada lembar jawaban yang diberikan!

4) Jawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut kalian paling benar!

5) Selamat mengerjakan!

Soal Teks 1

Muspida Indramayu Lakukan Jumat Bersih Jumat, 09/11/2012

Salah satu alternatif dalam upaya pengurasan aliran Sungai Prajagumiwang dari tumpukan sampah yang menggenang, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan apabila musim hujan. Tumpukan sampah yang menggenang sepanjang Sungai prajagumiwang dapat mengganggu kesehatan dan aliran air. Sehingga, perlu dilakukan pengurasan bersama.

Pengurasan dilakukan secara serentak di empat titik sepanjang Sungai Prajagumiwang, yakni Paoman, Babadan, Pabean Udik dan Karangsong. Kebersihan Sungai Prajagumiwang juga masuk kedalam tim penilai Adipura. Diharapkan masyarakat dapat membuang sampah pada tempatnya, karena dapat mengganggu kesehatan. TNI pun ikutserta dalam pengurasan Sungai ini, termasuk salah satu tanggung jawabnya dalam upaya kebersamaan dengan rakyat. Hal itu, menandakan bila kemanunggalan TNI dengan Rakyat tetap terjaga secara utuh. Secara umum, masyarakat Indramayu sangat mendukung kinerja pemda. Untuk itu, tidak mengherankan apabila pengurasan sungai ini mengerahkan ratusan tenaga sukarela dari berbagai unsur dan lapisan masyarakat.

Diadaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat?page=1&nocache=1

1. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ... a. Pembersihan lingkungan di sekitar oleh pemda.

b. Kegiatan jumat bersih berupa pengurasan sampah sepanjang Sungai Prajagumiwang Pabean. *

(33)

2. Penyebab dilakukannya Jumat bersih dalam berita tersebut adalah ... a. Keinginan pemda, agar lingkungan sekitar bersih.

b. Kebersihan Sungai Prajagumiwan masuk kedalam tim penilai Adipura. c. Tumpukan sampah yang menggenang sepanjang Sungai Prajagumiwang

cukup mengganggu kesehatan dan aliran air. *

d. Keikutsertaan TNI dalam pengurasan Sungai Prajagumiwang merupakan salah satu tanggung jawabnya dalam upaya kebersamaan dengan rakyat.

3. Gagasan penjelas dari teks berita tersebut adalah ...

a. Keakraban antara TNI dan polisi dalam pengurasan sungai. * b. Keikutsertaan TNI dalam jumat bersih.

c. Terpecah belahnya rakyat dan TNI.

d. TNI memegang andil yang cukup besar dalam kegiatan Jumat bersih.

4. Di bawah ini merupakan masalah-masalah dalam berita di atas, kecuali ... a. Kekhawatiran hujan.

b. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya. c. Mengganggu kesehatan masyarakat.

d. Pembersihan limbah. *

5. Gagasan utama paragraf ke-4 adalah ...

a. Dukungan masyarakat Indramayu terhadap kinerja pemda. * b. Pengurasan sungai mengerahkan ratusan tenaga sukarela.

c. Lapisan masyarakat yang ikut andil dalam kegiatan Jumat bersih. d. Kebersamaan dan kekompakkan dari seluruh jajaran.

Soal Teks 2

Jembatan Cisono Hanyut Diterjang Banjir Kamis, 10/01/2013

Jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses penghubung bagi beberapa kedusunan di desa tersebut seperti Cibongbong, Cikaret, Sirnaresmi, Cimapag, Situmurni, Cipulus, dan Sukamulya. Jembatan Cisono juga menjadi jembatan antarprovinsi, karena berbatasan langsung dengan Provinsi Banten. Kondisi jembatan Cisono memang sudah mengkhawatirkan dan terancam ambruk, akibat hujan yang deras, banjir yang meluap, dan tanah yang menjadi pondasi tiang terus tergerus. Namun, meski kondisinya sangat memprihatinkan warga masih nekat untuk menggunakan jembatan tersebut, karena itu merupakan satu-satunya akses untuk menuju ke kampung lain.

