• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya memiliki kebebasan untuk berketuhanan dengan beragam pilihan kepercayaan atau agama. Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 28 E ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUDNRI 1945) dinyatakan bahwa “tiap-tiap penduduk diberikan kebebasan untuk memilih dan mempraktikkan kepercayaannya” dan

“menjamin semuanya akan kebebasan untuk menyembah, menurut agama atau kepercayaannya”. Berdasarkan Pasal 1 Penjelasan atas Penetapan Presiden No. 1 Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan Agama, ada enam agama resmi yang diakui Pemerintah Indonesia, yaitu agama Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.

Selain termaktub dalam konstitusi, ketentuan mengenai kebebasan beragama juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia. Undang-Undang ini memberikan landasan normatif bahwa agama dan keyakinan merupakan hak dasar bagi setiap Warga Negara Indonesia yang tidak dapat diganggu gugat. Setiap Warga Negara Indonesia mempunyai hak untuk menganut kepercayaan atau agama sesuai yang diyakininya. Pasal 22 Undang-Undang tersebut mengatur bahwa :

1. “Setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

2. “Negara menjamin kemerdekaan setiap orang memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya, bahwa konstitusi maupun undang-undang organik sudah mengatur mengenai perlindungan

1

(2)

kebebasan beragama, namun demikian agama sebagai sebuah pluralitas di Indonesia juga mengandung potensi untuk memunculkan terjadinya perpecahan. Ada banyak faktor yang menyebabkan timbulnya perpecahan di masyarakat yang berkaitan dengan agama. Salah satu potensi untuk terjadinya perpecahan adalah ketika terjadi penistaan terhadap agama maupun ajaran-ajarannya. Persoalan mengenai penistaan atau ujaran kebencian terhadap agama semakin mendapat perhatian masyarakat dan aparat penegak hukum, baik nasional maupun internasional pasca gerakan 212 yang memprotes lambannya penegakan hukum pada Basuki Tjahaja Purnama. Pada konteks yang lebih terkini, Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 1612/Pid.B/2018/PN.Mdn dengan terdakwa Meliana menjadi sebuah isu terkini mengenai persoalan penistaan agama.

Ujaran kebencian dapat memicu terjadinya kebencian kolektif, pengucilan, penghasutan, diskriminasi, dan kekerasan. Ujaran kebencian harus dapat ditangani dengan baik karena menyangkut prinsip berbangsa dan bernegara yang berbhineka tunggal ika serta melindungi keragaman kelompok dalam bangsa ini (Muhammad Akbar,dkk, 2017: 1).

Penegakan hukum sangat diperlukan karena Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum (rechsstaat) bukan berdasarkan atas kekuasaan belaka (machsstaat). Dalam negara hukum, tiap warga negara tanpa terkecuali wajib mematuhi hukum dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor

:1612/Pid.B/2018/PN.Mdn menyatakan bahwa Meliana (44), perempuan keturunan Tionghoa asal Sumatera Utara yang mengeluhkan pengeras suara di masjid merupakan Terdakwa dalam perkara penistaan agama.

Meliana divonis 18 bulan penjara. Putusan ini menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Di satu sisi, yang pro mendukung penuh adanya putusan hakim yang demikian agar tidak terjadi penistaan agama,

(3)

sedangkan yang kontra menyayangkan adanya putusan yang demikian karena mencederai kebebasan untuk berpendapat, tidak kuatnya alat bukti dan berbagai alasan lainnya. Banyak yang mendukung Meliana dan mengecam vonis terhadapnya, namun tidak sedikit pula yang berseberangan pendapat. Kasus ini juga menyulut perhatian berbagai tokoh di Indonesia.

Adanya pro dan kontra inilah yang kemudian menjadikan penulis tertarik untuk mengkaji kasus ini dalam sebuah penelitian hukum, isu hukum demikian perlu mendapat perhatian serius karena terdapat urgensi atau hal-hal yang penting yang berkenaan dengan pengkajian kasus ini, misalnya seperti adanya konflik horizontal yang muncul ketika kasus- kasus seperti ini tidak ditangani. Alasan-alasan inilah yang kemudian penulis kaji lebih jauh agar dampak buruk atas pengabaian isu terhadap kasus semacam ini tidak terjadi. Penulis tertarik untuk meninjau lebih lanjut mengenai penegakan hukum dalam kasus ini, maka penulis ingin melakukan penelitian berdasarkan isu hukum di atas dengan judul :

“ANALISIS KONSEPSI PENISTAAN AGAMA TERHADAP PENEGAKAN HUKUM KASUS MELIANA”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mengambil beberapa permasalahan yang akan diuraikan dalam penelitian hukum ini. Adapun permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut :

1. Apa yang dicakup dalam konsepsi penistaan agama?

2. Bagaimana konsepsi penistaan agama terhadap penegakan hukum kasus Meliana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor:

1612/Pid.B/2018/PN.Mdn)?

