• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang Masalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya guru SMP. Ketidakmampuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I P E N D A H U L U A N. A. Latar Belakang Masalah. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya guru SMP. Ketidakmampuan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah

Sebagian besar guru di kabupaten Pati belum mampu melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) khususnya guru SMP. Ketidakmampuan guru dalam melaksanakan PTK menyebabkan kenaikan pangkat dan golongan tidak bisa tepat waktu. Kemampuan guru dalam melaksanakan PTK merupakan salah satu syarat untuk naik pangkat dan golongan.

Dijelaskan dalam program Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) bahwa publikasi ilmiah terdiri dari tiga kelompok kegiatan, yakni (1) presentasi pada forum ilmiah; (2) publikasi hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal; dan (3) publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan dan/atau pedoman guru. Salah satu kegiatan tersebut yang ada kaitannya dengan peningkatan kualitas pembelajaran adalah publikasi ilmiah berupa hasil penelitian. Laporan hasil penelitian merupakan karya tulis ilmiah berisi laporan hasil penelitian yang dilaksanakan guru pada bidang pendidikan yang dilakukan di sekolah dan sesuai dengan tugas dan fungsinya antara lain dapat berupa laporan PTK.

PTK merupakan salah satu komponen dari kerja profesional seorang guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Guru sering menghadapi permasalahan siswa belajar dalam pembelajaran seperti: menilai pembelajaran, menganalisis masalah yang dihadapi, memilih tindakan, mengamati tindakan yang diberikan dan mempelajari proses pembelajaran

(2)

merupakan siklus penelitian tindakan. Langkah-langkah tersebut adalah refleksi dari seorang pembelajar (guru).

Selama ini pemerintah sudah berupaya mengadakan pelatihan PTK untuk guru yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan guru seperti Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (P4TK), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan kabupaten dan sekolah dalam kegiatan In House training (IHT). Sebagian besar guru SMP di kabupaten Pati mengikuti sosialisasi maupun pelatihan PTK namun guru belum melaksanakan penelitian di kelas. Kondisi seperti ini dapat dibaca dari tabel 1.1

Dari 1.453 guru PNS SMP di Kabupaten Pati, 872 di antaranya telah berpangkat Pembina IV/a (Tabel 1.1), namun sebagian besar belum dapat mengajukan kenaikan pangkat karena terkendala publikasi ilmiah.

Tabel 1.1: Jumlah Guru PNS SMP Negeri Akhir Tahun 2016

Kualifi kasi pendidi kan

Golongan/Ruang

Jml

III/a III/b III/c III/d IV/a IV/b IV/c IV/d IV/e

D1 - - - - - - - - -

D2 1 - - - 5 - - - - 6

D3 - - - - - - - - -

S1 130 107 157 110 867 33 - - - 1405

S2 - - - - - 40 2 - - 42

Jumlah 131 107 157 110 872 73 2 1453

Sumber Data Guru SMP Negeri Kabupaten Pati Tahun 2016.

Publikasi ilmiah merupakan bentuk kontribusi guru terhadap peningkatan kualitas proses pembelajaran dan bimbingan di sekolah dan pengembangan dunia pendidikan secara umum (Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 Tahun 2009).

(3)

Hasil penelitian pendahuluan untuk mengetahui kemampuan guru SMP Kabupaten Pati melaksanakan PTK dan mencari alternatif mengatasi hambatan yang muncul. Hasil angket studi pendahuluan sebagai bukti empirik tentang pelaksanaan pelatihan PTK yang telah diselenggarakan selama ini adalaah: (a) 80% responden menyatakan bahwa PTK bermanfaat untuk meningkatkan pembelajaran, (b) 64,25% responden menyatakan bahwa melaksanakan PTK berat, (c) 82,96% responden menyatakan perlunya pembimbing dalam melaksanakan PTK, (d) 67,22% responden menyatakan bahwa pelatihan PTK tidak ada kesinambungannya, dan (e) 69,81% responden menyatakan bahwa beban tugas di sekolah mempengaruhi pelaksanaan PTK. Mempertimbangkan bahwa guru merupakan pembelajaran orang dewasa maka perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan guru. Pembelajaran orang dewasa berbeda dengan pembelajaran anak-anak, pembelajaran orang dewasa lebih mandiri dan proses belajarnya fleksibel. Oeh karena itu diperlukan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar orang dewasa.

