• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka

1. Kimia dan Pembelajaran Kimia

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kimia adalah ilmu tentang susunan, sifat, dan reaksi suatu unsur atau zat. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur, sifat, dan perubahan, serta energi yang menyertai perubahan suatu materi (Purba, 2002: 2).

Mata pelajaran kimia di SMA mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energi zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Dalam kurikulum 2013, siswa kelas X SMA MIPA akan mempelajari materi pokok Pengenalan Ilmu Kimia, Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur, Ikatan Kimia, Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit, Reaksi Reduksi dan Oksidasi, Tata Nama Senyawa dan Persamaan Reaksi Sederhana, Hukum Dasar Kimia, dan Stoikiometri

Kesulitan ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985: 5-9), yaitu sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu media pembelajaran yang dapat lebih mengkonkritkan konsep-konsep yang abstrak tersebut, ilmu kimia yang dipelajari merupakan penyederhanaan dari ilmu yang sebenarnya, ilmu kimia berkembang dengan cepat, ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal, dan beban materi yang harus dipelajari dalam pembelajaran kimia sangat banyak.

Menurut E. Mulyasa (2006: 133-134), mata pelajaran kimia di SMA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Membentuk sikap positif terhadap kimia dan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

b. Memupuk sikap ilmiah, yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis, dan dapat bekerja sama dengan orang lain. commit to user commit to user

(2)

c. Memperoleh pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah dengan merancang percobaan melalui pemasangan instrumen, pengambilan, pengolahan, dan penafsiran data, serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

d. Meningkatkan kesadaran tentang terapan kimia yang dapat bermanfaat dan juga merugikan bagi individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat.

e. Memahami konsep, prinsip, hukum, dan teori kimia serta saling keterkaitannya dan penerapannya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi.

Pembelajaran kimia merupakan proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran kimia. Kualitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya, strategi belajar mengajar, metode dan pendekatan pembelajaran, serta sumber belajar yang digunakan baik dalam bentuk buku, modul, lembar kerja, media, dan lain-lain. Faktor lain yang juga dapat memengaruhi kualitas pembelajaran adalah perbedaan individu siswa, baik perbedaan gaya belajar, perbedaan kemampuan, perbedaan kecepatan belajar, dan latar belakang.

Salah satu tujuan pembelajaran kimia yaitu siswa mampu menguasai konsep-konsep yang telah dipelajari dan dapat mengaitkannya dengan konsep- konsep yang sedang dipelajari, sehingga penguasaan konsep pada pembelajaran kimia sangat ditekankan (Mentari, Suardana, & Subagia, 2014) 2. Kemampuan Multirepresentasi

Kata multiple menurut KBBI (multipleks) merupakan kata sifat yang berarti terdiri atas banyak, sedangkan representasi berarti perbuatan mewakili;

keadaan diwakili; apa yang mewakili; dan perwakilan.

Para ahli mendefinisikan pengertian representasi berbeda-beda sebagai berikut:

a. Representasi adalah model atau bentuk pengganti dari suatu situasi masalah atau aspek dari suatu situasi masalah yang digunakan untuk commit to user commit to user

(3)

menemukan solusi, sebagai contoh suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek, gambar, kata-kata, atau symbol (Jones & Knuth)

b. Prain dan Waldrip (2006) mengemukakan bahwa representasi berarti mempresentasikan ulang konsep yang sama dengan format yang berbeda, diantaranya verbal, gambar dan grafik.

c. Representasi adalah sebuah konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili, atau melambangkan sesuatu dalam suatu cara (Goldin, 2002)

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa multirepresentasi adalah suatu cara mempresentasikan, mewakilkan, menggambarkan suatu konsep untuk menemukan solusi dalam suatu masalah yang dapat disajikan dalam bentuk gambar, kata-kata, grafik, atau symbol.

Kemampuan untuk mempresentasikan konsep dalam berbagai cara dapat dikatakan kemampuan multirepresentasi.

Representasi konsep-konsep kimia umumnya membutuhkan lebih dari satu mode representasi karena materi kimia cukup kompleks dan sering dianggap abstrak.