(34)

Di adaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/218423. 6. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ...

a. Kondisi tanah dan tiang penyangga jembatan sudah rapuh. b. Jembatan gantung Cisono hanyut diterjang banjir. * c. Dua dusun terancam terisolir akibat jembatan hanyut.

d. Selain jembatan yang hanyut, banjir merusak sawah dan tanggul iritasi.

7. Penyebab jembatan Cisono hanyut adalah sebagai berikut, kecuali ... a. Jembatan diterjang banjir akibat meluapnya sungai Cisono. b. Hujan deras yang mengguyur mengakibatkan banjir.

c. Hujan yang disertai petir membuat tiang penyangga jembatan rusak. * d. Kondisi jembatan yang tidak kuat menahan terpaan banjir.

8. Gagasan penjelas dari teks berita tersebut adalah ... a. Jembatan sebagai akses menuju kampung lain. * b. Kondisi jembatan Cisono.

c. Kelayakan jembatan untuk digunakan.

d. Kenekatan warga untuk melewati jembatan Cisono.

9. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?

a. Total sawah yang rusak sekitar sembilan hektare.

b. Tanggul irigasi yang jebol panjangnya kurang lebih 200 meter.

c. Banjir Cisono mengakibatkan jembatan yang terbawa hanyut, menghancurkan sawah, dan tanggul irigasi.

d. Menurut masyarakat, akibat banjir masyarakat terancam terisolir. *

10. Kalimat utama pada paragraf ke-3 adalah ...

a. Akibat kejadian tersebut masyarakat di Kadusunan Situmurni dan Cipulus terancam terisolir, karena warga kesulitan untuk menyeberang. *

b. Selain Jembatan Cisono yang terbawa hanyut, banjir juga turut menghancurkan sawah dan tanggul irigasi.

c. Total sawah yang rusak sekitar sembilan hektare, sedangkan tanggul irigasi yang jebol panjangnya kurang lebih 200 meter.

d. Harapan warga jembatan bisa kembali dibangun begitu juga irigasi yang rusak, karena jembatan ini banyak dilalui warga untuk membawa hasil sawah dan kebun, dan juga ke kampung lain.

Soal Teks 3

Pemerintah Belanda Berikan Bantuan Benih Ikan Lele Rabu, 30/01/2013

(35)

di Kota Cimahi. Dikhususkan yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Cimahi, yaitu balai benih ikan yang ada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara. Nantinya lele jenis klariasis akan dikawinkan dengan ikan lele lokal, sehingga menghasilkan jenis ikan lele yang ideal dan sesuai selera orang Indonesia. Selain bentuknya yang mirip ikan lele lokal seperti dulu dan juga rasanya enak.

Di Belanda sudah sekitar 15 tahun jenis ikan lele ini selalu dikawinkan dengan jenis lainnya. Ia menjelaskan, jenis ikan lele ini waktunya pemeliharannya relatif tidak lama, yaitu bisa dipanen setelah masa pemeliharaan 6 bulan. Soal nilai bantuan, Pemerintah Belanda memberikan keleluasan pemberian bantuan bibit lele dalam jumlah tidak terbatas.

Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan, agar ada pengembangan lebih lanjut. Pemkot Cimahi menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda sejak tahun 2012. Sekarang setelah habis, kerja sama tersebut diperpanjang lagi hingga satu tahun ke depan, katanya. Balai Benih Ikan Cimahi akan dijadikan tempat pelatihan budi daya ikan lele, khususnya untuk tingkat nasional. Hal itu dikarenakan belum ada balai serupa di daerah lainnya.

Diadaptasi dari http://www.klik-galamedia.com/pemerintah-belanda-berikan-bantuan-benih-ikan-lele

11. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ...

a. Pemerintah Belanda memberikan bantuan bibit ikan lele jenis klariasis.* b. Orang Indonesia suka lele yang kecil.

c. Budi daya ikan lele di Kota Cimahi.

d. Pelatihan budi daya ikan lele tingkat nasional.

