• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. OPEN CODING Transkrip Wawancara. : Rendy Wicaksana - Digital Web Producer Wawancara : Selasa, 7 April 2020 // Via Zoom

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "1. OPEN CODING Transkrip Wawancara. : Rendy Wicaksana - Digital Web Producer Wawancara : Selasa, 7 April 2020 // Via Zoom"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

(2)
(3)
(4)

1. OPEN CODING Transkrip Wawancara

Informan I : Rendy Wicaksana - Digital Web Producer Wawancara : Selasa, 7 April 2020 // Via Zoom

KONSEP:

1. Perspektif Kelembagaan 2. Perspektif Teknologi 3. Perspektif Organisasi

4. Perspektif Budaya (Produser & Pengguna) 5. Mobile First Mindset

No TRANSKRIP ANALISIS KONSEP

1. Kakak udah tau belum tentang selfie journalism?

Kalau secara istilah aku tidak pernah meng- knowledge sebagai sebuah istilah selfie journalism, tapi kalau referensinya sebagai sebuah teknik stand up dengan metode selfie yang lumrah dilakukan oleh masyarakat pada umumnya, ya saya sudah melakukan itu beberapa kali

Memaknai selfie journalism sebagai

teknik reportase

2. Kalau kakak sendiri mendefinisikan selfie journalism ini sebagai apa kak?

Hmmm...sekali lagi aku ini ya..aku belum pernah pakai istilah selfie journalism tapi kalau memang yang dimaksud seperti apa yang aku lakukan

(5)

selama ini yakni stand up dengan menggunakan kamera depan ponsel sudah aku gunakan beberapa kali, karena pertama banyak faktor. ini adalah sebuah teknik yang memang dilakukan dengan sengaja agar dekat dengan audiens, karena audiens sekarang sudah familiar dengan selfie ya, berswafoto atau berswa video, menggunakan kamera depan ponsel, jadi salah satu tujuan metode itu dilakukan oleh saya dan wartawan di platform digital VOA Indonesia adalah karena memang lebih relevan dan lebih resonan ke para audiens kita yang memang anak muda

Alasan

menggunakan teknik selfie reporting

4,5

3. Jadi itu salah satu latar belakang kakak kenapa kakak bisa menjadi 28 atau yang lebih dikenal dengan mobile journalist ya kak?

Aku sih lebih..aku sih membedakan ya selfie journalism dengan mobile journalism..karena kan kalau selfie journalism spesifik banget ya Sye ya..

Kalau selfie journalism ya bener-bener ya kita selfie dan kita ngomong depan kamera, itu adalah salah satu teknik yang aku gunakan untuk mobile journalism itu ya...tapi kalau untuk mobile journalism itu banyak lagi tuh break down nya yang bisa dipaparkan..hmm..salah satu alasan selfie journalism, kalau meminjam istilah kamu, ya itu salah satunya, tapi itu bukan satu-satunya alasan, ada alasan lain juga.

Karakteristik selfie journalism

4. Kalau boleh tau, latar belakang kakak menggunakan teknik itu apa saja kak? mungkin dari faktor tuntutan pekerjaan, atau memang kakak yang mau berinovasi sendiri?

Ya...ada dua alasan sih selfie journalism itu..yang pertama yang sudah kupaparkan, karena memang

(6)

ini terobosan ya..karena dulu kalau misalnya secara konvensional sebelum ada orang-orang berselfie dengan kamera depan, konsep swafoto itu nggak ada..selfie tuh nggak ada..ini sebuah konsep baru yang muncul ketika smartphone beredar, mulai di...mulai di..memiliki kamera depan, orang sudah mulai selfie, akhirnya dipergunakan juga oleh jurnalis sebagai gimik, supaya lebih menarik, karena kan..kalau visual journalism kan memang ada reporter yang stand up depan kamera kan?

Secara konvensional, secara tradisional, biasanya kita stand up depan kamera, dan ada kameramen yang megang, yaudah, kita di depan kamera pegang mic.. itu kan konvensional, teknik dan prosedurnya seperti itu..tapi ini semua berubah karena kita mengikuti perkembangan zaman..kita ingin lebih dekat dengan audiens, kita ingin lebih dekat dengan masyarakat, ya kita ikutin..sudah ada selfie-selfie itu,

Bahkan dulu ketika aku di tvONE, yang platformnya TV aja, itu udah sok-sokan selfie..padahal ada kameramen juga yang mengambil..tujuannya apa? ya cuma sekedar gimik aja..itu pertama..sekarang aku sudah pindah ke VOA di platform digital aku masih melakukan itu dengan tujuan pertama tadi, yaitu gimik dan juga menarik.

Yang kedua alasannya karena aku kerja sendirian, gak ada kameramen, jadi memang gak bisa stand up yang ada orang lain bisa lihat di kamera gituloh..

ya mau gak mau opsinya adalah ya aku selfie, dan didukung juga dengan perkembangan zaman

Latar belakang jurnalis menerapkan

selfie journalism

2,4,5

(7)

orang-orang kan vlogging kan sudah biasa melakukan hal yang serupa..selfie-selfie gitu kan?

kayak Atta Halilintar dan semuanya, kan mereka bercerita tekniknya selfie..jalan..cerita..

Ya karena memang zamannya mendukung aku untuk melakukan hal tersebut, aku gak ada kameramen pun gak masalah untuk stand up dan berbicara di kamera dan juga selfie..

5. Seperti itu ya kak..nah kalau misalnya dari VOAnya itu ada kebijakan redaksionalnya tersendiri ga sih kak yang mengharuskan pakai teknik seperti itu?

Kalau dari VOA gak ada, tapi memang tim ku menyarankan..berselfie-selfie, kita, jadi misalnya ada suatu kejadian atau suatu liputan yang storynya bisa tuh bisa diukur, yang reporternya bisa partisipatif..bisa..bisa nongol ya nongol..supaya memberikan..hmmm..nuansa dan gimik yang lebih menarik dari cerita tersebut..dan yes..kami pakai cara selfie..salah-satunya, karena itu yang lagi hits, itu juga yang biasa orang lihat, dan vlogger Selebgram begitukan cara berceritanya? ya kita ikuti dengan apa yang sedang populer sekarang..biar lebih engaging..

Jadi kalau pertanyaan mu..hmmm..redaksi itu aturan ya enggak..but is it a strategy? yes, it is a strategy..

Selfie journalism sebagai upaya

jurnalis agar engaging

3,4,5

6. Jadi didukung juga ya kak dari pihak VOAnya untuk kk mengaplikasikan selfie journalism?

Sangat mendukung..sangat mendukung..mereka sangat mendukung inovasi, jadi kita kasih ide-ide pengambilan gambar yang tidak konvensional, mereka sangat dukung buat eksperimen.

Institusi mendukung inovasi oleh jurnalis

1

(8)

7. Kalau untuk menjadi seorang selfie journalist sebenarnya ada keahlian khusus nggak sih kak yang diperlukan, kayak misalnya harus menguasai banget kamera, atau menguasai teknik pengeditan, atau gimana kak?

Justru, secara teknis ini sama sekali tidak membutuhkan teknis yang mumpuni atau kemahiran yang tingkat..hmmm..tingkat lanjut sama sekali ya..karena selfie journalism kan basically using your mobile phone dan semua orang punya hp, sekarang siapa sih yang nggak punya kan? HP termurah pun sudah ada kamera depannya..jadi technically kamu bisa melakukan hal tersebut tanpa punya apa ya..punya skill atau kemampuan kamera yang advance..tapi satu hal yang memang aku rasa diperlukan untuk melakukan selfie journalism kalau meminjam istilah mu lagi-lagi itu adalah personality untuk berbicara di depan kamera..yang lebih luwes, yang lebih asik, karena selfie journalism ini kan sangat erat dengan vloggers..sangat erat dengan YouTuber, selebgram, yang semuanya tuh punya personality yang apa ya..disebutnya apa ya? yang ekstra..yang cheerful ya..gak boring mereka kan?

mereka menarik, ada yang tampilan-tampilannya biasa aja tapi mereka cara berbicaranya kayak Atta Halilintar kan nyentrik, nah itu yang dibutuhkan..lain kalau kamu lihat misalnya di beberapa story ku yang ada selfie nya, itu pasti kalau gak serius-serius banget, pasti aku kasih gimik. Nah kalau pakai bahasa anak zaman sekarang itu "nge-alay"..haha..karena apa? ngalay dengan personalitynya nyentrik supaya

Karakteristik seorang

selfie journalist 4,5

(9)

engaging..karena lagi-lagi ini strategi..jadi kita lebih engage dengan sekitar, karena VOA ini sendiri kan audiencenya udah jelas 18 sampai 35 tahun itu main audiencenya, walaupun kita nggak tahu siapapun ya..tapi memang kita kerahkan beritanya supaya bisa diterima audiensnya..mainly dalam bracket tadi..18 sampai 35 tahun, jadi ya selfie journalism itu kan masuk dan tinggal dikasih nyentrik, gimik-gimik dan itu dilakukan semata- mata oleh tim ku

8. Berarti waktu kakak pertama kali kerja di VOA dan menjadi selfie journalist ini sebelumnya nggak ada training khusus ya kak untuk kakak?

