• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

INTISARI

Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan peningkatan tekanan darah

sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Di Indonesia prevalensi hipertensi terus mengalami peningkatan. Masalah yang terjadi sekarang adalah walaupun prevalensi hipertensi terus mengalami peningkatan, akan tetapi kesadaran masyarakat untuk melakukan pengecekan tekanan darah dan menjalani terapi masih rendah.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi “The Rule of

Halves” terkait proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini mengacu pada teori rule of halves dan merupakan jenis penelitian survei farmakoepidemiologi secara observasional dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Jenis pengambilan sampel secara

purposive sampling,responden yang terlibat berusia ≥40 tahun.

Data yang diperoleh adalah hasil pengukuran tekanan darah serta informasi terkait penelitian yang diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan proporsi prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan sebesar 55%, kesadaran 32,5%, yang melakukan terapi 31,5%. Faktor sosio-ekonomi pendidikan menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan hipertensi dilihat dari nilai p<0,05 (p=0,003). Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pendidikan mempengaruhi prevalensi hipertensi, akan tetapi ketiga faktor sosio ekonomi tidak terbukti mempengaruhi kesadaran dan terapi responden terkait hipertensi di Dukuh Blambangan.

(2)

ABSTRACT

Hypertension was defined as systolic blood pressure increase state

≥140mmHg and/or diastolic blood pressure ≥90mmHg. In Indonesia, the

prevalence of hypertension continues to increase. The problem is happening now is that although the prevalence of hypertension is increasing, but the awareness of the public to check blood pressure and therapy is still low.

The general objective of this study was to identify " The Rule of Halves" relevant proportion of hypertension prevalence, awareness, and treatment of respondents hypertension in Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. This study refers to the theory of the rule of halves and the type of survey research Pharmacoepidemiology observational, cross-sectional design. Types sampling purposive sampling, respondents aged ≥40 years involved.

The result of the data obtained is of blood pressure measurement and research-related information obtained through interviews. The results showed the proportion of prevalence hypertension 55%, awareness 32.5%, 31.5% who do therapy. Socio-economic study showed significantly different results with hypertension seen from the value of p <0.05 (p = 0.003). The conclusion of this study is the level of education affect the prevalence of hypertension, but the third socio-economic factors are not shown to affect the awareness and treatment of hypertension-related respondents in Blambangan.

(3)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI DI DUKUH BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memproleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Fidelia Yeristha Siseng NIM: 118114072

FAKULTAS FARMASI

(4)
(5)
(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah

mengeringkan tulang” (Amsal 17:22).

Kupersembahkan untuk: Bunda Maria, Bapa, Putra, dan Roh Kudus Papa dan Mama, sebagai ungkapan rasa hormat dan terima kasihku adik-adikku (Berry dan Cerry) yang senantiasa memberi semangat dan Almamaterku Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

.

To succeed you have to believe in something such a

passion that it becomes a reality

(7)
(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Bunda Maria, dan Yesus Kristus berkat kasih yang dilimpahkan karya yang berjudul “Prevalensi,

Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi Berdasarkan Kajian Faktor Sosio-Ekonomi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta” dapat

diselesaikan pada waktunya. Penulis menyadari untuk sampai pada titik ini bukanlah suatu proses yang mudah, segalanya terjadi juga berkat dukungan orang-orang di sekitar, oleh karena itu tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada: 1. Kantor Badan Pemerintahan Daerah, Kesatuan Bangsa, Dinas Kesehatan,

Kecamatan, dan Desa atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

2. Bapak Suraji selaku Kepala Dukuh Blambangan.

3. Bapak RT dan semua warga Dukuh Blambangan yang telah membantu demi kelancaran pengambilan data.

4. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

5. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing, memotivasi, memberikan masukan serta kesabaran yang telah ibu curahkan.

6. dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK dan Ibu Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen penguji yang telah memberi banyak masukan dalam skripsi ini.

7. Papa Yeremias Unggas dan Mama Margaretha Mimus dan kedua adik penulis Berry dan Cerry, serta kakak Yon Marung dan Om Pater Vitalis Nonggur atas

(10)

jerih payah hingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi, atas segala doa, dukungan, cinta dan kasih sayang yang tidak pernah putus selama menyelesaikan skripsi.

8. Teman-teman satu tim Yovika, Greta, Danik, Shinta, Oppy, Gita, Gesti, Berna, Niken, Yudist, dan Meilisa yang telah berjuang bersama dari awal sampai akhir skripsi ini diselesaikan.

9. Orang- orang terdekat penulis Avry Agas, Icha Durhaman, Cele Jebalut, Vil Negong, Venny Landis, Intan Karjon, Hanni Bekor, Yin Gambut, Iin Ajum, Sari Jebarus, dan teman-teman satu kos Ensy Babo, Celsy Nagi, Ervin Due, Ryssa Pardede, Lia Simanjuntak, Arlyn Woi yang telah banyak membantu penulis dengan cara mereka masing-masing, serta teman-teman FSM B 2011 dan FKK A 2011 atas dukungan yang diberikan kepada penulis.

Seperti pribahasa yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak”,

penulis juga menyadari bahwa karya ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis terbuka untuk segala macam bentuk kritikan dan saran yang membangun demi hasil karya yang lebih baik dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan, khususnya dalam bidang kefarmasian. Terima Kasih.

Yogyakarta, 18 Maret 2015

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

PRAKATA... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

INTISARI... xvi

ABSTRACT... xvii

BAB I.PENGANTAR... 1

A.Latar Belakang... 1

1. Rumusan masalah... 4

2. Keaslian penelitian ... 4

3. Manfaat penelitian... 6

B.Tujuan Penelitian... 6

1. Tujuan umum... 6

2. Tujuan khusus... 6

(12)

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 7

A.Hipertensi... 7

B.Kesadaran... 8

C.Terapi... 9

D.Pengukuran TekananDarah... 11

E. Faktor Penyebab Hipertensi... 12

F. The Rule of Halves... 16

G.Landasan Teori... 17

H.Hipotesis... 19

BAB III. METODE PENELITIAN... 20

A.Jenis dan Rancangan Penelitian... 20

B.Variabel Penelitian... 20

C.Definisi Operasional... 21

D.Responden Penelitian... 22

E. Lokasi Penelitian... 22

F. Ruang Lingkup Penelitian... 22

G.Teknik Pengambilan Sampel... 23

H.Instrument Penelitian... 24

I. Tata Cara Penelitian... 24

(13)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 30

A.Prevalensi Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi di Dukuh Blambangan... 33

1. Prevalensi Hipertensi... 33

2. Kesadaran Hipertensi... 34

3. Terapi Hipertensi... 35

B.Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Proporsi Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi... 37

1. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Hipertensi... 37

a. Pendidikan dengan Hipertensi... 37

b. Pekerjaan dengan Hipertensi... 38

c. Penghasilan dengan Hipertensi... 38

2. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi... 39

a. Pendidikan dengan Kesadaran... 39

b. Pekerjaan dengan Kesadaran... 40

c. Penghasilan dengan Kesadaran... 40

3. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi... 41

a. Pendidikan dengan Terapi... 41

b. Pekerjaan dengan Terapi... 41

c. Penghasilan dengan Terapi... 42

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 43

A.Kesimpulan... 43

B.Saran... 43

(14)
(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Keaslian Penelitian... 5 Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan Darah... 7 Tabel III. Definisi Operasional Penelitian di Dukuh Blambangan .. 21 Tabel IV. Profil Responden Penelitian... 31

Tabel V. Profil TDS dan TDD... Tabel VI. Sumber Terapi Responden Hipertensi... 35

Tabel VII. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi Prevalensi

Hipertensi ... ... 37 Tabel VIII. Profil Pendidikan Responden berdasarkan Usia...

