Pendahuluan
Tsunami adalah fenomena alam yang diakibatkan oleh pergerakan hebat yang terjadi di dalam laut sehingga mengakibatkan gelombang air yang besar. Tsunami umumnya disebabkan oleh berbagai hal seperti gempa tektonik, tanah longsor, dan gempa vulkanik [1].
Secara geologis, Indonesia terletak di antara tiga lempeng, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik. Sehingga, Indonesia menjadi kaya akan cadangan mineral. Di samping itu, dikutip dari laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana [2]. Indonesia memiliki dinamika geologis yang sangat dinamis, sehingga berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor.
Salah satu bencana yang pernah terjadi di Indonesia adalah tsunami, gelombang besar ini memiliki karakteristik yang berbeda dibandingkan bencana lainnya. Untuk satu kali periode, tsunami dapat berlangsung selama dua menit hingga lebih dari satu jam. Panjang gelombang pun mencapai 100 - 200 kilometer dengan ketinggian ombak di atas 30 meter setelah memasuki wilayah pantai [3]. Gejala tsunami pun bervariasi, salah satunya terjadi pasang surut di pantai pascagempa, dan pada waktu yang sama akan membawa ombak cukup besar hingga menyapu bibir pantai.
Indonesia terbagi menjadi dari 34 provinsi dan 416 kabupaten [4]. Salah satunya adalah kabupaten Cilacap. Kawasan yang cukup luas ini terletak di sebelah selatan yang berbatasan langsung dengan Samudra Indonesia, sebelah utara yang berbatasan dengan kabupaten Banyumas, sebelah timur yang berbatasan dengan kabupaten Kebumen, dan sebelah barat yang berbatasan dengan provinsi Jawa Barat.
Selain itu, kabupaten dengan luas wilayah 225.361 hektar ini juga terletak di antara 108o 4’ 30” – 109o 30’ 30” garis bujur timur, dan 7o 30’ - 7 o 45’ 20” garis lintang selatan.
Kabupaten Cilacap terbagi menjadi 24 kecamatan. Mengutip data yang diunggah oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Cilacap dalam laman resminya pada tahun 2019 [5], wilayah tertinggi terdapat di kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-rata 198 meter dari permukaan laut, sedangkan wilayah terendah terdapat di kecamatan Kampung Laut dengan ketinggian rata-rata 1 meter dari permukaan laut.
Kota Cilacap yang merupakan Ibukota dari kabupaten Cilacap. Kota yang mendapat julukan “Cilacap Kota Bercahaya” ini terdiri dari tiga kecamatan, yakni Cilacap utara, Cilacap tengah, dan Cilacap selatan. Namun, kota Cilacap tidak memiliki luas yang terlalu besar bila dilihat secara kasat mata melalui peta. Untuk sebuah kota yang tidak terlalu besar menjadi ibukota dan salah satu penggerak perekonomian juga pembangunan di Indonesia, tidak salah jika kota Cilacap disebut sebagai kota padat dengan perkembangannya yang kian berubah setiap tahun.
Sementara untuk letak geografisnya, kota Cilacap termasuk salah satu kota di Indonesia yang berpotensi rawan tsunami karena berdekatan dengan area rawan tsunami yang terletak di selatan Pulau Jawa yang berhadapan langsung dengan Teluk Penyu di Samudera Hindia dan lempeng Indo-Australia. Oleh karena itu, kota Cilacap dapat dikatakan sebagai daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami.
Penelitian ini menggunakan tiga wilayah kota Cilacap, yaitu Cilacap utara, Cilacap tengah, dan sebagian daerah di Cilacap selatan. Sebab, area perkotaan tersebut memiliki jumlah penduduk lebih banyak daripada kecamatan lain di kabupaten Cilacap. Jumlah
penduduk tertinggi lainnya di kabupaten Cilacap juga terletak di pesisir pantai yang merupakan wilayah rawan tsunami. Semakin tinggi aktivitas manusia di kawasan permukiman perkotaan pada kawasan pesisir, semakin tinggi pula risiko kawasan permukiman tersebut terhadap bencana tsunami. Oleh sebab itu sistem evakuasi di kawasan rawan bencana tsunami perlu dikembangkan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk apabila bencana tsunami terjadi [6].
