PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi Tahun Ajaran 2012/ 2013)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Oleh
Rianti Febriani Setia NIM 0902439
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA
(Penelitian Kuasi Eksperimen Siswa Kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi Tahun Ajaran 2012-2013)
Oleh
Rianti Febriani Setia
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Rianti Febriani Setia 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA
PADA SISWA KELAS X
SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI TAHUN AJARAN 2012/2013 oleh
Rianti Febriani Setia NIM 0902439
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari keinginan penulis untuk mencoba menerapkan pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh anggapan siswa bahwa pembelajaran membaca itu membosankan atau membuat mereka mengantuk karena metode yang digunakan tidak menarik. Oleh karena itu, penulis berkeinginan menghilangkan pandangan para siswa yang menganggap bahwa membaca adalah sesuatu hal yang membosankan dan sulit menjadi gemar membaca dan meyakini bahwa membaca itu tidak sulit dan membosankan. Rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi di kelas eksperimen? bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Kota Cimahi di kelas kontrol? apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3Kota Cimahi sebelum dan sesudah diterapkan pembelajaran berbasis masalah? Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen, mengetahui kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas kontrol, mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen dan di kelas kontrol menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. Metode penelitian yang digunakan adalah quasieksperimen. Bentuk desain ini merupakan pengembangan dari true-experiment. Desain ini mempunyai kelas kontrol.Penelitian ini diujicobakan terhadap populasi kelas X di SMA Pasundan 3 Kota Cimahi dengan sampel kelas X-2 sebagai kelas kontrol dan kelas X-1 sebagai kelas eksperimen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sedangkan kelas kontrol mendapat perlakuan dengan tekhnik yang berbeda.
Hal ini membuktikan, penggunaan pembelajaran berbasis masalah efektif dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra.
APPLICATION OF PROBLEM BASED LEARNING IN READING NON-LITERARY TEXTS EXTENSIVELY
IN GRADES X SMA PASUNDAN 3 KOTA CIMAHI SCHOOL YEAR 2012/2013
by
Rianti Febriani Setia NIM 0902439
ABSTRACT
This study originated from the desire of the author to try to implement problem-based learning in teaching extensive reading non-literary texts. It is motivated by the assumption that students learning to read was boring or make them drowsy because of the method used is not attractive. Therefore, the author wishes to eliminate the views of students who think that reading is something that is boring and hard to be fond of reading and believe that reading is not difficult and tedious. Formulation of the problem in this study, namely how the level of ability to read non-literary texts extensively SMA Pasundan 3 Cimahi grade X students in control class? Whether there is a significant difference between the ability to read non-literary texts extensively graders X SMA Pasundan 3 Cimahi before and after the applied learning based problem? The purpose of this study is to determine the ability of non-literary texts read extensively in the experimental class, determine the ability to read non-literary texts extensively in the control class using problem-based learning. The research hypothesis is that there is a significant difference between the ability to read non-literary texts extensively students in the experimental class and the control class. The research method used is quasi experiment. Form of this design is the development of a true experiment. This design has a control class. This study tested the grade x population in SMA Pasundan 3 Cimahi with a sample class as class X-2 and class control X-1 as the experimental class. Experimental class were treated by using problem-based learning control class while treated with different techniques.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Masalah ... 4
1. Identifikasi Masalah ... 5
2. Batasan Masalah ... 5
3. Rumusan Masalah... 5
C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
1. Tujuan Penelitian ... 6
2. Manfaat Penelitian ... 6
D.Anggapan Dasar ... 7
E.Hipotesis ... 7
F. Metode dan Teknik ... 7
G.Populasi dan Sampel ... 8
H.Definisi Operasional ... 8
BAB II PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DAN KETERAMPILAN MEMBACA EKSTENSIF TEKS NONSASTRA A. Pembelajaran Berbasis Masalah 1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah... 10
2. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 11
4. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 12
5. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 14
B. Membaca 1. Pengertian Membaca ... 16
2. Tujuan Membaca ... 17
3. Manfaat Membaca ... 18
4. Aspek-aspek Membaca ... 18
5. Jenis-jenis Membaca ... 19
C. Membaca Ekstensif Nonsastra 1. Pengertian Membaca Ekstensif ... 20
2. Tujuan Membaca Ekstensif ... 20
3. Efektivitas Membaca Ekstensif ... 21
4. Jenis-jenis Membaca Ekstensif ... 22
5. Evaluasi Kemampuan Membaca Ekstensif ... 22
a. Bahan Evaluasi Kemampuan Membaca Ekstensif ... 22
b. Tingkatan Tes Kognitif Kemampuan Membaca Ekstensif ... 24
6. Teks Nonsastra ... 27
7. Jenis-Jenis Teks Nonsastra ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 28
1. Desain Penelitian ... 28
2. Prosedur Penelitian... 29
a. Tahap persiapan ... 29
b. Tahap pelaksanaan ... 30
c. Tahap analisis data ... 30
d. Tahap pembuatan kesimpulan ... 30
B. Teknik Pengumpulan Data ... 31
1. Tes membaca ... 31
C. Teknik Pengolahan Data ... 31
D. Instrumen Penelitian ... 33
1. Instrumen Perlakuan... 33
2. Instrumen Tes ... 38
3. Validitas Instrumen ... 46
4. Realibilitas Instrumen ... 48
5. Daya Pembeda ... 49
6. Indeks Kesukaran ... 50
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi ... 52
2. Sampel ... 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Kemampuan Membaca Kelas Eksperimen ... 53
2. Kemampuan Membaca Kelas Kontrol ... 54
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data 1. Uji Normalitas ... 56
a. Uji Normalitas Prates Kelas Eksperimen ... 56
b. Uji Normalitas Pascates Kelas Eksperimen ... 59
c. Uji Normalitas Prates Kelas Kontrol... 61
d. Uji Normalitas Pascates Kelas Kontrol ... 64
2. Uji Homogenitas ... 66
C. Pembuktian Hipotesis ... 67
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 70
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 72
DAFTAR PUSTAKA... 1
LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bahasa dan Sastra Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk diajarkan di sekolah. Oleh karena itu, pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia terdapat pada setiap jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP, dan
SMA. Pada hakikatnya pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bertujuan untuk mengajarkan dan mengarahkan keterampilan berbahasa siswa di masyarakat. Karena belajar bahasa merupakan sebuah keterampilan, keterampilan tersebut harus diasah agar semakin berkembang. Selain pengajaran, pendidik juga berpengaruh dalam proses pembelajaran di sekolah. Pendidik berperan untuk menciptakan suasana belajar yang aktif. Pembelajaran aktif merupakan proses belajar yang menumbuhkan dinamika bagi peserta didik untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya. Melalui pembelajaran yang aktif siswa diharapkan dapat belajar dengan senang, kompetitif, dan mampu menumbuhkan motivasi belajar dalam dirinya.
Sebuah tulisan tidak akan menjadi jembatan informasi yang baik ketika tingkat kemam puan membaca pembaca rendah karena informasi yang hendak penulis sampaikan tidakakan tersampaikan secara untuh kepada pembaca. Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010 menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih menonton TV (85,9%), radio
(40,3%), dan membaca koran hanya (23,5%).
Kemampuan membaca siswa yang rendah mengakibatkan sulitnya mereka menguasai pembelajaran atau mendapatkan informasi yang lebih sehingga
pengetahuan mereka pun terbatas. Dalam artikel yang berjudul “Kajian Keterbacaan Berdasarkan Perspektif Peristiwa Membaca”, Suherli (2008)
mengungkapkan hal berikut.
