• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( STUDI KASUS DI SMP MUHAMADIYAH 01 PROGRAM KHUSUS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20162017 ) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IMPLEMENTASI KONSEP HUMANIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( STUDI KASUS DI SMP MUHAMADIYAH 01 PROGRAM KHUSUS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 20162017 ) SKRIPSI"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

i

IMPLEMENTASI KONSEP HUMANIS

DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

( STUDI KASUS DI SMP MUHAMADIYAH 01

PROGRAM KHUSUS BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017 )

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

NUR ARIFIN

NIM : 11113260

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segenap rasa syukur kepada Allah SWT, Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua (Ayahku Mahmudi dan Ibuku Basiroh) yang selama ini telah memberikan segalanya kepada ku, berupa kasih sayang, do‟a, nasihat, saran, semangat, materi, dan pengorbanan hingga aku bisa seperti sekarang ini.

2. Adik ku tersayang Tri Mulyani yang sangat sabar dan tiada henti memberikan dukungan dan bantuan atas terselesainnya skripsi ini. Dan semua keluarga yang telah memberikan semangat dan dukungan padaku. 3. Bapak Sutrisna, M. Pd selaku dosen pembimbing Skripsi saya, yang telah

meluangkan waktu dan fikirannya untuk membimbing saya menyelesaikan karya kecil ini.

4. Kawan-kawan ku seperjuang skripsi yang di bimbing Bapak Sutrisna, M.Pd, yang telah berjuang bersama menyelesaikan skripsi masing-masing.

Seluruh saudara, sahabat, kawan, dan teman-teman yang tidak dapat saya sebut satu persatu, yang telah memotivasi dan memberikan segenap semangat dan

(7)

vii MOTTO

“ING NGARSA SUNG TULADHA

ING MADYA MANGUN KARSA

TUT WURI HANDAYANI”

(8)

viii KATA PENGANTAR

ِميِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Segala puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali. Skripsi ini sebagai salah satu syarat dari IAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Untuk mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Tidak lupa sholawat serta salam selalu penulis haturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang kita nantikan syafa‟atnya di dunia maupun di akhirat kelak.

Dalam penelitian skripsi ini penulis telah dibantu banyak pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan IAIN Salatiga

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga

4. Bapak Sutrisna, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberi bimbingan, dorongan, motivasi, dan inspirasi dalam skripsi ini

5. Bapak Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberi nasehat, arahan, dan motivasi kepada penulis selama proses perkuliahan

6. Ibu Eka Purwatiningsih, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali yang telah memberi izin untuk penelitian

(9)

ix 8. Bapak/Ibu Guru SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali 9. Bapak/Ibu Karyawan dan Staff SMP Muhammadiyah 01 Program

Khusus Boyolali

10.Segenap Siswa Siswi SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali

11.Teman-teman Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan khususnya Jurusan PAI angkatan 2013

12.Segenap Anggota Tim Futsal Rebonan Fc

Akhirnya dengan kerendahan hati diharapkan agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Penulis menyadari bahwa penyususnan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis menharapkan kritik dan sasaran yang bersifat membangun.

Salatiga, 15 September 2017

(10)

x ABSTRAK

Arifin, Nur. 2017. Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Di SMP

Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali).

Pembimbing: Sutrisna, M.Pd.

Kata Kunci: Konsep Humanisme , Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Penelitian ini dilatarbelakangi dari banyaknya siswa yang bersekolah di lembaga pendidikan ini yang berasal dari anak-anak kurang beruntung, seperti: yatim piatu, anak dari broken home, anak yang sengaja dititipkan orangtuanya di panti asuhan dan anak-anak kurang mampu yang memang tinggal di panti asuhan. Dalam tatanan pendidikan tidak boleh membeda-bedakan siswa baik dari segi apapun. Siswa harus memperoleh haknya sebagai peserta didik dan diperlakukan sebagai manusia seutuhnya, yang terpenuhi akan hak dan kewajibannya.

Berdasarkan hal itu penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah berikut: 1) bagaimana implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran PAI?, 2) apa sajakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran PAI? Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis menggunakan metode triangulasi.