12. Gagasan penjelas dari berita di atas adalah ... a. Jenis baru ikan lele.

b. Bibit ikan lele.

c. Ikan lele bagus untuk kesehatan.

d. Bantuan pemerintah Belanda, baik bibit ikan lele maupun tenaga supervisinya, gratis.*

13. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?

a. Di Belanda sudah sekitar 15 tahun jenis ikan lele ini selalu dikawinkan b. Pemkot Cimahi menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda sejak

tahun 2012.

c. Pemeliharannya lele relatif tidak lama, yaitu 6 bulan.*

d. Balai benih ikan yang ada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara.

(36)

d. Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan.

15. Kalimat utama pada paragraf ke-4 adalah ...

a. Pemkot Cimahi bekerjasama beberapa tahun dengan pihak Belanda untuk budi daya ternak ikan lele ini.

b. Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan, agar ada pengembangan lebih lanjut. *

c. Pemkot Cimahai memperpanjang kerjasa dengan pihak Belanda satu tahun kedepan.

d. Pemkot Cimahi ingin kota Cimahi sebagai tempat pelatihan budi daya ikan lele berskala nasional.

Soal Teks 4

Warga Desa Nunuk Minta Jembatan Jumat, 01/02/2013

Banjir di sungai Cisuluheun dan sungai Citayeum di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, yang setiap saat terjadi menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas. Murid Sekolah Dasar dan SMP yang ada di Desa Nunukpun terpaksa tidak bersekolah bila sungai-sungai yang ada di wilayah tersebut banjir.

Banjir sungai Cisuluheun ataupun Citayeum bisa mencapai kedalaman satu meter hingga 1,5 meter, sehingga tidak bisa disebrangi karena aliran air sangat deras disertai bebatuan. Bila banjir terjadi batu berukuran besarpun terbawa hanyut.

Masyarakat Desa Nunuk kerap terisolir bila datang musim peghujan, bila ingin bepergian mereka harus menaklukan tiga aliran sungai yang salah satunya kedalamannya hingga satu meter lebih. Mereka menyebrang tanpa jembatan ataupun alat bantu penolong lainnya, sehingga bahaya setiap saat mengancam. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air hanya sampai kedalama 50 cm. Persoalan lainnya masyarakat ketika banjir adalah sulitnya masyarakat menjual hasil bumi ke pasar. Kalaupun bisa, ongkos angkutpun tinggi karena barang harus dipikul hingga menyebrangi sungai.

Beberapa tokoh masyarakat Desa Nunuk menyebutkan aparat desa, pernah bebeberapa kali mengajukan permohonan pembangunan jembatan. Akan tetapi, tidak pernah terealisasi.

Di adaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/221202

16. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ….

a. Banjir menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas.

b. Pembangunan jembatan yang tidak pernah terealisasi. * c. Murid SD dan SMP terpaksa tidak bersekolah karena banjir.

d. Terisolirnya masyarakat Desa Nunuk bila dating musim penghujan.

(37)

b. Mereka harus menaklukan tiga aliran sungai yang salah satunya kedalamannya hingga satu meter lebih.

c. Mereka menyebrang tanpa jembatan ataupun alat bantu penolong lainnya. d. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air

hanya sampai kedalama 50 cm.

18. Gagasan penjelas dari teks berita di atas adalah ….

a. Banyaknya murid yang tidak sekolah bila terjadi banjir.

b. Tokoh masyarakat dan aparat desa Nunuk ikut membantu mencari jalan keluar.

c. Sulitnya masyarakat menjual hasil bumi ke pasar.

d. Permohonan pembangunan jembatan namun tidak pernah terealisasi. *

19. Di bawah ini, merupakan masalah-masalah dalam beita di atas, kecuali …. a. Permohonan pembangunan jembatan namun tidak pernah terealisasi. b. Banyaknya murid yang tidak sekolah bila terjadi banjir.

c. Ambruknya jembatan yang menghubungkan setiap desa.*

d. Banjir menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas.

20. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?

a. Banjir sungai Cisuluheun ataupun Citayeum bisa mencapai kedalaman satu meter hingga 1,5 meter.

b. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air hanya sampai kedalama 50 cm.

c. Ketika banjir masyarakat sulit untuk menjual hasil bumi ke pasar. d. Masyarakat Desa Nunuk tidak bisa kemana-mana ketika hujan datang.*

3. Validitas Instrumen

Untuk menentukan validitas instrumen penulis menggunakan uji data

secara empiris. Uji data empiris ini dilakukan kepada kelas yang memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment Pearson yaitu:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

(38)

= skor total tiap siswa = jumlah siswa

[image:38.595.117.509.205.758.2]

Setelah diketahui nilai rxy. maka dimasukkan ke dalam tabel interpretasi nilai rxy untuk diketahui nilai validitasnya.

Tabel 3.5 Interpretasi Nilai rxy

Besarnya rxy Kriteria

Antara Sangat tinggi Antara Tinggi

Sedang

Antara Rendah

0 Sangat rendah

(Arikunto,2010 : 245)

Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates V4 diperoleh koefisien korelasi keseluruhan soal adalah rxy = 0,64, hal tersebut menunjukkan bahwa butir soal secara keseluruhan memiliki validitas tinggi, sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Adapun validitas untuk setiap butir soal disajikan sebagai berikut.

Tabel 3.6

Validitas Setiap Butir Soal No

Soal

Koefisien Validitas

Kriteria Validitas

1 0.310 Rendah

2 0.443 Sedang

3 0.360 Rendah

4 0.473 Sedang

5 0.537 Sedang

6 0.091 Sangat Rendah

7 0.593 Sedang

8 0.473 Sedang

9 0.301 Rendah

10 0.558 Sedang

11 0.313 Rendah

(39)

14 0.177 Sangat Rendah

15 0.609 Tinggi

16 0.699 Tinggi

17 0.443 Sedang

18 0.277 Rendah

19 0.280 Rendah

20 0.443 Sedang

4. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:

167). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990: 194), yaitu:

Keterangan:

r11 = korfisien reliabilitas n = banyak butir soal (item) ∑ = jumlah varians skor tiap item

= varians skor total

[image:39.595.113.511.277.751.2]

Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990 : 177) berikut dalam tabel:

Tabel 3.7

Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Reliabilitas

( ) Kriteria

Derajat reliabilitas sangat rendah

Derajat reliabilitas rendah

Derajat reliabilitas sedang

(40)

Derajat reliabilitas sangat tinggi

Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates V4 diperoleh derajat realibilitas r11 = 0,78 ini berarti bahwa butir soal secara keseluruhan memiliki derajat realibilitas tinggi.

5. Daya Pembeda

Menurut Suherman dan Kusumah (1990: 199-200) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tipe uraian dihitung dengan

menggunakan rumus berikut:

A B

X X

DP

SMI  

Keterangan :

DP = daya Pembeda

A

X = rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

B

X = rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar SMI = skor Maksimal Ideal

[image:40.595.109.515.244.684.2]

Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 1990 : 202) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.8

Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda (DP) Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

(41)

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik

[image:41.595.119.509.185.572.2]

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Microsoft Office Exel, daya pembeda setiap butir soal digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.9

Nilai DP tiap butir soal No

Soal

Nilai DP Kriteria

1 0,22 Cukup

2 0,44 Baik

3 0,22 Cukup

4 0,22 Cukup

5 0,33 Cukup

6 0,22 Cukup

7 0,33 Cukup

8 0,33 Cukup

9 0,33 Cukup

10 0,44 Baik

11 0,33 Cukup

12 0,22 Cukup

13 0,33 Cukup

14 0,22 Cukup

15 0,56 Baik

16 0,44 Baik

17 0,44 Baik

18 0,33 Cukup

19 0,22 Cukup

20 0,22 Cukup

6. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan derajat kesukaran suatu butir soal diantara bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:

Keterangan:

IK = indeks Kesukaran X = rata-rata

X IK

(42)

SMI = skor Maksimal Ideal

[image:42.595.114.516.170.706.2]

Adapun klasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 1990 : 213) disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.10

Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi

IK = 0,00 Soal sangat sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan menggunakan Microsoft Office Excel, indeks kesukaran setiap butir soal digambarkan pada tabel berikut.