Jhonstone (1991) membedakan representasi kimia ke dalam tiga tingkatan, yaitu tingkat makro, submikro, dan simbolik. Representasi pada tingkat makro menggambarkan sifat yang nyata dan dapat dilihat dalam fenomena sehari- hari, misalnya perubahan warna, pembentukan endapan dan gas pada reaksi kimia. Penjelasan kimia tingkat partikulat yang digambarkan sebagai atom, molekul, dan ion termasuk dalam representasi tingkat submikro. Pada tingkat simbolik, kimia direpresentasikan dalam bentuk simbol, rumus dan persamaan, gambar struktur molekul, diagram, serta model dan animasi komputer untuk melambangkan materi (Chandrasegaran, et al., 2007).

Representasi kimia yang digunakan dalam pokok materi Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit adalah representasi tiga tingkat, yaitu tingkat makro, submikro, dan simbolik. Contoh materi yang direpresentasikan pada tingkat makro yaitu pada subpokok materi daya hantar listrik. Pada subpokok materi tersebut siswa dapat mengamati fenomena yang terjadi saat percobaan, commit to user commit to user

(4)

misalnya larutan garam dapur yang dihubungkan dngan listrik dapat menghasilkan nyala lampu, sedangkan larutan gula tidak. Pada tingkat submikro, Larutan elektrolit dan nonelektrolit dipelajari misalnya pada pembentukan ion-ion, adanya molekul-molekul yang dapat terurai dalam air atau tidak, serta pembentukan gas yang dapat mengindikasikan larutan tersebut dapat menghantarkan listrik atau tidak. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit pada tingkat simbolik direprentasikan dalam bentuk senyawa- senyawa, rumus kimia, serta gambar yang mempermudah siswa dalam mengamati hasil percobaan daya hantar listrik.

3. Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Pokok bahasan Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit terbagi dalam beberapa subpokok bahasan yaitu: larutan elektrolit, larutan nonelektrolit, daya hantar listrik, dan peran larutan elektrolit di dalam tubuh manusia.

a. Larutan Elektrolit

Elektrolit adalah zat yang dapat membentuk ion-ion dalam pelarutnya sehingga larutan dapat menghantar listrik. Larutan demikian disebut larutan elektrolit. Larutan elektrolit mampu menghantarkan listrik karena dalam air elektrolit dapat terionisasi atau terdisosiasi dan membentuk partikel-partikel bermuatan atau ion-ion yang membolehkan arus listrik mengalir. Istilah ionisasi terkait dengan pembentukan ion-ion dari senyawa kovalen polar, sedangkan disosiasi terkait dengan pembentukan ion-ion dari senyawa ion.

Molekul air bermuatan netral tetapi mempunyai ujung positif (atom H) dan ujung negatif (atom O) sehingga sangat efektif melarutkan senyawa ionik atau senyawa kovalen polar. Molekul-molekul air menstabilkan ion-ion dalam larutan dengan mengelilingi ion-ion tersebut, sehingga kation tidak bergabung kembali dengan anion. Proses dimana sebuah ion dikelilingi oleh molekul-molekul air yang tersusun dalam keadaan tertentu disebut hidrasi.

Contoh padatan NaCl akan terionisasi menghasilkan ion Na+ dan Cl- saat dilarutkan ke dalam air. commit to user commit to user

(5)

Ion Na+ akan tertarik ke elektrode negatif dan ion Cl- tertarik ke electrode positif sehingga menghasilkan arus listrik yang setara dengan aliran elektron sepanjang kawat penghantar (kabel).

b. Larutan Nonelektrolit

Nonelektrolit adalah zat yang tidak dapat membentuk ion dalam pelarutnya sehingga larutan tidak dapat menghantarkan listrik. Larutan demikian disebut larutan nonelektrolit.

Larutan nonelektrolit tidak dapat terionisasi ( ), sehingga tidak ada ion dalam larutan tetapi semua bentuk molekul.

Contoh larutan nonelektrolit adalah larutan urea dan larutan glukosa.

c. Daya Hantar Listrik

Berdasarkan daya hantar listrik, larutan dibagi menjadi dua, yaitu larutan elektrolit dan nonelektrolit. Secara kuantitatif, kuat lemahnya daya hantar listrik dapat diukur dari derajat disosiasi ( .