Implementasi konsep humanisme dalam pembelajaran agama Islam berupa diskusi, pendampingan, dan pembinaan. Masing-masing dari ketiga hasil tersebut terintegrasi dengan indikator konsep humanisme dan pendidikan agama Islam. sedangkang faktor pendukungnya adalah, kekreatifitasan dan kemajuan anak berfikir mengikuti perkembangan zaman dan perhatian serta dukungan dari komite sekolah. Adapun faktor penghambatnya ialah kurang jumlah guru pendidikan agama Islam, kurangnya pemahaman mengenai konsep humanisme,

(11)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... .. i

HALAMAN PERSETUJUAN ... . ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... . v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK ... ix

DAFTAR ISI ... . x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 10

C.Tujuan Penelitian ... 10

D.Manfaat Penelitian ... 11

E. Penegasan Istilah ... 11

F. Metode Penelitian ... 15

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 15

2. Kehadiran Peneliti ... 15

(12)

xii

4. Waktu Penelitian ... 16

5. Sumber Data ... 17

6. Teknik Pengumpulan Data ... 19

7. Tahap-tahap Penelitian ... 21

8. Teknik Analisis Data ... 21

G.Sistematika Penulisan ... 24

BAB II KAJIAN TEORI A.Konsep Humanisme ... 26

1. Pengertian Konsep Humanisme ... 26

2. Pengertian Konsep Humanisme Religius ... 31

3. Ruang Lingkup Konsep Humanisme ... 33

B.Konsep Pendidikan Agama Islam ... 42

1. Pendidikan ... 42

2. Pendidikan Agama Islam ... 43

3. Indikator Pendidikan Islam ... 44

4. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 48

5. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 51

6. Komponen Pendidikan Agama Islam ... 53

C.Hubungan Konsep Humnisme dan Pendidikan Islam ... 61

D.Implementasi Konsep Humanisme Dalam Pendidikan Islam ... 62

(13)

xiii

1. Sejarah dan Perkembangan ... 68

2. Letak Gegrafis Objek Penelitian ... 71

3. Identitas Sekolahan ... 71

4. Struktur Organisasi ... 72

5. Kurikulum ... 73

6. Keadaan Siswa ... 73

7. Keadaan Guru dan Karyawan ... 74

8. Sarana dan Prasarana ... 74

B. Temuan Data ... 76

1. Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ...76

2. Faktor Pendukung Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 81

3. Faktor Penghamabat dalam Penerapan Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... 83

BAB IV PEMBAHASAN A.Konsep Humasnisme Dalam Pembelajaran Agama Islam ... ... 84

B.Konsep Agama Islam dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ... ... 77

(14)

xiv BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan... ... ... 143 B.Saran-saran ... 144

DAFTAR PUSTAKA

(15)

xv DAFTAR TABEL

(16)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Daftar Riwayat Hidup Surat Tugas Pembimbing Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian Daftar Nilai SKK

Pendik SMP Muhammadiyah 01 PK Boyolali

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbicara soal pendidikan adalah sesuatu yang tak berujung. Karena pendidikan sendiri merupakan proses tanpa akhir (never ending process), ada pula ungkapan pendidikan sepanjang hidup (long life education). Ungkapan-ungkapan di atas menunjukkan betapa pentingnya pendidikan bagi seseorang. Orang dapat hidup dengan layak di dunia ini manakala mempunyai pendidikan yang cukup baik, dan orang akan hidup menderita manakala tingkat pendidikannya rendah.

(18)

2 Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Berdasarkan undang-undang sisdiknas diatas, maka salah satu tujuan di selenggarakannya sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi dalam diri anak agar menciptakan kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia dan yang lainnya. Pemerintah dalam mewujudkan hal tersebut haruslah mampu meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan. Pemerintah tidak akan bisa mewujudkan tujuan tersebut jika dalam peningkatan mutu pendidikan mengalami beberapa hambatan. Adapun salah satu hambatan itu adalah kurang seimbangnya pengembangan antara pendidikan umum dan pendidikan agama. karena pada dasarnya pendidikan umum dan pendidikan agama harus berjalan secara seimbang.