Ruang lingkup penelitian PISA dalam mengukur kemampuan baca siswa adalah (1) kebiasaan membaca, yaitu berapa lama para siswa itu membaca setiap harinya, (2) bahan bacaan yang dibaca (majalah, buku fiksi, nonfiksi, komik, buku pelajaran, surat kabar, dll.), (3) sikap membaca. Sikap membaca siswa kurang baik, seperti sering mengulang bacaan karena mereka tidak bisa menangkap isi bacaan.
Sikap membaca siswa seringkali tidak baik, seperti sering kalinya mengulang bacaan beberapa kali karena mereka tidak bisa menangkap isi bacaan. Hal itu terjadi karena mereka tidak memiliki skema bacaan dalam otak mereka sebelum mulai membaca teks bacaan. Sebelum membaca, mereka tidak memerhatikan apa isi bacaan yang akan mereka baca. Dengan demikian, saat dihadapkan pada pertanyaan mengenai teks tersebut, mereka mengulang kembali bacaan yang mereka baca.
adalah membaca untuk kesenangan dengan penekanan pada pemahaman umum, objeknya meliputi sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Siswa terkadang sulit dalam memahami gagasan-gagasan yang terdapat dalam bacaan sedangkan membaca ekstensif ini menuntut siswa untuk dapat menangkap gagasan-gagasan yang terdapat dalam teks bacaan dengan membaca secara sekilas dan dalam waktu yang singkat. Untuk dapat
meningkatkan kemampuan membaca ekstensif tersebut, pengajar haruslah memberikan metode, strategi atau teknik yang dapat membantu siswa menemukan gagasan-gagasan secara cepat.
Pembelajaran berbasis masalah adalah sebuah pembelajaran yang menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam pembelajaran atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Panen dalam Rusmono (2001: 85), mengatakan bahwa dalam pembelajaran dengan menitikberatkan pada masalah, siswa diharapkan untuk terlibat dalam proses penelitian yang mengharuskannya utnuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data, dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini memaksimalkan kemampuan otak siswa untuk berpikir dan menggali permasalahan yang diberikan guru yang harus mereka pecahkan seperti permasalahan pada membaca, peletakan inti paragraf dan gagasan atau ide pokok dari sebuah teks nonsastra. Dalam pelaksanaannya, guru mengorientasikan siswa kepada masalah terlebih dahulu. Setelah itu, siswa diorganisasikan untuk belajar dan menyelidiki masalah yang telah diberikan guru. Selanjutnya siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dan merangkum materi yang telah dipelajari. Dan kegiatan
yang terakhir adalah pelaksanaan tes. Dalam pembelajaran ini, guru menjadi fasilitator siswa bukan sebagai pemberi asupan materi.
kreatif dalam menemukan gagasan atau ide pokok dalam teks nonsastra dalam menggunakan teknik membaca ekstensif.
Ada beberapa peneliti terdahulu yang pernah melakukan kajian tentang topik membaca ekstensif. Agustina (2008) telah melakukan penelitian yang berjudul Pembelajaran Membaca Ekstensif Teks Berita dengan Menggunakan Teknik Jigsaw. Dalam skripsi tersebut, teknik yang digunakan adalah metode
pembelajaran kooperatif yang menuntut siswa berkerja sama dalam membaca suatu teks dengan membaca ekstensif ini sehingga dengan bekerja sama gagasan-gagasan yang ditemukan dapat didiskusikan bersama-sama. Hasilnya, teknik tersebut kurang efisien digunakan dalam pembelajaran membaca karena setiap siswa pasti memiliki pandangan yang berbeda dalam menyimpulkan bacaannya dan kurangnya konsentrasi siswa pun dapat memengaruhi proses membaca siswa. Oleh karena itu, penulis berpendapat siswa haruslah dibiasakan untuk membuat skema gagasan dalam pikiran mereka sebelum mereka mulai membaca terutama dalam membaca ekstensif.
Lalu, Suci (2008) melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Model Problem Based Learning untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil
belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi. Hasil dari penelitian
tersebut, model Problem Based Learning berhasil meningkatkan hasil dan partisipasi belajar mahasiswa. Dengan itu, penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat pula digunakan untuk pembelajaran membaca karena garis besar dari pembelajaran adalah pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah apa yang tidak diketahui dan telah diketahui oleh siswa. Atau menurut teori Ausubel, faktor yang paling penting yang mempengaruhi
pembelajaran ialah apa yang telah diketahui siswa; yakinilah ini dan ajarilah ia demikian. Sehingga penelitian yang akan penulis rampungkan menggunakan
pembelajaran berbasis masalah.
siswa meningkatkan kemampuannya dalam membaca khususnya dalam membaca ekstensif.
B. Masalah
Masalah dalam penelitian ini diuraikan menjadi tiga hal, yaitu 1) identifikasi masalah, 2) batasan masalah, dan 3) rumusan masalah.
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat permasalahan-permasalahan yang timbul dalam pembelajaran keterampilan membaca ekstensif ini. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pembelajaran membaca sering dianggap sebagai pembelajaran yang sulit oleh siswa sehingga dijadikan suatu beban.
2) Siswa menganggap pembelajaran membaca itu membosankan dan membuat mereka mengantuk karena metode yang digunakan tidak menarik.
3) Siswa sering membaca secara berulang-ulang beberapa kali sehingga menghambur-hamburkan waktu.
4) Siswa sulit dalam menemukan gagasan dalam teks yang dibacanya.
5) Siswa tidak terbiasa membangun skema pemikiran tentang teks yang akan dibacanya sehingga menghambat pemahaman terhadap isi teks tersebut. 6) Metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran membaca kurang
bervariatif sehingga belum menghasilkan hasil yang optimal.
7) Guru terbilang jarang sekali menumbuhkan permasalahan terlebih dahulu dalam proses pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran membaca.
8) Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk lebih kreatif dalam
menyajikan pikiran dan pengetahuannya. 2. Batasan Masalah
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah Quasiexperimental ini
menggunakan desain “pretest-postest control group”.. 3. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis dapat merumuskan masalah dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1) Bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa
kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas eksperimen?
2) Bagaimanakah tingkat kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas kontrol?
3) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi di kelas eksperimen dan di kelas kontrol?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Tujuan Penelitian
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mencari alternatif pembelajaran. Pembelajaran ini bermanfaat untuk menambah dan mengembangkan inovasi pembelajaran yang telah ada sebelumnya.
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen; 2) kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas kontrol;
3) ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara kemampuan membaca
ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen dan di kelas kontrol. 2. Manfaat Penelitian
keterampilan membaca. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi 1) penulis, 2) pembaca, dan 3) guru. Adapun penjelasan dari ketiganya adalah sebagai berikut.
1) Bagi penulis, penelitian inidiharapkan dapat memberikan wawasan dalam penerapan strategi-strategi pengajaran bahasa Indonesia.
2) Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa
dalam membaca ekstensif sebuah teks nonsastra.
3) Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan ajang latihan dalam menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebagai salah satu strategi yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra.
D. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Sesuai dengan kurikulum dan silabus yang berlaku bahwa membaca ekstensif merupakan salah satu jenis membaca yang harus dikuasai oleh siswa SMA kelas X.
2) Model pembelajaran adalah salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dan keberhasilan sebuah pembelajaran.
3) Penggunaan pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan daya pikir siswa untuk memecahkan sebuah masalah sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pembelajaran yang tepat dalam menunjang keterampilan membaca ekstensif teks nonsastra siswa.