(4)

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian pasti memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai oleh penulis. Dalam suatu penulisan hukum, tujuannya secara umum adalah untuk mendapatkan data-data hukum guna menjawab permasalahan hukum yang diangkat serta memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian. Menurut Peter Mahmud Marzuki “Penelitian hukum dilakukan untuk mencari pemecahan isu hukum yang timbul”

(Peter Mahmud Marzuki, 2011: 41). Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan objektif dan tujuan subjektif sehingga mampu mencari pemecahan isu terkait, yaitu sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

Tujuan objektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan umum yang berasal dari penelitian itu sendiri, yaitu sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dicakup dalam konsepsi penistaan agama.

b. Untuk mengetahui konsepsi penistaan agama terhadap penegakan hukum dalam kasus Meliana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor : 1612/Pid.B/2018/PN.Mdn).

2. Tujuan Subjektif

Tujuan Subjektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari pribadi penulis sebagai dasar dalam melakukan penelitian, yaitu sebagai berikut:

a. Untuk menambah wawasan, pengetahuan dan pemahaman penulis dalam bidang ilmu hukum pada umumnya dan di bidang hukum acara pidana pada khususnya.

b. Untuk memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar akademik sarjana dalam bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian dari penulisan hukum ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi penulis sendiri maupun bagi pihak lain. Manfaat dari penelitian ini dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Ilmu Hukum pada umumnya dan di bidang Hukum Acara Pidana pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini dapat memperkaya referensi dan literatur dalam kepustakaan Hukum Acara Pidana dan dapat digunakan sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian sejenis pada tahap berikutnya.

c. Hasil penelitian ini dapat memberikan pemecahan atau solusi sesuai dengan permasalahan yang diteliti.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat memberikan jawaban atas permasalahan- permasalahan yang diteliti.

b. Hasil penelitian ini menjadi wadah bagi penulis dalam mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis, dan untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan Ilmu Hukum yang telah diperoleh selama proses belajar di bangku perkuliahan.

c. Hasil penelitian ini menjadi masukan atau sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan yang diteliti dan juga bagi berbagai pihak yang berminat pada permasalahan yang sama.

(6)

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum (legal research) adalah menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum yang sesuai norma hukum dan adakah norma yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 47). Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam ilmu hukum, bukan sekedar know-about. Sebagai kegiatan know-how, penelitian hukum dilakukan untuk memecahkan isu hukum yang dihadapi. Dibutuhkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah hukum, melakukan penalaran hukum, menganalisis masalah yang dihadapi dan kemudian memberikan pemecahan atas masalah tersebut (Peter Mahmud Marzuki, 2011: 60).

Dalam suatu penelitian hukum diperlukan metode penelitian guna menunjang hasil penelitian dan mencapai tujuan dari penelitian hukum tersebut. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan hukum ini adalah penelitian hukum doktrinal atau normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka. Menurut Peter Mahmud Marzuki, penulisan doktrinal (doctrinal research) adalah suatu proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka (library based) yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan hukum primer dan sekunder sehingga penulisan hukum akan mampu menghasilkan argumentasi teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2014:

55-56).

(7)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian hukum normatif dengan menggunakan buku-buku, jurnal, artikel dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan penistaan agama dan yang berkaitan dengan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Meliana.

2. Sifat Penelitian

Penelitian hukum ini bersifat preskriptif dan teknis atau terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan, ilmu hukum menentukan standar prosedur ketentuan- ketentuan rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 41-42).

3. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian hukum, pendekatan-pendekatan yang digunakan adalah pendekatan undang-undang (statute approach), pendekatan kasus (case approach), pendekatan historis (historical approach), pendekatan komparatif (comparative approach), dan pendekatan konseptual (conseptual approach) (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 133).

Pendekatan yang relevan dengan penulisan hukum ini adalah pendekatan kasus (case study). Pendekatan kasus (case study) dilakukan dengan cara melakukan telaah terhadap kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap, yaitu dalam hal ini menggunakan pendekatan kasus (case study), yang menjadi kajian pokok adalah ratio decidendi yaitu pertimbangan pengadilan untuk sampai kepada suatu putusan, baik untuk keperluan praktik maupun kajian akademis. Ratio decidendi merupakan referensi bagi penyusun

(8)

argumentasi dalam pemecahan isu hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 134).