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk membuat peta jalur evakuasi dengan menggunakan skenario gelombang yang dimulai dari garis pantai dan menentukan titik evakuasi dan jalur evakuasi dari bencana tsunami daerah perkotaan Cilacap. Harapannya, penelitian ini dapat memberikan informasi tentang titik evakuasi dan rute evakuasi agar masyarakat dapat menentukan rute yang tercepat yang dimulai dari tempat tinggal mereka mulai untuk melakukan evakuasi.
Tabel 1. Kejadian Tsunami (Sumber: Katalog Tsunami Indonesia tahun 416-2018 [7].
N o.
Tanggal Sum ber Tsun ami
Magni tudo Gemp a (SR)
Tinggi Gelom
bang (meter)
Korban Mening
gal
Catatan Pengamatan
Referens i
Thn B l n
Tgl
1. 1904 9 7 Selat an Jawa
- - -
Cilacap: Tanah bergetar dirasakan Menurut saksi mata, di wilayah pantai P. Jawa, tampak air berwarna putih seperti susu. Fenomena ini berhenti sebelum pukul 23:00 akan tetapi terulang kembali 2 jam kemudian.
Soloviev dan Go (1974)
Oddone (1907)
2. 1921 9 11 Selat an Laut Jawa
7.5 0.10 -
Pr. Tritis: berada di wilayah pantai selatan Yogyakarta, mengalami tsunami kecil.
Cilacap:
Tsunami terekam oleh tide gauge di Cilacap.
Rekaman menunjukkan awal tsunami terjadi pukul 12:15 waktu setempat dan
Soloviev dan Go (1974) Visser (1922) Gutenber g dan Richter (1954)
maksimum ketinggian sekitar 10 cm.
3. 2006 7 17 Pang anda ran Jawa
7.7 3-8 664 Penjelasan
terdapat dibawah tabel.
BMG, BAKOS URTAN AL, Fritz et.
Al.
(2007) Catatan:
Gempa dengan goncangan yang lemah dirasakan oleh sebagaian besar penduduk pantai selatan Jawa Barat. Tsunami melanda kawasan pantai selatan P.Jawa sepanjang 500 km.
Tsunami merusak desa-desa di pantai selatan Jawa Barat yaitu: Cipatujah (Tasikmalaya), Pangandaran (Ciamis), dan lokasi wisata pantai Pangandaran. Di Pulau Nusakambangan tercatat tinggi runup mencapai 20 m dengan kedalaman genangan 8m. Hal ini
mengindikasikan slip terbesar tang terjadi tepat di selatan P. Nusa Kambangan. Pendapat lain menyatakan bahwa terjadi longsoran besar tepat di selatan pulau tersebut. Tinggi runup di Jawa Barat: Pameungpeuk 1 m; Pangandaran 3-8m; Jawa Tengah: Nusa Kambangan 20m;
Cilacap 2m; Widara Payung 2-5m, Ayah 1 m; Yogyakarta: Parangtritis 3m; Jawa Timur:
Sendangbiru 2m.
Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang terkait dengan judul yang dibuat yaitu berjudul Peta Kerawanan Tsunami Serta Rancangan Jalur Evakuasi di Pantai Desa Parangkritis Kecamatan Kretek Kabupaten Kretek Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta yang di tulis oleh Gentur Handoyo, dkk [8]. Penelitian ini memiliki tujuan membuat daerah rawan tsunami dan rancangan jalur evakuasi tsunami. Penelitian ini menggunakan analisis overlay dalam menentukan daerah rawan tsunami dan penentuan jalur evakuasi ditentukan berdasarkan limpasan daerah tsunami dan berdasarkan aturan BNPB tahun 2012 [2]. Parameter yang di digunakan adalah ketinggian topografi, jarak dari sungai, jarak dari garis pantai, kelerengan topografi, pengunaan lahan, limpasan tsunami, jaringan jalan, keberadaan bukit dan bangunan tinggi. Hasil dari penelitian ini yaitu jalur utama untuk evakuasi desa Parangkritis adalah jalan Parangkritis, jalan Parangkritis-Depok, dan jalan Depok. Jalur evakuasi tersebut langsung menuju 12 tempat evakuasi sementara (TES).