*ketawa* nggak ada..justru..justru di VOA ini kalau Sye tahu, VOA kan banyak bahasa ya..salah satunya bahasa Indonesia, dibagi ke dalam beberapa service kan..nah service Indonesia ini salah-satunya paling inovatif dalam mengembangkan teknik-teknik ini..karena kebetulan yang bekerja di tim digitalnya anak muda yang masih umur 20an..jadi kita masih relate banget dengan social media, dengan vlog, dengan Youtube, kita bisa berinovasi.

Sedangkan service lainnya itu memang banyak didominasi oleh orang-orang..hmm..di atas milenial keatas..jadi mereka cenderung kaku..mereka sangat berpengalaman, tapi media- media lama, seperti TV, radio, makanya anak muda lebih familiar, lebih heads on sama HP, sama social media, sama youtubers, jadi kita curi-curi ide, kita kembangin, jadi kita cenderung lebih inovatif.

Malah kita yang kasih, kita yang share ilmu ke

Inovasi dan sinergi dalam newsroom

1,3,4

(10)

divisi lain mengenai teknik selfie journalism, atau mobile journalism.

9. Kalau misalnya liputan, berarti kakak sendirian aja ya kak? apa ditemani salah-satu crew gitu kak?

Most of the time sendiri, tapi kadang-kadang aku minta bantuan teman..kalau ada yang bisa bantu ya dibantu..kalau enggak ya aku selfie itu yang aku bilang.

10. Pengambilan gambarnya tuh jadi benar-benar kakak sendiri atau misalnya kakak sendiri pakai HP, terus dibelakang ada crew lain yang nyorot kakak?

Itu pernah aku lakukan, tapi tidak selalu, kadang- kadang kalau aku keluar sendiri..ya udah emang bener-bener aku pakai HP aja, HP ku yang aku pake adalah iPhone XS, itu kamera sudah bagus banget...stabil..hmm..jadi aku tuh punya dikasih kamera DSLR itu malah nggak aku pake, sekarang kecuali memang butuh zoom yang jauh atau butuh stok gambar yang lebih bokeh gitu kan, yang lebih advance lah..tapi kalau misalnya yang simple- simple, ceritanya juga nggak butuh gambar yang gimana-gimana, aku cukup pakai HP. Kalau butuh stand up ya aku pakai selfie aja..

Penggunaan perangkat mobile sebagai penunjang

selfie journalism.

2

11. Kalau fasilitas perangkat mobile nya itu sendiri biasanya disediakan dari kantor, apa dari punya kakak pribadi?

Kalau aku disediakan..aku cukup beruntung disediakan semua peralatan, iPhone XS ini juga diberi kantor, supaya audionya lebih jernih, aku dikasih mic..khusus buat HP..jadi suaranya bagus, audionya nggak kayak lagi nelfon gini kan agak

Institusi memfasilitasi jurnalis dalam

1,2

(11)

pecah ya walaupun kedengeran..terus kalau untuk peliputan kameranya itu aja terus dikasih kalau kamu tahu i-ring, jadi buat taro HP, buat taro MIC juga bisa..jadi lebih stabil..pokoknya buat mendukung supaya bagaimana aku yang liputan sendirian ini dengan HP tapi tetap maksimal hasilnya.

peralatan untuk liputan.

11. Pakai selfie stick gitu ya kak? kayak gimbal?

Selfie stick pakai..selfie stick..terus aku ada juga DJI..yang OSMO..itu aku pakai itu juga..buat ngambil gambar yang lebih variatif, buat kayak timelapse tuh bagus..buat moving-moving itukan smooth, tapi kalau misalnya nggak punya waktu persiapan yang panjang..hmmm..tempo hari itu aku liputan rapid test di Bekasi, ya udah bener-bener cuma bawa HP ku doang sama selfie stick, aku selfie aja buat stand up, dan sudah sisanya aku ngambil gambar pakai HP.

Perangkat yang digunakan saat

liputan

2

12. Jadi semuanya benar-benar pakai HP ya kak?

Pakai HP semuanya, tinggal aku edit pake ADOBE PREMIERE

Hanya menggunakan

perangkat mobile 2

13. Fitur yang paling diutamakan berarti yang penting itu kualitas kamera, video, audio ya kak?

Ya...ya..pokoknya ya tetep dioptimalkan, jadi meskipun simple pakai HP, tapi audio tetap sebisa mungkin bisa jelas...kalau ada waktu persiapan yang baik ya dipersiapkan supaya semuanya optimal..kecuali yang buru-buru banget itu ya, itu bodo amat lah..yang penting ada audio dan disatu sisi ada gambaran

2

(12)

14. Kalau dalam pengambilan gambarnya itu sendiri, biasanya kakak pakai format horizontal atau vertikal kak?

Tergantung..jadi kalau misalnya kita sudah tahu ini akan..jadi begini..kamu mesti pahami dulu kalau VOA Indonesia itu produksi utamanya adalah untuk social media..dan digital platform..jadi kita mainly produce buat Instagram, Twitter dan Facebook..dan juga ke Youtube dan juga ke website..tapi yang bener-bener social medianya kita perhatikan, main focusnya biasanya di Instagram sih..tapi bisa juga Twitter..di Instagram misalnya kita udah tahu mau bikin story yang cuma satu menit, itu aku yang tiduran..horizontal ya tiduran ya? eh vertikal ya? suka kebalik..hmmm kalau aku sudah tahu mau bikinnya untuk IGTV, dan kalau memang akan panjang, gak cukup untuk bercerita satu menit doang, otomatis lebih dari satu menit..itu otomatis berarti peruntukan IGTV, nah dimensi IGTV dan Instagram feed kan beda..IGTV tuh yang ke atas..kalau yang ke atas itu aku shooting dari awalnya sudah tegak HPnya.

Menentukan format video

(horizontal/vertical) berdasarkan fitur

yang tersedia di media sosial.

1,2,5

15. Kalau proses editing videonya berarti kakak juga lakuin sendiri?

Aku lakuin sendiri.

Melakukan tahap editing secara

mandiri

4

16. Biasa durasi editing-nya itu kakak berapa lama sih?

Hasilnya atau prosesnya?

Hmmm proses editing nya..

Hmm..kalau semuanya sudah terkumpul, materinya...sehari sih..sehari kelar kok..sehari tuh delapan jam kerja ya..

Durasi editing konten video

(13)

17. Oke, dalam proses editing-nya itu sendiri, kaka biasa tambahin elemen-elemen multimedia gitu gak sih kak? kayak misalnya teks, atau info grafis, atau chart?

Yap..ya..Kita medium bercerita utamanya kan jadi beda sama TV, walaupun sama visual, tapi kita nggak pakai voice over..kita pakai teks.

5

18 Oh nggak pakai teks?

Hmm..full text..ya..karena mobile journalism targetnya memang audiens kita di Instagram, Facebook, dan Twitter, jadi kita expect mereka tidak dalam kondisi yang selalu bisa mendengarkan..karena kan orang-orang baca berita sambil lihat HPnya..terus di trans Jakarta, mobil, di jalan, di mall..di restoran yang mungkin memang tidak terfokus pada audio..jadi kita full text, bahkan ketika ada orang ngomong pun, wawancaranya, SOT nya kita berikan subtitle.

Membuat konten yang mudah di akses

oleh audiens dalam berbagai kondisi.

5, 4, 2

19. Jadi selalu pakai subtitle ya?

Selalu..terus kalau infografik jarang..tapi kalau misalnya emang ada dan mendukung data..apa..gambarnya..ceritanya, pasti kita pakai.

Elemen multimedia dalam konten selfie

journalism

2,5

20. Jadi sebelum proses editing itu kakak mikirin audiensnya kira-kira sukanya yang kayak gimana nih..yang lebih cocok sama target market VOA itu sendiri?

Ya..sangat sangat sangat kita pikirin Sye..kira-kira mana berita yang cocok dengan audiens kita, intinya kita tidak bisa menyaingi...hmmm..media mainstream TV karena mereka media visual kan mereka jumlahnya lebih besar dan target audiens- nya lebih luas dan mereka kan punya reporter bejibun ya..dan mereka straight news..jadi

Pemilihan tipe berita untuk platform

digital

5

(14)

beritanya baru terus, jadi kalau kita tidak bisa mengejar berita yang sifatnya baru..kebaharuan..kita ambil berita sidebar atau side feature..human interest dari suatu berita yang bisa kita angkat, tapi TV tidak angkat.

21. Oh begitu..tapi waktu itu kan aku pernah searching juga di VOA..itu ada kakak bawain berita tentang hard news yang waktu itu lagi liputan demo di DPR..nah kalau itu proses pembuatan kontennya berapa lama kak?

Sehari jadi itu..hahaha..lembur sih waktu itu..karena itu paling sensitif kan..kalau misalnya kita tunda-tunda pengerjaannya ya basi, jadi harus segera tayang hari itu juga, dan kita kan mesti memahami ini juga..hmmm..jadi engagement suatu berita itu tinggi atau rendahnya kan berkaitan dengan momentum..jadi kan hari itu lagi ramai banget soal demo mahasiswa, kalau kita keluarinnya besok, tidak hanya basi tetapi juga pasti engagement-nya jelek..makanya langsung dikelarin malam itu juga, aku langsung kirim ke kantor pusat untuk mereka cek, mereka revisi, dibalikin lagi, aku revisi lagi..aku balikin lagi..dan langsung tayang di Instagram..dari jam 11 pagi

Menyesuaikan timing yang pas untuk mengunggah konten ke platform digital sebagai upaya

meningkatkan audience engagement

5

22. Kalau video liputan seperti itu berarti kalau kakak sudah kelar produksi, kakak nanti kirimnya ke bagian apa kak?

Ke tim digital..ke tim ku, yang semua kantornya di Washington DC.

Workflow tim 3

23. Nanti mereka yang akan mem-preview video itu ya kak?

Workflow tim 3

(15)

Ya..quality controlnya di mereka, dilihat apakah terdapat minor revisi dibagian...secara konten maupun secara..hmm..apa namanya? secara teknis.

24. Revisinya lebih ke arah proses editing-nya atau gimana kak?

Bermacam-macam, tapi biasanya kalau sedang tidak terburu-buru beritanya itu, aku kirim naskah dulu, jadi melalui proses ini..proses yang normal, tanpa ada keterburu-buruan unsurnya..itu aku kirim naskah dulu untuk mereka check apakah kontennya sesuai dengan angle yang kita inginkan atau tidak.

Kalau misalnya terburu-buru seperti kasus yang demonstrasi yang tadi sempat kamu singgung, karena memang harus segera tayang, jadi mereka cuma check apakah ada kesalahan, mereka nggak check naskah dulu, langsung lihat barang jadi, ada error gak, kira-kira ada data salah gak, kira-kira ada angle yang berbahaya nggak, ada opini nggak yang masuk, sesuai fakta nggak, ada typo nggak..gitu..yang simple-simple..kira-kira seperti itu.

Proses preview konten sebelum

publikasi

3

25. Kalau topik liputannya itu sendiri, biasanya kakak yang nentuin atau udah ada rapat pra- produksinya kak sama tim?

Ada rapat, ada rapat rutin..cuma memang aku bertugas..jadi kan aku disini tidak hanya sebagai reporter ya..aku juga produser yang pegang semuanya, karena aku sendirian kan..jadi produser itu kan harus punya misi, kita harus buat apa ya buat VOA ya..baiknya soal apa ya..kita pitch stories- nya..aku tulis, di check kira-kira angle-nya seperti apa..ketika rapat ya aku ajuin..kalau nggak ada rapat, aku taro di grup Whatsapp aja..eh aku mau

Rapat pra-produksi oleh tim digital dalam menentukan

topik liputan

2, 3

(16)

bikin ini ini ya..aku tulis beberapa liputan potensial yang mau aku kejar..yaudah mereka tinggal kasih feedback, kalau nggak ada feedback ya aku jalan..eksekusi.

26. Biasa yang..hmm..kalau kakak ngadain rapat gitu, yang ikut ngasih komentar, biasanya tim apa kak? misalnya social media atau tim visual?

Hmmm..tim digital..jadi di VOA Indonesia dibagi ke dalam beberapa platform, ada tim radio, ada tim televisi, itu juga dibagi lagi..ada tim entertainment, sama tim digital..jadi aku hanya bertanggung jawab atas tim digital saja.

Struktur organisasi VOA Indonesian

Service

3

27. Sejauh ini teknik selfie reporting ini lebih ke arah soft news atau ke hard news kak kalau di VOA?

Kalau untuk platform digital kita dominan soft news..hard news kita ambil, tapi bukan daging utama..kita cari sidebar.

Penggunaan teknik selfie journalism

dominan untuk pemberitaan soft

news

28. Tapi menurut kakak sendiri kalau teknik selfie reporting ini cocok nggak sih kak untuk pembawaan berita yang hard news? kayak misalnya yang waktu itu kakak meliput demo pakai metode selfie, menurut kakak sudah efektif atau belum?

Cocok kok..ternyata cocok..selama target audiensnya itu memang bisa terima itu ternyata cocok..yang demo itu kan sebenarnya hard news banget ya..hmmm..tapi aku juga selfie disitu..tapi aku kasih konteks selfie-nya..tidak selfie...nggak selfie lebay ngalay kan..disitu kan..selfie berwibawa..cuma ya aku kasih konteks, jadi selfie ini nggak cuma ngomong depan kamera doang, tapi aku kasih konteks, misalnya "nih aku lagi berdiri

Teknik selfie reporting efektif untuk pemberitaan hard news apabila reporter mengemas

teknik itu dengan konteks yang

berwibawa

4

(17)

loh di jalan toll..waw, aku di jalan toll?" padahal ini jalan toll tuh buat mobil, tapi nggak ada mobil gara- gara ini ada demo..gua selfie..bisa selfie di sini..dikasih konteks-konteks seperti itu, supaya selfie reporting yang nampak tidak wajar untuk hard news jadi wajar, karena ada konteksnya.

29. Kalau liputan seperti itu kak, kakak mewawancarai narasumbernya pakai metode selfie, atau bukan front face camera?

Hmm..aku sudah melakukan dua-duanya, lagi-lagi ini tergantung dari tujuannya, kalau tujuannya fun, basic, aku pernah..kamu tahu istilah vox pop?

Iya vox pop, jadi beberapa kali juga diberi tugas untuk vox pop masyarakat mengenai sebuah isu tertentu..nah kayak isu-isu yang lucu-lucu itu aku ajak mereka swafoto bareng..swavideo bareng, disitu aku ngalay tuh, diajak ngobrol, disitu juga kan karena pertanyaan-pertanyaan yang buat..bukan buat menyudutkan, tapi justru bikin jenaka gitu ya..kayak satu contohnya aku bikin vox pop tentang resolusi...eh..tentang pencapaian selama 5 tahun terakhir karena sudah masuk dekade baru.

Nah..mereka kayak "belum dapat jodoh, belom dapet pacar", aku bisa partisipasi disitu..dan ketika jawaban mereka ngelenye, aku bisa ketawa..gitu kan..ada wajahku yang menunjukkan sisi jenaka Kalau posisinya serius, aku pakai kamera belakang, wawancara biasa.

Selfie reporting bisa membuat narasumber dan reporter menjadi lebih engage dan bernuansa friendly

4,5

30. Oke..kalau konten selfie journalism ini sendiri, kan tadi kakak bilang ada di Twitter..itu juga di upload di Twitter juga atau bagaimana kak?

Konten selfie journalism dipublikasikan

2, 5

(18)

Yap..kita unggah juga di VOA Indonesia di platform digital lainnya..di Twitter, di Facebook, di website kita juga ada..di Youtube beberapa beritanya kita upload juga, tapi nggak semua.

secara multi- platform

31. Hmm..oke..kalau sistem publishing kontennya ini sendiri di Instagram, dia udah terjadwal kah, atau sudah otomatis gitu kak?

Kita jadwalkan sesuai dengan konten tersebut, baiknya ditayangkan kapan.

Adanya pertimbangan khusus

untuk publikasi konten

3

32. Ada pertimbangannya ga kak? misalnya kan ada survei yang melihat kalau Instagram tuh traffic nya lagi di jam siang, atau after lunch?

Ya..kita perhatikan komponen-

komponen..hmm..waktu..kita upayakan buat mengunggah konten-konten itu di waktu-waktu yang "primetime-nya" orang buka...apa namanya..buka HP ya, dan memang Instagram Business ini kan sudah dianugerahi dengan fitur buat ngeliat peak hours nya jam berapa..kebanyakan followers kita nongol kan..yaudah kita ikuti itu, biasanya sih pagi waktu kita..waktu Indonesia.

Publikasi konten di Instagram

@VOAIndonesia berdasarkan peak hours yang terlihat dari fitur insight dari

Instagram Business

2,5

33. Waktu Indonesia, hmm..nggak mengikuti zona waktu Amerika berarti ya kak?

Karena audiensnya Indonesian..jadi kita ikuti zona waktu Indonesia.

Publikasi konten di Instagram

@VOAIndonesia menggunakan zona

waktu Indonesia

5

34. Oke..kalau misalnya kakak sendiri, kakak ikut mempublikasikan karya kakak nggak sih ke social media pribadi kakak?

Jarang..jarang..jadi biasanya aku cuma contribute content aja..aku kirim ke tim pusat, lalu mereka yang arange kapan tayangnya..manual atau pakai

(19)

aplikasi biasa atau tidak, dan ketika mereka semua waktunya tidak bisa diganggu gugat kan, aku juga kadang-kadang kebagian juga.

35. Menurut kakak ada perbedaan yang signifikan nggak sih setelah kakak bekerja di antara platform platform digital sama di platform seperti televisi kak?

Ya..quite significant, to be honest, tapi basic...basic..basic visual..hmmm knowledge nya..memang aku dapatkan dari televisi..aku merasa di digital ini, meskipun kontennya aku produce itu secara durasi..terkadang, atau sering kali malah lebih pendek..tapi justru lebih kompleks..hmmm cara berceritanya, dibandingkan dengan televisi..karena kan dulu aku di televisi, di hard news ya..yang memang beritanya kejar tayang..aku liputan pagi ya memang untuk siangnya tayang, jadi nggak ada jendela waktu penyuntingan atau editing gambar yang terlalu kompleks..jadi cuma susun gambar aja, kasih lagu kalau perlu..dan di dubbing, tayang.

Kalau aku kan, karena kita memang nggak...sebisa mungkin liputannya itu nggak selalu tentang hal sensitif, yang bisa tayang besok, tayang lusa, atau minggu depan jadi ada banyak waktu buat editing..jadi kayak..aku tuh bisa editing seharian atau buat berita yang cuma dua menit lah, aku bisa seharian editnya. Tapi, kalau kamu lihat memang lebih jelimet, kita mainin alur ceritanya..terus kita pertimbangkan musiknya di tiap..kadang-kadang butuh satu musik nggak atau dua musik nggak..tergantung projeknya seperti apa..terus

Konten untuk platform digital

memanfaatkan elemen-elemen multimedia agar bersifat atraktif dan

menarik bagi audiens.

Waktu editing lebih fleksibel dibandingkan dengan

konten untuk TV.

2,4,5

(20)

belum lagi teksnya kita tulis..di beberapa..hmm..kanal berita VOA itu ada suatu..namanya "Ada Apa dengan White House?"

kalau kamu pernah lihat, itu satu menit cuma editing-nya ribet disitu..butuh tiga hari, karena banyak animasi, temponya cepat cuma animasi semua, entar reporternya kayak..hmm..ada foto Trump ditarik..terus hilang lah..gitu-gitu lah..supaya lebih atraktif aja..berita politik, yang hard news, yang biasa anak muda lebih cenderung enggan buat konsumsi, tapi karena kita kemas seperti itu..cepat, buat mobile platform..lebih khas animasi, reporter stand up dengan gaya yang sangat luwes..yang sangat sangat santai, sangat jenaka gitu ya..itu tujuannya biar diterima sama audiens kita yang beragam.

36. Jadi merasa lebih engage nggak kakaknya dengan si audiensnya ini sendiri?

Ya..ya..ya..sangat engage..dan feedback yang kita dapatkan dari si followers ini juga bagus banget..mereka sangat appreciate..karena mereka akhirnya mau nonton, karena mungkin mereka nonton itu bukan karena beritanya ya..hahahaha..karena si kealayan si reporternya ini..cuma secara tidak sadar, mereka dapat informasi.

Konten yang dikemas secara interaktif dapat meningkatkan

audience engagement

4,5

37. Iya..benar..kalau VOA ini sendiri kan membuka kolom komentarnya kak di Instagram dan yang aku lihat beberapa kali kontennya itu banyak respon positif dari audiensnya itu sendiri..maksudnya, banyak komentar dan aku bandingkan dengan social media dari media lain, kayak misalnya KompasTV, atau CNN

(21)

Indonesia, dari SocialBlade, aku lihat tingkat engagement-nya malah VOA lebih tinggi jauh engagement-nya, ketimbang platform tersebut, kayak Kompas atau CNN. Sebenarnya ada strategi khusus gak sih kak VOA ini untuk gimana sih caranya kita bisa me-reach audiens ini agar engage dengan konten-konten yang disediakan oleh VOA?

Ya..ya..ya..hmmm..we saw that true..jadi aku juga merhatiin tadi yang seperti Sye bilang..beberapa media lain yang sudah lebih besar, bahkan followers-nya juga lebih besar..engagement-nya malah kalah sama kita..kalau aku bilang, pertama karena kita memang take it seriously...terlihat bagaimana kita punya tim sendiri yang kelola social media..tim serius..yang produksi..yang benar-benar produksi buat digital..kalau kayak Kompas, CNN gitu, mereka mulai ke arah sana, tapi berita- beritanya belum eksklusif ke digital..jadi biasa berita di TV, mereka repackage aja buat digitalnya..kalau aku nih tim aku terpisah sama tim TV, jadi tim TVnya apa..kita nggak ambil punya mereka, kita liputan tetep..ada aku malah, liputan ku tidak untuk TV..tapi kalau TV minta, aku kasih ya..tapi aku tidak editing untuk mereka..cuman secara organisasi aja udah punya spesifik team yang handle social media digital platform pada umumnya..and we take it really true..strategy kita pikirin, minggu depan kita tuh mau bikin apa..kita berproyeksi, "oh lebaran', "oh ramadhan" udah disiapin..jadi memang strategi konten, teknik bercerita..itu semua dinamis banget dan mengikuti

Untuk meningkatkan audience engagement, VOA

Indonesia membangun tim

khusus untuk platform digital dan

juga membuat strategi pada konten serta teknik bercerita

yang menarik

3,4,5

(22)

dan kita pikirkan semuanya..jadi engagement-nya optimal.

38. Terus kalau aku lihat juga di kolom komentarnya banyak merespon seperti masukan, atau misalnya waktu kakak bikin kontennya, kakak bertanya terus ada yang jawab juga di kolom komentarnya..itu sebenarnya diperhatikan banget nggak sih kak sama tim VOA ini sendiri? dibacain enggak komentar-komentar mereka?

Jadi yang Sye perhatikan tadi..bener..jadi setiap kita closing ada, "gimana sih pendapatmu?" kayak gitu-gitu kan..itu tuh memang kita memanfaatkan fitur yang tidak ada di media konvensional, yakni sistem berkomunikasi dua arah. Ini keunggulan dari digital platform dan audiens senang ketika mereka didengar, ketika mereka bisa berinteraksi dengan si

"miminnya" ini..makanya kita kasih kesempatan

"jangan lupa tulis di kolom komentar ya.." kayak itu...itu strategi juga..karena komen makin banyak..that's mean, engagement is higher..kalau kamu sering lihat topik kita yang cenderung kontroversial itu kan komennya rame banget..bahkan selebgram juga ikut nongol di kolom komen ya..dari yang miminnya nyautin sampai didiemin aja..tapi itu..its a part of strategy..that's the more comment..the more higher engagement is..dan semakin bagus skor yang kita punya..hmm..terus komen-komen beberapa juga kita saut-sautin..saut-sautin juga enggak formal sama sekali..biasa pakai gaya yang santai..gaya anak muda..dengan harapan ya mereka stay, catch up sama konten-konten VOA..

Memanfaatkan fitur yang disediakan pada media sosial untuk berinteraksi dengan audiens, serta

menggunakan strategi dalam berkomunikasi dengan audiens

2,4,5

(23)

kalau di TV kan visual..sama-sama kayak digital..tapi kan kita secara dua arah..enggak satu arah..jadi ini feature yang kita manfaatkan agar engagement-nya terus ter-maintenance.

39. Kalau balas komentar itu, biasanya ada admin khusus atau konten yang kakak upload, kakak juga yang membalas komentar itu kak?

Biasanya yang upload yang balas.

3

40. Tapi kakak merasa nggak sih dengan teknik selfie reporting ini, banyak followers VOA yang malah jadi gagal fokus, jadi cenderung memperhatikan kakak sebagai reporter..ketimbang beritanya itu sendiri..kayak aku lihat kan di komentar- komentarnya misalnya kalau kakak habis reportase, ada yang komen kayak "skin care nya apa sih bang?", terus *narasumber tertawa*

"aku mah enggak lihat beritanya deh..seriusan..aku mah lihat reporternya..", terus "kenapa dia ganteng banget selama membawa host VOA? jadi nggak bosen lihat", itu kakak nanggepinnya gimana kak?

Ya kita seneng dong malah kayak gitu..berarti engaging kan? kalau Sye perhatikan di TV- TV..yang juga media visual..mereka ada presenter dipilih look-nya juga kan..reporter pun yang di hire enggak asal bisa ngomong doang..itu look salah satu aspek yang dipertimbangkan oleh si rekruternya ini..ini kita ngomongin TV ya..nah digital pun demikian, jadi kayaknya emang udah basic human interest banget..human fate..kita punya ketertarikan dengan good look..walau bentuk orang..jadi kadang-kadang beritanya biasa aja..tapi

Kriteria good looking pada reporter

juga dimanfaatkan oleh perusahaan

untuk menarik perhatian audiens

1,4

(24)

karena ada sosok yang menarik, justru itu yang bikin engaging..kadang-kadang kenyataan pahitnya seperti itu..makanya banyak strategi- strategi pemberitaan yang melibatkan selebgram..atau artis..hanya karena mereka cakep, kenapa iklan pakai artis?, kenapa iklan..hmm..pakai orang-orang yang good looking, ya karena dengan harapan engaging ke pemirsanya..jadi nggak melulu ingin hard selling produknya, tapi ngejual si artisnya karena cakep..tapi secara gak sadar kita ngikutin ceritanya, akhirnya dapat menjual produknya, strategi itulah yang kira-kira kita coba tanamkan di berita..di jurnalisme..kita dapat komen-komen seperti itu, but tujuan kita berhasil, walau kadang-kadang kita tahu Sye..informasinya kurang menarik nih..tapi butuh untuk kita sampaikan, jadi partisipatif menggunakan si reporternya.

41. Jadi look dari si reporter itu juga diperhatikan banget ya kak sama perusahaannya?

Ya sebisa mungkin kita representatif lah.

Kriteria selfie

journalist 4

42. Iya..hmm..menurut kakak nihh sejauh kakak sudah mengaplikasikan selfie journalism ini, tantangan apa saja sih yang kakak hadapi selama proses kakak selama menjadi selfie journalist?

Oh..tantangan terbesar satu sih Sye..jadi ini juga kayaknya sangat berpengaruh kepada kepercayaan diriku ketika meliput ya..jadi kan beda ya secara psikologis ketika kamu melihat seorang reporter ada kameramen, kameranya gede gitu

ya..dibandingkan dengan aku sendirian liputan pake kamera HP..beda ya secara kredibilitas,

Tantangan dalam menerapkan selfie journalism adalah faktor kepercayaan diri reporter dan juga

kredibilitasnya saat di lapangan, di mana

4

(25)

orang juga kan udah nggak kelihatan kredibel gitu loh..jadi orang-orang, kadang-kadang

menyaksikan kredibilitasnya..ini media nya media kredibel nggak sih? nah makanya mesti...aku..aku nggak punya seragam kan..kalau VOA..jadi kita harus bawa pers ID..nah, pernah

kejadian..hmmm..aku lagi liputan di pasar pramuka..soal harga masker naik, nah pasar pramuka kan ramai tuh..dan ketika aku stand up, aku selfie dong..selfie reporting..sambil jalan..dan nunjukin "rame banget nih"..nah lagi rame-rame gitu, banyak tukang-tukang lewat kan bawa kardus-kardus barang..dan ada salah satu tukang yang lewat, "mas misi mas, mas awas mas", padahal aku lagi stand up pakai HP..dan dia marah-marah, "mas selfie mulu!!", padahal aku lagi kerja kok. Jadi kayak ada..ada..orang-orang ketika lihat aku stand up selfie gitu, dikirain kayak lagi bercanda..nggak serius..padahal itu kerjaan.

reporter bekerja sendirian

43. Di kira lagi narsis aja ya kak?

Dikira lagi narsis..hahaha..secara psikologis kan it affects me banget gitu loh..jadi aku kayak nggak orang kredibel, kayak orang lagi caper aja..sok sibuk dengan HP sendiri aja buat Instagramnya..padahal ini kan buat berita.

Tantangan menerapkan selfie

journalism

4

44. Jadi kayak di kira citizen journalist gitu ya kak?

Iya citizen journalist, atau ya sekadar bereksis aja..padahal buat perihal lebih serius lagi, dan lebih niat, beda dengan orang yang nongol di insta stories sebentar doang kan.

45. Jadi sejauh ini, tantangannya lebih ke kredibilitasnya itu ya kak?

Selfie journalist dihadapkan pada stigma masyarakat

2,4

(26)

Iya..jadi kayak nggak kredibel..karena kan traditionally di mindset orang-orang mengenal tim liputan itu kan ya minimal dua orang..profesional..ada kameramen, ada reporter..dan ini aku udah sendiri, pakai HP pula..jadi dikiranya nggak kayak orang..nggak kayak dari institusi yang kredibel..kayak lebih ngeksis aja..youtuber-youtuber pengen terkenal..hahahah...lah boro-boro. Hahaha..suka malu tahu kadang-kadang.

46. Tapi cara kakak menangani tantangan tersebut, gimana sih kak? apa langsung percaya diri aja udah..atau lama-lama kakak adaptasi sendiri?

Ya, mau nggak mau. Sebenarnya malu..sebenarnya malu..kalau di tempat publik gitu yang banyak orang, malu sebenarnya, ngomong sendiri pakai kamera selfie, karena aku pun secara personal, ngeliat orang-orang kayak gitu kayak "apaan sih nih orang?" gitu loh..eh sekarang gua yang harus melakukan hal tersebut

Tantangan menjadi selfie journalist

4

47. Jadi profesi lagi ya kak? hahaha...

Hahahahaha...beda..karena biasa ada cameramen..ada sopirnya..itu kan kredibel kan..orang-orang yang melihat kita pun, datang pakai mobil..terus logonya TVONE...langsung

"wah, gaya mereka sudah ada", kelihatan..gelagat mereka agak wah mereka agak intimidated atau respect gitu, sama sekarang yang aku datang..pelantang-pelontong..nyetir sendiri, nggak ada seragam, pakai HP, ngomong di depan kamera..orang kan jadi "ngapain sih nih orang?"

gituloh. Jadi secara mental, tantangannya di diri sendiri gitu Sye.

Masalah pada kredibilitas, masyarakat underestimate pada

selfie journalist

2,4

(27)

48. Jadi situasi tersebut sebenarnya ada keuntungannya juga enggak sih kak? misalnya waktu kakak liputan demo, itu kan jadi lebih meng-cover kakak sebagai jurnalis, iya nggak?

atau tidak berpengaruh juga?

Kurang..malah kurang..tetap..aku kan dikelilingi sama jurnalis-jurnalis lain dengan tim yang besar kan..jadi "I look less", tantangannya itu aja sih. Jadi ketika mau wawancara orang pun, orang kan ragu, ini beneran dari wartawan atau bukan..kok pakai HP gitu loh..gitu aja sih sebenarnya.

Narasumber meragukan kredibilitas selfie

journalist

4

49. Kalau kelebihan selfie journalism ini apa aja kak sejauh ini? poin plus nya?

Poin pluss nya adalah hmm..apa namanya..praktis, efisien, tidak merepotkan, durable dengan tim yang seminimal mungkin..bahkan sendiri..bisa ter- manage dengan baik dan kualitasnya cukup, itu aja deh..keuntungannya sih itu, dari segi tim lebih memudahkan untuk mengutus satu orang, memungkinkan untuk satu orang.

Keuntungan selfie

journalism 2,3,4

50. Dengan kakak kerja apa-apa serba sendiri, dari awal sampai akhir itu sebenarnya menambah sisi kreativitas kakak nggak sih sebagai jurnalis itu?

Aku sih merasa menambah banget sih..apalagi dulu kan di TV kan aku nggak suka ngedit ya, enggak suka ambil gambar, itu jarang banget.

Ketika sekarang ngerjain dari awal sampai akhir, aku kan dipaksa untuk bikin liputan yang lebih kreatif ya, jadi kreatifitas ku lebih tertata kan, otomatis aku jadi lihat lebih banyak riset, eksperimen, berkembang gaya nya, kreatifitas jadi lebih berkembang banget sih..jauh.

Multi-tasking menambah kreativitas selfie

journalist

4

(28)

51. Kalau misalnya dari segi ekonomi media, sebenarnya dengan teknik selfie journalism ini dengan menggunakan perangkat mobile, itu mengurangi cost perusahaan atau malah justru lebih menambah sih kak?

Hmm...kalau itu aku kurang bisa jawab karena aku bukan di bagian purchasing, tapi kalau dari sudut pandang pribadi sih ya, in a way bisa mengurangi cost..karena dari sisi labour, akhirnya nggak perlu hire labour terlalu banyak, satu orang bisa melakukan semuanya..si company ini kan otomatis mau gambar yang paling bagus kualitas dong? jadi dikasih HP pun dijamin dikasih HP yang kameranya bagus, terus aku juga dikasih equipment-equipment yang mendukung selfie journalism, kayak DJI, GoPro, yang nggak murah kan? tapi kalau memang dibandingkan dengan cost, standard broadcast sesungguhnya sih jauh ya, kan kamera-kamera studio, kamera TV mahalnya nauzubillah, belum juga cost perawatannya..beda sama HP, Iphone pro.. ini memang mahal untuk ukuran HP, kayak hampir 20 juta, tapi kalau untuk harga kamera, ini murah.

Praktik selfie journalism dapat mengurangi cost perusahaan dari segi

pengurangan tenaga kerja dan juga pengeluaran untuk peralatan profesional

1

52. Iya benar, pertanyaan terakhir kak, prediksi kakak nih kedepannya, tren selfie journalism ini bakal gimana kak di Indonesia? apakah semakin berkembang, bakal lebih banyak media yang mengaplikasikan tren ini, atau enggak?

Kalau pandangan ku secara pribadi, aku prediksi ini akan sangat berkembang, bahkan sampai menjadi kiblat utama. Kenapa? karena sudah eranya digital, sudah masuk ke arah sana..orang-orang sudah tidak lagi konsumsi televisi, lebih banyak konsumsi

Prediksi tren di masa mendatang

2,4

(29)

konten-konten digital dari Youtube, yang artis-artis juga selebgram, teknik pengambilan gambarnya juga selfie all the times, dan terlebih lagi kita memasuki era bonus demografi, yang populasi masyarakatnya di Indo itu mayoritas adalah anak muda, populasi anak muda semua, yang mayoritas banget di piramidanya tuh yang paling gendut, paling banyak jumlahnya, ya anak muda, anak muda semua nontonnya Youtube dan semuanya terinspirasi oleh youtuber yang gayanya seperti itu..jadi otomatis kan penyedia jasa informasi pasti ingin mengikuti perkembangan zaman, mana yang lebih populer gaya nya..otomatis yang paling digemari oleh anak muda, market yang terbanyak dan bisa ngasih pemasukan terbesar kepada kantor- kantor berita ini, ya gaya selfie reporting ini...makin tren, makin di pake banget sekarang.

(30)

2. OPEN CODING Transkrip Wawancara

Informan 2 : Ahadian Utama - Senior Video Jurnalis Wawancara : Rabu, 15 April 2020 // Via Zoom

KONSEP:

1. Perspektif Kelembagaan 2. Perspektif Teknologi 3. Perspektif Organisasi

4. Perspektif Budaya (Produser & Pengguna) 5. Mobile First Mindset

No TRANSKRIP ANALISIS KONSEP

1. Yang pertama, mungkin Mas bisa menjelaskan sedikit tentang sejarah awalnya VOA seperti apa, sampai dengan terbentuknya VOA Indonesian Service ini?

Kalau secara general, secara general ya saya juga nggak begitu hafal tanggal-tanggalnya, tapi secara umum, Voice of America sendiri merupakan lembaga penyiaran internasional yang didanai oleh pemerintah Amerika, dan VOA didirikan sekitar bulan Februari tahun 1942. Dan di VOA sendiri itu kita siaran dalam 42 bahasa atau 45 bahasa gitu,

Sejarah singkat VOA dan VOA Indonesian

Service

(31)

saya lupa. Jadi, jadi apa namanya..ada Indonesian service yang siaran dalam bahasa Indonesia, kemudian ada semacam Mandarin Service, ada Persian Service, ada Urdu Service, Afghanistan Service, dan macam-macam gitu, dan saya di Indonesian service, di bahasa Indonesia.

Nah di VOA Indonesia sendiri yang pertama ada..yang awalnya itu berdiri hanya radio, divisi radio kemudian sekitar tahun 90-an itu kita bikin divisi TV, dimana saya berada.

*Video terputus*

Khususnya kaum milenial ini, kebutuhan semua, beritanya itu mereka dapatkan dari social media..digital ya..untuk itu kita juga masuk ke situ untuk bisa lebih menjangkau audiens kita lewat sosial media kita.

2. Setelah terbentuknya platform digital VOA Indonesia ini ada divisi khusus nggak Mas terkait, misalnya tim media sosial atau tim visual-nya? Sebenarnya ada divisi apa saja sih Mas di VOA Indonesia?

Kalau divisi besarnya sih hanya tiga itu ya, ada radio, TV, dan digital. Digital itu mereka yang meng-handle website VOA dan social media VOA, baik Instagram maupun Facebook, ataupun Twitter.

Jadi mereka meng-handle semua, baik itu artikel- artikel berita web, maupun web clip web clip yang ditayangkan di Instagram atau Facebook seperti itu.

VOA memiliki divisi radio, TV, dan

digital

3

3. Jadi Mas ini dari divisi TV ya?

(32)

Saya..ya..saya secara definitif dari divisi TV, walau kadang-kadang saya diperbantukan di tim digital juga.

4. Sebenarnya bagaimana sih divisi digital VOA bersinergi dengan divisi lainnya? misalnya dari divisi TV ke divisi digital? terus ada distribusi konten nggak Mas antara divisi satu dengan divisi lainnya?

Ya..meskipun ada tiga divisi, sebenarnya kita semuanya berawal dari..hmm..rapat redaksi, jadi dari satu rapat redaksi. Jadi dalam setiap ada apa namanya..ada konten atau ada berita itu semuanya disebarkan dan akan kita distribusikan ke masing- masing outlet, baik itu audionya untuk teman- teman di radio, audio-visualnya untuk teman-teman di TV dan artikelnya untuk web, dan kemudian adaptasi visual untuk di Instagram. Hmm..biasanya, karena dimensi untuk TV dan Instagram kan berbeda, kalau di TV kita pakai 16:9 seperti TV yang biasa kita lihat, tapi kalau untuk di medsos kita pakai dimensi..apa namanya, Handphone, portrait gitu tapi ya square..jadi kita adaptasi aja.

Ada distribusi konten antar divisi

yang dibedakan dalam format video yang menyesuaikan

platform masing- masing

2,3,5

5. Tergantung platform-nya ya mas?

Ya..hanya platformnya disesuaikan dengan platformnya, kemudian durasinya pun..kalau di Instagram kan nggak panjang, mungkin sekitar 1 menit sampai dengan 1 setengah menit. Jadi kalau misalnya ada liputan TV itu 3 menit gitu..nanti kalau di adaptasi untuk teman-teman web, dia akan mengadaptasinya dengan durasi yang lebih pendek dan dimensi yang sesuai dengan outlet mereka di Instagram.

(33)

6. Sebenarnya, yang menjadi fokus utama di VOA Indonesian lebih mengarah ke program TV/Radio/Digital Mas? atau semua di sama- ratakan?

Saya rasa sih semua ya..dari sejak awalnya kita mencoba untuk selalu mengikuti perkembangan teknologi gitu, jaman era dulu, ketika masih era radio kita fokusnya ke radio, ketika era televisi, kita juga masuk ke televisi dan kemudian sekarang era internet, kita juga contribute di era internet juga gitu, jadi ya semuanya tetap memiliki porsi yang sama.

VOA memberikan porsi yang sama pada setiap program

VOA mengikuti era perkembangan

zaman

1

2,4

7. VOA Indonesia ini kan ada di YouTube, Facebook, Twitter, dan Instagram ya Mas?

Ya betul..

VOA memanfaatkan 4 platform media

sosial 8. Kalau diantara keempat itu sebenarnya ada

yang menjadi fokus utama nggak Mas? atau lagi-lagi, semua disamaratakan juga?

Hmm..kalau dibilang fokus utama mungkin..lebih tepatnya begini, karena kita masing-masing untuk karakter audiens kita di YouTube atau di Instagram atau di Facebook itu beda-beda, gitu ya..itu beda beda. Jadi kita ya..seperti misalnya yang paling banyak, salah-satu media sosial VOA yang paling banyak follower-nya mungkin Facebook. Itu sekitar di atas enam juta lebih follower-nya, tapi kalau dilihat keaktifannya mungkin tidak terlalu aktif di enam setengah juta itu..yang justru aktif mungkin di Instagram. Di Instagram mungkin nggak sebanyak Facebook, tapi sangat aktif audiensnya.

Karakteristik audiens di masing-masing

platform digital berbeda

4

9. Mas tahu nggak strategi apa sih yang dibangun oleh VOA, bisa sampai akhirnya, Instagram VOA ini kan saya melihat interaktivitasnya juga

(34)

cukup tinggi dan audience engagement-nya juga cukup tinggi, ada interaksi antara VOA dengan si followers-nya ini, jadi bagaimana Mas? apa mungkin di Facebook kurang interaktivitas?

Kalau untuk menjaga..menjaga hubungan kita dengan audiens kita di social media, kita..ini yang saya tahu ya, saya tidak tahu strategi persisnya seperti apa, yang kita tahu, untuk tetap ada engagement dari VOA untuk apa..dengan audiens ya, misalnya dengan memberi update satu jam sekali atau 30 menit sekali, update baik itu berita ataupun web clip atau video pendek dari VOA, sehingga mereka..apa istilahnya, selalu ada update dalam rentang waktu tertentu, tidak sampai putus, nggak ada kabar atau nggak ada update seperti itu, jadi kita untuk menjaga..menjaga apa namanya, menjaga engagement, kita tetap mengupdate informasi, di masing-masing platform itu tadi dalam rentang waktu tertentu.

Salah satu strategi VOA dalam meningkatkan

audience engagement di Instagram adalah dengan memberikan

update secara rutin kepada audiens

4,5

10. Baik, selanjutnya, di VOA, Mas mengadakan rapat redaksi nggak dengan tim lainnya, dari divisi lainnya? terus bagaimana sih prosesnya?

Ya..pastinya ya..biasanya sih, hmm, kalau..saya kebetulan di Jakarta ya, kalau di Jakarta saya tidak terlibat langsung disana sebetulnya..tapi yang pasti selalu ada rapat redaksi setiap minggu itu pasti ada rapat redaksi, rapat besar semuanya untuk mendiskusikan rencana-rencana liputan atau rencana-rencana produksi yang akan dilakukan selama seminggu kedepan, itu diikuti oleh semua divisi, baik teman-teman dari Radio, TV maupun web, nanti kemudian setelah itu baru mereka

Rapat redaksi dalam skala besar diikuti oleh semua divisi.

Selanjutnya ada rapat kecil di masing-masing

divisi

2

(35)

melakukan follow up meeting dengan tim kecilnya masing-masing.

Saya rasa semua produksi berita berawal dari rapat redaksi ya.

11. Jadi kalau bisa saya simpulkan, di VOA Indonesia ini rapat redaksinya lebih membahas mengenai konten-konten apa saja yang selanjutnya akan menjadi bahan peliputan ya Mas?

Iya begitu.

Rapat redaksi membahas mengenai

rencana liputan

2

12. Kalau melihat salah satu media sosial VOA Indonesia, contohnya Instagram saya banyak menemui kontennya yang menerapkan semacam selfie reporting dengan menggunakan perangkat mobile, sebenarnya hal apa yang melatarbelakangi perusahaan sampai akhirnya mengaplikasikan mobile journalism ini? apakah itu merupakan bentuk dari strategi VOA agar lebih interaktif atau menggaet audiens?

Ada beberapa faktor sih ya, kalau dari saya, menurut saya, pertama..hmm..soal tren juga, mobile journalism kan suatu tren baru begitu ya, sebuah gaya baru untuk berinteraksi dengan audiens kita dari mulai gaya, apa istilahnya, seperti gaya vlogging seperti itu, nah khususnya..apa..anak-anak milenial mungkin kan lebih familiar dengan gaya seperti itu..nah kita mencoba mendekati dengan bahasa mereka, dengan bahasa dan gaya mereka yang mereka suka supaya kesan pesan yang ingin kita sampaikan bisa lebih masuk, selain itu juga masalah teknis ya..lebih ke teknis, ini soal ke..hmm..keringkasan aja, lebih simple gitu. Tentu pakai handphone kan lebih simple dibandingkan

Latar belakang VOA Indonesia menerapkan selfie

reporting (menyesuaikan tren milenial dan karena secara teknis lebih

simple)

4,2

(36)

dengan alat-alat kamera pro yang jauh lebih besar seperti itu, tapi ya tentu ada kekurangannya juga gitu, nggak nggak, walaupun kita mendapat kebutuhan yang lain, keunggulan yang lain, misalnya keringkasannya, ada hal lain yang dikurangi.

13. Kalau munculnya mobile journalism di VOA ini sebenarnya atas dasar inovasi dari jurnalis atau dari kebijakan perusahaan Mas?

Hmm..bisa dua-duanya juga ya, tapi tentu itu dari VOA sendiri gitu, dari VOA dan dari teman-teman jurnalis VOA juga kan menyerap apa yang lagi hype di lapangan, apa yang lagi ini di..sekarang lagi ngetren apa gitu. Mereka akan mencoba itu supaya masuk ke situ dan semuanya itu pasti direncanakan, nggak ujuk-ujuk atau tiba-tiba di ini..jadi semuanya tuh direncanakan, karena semua berawal dari rapat redaksi, seperti apa yang nanti kita liput, atau seperti apa nanti eksekusinya, seperti itu.

Penerapan mobile journalism di VOA atas dasar kebijakan perusahaan dan juga

berdasarkan apa yang diserap oleh jurnalis di lapangan

dan melalui rangkaian rapat

redaksi

1,3,4

14. Waktu awal mula mobile journalism diaplikasikan di VOA Indonesia, sebenarnya ada pro dan kontra nggak sih Mas dari masing- masing divisi?

Hmm..kalau pro dan kontra dari masing-masing divisi sih nggak ada ya saya kira ya, karena kan kalau yang radio kan jarang ya, teman-teman Radio jarang, kalau teman-teman TV mungkin sekali dua kali mereka menggunakan kamera handphone untuk liputan atau juga menggunakan, yang pasti sekarang buat kalau teman-teman TV selalu menggunakan Skype untuk siaran langsung, nah itu sudah sejak lama kita menggunakan Skype. Karena sebelumnya kita menggunakan satelit dan itu

Tidak terjadi pro dan kontra pada saat penerapan mobile journalism di VOA

Tim digital VOA melakukan liputan

2,3

(37)

pertama mahal dan kedua juga tidak sesimple dengan menggunakan Skype, kalau Skype kan kita bisa pakai handphone, langsung di kontak dari Jakarta ke Washington DC, bisa langsung. Kalau teman-teman digital team sih ya mereka memang lebih sering menerapkan mobile journalism itu, entah liputan dengan menggunakan handphone, atau dengan selfie stick seperti itu. Mereka lebih sering, ketimbang teman-teman di divisi TV atau radio gitu.

dengan perangkat mobile

15. Jadi sebenarnya VOA fleksibel banget ya Mas dalam inovasi yang dikembangkan oleh jurnalis-nya?

Ya..tentu saja ya..jadi kita tidak harus selalu kaku...yang jelas kita harus bisa, apapun alat nya selama itu bisa mempertahankan kualitas

akhir..hasil produksi maupun kualitas produksinya itu diperbolehkan..silahkan-silahkan aja gitu ya.

Kecuali kalau misalnya "oh kita mau pakai handphone tapi kameranya nggak standar"

gitu..katakanlah, jadi hasilnya nggak bagus, ya itu akan memengaruhi dan itu nggak akan lulus di eksekusi quality control-nya, karena semua hasilnya kan harus dilihat hasil gambarnya seperti apa, apakah ini layak tayang atau seperti..seperti itulah.

VOA fleksibel terhadap inovasi yang dikembangkan

oleh jurnalis selagi konten yang

dihasilkan memenuhi syarat

quality control

1

16. Kalau yang bertugas untuk mem-preview quality control-nya ini sebenarnya tugasnya siapa sih Mas di VOA?

Hmm..semuanya sih, semua ada tim leader-nya masing-masing, di digital team ada leader-nya, dan dia juga akan..sebelum..saya rasa..nggak hanya di digital team aja, semua, baik itu di TV maupun di

Team leader bertanggung jawab

(38)

digital, semua hasil liputan di lapangan, sebelum tayang pasti ada..apa namanya, ada di review lagi gitu, di preview lagi oleh producer-nya, atau producer executive-nya, atau team leader-nya lah yang bertanggung jawab atas liputan itu, jadi kalau memang ini secara, katakanlah secara teknis nggak memenuhi, ya mungkin bisa di drop atau diproduksi ulang atau memang secara redaksional kurang memenuhi etika jurnalis, ya bisa aja di drop gitu sih, tapi yang jelas semua itu ada proses ada tahapan editorial, sehingga dia bisa tayang, nggak bisa dari lapangan langsung tayang kayak gitu, harus ada proses editorial-nya dulu.

untuk mem-preview quality control dari

konten sebelum dipublikasi

3

17. Kalau berbicara mengenai peralatannya ini sendiri, seperti peralatan mobile yang dipakai oleh jurnalis di VOA, misalnya selfie stick, gimbal kamera, mic, itu disediakan oleh perusahaan ya Mas?

Ya..difasilitasi perusahaan, jadi hmm..kalau sekarang, maksudnya bukan sekarang, hampir semua teman-teman di VOA untuk kamera atau ponsel yang digunakan untuk liputan itu menggunakan Iphone XS mungkin sekarang ya, kalau saya sendiri menggunakan XS S untuk liputan lapangan kalau diperlukan. Kalau untuk teman-teman stringer artinya yang freelance untuk radio, itu mereka dibekali SAMSUNG S9 kalau nggak salah.

Perusahan memfasilitasi jurnalis dengan

peralatan yang dibutuhkan untuk

liputan

1

18. Itu kan spesifik Iphone, VOA ada kerjasama nggak sih Mas dengan perusahaan Apple-nya itu sendiri?

Secara institusional sih nggak ada ya, itu semua yang nentuin apa-apa yang boleh dipakai itu ada

VOA tidak ada partnership dengan

brand-brand

smartphone yang 1

(39)

bagian teknik..teknis lah..bagian technical di VOA pusat, Washington DC. Jadi mereka yang menyetujui, kita mau pakai ini, boleh nggak?

masuk nggak spesifikasi teknisnya? gitu, kalau menurut dia ya..ini sesuai dengan spesifikasi teknis kita, boleh. Kalau nggak sesuai dengan spesifikasi teknis kita nggak akan di approve gitu alat-alatnya.

digunakan oleh jurnalis

Bagian technical VOA yang memiliki

wewenang untuk menentukan peralatan apa yang

akan digunakan jurnalis

2,3

19. Sejauh ini kan Mas sudah menggunakan Iphone XS S nya ya Mas, menurut Mas sendiri, efektif nggak sih Mas untuk proses liputan-nya menggunakan Iphone?