Tabel IX. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran...

Tabel X Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi

Hipertensi... 41 32

39 38

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Ruang Lingkup Penelitian... 23

Gambar 2 Teknik Pengambilan Sampel... 23

Gambar 3 Tata Cara Penelitian... 24

Gambar 4 Profil Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi... 36

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonon Izin dari Fakultas Farmasi... 49

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian dari Kantor Kesatuan Bangsa... 50

Lampiran 3. Protokol Izin Komisi Etik... 51

Lampiran 4. Nomor Ethical Clearance... 52

Lampiran 5. Surat Pelatihan Penggunaan Sphygmomanometer Digital... 53

Lampiran 6. Daftar Pertanyaan kepada Responden... 54

Lampiran 7. Informed Consent... 55

Lampiran 8. CRF... 58

Lampiran 9. SOP Pengukuran Tekanan Darah... 59

Lampiran 10. Uji Post Hoc... 59

(18)

INTISARI

Hipertensi didefinisikan sebagai keadaan peningkatan tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Di Indonesia prevalensi hipertensi terus mengalami peningkatan. Masalah yang terjadi sekarang adalah walaupun prevalensi hipertensi terus mengalami peningkatan, akan tetapi kesadaran masyarakat untuk melakukan pengecekan tekanan darah dan menjalani terapi masih rendah.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi “The Rule of

Halves” terkait proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini mengacu pada teori rule of halves dan merupakan jenis penelitian survei farmakoepidemiologi secara observasional dengan pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Jenis pengambilan sampel secara

purposive sampling,responden yang terlibat berusia ≥40 tahun.

Data yang diperoleh adalah hasil pengukuran tekanan darah serta informasi terkait penelitian yang diperoleh melalui wawancara. Hasil penelitian menunjukkan proporsi prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan sebesar 55%, kesadaran 32,5%, yang melakukan terapi 31,5%. Faktor sosio-ekonomi pendidikan menunjukkan hasil berbeda bermakna dengan hipertensi dilihat dari nilai p<0,05 (p=0,003). Kesimpulan penelitian ini adalah tingkat pendidikan mempengaruhi prevalensi hipertensi, akan tetapi ketiga faktor sosio ekonomi tidak terbukti mempengaruhi kesadaran dan terapi responden terkait hipertensi di Dukuh Blambangan.

Kata kunci : Hipertensi, prevalensi, kesadaran, faktor sosio-ekonomi.

(19)

ABSTRACT

Hypertension was defined as systolic blood pressure increase state ≥140mmHg and/or diastolic blood pressure ≥90mmHg. In Indonesia, the prevalence of hypertension continues to increase. The problem is happening now is that although the prevalence of hypertension is increasing, but the awareness of the public to check blood pressure and therapy is still low.

The general objective of this study was to identify " The Rule of Halves" relevant proportion of hypertension prevalence, awareness, and treatment of respondents hypertension in Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. This study refers to the theory of the rule of halves and the type of survey research Pharmacoepidemiology observational, cross-sectional design. Types sampling purposive sampling, respondents aged ≥40 years involved.

The result of the data obtained is of blood pressure measurement and research-related information obtained through interviews. The results showed the proportion of prevalence hypertension 55%, awareness 32.5%, 31.5% who do therapy. Socio-economic study showed significantly different results with hypertension seen from the value of p <0.05 (p = 0.003). The conclusion of this study is the level of education affect the prevalence of hypertension, but the third socio-economic factors are not shown to affect the awareness and treatment of hypertension-related respondents in Blambangan.

Key words: hypertension, prevalence, awareness, therapy, socio-economic factor

(20)

BAB I PENGANTAR A.Latar Belakang

European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC) mendefinisikan hipertensi jika nilai tekanan darah sistolik

≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg

(Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, Bohm et al, 2013). Menurut Rahajeng mengutip data WHO dan the International Society of Hypertension

(ISH), terdapat 600 juta penderita hipertensi diseluruh dunia, tiap tahunnya 3 juta jiwa meninggal dunia, dan 7 dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan atau terapi (Rahajeng dan Tumiah, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara dengan angka kejadian hipertensi yang tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3% penduduk Indonesia menderita hipertensi dan pada tahun 2004 proporsi prevalensi hipertensi meningkat menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tumiah, 2009).

(21)

dengan jumlah 63,377 kasus dalam sepuluh besar penyakit di Kabupaten Sleman setelah Common Cold/Nasopharyngitis (Dinkes, 2013).

Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang menyebabkan perkembangan penyakit lain seperti stroke hemoragik, gagal jantung, bahkan berdampak pada kematian dini. Hipertensi yang tidak diobati biasanya dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang progresif (NICE, 2011). Langkah yang paling aman untuk mengantisipasi hal yang tidak diinginkan adalah membiasakan diri untuk mengontrol tekanan darah sejak dini di pusat pelayanan kesehatan terdekat (Sawicka, Szczyrek, Jastrzebska, Prasal, and Daniluk, 2011). Hipertensi tidak menunjukan gejala, karena itu disebut “silent killer disease”. Kenyataan ini yang menyebabkan seseorang tidak menyadari jika menderita hipertensi dan kini menjadi masalah kesehatan yang serius, karena kebanyakan penderita hipertensi mengetahui jika mengalami penyakit ini ketika hipertensi yang dialami mencapai tingkat yang parah dan terjadi komplikasi.

(22)

Faktor sosio-ekonomi dapat memicu terjadinya hipertensi. Pekerjaan yang terlalu berat dan penghasilan yang rendah dapat memicu stres yang menyebabkan pelepasan hormon adrenalin sehingga kerja jantung terpacu, jantung berdenyut lebih cepat dan pada akhirnya tekanan darah ikut meningkat. Penelitian dunia menyatakan bahwa tingkat pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah, kenyataan ini menggambarkan masyarakat yang kesusahan dalam mengakses informasi mengenai pola hidup sehat, semakin rendah kemampuan masyarakat dalam mengakses informasi mengenai pola hidup sehat khususnya dalam hal ini adalah pola hidup sehat terkait hipertensi maka risiko kejadian hipertensi ikut meningkat.

Hipertensi juga berisiko dengan semakin bertambahnya usia, akibat kekakuan dari pembuluh darah didukung pula oleh pola makan yang kurang diperhatikan, sedangkan dari sisi jenis kelamin, baik laki-laki maupun perempuan berisiko mengalami hipertensi. Laki-laki lebih berisiko mengalami hipertensi dibandingkan perempuan ketika perempuan belum memasuki masa menopause, akan tetapi ketika seorang perempuan memasuki usia menopause, maka baik perempuan maupun laki-laki keduanya berisiko mengalami hipertensi.

(23)

proporsi dari kejadian tersebut. Pertimbangan lain adalah informasi yang peneliti dapatkan bahwa karakteristik sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan sangat bervariasi baik itu dari segi pendidikan yang didominasi oleh masyarakat yang berpendidikan ≤SMP, pekerjaan yang didominasi oleh para buruh tani dengan

jumlah penghasilan perbulan yang tidak menentu, sehingga dari informasi ini peneliti ingin mengetahui apakah gambaran faktor sosio-ekonomi seperti ini mempengaruhi kejadian hipertensi di Dukuh Blambangan, dan berlanjut pada evaluasi mengenai kesadaran dan terapi terkait hipertensi di dukuh tersebut.