2. Tsunami
Tsunami merupakan serangkaiangelombang ombak laut raksasa yang timbul karena adanya pergeseran di dasar laut akibat gempa bumi [9]. Tsunami tidak terlihat saat masih berada jauh di tengah laut, namun begitu mencapai wilayah dangkal, gelombangnya yang bergerak cepat ini akan semakin membesar. Tenaga setiap tsunami adalah tetap terhadap fungsi ketinggian dan kelajuannya. Apabila gelombang menghampiri pantai, ketinggiannya meningkat sementara kelajuannya menurun [3].
3. Daerah Rawan Tsunami
Terdapat daerah-daerah yang berpotensi terkena gelombang dari tsunami seperti: bibir pantai, daerah sekitar pusat gelombang, daerah aliran hilir sungai, dan juga setiap
panjang gelombang dimiliki tsunami tersebut memiliki perbedaan ketika memasuki daratan, ketika tsunami memiliki gelombang yang cukup tinggi, dampaknya dapat masuk kedalam pemukiman jika bibir pantai sebagai jarak terjauh antara laut dan daratan telah dilewati dengan mudah. Potensi penggenangan dapat dimanfaatkan untuk penentuan metode evakuasi dan pembuatan jalur evakuasi bencana dari wilayah yang memiliki potensi tinggi ke wilayah yang berpotensi rendah dan aman. Selain itu, jalur evakuasi harus aman dari berbagai bahaya yang dapat ditimbulkan oleh tsunami [10].
4 . Jalur Evakuasi Tsunami
Tujuan utama dalam upaya mitigasi bencana tsunami adalah membuat jalur evakuasi agar masyarakat dengan mudah menyelamatkan diri dari bencana tsunami. Pada dasarnya jalur evakuasi dibagi menjadi 2, yaitu: jalur evakuasi vertikal dan jalur evakuasi horizontal, evakuasi jalur vertikal yaitu penyelamatan melalui bangunan tinggi disekitarnya yang tidak terkena dampak dari tsunami, tetapi sebagai catatan bangunan tersebut harus tahan dari tsunami tersebut, untuk jalur horizontal sendiri yaitu penyelamatan diri ke dataran yang lebih tinggi seperti menyelamatkan diri ke bukit.
5. Sistem Informasi Geografis
Sistem Infromasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi yang terdiri dari komponen perangkat keras, perangkat lunak, data geografis dan sumber daya manusia yang bekerja sama untuk memasukan, menyimpan, memperbaiki, mengolah, memperbaharui, menganalisis, mengintergrasikan, memanipulasi dan menampilkan seluruh data geografis [11]. Pada dasarnya dibutukan seperti perangkat komputer, sistem komputer, dan data spasial untuk bisa menjalankan sistem informasi ini, dan juga menggunakan analasis manusia untuk mengoprasikannya. Data pada SIG dibagi menjadi 2 (dua) yaitu data vector yang merupakan bentuk muka bumi yang direpresetasikan dalam bentuk titik (point), garis (line), dan area (polygon), dan data raster yang didapat dari hasil penginderaan jauh, pada dasarnya data raster tersedia dalam bentuk pixel.
6. Network Analyst
Merupakan proses yang terdapat dalam aplikasi Arcmap, proses ini bertujuan untuk memetakan suatu daerah berbasis analisis jaringan. Metode ini digunakan dalam penelitian ini untuk memetakan jalur evakuasi tsunami yang dimana akan menggunakan perutean, arah perjalanan fasilitas dan area. closest facility sendiri akan menunjukkan dua titik yang perupakan titik penenutan daerah antara daerah rawan tsunami dengan titik evakuasi terdekat.
7. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan sebuah tool yang sudah ada dan sejak lama digunakan pada hamper semua bidang kehidupan [12], penginderaan jauh (remote sensing) banyak diijelaskan oleh para ahli. Kata remote memiliki arti “dari jauh”, dan sensing yang berarti “mengukur dari jauh” atau “mengukur tanpa menyentuh objek yang diukur”.
Citra Satelit menghasilan hasil foto udara yang bertujuan untuk melihat objek yang berada dalam cakupannya, serta mempermudah mengenali dan mengidentifikasi objek tersebut dari jarak yang jauh. Aplikasi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis dapat mengurangi risiko bencana dengan memberikan informasi jalur evakuasi tsunami sebagai salah satu upaya mitigasi bencana tsunami [13].
Metode Penelitian
Pendekatan pada penelitian ini menggunakan metode mixed-method yang dimana metode ini menggabungkan perhitungan dan pengamatan dalam pembuatan Pemetaan , untuk perhitungannya sendiri menggunakan persamaan Berryman untuk emnghitung dan untuk pengamatan sendiri menggunakan aplikasi dekstop Arcgis untuk melakukan interpretasi citra satelit. Materi penelitian yang digunakan yaitu berupa data primer yaitu peta citra satelit dan peta DEM data sekunder yang didapatkan dari Badan Informasi Geospatial (BIG) yang merupakan lembaga nonkemeterian Indonesia yang melaksanakan tugas di bidang informasi geospatial.
1. Bahan Penelitian
• Citra Satelit Kota Cilacap
• Peta Kontur Kota Cilacap
• Koefisien Kekasaran Permukaan
• Data Administrasi Kota Cilacap 2. Alat Penelitian
• Software yang digunakan uaitu Arcgis versi 10.4 untuk pengolahan data dan pemetaan daerah.
• Software paket aplikasi perkantoran Microsoft Office 2019 untuk pembuatan hasil laporan.
3. Alur
Alur Penelitian berupa Alir Diagram yang terdapat pada Gambar 1.
Gambar 1 Alir Diagram Penelitia
Tahapan
Untuk tahapannya sendiri berdasarkan alur penelitian pada Gambar 1 terdapat berbagai tahapan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data, data tersebut berupa:
• Citra Satelit menggunakan aplikasi desktop Universal Map Downloader dengan menggunakan data peta Google Satellite Maps dengan zoom level sebesar 19.
• Peta RBI yang di dapatkan melalui ( https://tanahair.indonesia.go.id ) dengan skala 1:25.000 berupa :
➢ Peta Administrasi
➢ Garis Pantai
➢ Peta Penggunaan Lahan
➢ Peta Jaringan Jalan
• DEM (Data Elevation Model) yang merupakan data ketinggian bumi secara
digital yang di dapatkan melalui (
https://tanahair.indonesia.go.id/demnas/#/demnas ) 2. Pengolahan Data
Tahapan ini berupa koreksi geometri yang bertujuan untuk mengkoreksi kesalahan dalam proses pengambilan data yang disebabkan oleh kelengukngan permukaan bumi dengan pergerakan satelit maupun kesalahan-kesalahan yang lainnya. Peta RBI yang berisi jaringan jalan yang telah dikoreksi, garis pantai, dab peta penggunaan lahan kemudian masuk dalam proses editing dengan cara manual.
Setelah itu, akan melakukan perhitungan kekasaran permukaan bumi dari data penggunaan lahan berdasarkan pemodelan numerik Berryman. Pada DEM akan ada proses slope untuk mendapatkan data kelerengan.
Tabel 2 Koefisien Kekasaran Berryman.
Jenis Pengunaan/
Tutupan Lahan
Nilai Koefisien Manning
Badan Air 0,007
Semak Belukar 0,040
Lahan Kosong 0,015
Lahan Pertanian 0,025
Pemukiman 0,045
Mangrove 0,025
Tambak/Empang 0,010
Bangunan 0,045
3. Perthitungan Cost Distance
Pada tahapan ini dilakukan proses cost distance dengan menggunakan skenario ketinggian gelombang pada kejadian tsunami dan melakukan persamaan berryman yaitu;
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = (167. 𝑛2 𝐻0
1 3
) + 5. 𝑆𝑖𝑛 𝑆
Persamaan 1. Rumus perhitungan Cost Distance Berryman [14].