Tabel 3.11 Indeks kesukaran

No Soal

Nilai IK Interpretasi

1 0,33 Sukar

2 0,33 Sukar

3 0,22 Sukar

4 0,22 Sukar

5 0,28 Sukar

6 0,22 Sukar

7 0,28 Sukar

8 0,28 Sukar

9 0,17 Sangat Sukar

10 0,39 Sedang

11 0,22 Sukar

12 0,22 Sukar

13 0,28 Sukar

14 0,33 Sedang

15 0,39 Sedang

16 0,22 Sukar

17 0,33 Sedang

18 0,28 Sukar

19 0,33 Sedang

(43)

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi tahun pelajaran 2012/ 2013 semester genap yang berjumlah empat kelas, terdiri dari kelas X1 sampai kelas X4.

2. Sampel

Sugiyono (2010: 85) mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling terdiri dari dau teknik, yaitu probality sampling dan nonprobality sampling. Sampel diambil secara nonrandom sehingga ada dua kelas yang akan dijadikan kelas masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian, sampel penelitian yang akan penulis ambil adalah siswa-siswa dari kelas X-1 dan X-2

(44)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan

Setelah pembahasan selesai peneliti lakukan, beberapa simpulan yang peneliti dapatkan, yaitu sebagi berikut.

1) Kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen (X-1)

secara keseluruhan meningkat dari prates hingga pascates. Saat melakukan prates nilai terendah yang didapatkan oleh siswa sebesar 45 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang didapatkan siswa sebesar 65 dengan kategori cukup. Rata-rata yang didapatkan pada prates sebesar 51.38 dengan kategori kurang baik.setelah melakukan prates penereapan pembelajaran pun dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebanyak tiga kali perlakuan, setelah itu dilakukan pascates. Pada pascates nilai terendah yang didapatkan sebesar 55 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang didapatkan sebesar 80 dengan kategori baik. Rata-rata yang didapatkan adalah sebesar 65.55 dengan kategori cukup. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil rata-rata yang didapatkan siswa dari prates hingga pascates. Kenaikan itu 51.38 yang memiliki kategori kurang menuju 65.55 yang memiliki kategori cukup. Gain antara kedua rata-rata tersebut adalah 14.17. Peningkatan yang dialami kelas ekperimen menandakan mereka dapat menangkap gagasan yang terdapat dalam teks bacaan nonsastra dan daya kritis siswa pun ikut meningkat dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Faktor lain yang mendukung peningkatan nilai selain penggunaan pembelajaran tersebut karena siswa menyimak dengan baik

penjelasan guru, seusana lingkungan kelas pun mendukung siswa dalam berkonsentrasi, siswa pun bersemangat saat belajar bahasa Indonesia di kelas.

(45)

Pada kelas kontrol setelah prates pembelajaran menggunakan metode quantum thinker di kelasnya kemudian barulah melaksanakan pascates. Saat

pascates nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 45 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 65 dengan kategori cukup. Rata-rata nilai pascates yang diperoleh sebesar 54.72 dengan kategori kurang. Dari penjelasan di atas terlihat adanya peningkatan rata-rata dari

prates menuju pascates dengan gain 7.78, yang semula 46.94 menuju 54.72. Kenaikan rata-rata di kelas kontrol memang tidak terlalu jauh. Namun, hal itu menunjukkan hal yang baik karena tetap terjadinya peningkatan dari prates menuju pascates. Peningkatan nilai siswa kelas kontrol tidak sejauh peningkatan di kelas eksperimen hal itu bisa disebabkan berbagai hal, misalnya siswa belum memahami penggunaan metode quantum thinker dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra yang memang memuat banyak langkah yang harus siswa lakukan dengan waktu tes yang singkat, siswa bermalas-malasan dalam mengerjakan tes yang diberikan guru, dll. 3) Hasil analisis yang peneliti lakukan menunjukkan adanya perbedaan yang

signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Saat melakukan pengujian hipotesis peneliti menggunakan rumus Uji-t untuk melihat tingkat signifikansi kedua kelas. Di akhir pengujian hipotesis dengan uji-t penulis mendapatkan hasil thitung 3,5 > ttabel 2,01. Hal itu menyatakan thitung > ttabel. Maka, hipotesis yang peneliti ajukan dapat diterima yaitu terdapatnya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah efektif untuk digunakan dalam pembelajaran membaca terutama membaca ekstensif jenis teks

nonsastra. Hasil penelitian ini bermakna banyak bagi peneliti sebagai calon guru bahasa Indonesia dalam mencapai tujuan pembelajaran kelak karena

(46)

B.Saran

Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut.