Ya cukup efektif ya, maksudnya tergantung..tergantung liputan apa, tergantung liputan apa dulu gitu kan, kalau untuk liputan- liputan yang sederhana untuk berita-berita pendek satu menit saya rasa cukup gitu ya..tapi untuk liputan berita-berita feature yang kita bisa lebih eksplor gambar lagi itu agak terbatas kalau kita pakai handphone gitu, karena handphone itu kan dari sisi teknisnya aja, dari aspek teknis, lensa-nya fix lens, jadi kita gak bisa mengeksplor banyak dengan lensa yang nggak bisa berubah gitu. Kalau kita bikin feature mungkin kita lebih..saya akan lebih memilih dengan kamera profesional, tapi untuk liputan-liputan yang katakanlah crowded atau ada rusuh-rusuh mungkin akan lebih mudah kalau kita pakai handphone, itu akan memudahkan mobilitas kita.

Smartphone efektif untuk liputan yang berdurasi satu menit

dan juga situasi lapangan yang

crowded

2,5

20. Kalau untuk perangkat kamera profesionalnya sendiri ini biasa Mas pakai apa sih produknya?

(40)

Saya kalau di Jakarta ini, ada tiga kamera yang biasa saya pakai, semuanya Sony, yang satu Sony NX 5, kemudian ada NX 30 juga yang kecil, lalu yang agak medium Z90, Sony PXWZ yang 4K.

Jenis-jenis kamera profesional yang

digunakan

21. Kalau kamera profesionalnya juga disediakan oleh VOA Mas?

Ya..semuanya dari VOA.

Peralatan profesional juga difasilitasi VOA

22. Dengan penggunaan perangkat mobile seperti yang tadi Mas bilang, sebenarnya itu berpengaruh yang signifikan atau nggak Mas terhadap cost perusahaan?

Hmm...kalau dari cost, jelas pasti lebih murah ya dibandingkan kamera-kamera profesional yang harganya paling tidak 3000$ gitu, handphone jelas lebih murah, jadi mereka lebih bisa menekan biaya untuk pembelian kamera. Tapi itu tadi seperti yang saya bilang, mereka punya karakteristik masing- masing, kamera pro dengan segala keunggulannya, Iphone dengan segala ke ringkasannya, simple-nya dan dia lebih murah gitu ya, tapi ada hal-hal yang gak bisa dilakukan Iphone untuk seperti hal-nya kamera pro, jadi tergantung, kita menyesuaikan dengan kebutuhan kita aja gitu.

Kehadiran MoJo dapat mengurangi cost perusahaan dari segi biaya peralatan

Peralatan profesional dan peralatan mobile memiliki keunggulan dan kekurangannya

masing-masing

1

2

23. Mas, kalau saya lihat juga kan di Instagram VOA, banyak reporter-nya yang menggunakan teknik selfie reporting yang di mana proses produksinya dia lakukan secara sendirian, nah sebenarnya itu berpengaruh terhadap pengurangan kru di VOA nggak Mas?

Hmm..nggak sih sebetulnya, kita enggak sampai ke..karena apa namanya, karena liputan pakai handphone, bisa sendiri, sampai harus mengurangi tenaga kerja, saya rasa nggak sih. Karena memang

Perusahaan mengharuskan jurnalis untuk multi-

skilling

1,4

(41)

tuntutan di VOA semuanya harus bisa mengerjakan semua, jurnalis tuh, jurnalis di VOA dia harus bisa kamera, harus bisa reportase, harus bisa editing.

Mereka harus siap jalan sendiri gitu ya.

Bukan karena orangnya nggak ada, jadi jalan sendiri, karena mereka, disini kita harus siap untuk ditugaskan bekerja sendiri.

24. Tapi rata-rata saat Mas berada di lapangan, Mas sendirian aja atau ada kru yang nemenin Mas?

Kalau saya sendiri, kalau saya di Jakarta, TV-nya hanya saya. Jadi di Jakarta itu permanen staff nya, full time employee nya ada tiga, yaitu kepala biro, kemudian sekretaris redaksi dan saya sendiri sebagai Video Jurnalis. Kemudian ada stringers atau freelance itu masing-masing di beberapa kota besar di Indonesia ada satu orang, mereka yang mengirim berita untuk radio, nah ada juga satu contractor untuk digital team, satu orang, sama seperti saya, jadi dia menulis berita, dia

mengambil gambar, dia mengedit segala macam seperti itu, tapi dia untuk digital team, kalau saya untuk TV, kalau teman-teman stringer untuk radio.

Susunan jabatan di VOA Biro Jakarta

25. Berarti kalau untuk pembuatan naskah atau story liputan Mas juga buat sendiri ya?

Ya..si jurnalis yang meliput ya dia harus menulis beritanya sendiri.

Jurnalis bertanggung jawab atas proses pra-produksi sampai

dengan pasca produksi

4

26. Sampai ke tahap editing juga ya Mas?

Ya, sampai editingnya. Jadi di rapat kita merencanakan mau liputan apa, kemudian saat liputan kita mau mengambil gambar, wawancara,

Rapat redaksi membahas perencanaan liputan

(42)

segala macam, setelah itu kembali editing, proses, di review, setelah oke semua baru kita edit, seperti itu.

27. Biasa kalau proses editing-nya ini memakan waktu berapa lama sih Mas? kemudian software apa saja yang biasa Mas gunakan?

Kalau software kita pakai Adobe Premiere sebagian besar, dan ada juga yang pakai Final Cut Pro 10.

Jadi ada dua software yang bisa dipakai itu ada Adobe Premiere dan juga Final Cut Pro 10, tapi sebagian besar teman-teman di digital mereka lebih sering menggunakan Premiere Pro. Kalau untuk berapa lama editing-nya sebetulnya tergantung deadline yang ditentukan, kalau misalnya deadline- nya mepet gitu kita juga bisa di cepat-cepatin, tapi pada intinya sih untuk mengedit video dengan durasi satu menit, saya rasa sejam dua jam sudah cukup. Kalau untuk editing program TV, untuk berita TV, mungkin bisa lebih lama, ya 3-4 jam lah, kalau semua sudah set up semua ya, maksudnya kalau naskahnya sudah jadi semua, gambar sudah siap semua, tinggal di editing aja.

Software editing yang digunakan

yaitu Adobe Premiere dan Final

Cut Pro 10

Durasi editing disesuaikan dengan

tenggat deadline

28. Kalau dalam tahap editing-nya ini sendiri, biasa Mas menggunakan elemen multimedia tambahan apa aja sih, misalnya info grafis, atau chart, atau ada subtitle?

Ya..grafik bisa, tapi tidak selalu, kalau saya di TV, biasanya saya gambar origination aja. Kalau dalam naskah kita memerlukan grafik, ya kita bisa bikin grafik, minta bikin grafik ke bagian graphic designer, kita bisa bikin itu pendek, atau kalau nggak ya hanya gambar aja.

Sinergi antara jurnalis dengan bagian graphic designer untuk membuat grafik pada

konten video

3

29. Kalau subtitle gak selalu ada ya Mas?

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil perencanaan pembangunan jalan pada kawasan Alak yang dikerjakan dengan metode Analisa Komponen, dan rencana jenis pekerasan adalah Lapen dan Inter block maka

menunjukkan bahwa parameter morfometrik siamang sumatera jantan umur 1-15 tahun yang paling menentukan dalam menduga umur adalah lingkar muka dengan model matematika Umur = -14.546

Objektif utama sistem ini adalah untuk pemberitahuan dan pembayaran barang konveksi berbasis mobile website, proses input dilakukan oleh admin sehingga kinerja

Radikal bebas menggunakan satu elektron dari ikatan π untuk membentuk ikatan yang lebih stabil dengan atom karbon lainnya (March, Jerry. Tahap propagasi merupakan

Profil petani responden yang akan diuraikan adalah: (1) Struktur umur petani responden, (2) Tingkat pendidikan petani responden (3) Pengalaman usahatani petani

Tindak pidana mengadakan hubungan kelamin di luar pernikahan dengan seorang wanita yang belum mencapai usia lima belas tahun atau yang belum dapat dinikahi oleh

4) Tahun keempat Hijrah nyaris terjadi perang dengan bani Nadhir karena konspirasi ingin membunuh Nabi Muhammad Saw.. pengepungan akhirnya mereka menyerah dan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru dan siswa. Penentuan subjek penelitian atau