Keterangan :
𝐻𝑙𝑜𝑠𝑠 = Kehilangan ketinggian tsunami untuk 1 m jarak rambatnya.
𝑛 = Koefisiensi kekasaran permukaan.
S = Lereng permukaan.
𝐻0= Ketinggian awal tsunami di garis pantai.
Pada tahapan sebelumnya yaitu proses slope pada peta DEM dan pemodelan numerik berryman hasil akan berupa data kelerengan dan koefisien kekasaran permukaan selanjutnya dilakukan perhitungan cost distance menggunakan persamaan (1.1) dengan skenario ketinggian gelombang tsunami setingg 15 meter, 7 meter lebih dari kejadian gelombang sebelumnya disekitar selatan pulau jawa yaitu 8 meter pada tahun 2006.
4. Hasil Data
Tahap yang selanjutnya yaitu hasil yang berupa beberapa peta yang terdiri dari
• Peta Persebaran Titik GCP dan ICP
Peta persebaran titik sendiri bertujuan untuk mengoreksi data RBI yang disesuaikan agar sesuai dengan Citra Satelit dengan aturan yang berlaku
• Peta Penggunaan Lahan
Peta penggunaan lahan yaitu peta yang memberikan penilaian mengenai sebuah lahan agar dapat secara dikenali secara langsung kegunaan dari lahan tersebut.
• Peta Gelombang Tsunami
Peta gelombang tsunami memberikan informasi tentang ketinggian gelombang dan daerah cakupannya, peta tersebut didapat menggunakan metode cost distance dengan skenario ketinggian yang telah ditentukan, sehinggan membentuk garis gelombang berserta klasifikasi tinggi gelombannya.
• Peta Jalur Evakuasi
Peta jalur evkuasi akan terbentuk jika peta gelombang tsunami telah dibuat, untuk membuat peta jalur evakuasi membutuhkan 2 titik yaitu titik awal dan titik evakuasi, untuk titik awal sendiri dipilih didalam gelombang tsunami, sedangkan untuk titik evakuasi dipilih dari luar daerah yang terkena dampank gelombang tsunami, dengan pertimbangan beberapa hal, pembuatan jalur tersebut menggunakan metode network analyst yang menghasilkan jalur evakuasi dari titik awal ke titik evakuasi dengan menentukan rute terdekat dan rute tercepat.
Hasil dan Pembahasan 1. Koreksi Geometrik
Metode ini menggunakan teknik rektifikasi (image to map), di mana data RBI yang dibutuhkan akan dikoreksi dengan cara tumpang-tindih menggunakan data Citra Satelit sebagai data kontrol tanah. Data RBI yang digunakan yaitu data RBI dengan Skala 1:25.000. Peta yang digunakan yaitu peta jaringan jalan. Koreksi geometrik meliputi titik ICP dan GCP yang membutuhkan 63 titik untuk menguji akurasi menggunakan sistem koordinat datum WGS 84 dengan sistem proyeksi 49S.
Proses pengujian akurasi ini berdasarkan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) No.15 tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar [15] yang telah diubah dalam Peraturan Badan Informasi Geospasial No.6 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial No.15 Tahun 2014 Tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar [16]. Pengujian ini dilakukan dengan menghitung nilai circular error 90% (CE90). Hasil yang didapat dengan menghitung 63 titik mendapatkan nilai 10,515. Berdasarkan hasil uji akurasi yang telah dilakukan masih diperbolehkan dalam pembuatan peda dalam skala 1:25.000.