E. Hipotesis
Dari kajian teori yang sudah penulis sajikan, dapatlah penulis merumuskan
F. Metode dan Teknik
Metode penelitian yang akan peneliti gunakan adalah metode eksperimen. Menurut Nazir (2003:63) penelitian ekperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan menurut Syamsuddin dan Vismaia (2006:151) penelitan eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis dan terkontrol untuk
memperediksi atau mengontrol fenomena.
Desain penelitian pada kuasi eksperimen ini menggunakan desain Quasieksperimental. Menurut Sugiyono (2010: 112) Desain ini mempunyai
kelompok kantrol tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan-pelaksanaan eksperimen.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu teknik pengumpulan data dan teknik pengolahan data. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan instrumen tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil pembelajaran yang mencakup pra tes dan pasca tes. Pengolahan data peneliti lakukan untuk membuat data mentah yang diperoleh dari hasil pengumpulan data menjadi data yang bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai permasalahan yang diteliti.
G. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi. Populasi yang terdapat di SMA Pasundan 3 Cimahi terdiri atas empat kelas. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel berdasarkan tujuan atau pertimbangan tertentu, yaitu kelas X-1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X-2
sebagai kelas kontrol.
H. Definisi Operasional
Definisi operasional dari penelitian yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Membaca Ekstensif Teks Nonsastra” adalah sebagai
1) Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra adalah pembelajaran yang menghadapkan siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi pada permasalahan dalam membaca pemahaman teks atau karangan ilmiah secara sekilas untuk menemukan informasi dengan waktu yang cepat.
2) Keterampilan membaca ekstensif teks nonsastra adalah suatu keterampilan
membaca pemahaman dengan cara membaca teks atau karangan ilmiah secara sekilas untuk menemukan informasi-informasi yang terdapat dalam teks dalam waktu yang cepat.
3) Teks nonsastra adalah teks atau karangan ilmiah yang berisi kejadian sesungguhnya dalam masyarakat yang bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A.Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2010: 2). Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode eksperimen. Menurut Nazir
(2003:63) penelitian ekperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol. Sedangkan menurut Syamsuddin dan Vismaia (2006:151) penelitan eksperimental dapat diartikan sebagai sebuah studi yang objektif, sistematis dan terkontrol untuk memperediksi atau mengontrol fenomena. Oleh karena tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hubungan kausalitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan pada kondisi yang terkontrol untuk menguji hubungan kausalitas.
Eksperimen merupakan pengamatan di bawah kondisi tertentu yang diatur oleh peneliti. Eksperimen adalah observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition). Kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh peneliti. Eksperimen disebut
juga percobaan. Dengan demikian, metode penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan melakukan percobaan terhadap objek penelitian.
1. Desain Penelitian
Penelitian eksperimen ini dibagi menjadi empat jenis. Menurut Sugiyono (2010:73) terdapat empat bentuk desain eksperimen, yaitu Pre-experimental (nondesign), True-experimental, Factorial experimental, dan Quasiexperimental.
Peneliti menitik beratkan desain penelitian Quasiexperimental. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah metode eksperimen semu (Quasieksperimen).
Desain penelitian pada Quasiexperimental ini menggunakan desain
“pretest-pascatest control group”. Dalam pretest-pascatest control group, subjek yang diambil tidak secara random. Penelitian ini, sampel sudah ditentukan baik untuk kelompok eksperimen maupun untuk kelompok kontrol. Secara diagram rancangan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.
Tabel 3.1
Pretest-posttest control group desain
Kelas Prates Perlakuan Pascates
E
K X2
Keterangan:
E : Kelas eksperimen. K : Kelas pembanding. O1 : Prates (kelas eksperimen). O3 : Prates (kelas pembanding). X1 : Perlakuan pada kelas eksperimen. X2 : Perlakuan pada kelas kontrol. O2 : Pascates (kelas eksperimen). O4 : Pascates (kelas pembanding).
2. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian akan dilakukan dalam empat tahap adalah sebagai berikut ini.
a) Tahap Persiapan
Persiapan penelitian dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.
1) Penyusunan rancangan penelitian. 2) Pembuatan instrumen penelitian. 3) Pembuatan bahan ajar.
4) Mengurus perizinan.
5) Uji coba instrumen penelitian.
b) Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.
1) Pelaksanaan tes awal (prates) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan membaca ektensif nonsastra siswa sebelum mendapat perlakuan.
2) Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang berbeda pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan jumlah jam pelajaran, pengajar, dan pokok bahasan yang sama. Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan PBM (Pembelajaran Berbasis Masalah).
3) Pengisian lembar observasi (oleh observer).
4) Pelaksanaan tes akhir (pascates) kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengetahui kemampuan menulis karangan eksposisi siswa setelah mendapat perlakuan.
c) Tahap Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut ini.
1) Mengumpulkan hasil data eksperimen.
2) Membandingkan hasil tes pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. 3) Melakukan analisis data eksperimen terhadap prates dan pascates.
4) Melakukan analisis data eksperimen lembar observasi.
d) Tahap Pembuatan Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan dilakukan dengan langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut ini.
1) Membuat kesimpulan dari data eksperimen yang diperoleh, yaitu mengenai
kemampuan membaca ektensif teks nonsastra.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian membaca ekstensif ini memakai dua pengumpulan data. Dua pengumpulan data tersebut, adalah data tes dan data observasi.
1. Tes Membaca
Tes digunakan untuk mengukur kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama dalam teks nonsastra . Tes dilakukan sebanyak dua kali, yaitu sebelum mendapatkan perlakuan dan sesudah mendapatkan perlakuan. Tes pertama dilakukan agar peneliti mengetahui kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama teks nonsastra dengan tidak mendapatkan perlakuan sedangkan tes kedua dilakukan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan membaca ekstensif siswa dalam menentukan gagasan utama teks nonsastra dengan mendapatkan perlakuan.
2. Observasi
Observasi yang dilakukan ini adalah dengan mengikutsertakan penulis. Hal ini karena penulis memposisikan diri sebagai pengajar dan terlibat langsung dalam kegiatan pembelajaran. Observasi ini dilakukan untuk melihat kegiatan pembelajaran membaca siswa dengan pembelajaran berbasis masalah (PBM).
C. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dilaksanakan setelah kegiatan pengumpulan data selesai. Data yang dihasilkan masih berupa data mentah yang belum memiliki maksa berarti. Agar data tersebut bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata
mengenai permasalahan yang diteliti, maka perlu adanya proses pengolahan data untuk memberikan arahan agar dapat menganalisis lebih lanjut.
strategi berbasis masalahmempengaruhi kemampuan membaca ekstensif siswa. Langkah-langkah yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut.
a. Menganalisis hasil uji awal dan uji akhir siswa
b. Uji normalitas
Uji normalitas digunakan untuk meyakinkan kemampuan siswa yang mempunyai distribusi normal sebagai syarat yang harus diberikan untuk menguji kemampuan dua rata-rata. Untuk menentukan bahwa data mempunyai sifat yang normal atau tidak, bisa menggunakan rumus chi kuadrat (X2). Menemukan normal atau tidaknya distribusi data dengan kriteria sebagai berikut.
X2itung≤ X2 tabel artinya distribusi data normal X2itung≥ X2 tabel artinya distribusi data tidak normal
∑
Keterangan :
Oi : Frekuensi observasi atau pengamatan Ei : Frekuansi ekspektasi (yang diharapkan)
c. Uji homogenitas
Tujuan dari homogenitas adalah homogen tidaknya variasi sampel dalam populasi yang sama atau homogen tidaknya data berdasarkan kriteria:
F itung ≤ F tabel artinya distribusi data homogen F itung ≥ F tabel artinya distribusi data tidak homogen Uji homogenitas menggunakan uji F:
Keterangan:
Data dikatakan homogen apabila Fhitung < Ftabel
d. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk membandingkan rata-rata nilai pretest dan post test, dapat dilakukan dengan menggunakan rumus t-test. Dari hasil uji gain
pretest dan posttest dengan menggunakan strategi berbasis masalah. Uji signifikan
koefisien t dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut.