Pendekatan kasus (case approach) dalam penelitian normatif bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum, terutama mengenai kasus-kasus yang telah diputus sebagaimana yang dapat dilihat dalam yurisprudensi terhadap perkara-perkara yang menjadi fokus penelitian (Johny Ibrahim, 2006: 321).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Penelitian hukum tidak mengenal istilah data, namun dikenal dengan istilah bahan hukum. Sumber-sumber penelitian hukum dapat dibedakan menjadi sumber-sumber penelitian yang berupa bahan- bahan hukum primer dan bahan-bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif, artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan resmi atau risalah dalam pembuatan undang-undang dan putusan-putusan hakim. Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku- buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum dan komentar- komentar atas putusan pengadilan (Peter Mahmud Marzuki, 2014:

181).

Bahan-bahan hukum yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bahan Hukum Primer

1.) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

2.) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

(9)

3.) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

4.) Undang-Undang Nomor 1 Penetapan Presiden Tahun 1965 tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama.

5.) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

6.) Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor:

1612/Pid.B/2018/PN.Mdn.

b. Bahan Hukum Sekunder 1.) Buku-buku teks;

2.) Makalah-makalah dan hasil karya ilmiah para sarjana;

3.) Jurnal hukum;

4.) Bahan dari media internet serta sumber-sumber lainnya yang memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini.

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum merupakan cara yang digunakan untuk memperoleh bahan hukum yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus maka menggunakan pengumpulan bahan hukum yang berupa putusan- putusan pengadilan mengenai isu hukum yang dihadapi dan memiliki kekuatan hukum tetap (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 238).

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan penulis dalam pengumpulan bahan adalah studi dokumen atau studi kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan bahan ini dilakukan dengan cara membaca, mempelajari, mengkaji, dan menganalisis bahan-bahan hukum (bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tertier) dengan menyesuaikan

(10)

permasalahan yang dikaji oleh penulis. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori yang berhubungan dengan penelitian hukum yang dikaji penulis.

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Analisis bahan hukum merupakan tahapan yang dilakukan penulis dengan mengidentifikasi, menguraikan bahan hukum yang diperoleh untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang akan diteliti. Penulis menggunakan teknik analisis bahan hukum dengan metode silogisme. Artinya bahwa analisis bahan hukum ini mengutamakan pemikiran secara logika sehingga akan menemukan sebab dan akibat yang akan terjadi, melalui pola berpikir deduktif atau deduksi. Pola pikir deduktif terdapat dua premis yaitu premis mayor adalah aturan hukum dan premis minor adalah fakta hukum. Dari kedua hal tersebut kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan atau konklusi. Dalam logika atau silogistik, penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum (Peter Mahmud Marzuki, 2014: 89-90).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika penulisan hukum diperlukan untuk mempermudah penulis dalam melakukan penelitian. Oleh sebab itu, penulis memberikan gambaran mengenai hal yang akan ditulis oleh penulis. Penulisan hukum ini dibagi menjadi 4 (empat) dan setiap bab terdiri dari sub-bab yang menjelaskan lebih rinci tentang pemecahan masalah dalam penelitian ini.

Adapun sistematika penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum.

(11)

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menguraikan mengenai kerangka teori dan kerangka pemikiran. Dalam kerangka teori, penulis menguraikan Tinjauan tentang Penistaan Agama dalam Ruang Lingkupnya sebagai Delik dan Tinjauan tentang Penegakan Hukum dalam Aspek Religiustitas. Kemudian mengenai kerangka pemikiran berisikan gambaran alur berfikir dari penulis berupa konsep yang akan dijabarkan dalam penelitian ini.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, penulis akan menguraikan dan menyajikan pembahasan berdasarkan rumusan masalah, yaitu hal-hal yang dicakup dalam konsepsi penistaan agama dan konsepsi penistaan agama terhadap penegakan hukum kasus Meliana.

BAB IV : PENUTUP

Pada bab ini, penulis mengemukakan simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan serta memberikan saran atau rekomendasi terkait dengan permasalahan yang penulis teliti.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap terhadap perilaku, norma subyektif, dan kontrol perilakuan yang dirasakan terhadap niat diet rendah lemak

Adapun pengumpulan data melalui catatan atau dokumentasi ini, yaitu yang berkaitan dengan metode dakwah yang digunakan LDII dalam membina moral remaja LDII di Desa Mlati

Berangkat dari permasalahan produktifitas, beberapa alternatif seperti kegiatan pemuliaan pohon, perbaikan teknik silvikultur, perbaikan teknik penyadapan dan perbaikan

Diskusi adalah suatu metode yang biasanya digunakan oleh sebagian besar pendidik untuk meningkatkan keberanian dan keaktifan serta kepercayaan diri siswanya. Karena melalui

Pengelompokan tersebut mencerminkan 72% dari keseluruhan data hasil pengamatan, sedangkan pengelompokan berdasarkan 100% data dapat ditunjukan oleh dendrogram, tetapi jumlah

Kedung Kendo Sidoarjo. Skripsi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Saintifik pada Mata D iklat D asar Pola.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP