• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEPAK SIRIH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEPAK SIRIH"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

i

TEPAK SIRIH DALAM PROSESI PEMINANGAN ADAT MELAYU JAMBI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (STUDI DESA MAJELIS HIDAYAH KECAMATAN KUALA JAMBI KABUPATEN TANJUNG

JABUNG TIMUR)

SKRIPSI

Oleh:

EMI LESTARI SHK.162104

PEMBIMBING:

Drs. H. IbnuKasir, M.H.I Mustiah RH, S.Ag.,M.Sy

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2020

(2)
(3)
(4)
(5)

iv MOTTO

الله ُه ُْ٘سَس َهاَق : هاق ٍشِت اَج َِْعَٗ

ٌيسٗ ٔييع الله ٚيص ٌُْم ُذَحَا َةَطَخ اَرِا (

َي اٍَ ٚىا اٍَِْْٖ َشُظَْي َُْا َعاَطَتْسا ُاف ٗ ُجَاْشََىا

َٚىِا ُُْٓ٘عْذ ْوَعْفَيْيَف اَِٖحاَنِّ

)

َدُٗاَدُ٘تَاَٗ ُذَحَا ُٓاََٗس

ٗ

Artinya : Dari Jabir berkata Rasulullah SAW bersabda: apabila salah seorang dari kalian hendak meminang wanita, maka apabila kalian bisa melihat atau bertemu dengannya dan mengajaknya untuk menikah maka laksanakanlah. (HR.

Ahmad dan Abu Daud)1

1 Ibnu Hajar Al-Asqolani, Kitab Bulughul Maram, hlm. 202

(6)

v

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi Arab-Latin dalam penelitian ini menggunakann pedoman tranliterasi berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158 Tahun 1987 dan Nomor: 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. Adapun secara garis besar uraiannya sebagai berikut:

A. Konsonan Tunggal Huruf

Arab

Nama Huruf Latin Keterangan

ا Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

ة Ba´ B Be

ت Ta´ T Te

ث Sa´ Ṡ Es (dengan titik di atas)

ج Jim J Je

ح Ha´ Ḥ Ha (dengan titik di bawah)

خ Kha´ KH Ka dan Ha

د Dal D De

ذ Źal Ż Zat (dengan titik di atas)

ر Ra´ R Er

ز Zai Z Zet

س Sin S Es

ش Syin SY Es dan Ye

ص Sád Ṣ Es (dengan titik di bawah)

ض Dad Ḍ De (dengan titik di bawah)

ط Ta´ Ṭ Te (dengan titik di bawah)

ظ Za´ Ẓ Zet (dengan titik di bawah)

ع Ain ´ Koma terbalik di atas

غ Gain G Ge

ف Fa F Ef

ق Qāf Q Qi

ك Kāf K Ka

ل Lam L El

و Mim M Em

ٌ Nun N En

و Wawu W We

ِ Ha´ H Ha

ء Hamzah ' Apostrof

ى Ya´ Y Ye

B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah di tulis Rangkap

ةّد دعتي Ditulis Muta„adiddah

ةّدع Ditulis „Iddah

(7)

vi C. Ta„ Marbutah di Akhir Kata

1. Bila dimatikan tulis h

ةًكح Ditulis Hikmah

ةهع Ditulis „illah

Ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap kedalam bahasa Indonesia, seperti sholat, zakat,dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya.

2. Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h.

ء بين و لأا ةي رك Ditulis Karamatul al-auliya‟

Bila ta‟ marbutha hidup atau harakat, fathah, kasrah dan dommah ditulis t

رطفنا ةبك ز Ditulis Zakatul fitri

D. Vokal Pendek

َ Ditulis A

َ Ditulis I

َ Ditulis U

E. Vokal Panjang Fathah alif

ةيهه بج

Ditulis Ditulis

Ā Jāhiliyyah Fathah ya‟ mati

يعسي

Ditulis Ditulis

ā yas‟ā Kasrah ya‟ mati

ىيرك

Ditulis Ditulis

Ĭ Karĭm Dammah wawu mati

ضورف

Ditulis Ditulis

ũ furũd F. Vokal Rangkap

Fathah alif ىكُيب

Ditulis Ditulis

Ai Bainakum Fathah wawu mati

لوق

Ditulis Ditulis

Au Qaul

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata dipisahkan dengan Apostrof

ىتَاا Ditulis A‟antum

ت دعا Ditulis U‟iddat

ىتركش ٍئن Ditulis La‟in syakartum

H. Kata Sandang Alif Lam

1. Bila diikuti Huruf Qamariyyah

ٌا رقنا Ditulis Al-Qur‟an

س بيقنا Ditulis Al-Qiyas

(8)

vii

2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggandakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, serta menghilangkankan huruf/ (el) nya

ءبًسنا Ditulis As-Sama‟

سًشنا Ditulis Asy-Syams

I. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat

Ditulis menurut bunyi pengucapannya dan menulis penulisannya

ضورفنا ًوذ Ditulis Zawi al-furud

ةُسنا مها Ditulis Ahl as-sunnah

(9)

viii ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Tepak sirih Dalam Prosesi Peminangan Adat Melayu Jambi Perspektif Hukum Islam (Studi Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur)”. Penelitian yang penulis lakukan mengenai prosesi peminangan adat melayu Jambi yang mengharuskan tepak sirih di dalamnya yang mana penulis meneliti permasalahan di desa Majelis Hidayah.

Dimana dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi yang mengharuskan adanya tepak sirih telah dilakukan oleh masyarakat melayu Jambi sejak zaman dahulu. Melihat dari hal itu maka penulis melakukan penelitian dengan dua tujuan utama yaitu pertama, untuk mengertahui bagaimana prosesi peminangan adat melayu Jambi yang mengharuskan adanya tepak sirih di desa Mejelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Kedua, untuk mengetahui bagaimana perspektif Hukum Islam tentang keharusan tepak sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif tipe pendekatan deskriptif dan analisis. Jenis dan sumber data yaitu data primer dan data sekunder. Instrumen pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan jenis teknik purposive sampling. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu, tepak sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi di desa Majelis Hidayah adalah prosesi dimana ketika pihak laki-laki datang untuk melamar si perempuan harus membawa tepak sirih yang berisi sirih, kapur, tembakau, pinang, gambir, rokok, dan uang Rp.125,- (seratus dua puluh lima rupiah). pihak perempuanpun juga menyiapkan hal yang sama dan tujuan tepak sirih ini tersebut adalah sebagai penanda pinangan diterima atau tidak dengan cara salah satu dari kedua pihak setidaknya memakan sirih yang dibawa satu sama lain.

Sementara dalam hukum Islam perihal tepak sirih dalam peminangan adat melayu Jambi sesuai dengan yang diteliti hukumnya adalah mubah karena tatacara ataupun prosesi peminangan tidak diatur langsung dalam nash dan selama pelaksanaannya tidak bertentanganan dengan nash itu sendiri.

Kata Kunci : Tepak Sirih, Prosesi Peminagan Adat Melayu Jambi, Perspeltif Hukum Islam

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya semoga kita senantiasa berada dalam lindungan-Nya. Teriring salam dan shalawat pada junjungan Rasulullah SAW dan Keluarga yang dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga skripsi yang berjudul “Tepak sirih Dalam Prosesi Peminangan Adat Melayu Jambi Perspektif Hukum

Islam (Studi Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten tanjung Jabung Timur)” ini, dapat penulis selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Penulis menyusun skripsi ini sebagai karya ilmiah yang merupakan persyaratan memperoleh gelar sarjana (S1) pada Program Studi Hukum Keluarga Isalm Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sultah Thaha Saifuddin Jambi.

Penulis sangatlah menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isinya.

Walaupun demikian penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar inti dari skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca di kemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA., Ph.D., selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

2. Bapak Dr. Sayuti, S. Ag., M.H., selaku Dekan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

(11)

x

3. Bapak Agus Salim, S. Th., MA., M. IR., selaku Wakil Dekan I bidang Akademik Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S. H., M. H., selaku Wakil Dekan II bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

5. Bapak Dr. H. Ishaq, S. H., M. Hum., selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Ibu Mustiah RH, S. Ag., M. Sy., selaku Ketua Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi dan pembimbing II.

7. Bapak Irsyadunnas N, S.H,. M.H selaku Sekretaris Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

8. Bapak Drs. H. Ibnu Kasir, M.H.I selaku Pembimbing Skripsi I Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, yang selama ini telah membantu segala urusan yang ada difakultas dan banyak membantu penulis dalam rangka memberikan arahan, petunjuk dalam penyusunan skripsi.

9. Bapak dan ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan dan karyawati Fakultas Syari‟ah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Terima kasih kepada teman seperjuanagan sekaligus teman hidup M.Khoirur roziq HKI 2016 dan semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

(12)

xi

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih sederhana dan jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan data dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis.Untuk itu penulis menghargai kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak terhadap skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini juga dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya untuk mahasiswa serta seluruh yang membaca skripsi ini.

Jambi, Januari 2020

EMI LESTARI NIM SIP. 162104

(13)

xii

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya kecilku ini sebagai tanda baktiku

Kepada :

Kedua orang tua tercinta Bapak Sujo dan Ibu Asnah yang telah senantiasa tulus mendoakan keberhasilan ku, serta telah banyak memberikan dukungan baik dari segi moril maupun materil, terima kasih banyak atas

semua pengorbanan yang telah kalian berikan, tidak ada yang dapat anakmu berikan, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan Bapak dan

Ibu tercinta selama ini.

Keluargaku tersayang, terima kasih atas dorongan, motivasi, kesabaran, dan do’anya sehingga penulis dapat mencapai keberhasilan ini.

Dan untuk teman hidup M. Khoirur Roziq terima kasih atas kebersamaannya selama ini, serta Kamu yang telah menemani dan

memberikan ku semangat serta motivasi, terima kasih.

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... ... i

LEMBARAN PERNYATAAN ... .... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... ... iii

MOTTO ... ... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... .... v

ABSTRAK ... . viii

KATA PENGANTAR ... ... ix

PERSEMBAHAN ... .. xii

DAFTAR ISI ... . xiii

DAFTAR SINGKATAN ... . xvi

DAFTAR TABEL... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... .... 1

B. Rumusan Masalah ... .... 5

C. Batasan Masalah ... .... 6

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... .... 6

E. KerangkaTeori ... .... 7

F. Tinjauan Pustaka ... .... 9

BAB II METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... .. 11

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... .. 11

(15)

xiv

C. Jenis dan Sumber Data ... .. 12

D. Instrumen Pengumpulan Data ... .. 13

E. Populasi dan Sampel ... .. 15

F. Teknik Analisis Data ... .. 16

G. Sistematika Penulisan ... .. 17

H. Jadwal Penelitian ... .. 18

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat desa Majelis Hidayah... ...20

B. Letak geografis desa Majelis Hidayah...21

C. Keadaan penduduk ... .. 23

D. Sarana pendidikan ... .. 27

E. Agama dan Tempat Ibadah...28

F. Adat Istiadat Masyarakat...29

G. Struktur Organisasi Pemerintahan...31

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Praktik prosesi peminangan...33

B. Kedudukan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi..39

C. Tinjauan hukum Islam terhadap keharusan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan...41

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... . .58

B. Saran ... .. 60

C. Kata Penutup ... .. 61

(16)

xv DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

(17)

xvi

DAFTAR SINGKATAN

1. Hlm : Halaman 2. H : Hijriah

3. KHI : Kompilasi Hukum islam 4. M : Masehi

5. UU : Undang-Undang

6. UIN : Universitas Islam Negeri 7. Q.S : Al-Qur’an Surah

8. HR. : Hadits Riwayat

9. SAW : Sholallahu Alaihi Wasalam 10. SWT : Subhanahu wata’ala

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel I Jadwal Penelitian ... 18

Tabel II Jarak Waktu Tempuh Kecamatan Kuala Jambi ... 23

Tabel III Jumlah Penduduk Berdasarkan usia ... 24

Tabel IV Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata pencarian ... 25

Tabel V Jumlah penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 26

Tabel VI Keadaan Sarana pendidikan Di Desa Majelis Hidayah ... 28

Tabel VII Sarana Peribadatan Desa Majelis Hidayah ... 29

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam kamus hukum bahwa yang dimaksud dengan hukum Islam adalah peraturan-peraturan dan ketentuan-ketentuan yang berkenaan dengan kehidupan berdasarkan Al-Quran dan hukum syara.2 Baik yang langsung maupun tidak langsung, aturan ini mengatur tingkah laku manusia yang diakui dan diyakini serta harus dikerjakan oleh umat Islam. Islam datang dengan seperangkat norma syara‟ yang mengatur kehidupan muamalah yang harus dipatuhi umat Islam sebagai konsekuensi dari keimanannya kepada Allah SWT dan Rasulnya.

Allah menjadikan makhluknya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan dan betina begitu pula tumbuh-tumbuhan dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup berpasang-pasangan, hidup dan sejoli, hidup suami istri, membangun rumah tangga yang damai dan teratur. Untuk itu haruslah diadakan ikatan dan pertalian yang kokoh yang tak mungkin putus dan diputuskannyalah ikatan akad nikah atau ijab.3 Sudah menjadi sunnatullah bahwa segala yang ada di dunia ini diciptakan oleh Allah SWT dalam keadaan berpasang-pasangan, begitu juga dengan manusia yang diciptakan oleh Allah SWT. Firman Allah dalam Q.S Ar-Rum (30):21

2Sudarsono, Kamus Hukum, ( Jakarta: Rineka Cipta ), Hlm. 169

3Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 1996), hlm.

31

(20)

ٍَِِْٗ

ِِٔتَيآ َُْا َقَيَخ ٌُْنَى ٍِِّْ

ٌُْنِسُفَّْا ِّىاًجاَْٗصَا

َوَعَجَٗاَْٖيَىِاا ُُْْ٘نْسَت ٌُْنَْْيَت

َُِّاًحََْحَسًَّٗجَّدٍََّ٘

ْيِف َلِىَر ٍتَيَ َلَ

ًٍَْ٘قِّى َُ ُْٗشَّنَفَتَّي

Artinya : Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.4

Perkawinan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan merupakan suatu unsur yang akan meneruskan kelangsungan kehidupan manusia dan masyarakat dibumi ini. Perkawinan menyebabkan adanya keturunan dan keturunan akan menimbulkan keluarga yang nantinya akan berkembang menjadi kerabat dan masyarakat, dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 1 pasal 1 tahun 1974 perkawinan didefenisikan sebagai ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.5

Dalam hukum Islam adat boleh dilaksanakan dari genarasi-kegenarasi yang diyakini serta dijalankan oleh umat dengan anggapan bahwa perbuatan itu baik untuk mereka. Sebagaian adat lama itu ada yang selaras dan ada yang bertentangan dengan hukum syara‟ datang dan kemudian Adat yang bertentangan itu dengan sendirinya tidak mungkin dilaksanakan oleh umat Islam secara

4Qs Ar-Rum (30): 21

5Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm.7.

(21)

bersamaan dengan hukum syara‟. Pertemuan antara adat dan syariat tersebut terjadilah benturan, penyerapan, dan pemburuan antara duanya.

Peminangan/khitbah merupakan suatu pendahuluan untuk melangsungkan perkawinan dengan seorang wanita. peminangan juga memberi isyarat, bahwa yang melakukan peminangan atau pelamaran pada umumnya datang dari pihak laki-laki, sedangkan pelamaran yang datang dari pihak perempuan tidak lazim terjadi, kecuali pada sistim kekeluargaan dari pihak ibu. Tapi, untuk masa sekarang peminangan dapat saja dilakukan oleh pihak perempuan atau keluarganya terhadap keluarga laki-laki peminangan ini juga memberi kesempatan kepada kedua calon suami istri untuk saling kenal-mengenal.6

Calon suami melakukan pinangan berdasarkan kreteria calon istri yang didasarkan oleh hadis Nabi Muhamad saw, yaitu wanita dinikahi karena empat hal: hartanya, keturunannya, kecantikan, dan agamanya.

Menurut hadis Nabi Muhamad saw. Dimaksud bila empat hal itu tidak dapat ditemukan oleh calon suami terhadap perempuan yang akan menjadi calon istrinya, maka calon suami harus memilih harus yang mempunyai kriteria agamanya.7

Sebagai telaah dikemukakan bahwa masyarakat adat Jambi sulit untuk meninggalkan adatnya dan sukar untuk tidak menerima agama Islam, keduanya sama diperlakukan dalam prikehidupan mereka. Upaya penyesuaian adat dengan agama dilakukan mana yang tidak bertentangan di pegang tetapi mana yang

6Baharuddin Ahmad dan Yuliantin, Hukum Perkawinan Umat Islam Di Indonesia, (Jakarta: Lamping Publishing 2015 ), hlm. 28.

7Zainudin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia,,,,. hlm. 9-10.

(22)

bertentangan ditinggalkan, sehingga adat Jambi dikatakan “Adat Bersendi Syara‟

dan Syara‟ Bersendi Kitab Allah” 8

Adat diartikan sebagai cerminan dari pada kepribadian suatu bangsa, dalam kata lain adat merupakan salah satu penjelmaan dari pada jiwa bangsa.

Maka setiap bangsa di dunia ini memiliki adat kebiasaan sendiri-sendiri yang satu dengan yang lainnya dan keberadaannya tidak sama, baik dari segi simbol atau tingkah laku masyarakat adat. Justru oleh karena itu ketidaksamaan inilah kita dapat mengatakan, bahwa adat itu merupakan unsur yang tepenting yang memberikan identitas dari suatu bangsa. Di negara Republik Indonesia dikatakan

“bhinneka tunggal ika” yang berarti walaupun berbeda-beda menjadi satu kesatuan dalam negara pancasila.

Adat juga disebut „urf berarti kebiasaan yang baik,9 diketahui dan di ulang-ulang serta menjadi kebiasaan di dalam masyarakat, adat istiadat mempunyai ikatan dan pengaruh yang kuat daalam masyarakat, kekuatan mengikatnya tergantung pada masyarakat yang mendukung adat tersebut.

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita yang menjadi sumi istri bertujuan untuk membangun rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa, Begitu pula halnya perkawinan menurut adat Desa Majelis Hidayah, ada beberapa tahapan yang harus dilaksanakan sebelum perkawinan tersebut, dimulai dari peminangan.

8Sulaiman Abdullah, Pembekalan Adat Istiadat Melay Jaambi, Bagi Para Ketua Lembaga Adat Kecematan Dan Para Pengurus Lembaga Adat Kabupaten Atau Kota Dalam Provinsi Jambi 2006, hlm. 3.

9 Abd Rahman Dahlan, Ushul Fiqh, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm: 209

(23)

Dalam agenda tatacara perkawinan ini, mulai dari peminangan hal ini merupakan bagian awal sebelum pelaksanaan perkawinan tersebut yakni calon pengantin laki-laki dan keluarganya mendatangi keluarga calon pengantin wanita untuk mengutarakan maksud dan tujuan datang melamar.

Prosesi peminangan adat desa Majelis Hidayah ini sudah menjadi tradisi masyarakat setempat asli memegang adat, dengan keharusan adanya Tepak Sirih dalam prosesi peminangan karena hal tersebut merupakan adat kebiasaan turun- temurun (dari nenek moyang) yang masih dijalankan masyarakat saat ini, padahal dalam hukum Islam tidak ada mewajibkan adanya Tepak Sirih dalam prosesi peminangan. Dan apabila didalam prosesi ini tidak ada Tepak Sirih, akan menghambat prosesi dalam peminangan, peristiwa yang terjadi pada tahun 2016- 9102 ada beberapa orang yang prosesi peminangannya diundur dan disuruh pulang terlebih dahulu untuk melengkapi persyaratan karena, tidak membawa Tepak Sirih.

No profesi Pasangan yang pinangannya tertunda

karna tidak ada tepak sirih

1 PNS 0 orang

2 Karyawan swasta 25 orang

3 Tidak bekerja tetap 35 orang

jumlah 60 orang

Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul.

“Tepak Sirih Dalam Prosesi Peminangan Adat Melayu Jambi Perspektif

(24)

Hukum Islam (Studi Desa Majelis Hidayah kecamatan kuala jambi kabupaten tanjung jabung timur)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis ceritakan diatas, maka muncul pokok permasalahan yang akandikemukakan dalam penelitian proposal skripsi ini sebagai berikut:

1. Bagaimana prosesi peminangan adat melayu Jambi yang mengharuskan adanya Tepak Sirih di desa Mejelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur?

2. Bagaimana kedudukan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi?

3. Bagaimana Perspektif Hukum Islam tentang keharusan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi?

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan pembahasan serta tidak menyalahi sistematika penulisann skripsi ini, sehingga membawa hasil yang diharapkan, maka penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas, sehingga tidak keluar dari topik pembahasan. Penelitian ini, penulis hanya membahas tentang “Tepak Sirih Dalam Prosesi Peminangan Adat Melayu Jambi Perspektif Hukum Islam ( Studi Desa Majelis Hidayah)”.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(25)

a. Untuk mengetahui prosesi peminangan adat melayu Jambi yang mengharuskan adanya Tepak Sirih di desa Mejelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur

b. untuk mengetahui kedudukan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan adat melayu Jambi

c. Untuk mengetahui perspektif hukum Islam pada prosesi peminangan keharusan Tepak Sirih

2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Akademis

1) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat khususnya bagi masyarakat desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur, mengenai adat perkawinan pada prosesi keharusan Tepak Sirih

2) Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk mengembangkan penelitian ini lebih lanjut guna kepentingan ilmu pengetahuan khususnya studi Hukum Keluarga Islam.

b. Kegunaan Praktis

1) Hasil dari penelitian ini nantinya diharapkan dapat berguna bagi banyak pihak terutama bagi alim ulama, pemangku adat, dan masyarakat pada umumnya di daerah Kuala Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

2) Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran secara lengkap tentang perpektif hukum Islam terhadap adat perkawinan desa Majelis Hidayah

(26)

kecamatan Kuala Jambi kabupaten tannjung jabung timur pada prosesi peminangan keharusan Tepak Sirih.

E. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis merupakan serangkaian pernyataan sistematis yang bersifat abstrak tentang subjek tertentu. Subjek itu dapat berupa pemikiran, pendapat, nilai-nilai, pranata sosial, peristiwa, perilaku manusia, dan teori-teori umum yang muncul dari variabel penelitian.10

a. Teori Kaedah Ushul Fiqh

Ushul fiqih berasal dari bahasa arab, yang terdiri dari kata “ushul”

jamak dari “ashlu” artinya: asal, dasar, pokok, dan fiqih artinya paham atau mengerti11

Tujuan dari ilmu fiqih adalah untuk mengetahui jalan dalam mendapatkan hukum syara‟dan cara-cara untuk mengistimbatkan suatu hukum dari dalil-dalilnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebutuhan terhadap ilmu ushul fiqh sangat diperlukan dalam istinbat hukum.12

حَنحٍجداعىا

Artinnya:“Adat dapat dijadikan pertimbangan dalam menetapkan hukum”.13

Sebelum Nabi Muhamad SAW diutus adat kebiasaan sudah berlaku di masyarakat baik di dunia Arab maupun di bagian lain termasuk di Indonesia adat kebiasaan suatu masyarakat di bangun atas dasar-dasar nilai

10Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm 86-87.

11 Basiq Djalil, Ilmu Ushul Fiqih. (Jakarta: kencana, 2010) hlm.13

12Ibid hlm. 17

13 A.Dzauli, Kaidah-Kaidah Fiqih, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 9.

(27)

yang dianggap oleh masyarakat tersebut. Nilai-nilai tersebut diketahui, dipahami dan dilaksanakan atas dasar kesadaran masyarakat tersebut.14 b. Teori Living Law

Teori yang didasarkan pada kerangka teori hukum sebagai proyek.Teori hukum sebagai proyek adalah suatu penggambaran bahwa hukum itu harus dinamis. Hukum yang demikian merupakan sesuatu yang harus diwujudkan untuk mencapai keadilan dan legitimitas menuju ke hukum yang optimal, yang berorientasi pada nilai-nilai dan asas-asas hukum sebagai ukuran untuk praktik hukum.15

masyarakat terdapat kebiasaan pada waktu upacara tunangan, calon mempelai laki-laki memberikan suatu pemberian seperti perhiasan atau cendera mata lainnya pada kesungguhan niatnya untuk melakukan ke jenjang perkawinan. Apabila pemberian terebut sebagai hadiah atau hibah, dan peminangan tidak dilanjutkan ke jenjang perkawinan, maka si pemberi tidak dapat menuntut pengambilan hadiah atau hibah itu. Rasulullah Saw menegaskan: “tidak halal bagi seseorang memberi suatu pemberian, atau mengibahkan sesuatu, kemudian menarik kembali, kecuali orang tua yang memberi sesuatu kepada anaknya”.16

F. Tinjauan Pustaka

Pembahasan tentang Tepak Sirih banyak diteliti dan dikaji dalam berbagai bentuk karya tulis. Baik dalam bentuk buku, skripsi, jurnal, atau yang lainnya

14Ibid, hlm. 78.

15 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm:87

16Ahmad Rifiq, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, (Jakarta:Pt Raja Grafindo, 2013), hlm. 82-83.

(28)

dengan berbagai judul dan permasalahan yang biasa dijadikan sumber informasi.

Dari sekian banyak karya tulis ilmiah mengenai Tepak Sirih ini ada beberapa pembahasan yang berhubungan terhadap topik yang akan diteliti penulis.

Pertama, penelitian ini dilakukan oleh Jul Asdar Putra Samura dengan judul skripsi pengaruh budaya makan sirih terhadap status kesehatan periodontal pada masyarakat suku Karo di desa Biru-Biru kabupaten Deli Serdang. Skripsi ini memebahas mengenai pengaruhnya makan sirih yang mengakibtkan banyaknya jenis penyakit gigi dan mulut yang bmyak terjadi pengaruhnya budaya makan sirih, dan mengenai kesehatan periodontal.17 Sedangkan pembahasan yang disusun oleh penulis adalah lebih keharusan Tepak Sirih (tempat sirih) saat peminangan atau khitbah.

Kedua, penelitian ini dilakukan oleh saida pasade dengan judul skripsi perubahan fungsi makan sirih dalam upacara perkawinan masyarakat Nanggala di kabupaten Taroja Utara. Skripsi ini membahas mengenai fungsi dan makna makan sirih kerena dalam tradisi ini sebuah simbol penghargaan kepada keluarga kedua belah pihak dalam melakukan upacara perkawinan masyarakat Nanggala di kabupaten Taroja Utara.18 Sedangkan pembahasan yang disusun oleh penulis ini melakukan memakan daun sirih saat prosesi peminangan terhadap adat perkawinan desa Majelis Hidayah kecamatan Kuala Jambi kabupaten tajung jabung timur.

17Jul Asdar Putra Samura, Pengaruh Budaya Makan Sirih Terhadap Status Kesehatan Periodontal Pada Masyarakat Suku Karo Di desa Biru-Biru Kabupaten Deli Serdang, Skripsi Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan 2009.

18Saida Pasande, Perubahan Fungsi dan Makna Sirih Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Nanggala Di Kabupaten Toraja Utara, Skripsi Mahasiswa Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makasar 2018.

(29)

Ketiga, penelitian ini dilakukan oleh Al-Badri dengan judul skripsi tata cara perkawinan adat melayu Kota Jambi ditinjau dari hukum Islam. skripsi ini membahas tentang tatacara perkawinan adat melayu.19 Sedangkan pembahasan yang disusun oleh penulis ini prosesi peminangan keharusan Tepak Sirih.

19Al-Badri, Tata Cara Perkawinan Adat Melayu Kota Jambi Di Tinjau Dari Hukum Islam, Skripsi Mahasiswa Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Universitas Isalm Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2014.

(30)

11 BAB II

METODE PENELITIAN

Dalam penulisan proposal skripsi ini, penulis mengumpulkan berbagai bahan dan data yang diperlukan, mengandung kebenaran yang objektif, dan harus relevan dengan permasalahan yang dikaji.Sehingga penulisan proposal skripsi ini memiliki kualifikasi sebagai sistem tulisan yang proposional. Penulis menggunakan metode penelitian ilmiah sebagai berikut:

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut dapat memperoleh data yang diperlukan untuk menyusun serta menyelesaikan proposal skripsi ini.

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian a. Jenis Penelitian

Penulis menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yang berlokasi di desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi, kabupaten Tanjung Jabung Timur, dalam penulisan ini. Permasalahan utama yang ingin diteliti dalam penelitian ini adalah “Perspektif Hukum Islam Adat Perkawinan Desa Mejelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Peminangan Keharusan Tepak Sirih”.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif tipe pendekatan empiris yaitu pendekatan dengan melihat sesuatu

(31)

kenyataan hukum di dalam masyarakat.20 Penelitian ini bersifat, deskriptif, dan analisis. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengkaji, mendeskripsikan, dan menganalisis lebih dalam mengenai “Perspektif Hukum Islam Adat Perkawinan Desa Mejelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur Peminangan Keharusan Tepak Sirih”

C. Jenis dan Sumber Data a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang berasal dari data lapangan dan diperoleh dari para responden.21 Data primer didapat dari hasil wawancara dengan pihak Ketua Adat, alim ulama, pelaku dari tradisi Tepak Sirih dan masyarakat umum di desa Majelis Hidayah kecamtan Kuala Jambi Tanjung Jabung Timur. Data primer dalam penelitian ini juga berupa arsip dari ketua Adat desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang mana di ambil menggunakan teknik sampling. Teknik sampling atau teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan tidak semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi anggota sampel.Jenis teknik non probability sampling yang digunakan penulis adalah sampling secara bertujuan atau purposive sampling yaitu pengambilan

20Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum,,,, hlm. 105.

21Ishaq, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis, serta Disertasi, (Bandung: Alfabeta, 2017), hlm. 71.

(32)

sampel dipilih secara khusus dan ditentukan sendiri oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitiannya.

Sampel yang dipilih oleh penulis yakni di desa Majelis Hidayah kecamatan Kuala Jambi kebupaten Tanjung Jabung Timur sampel yang dipilih yaitu:

1. ketua adat 2. alim ulama

3. pelaku dari tradisi Tepak Sirih 4. masyarakat umum

Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh sumber perantara dan diperoleh dengan cara mengutip dari sumber lain.22Baik berupa buku, jurnal, undang-undang, dan artikel yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

b. Sumber Data

Data adalah sesuatu keterangan dan informasi mengenai segala hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian.23 Sumber data dalam penulisan ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer adalah penelitian data melalui wawancara dengan responden dan mengambil data-data dari lapangan.

2. Data sekunder adalah mengambil data-data dari pustaka sebagai data pendukung dalam penelitian

22Sayuti Una (ed.), Pedoman Penulisan Skripsi, (Jambi, Syari‟ah Press dan Fakultas Syari‟ah IAIN STS Jambi, 2014) hlm. 34-35.

23Handari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadja Mada University Press 1997), Hlm 221

(33)

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data berkanaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah penelitian itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus siap melakukan penelitian yang selanjutnya harus terjun kelapangan24

a. Observasi

Observasi diartikan sebagai pengamatan langsung terhadap masyarakat guna merumuskan nilai-nilai yang dianggap berlaku dalam masyarakat-masyarakat tertentu.25 Peneliti mencatat informasi sebagaimana peneliti saksikan selama dalam penelitian. Kedudukan peneliti hanya sebagai partisipan dalam suatu lingkungan masyarakat yang diteliti. Selama proses observasi, peneliti akan membuat catatan-catatan untuk keperluan analisis dan pengecekan data kembali. Dan oleh karena itu data yang diperoleh dari observasi disebut data primer.

Metode ini penulis gunakan untuk terjun kelapangan yakni desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dilapangan, penulis mengamati dan memperhatikan bener-benar realita yang terjadi, kemudian menghubungkannya dengan data yang diperoleh.

24Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 222.

25Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada 2008), hlm. 27.

(34)

b. Wawancara

Wawancara adalah situasi peran antara pribadi bertatap muka, ketika seseorang yakni pewawancara mengajukan pertanyaann-pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relavan dengan masalah penelitian kepada seorang responden.26Ini untuk dilakukan untuk memahami informasi secara detail dan mendalam dari informan sehubung dengan fokus masalah yang diteliti.

Melalui wawancara ini diharapkan adanya respon dari subyek penelitian yang berkaitan dengan perspektif hukum Islam terhadap adat perkawinan desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada prosesi peminangan keharusa Tepak Sirih.

Pertanyaan akan disusun oleh peneliti meliputi sub-sub tema yang berkaitan tema pokok, yaitu antara lain: maksud dan tujuan prosesi atau tatacara peminangan dengan keharusan Tepak Sirih, dan pandangan tokoh masyarakat serta ulama tentang prosesi peminangan keharusan Tepak Sirih.

c. Dokumentsi

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sudah tersedia dalam catatan dokumen, fungsinya sebagai pendukung pelengkap bagi data primer yang di peroleh dari observasi dan wawancara mendalam, metode ini digunakan bertujuan untuk memperkuat data-data yang sudah ada.

26Sugiyono,Metode Penelitian,,,,. hlm. 82.

(35)

E. Teknik analisis data

Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data versi Miles dan Huberman sebagai berikut:27

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data yang berarti merangkum dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.28 Reduksi dataatau data reduction dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

b. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat juga berbentuk matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah dipahami.

c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)

Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir penelitian kualitatif.Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan

27Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2008), hlm. 85-87.

28Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338.

(36)

verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan.

G. Sistematika Penulisan

Penyusuan skripsi ini terbagi dalam lima bab, dan setiap bab terdiri dari beberapa sub-bab yang membahas permasalahan-permasalahan tersendiri tetapi tetap saling berkaitan. Hasil penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis, kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab Pertama, berisi tentang pendahuluan yang membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, dan tinjauan pustaka.

Bab Kedua, berisi tentang metode penelitian yang membahas mengenai lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, populasi dan sampel, teknik analisis data, sistematika penulisan, dan jadwal penelitian.

Bab Ketiga, berisi tentang gambaran umum lokasi penelitian yang membahas mengenai prosesi atau tatacara peminangan keharusan Tepak Sirih, di desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur aspek geografis, aspek demografis, aspek ekonomi, dan aspek pemerintahan.

Bab Keempat, berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian yang membahas mengenai perpektif hukum Islam terhadap adat perkawinan desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(37)

Bab Kelima, berisi tentang penutup yang memuat kesimpulan dan juga disertai dengan saran.

H. Jadwal Penelitian

Untuk mempermudah langkah-langkah dalam penelitian ini maka menyusun jadwal sebagai berikut:

Tabel I Jadwal Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2019-2020

Februarii Maret April Juli Agustus Oktober

1 1 2 1 1 1 2 1. Pengajuan

Judul

x 2. Pembuatan

Proposal

x X 3. Penunjukan

Dosen Pembimbing

x

4. Keluar Jadwal Sminar

x

5. Ujian Sminar Proposal

x 6. Pengesahan

Judul

x 7. Surat Izin

Riset

x 8. Pengumpulan

Data

x x x 9. Pengelolaan

dan Analisis Data

10. Bimbingan dan

Perbaikan Skripsi

(38)

11. Agenda dan Ujian Skripsi 12. Perbaikan

penjilidan

(39)

20 BAB III

GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah singkat desa Majelis Hidayah

Desa Majelis Hidayah merupakan Desa pemekaran yang secara resmi dibentuk pada tahun 2006 dengan dasar yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur Nomor 14 Tahun 2006 tanggal 6 November 2006, yang dimekarkan dari Desa Teluk Majelis, setelah dinyatakan Desa difinitif tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh perangkat dan aparatur pemerintahan desa untuk mewujudkan sebuah Desa yang mempunyai komitmen membangun disegala sektor dengan segala kemampuan serta potensi yang dimiliki sesuai kapasitas Sumber Daya yang dimiliki, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam sebagai komponen terpenting dalam mewujudkan masyarakat yang mempunyai visi dan misi membangun, dengan jumlah penduduk ± 2.062 jiwa dan luas wilayah ± 10 KM.29

Desa Majelis Hidayah memilki kultur dan budaya heterogenis serta bermata pencaharian yang beraneka ragam, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan berjalannya roda pemerintahan desa yang mampu mengejar ketertinggalannya dengan desa-desa yang lain yang sudah maju.

Pada tahun 2009 silam untuk pertama kalinya masyarakat desa Majelis Hidayah melaksanakan pesta demokrasi pemilihan kepala desa masa bakti 2009-2015 dan berjalan sukses. Baik sukses pelaksanaan maupun sukses dalam tahapan-tahapan dan rangkaian pilkada dimaksud.

29 Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(40)

Untuk meletakkan dasar dan arah pembangunan yang menjadi target dan sasaran keberhasilan pembangunan, maka disusunlah rumusan visi dan misi sebagai titik fokus serta rel dan jalur lokomotif pergerakan pembangunan Desa tersebut.

Sejak tahun 2009 sampai dengan sekarang desa Majelis Hidayah telah melaksanakan pemilihan kepala desa sebanyak 2 (dua) kali, hal ini membuktikan bahwa proses demokrasi telah berjalan dengan baik selama berdirinya desa Majelis Hidayah sampai saat ini.30

Berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai Kepala DesaMajelis Hidayah :

1. Sayuti. AR Tahun 2009-2015 2. Daruis Kenedi Tahun 2015-2016 3. Toni. J Tahun 2016-Sekarang31 B. Letak geografis desa Majelis Hidayah

Luas wilayah tempat penelitian melakukan penelitian yakni desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur kabupaten Tanjung Jabung Timur memiliki luas wilayah ± 10 KM. Dengan batas-batas tertentu :

1. Sebelah Utara berbatas dengan kelurahan Kampung Laut 2. Sebelah Selatan berbatas dengan desa Menunggal Makmur 3. Sebelah Timur berbatas dengan sungai Batang Hari

4. Sebelah Barat berbatas dengan desa Kuala Lagan32

30Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

31Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(41)

Untuk mencapai kecamatan Kuala Jambi kita dapat melewati dua jalur perjalanan yaitu jalur darat dan jalur perairan ( sungai ). Pada jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan alat transportasi berupa kendaraan roda dua dan roda empat, sedangkan pada jalur sungai dapat ditempuh dengan menggunakan ketek ( perahu motor ). Ketek merupakan istilah perahu mesin yang digunakan masyarakat sebagai alat angkutan umum.

Jarak tempuh dari ibu kota kabupaten Tanjung Jabung Timur dengan pusat pemerintah kecamatan Kuala Jambi adalah 32 KM dan jarak tempuh dari ibu kota Tanjung Jabung Timur untuk sampai ketempat penelitian ( desa Majelis Hidayah ) adalah 36 KM. Dan waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Kecamatan Kuala Jambi terdapat perbedaan jarak tempuh yang berbeda- beda dengan menggunakan trasportasi diatas untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel.1

Jarak Waktu Tempuh Kecamatan Kuala Jambi33

32Dokumentasi B alai Desa Majelis Hidayah, 2019

33Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

No Ibu kota kabupaaten

Trasportasi yang digunakan

Waktu tempuh (menit) Kecamatan

kuala jamnbi

Lokasi penelitian

1

Tanjung Jabung Timur

Mobil 45 55

2 Motor 30 35

3 Perahu motor 30 35

(42)

Berdasarkan tabel diatas perbedaan jarak tempuh disebabkan oleh beberapa faktor; faktor utama yang membedakan jarak tempuh tersebut adalah kondisi jalan yang rusak sehingga pengguna jalan jalur darat sangat mengeluhkan kondisi jalan tersebut, apalagi ketika musim hujan di sepanjang jalan becek sulit untuk di lewati.

C. Keadaan penduduk

Berdasarkan informasi yang diperoleh di lapangan bahwa desa Majelis Hidayah memiliki penduduk yang berjumlah 1.817 orang yang terdiri dari laki- laki 931 orang dan perempuan 886 orang, jumlah penduduk ini dikelompokkan berdasarkan tingkat usia, data pencarian dan pendidikan.34

1. Jumlah penduduk menurut usia

Tabel.2

Jumlah penduduk berdasarkan usia35

No Tingkat umur Data Persentase

1 0-17 tahun 558 30,71%

2 18-55 tahun 939 51,68%

3 55 tahun keatas 320 17,61%

Jumlah 1.817 100%

Dari tabel diatas terdapat dilihat jumlah penduduk di desa Majelis Hidayah yang paling banyak adalah 18 sampai dengan 55 tahun yang berjumlah 939 orang dari jumlah keseluruhan penduduk 1.817 orang dengan

34Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

35Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(43)

persentase terbesar 51,68%. Penduduk dengan usia 0 sampai dengan 17 tahun yaitu berjumlah 558 orang dengan persentase 30,71%. Kemudian penduduk dengan berusia 55 tahun keatas berjumlah 320 orang dengan persentase 17,61% .

2. jumlah penduduk menurut mata pencarian

Mata pencarian suatu penduduk adalah hal yang sangat penting sekali dalam konteks kehidupan sehari-hari, dimana manusia yang selalu membutuhkan makanan dan minuman dalam memenuhi kebutuhan menjalani hidupnya, mata pencarian penduduk desa mejelis hidayah mayoritas bekerja sebagai petani disamping itu mereka ada juga yang bekerja sebagai nelayan, pedagang dan lain-lain.

(44)

Tabel.3

Jumlah penduduk berdasarkan mata pencarian36

Dari tabel diatas bisa kita lihat bahwa mata pencarian masyarakat desa Majelis Hidayah umumnya adalah pegawai negri sipil atau PNS berjumla 10 orang dengan persentase 0,55%. Pekerja TNI atau polri berjumla 1 orang dengan persentase 0,05%. Pekerja swasta atau BUMN dengan jumlah 20 orang dengan persentase 1,10%. Pekerja pedagang dengan jumlah 49 orang dengan persentase 2,70%. Pekerja petani dengan jumlah 408 orang dengan persentase 22,46%. Pekerja buruh dengan jumlah 49 orang 2,70%. Pekerja nelayan dengan jumlah 156 orang dengan persentase 8,58%. Pekerja pengrajin dengan jumlah 5 orang dengan persentase 0,28%. Pekerja jasa dengan jumlah 9 orang

36Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

No Jenis mata pencarian Jumlah (orang) Persentase 1

2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Pegawai negri sipil/PNS TNI/POLRI Swasta/BUMN

Pedagang Petani Buruh Nelayan Pengrajin

Jasa Pengganguran/

tidakbekerja Tidak bekerja tetap

10 1 20 49 408

49 156

5 9 25 1.085

0,55%

0,05%

1,10%

2,70%

22,45%

2,70%

8,58%

0,28%

0,50%

1,38%

59,71%

Jumlah 1.817 100%

(45)

dengan jumlah persentase 0,50%. Pengangguran atau tidak berkerja dengan jumlah 25 orang dengan persentase 1,38%. Dan yang tidak bekerja tetap dangan jumlah terbesar 1.085 orang dengan persentase 59,71%.

3. jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan

untuk mengetahui pendidikan masyarakat di desa Majelis Hidayah dapat di lihat pada tabel dibawah ini :

tabel.4

jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan37

No Keterangan Jumlah Persentase

1 2 3 4 5 6 7 8

Taman kanak-kanak (TK) Sekolah dasar (SD)sederajat

SMP/sederajat SMA/sederajat Akademi/ D1-D3

Serjana S1 Tidak lulus Tidak bersekolah

40 orang 353 orang 293 orang 271 0rang 13 orang 15 orang 546 orang 286 orang

2,20%

19,43%

16,13%

14,91%

0,71%

0,83%

30,05%

15,74%

Jumlah 1.817 100%

Dengan tabel di atas bisa kita lihat bahwa keadaan pendidikan penduduk desa Majelis Hidayah adalah pendidikan taman kanak-kanak dengan jumlah 40 orang dengan persentase 2,20%. Pendidikan sekolah dasar (SD) dengan jumlah 353 orang dengan persentase 19,43%. Pendidikan SMP dengan jumlah 293 orang dengan persentase 16,13%. Pendidikan SMA dengan jumlah 271 orang dengan persentase 14,91%. Pendidikan akademik atau D1-D3

37Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(46)

dengan jumlah 13 orang dengan jumlah persentase 0,71%. Pendidikan serjana S1 dengan jumlah 15 orang dengan persentase 0,83%. Pendidikan tidak lulus dengan jumlah orang 546 orang dengan persentase 30,05%. Dan yang tidak bersekolah 286 orang dengan persentase 15,74%.

D .Sarana pendidikan

Pendidikan merupakan yang sangat penting bagi setiap orang, berdasarkan perkembangan pendidikan hari ini pendidikan masyarakat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu masyarakat yang berpendidikan tinggi, dan masyarakat yang berpendidikan rendah ini bisa dilihat dimana sudah ada sebagian masyarakat yang berpendidikan tamatan SMA bahkan perguruan tinggi, disamping juga masih banyak sekali masyarakat yang berpendidikan rendah bahkan ada yang tidak mengecap pendidikan sama sekali.

Setiap wilayah memiliki sarana pendidikan sebagai tempat untuk menuntut ilmu, melalui kegiatan dan proses pembelajaran, baik pendidikan Islam maupun pendidikan umum. Untuk meningkatkan pendidikan masyarakat ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, di desa Mejelis Hidayah kecamatan Kuala Jambi terdapat berbagai lembaga pendidikan yaitu: satu buah Sekolah Dasar (SD) , satu buah madrasah ibtidaiyah.

(47)

Tabel.5

Keadaan Sarana Pendidikan Di desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi38

No Jenis lembaga pendidikan Jumlah Keterangan 1

2

Sekolah dasar MTS

1 1

Baik Baik

Jumlah 2

E. Agama dan Tempat Ibadah

Agama adalah tuntunan hidup setiap orang dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dan agama yang akan menyelamatkan setiap orang diakhirat kelak jika manusia selalu berpegang teguh pada ajaran yang diperintah dan yang dilarang. Hal ini akan terjadi pada agama yang benar yaitu agama Islam.

Keadaan penduduk desa Majelis Hidayah 100% menganut agama Islam, kemudian sarana peribadatan di desa Majelis Hidayah kecamatan kauala Jambi terdiri dari tiga buah masjid dan enam buah musholah.

38Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(48)

Tabel.6

Saran peribadatan desa Majelis Hidayah39

No Jenis Jumlah Keterangan

1 2

Masjid Mushollah

3 6

Baik Baik

Jumlah 9

F. Adat Istiadat Masyarakat

Penduduk yang berdomisili di desa Majelis Hidayah mempunyai suatu tata cara dan aturan-aturan. Dalam hal ini adalah berupa adat yang berasal dari nenek moyang, adapun ciri-ciri adat istiadat yang ada dalam masyarakat desa Majelis Hidayah ini adalah karena mayoritas penduduknya beragama Islam, untuk segala adat dan aturan yang dilakukan oleh masyarakat ini bercirikan Islam dan keagamaan.

Pada dasarnya adat masyarakat yang ada di desa Majelis Hidayah ini adalah merupakan adat yang sudah turun-temurun sejak dahulu yang hasil dari warisan nenek moyang. Ada beberapa adat yang bisa dilakukan oleh masyarakat desa Majelis Hidayah antara lain:

1. Tradisi keagaamaan

Tradisi keagamaan yang ada di desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur sama halnya dengan tradisi desa- desa lainnya, masyarakat masih taat dalam menjalankan ibadah baik mereka melakukan di masjid, surau maupun di rumah masing-masing

39Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(49)

begitu juga dengan peringatan hari besar Islam,seperti hari raya Idul Fitri, Idul Adha, Isro‟ Mi‟roj, Maulid Nabi Muhamad, Nuzulul Qur‟an serta menyambut tahun baru Islam, mereka antusias dalam peringatan tersebut.

Selain itu masyarakat juga aktif dalam kegiatan mingguan maupun harian yaitu yasinan ibu-ibu yasinan bapak-bapak dan pengajian antara magrib dan isya‟. 40

2. Adat peminngan

Peminangan dilakukan apabila pihak laki-laki mendapat persetujuan dari pihak perempuan sebelum meminang dilakukan terlebih dahulu duduk bertanya, setelah itu membawa Tepak Sirih (Tempat Sirih) yang di wakili pihak keluarga laki-laki kemudian apabila pinangan diterima maka ada ikatan janji semata, maka dikumpulkan sanak waris kedua belah pihak untuk menentukan waktu yang akan ditentukan setelah ada kesepakatan dari kedua belah pihak.

3. Adat cuci kampung

Merupakan suatu bentuk sanksi hukuman di desa Majelis Hidayah terhadap pelanggaran pidana adat yang berlaku di desa Majelis Hidayah.

Seperti tindakan pidana perzinahan, perkelahian, perusak dan lain-lain.

Apabila tindak pidana terjadi, maka tindakan yang diambil oleh pemangku adat Desa Majelis Hidayah menjatuhkan sanksi hukuman adat yang dikenal dengan istilah cuci kampung yaitu menyembelih seekor binatang

40Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019

(50)

ternak halal dimakan secara bersama-sama oleh masyarakat desa Majelis Hidayah.

G. Struktur Organisasi Pemerintahan

Organisasinya suatu pemerintah merupakan salah satu faktor berjalannya dengan baik serta berhasilnya suatu pemerintahan dan kepemimpinan sebagai mana yang diharapkan. Selain merupakan suatu peraturan pemerintah bahwa suatu organisasi harus ada susunan pengurus secara sistematis, hal ini juga merupakan aktivitas kerja objektif. Organisasi yang baik dan teratur merupakan ujung tombak dan keberhasilan pembangunan.

Suatu wilayah kelurahan biasanya mempunyai tiga persyaratan unsur penting yaitu: ada rakyat, pemimpin dan daerah. Maka demikian juga halnya dengan desa. Desa Majelis Hidayah dipimpin oleh seorang kepala desa.

Berjalan atau tidaknya suatu pemerintahan Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur bergantung pada kemampuan, kemauan dan kecakapan dari pemimpinnya. Adapun struktur pemerintahan Desa Majelis Hidayah Kecamatan Kuala Jambi Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

(51)

Struktur Pemerintah Desa Majelis Hidayah41

41Dokumentasi Balai Desa Majelis Hidayah, 2019 KEPALA DESA

TONI J

SEKRETARIS DESA IWANDRI, S.Pd.I

KAUR KEUANAGAN MULYADI KAUR UMUM DAN

PERENCANAAN ARIANSYAH, S.KOM KASIH

KESEJAHTERAAN DAN PELAYANAN RATNA FEBRIANTI KASI

PEMERINTAHAN HENDRY

STAF IRMA SURYANI

STAF SITI ZALEHA

KADUS I M. SAYUTI

KADUS II ARDIANSYAH

KADUS III PRAYITNO

(52)

33 BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pratik prosesi peminangan

Hukum adat adalah hukum yang tidak tertulis yang hidup dan berkembang dalam masyarakat.Menurut hukum adat untuk menentukan salah atau benar sesuatu perbuatan diteliti (disimak) dari ungkapan-ungkapan dalam pepatah dan petitih serta seloko adat yang ada kaitannya dengan kejadian tersebut dalam ungkapan.42

1. Terpijak benang arang, hitam kapak. Tersuruk dikunung kapur, putih tengkuh.

2. Sia-sia negeri alah. Tatekoh hutang tumbuh

Ungkapan-ungkapan demikian menjadi pedoman dalam hukum adat yang bersendi syarak dan syarak bersendi kitabullah. Hukum syarak adalah hukum yang berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits dan hukum adat berdasarkan pada pepatah dan petitih serta selokonya.

Salah satu hukum adat yang ada di desa Majelis Hidayah adalah keharusan Tepak Sirih dalam prosesi peminangan. Pratik prosesi peminangan yang mengharuskan adanya Tepak Sirih adalah kebiasaan adat di desa Majelis Hidayah yang bilamana dalam prosesi peminangan itu tidak ada Tepak Sirih maka si pria yang hendak meminang si wanita dipersilahkan pulang terlebih dahulu untuk memenuhi persyaratan adanya Tepak Sirih dalam prosesi peminangan.

42Lembaga Adat Provinsi Jambi dan Pemerintahan Daerah Tingkat Satu Jambi, Buku Pedoman Adat Jambi, (Jambi: Tnp., 1994), Hlm 23.

(53)

Tepak Sirih adalah tempat yang berisi sirih, kapur, tembakau, pinang, gambir, rokok, dan uang Rp. 125,- (seratus dua puluh lima rupiah) Tepak Sirih ini awal dari peminangan yang dilakukan oleh adat dimasyarakat, Tepak Sirih menciptakan dan memelihara mitos, juga adat sosial dan agama wujudnya berupa makan sirih serah terimah, dan pantun.

Adapun alur prosesi peminangan di desa Majelis Hidayah setelah dilakukan wawancara dengan ketua lembaga adat desa Majelis Hidayah bapak. Samsu sebagai berikut:

“Pertemuan pertama si pria dan keluarga datang kerumah wanita yang hendak dipinang bertujuan untuk menanyakan kepada si wanita dan keluarganya apakah si wanita sudah dipinang oleh pria lain?, apabila si wanita telah dipinang oleh pria lain maka si pria yang datang tidak diperbolehkan untuk meminangnya. Namun, apabila si wanita belum dipinang oleh siapapun maka si pria boleh meminangnya dan keluarga si pria dapat menayakan apa-apa saja persyaratan yang harus disiapkan nantinya dalam prosesi peminangan kedua sesuai dengan adat masyarakat setempat”.

“Pertemuan kedua disinilah dapat dilihat diterima atau tidak diterimanya si pria meminang si wanita itu yang mana prosesinya si pria dan keluarga datang lagi ke rumah wanita sesuai dengan waktu yang sudah ditentukan dan membawa semua persyaratan yang harus ada dalam prosesi peminangan tersebut sesuai adat yaitu Tepak Sirih yang berisi sirih, kapur, tembakau, pinang, gambir, rokok, koset dan uang Rp. 125,- (seratus dua puluh lima rupiah), serta tepak yang dibungkus dengan kain dan diberi sanggul

(54)

berbentuk silang begitupun pihak wanita yang hendak dipinang juga harus menyiapkan Tepak Sirih, dalam prosesi ini nantinya ditentukan si pria diterima atau tidak untuk meminang si wanita dengan tanda apabila kedua belah pihak sudah berkumpul dan bertukaran Tepak Sirih sebelum dilaksanakan perundingan maka harus ada perwakilan dari masing-masing pihak untuk memakan sirih yang telah disiapkan sebagai tanda diterima peminangan tersebut lalu di lanjutkan dengan pertunangan pemasangan cincin lalu di lanjut pula dengan perundingan antara kedua belah pihak membahas prihal uang hantaran dan lain-lain sesuai kesepakatan”.

Pertemuan yang ketiga itu adalah prosesi hantaran dan yang mana pihak laki-laki datang kerumah pihak wanita membawa hantaran sesuai kesepakatan yang sudah di sepakati dan masih membawa Tepak Sirih setelah itu kedua belah pihak duduk kembali berunding prihal pelaksanaan pernikahan.43

Pada praktik prosesi peminangan yang mengharuskan adanya Tepak Sirih terdapat kalimat atau pepatah adat yang diucapkan dari masing-masing pihak. Berikut bunyi pepatah adat dalam prosesi peminangan tersebut:

1. Ucapan atau Pepatah Adat dari Pihak Pria

Teluk langkap pulau temiang, Dusun tuo teluk kuali, Sighih kerakap pinangnyo mumbang, Ikolah nan ado dari kami.

43. Wawancara dengan Bapak Samsu, Ketua Lembaga Adat Desa Mejelis Hidayah, Desa Mejelis Hidayah, 5 November 2019.

(55)

Ndak duo pantun seiring, Dari perentak kedusun tapan, Singgah di pasar beli semangko, Sighih nan terletak mintak dimakan, Awal sembah permulaan kato.

Kesungai lili membeli kain, Kain pelikat dibawak mandi, Kami sediokan sebentuk cincin, Sebagai pengikat tando ndak jadi.

Ndak duo pantun beiring

Dari perentak kebatu licin, Pasang pukat ditepi muaro, Yo kami letak sebentuk cincin, Pengisi adat mohon diterimo.

Bukannyo kacang sembaghang kacang , kacang melilit di kayu berdughi, bukannyo kami sembaghang datang, gedang maksud di dalam hati.

Muaro sabak pulau berhalo, tanah Jambi kota seberang. Asal mulo kami datang kesiko, yo adat ndak diisi lembago betuang.

Ambillah parang belahlah bilah, bilah diraut dibawak pulang, kalau kurang tolonglah ditambah, kalau lebih dakkan jadi hutang.

2. Ucapan atau Pepatah Adat dari Pihak wanita

Rantau langkap teluk kembang, simpang tigo jalan keJambi, sighih kerakap pinangnyo mumbang, ikolah nan biaso dek kami.

Perentah jalan ketapan, beli semangko tuo, sighih nan teletak lah samo kito makan, tandonyo sembahlah kami terimo.

Ambilah sabut dibuat tali, untuk mengikat seekor burung, apo nian maksud datang kesini, cakap nan sepatah silahkan disambung.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara kepemilikan asing dan rasio pajak pada perusahaan menengah dan kecil, hal ini berbeda dengan pada

Dampak terhadap pemanasan global adalah terjadinya perubahan iklim yang berpengaruh terhadap kondisi ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS). Degradasi Sub DAS Garang

Dari tujuh karakteristik responden Desa Cinagara dan Desa Pasir Buncir hanya dua karakter yang akan diuji dengan menggunakan pengujian regresi linear berganda, diduga dua

Faktor penghambat Guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual siswa Beberapa faktor penghambat yang dialami Guru Pendidikan Agama Islam

Pada DFD level 0 sistem informasi pengendalian pengadaan material proyek yang terdapat pada Gambar 3.5 terdapat empat proses, yaitu proses perawatan data master

Dari hasil olah data menggunakan IBM SPSS Versi 22 didapat kesimpulan secara parsial variabel continuity marketing berpengaruh positif dengan nilai t hitung sebesar 2,491

Ieu hal ditandaan ku kamampuh individu siswa nu saluyu jeung kritéria ketuntasan minimal (KKM) nu lumaku di SMP Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Kategori nilai dumasar