1) Jika t hitung< t tabel, hipotesis nol diterima atau hipotesis kerja ditolak. 2) Jika t hitung> t tabel, hipotesis nol ditolak atau hipotesis kerja diterima.
Keterangan:
M : nilai rata-rata perkelompok N : banyaknya subjek
X : deviasi setiap nilai X2 dan Y1 Y : deviasi setiap nilai Y2 dan Y1
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian terdiri dari dua adalah istumen perlakuan dan isntrumen pengolahan data. Instrumen perlakuan, yaitu rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan instrumen pengolahan data, yaitu soal dan lembar observasi.
1. Instrumen Perlakuan
Pada kelas eksperimen dilakukan dua kali tes, yaitu prates (O1) sebelum mendapat perlakuan dan pascates (O2) setelah mendapatkan perlakuan PBL.
Berikut ini, pola dan gambar perlakuan pada kelas eksperimen. Bagan 3.1
Pelaksanaan Penelitian
Keterangan: P1 : Perlakuan 1 P2 : Perlakuan 2 P3 : Perlakuan 3
Pada bagan 3.1 menunjukan alur pelaksanaan penelitian pada kelas eksperimen. Alur pelaksanaan perlakuan adalah sebagai berikut.
(1) Pada tahap pertama penelitian, peneliti melakukan prates membaca sebuah artikel dan menjawab pertanyaan tentang gagasan utama sebuah artikel tersebut.
(2) Pada tahap kedua penelitian, peneliti memberikan perlakuan kesatu, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM menggunakan artikel pendidikan. Pada tahap ini siswa, menentukan
gagasan utama di awal atau deduktif.
(3) Pada tahap ketiga penelitian, peneliti memberikan perlakuan kedua, yaitu melaksanakan pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM menggunakan artikel lingkungan. Pada tahap ini siswa, menentukan gagasan utama di akhir atau induktif.
(4) Pada tahap keempat penelitian, peneliti melakukan pascates membaca ekstensif teks nonsastra dengan teknik PBM. Sama halnya dengan penugasan pada prates, siswa ditugaskan untuk menjawab soal pilihan ganda yang telah disediakan. Pada tahap terakhir ini merupakan pembuktian dari hasil perlakuan yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Deskripsi perlakuan tersebut tercantum dalam instrumen perlakuan berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). RPP untuk pembelajaran membaca ekstensif adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Hari/tanggal :
Sekolah : SMA Pasundan 3 Cimahi Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/ Semester : X / 1 (Ganjil)
Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)
A. Standar Kompetensi : Membaca
Memahami berbagai teks bacaan nonsastra dengan berbagai teknik membaca
teknik membaca ekstensif.
C. Indikator :
1) Mengidentifikasi gagasan utama tiap paragraf.
2) Menuliskan kembali isi bacaan secara ringkas dalam beberapa kalimat. 3) Mengidentifikasi fakta dan pendapat.
D. Tujuan :
Siswa mampu membaca gagasan utama teks nonsastra dari berbagai sumber melalui teknik membaca ekstensif.
E. Materi :
a. Pengertian membaca
Membaca adalah sebuah keharusan bila kita ingin menguasai dunia. Dengan membaca, pandangan kita menjadi lebih terbuka terhadap hal-hal baru yang tidak kita ketahui sebelumnya. Menurut Daud Firmansyah Membaca merupakan tahap penting dalam proses perkembangan anak karena membaca merupakan gerbang pertama untuk menuju proses pembejaran yang lebih kompleks. Membaca adalah ektensif adalah sebuah proses membaca cepat, untuk mencari sebuah gagasan utama dalam sebuah bacaan. Membaca sekilas atau membaca cepat adalah kegiatan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dalam melihat dan memperhatikan bahan tertulis yang dibacanya dengan tujuan untuk mendapatkan informasi secara cepat.
b. Jenis-Jenis Membaca 1) Membaca Nyaring 2) Membaca Dalam Hati
c. Gagasan utama
Gagasan utama adalah pikiran utama, gagasan utama dalam suatu kesatuan paragraf. Pola pengembanganya adalah sebagai berikut.
1) Awal (deduktif) 2) Akhir (induktif)
3) Campuran (deduktif-Induktif)
d. Teknik-teknik Membaca Ekstensif
1) Membiasakan membaca pada kelompok kata bukan kata demi kata. 2) Tidak mengulang kalimat yang sudah dibaca.
3) Tidak berhenti lama di awal baris atau kalimat.
4) Carilah kata kunci yang menjadi tanda awal dari adanya gagasan utama sebuah kalimat.
5) Abaikan kata-kata seperti di, dari, pada, dan sebaginya.
e. Fakta dan opini
Karangan ilmiah biasanya disusun dengan pernyataan-pernyataan yang berupa fakta dan opini. Adapun perbedaan antara fakta dan opini adalah sebagai berikut. 1) Fakta ialah keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. 2) Opini ialah ide, gagasan, dan pokok pikiran tentang suatu hal.
f. Jenis teks nonsasatra 1) Artikel
2) Jurnal 3) Esai
F. Metode Pembelajaran
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
G. Sumber
1) E.Kosasih. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Yrama Widya. 2) Abduk Somad A, dkk. Aktif dan Kreatif Berbahsa Indonesia untuk Kelas X
SMA/MA. Pusat Perbukuan Departenen Pendidikan Nasional.
H. Bahan Berbagai artikel
I. Alat atau Media LCD dan Laptop
J. Langkah-langkah Pembelajaran a. Kegiatan Awal (10 menit)
1) Siswa dikondisikan untuk persiapan KBM (mengucapkan salam, menyapa, dan mengecek kehadiran siswa).
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru bertanya kepada siswa pernahkan anda mendengar tentang membaca gagasan utama.
4) Guru memberikan motivasi.
b. Kegiatan Inti (70 menit) a) Eksplorasi
1) Guru dan siswa bertanya jawab tentang pengertian membaca ekstensif. 2) Guru dan siswa bertanya jawab tentang jenis-jenis membaca.
3) Guru dan siswa bertanya jawab tentang gagasan utama.
4) Guru dan siswa bertanya jawab tentang teknik-teknik membaca ekstensif. 5) Guru dan siswa bertanya jawab tentang fakta dan opini.
3) Guru dan siswa bertanya jawab tentang teks nonsastra.
b) Elaborasi
1. Tugas Terstuktur
1) Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sebuah gagasan utama dalam beberapa artikel.
2. Tugas Mandiri
1) Siswa memcari gagasan utama beserta fakta dan opini.
c) Konfirmasi
1) Siswa menyimpulkan kembali hasil pembelajaran yang telah didiskusikan. 2) Guru menguatkan dan mengoreksi kesimpulan siswa.
c. Kegiatan Akhir (10 menit)
1) Siswa diberi kesempatan bertanya atau mengungkapkan pengalaman ketika mengikuti proses KBM.
2) Siswa dan guru merefleksi simpulan tentang topik pembelajaran.
K. Penilaian
1) Teknik :
2) Bentuk Instrumen : Format pengamatan 3) Soal/ Instrumen : Pilihan Ganda
ASPEK PENILAIAN
No Indikator Kriteria Penilaian
1. Kemampuan dalam
membentuk skema berpikir dengan merumuskan gagasan-gagasan
dalam teks bacaan dengan melihat hanya juduk saja.
5= 100 % semua gagasan yang dirumuskan terdapat dalam teks.
4= 75 % gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.
3= 50% gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.
2= 25% gagasan yang dirumuskan dapat ditemukan dalam teks.
1= 0-10% gagasan yang dirumuskan terdapat dalam teks.
2. Kemampuan memahami gagasan-gagasan dalam teks bacaan.
5= mampu menjawab semua soaldengan benar.
4= 75 persen pertanyaan mampu terjawab dengan benar.
3= 50 persen pertanyaan mampu terjawab dengan benar.
2= 25 % pertanyaan yang mampu terjawab dengan benar.
1= 0-10 % pertanyaan saja yang mampu terjawab.
3. Kemampuan menentukan masalah utama dalam setiap teks bacaan.
5= mampu menentukan masalah utama kelima teks dengan benar.
3 teks dengan benar.
2= hanya mampu menentukan masalah utama dari 2 teks saja.
1= hanya mampu menentukan masalah utama dari satu teks saja.
2. Instrumen Tes
Instrumen tes berupa tes kemampuan siswa dengan format uraian bebas. Format tes digunakan pada prates dan pascates untuk mengetahui dan mengukur nilai rata-rata siswa dalam membaca ekstensif.
1) Ancangan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) a) Rasional (PBM)
Mengapa aspek keterampilan membaca sangat cocok dengan metode pembelajaran berbasis masalah (PBM) karena metode ini, mengedepankan sikap mandiri dan inisiatif siswa. Pembelajaran ini akan melatih siswa dalam berpikir, melatih siswa dalam membuat tinjauan-tinjauan, dan melatih siswa dalam mencurahkan gagasan yang biasanya sulit mereka temukan. Masalah yang disajikan pada siswa tidak jauh dari kehidupan sehari-hari.
b) Tujuan (PBM)
Tujuan pembelajaran berbasis masalah dirancang dengan tujuan untuk membantu siswa menjadi mandiri dan inisiatif, siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir, siswa mampu mengembangkan solusi, serta siswa mampu menyesuaikan situasi dan kondisi dengan pengalaman-pengalaman nyata.
c) Prinsip-prinsip (PMB)
Ada empat prinsip penting dalam pembelajaran berbasis masalah yaitu, keterlibatan, pengetahuan, penampilan, dan umpan balik.
d) Sintak (PBM)
Langlah-langkah pembelajaran berbasis masalah ada lima aspek penting adalah sebagai berikut.
a) Orientasi siswa pada masalah dengan cara guru menjelaskan tujuan
terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah.
b) Mengorganisasikan siswa untuk belajar dengan cara guru membantu siswa dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
c) Membimbing penyelidikan individual dan kelompok dengan cara guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya dengan cara guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan.
[image:30.595.108.519.227.752.2]e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah dengan cara guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan siswa dan proses yang digunakan.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Membaca Ekstensif (Prates dan Pascates)
Sekolah : SMA Pasundan 3 Kota Cimahi
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia Kelas/ Semester : X/ 1 (Ganjil)
No Teks Materi Jenjang Kognitif Jumlah
K1 K2 K3 K4
1. Teks 1 Gagasan utama 1
5 Informasi teks
2,4
Gagasan penjelas
3
Gagasan utama
5
2. Teks 2 Gagasan utama 6
5 Informasi permasalahan
Gagasan penjelas
8
Kalimat fakta
9
Kalimat utama
10
3. Teks 3 Gagasan utama 11
5 Gagasan penjelas
12
Kalimat fakta
13
Informasi permasalahn
14
Kalimat utama
15
4. Teks 4 Gagasan utama 16
5 Kalimat utama
17 Gagasan penjelas
18
Informasi permasalahan
19
Kalimat fakta
20
Jumlah
5 4 6 5 20
Keterangan : K1 : Ingatan K2 : Pemahaman
K3 : Aplikasi (penerapan) K4 : Analisis
Untuk soal tes kemampuan membaca ekstensif yang akan digunakan adalah sebagai berikut.
Penjelasan :
a) Guru membagikan soal kepada siswa.
d) Siswa diberi waktu 30 menit untuk mengerjakan.
Tabel 3.4
Instrumen Tes Penelitian a) Pengantar
Para siswa yang baik dan pintar, tes ini merupakan tes untuk melihat hasil kemampuan kalian dalam membaca ekstensif. Hasil penilaian dari tes ini, tidak akan dimasukan ke dalam data nilai kalian. Kerjakanlah tes ini dengan kemampuan maksimal kalian.
b) Petunjuk
1) Isi lembar jawaban dengan no. absensi kalian dan kelas kalian! 2) Bacalah setiap teks di bawah ini dengan seksama!
3) Jawablah setiap soal yang telah disediakan pada lembar jawaban yang diberikan!
4) Jawab setiap pertanyaan dengan memberikan tanda silang ( X ) pada jawaban yang menurut kalian paling benar!
5) Selamat mengerjakan!
Soal Teks 1
Muspida Indramayu Lakukan Jumat Bersih Jumat, 09/11/2012
Salah satu alternatif dalam upaya pengurasan aliran Sungai Prajagumiwang dari tumpukan sampah yang menggenang, sehingga tidak terlalu mengkhawatirkan apabila musim hujan. Tumpukan sampah yang menggenang sepanjang Sungai prajagumiwang dapat mengganggu kesehatan dan aliran air. Sehingga, perlu dilakukan pengurasan bersama.
Pengurasan dilakukan secara serentak di empat titik sepanjang Sungai Prajagumiwang, yakni Paoman, Babadan, Pabean Udik dan Karangsong. Kebersihan Sungai Prajagumiwang juga masuk kedalam tim penilai Adipura. Diharapkan masyarakat dapat membuang sampah pada tempatnya, karena dapat mengganggu kesehatan. TNI pun ikutserta dalam pengurasan Sungai ini, termasuk salah satu tanggung jawabnya dalam upaya kebersamaan dengan rakyat. Hal itu, menandakan bila kemanunggalan TNI dengan Rakyat tetap terjaga secara utuh. Secara umum, masyarakat Indramayu sangat mendukung kinerja pemda. Untuk itu, tidak mengherankan apabila pengurasan sungai ini mengerahkan ratusan tenaga sukarela dari berbagai unsur dan lapisan masyarakat.
Diadaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat?page=1&nocache=1
1. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ... a. Pembersihan lingkungan di sekitar oleh pemda.
b. Kegiatan jumat bersih berupa pengurasan sampah sepanjang Sungai Prajagumiwang Pabean. *
2. Penyebab dilakukannya Jumat bersih dalam berita tersebut adalah ... a. Keinginan pemda, agar lingkungan sekitar bersih.
b. Kebersihan Sungai Prajagumiwan masuk kedalam tim penilai Adipura. c. Tumpukan sampah yang menggenang sepanjang Sungai Prajagumiwang
cukup mengganggu kesehatan dan aliran air. *
d. Keikutsertaan TNI dalam pengurasan Sungai Prajagumiwang merupakan salah satu tanggung jawabnya dalam upaya kebersamaan dengan rakyat.
3. Gagasan penjelas dari teks berita tersebut adalah ...
a. Keakraban antara TNI dan polisi dalam pengurasan sungai. * b. Keikutsertaan TNI dalam jumat bersih.
c. Terpecah belahnya rakyat dan TNI.
d. TNI memegang andil yang cukup besar dalam kegiatan Jumat bersih.
4. Di bawah ini merupakan masalah-masalah dalam berita di atas, kecuali ... a. Kekhawatiran hujan.
b. Membiasakan membuang sampah pada tempatnya. c. Mengganggu kesehatan masyarakat.
d. Pembersihan limbah. *
5. Gagasan utama paragraf ke-4 adalah ...
a. Dukungan masyarakat Indramayu terhadap kinerja pemda. * b. Pengurasan sungai mengerahkan ratusan tenaga sukarela.
c. Lapisan masyarakat yang ikut andil dalam kegiatan Jumat bersih. d. Kebersamaan dan kekompakkan dari seluruh jajaran.
Soal Teks 2
Jembatan Cisono Hanyut Diterjang Banjir Kamis, 10/01/2013
Jembatan tersebut merupakan satu-satunya akses penghubung bagi beberapa kedusunan di desa tersebut seperti Cibongbong, Cikaret, Sirnaresmi, Cimapag, Situmurni, Cipulus, dan Sukamulya. Jembatan Cisono juga menjadi jembatan antarprovinsi, karena berbatasan langsung dengan Provinsi Banten. Kondisi jembatan Cisono memang sudah mengkhawatirkan dan terancam ambruk, akibat hujan yang deras, banjir yang meluap, dan tanah yang menjadi pondasi tiang terus tergerus. Namun, meski kondisinya sangat memprihatinkan warga masih nekat untuk menggunakan jembatan tersebut, karena itu merupakan satu-satunya akses untuk menuju ke kampung lain.
Di adaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/218423. 6. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ...
a. Kondisi tanah dan tiang penyangga jembatan sudah rapuh. b. Jembatan gantung Cisono hanyut diterjang banjir. * c. Dua dusun terancam terisolir akibat jembatan hanyut.
d. Selain jembatan yang hanyut, banjir merusak sawah dan tanggul iritasi.
7. Penyebab jembatan Cisono hanyut adalah sebagai berikut, kecuali ... a. Jembatan diterjang banjir akibat meluapnya sungai Cisono. b. Hujan deras yang mengguyur mengakibatkan banjir.
c. Hujan yang disertai petir membuat tiang penyangga jembatan rusak. * d. Kondisi jembatan yang tidak kuat menahan terpaan banjir.
8. Gagasan penjelas dari teks berita tersebut adalah ... a. Jembatan sebagai akses menuju kampung lain. * b. Kondisi jembatan Cisono.
c. Kelayakan jembatan untuk digunakan.
d. Kenekatan warga untuk melewati jembatan Cisono.
9. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?
a. Total sawah yang rusak sekitar sembilan hektare.
b. Tanggul irigasi yang jebol panjangnya kurang lebih 200 meter.
c. Banjir Cisono mengakibatkan jembatan yang terbawa hanyut, menghancurkan sawah, dan tanggul irigasi.
d. Menurut masyarakat, akibat banjir masyarakat terancam terisolir. *
10. Kalimat utama pada paragraf ke-3 adalah ...
a. Akibat kejadian tersebut masyarakat di Kadusunan Situmurni dan Cipulus terancam terisolir, karena warga kesulitan untuk menyeberang. *
b. Selain Jembatan Cisono yang terbawa hanyut, banjir juga turut menghancurkan sawah dan tanggul irigasi.
c. Total sawah yang rusak sekitar sembilan hektare, sedangkan tanggul irigasi yang jebol panjangnya kurang lebih 200 meter.
d. Harapan warga jembatan bisa kembali dibangun begitu juga irigasi yang rusak, karena jembatan ini banyak dilalui warga untuk membawa hasil sawah dan kebun, dan juga ke kampung lain.
Soal Teks 3
Pemerintah Belanda Berikan Bantuan Benih Ikan Lele Rabu, 30/01/2013
di Kota Cimahi. Dikhususkan yang sedang dikembangkan Pemerintah Kota Cimahi, yaitu balai benih ikan yang ada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara. Nantinya lele jenis klariasis akan dikawinkan dengan ikan lele lokal, sehingga menghasilkan jenis ikan lele yang ideal dan sesuai selera orang Indonesia. Selain bentuknya yang mirip ikan lele lokal seperti dulu dan juga rasanya enak.
Di Belanda sudah sekitar 15 tahun jenis ikan lele ini selalu dikawinkan dengan jenis lainnya. Ia menjelaskan, jenis ikan lele ini waktunya pemeliharannya relatif tidak lama, yaitu bisa dipanen setelah masa pemeliharaan 6 bulan. Soal nilai bantuan, Pemerintah Belanda memberikan keleluasan pemberian bantuan bibit lele dalam jumlah tidak terbatas.
Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan, agar ada pengembangan lebih lanjut. Pemkot Cimahi menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda sejak tahun 2012. Sekarang setelah habis, kerja sama tersebut diperpanjang lagi hingga satu tahun ke depan, katanya. Balai Benih Ikan Cimahi akan dijadikan tempat pelatihan budi daya ikan lele, khususnya untuk tingkat nasional. Hal itu dikarenakan belum ada balai serupa di daerah lainnya.
Diadaptasi dari http://www.klik-galamedia.com/pemerintah-belanda-berikan-bantuan-benih-ikan-lele
11. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ...
a. Pemerintah Belanda memberikan bantuan bibit ikan lele jenis klariasis.* b. Orang Indonesia suka lele yang kecil.
c. Budi daya ikan lele di Kota Cimahi.
d. Pelatihan budi daya ikan lele tingkat nasional.
12. Gagasan penjelas dari berita di atas adalah ... a. Jenis baru ikan lele.
b. Bibit ikan lele.
c. Ikan lele bagus untuk kesehatan.
d. Bantuan pemerintah Belanda, baik bibit ikan lele maupun tenaga supervisinya, gratis.*
13. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?
a. Di Belanda sudah sekitar 15 tahun jenis ikan lele ini selalu dikawinkan b. Pemkot Cimahi menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda sejak
tahun 2012.
c. Pemeliharannya lele relatif tidak lama, yaitu 6 bulan.*
d. Balai benih ikan yang ada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi Utara.
d. Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan.
15. Kalimat utama pada paragraf ke-4 adalah ...
a. Pemkot Cimahi bekerjasama beberapa tahun dengan pihak Belanda untuk budi daya ternak ikan lele ini.
b. Pemkot Cimahi sejak beberapa tahun telah merintis budi daya ikan dengan mendirikan balai benih ikan, agar ada pengembangan lebih lanjut. *
c. Pemkot Cimahai memperpanjang kerjasa dengan pihak Belanda satu tahun kedepan.
d. Pemkot Cimahi ingin kota Cimahi sebagai tempat pelatihan budi daya ikan lele berskala nasional.
Soal Teks 4
Warga Desa Nunuk Minta Jembatan Jumat, 01/02/2013
Banjir di sungai Cisuluheun dan sungai Citayeum di Desa Nunuk, Kecamatan Maja, Kabupaten Majalengka, yang setiap saat terjadi menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas. Murid Sekolah Dasar dan SMP yang ada di Desa Nunukpun terpaksa tidak bersekolah bila sungai-sungai yang ada di wilayah tersebut banjir.
Banjir sungai Cisuluheun ataupun Citayeum bisa mencapai kedalaman satu meter hingga 1,5 meter, sehingga tidak bisa disebrangi karena aliran air sangat deras disertai bebatuan. Bila banjir terjadi batu berukuran besarpun terbawa hanyut.
Masyarakat Desa Nunuk kerap terisolir bila datang musim peghujan, bila ingin bepergian mereka harus menaklukan tiga aliran sungai yang salah satunya kedalamannya hingga satu meter lebih. Mereka menyebrang tanpa jembatan ataupun alat bantu penolong lainnya, sehingga bahaya setiap saat mengancam. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air hanya sampai kedalama 50 cm. Persoalan lainnya masyarakat ketika banjir adalah sulitnya masyarakat menjual hasil bumi ke pasar. Kalaupun bisa, ongkos angkutpun tinggi karena barang harus dipikul hingga menyebrangi sungai.
Beberapa tokoh masyarakat Desa Nunuk menyebutkan aparat desa, pernah bebeberapa kali mengajukan permohonan pembangunan jembatan. Akan tetapi, tidak pernah terealisasi.
Di adaptasi dari http://www.pikiran-rakyat.com/node/221202
16. Gagasan utama dalam berita di atas adalah ….
a. Banjir menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas.
b. Pembangunan jembatan yang tidak pernah terealisasi. * c. Murid SD dan SMP terpaksa tidak bersekolah karena banjir.
d. Terisolirnya masyarakat Desa Nunuk bila dating musim penghujan.
b. Mereka harus menaklukan tiga aliran sungai yang salah satunya kedalamannya hingga satu meter lebih.
c. Mereka menyebrang tanpa jembatan ataupun alat bantu penolong lainnya. d. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air
hanya sampai kedalama 50 cm.
18. Gagasan penjelas dari teks berita di atas adalah ….
a. Banyaknya murid yang tidak sekolah bila terjadi banjir.
b. Tokoh masyarakat dan aparat desa Nunuk ikut membantu mencari jalan keluar.
c. Sulitnya masyarakat menjual hasil bumi ke pasar.
d. Permohonan pembangunan jembatan namun tidak pernah terealisasi. *
19. Di bawah ini, merupakan masalah-masalah dalam beita di atas, kecuali …. a. Permohonan pembangunan jembatan namun tidak pernah terealisasi. b. Banyaknya murid yang tidak sekolah bila terjadi banjir.
c. Ambruknya jembatan yang menghubungkan setiap desa.*
d. Banjir menyebabkan sulitnya masyarakat di wilayah tersebut untuk beraktivitas.
20. Di bawah ini kalimat berupa fakta, kecuali?
a. Banjir sungai Cisuluheun ataupun Citayeum bisa mencapai kedalaman satu meter hingga 1,5 meter.
b. Kalau musim kemarau kendaraan dapat menyeberang sungai karena air hanya sampai kedalama 50 cm.
c. Ketika banjir masyarakat sulit untuk menjual hasil bumi ke pasar. d. Masyarakat Desa Nunuk tidak bisa kemana-mana ketika hujan datang.*
3. Validitas Instrumen
Untuk menentukan validitas instrumen penulis menggunakan uji data
secara empiris. Uji data empiris ini dilakukan kepada kelas yang memiliki tingkat kemampuan yang sama dengan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Untuk mendapatkan validitas butir soal bisa digunakan rumus Product Moment Pearson yaitu:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
= skor total tiap siswa = jumlah siswa
[image:38.595.117.509.205.758.2]Setelah diketahui nilai rxy. maka dimasukkan ke dalam tabel interpretasi nilai rxy untuk diketahui nilai validitasnya.
Tabel 3.5 Interpretasi Nilai rxy
Besarnya rxy Kriteria
Antara Sangat tinggi Antara Tinggi
Sedang
Antara Rendah
0 Sangat rendah
(Arikunto,2010 : 245)
Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates V4 diperoleh koefisien korelasi keseluruhan soal adalah rxy = 0,64, hal tersebut menunjukkan bahwa butir soal secara keseluruhan memiliki validitas tinggi, sehingga dapat digunakan dalam penelitian. Adapun validitas untuk setiap butir soal disajikan sebagai berikut.
Tabel 3.6
Validitas Setiap Butir Soal No
Soal
Koefisien Validitas
Kriteria Validitas
1 0.310 Rendah
2 0.443 Sedang
3 0.360 Rendah
4 0.473 Sedang
5 0.537 Sedang
6 0.091 Sangat Rendah
7 0.593 Sedang
8 0.473 Sedang
9 0.301 Rendah
10 0.558 Sedang
11 0.313 Rendah
14 0.177 Sangat Rendah
15 0.609 Tinggi
16 0.699 Tinggi
17 0.443 Sedang
18 0.277 Rendah
19 0.280 Rendah
20 0.443 Sedang
4. Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas suatu alat ukur dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil yang tetap sama (konsisten, ajeg). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif sama) jika pengukurannya diberikan pada subyek yang sama meskipun dilakukan oleh orang, waktu dan tempat yang berbeda, tidak terpengaruh oleh pelaku, situasi dan kondisi (Suherman dan Kusumah, 1990:
167). Rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas bentuk uraian dikenal dengan rumus Alpha (Suherman dan Kusumah, 1990: 194), yaitu:
∑
Keterangan:
r11 = korfisien reliabilitas n = banyak butir soal (item) ∑ = jumlah varians skor tiap item
= varians skor total
[image:39.595.113.511.277.751.2]Adapun klasifikasi derajat reliabilitas menurut Guilford (Suherman, 1990 : 177) berikut dalam tabel:
Tabel 3.7
Klasifikasi Reliabilitas Koefisien Reliabilitas
( ) Kriteria
Derajat reliabilitas sangat rendah
Derajat reliabilitas rendah
Derajat reliabilitas sedang
Derajat reliabilitas sangat tinggi
Berdasarkan perhitungan menggunakan Anates V4 diperoleh derajat realibilitas r11 = 0,78 ini berarti bahwa butir soal secara keseluruhan memiliki derajat realibilitas tinggi.
5. Daya Pembeda
Menurut Suherman dan Kusumah (1990: 199-200) daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara siswa yang mengetahui jawabannya dengan benar dengan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut atau siswa yang menjawab salah. Dengan kata lain, daya pembeda suatu butir soal adalah kemampuan butir soal itu untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tipe uraian dihitung dengan
menggunakan rumus berikut:
A B
X X
DP
SMI
Keterangan :
DP = daya Pembeda
A
X = rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
B
X = rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar SMI = skor Maksimal Ideal
[image:40.595.109.515.244.684.2]Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda (Suherman, 1990 : 202) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Daya Pembeda Daya Pembeda (DP) Kriteria
DP ≤ 0,00 Sangat jelek
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
[image:41.595.119.509.185.572.2]Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan Microsoft Office Exel, daya pembeda setiap butir soal digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 3.9
Nilai DP tiap butir soal No
Soal
Nilai DP Kriteria
1 0,22 Cukup
2 0,44 Baik
3 0,22 Cukup
4 0,22 Cukup
5 0,33 Cukup
6 0,22 Cukup
7 0,33 Cukup
8 0,33 Cukup
9 0,33 Cukup
10 0,44 Baik
11 0,33 Cukup
12 0,22 Cukup
13 0,33 Cukup
14 0,22 Cukup
15 0,56 Baik
16 0,44 Baik
17 0,44 Baik
18 0,33 Cukup
19 0,22 Cukup
20 0,22 Cukup
6. Indeks Kesukaran
Indeks kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan derajat kesukaran suatu butir soal diantara bilangan real pada interval 0,00 sampai 1,00. Indeks kesukaran soal tipe uraian dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini:
Keterangan:
IK = indeks Kesukaran X = rata-rata
X IK
SMI = skor Maksimal Ideal
[image:42.595.114.516.170.706.2]Adapun klasifikasi indeks kesukaran (Suherman, 1990 : 213) disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.10
Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks Kesukaran (IK) Klasifikasi
IK = 0,00 Soal sangat sukar
0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar
0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang
0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah IK = 1,00 Soal terlalu mudah
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan menggunakan Microsoft Office Excel, indeks kesukaran setiap butir soal digambarkan pada tabel berikut.
Tabel 3.11 Indeks kesukaran
No Soal
Nilai IK Interpretasi
1 0,33 Sukar
2 0,33 Sukar
3 0,22 Sukar
4 0,22 Sukar
5 0,28 Sukar
6 0,22 Sukar
7 0,28 Sukar
8 0,28 Sukar
9 0,17 Sangat Sukar
10 0,39 Sedang
11 0,22 Sukar
12 0,22 Sukar
13 0,28 Sukar
14 0,33 Sedang
15 0,39 Sedang
16 0,22 Sukar
17 0,33 Sedang
18 0,28 Sukar
19 0,33 Sedang
E. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Pasundan 3 Cimahi tahun pelajaran 2012/ 2013 semester genap yang berjumlah empat kelas, terdiri dari kelas X1 sampai kelas X4.
2. Sampel
Sugiyono (2010: 85) mengemukakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling terdiri dari dau teknik, yaitu probality sampling dan nonprobality sampling. Sampel diambil secara nonrandom sehingga ada dua kelas yang akan dijadikan kelas masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dengan demikian, sampel penelitian yang akan penulis ambil adalah siswa-siswa dari kelas X-1 dan X-2
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan
Setelah pembahasan selesai peneliti lakukan, beberapa simpulan yang peneliti dapatkan, yaitu sebagi berikut.
1) Kemampuan membaca ekstensif teks nonsastra di kelas eksperimen (X-1)
secara keseluruhan meningkat dari prates hingga pascates. Saat melakukan prates nilai terendah yang didapatkan oleh siswa sebesar 45 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang didapatkan siswa sebesar 65 dengan kategori cukup. Rata-rata yang didapatkan pada prates sebesar 51.38 dengan kategori kurang baik.setelah melakukan prates penereapan pembelajaran pun dilakukan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah sebanyak tiga kali perlakuan, setelah itu dilakukan pascates. Pada pascates nilai terendah yang didapatkan sebesar 55 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang didapatkan sebesar 80 dengan kategori baik. Rata-rata yang didapatkan adalah sebesar 65.55 dengan kategori cukup. Dari penjelasan di atas terlihat bahwa terdapat peningkatan yang signifikan antara hasil rata-rata yang didapatkan siswa dari prates hingga pascates. Kenaikan itu 51.38 yang memiliki kategori kurang menuju 65.55 yang memiliki kategori cukup. Gain antara kedua rata-rata tersebut adalah 14.17. Peningkatan yang dialami kelas ekperimen menandakan mereka dapat menangkap gagasan yang terdapat dalam teks bacaan nonsastra dan daya kritis siswa pun ikut meningkat dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah. Faktor lain yang mendukung peningkatan nilai selain penggunaan pembelajaran tersebut karena siswa menyimak dengan baik
penjelasan guru, seusana lingkungan kelas pun mendukung siswa dalam berkonsentrasi, siswa pun bersemangat saat belajar bahasa Indonesia di kelas.
Pada kelas kontrol setelah prates pembelajaran menggunakan metode quantum thinker di kelasnya kemudian barulah melaksanakan pascates. Saat
pascates nilai terendah yang diperoleh siswa sebesar 45 dengan kategori kurang. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah sebesar 65 dengan kategori cukup. Rata-rata nilai pascates yang diperoleh sebesar 54.72 dengan kategori kurang. Dari penjelasan di atas terlihat adanya peningkatan rata-rata dari
prates menuju pascates dengan gain 7.78, yang semula 46.94 menuju 54.72. Kenaikan rata-rata di kelas kontrol memang tidak terlalu jauh. Namun, hal itu menunjukkan hal yang baik karena tetap terjadinya peningkatan dari prates menuju pascates. Peningkatan nilai siswa kelas kontrol tidak sejauh peningkatan di kelas eksperimen hal itu bisa disebabkan berbagai hal, misalnya siswa belum memahami penggunaan metode quantum thinker dalam pembelajaran membaca ekstensif teks nonsastra yang memang memuat banyak langkah yang harus siswa lakukan dengan waktu tes yang singkat, siswa bermalas-malasan dalam mengerjakan tes yang diberikan guru, dll. 3) Hasil analisis yang peneliti lakukan menunjukkan adanya perbedaan yang
signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Saat melakukan pengujian hipotesis peneliti menggunakan rumus Uji-t untuk melihat tingkat signifikansi kedua kelas. Di akhir pengujian hipotesis dengan uji-t penulis mendapatkan hasil thitung 3,5 > ttabel 2,01. Hal itu menyatakan thitung > ttabel. Maka, hipotesis yang peneliti ajukan dapat diterima yaitu terdapatnya perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah efektif untuk digunakan dalam pembelajaran membaca terutama membaca ekstensif jenis teks
nonsastra. Hasil penelitian ini bermakna banyak bagi peneliti sebagai calon guru bahasa Indonesia dalam mencapai tujuan pembelajaran kelak karena
B.Saran
Saran yang dapat peneliti berikan adalah sebagai berikut.
1) Jika para pengajar bahasa dan sastra Indonesia ingin menggunakan pembelajaran berbasis masalah ini hal yang harus diperhatikan adalah saat guru memberikan permasalahan pada siswa. Jangan sampai permasalah yang
diberikan akan membuat siswa bingung. Berikanlah permasalahan yang benar-benar ada atau menyangkut dalam teks bacaan yang akan diberikan.
2) Teks bacaan yang diberikan kepada siswa lebih baik teks-teks nonsasstra yang bersifat umum terjadi di masyarakat, seperti artikel berita.
3) Jika sarana yang dipergunakan terlalu berat untuk guru karena harus memperbanyak teks, hal itu bisa disiasati dengan pemberian tugas. Siswa dapat diperintahkan untuk membawa teks sendiri dan saling menukar teks dengan temannya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, H. 2008. Pembelajaran Membaca Ekstensif Teks Berita dengan Menggunakan Teknik Jigsaw. Skripsi FPBS UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Ahuja, Pramila dan Ahuja, G.C. 2010. Membaca Secara Efektif dan Efisien.
Bandung: Kiblat.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Bimbie. 2009. Membaca Cepat Teks Nonsastra. [online]. Tersedia: http://www.bimbie.com/membaca-teks-non-sastra.htm [5 Desember 2012]. Depdiknas. 2003. Pengajaran Berbasis Masalah. Jakarta : Departemen
Pendidikan Nasional.
Kosasih. 2008. Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : CV. Yrama Widya. Iskandarwassid dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: Rosda. Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.
Purwantini, Desi. (2009). Peningkatan Kecepatan Efektif Membaca (KEM) dengan Menggunakan Teknik Trifokus dalam Pembelajaran Membaca Cepat. UPI: Tidak diterbitkan.
Ratnaningsih. 2003. Pengembangan Kemampuan Berfikir Matematik Siswa SMU Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Tesis Program Pasca Sarjana UPI: Tidak Diterbitkan.
Rusmono. 2012. Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia.
Syamsuddin dan Damaianti. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Suci, N. M. 2008. Penerapan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Partisipasi Belajar dan Hasil Belajar Teori Akutansi Mahasiswa Jurusan Ekonomi. [online]. Tersedia: http://www.jurnal.pendidikan.com/penerapan-model-problem-based-learning.htm [5 Desember 2012].
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alpa beta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Angkasa.
Suherli. 2008. Kajian Keterbacaan Berdasarkan Perspektif Peristiwa Membaca. [online]. Tersedia: http://suherlicenter.blogspot.com/2008/10/hut-70-tahun-profdyrus-rusyana.htm [5 Desember 2012].
Suherman, E. dan Kusumah, Y.S. 1990. Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Tarigan, H. G. 2008. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.