1. Rumusan masalah

a. Berapa proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Blambangan?

b. Apakah terdapat pengaruh dari faktor sosio-ekonomi yang meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi pada responden di Dukuh Blambangan?

2. Keaslian Penelitian.

(24)

Tabel I. Keaslian Penelitian

No. Nama Peneliti Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. berusia 18 tahun ke atas.

Rancangan penelitian

(25)

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh faktor sosio-ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap perbedaan proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh faktor sosio-ekonomi seperti pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan terhadap prevalensi hipertensi, kesadaran, dan terapi terkait hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi “The Rule Of Halves” terkait proporsi prevalensi

hipertensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi proporsi prevalensi hipertensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A.Hipertensi

Menurut panduan European Society of Hypertension (ESH) dan

European Society of Cardiology (ESC), dikatakan hipertensi jika nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg.

Berikut tabel klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) menurut ESH dan ESC: Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg)

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal <120 Dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Kategori

Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi Kelas 1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi Kelas 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensi Kelas 3 ≥180 dan/atau ≥110

Hipertensi Isolasi

Sistolik ≥140 Dan <90

(Mancia et al., 2013).

Patofisiologi hipertensi dimulai dengan atherosklerosis, gangguan struktur anatomi pembuluh darah perifer yang berlanjut dengan kekakuan pembuluh darah, kekakuan pembuluh darah disertai dengan penyempitan dan kemungkinan pembesaran plaque yang menghambat gangguan peredaran darah perifer. Kekakuan dan kelambanan aliran darah menyebabkan kerja jantung bertambah berat (Bustan, 2007).

(27)

pengobatan. Masalah hipertensi di Indonesia cenderung meningkat, data Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan penyakit kardiovaskuler sebagai penyakit nomor satu penyebab kematian, data ini dilihat pada tahun 1995, 2001 dan 2004 dan sekitar 20–35% dari kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi, informasi lain yang diperoleh dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 kejadian hipertensi di Indonesia cenderung meningkat dimana dari 8,3% penduduk menderita hipertensi meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004 (Rahajeng dan Tumiah,2009). Data lain juga menunjukkan kejadian hipertensi mengalami peningkatan akibat berbagai faktor pemicu pada orang dewasa, dari 8% pada tahun 1995 meningkat menjadi 32% di tahun 2008 (Krishnan, Garg, and Kahandaliyanage, 2013).

B.Kesadaran

Kesadaran adalah pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang diri dan keberadaannya, kesadaran menjadi faktor penting bagi seseorang untuk memahami bagaimana cara bertindak atau menyikapi suatu kenyataan (Halawa, 2007). Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan kesadaran sebagai suatu keadaan yang menunjukan seseorang mengerti dengan apa yang dirasakan dan dialaminya (Tim Penyusun Kamus, 2005).

(28)

akan tetapi walaupun demikian kesadaran seseorang untuk mencegah hipertensi dan mengecek tekanan darah masih sangat rendah (Zikru, Gebru, and Kahsay, 2014). Pengetahuan dan kesadaran hipertensi merupakan faktor penting dalam mencapai kontrol tekanan darah, sehingga dengan pengontrolan tekanan darah secara rutin maka pengendalian hipertensi semakin baik. Beberapa penelitian menghubungkan kesadaran dengan pengetahuan, semakin rendah pendidikan yang ditempuh maka kesadaran untuk mengontrol tekanan darah semakin kecil, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang diperoleh mengenai bahaya hipertensi yang juga dapat berdampak pada kematian (Aleksander, Gordon, Davis, and Chen, 2004).

C.Terapi

Tujuan terapi hipertensi adalah menurunkan angka morbiditas dan mortalitas akibat hipertensi. Selain terapi farmakologi, penderita hipertensi seharusnya mampu memodifikasi gaya hidup seperti mengatur pola makan dengan mengkonsumsi buah-buahan serta sayur dan menghindari makanan berlemak, aktivitas fisik selama 30 menit dalam sehari (Dipiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells,

(29)

Golongan obat antihipertensi yang digunakan yaitu : 1) Diuretik

Contoh obat diuretik adalah tiazid merupakan diuretik dengan potensi menurunan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi natrium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan eksresi natrium dan volume urin (Gormer, 2007).

2) Beta bloker

Obat golongan ini bekerja dengan mengeblok beta-adrenoseptor. Stimulasi yang terjadi pada reseptor beta di otak dan perifer akan memacu neurotransmitter yang dapat meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Stimulasi reseptor beta-1 pada jantung dapat meningkatkan frekuensi denyut dan kekuatan kontraksi otot jantung, sedangkan stimulasi reseptor beta-1 pada ginjal akan menyebabkan pelepasan renin, meningkatkan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron (Gromer, 2007).

3) Angiotensin Converting Enzyme-inhibitor (ACEi)

Mekanisme kerja obat golongan ini adalah menghambat secara kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekusor angiotensin I yang inaktif (Gormer, 2007).

4) Angiotensin Reseptor Bloker (ARB)

(30)

5) Calcium Chanel Bloker (CCB)

Mekanisme kerja golongan CCB adalah menurunkan influks ion kalsium ke dalam sel miokard, sel-sel dalam sistem konduksi jantung, dan sel-sel otot polos pembuluh darah sehingga akan menurunkan kontraktilitas jantung, dan memacu aktivitas vasodilatasi (Gormmer, 2007).

Penelitian yang dilakukan Setiati mengenai prevalensi hipertensi tanpa dan menggunakan anti-hipertensi menunjukkan bahwa 37,32% penderita hipertensi tidak melakukan terapi, hal ini ditunjukkan oleh data bahwa yang mengalami hipertensi 1814 subjek, sedangkan dari 1814 subjek yang hipertensi

terdapat 677 subjek yang dinyatakan tidak melakukan terapi (Setiati and Sutrisna, 2005).

D.Pengukuran Tekanan Darah

(31)

pengujian dan kalibrasi adalah Peraturan Pemerintah (PP) No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan (Depkes RI, 2007).

Semua alat yang digunakan harus terkalibrasi. Pengukuran tekanan darah mencakup tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah diukur pada lengan kanan dengan posisi duduk, kemudian dipasang manset yang lebarnya dapat melingkar sekurang-kurangnya 2/3 panjang lengan atas dan tidak menempel baju. Kemudian lakukan pemompaan, catat hasil tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi dengan menggunakan digital sphygmomanometer.

Pengukuran dilakukan 2 kali berturut-turut dengan interval 2 menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran ke 1 dan ke 2 baik

pada sistolik dan atau pada diastolik, lakukan pengukuran ke-3 (Handayani, 2013).

E.Faktor Penyebab Hipertensi 1. Umur

Tekanan darah ikut meningkat dengan bertambahnya umur. Setelah umur 45 tahun dinding arteri berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku (Kumar, Abbas, and Fausto, 2005). Menurut Krummel dalam penelitian yang dilakukan oleh Farida Nur Aisyiyah pada tahun 2009 penyakit hipertensi paling banyak diderita oleh kelompok umur 31-55 tahun dan pada saat usia 40 tahun ke atas penyakit ini akan berkembang, hal yang sama juga terjadi pada yang berusia 60 tahun ke atas (Aisyiyah,2009).

(32)

diastolik akan meningkat. Tekanan darah sistolik meningkat sampai pada usia 80 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik terus meningkat sampai pada usia 55-60 tahun, kemudian setelah itu akan menurun secara perlahan bahkan drastis (Krummel, 2004).

2. Jenis Kelamin

Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005).

Pada pre-menopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut sampai pada hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, Abbas, dan Fausto, 2005).

3. Faktor Sosio-Ekonomi a. Pendidikan

(33)

beasiswa, serta program bidik misi di perguruan tinggi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi. Menurut Suhendar dalam penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2012) dalam The Global Competitiveness Report tahun 2011-2012 yang diadakan oleh World Economy Forum (WEF) mengenai tingkat pendidikan, menempatkan Indonesia pada posisi 46 dari 142 negara di dunia ini, sedangkan untuk tingkat ASEAN Indonesia berada dalam peringkat ke-empat berada di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Laporan ini menunjukkan bahwa dari segi pendidikan, Indonesia belum menduduki peringkat yang begitu maksimal di bandingkan negara-negara yang lain (Supardi, 2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada orang dewasa di Amerika Serikat dengan rentangan usia 25-74 tahun, mereka yang pendidikannya lebih rendah dari SMA memiliki prevalensi 6,7% lebih tinggi mengalami hipertensi dibandingkan dengan tingkat pendidikan di atas SMA. Demikian pula studi di Belanda menemukan 1,8 kali lipat peningkatan kemungkinan hipertensi terjadi pada wanita dengan pendidikan dasar atau kurang dibandingkan dengan mereka yang mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi (Conen, Robert, Paul, Julie, and Michelle, 2009).

Pendidikan yang lebih tinggi memiliki risiko yang kecil mengalami hipertensi, hal ini berhubungan dengan semakin tinggi tingkat pendidikan maka

semakin banyak mereka mendapatkan informasi mengenai pola hidup sehat, sebaliknya mereka yang pendidikannya rendah lebih berisiko mengalami

(34)

Kabupaten Kebumen menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi paling tinggi terjadi pada responden tingkat pendidikan SD, urutan kedua adalah responden yang tidak bersekolah. Prevalensi terendah terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan SMP sampai Perguruan Tinggi (Sigarlaki, 2006).

b. Pekerjaan.

Pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh seseorang terkadang dihubungkan dengan pendidikan yang pernah ditempuhnya, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang memungkinkan orang tersebut akan memperoleh penghasilan yang tinggi saat bekerja, karena pendidikan berhubungan dengan kecakapan dan sikap yang dilakukan seseorang. Akan tetapi selain pendidikan masih banyak fakor lagi yang mempengaruhi jumlah penghasilan yang diterima seseorang (Tarigan, 2006).

(35)

pekerja bangunan memiliki risiko kecil mengalami hipertensi (Mannan, Wahiddudin, dan Rismayanti, 2012).

c. Penghasilan

Pendapatan rumah tangga yang lebih tinggi setelah menikah dapat menurunkan tekanan darah, situasi yang sama juga terjadi pada masyarakat dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi (Lam, 2011). Penelitian yang dilakukan di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah menunjukkan prevalensi hipertensi tertinggi terjadi pada responden yang penghasilannya <UMR, diketahui UMR Kabupaten Kebumen pada tahun 2006 sebesar Rp 835.000,00. Responden dengaan kategori >UMR sangat sedikit mengalami hipertensi (Sigarlaki, 2006).

F.The Rule of Halves

Di London aturan ini diterapkan menggunaan sistem komputer untuk mengetahui manajemen hipertensi pada usia lanjut dengan kisaran usia 65-79 tahun (Hooker, Cowab, and Freeman 1999). Aturan ini lebih kompleks dibandingkan kenampakannya, karena ada berbagai faktor yang dapat merusak tujuan penelitian ini. Pemilihan populasi merupakan faktor penting, seperti distribusi umur dan jenis kelamin. Perbedaan hasil pengukuran tekanan darah serta cara pengukuran turut mempengaruhi keberhasilan aturan ini (Smith, Lee, Crombie, and Pedoe, 1990).

(36)

Rule of halves” pada dasarnya memuat tiga aturan, yaitu pertama dari populasi hipertensi, setengah dari populasi tersebut tidak mengetahui jika menderita hipertensi. Kedua setengah populasi yang mengetahui dirinya menderita hipertensi tidak menjalankan terapi, dan aturan ketiga setengah dari populasi yang menerima terapi tidak melakukan pengendalian tekanan darah (Rao and Daniel, 2014).

G.Landasan Teori

Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, penyakit ini biasa disebut “the silent disease” karena

tidak terdapat gejala spesifik sehingga penderita tidak mengetahui jika mengalami hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hal ini menekankan bahwa seseorang dituntut untuk terbiasa memeriksa tekanan darah di pusat pelayanan kesehatan terdekat. Kesadaran masyarakat terkait masalah hipertensi masih rendah. Banyak masyarakat yang menderita hipertensi sudah melakukan terapi, namun ada juga yang belum melakukan terapi, hal ini dikarenakan penderita belum menyadari bahaya hipertensi.

(37)

Faktor sosio-ekonomi dapat menyebabkan hipertensi. Pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan merupakan bagian dari faktor sosio-ekonomi. Tingkat pendidikan yang rendah berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang rendah mengenai pola hidup sehat yang dapat meminimalisir kejadian hipertensi, oleh karena itu hipertensi lebih tinggi terjadi pada mereka yang tingkat pendidikannya rendah. Pekerjaan yang berat dan menegangkan serta kebiasaan lembur yang berdampak pada terjadinya stres turut mempengaruhi terjadinya hipertensi, hal ini berhubungan dengan terpacunya hormon adrenalin ketika stres sehingga aktivitas hormon ini menyebabkan kerja jantung dipacu lebih kuat, dan menyebabkan tekanan darah naik. Hal yang sama juga terjadi pada mereka yang penghasilannya rendah.

(38)

H.Hipotesis

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional bidang farmakoepidemiologi dengan rancangan penelitian secara cross-sectional.

Digolongkan ke dalam penelitian observasional karena dalam penelitian ini tidak dilakukan intervensi apapun terhadap variabel penelitian selain itu peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara langsung terhadap responden penelitian (Subali, 2010). Farmakoepidemiologi yaitu studi tentang penggunaan dan efek obat dalam suatu populasi (Hallas, 2001). Rancangan penelitian secara

cross-sectional (potong lintang) yaitu subyek atau responden dalam penelitian ini hanya diobservasi satu kali saja, baik variabel bebas dan variabel tergantung dinilai pada saat yang sama (Swarjana, 2012).

B.Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan).

2. Variabel tergantung

Tekanan darah, prevalensi, kesadaran, dan terapi responden terhadap hipertensi.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan terapi lain yang dilakukan.

(40)
(41)

D.Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah semua penduduk di dukuh Blambangan yang berusia ≥40 tahun. Kriteria inklusi responden penelitian adalah semua penduduk di Dukuh Blambangan berusia ≥40 tahun yang bersedia mengisi

informed consent. Kriteria eksklusi responden penelitian yang tidak memberi respon terhadap pertanyaan peneliti dan tidak terukur tekanan darahnya.