Berdasarkan kuat lemahnya daya hantar listrik, elektrolit dibagi menjadi dua, yaitu elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Suatu zat yang yang mempunyai daya hantar listrik kuat termasuk elektrolit kuat, dan zat yang daya hantar listriknya lemah termasuk elektrolit lemah.

Larutan elektrolit kuat contohnya asam kuat (HCl, HBr, HI, H2SO4, HNO3), basa kuat (NaOH, KOH, LiOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2), dan garam (NaCl, KCl, CaCl2, BaBr2, CaSO4, dan lain lain). Larutan-larutan ini terionisasi sempurna dalam air ( , sehingga semua molekul terdisosiasi dan tidak ada molekul tersisa dalam larutan.

Berbeda dengan larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah yang terionisasi sebagian , dalam larutan sebagian berbentuk ion- ion sebagian lagi masih dalam bentuk molekul.

NaCl(s) → Na+(aq)+ Cl-(aq)

commit to user commit to user

(6)

Contoh dalam cuka mengandung asam asetat yang terionisasi sebagian:

Awalnya sejumlah molekul CH3COOH terurai menjadi ion-ion CH3COO- dan H+. Seiring berjalannya waktu beberapa ion CH3COO- dan H+ bergabung kembali membentuk molekul CH3COOH.

Contoh elektrolit lemah adalah asam lemah (CH3COOH, H3PO4, HCOOH, HCN, HF, H2S, dan lain-lain) dan basa lemah (NH4OH, Fe(OH)2, Al(OH)3, dan lain-lain).

Nonelektrolit memiliki derajat disosiasi ( =0), atau dapat dikatakan tidak dapat terdisosiasi/terionisasi.

Klasifikasi larutan ke dalam larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan nonelektrolit dapat dibedakan berdasarkan derajat ionisasi, tes nyala lampu dan tes elektrode seperti dalam tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1. Perbedaan Larutan Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah, dan Nonelektrolit

Jenis larutan Jenis zat terlarut Tes nyala lampu

Tes elektrode Elektrolit

kuat

Senyawa ion (lelehan dan larutan) dan senyawa kovalen polar (larutan)

yang terionisasi sempurna ( )

Terang Terbentuk banyak gelembung

Elektrolit lemah

Senyawa kovalen polar yang terionisasi sebagian

( )

Redup Terbentuk sedikit gelembung

gas Nonelektrolit Senyawa kovalen polar

yang tidak terionisasi ( )

Tidak menyala

Tidak terbentuk gelembung

gas d. Peran Elektrolit di Dalam Tubuh Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari, elektrolit juga berperan dalam tubuh manusia. Berikut adalah contoh peranan elektrolit tersebut:

CH3COOH(aq) ⇌ CH3COO-(aq) + H+(aq)

commit to user commit to user

(7)

i. Air ludah mengandung penyangga H2PO4-/HPO4- yang mempertahankan keasaman/pH tertentu dalam mulut guna mencegah keruskan enamel gigi. Mekanisme penyangga memerlukan pemahaman tentang kesetimbangan kimia dari ion-ion elektrolit dalam larutan.

ii. Oralit diminum penderita diare supaya tidak mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh. Cairan tubuh mengandung komponen larutan elektrolit untuk memungkinkan terjadinya daya hantar listrik yang diperlukan impuls saraf bekerja.

4. Two-Tier Multiple Choice

Tes two-tier adalah pertanyaan pilihan berganda dua tingkat yang mendiagnosa konsepsi alternatif siswa dalam sains (Tsai & Chou, 2002).

Adodo (2013) menjelaskan bahwa pertanyaan two-tier multiple choice pada tingkat pertama menyerupai pilihan ganda tradisional yang biasanya berkaitan dengan pertanyaan pengetahuan. Tingkat kedua menyerupai format pertanyaan pilihan ganda tradisional namun bertujuan untuk mempromosikan keterampilan berpikir dan penalaran yang lebih tinggi.