Model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik belajar mandiri dan lingkungan belajar yang fleksibel adalah model konseptual Song dan Hill (2007: 30-31). Model ini memadukan belajar mandiri dan lingkunagn belajar yang luwes. Belajar mandiri sering dipandang sebagai keterampilan yang bermanfaat di tempat kerja maupun di sekolah. Orang yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi adalah pembelajar yang mampu memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk mengatasi masalah

(4)

(Chou, 2012: 172). Lingkungan pembelajaran yang fleksibel yang dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja adalah pembelajaran melalui internet berupa pembelajaran online atau blended learning. Pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan teknologi informatika dan komunikasi (TIK) adalah blended learning karena pembelajaran ini memadukan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran melalui internet. Guru akan mengalami kesulitan jika pembelajaran sepenuhnya menggunakan internet tanpa ada kegiatan tatap muka karena guru belum berpengalaman melaksanakan pembelajaran melalui internet.

Ada beberapa kelebihan program pembelajaranyang menggunakan internet, yaitu: (1) sangat dinamis, program menarik atraktif dan interaktif, (2) dioperasikan sepanjang waktu sehingga pembelajar dapat memperoleh informasi materi belajar yang dibutuhkan kapan saja, (3) belajar secara individual, setiap pembelajar dapat memilih format atau model pembelajaran yang diinginkan dan lebih relevan dengan latar belakangnya setiap saat, (4) bersifat komprehensif, menyediakan berbagai bentuk kegiatan pembelajaran dan berbagai sumber yang memungkinkan pembelajar memilih suatu format atau metode belajar dan latihan yang disediakan (Wahono, 2007). Kelebihan-kelebihan pembelajaran yang menggunakan internet dapat memotivasi pembelajar karena sifatnya menarik, fleksibel dan menantang. Apalagi saat ini jaringan internet dapat diakses dengan cukup mudah dan hampir sebagian besar sekolah sudah memiliki jaringan internet.

(5)

Kompetensi TIK terdapat di dalam kompetensi pedagogik dan profesional. Di dalam kompetensi profesional, TIK digunakan untuk komunikasi dan mengembangkan diri. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu dinamis demikian juga perkembangan pendidikan, agar guru tidak ketinggalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan maka diharapkan guru mampu mengakses internet karena internet merupakan jendela ilmu pengetahuan.

Saat ini guru dituntut untuk membekali siswanya dengan keterampilan abad ke-21 yaitu creativity, critical thinking, communication, collaboration yang sering disingkat “4 Cs” (Schleicher: 2012).

Keterampilan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi ways of thinkning:

creativity dan critical thinking dan ways of working: communication dan collaboration.

Kepala sekolah dan pengawas sering meminta guru untuk melaksanakan penelitian tetapi kenyataannya guru belum memahami pelaksanaan PTK. Dari hasil survei awal tentang hasil laporan PTK yang disusun oleh guru di kabupaten Pati, ada 136 (8,97%) guru yang sudah mampu melaksanakan dan menyusun laporan PTK. Jumlah guru yang melaksanakan penelitian dan menyusun laporan PTK masih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah seluruh guru di kabupaten Pati.

Khusus untuk kemampuan guru dalam melakukan penelitian masih menjadi masalah utama, sebagian besar guru belum pernah melakukan penelitian. Perlu ada upaya menjadikan penelitian sebagai budaya sekaligus sebagai tindakan refleksi bagi guru. Dengan melaksanakan PTK, guru

(6)

mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuannya. Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang dikemukakan orang lain, namun guru sendirilah yang merancang, melaksanakan dan merefleksi apa yang telah dikerjakan dan menghasilkan perbaikan pembelajaran. Apabila guru telah mampu menghasilkan perbaikan pembelajarannya sendiri maka guru akan merasa puas dan mampu melaksanakan penelitian.

Sebagian besar guru tidak mampu melaksanakan penelitian karena tidak ada yang mendampingi atau membantu dalam melaksanakan penelitian. Ketika selesai mengikuti pelatihan guru rasanya ingin sekali mencoba melakukan penelitian tetapi ketika tiba di sekolah keinginan itu tidak terlaksana karena banyak kendala yang harus dihadapi. Kendala yang dihadapi guru antara lain (1) guru belum mampu mengelola waktu dengan efisien, (2) guru mengajar paling sedikit 24 jam setiap minggu, (3) tidak adanya pedamping dalam melaksanakan penelitian, dan (4) keterbatasan refererensi yang dibutuhkan.