E.Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Blambangan, Kecamatan Berbah, Desa Jogotirto, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi Kesadaran dan Terapi

Hipertensi dengan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta.” Penelitian ini dilakukan berkelompok dengan

(42)

G. Teknik Pengambilan Sampel

Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel di Dukuh Blambangan Provinsi

Sambisari Kadirojo II Dukuh

Kecamatan

Populasi sampel usia ≥40 tahun (n=211)

Hipertensi (n=65) Responden Terapi (n=63) Gambar 1. Ruang Lingkup

(43)

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling artinya kriteria sampel yang dipilih sesuai dengan kriteria yang diinginkan dalam penelitian yang akan dilakukan (Margono, 2004). Kriteria dalam penelitian ini adalah jumlah responden yang melakukan terapi lebih dari 30 orang, dengan alasan karena analisis data menggunakan statistik. Arifin (2008) menyatakan untuk penelitian yang menggunakan analisis data statistik ukuran sampel minimum sebesar 30.

H.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah

Sphygmomanometer digital digunakan untuk mengukur tekanan darah. Leaflet

digunakan sebagai media informasi yang berisi penjelasan terkait penelitian.

Informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi responden penelitian, yang dibuktikan melalui tanda tangan responden di lembaran informed consent yang disediakan oleh peneliti. Case Report Form (CRF) digunakan sebagai instrument

untuk menulis data hasil wawancara, kemudian dari CRF dipindahkan ke program

excel untuk diproses secara lanjut.

I. Tata Cara Penelitian

(44)

1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh yang tepat untuk diteliti. Hal ini dilakukan dengan cara wawancara Kepala Dukuh dan melihat data padukuhan.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada kepala dukuh Blambangan Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk memperoleh ethical clearance. Ethical clearance

digunakan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan pengukuran tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan. Nomor ethical clearance

yang diterima adalah KE/KF/579/EC (lampiran 4) 3. Pembuatan inform consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Penetapan Responden Penelitian

(45)

diminta untuk mengisi inform consent, yang berisi nama dan tanda tangan persetujuan.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Sebelum instrumen digunakan, dilakukan uji coba terlebih dahulu yang meliputi uji validitas dan reabilitas. Uji coba dilakukan kepada subyek diluar responden. Uji validitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan kevalidan suatu instrumen. Instrument dikatakan valid jika menunjukan nilai validitas yang tinggi. Uji Reabilitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya. Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel

yang baik dapat dinyatakan dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%.

Validitas dan reliabilitas dilakukan dengan melakukan pengukuran tekanan darah sebanyak 2 kali.

6. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah responden yang telah menandatangani

informed consent mengikuti SOP Pengukuran. Pengukuran tekanan darah menggunakan sypgmomanometer digital. Untuk lebih memastikan hasil pengukuran, maka dapat diukur sebanyak 2 kali dengan jeda waktu. Hasil pengukuran yang diambil adalah pengukuran yang terakir dengan pertimbangan responden sudah dalam keadaan santai.

7. Wawancara Responden Penelitian

(46)

tekanan darah disertai dengan penggalian beberapa informasi dari responden. Informasi yang didapat dari responden akan diolah sebagai data analisis.

8. Pengolahan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu diperoleh melalui wawancara langsung terhadap responden, kemudian hasil wawancara ditulis pada lembar CRF (daftar pertanyaan wawancara dapat dilihat pada lampiran 6). Data pengukuran tekanan darah diperoleh dengan cara tekanan darah setiap responden diukur minimal dua kali menggunakan

sphygmomanometer digital.

Tahap selanjutnya adalah data-data yang diperoleh melalui proses

editing, tahap ini bertujuan untuk melihat kelengkapan data. Proses selanjutnya data dikategorikan kemudian dilakukan analisis data yang melalui tahap analisis univariat, uji normalitas, uji One Way Anova dan uji t Independent , dan terakhir adalah uji Chi-Square.

9. Analisis Data Penelitian

(47)

atau tidak. Uji normalitas merupakan uji yang digunakan untuk melihat apakah data penelitian berasal dari populasi yang sebarannya normal. Disesuaikan dengan teori yang menyatakan n>30 diasumsikan data terdistribusi normal (Jihadi,2013). Kemudian dilakukan uji anova untuk menguji perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik yang dihubungkan dengan usia responden yang semakin bertambah, usia responden dibagi ke dalam 5 kategori. Hasil yang menunjukan perbedaan yang signifikan dalam uji Anova One-Way, akan dilanjutkan ke analisis

Post Hoc.

Uji t Independent bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik maupun diastolik yang dihubungkan dengan jenis kelamin dan faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Faktor-faktor yang dihubungkan dibagi ke dalam 2 kategori, yaitu jenis kelamin laki-laki dan perempuan, pendidikan dibagi ke dalam ≤SMP dan >SMP, pekerjaan indoor

dan outdoor, penghasilan ≤UMR dan >UMR. Langkah selanjutnya adalah

dilakukan uji chi-square untuk mengetahui pengaruh antara dengan variabel bebas (faktor sosio-ekonomi; pendidikan,pekerjaan, dan penghasilan) terhadap variabel terikat (hipertensi, kesadaran, dan terapi)

Perumusan Hipotesis

Ho : P1=P2

H1, 2, 3 : P1≠P2; p<0.05 Keterangan:

P1 = proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi taraf pendidikan ≤ SMP; penghasilan ≤UMR; bekerja indoor.

(48)

J. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian 1. Kelemahan Penelitian

a. Kondisi hipertensi hanya ditetapkan dalam satu kali pengukuran tekanan darah. b. Tidak dilakukan uji statistik lanjutan untuk mengetahui pengaruh usia terhadap

prevalensi hipertensi pada responden yang tingkat pendidikannya ≤SMP, yang sebelumnya diketahui bahwa di Dukuh Blambangan responden yang pendidikannya ≤SMP kebanyakan didominasi oleh usia lanjut.

2. Kesulitan Penelitian

a. Penelitian ini dilakukan pada saat responden penelitian masih banyak yang berada di tempat kerja yaitu pada sore hari, sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam menemui responden penelitian.

b. Peneliti kesulitan untuk memahami informasi yang diterima dari responden yang menggunakan bahasa daerah (Jawa), untuk mengantisipasi masalah ini maka peneliti dibantu oleh warga setempat untuk menerjemahkan informasi yang sulit untuk dipahami.

(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dukuh Blambangan adalah salah satu dukuh di Kabupaten Sleman tepatnya di Kecamatan Berbah Desa Jogotirto. Dukuh ini terdiri atas 7 RT, 5 RT terletak di daerah dataran rendah sedangkan 2 RT lainnya terletak di daerah perbukitan. Blambangan merupakan suatu Dukuh yang dikelilingi oleh persawahan, sehingga banyak masyarakat yang bekerja sebagai buruh tani, atau menjadikan persawahan sebagai tempat kerja kedua setelah pekerjaan utama. Masyarakat yang mendiami dukuh ini bersifat heterogen, baik dari segi usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan ataupun penghasilan. Ditinjau dari profil responden penelitian, yang paling banyak adalah responden yang berusia 40-49 tahun, jenis kelamin perempuan, pendidikan akir hanya sampai pada Sekolah Dasar (SD), dan bekerja sebagai buruh tani walaupun di samping itu juga terdapat banyak responden yang tidak bekerja, kemudian tingkat penghasilan didominasi oleh responden dengan tingkat penghasilan ≤UMR.

Untuk meningkatkan derajat kesehatan maka setiap hari Sabtu sore sering dilaksanakan senam untuk ibu-ibu, selain itu setiap 1 bulan sekali diadakan kegiatan Posyandu untuk lansia, dan ada beberapa kader yang bertugas di Dukuh Blambangan yang membantu pada saat posyandu dilaksanakan. Pusat pelayanan kesehatan yang dikunjungi masyarakat Dukuh Blambangan juga b eraneka ragam, tetapi yang mudah untuk dijangkau adalah Bidan. Di Blambangan bidanpun turut membantu memperkenalkan BPJS ke masyarakat sekaligus mendaftarkan masyarakat yang ingin mengurus BPJS.

(50)

Tabel IV. Profil Responden Penelitian Dukuh Blambangan

Rata-rata tekanan darah dari 200 responden penelitian adalah Tekanan Darah Sistolik (TDS) 138,51±20,059 dan Tekanan Darah Diastolik (TDD) 83,32±13,119. TDS responden penelitian cukup baik karena di Dukuh Blambangan sering dilakukan Posyandu Lansia setiap 1 bulan sekali, sehingga memberi kesempatan untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Apabila karakteristik individu yang meliputi usia dan jenis kelamin serta ketiga faktor sosio-ekonomi yaitu pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan dihubungkan dengan

Karakteristik individu Jumlah (n=200) %

(51)

peningkatan tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD), maka dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel V. Profil Tekanan Darah terhadap Usia, Jenis Kelamin dan Faktor Sosio-Ekonomi

Dukuh Blambangan (n=200)

Variabel TDS TDD Nilai p

mean±SD Usia (tahun)

138,51±20,059 83,32±13,119 -

40-49 131,49±18,122 84,17±14,335 TDS= 0,000* 50-59 137,98±17,500 85,80±10,731 TDD= 0,151 60-69 143,00±20,470 81,97±10,542

70-79

≥80 148,81±17,711 163,10±20,814

77,92±14,352 82,70±13,208 Jenis Kelamin

Laki-laki 138,07±20,046 84,26±11,885 TDS= 0,889 Perempuan 138,87±20,153 82,55±14,057 TDD= 0,962 Pendidikan

≤SMP 140,91±20,868 83,17±14,009 TDS= 0,013* >SMP 131,12±15,280 83,78±10,001 TDD= 0,177 Pekerjaan

Indoor 138,23±19,275 82,17±13,610 TDS= 0,511

Outdoor 138,99±21,454 85,28±12,075 TDD= 0,760

Penghasilan

≤UMR 139,65±20,182 83,10±13,217 TDS= 0,458 >UMR 131,19±17,902 84,74±12,624 TDD= 0,759 * perbedaan yang bermakna, TDS Tekanan Darah Sistolik, TDD Tekanan Darah Diastolik. Usia diuji menggunakan One Way-Anova, Variabel lain: Uji

t-Independent

(52)

Nilai p TDD menunjukan pengaruh yang tidak bermakna. Dilihat dari profil Tekanan Darah Diastolik (TDD) responden penelitian, hasilnya sejalan dengan teori yang menyatakan TDD cenderung meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian setelah itu menetap atau menurun. Terjadinya peningkatan tekanan darah dengan bertambahnya usia disebabkan oleh pengaruh degenerasi ketika usia terus bertambah (Anggraini, Waren, Situmorang, Asputra, dan Siahaan, 2009). Rata-rata tekanan darah yang paling tinggi adalah responden dengan pendidikan akhir ≤SMP, TDS mengalami peningkatan yang bermakna

(p=0,013) artinya terdapat perbedaan peningkatan TDS dengan pendidikan akhir yang ditempuh responden. Karena terdapat perbedaan yang bermakna pada Uji Anova maka peneliti menampilkan uji post hoc untuk daerah tersebut yang ditampilkan pada lampiran.

A. Prevalensi Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi Dukuh Blambangan

1. Prevalensi hipertensi

Menurut panduan European Society of Hypertension (ESH) dan

(53)

hipertensi di Dukuh Blambangan bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor usia responden yang terlibat dalam penelitian ini berkisar ≥40 tahun yang merupakan kisaran usia berisiko tinggi mengalami hipertensi akibat penyempitan pembuluh darah.

Faktor pemicu lainnya adalah tingkat pendidikan responden terbanyak yang berpendidikan ≤SMP, artinya responden kurang mendapat pengetahuan

mengenai bahaya hipertensi didukung oleh sifat dari hipertensi sendiri adalah “silent killer disease”. Penghasilan juga dapat memicu terjadinya hipertensi,

penghasilan responden yang didominasi oleh responden dengan penghasilan ≤UMR menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya hipertensi. Semakin kecil

penghasilan yang diperoleh seseorang, maka risiko mengalami hipertensi semakin tinggi. Tingkat penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dapat memicu stres, yang berujung pada peningkatan tekanan darah.

2. Kesadaran Hipertensi

(54)

3. Terapi Hipertensi

Tabel VI. Sumber Terapi Responden Hipertensi Dukuh Blambangan Sumber Terapi Jumlah (n= 110)

Posyandu 12 10,9

Puskesmas 32 29,1

Bidan/Mantri 29 26,4

Rumah Sakit 7 6,4

Dokter Praktek 15 13,6

Pengobatan Pribadi 15 13,6

Tabel VI menunjukkan sumber terapi yang paling sering dikunjungi responden hipertensi yaitu Puskesmas dengan jumlah 32 responden (29,1%), sedangkan sumber terapi yang paling sedikit dikunjungi adalah Rumah Sakit sebanyak 7 responden (6,4%).

Berdasarkan Gambar 4 dari 32,5% responden yang sadar hipertensi, terdapat 63 responden (31,5%) yang melakukan terapi hipertensi. Jumlah responden yang melakukan terapi cukup banyak karena jarak sumber terapi di Dukuh Blambangan mudah untuk dijangkau baik itu di Puskesmas, Dokter Praktek, dan didukung pula oleh kegiatan Posyandu untuk lansia yang dilakukan 1 bulan sekali. Responden yang masuk dalam kategori terapi menerima terapi yang berbeda-beda, ada yang menerima captopril, nifedipin, dan ada beberapa responden yang terapi menggunakan air seledri, tetapi beberapa responden lupa dengan nama obat yang mereka terima.

(55)

Gambar 4. Profil Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi di Dukuh Blambangan

The Rule of halves” pada dasarnya dapat diaplikasikan dalam penelitian

bidang hipertensi. Hasil penelitian di Dukuh Blambangan jika dibandingkan dengan The Rule of Halves, data kejadian hipertensi di Blambangan menunjukan dari 200 responden penelitian, terdapat 110 mengalami hipertensi atau 55%, dari 110 responden terdapat 65 responden yang sadar (32,5%) jika mengalami hipertensi, dan dari 65 responden yang sadar hipertensi terdapat 63 responden yang melakukan terapi (31,5%). Hasil penelitian sedikit berbeda dengan The Rule of Halves, dan cenderung hasil penelitian di Dukuh Blambangan lebih baik untuk tingkat kesadaran dan terapi terkait hipertensi.

Dukuh

(56)

B. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Prevalensi Hipertensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan. 1. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Prevalensi Hipertensi

Tabel VII. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan Kelurahan Jogotirto Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta

Faktor

Sosio-a. Pendidikan dan Prevalensi Hipertensi

Berdasarkan Tabel VII dapat dilihat bahwa hipertensi lebih banyak terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP (83,6%), sedangkan responden dengan tingkat pendidikan >SMP (16,4%). Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara prevalensi hipertensi dengan pendidikan yang ditempuh dan nilai OR= 2,685 artinya responden yang pendidikannya ≤SMP 2,685 kali lebih besar berisiko mengalami hipertensi

dibandingkan yang >SMP.

(57)

mereka untuk memenuhi kebutuhan makanan yang sehat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sigarlaki (2006) yang menunjukkan proporsi prevalensi tertinggi terjadi pada responden dengan tingkat pendidikan lebih rendah.

Tabel VIII. Profil Pendidikan Responden berdasarkan Usia

Pendidikan Usia (tahun)

<60 ≥60

≤SMP 96 55

>SMP 38 11

Rentangan usia lanjut adalah ≥60 tahun (Madhu and Sreedevi, 2012).

Dilihat dari jumlah responden yang berusia lanjut pada tingkat pendidikan ≤SMP lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendidikan >SMP. Artinya risiko hipertensi pada responden yang pendidikannya ≤SMP bisa dipengaruhi oleh faktor

usia. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia, maka pembuluh darah semakin kaku sehingga memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. b. Pekerjaan dan Prevalensi Hipertensi.

Tabel VII menggambarkan dari klasifikasi pekerjaan indoor dan outdoor, yang paling banyak mengalami hipertensi adalah responden yang bekerja indoor

(55,6%), sedangkan pekerjaan outdoor (54,1%). Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan tidak bermakna antara jenis pekerjaan dengan kejadian hipertensi atau dengan kata lain hipertensi tidak dipengaruhi oleh jenis suatu pekerjaan.

c. Penghasilan dan Hipertensi

Tabel VII menunjukkan berdasarkan klasifikasi jenis penghasilan ≤UMR dan >UMR, responden yang paling banyak mengalami hipertensi adalah

(58)

UMR Yogyakarta khususnya Kabupaten Sleman pada tahun 2014 sebesar Rp 1.127.000 (Depnakertrans, 2013).

Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara jenis penghasilan dengan prevalensi hipertensi, atau dengan kata lain kejadian hipertensi tidak dipengaruhi oleh jumlah penghasilan responden penelitian.

2. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi

Tabel IX. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Kesadaran Hipertensi di Dukuh Blambangan Kelurahan Jogotirto Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta

Faktor

Sosio-Menurut definisi operasional kesadaran adalah keadaan yang menunjukkan seseorang mengetahui jika mengalami hipertensi, dari definisi ini maka akan dihubungkan dengan faktor sosio-ekonomi di Dukuh Blambangan. a. Pendidikan dan Kesadaran.

Hubungan pendidikan dengan kesadaran menunjukan responden dengan tingkat pendidikan ≤SMP tingkat kesadarannya lebih tinggi (64,5%) dibandingkan

(59)

pelayanan kesehatan. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara tingkat pendidikan dengan kesadaran hipertensi.

b. Pekerjaan dengan Kesadaran.

Hubungan antara pekerjaan dengan kesadaran hipertensi menunjukan tingkat kesadaran hipertensi paling tinggi adalah responden yang bekerja indoor

(60,0%) sedangkan yang bekerja outdoor (58,7%). Hasil ini menunjukan bahwa responden yang bekerja indoor yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden tingkat hipertensi yang tinggi pada kategori pekerjaan, memiliki kesadaran yang baik untuk melakukan pengontrolan tekanan darah. Uji hipotesis menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara jenis pekerjaan dengan kesadaran hipertensi.

c. Penghasilan dan Kesadaran.

Tabel IX menunjukkan bahwa dari jenis penghasilan baik ≤ UMR maupun >UMR, tingkat kesadaran paling tinggi adalah responden dengan jenis penghasilan ≤UMR (60,4%) dibandingkan dengan jenis penghasilan > UMR (52,6%). Hasil ini menunjukan bahwa responden ≤UMR yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan angka kejadian hipertensi yang tinggi dari segi penghasilan memiliki kesadaran dari dalam diri untuk melakukan pengecekan tekanan darah. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan tidak bermakna antara jenis penghasilan dengan tingkat kesadaran seseorang mengenai hipertensi.

(60)

darah, baik itu yang difasilitasi saat dilaksanakannya posyandu lansia maupun dengan adanya pusat pelayanan kesehatan lain yang mudah untuk dijangkau. 3. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi

Tabel X. Pengaruh Faktor Sosio-Ekonomi dengan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan Kelurahan Jogotirto Kecamatan Berbah Sleman Yogyakarta

Faktor

Sosio-a. Pendidikan dan Terapi Hipertensi.

Tabel X menunjukkan dari tingkat pendidikan responden yang paling banyak melakukan terapi adalah responden tingkat pendidikan ≤SMP (69,8%) sedangkan >SMP (30,2%). Artinya responden dengan tingkat pendidikan ≤ SMP yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan tingkat hipertensi paling tinggi pada kategori pendidikan menyadari pentingnya terapi hipertensi. Uji hipotesis menunjukan terdapat perbedaan tidak bermakna antara tingkat pendidikan dengan terapi hipertensi,

b. Pekerjaan dan Terapi Hipertensi.

Tabel X menunjukkan berdasarkan jenis pekerjaan, responden yang paling banyak melakukan terapi hipertensi adalah responden yang bekerja indoor

(71,4%) sedangkan outdoor (28,6%). Artinya responden dengan jenis pekerjaan

(61)

Nilai p>0,05 (p= 0,356) artinya Ho diterima, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna antara jenis pekerjaan dengan terapi hipertensi.

c. Penghasilan dan Terapi Hipertensi.

Tabel X menunjukkan berdasarkan terapi hipertensi, responden yang paling banyak melakukan terapi adalah responden dengan jenis penghasilan ≤UMR (79,4%) sedangkan >UMR (20,6%). Artinya responden dengan

penghasilan ≤UMR yang sebelumnya dinyatakan sebagai responden dengan

tingkat hipertensi paling tinggi pada kategori penghasilan menyadari pentingnya terapi hipertensi. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna antara jumlah penghasilan dengan terapi hipertensi.

(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

1. Prevalensi hipertensi di Dukuh Blambangan adalah 55%. Responden yang sadar hipertensi sebanyak 32,5% sedangkan yang melakukan terapi hipertensi 31,5% responden.

2. Terdapat perbedaan bermakna antara prevalensi hipertensi dengan pendidikan dilihat dari nilai p=0,003, sedangkan pekerjaan dan penghasilan menunjukkan hasil perbedaan tidak bermakna dengan hipertensi dilihat dari nilai p>0,05. Apabila faktor sosio-ekonomi dihubungkan dengan kesadaran dan terapi hipertensi, baik pendidikan, pekerjaan maupun penghasilan mempunyai perbedaan tidak bermakna dengan kedua hal tersebut.

B.Saran

(63)

Daftar Pustaka

Anggraini, A.D., Waren, A., Situmorang, E., Asputra, H., dan Siahaan, S.S., 2009, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi Pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008, Laporan Penelitian, Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Pekanbaru.

Aisyiyah, F.N., 2009, Faktor Risiko Hipertensi Pada Empat Kabupaten/Kota Dengan Prevalensi Hipertensi Tertinggi Di Jawa Dan Sumatera, Skripsi, 5, Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor.

Alexander, Gordon, Davis, and Chen, 2004, Patient Knowledge and Awareness of Hypertension is Suboptimal: Result From a Large Health Maintenance Organization, Medscape, http://www.medscape.com/viewarticle/460067, diakses 02 November 2014.

Anies, 2006, Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular, Gramedia, Jakarta, hal.28.

Arifin, J., 2008, Statistik Bisnis Terapan dengan Microsoft Excel 2007, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, hal.70.

Bustan, M.N., 2007, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Rineka Cipta, Jakarta, hal.60-61.