Two-tier Multiple Choice memiliki dua manfaat utama dibandingkan pilihan ganda konvensional tingkat satu. Manfaat pertama adalah meminimalisasi kesalahan pengukuran. Dalam satu pertanyaan dengan lima alternative jawaban, ada kemungkinan 20% untuk menebak jawabannya dengan benar. Pertanyaan dua tingkat dianggap benar hanya jika kedua tingkatan dijawab benar. Seorang siswa menanggapi sebuah pertanyaan dengan lima pilihan di tingkat pertama dan lima urutan kedua. Hal ini ini menyebabkan siswa hanya memiliki 4% tebakan jawaban benar secara acak.

Manfaat kedua dari format two-tier adalah memungkinkan untuk menyelidiki dua aspek fenomena yang sama. Di tingkat pertama, siswa diminta untuk memprediksi hasil perubahan kimiawi, dan tingkat kedua dimintai penjelasan. Hal ini memungkinkan pencarian domain fenomonologis dengan tingkat pertama dan domain konseptual dengan tingkat yang kedua.

commit to user commit to user

(8)

B. Kerangka Berpikir

Materi kimia merupakan materi yang dianggap sulit karena cukup abstrak sehingga untuk mempermudah siswa memahaminya digunakan representasi kimia dalam berbagai bentuk. Respresentasi kimia yang sering digunakan dibagi menjadi tingkat yaitu tingkat makro, submikro, dan simbolik.

Ketiga tingkat representasi tersebut harus dikuasai oleh siswa. Kemampuan representasi siswa dalam memahami konsep pada tingkat makro, submikro, dan simbolik menjadi penting untuk diperhatikan .

Di sisi lain ternyata terdapat masalah dalam menganalisis kemampuan multirepresentasi menggunakan instrumen tes pilihan ganda konvensional. Hal ini disebabkan karena instrumen tes tersebut tidak dapat membedakan mana siswa yang benar-benar memahami konsep dan mana yang hanya menebak.

Dengan menggunakan tes diagnostik two-tier multiple choice maka dapat dilihat mana siswa yang benar-benar memahami konsep dan mana yang hanya menghafal konsep atau bahkan hanya menebak. Kemampuan siswa tersebut akan terlihat dari pola jawaban siswa. Dengan demikian, dapat diketahui siswa- siswa tersebut kemungkinan memiliki kemampuan representasi pada tingkat makro, submikro, dan simbolik dalam beberapa kategori. Kemampuan siswa akan dibedakan dalam lima kategori, yaitu sangat kurang, kurang, cukup, baik, dan sangat baik. Lima kategori ini akan membedakan bagaimana karakteristik kemampuan masing-masing siswa dalam tiap representasi.

Siswa yang masuk dalam kategori sangat kurang dan kurang akan diteliti lebih lanjut dengan cara wawancara mendalam untuk mengetahui penyebab dari rendahnya kemampuan multirepresentasi siswa tersebut.

commit to user commit to user

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi pemikiran Vygotsky untuk mempelajari matematika menumbuhkan pemahaman matematika dari koneksi pemikiran dengan bahasa matematika yang baru dalam mengkreasi pengetahuan..

Dengan demikian semakin meningkatnya debt to total asset ratio, maka hal tersebut berdampak terhadap semakin berkurang laba bersih yang tersedia untuk dibagikan

Membagi lapisan menjadi tiga lapisan, Lapisan pertama adalah sekolah menengah umum (SMU) dan lapisan kedua adalah sekolah madrasyah aliyah (MA) serta lapisan ketiga adalah

Bagi sebagian murid sekolah, terutama siswa sekolah dasar (SD), mengeluhkan soal pelajaran matematika. Mereka menganggap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan

Sebagai respon atas segala permasalahan dalam penanggulangan kemiskinan tersebut, Bupati Sragen menggagas pembentukan UPT-PK (Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan

konomi lain yang memiliki nilai ekonomi tin ing zona ekonomi, KEK juga dilengkapi zona pekerja. Ditjen Cipta Karya dalam hal in tur permukiman pada kawasan tersebut

Hasil modifikasi menunjukkan bahwa Bauran Pemasaran (X) berpengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap Produk (X1.1) sebesar 0,482, Bauran Pemasaran (X) berpengaruh

Dengan jumlah lansia terlantar yang banyak seperti yang bisa dilihat pada tabel 1, panti jompo merupakan solusi yang sesuai sebagai tempat bagi para lansia yang