Gambar 2. Peta Persebaran Titik GCP Dan ICP 2. Penggunaan Lahan
Pada tahapan ini, pembuatan Penggunaan Lahan yang pada Kota Cilacap sebagai lokasi penelitian dibagi berdasarkan koefisien kekasaran terdapat pada Tabel 2. hasil yang didapat dalam dalam interpretasi pengunaan lahan Kota Cilacap sebagai berikut:
• Pemukiman
• Badan Air
• Bangunan
• Lahan Kosong
• Lahan Pertanian
• Mangrove
• Semak Belukar
• Tambak
Penggunaan Lahan Kota Cilacap di dominasi oleh Pemukiman dan Lahan Pertanian untuk Bangunan sendiri terdapat pabrik dan kilang minyak di wilayah Kota Cilacap, untuk Mngrove hanya terdapat di beberapa titik yang ada di sekitar Kota Cilacap. Hal ini terjadi dikarenakan Kota Cilacap merupakan daerah padat penduduk disekitar Kabupaten Cilacap.
Gambar 3. Peta Penggunaan Lahan Kota Cilacap 3. Analisis Bahaya Kota Cilacap
Analisis yang didapatkan berdasarkan Persamaan 1. data yang diperlukan untuk persamaan yaitu peta kekasaran, peta kelerengan, dan garis pantai. Skenario ketinggian gelombang yang digunakan yaitu 15 Meter, 7 meter tinggi dari data tsunami yang pernah terjadi di daerah Cilacap yatu 7-8 Meter di tahun 2006 berdasarkan Katalog Tsunami Indonesia 416-2018, [7]. Hal ini bertujuan untuk memberikan skenario ketika terjadi gelombang sekitar 15 Meter dan membentuk lintasan gelombang. Terdapat 13
kelurahan dari 3 kecamatan yang ada di Kota Cilacap seperti yang tertulis pada Tabel 3. Sebagai berikut :
Tabel 3. Kecamatan Kota Cilacap
Kelurahan Kecamatan Luas (Km2)
Cilacap Selatan
Cilacap 1,976668
Sidakaya 4,574057
Tegalkatilayu 3,152554
Tegalreja 1,064372
Cilacap Tengah
Donan 3,016151
Gunungsimping 2,888232
Lomanis 4,41874
Sidanegara 4,011075
Cilacap Utara
Gumilir 3,574647
Karangtalun 5,961658
Kebonmanis 2,377154
Mertasinga 5,321391
Tritih Kulon 12,499672
Analisis untuk mengukur Gelombang Tsunami menggunakan tools cost distance untuk mengukur tinggi gelombang dan melihat panjang gelombang mengenai kelurahan yang dianalisa. Untuk kelurahan Sidakarya, kelurahan Tegalreja, kelurahan Lomanis, Kelurahan Donan, kelurahan Karangtalun, dan kelurahan Tritih Kulon tidak terkena dampak dari hasil Analisis menggunakan cost distance.
Gambar 4. Peta Gelombang Tsunami Kota Cilacap
4. Penentuan Tempat Evakuasi
Untuk penentuan tempat evakuasi tsunami terdiri dari bagunan kokoh meliputi bangunan kantor, sekolah, rumah sakit, lapangan luas, lahan kosong atau gedung- gedung yang memiliki daya tampung masal sesuai standar pelayanan minimum dan dilengkapi utilitas dasar yang dibutuhkan. Terdapat 61 titik evakuasi yang sesuai syarat menjad titik evakuasi dan juga daerah tersebut tidak masuk kedalam area yang terkena gelombang tsunami berdasarkan hasil analisa.
Tabel 4. Titik Evakuasi Tsunami Kota Cilacap
Kelurahan Titik
Sidakaya 13
Sidanegara 10
Gunungsimping 6
Kebonmanis 5
Gumilir 7
Mertasinga 4
Tritih Kulon 2
Karangtalun 3
Donan 7
Tegalreja 4
Lomanis 1
JUMLAH TITIK 62
5. Pemetaan Jalur Evakuasi
Beberapa titik yang ditempatkan sebagai titik kumpul, titik kumpul meliputi daerah pemukiman yang diasumsikan terdapat banyak aktifitas di lokasi yang ditentukan.
Terdapat 32 titik kumpul yang ditempatkan disekitar area yang terkena gelombang tsunami. Pada saat pembuatan jalur evakuasi diperlukan 1 titik kumpul dengan 1 titik atau lebih tempat evakuasi yang dipilih menggunakan network analyst analisis tersebut akan mencari berdasarkan titik evakuasi yang terdekat, dalam hal ini terdapat 1-3 skenario rute yang diberikan, dan terdapat sekitar 89 rute yang didapat dari hasil network analyst yang terbagi di 3 kecamatan dan mengambil 13 kelurahan yang terdapat di kota Cilacap.
Tabel 5. Rute Evakuasi Tsunami Kota Cilacap
Kelurahan Jumlah Rute
Sidanegara 40
Tegalreja 1
Gunungsimping 5
Kebonmanis 12
Gumilir 8
Mertasinga 9
Sidakarya 14
Total Rute 89
Gambar 5. Peta Jalur Evakuasi Tsunami Kota Cilacap
Pada kelurahan Sidanegara terdapat 40 jalur evakuasi, jalur terpanjang 2.717 meter dengan waktu tempuh 15 menit, sedangkan jalur terpendek 878 meter dengan waktu tempuh 5 menit dalam keadaan berlari menurut Weiner (1968) sebesar 1,20 m/s.
Kelurahan Tegalreja memiliki 1 jalur evakuasi yaitu 1.447 meter denggan waktu tempuh 7 menit. Kelurahan Gunungsimping terdapat 5 jalur evakuasi, jalur terpanjang 2.690 dengan waktu tempuh 14 menit, sedangkan jalur terpendek 1.078 dengan waktu tempuh 6 menit. Kelurahan Kebonmanis memiliki 12 jalur evakuasi dengan jarak terpanjang 2.917 dengan waktu tempuh 16 menit, untuk jalur terpendek 1.142 meter dengan waktu tempuh 6 menit. Kelurahan Gumilir memiliki 8 jalur evakuasi dengan jalur terpendek 979 meter dengan waktu tempuh 5 menit dan jalur terpanjang 3.011 meter dengan waktu tempuh 17 menit. Kelurahan Mertasinga memiliki 9 jalur evakuasi dengan jalur terpendek 1.590 meter dengan waktu tempuh 9 menit, jalur terpanjang 2.919 meter dengan waktu tempuh 16 menit. Kelurahan Sidakarya memiliki 14 jalur evakuasi dengan jalur terpendek 912 meter dengan waktu tempuh 5 menit, sedangkan jalur terpanjang 2.435 meter dengan waktu tempuh 13 menit. Sehingga mendapatkan kesimpulan untuk waktu tempuh tercepat untuk melakukan evakuasi 5 menit dan untuk waktu terlama untuk melakukan evakuasi adalah 17 menit dengan estimasi antara gempa dan tsunami dikisaran 15-30 menit.
Simpulan dan Saran
Daerah Kota Cilacap yang terkena dampak dari skenario ketinggian gelombang setinggi 15 meter yaitu Kelurahan Cilacap dengan total Luas 1,9766668 Km2, Kelurahan Tegalkatlayu dengan total 3,152554 Km2, sebagian Kelurahan Mertasinga dengan luas total 5,321391 Km2, sebagian Kelurahan Gumilir dengan luas total 3,574647 Km2, sebagian Kelurahan Kebonmanis dengan luas total 2,377154 Km2, sebagian Kelurahan Gunungsimping dengan luas total 2,888232 Km2, dan sebagian Kelurahan Sidanegara dengan total luas 4,011075 Km2. Terdapat beberapa Kelurahan yang tidak terkena dampak yaitu Kelurahan Tegalreja, Donan, Lomanis, Karangtalun, Tritih Kulon dikarenakan jauh dari pantai, sehingga tidak melewati lintasan gelombang tsunami.
Pada penelitian ini menghasilkan peta gelombang tsunami yang menggunakan metode cost distance dengan ketinggan 15 meter dan juga tujuan awal penelitian ini yaitu penentuan jalur evakuasi menggunakan network analyst dengan menggunakan closest facility sebagai memunculkan 89 rute evakuasi yang tersebar ditujuh kelurahan yang ada di kota Cilacap yang terkena dampak gelombag tsunami, yang tersebar di kelurahan Sidanegara, kelurahan Tegalreja, kelurahan Gunungsimping, kelurahan Kebonmanis, kelurahan Gumilir, kelurahan Mertasinga, dan kelurahan Sidakarya. Dari 89 rute evakuasi terdapat rute terpendek dan rute terpanjang yaitu di kelurahan Sidanegara dengan panjang rute 878 meter dengan waktu tempuh 5 menit dan rute terpanjang yaitu di kelurahan Gumilir dengan panjang rute 3.011 meter dengan waktu tempuh 17 menit dalam keadaan berlari.
Saran yang perlu diperhatikan dalam penelitian selanjutnya yitu perlunya mepertimbangkan kelas jalan untuk pembuatan jalur evakuasi dan perlunya memperhatikan kondisi lingkungan sekitar dan bisa memperhatikan waktu tsunami baik itu pagi, siang, sore dan malam hari sebagai waktu pembuatan jalur evakuasi.
Daftar Pustaka
[1] S. Disposaptono and Budiman, Tsunami. Bogor : Buku Ilmiah Populer, 2005, 2005.
[2] BNBP, “Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana,” 2012.
[3] N. T. Sugito, “Tsunami,” p. 49, 2008.
[4] BPS Indonesia, “Catalog : 1101001,” Stat. Indones. 2020, vol. 1101001, p. 790, 2021.
[5] BPS Kabupaten Cilacap, Kabupaten Cilacap Dalam Angka 2021. 2021.
[6] A. P. Rachman, M. S. Suryo, P. Litbang Permukiman, and B. Litbang Kementerian Pekerjaan Umum Jl Panyawungan Cileunyi Wetan-Kabupaten Bandung, “Penerapan Sistem Evakuasi Tsunami Di Kawasan Perkotaan Kabupaten Cilacap, Kasus : Kecamatan Cilacap Selatan Tsunami Evacuation System Application In Cilacap Regency Urban Area, Case : Southern Cilacap District,” J. Permukim., vol. 10, no. 1, pp. 37–48, 2015.
[7] BMKG, Katalog Tsunami Indonesia Per-Wilayah Tahun 416-2018. 2019.
[8] I. D. Saputra, P. Subardjo, and G. Handoyo, “Peta Kerawanan Tsunami Serta Rancangan Jalur Evakuasi Di Pantai Desa Parangtritis Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta,” J. Oceanogr., vol. 3, no. 4, pp. 722–731, 2014.
[9] BNPB, “Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Standarisasi Data Kebencanaan,” 2011.
[10] S. S. and M. K., “Application of Spatial and Network Analysis to Evaluate Shelter Plan for Tsunami Evacuation,” Civ. Eng. Dimens., vol. 17, no. 2, pp. 88–94, 2015, doi:
10.9744/ced.17.2.88-94.
[11] A. Adil, Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2017.
[12] Indarto, Penginderaan jauh : metode analisis & interpretasi citra satelit / Indarto ; editor, Sigit S., 1st ed. Yogyakarta: Yogyakarta : Andi, 2017.
[13] Kusumowidagdo, “Gempa Bumi Yogyakarta dan Sekitarnya adalah Pengalaman Yang Sangat Berharga,” Ber. INDERAJA Vol V no. 9, 2006.
[14] K. Berryman, “Review of Tsunami Hazard and Risk in New Zealand,” Inst. Geol. Nucl. Sci., no. September, p. 139, 2006.
[15] Badan Informasi Geospasial, “Peraturan Kepala BIG Nomor 15 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar,” Badan Inf. Geospasial. Bogor, 2014.
[16] Badan Informasi Geospasial, “Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 6 tahun 2018 tentang perubahan atas Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 15 tahun 2014 tentang Pedoman Teknis Ketelitian Peta Dasar,” Badan Inf. Geospasial. Bogor, pp.
2014–2016, 2018.