1) Jika para pengajar bahasa dan sastra Indonesia ingin menggunakan pembelajaran berbasis masalah ini hal yang harus diperhatikan adalah saat guru memberikan permasalahan pada siswa. Jangan sampai permasalah yang

diberikan akan membuat siswa bingung. Berikanlah permasalahan yang benar-benar ada atau menyangkut dalam teks bacaan yang akan diberikan.

2) Teks bacaan yang diberikan kepada siswa lebih baik teks-teks nonsasstra yang bersifat umum terjadi di masyarakat, seperti artikel berita.

3) Jika sarana yang dipergunakan terlalu berat untuk guru karena harus memperbanyak teks, hal itu bisa disiasati dengan pemberian tugas. Siswa dapat diperintahkan untuk membawa teks sendiri dan saling menukar teks dengan temannya.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, H. 2008. Pembelajaran Membaca Ekstensif Teks Berita dengan Menggunakan Teknik Jigsaw. Skripsi FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ahuja, Pramila dan Ahuja, G.C. 2010. Membaca Secara Efektif dan Efisien.

Bandung: Kiblat.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bimbie. 2009. Membaca Cepat Teks Nonsastra. [online]. Tersedia: http://www.bimbie.com/membaca-teks-non-sastra.htm [5 Desember 2012]. Depdiknas. 2003. Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta : Departemen

Pendidikan Nasional.

Kosasih. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : CV. Yrama Widya. Iskandarwassid dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Purwantini, Desi. (2009). Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Teknik Trifokus dalam Pembelajaran Membaca Cepat. UPI: Tidak diterbitkan.

Ratnaningsih. 2003. Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana UPI: Tidak Diterbitkan.

Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.

Syamsuddin dan Damaianti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(48)

Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi. [online]. Tersedia: http://www.jurnal.pendidikan.com/penerapan-model-problem-based-learning.htm [5 Desember 2012].

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpa beta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Angkasa.

Suherli. 2008. Kajian Keterbacaan Berdasarkan Perspektif Peristiwa Membaca. [online]. Tersedia: http://suherlicenter.blogspot.com/2008/10/hut-70-tahun-profdyrus-rusyana.htm [5 Desember 2012].

Suherman, E. dan Kusumah, Y.S. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

Tarigan, H. G. 2008. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Gambar

Tabel 3.1 Pretest-posttest control group desain
Tabel 3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Tabel 3.3 Kisi-Kisi  Instrumen Tes Kemampuan Membaca Ekstensif
Tabel 3.4
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis data yang diperoleh dengan teknik analisis data di atas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa dan akuntan pendidik terhadap kode

“ MewujudkanFakultas Teknologi Industri InstitutTeknologi Budi Utomo pada tahun 2033 menjadi lembaga pendidikan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan Teknik

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa angka kejadian obesitas sentral pada masyarakat Kota Pekanbaru mengalami peningkatan yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan

Sedangakna menurut Brunner dan Suddarth (2002) hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar

Harkat hara P di dominasi tinggi, kemudian 31 petak lokasi mempunyai harkat K sedang dan 19 petak lokasi mempunyai harkat K tinggi; (2) Rekomendasi

Penelitian yang dilakukan oleh Ully Kurnia Cahya Wibawa(2012:52) mendiskripsikan tentang upaya pengembangan potensi dan daya tarik Museum Affandi, serta faktor

Information about when the examinations can be taken can be found in the syllabus, which you can download from Teacher Support or our public website.. Examination dates are listed

Data perbedaan hasil belajar siswa yang terdapat pada tabel 3 dan tabel 4 dianalisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan uji t untuk