Sagor (2009: 10) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan komponen penting dalam kegiatan guru profesional yang memanfaatkan ilmu, pengalaman dan pemikiran rasionalnya untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Tindakannya meliputi: (1) menilai kinerja, (2) menganalisis masalah, (3) melakukan intervensi atau tindakan, (4) mengamati tindakan, dan (5) merefleksi hasil tindakan. Apabila guru mata pelajaran maupun guru bimbingan dan konseling melaksanakan penelitian kegiatan tersebut disebut penelitian tindakan kelas (PTK), tetapi

(7)

kepala sekolah maupun pengawas sekolah melaksanakan penelitian kegiatan tersebut disebut penelitian tindakan sekolah (PTS). Kepala sekolah dapat melaksanakan PTK maupun PTS karena kepala sekolah merupakan guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah.

Penelitian tindakan adalah penelitian yang dikerjakan oleh guru sendiri bukan orang lain dan hasil dari penelitiannya digunakan sendiri.

Guru terlibat langsung dalam empat langkah, yaitu (1) identifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis dan menginterpretasikan data, dan (4) mengembangkan perencanaan.

Stringer (2007) menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan pendekatan sistematis dalam penelitian yang membantu seseorang mengatasi masalah yang dihadapi. Berbeda dengan penelitian eksperimen yang hasilnya dapat digeneralisasi dan digunakan pada konteks yang sama, penelitian tindakan fokus pada masalah khusus yang terjadi di suatu tempat.

Artinya, penelitian ini dapat membantu guru untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang muncul pada waktu pembelajaran. Apabila penelitian ini digunakan di kelas disebut penelitian tindakan kelas (PTK).

PTK bermanfaat bagi perbaikan pembelajaran karena tujuan PTK adalah memperbaiki praktik pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa. Apabila tanpa PTK guru tidak pernah menyadari apa yang telah mereka kerjakan sebenarnya kurang tepat tetapi dengan melaksanakan PTK, kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan guru dapat teridentifikasi dan dapat diperbaiki. Kesalahan akan teridentifikasi bila PTK dilaksanakan secara kolaborasi.

(8)

Dengan terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. PER/16/M.PAN/11/2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya maka kenaikan pangkat guru diharuskan mengumpulkan subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif sebesar 4 (empat) angka kredit, sejak guru pratama golongan III/b ke III/c. Selama ini subunsur publikasi ilmiah dan/karya inovatif bukan syarat mutlak untuk golongan IV/a ke bawah. Saat ini ada 1044 guru golongan IV/a di kabupaten Pati yang tidak bisa naik pangkat ke golongan lebih tinggi karena persyaratan minimal subunsur publikasi ilmiah dan/atau karya inovatif yang harus dipenuhi 12 (dua belas) angka kredit.

Akumulasi masalah kenaikan pangkat guru dan antisipasi berlakunya keputusan MENPAN yang baru perlu diselesaikan dengan segera kalau tidak ingin hal ini menjadi masalah semua guru. Pemerintah sudah berupaya membantu guru dengan mengadakan pelatihan penelitian tindakan kelas (PTK) yang hanya diikuti sebagian kecil guru padahal jumlah guru sangat banyak. Dipandang dari aspek keefektifannya pelatihan yang diselenggarakan pemerintah tidak efektif karena peserta pelatihan hanya sebatas memahami konsep PTK belum mengadakan penelitian yang sesungguhnya.

Masalah utama yang dihadapi guru saat ini adalah ketidakmampuan dalam melaksanakan penelitian karena penelitian merupakan salah satu persyaratan kenaikan pangkat. Untuk mengatasi masalah tersebut di atas perlu dilaksanakan pembelajaran berbasis jaringan (online) dan tatap muka.

Kombinasi pembelajaran melalui internet dan pembelajaran tatap muka

(9)

disebut blended learning. Gagasan pengembangan guru sistem blended learning ini dengan pertimbangan sebagai berikut: (a) jumlah guru yang mengikuti pelatihan masih cukup banyak, (b) hampir semua sekolah sudah memiliki jaringan internet, (c) pengembangan guru model ini bisa dilaksanakan secara massal, (d) merupakan salah satu model pengembangan yang mendukung terwujudnya belajar mandiri, (e) guru tidak meninggalkan kelas sehingga tidak merugikan siswa, (f) model pembelajaran ini sangat fleksibel dan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja, dan (g) interaksi antara guru dengan fasilitator dapat dilakukan melalui website/Moodle.

Dengan pengembangan guru berbasis TIK diharapkan kemampuan guru tentang penelitian semakin meningkat sejalan dengan tuntutan kompetensi guru juga meningkat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini difokuskan pada pengembangan kemampuan guru pada kompetensi profesional khususnya pelaksanaan penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini dapat digunakan sebagai dasar dan pedoman siapapun yang berkepentingan untuk mengembangkan kompetensi profesional guru khususnya pelaksanaan PTK, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana model pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) penelitian tindakan kelas (PTK) yang diselenggarakan sekolah

(10)

selama ini untuk meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru?

2. Bagaimana desain model pembelajaran mandiri berbasis blended learning (PMB2L) pada DIKLAT PTK dapat meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru?

3. Bagaimana validasi model PMB2L dan perangkatnya pada materi DIKLAT PTK dapat meningkatkan kompetensi karya ilmiah guru?

4. Bagaimana keefektifan model pembelajaran mandiri berbasis blended learning pada DIKLAT PTK dapat meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan umum penelitian pengembangan ini adalah untuk menghasilkan model PMB2L pada materi PTK untuk guru SMP, yang dapat digunakan dasar dan pedoman pengawas dalam pembinaan guru sehingga guru mampu meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru.

Adapun tujuan khusus dari penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis model pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) penelitian tindakan kelas (PTK) yang diselenggarakan sekolah selama ini untuk meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru.

(11)

2. Mengembangkan desain model PMB2L pada DIKLAT PTK untuk meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru 3. Memvalidasi model PMB2L dan perangkatnya pada DIKLAT PTK untuk meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru.

4. Menguji keefektifan model PMB2L pada DIKLAT PTK yang meningkatkan kompetensi penulisan karya ilmiah guru.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini perlu dilaksanakan karena manfaatnya sangat besar baik manfaat teoritis maupun praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil temuan penelitian ini diharapkan dapat menambah alternatif pengembangan profesionalisme guru khususnya kompetensi penelitian yang memungkinkan dikembangkannya dasar-dasar pembelajaran PTK berbasis blended learning, dan dikembangkan belajar mandiri bagi guru serta dapat memberikan sumbangan untuk membangun kerangka berpikir dalam penelitian sejenis selanjutnya. Oleh karena itu, manfaat teoritisnya adalah sebagai berikut:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya teori yang berkenaan dengan pembelajaran mandiri berbasis blended learning.

(12)

b. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang positif berupa model pembelajaran mandiri pada materi PTK berbasis blended learning, baik berupa model maupun buku petunjuk yang dapat dijadikan rujukan bagi pihak-pihak terkait khususnya para pengawas yang ingin membimbing para guru dalam penulisaan PTK. Penerapan model ini yang telah teruji secara teoritis maupun empiris ini, pada akhirnya juga diharapkan mampu meningkatkan kompetensi guru.

b. Penerapan model pembelajaran mandiri pada materi PTK berbasis blanded learning ini nantinya juga diharapkan berdampak positif bagi guru karena model ini dapat juga digunakan untuk pengembangan aspek-aspek kompetensi yang lain.

E. Spesifikasi Produk

Penelitian dan pengembangan ini menghasilkan suatu produk yang berupa model pembelajaran mandiri berbasis blended learning yang tertuang dalam software dan hardware. Software berupa e-learning Moodle merupakan e-learning berbasis open source, artinya aplikasi ini dapat diunduh tanpa dipungut bayaran. Dengan menggunakan Moodle, ke

(13)

depan para pengawas dapat menggunakan Moodle sebagai media komunikasi dengan para guru. Hardware berupa modul penelitian tindakan kelas yang akan digunakan guru yang mengikuti pembelajaran PTK berbasis blended learning. Modul digunakan untuk belajar guru bila sedang tidak berhubungan dengan jaringan internet. Karena tidak semua guru memiliki jaringan internet di rumah dengan demikian modul digunakan guru untuk belajar.

F. Asumsi dan Keterbatasan Model

Produk dari penelitian dan pengembangan ini berupa model pembelajaran mandiri berbasis blended learning yang tertuang dalam Moodle dan modul penelitian tindakan kelas. Dikembangkannya model pembelajaran mandiri berbasis blended learning pada materi PTK untuk memudahkan guru mempelajari penelitian melalui internet. Dengan internet guru dapat berkomunikasi dengan pengawas sekolah sebagai pembimbing.