Conen, R., Robert, G., Paul, R.,Julie, B., and Michelle, A., 2009, Socioeconomic Status,Blood Pressure Progression,and Incident Hypertension In A Prospective Cohort of Female Health Professionals, Eur Heart J, 30,1382. Deepa, R., Shanthirani,C.H., Pradeepa,R., and Mohan,V., 2003, Is the „Rule of

Halves‟ in Hypertension Still Valid - Evidence from the Chennai Urban Population Study, JAPI, www.ncbi.nlm.gov/pubmed/12725257, diakses tanggal 20 Februari 2014.

Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengukuran dan Pemeriksaan, Depkes RI, Jakarta, 2-4.

Departemen Kesehatan RI, 2012, Masalah Hipertensi di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=1909 diakes pada tanggal 20 febuari 2014.

(64)

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013, Profil Kesehatan Sleman Tahun 2013,

Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Yogyakarta, hal.49.

Dipiro, J., Talbert, R., Yee, G., Matzke, G., Wells, B., and Posey, L., 2008,

Pharmacoterapy A Pathophysiologic Approach, 7 th edition, pp. 147-148. Ekarini, D., 2011, Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan

Klien Hipertensi Dalam Menjalani Pengobatan Di Puskesmas Gondangrejo Karanganyar, Skripsi, 3, STIKes Kusuma Husada Surakarta

Fitrianto, H., Azmi, S., dan Kadri, H., 2011, Penggunaan Obat Antihipertensi pada Pasien Esensial di Poliklinik Ginjal Hipertensi RSUP DR.M. Djamil Tahun 2011, Fakultas Kedokteran Universitas Unand, Jurnal Kesehatan Andalas, hal. 45.

Gormer, B., 2007, Hypertension Pharmacological Management, http://www.pharmj.com/pdf/hp/200704/hp 200704 pharmacological.pdf, diakses pada tanggal 12 Februari 2014.

Gulliford, M., Mahabir., D., and Rocke, B., 2004, Socioeconomic Inequality in Blood Pressure and its Determinants: Cross-Sectional Data From Trinidad and Tobago, JHH, pp.61-70.

Hallas, J., 2001, Pharmacoepidemiology-cerrent opportunities and challenges, Nor Epidemiol, 11 (1), 7, 10.

Handayani, Y., 2013, Hipertensi pada Pekerja Perusahaan Migas X di Kalimantan Timur, Indonesia ,Indonesia Makara Seri Kesehatan In Press, 28-30.

Hooker, R.C., Cowab,N., and Freeman,G.K., 1999, Better by half : hypertension

in the elderly and the „ the of halves‟: a primary care audit of the clinical

computer record as a springboard to improving care, Oxford University Press, www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10381016, diakses tanggal 20 Februari 2014.

Ikawati, Z., Jumiani, S. dan Putu, I., 2008, Kajian Keamanan Pemakaian Obat Antihipertensi di Poliklinik Usia Lanjut RS DR. Sardjito, Yogyakrta, Jurnal Farmasi Indonesia, Vol.4, No.1, hal.30-41.

Krishnan, A., Garg, R., and Kahandaliyanage, A, 2013, Hypertension in the South-East Asia Region: an overview, RHF, 17 (1), pp. 10-11.

(65)

Kumar V., Abbas AK., and Fausto N. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Robn and Cotran Pathologic Basis of Disease, 7th edition. Philadelpia: Elsevier Saunders, 2005.pp. 528-529.

Lam, C. S., 2011, The Socioeconomics of Hypertension : How $50.000 May Buy a Drop in Blood Pressure, AHA, 58 ,141.

Landsbergis, P., Schnall, P., and Belkic, 2008, Work Conditions and Masked (Hidden) Hypertensions-Insights Into the Global Epidemic of Hypertension,

SJWEH Suppl, (6), 42.

Madhu, T. and Sreedevi, A., 2013, A Study of Socio Demographic Profile of Geriatric Population is the Field Practice Area of Kurnool Medical Cholage,

Int J Res Dev Health, pp.69-71 .

Mancia, G., Fagard, R., Narkiewicz, K., Redon, J., Zanchetti, A., Bohm, M., et al., 2013, The Task Force for the Management of Arterial Hypertension of the European Society of Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC), J Hypertens, 31, 1286.

Mannan, H., Wahiddudin., dan Rismayanti, 2012, Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2012, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta,Jakarta, hal. 61. NICE., 2011, Hypertension Clinical Management of Primary Hypertension in

Adults, NICE Guideline, pp. 6-8.

Pratisto, A., 2004, Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12, Gramedia, Jakarta, hal.57-60.

Rahajeng, W., dan Tuminah, S., 2009,Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia, Majalah Kedokteran Indonesia,59 (12),581.

Rao, V., and Daniel, A., 2013, Application of The “Rule of Halves” for

Hypertension as an Assessment Tool in an Urban Slum at Davangere,

NJCM, 5 (3), 333.

(66)

Sawicka, K., Szczyrek, M., Jastrzebska, I., Prasal, M., Zwolak, A., and Daniluk, J., 2011, Hypertension-The Silent Killer, Pre-Clinical and Clinical Research, 5 (2), 43.

Setiati, S., and Sutrisna, B., 2005, Prevalence of Hypertension without Anti-hypertensive Medications and Its Association with Social Demographic Characteristics Among 40 Years and Above Adult Population in Indonesia,

Division of Geriatrics, Department of Internal Medicine, Faculty of Medicine, University of Indonesia, Jakarta, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Depok, 37 (1), pp. 21-22.

Sigarlaki, H., 2006, Karakteristik dan Faktor Berhubungan dengan Hipertensi di Desa Bocor,Kecamatan Bulus Pesantren Kabupaten Kebumen,Jawa Tengan,Tahun 2006, Makara Kesehatan, volume 10 (2), hal.78-79.

Smith, W., Lee, A., Crombie, I., and Pedoe, H., 1990, Control of Blood Pressure in Scotland: the rule of halves, BMJ, 300 (3), pp. 981-982.

Straka, R. J., 2008, Pharmaceutical Principles and Practise,The McGraw Hill Companies, USA, pp. 9-31.

Subali, B., 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi, Universitas Negeri Yogyakarta, hal.6.

Supardi, 2012, Arah Pendidikan di Indonesia Dalam Tataran Kebijakkan dan Implementasi, Jurnal Formatif, 2 (2), 112-113.

Swarjana, I., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta, hal. 164-165.

Tarigan, R., 2006, Pengaruh Tingkat Pendidikkan Terhadap Tingkat Pendapatan Perbandingan Antara Empat Hasil Penelitian, Jurnal Wawasan, 11 (3), hal. 21.

Tim Penyusun Kamus, 2005, Kamus Bahasa Indonesia, http://kamusbahasaindonesia.org/kesadaran, diakses 10 Desember 2014. Zikru, A., Gebru, H., and Kahsay, A., 2014, Prevalence and Associated Factors of

Hypertension Among Adult Population in Mekelle City, Northrn Ethiopia,

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

Gambar

Gambar 1 Ruang Lingkup Penelitian....................................................
Tabel I. Keaslian Penelitian
Tabel II. Klasifikasi Tingkat Tekanan darah (mmHg) Kategori
Tabel III. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

This research is also aimed at analyzing how equivalent the culturally-bound expressions in Pramoedya Ananta Toer ’s Rumah Kaca are compared to their translated expressions

THE EFFECT OF FISCAL POLICY ON ECONOMIC GROWTH CASE STUDY IN

OUTPUT (BARANG DAN JASA) DENGAN NILAI DARI SUMBERDAYA INPUT (TENAGA KERJA, MODAL, TEMPAT, DAN MANAJEMEN)..  

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it