Modul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami guru dengan bimbingan langkah demi langkah ( a step by step guide).

Model pembelajaran mandiri berbasis blended learning ini dikembangkan karena memang dibutuhkan dalam membantu guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Dipilihnya materi penelitian tindakan kelas dikarenakan oleh rendahnya pelaksanaan PTK yang dilaksanakan guru. Padahal penelitian khususnya PTK merupakan kegiatan yang seharusnya dilaksanakan guru.

(14)

Pengembangan pembelajaran mandiri berbasis blended learning pada materi PTK ini menerapkan prosedur pengembangan yang biasa dilakukan dalam mengembangkan materi PTK. Prosedur tersebut adalah dengan menganalisis kebutuhan, menyusun desain, mengembangkan produk, mengimplementasi dan terakhir mengevaluasi produk. Produk model pembelajaran mandiri pada materi PTK berbasis blended learning ini tentunya memiliki keterbatasan-keterbatasan yaitu model pembelajaran ini hanya sebagai sarana berupa Moodle dan modul untuk membantu guru memahami PTK, sehingga keberhasilan dalam pembelajaran berjaringan ini sepenuhnya tergantung pada guru yang dituntut untuk belajar mandiri.

Penelitian pengembangan ini menggunakan volunteers sampling sehingga subjek penelitiannya jumlahnya terbatas karena hanya sebagian kecil guru yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini. Hanya sebagian kecil guru ikut penelitian ini karena mereka diharuskan untuk belajar, juga melaksanakan penelitian dan menyusun laporan penelitian.

G. Definisi Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami judul penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi istilah yang ada dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengembangan merupakan tindak lanjut dari kegiatan penelitian.

Pengembangan yaitu serangkaian proses kegiatan menemukan kebutuhan, eksplorasi ide, merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut, untuk menghasilkan sesuatu yang baru, atau relatif baru guna

(15)

memenuhi kebutuhan tertentu. Kegiatan pengembangan dipandang telah selesai jika produk yang telah dianggap baik melalui proses uji coba/evaluasi. Dalam penelitian ini pengembangan yang dimaksud adalah menghasilkan produk berupa model pembelajaran mandiri berbasis blended learning.

2. Model adalah rencana, representasi atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem atau konsep yang sering kali berupa penyederhanaan.

3. Pembelajaran adalah interaksi semua komponen yang meliputi guru, siswa, materi, sumber belajar, sarana prasarana, dan lingkungan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4. Mandiri adalah pembelajaran yang mengutamakan kemandirian dalam belajar dan berupaya memanfaatkan sumber belajar yang tersedia.

5. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dapat dilaksanakan di kelas, tetapi dapat juga dilaksanakan di sekolah, di lapangan, di bengkel, atau di tempat-tempat lain, asal sesuai dengan bidang tugasnya dengan tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran.

6. Berbasis jaringan adalah alat yang digunakan sebagai sarana komunikasi antara subjek penelitian dengan fasilitator berupa aplikasi Moodle.

7. Pembelajar adalah orang yang mempelajari sesuatu atau mempelajari suatu keterampilan.

8. Pembelajaran berbasis blended learning adalah pembelajaran kombinasi antara pembelajaran lewat internet dan tatap muka.

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

Dari hasil penelitian tahun 2018 tersebut dan survei data eksisting yang menunjukan adanya kepadatan lalu lintas di ruas jalan Stasiun Poncol Kota Semarang,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan rumah kasa dapat mengurangi serangan hama sehingga biaya insektisida dapat dikurangi sebesar 73,19% dengan produksi lebih

Pressure window berisi grafik laju alir gas (Qgas) dan tekanan yang berasal dari perhitungan Equivalent Circulating Density (ECD) pada setiap batas kebersihan lubang di

19 Adanya penyewaan lahan sawah pertanian oleh industri gula yang di dalamnya terdapat pabrik beserta perkebunannya yang tidak sesuai dengan ketentuan,

Mengukur efektivitas penggunaan listrik pra-bayar untuk dapat memastikan bahwa suatu produk yang diadakan tersebut efektif atau tidak, maka harus dilakukan dengan

Pembelajaran dengan model Teams Games Tournament adalah salah satu model dalam belajar kelompok yang dapat digunakan sebagai alternatif bagi pengajar untuk menyelesaikan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa 1)secara simultan kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap nilai