(19)

3

to learn). Materi pembelajaran hendaknya dapat memberikan suatu pelajaran alternatif kepada peserta didiknya (learning to do) dan mampu memberikan motifasi untuk hidup dalam era sekarang dan memiliki orientasi hidup ke masa depan (learning to be). Pembelajaran tidak cukup hanya diberi dalam bentuk keterampilan untuk dirinya sendiri, tetapi juga keterampilan untuk hidup bertetangga, bermasyarakat, tidak ada perbedaan diantaranya (learning to live together).

Keempat pilar diatas harus senantiasa di kembangkan dalam pembelajaran umum maupun pembelajaran agama. Jika dapat memecahkan hambatan dalam peningkatan mutu pendidikan, maka niscaya pendidikan akan mampu menciptakan manusia yang unggul dan menguasai IPTEK dan IMTAQ.

Berkaitan pengembangan IMTAQ dan akhlak mulia maka perlu dikaji lebih lanjut peran pendidikan agama, sebagaimana dirumuskan dalam Undang- Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 bahwa : Pendidikan Keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan menjadi ahli agama.

(20)

4 langsung dalam proses penyampaian materi atau saat proses belajar mengajar.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam senantiasa selalu mendapatkan kritik dan selalu diragukan efektifitas pembelajarannya oleh berbagai pihak, antara lain : orang tua, sekolah maupun masyarakat pada umumnya. Padahal Pendidikan Agama Islam merupakan suatu mata pelajaran yang diyakini oleh semua pihak sebagai salah satu mata pelajaran yang berfungsi untuk memperbaiki kondisi moral generasi masa depan. Selain itu pendidikan agam Islam merupakan mata pelajaran yang mampu mewujudkan peserta didik yang berkepribadian baik sesuai nilai-nilai ajaran Islam.

Sesungguhnya esensi dari pendidikan agama Islam terletak pada kemampuannya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa dan dapat tampil sebagai

kholifatullah fi al ardh, dan esensi ini menjadi acuan terhadap metode pembelajaran untuk mencapai tujuan yang maksimal.

(21)

5 demikian, sangat sulit mengharapkan siswa sadar dan mau mengamalkan ajaran agama.

Oleh karena itu, kita harus mulai melaksanakan strategi pendidikan agama Islam dengan menggunakan metode penyampaian yang menyenangkan dan tidak mengekang serta tidak melupakan “belajar

berfikir” pada peserta didik, agar materi yang disampaikan pun dapat

mengenai sasaran. Selain itu, materi-materi yang disampaikan kepada peserta didik juga tidak boleh keluar dari koridor nilai-nilai agama Islam yang menjadi tujuan dari agama itu sendiri.

Maka dari itu sudah saatnya kita harus membongkar model pendidikan agama Islam yang masih mengikuti “gaya lama” yang hanya menuntut peserta didik untuk “selalu patuh” dan tidak memberikan

kebebasan untuk bersikap kritis dan rasional menuju kepada pendidikan agama Islam yang mencerdaskan, memerdekakan, dan memanusiakan, sehingga pendidikan agama Islam yang humanis akan terwujud.

(22)

6 SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali ini adalah suatu lembaga pendidikan yang sebagian besar muridnya adalah anak-anak yang tinggal di panti asuhan (yayasan). Ada yang berasal dari anak yang ditinggal orang tuanya berpisah (broken home), anak yatim piatu, dan yang lainnya. anak-anak seperti inilah yang harus mendapatkan perlakuan khusus dari pendidik yang ada di suatu lembaga pendidikan (dalam hal ini SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali), notabennya anak seperti itu cenderung untuk melawan, membrontak dan susah di atur. Di karenakan sebelum anak mengenal suatu lembaga pendidikan, anak hanya di suguhi dengan kejadian-kejadian yang seharusnnya mereka belum patut unuk mengetahuiinya. Misalnya ; anak yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home), setiap hari anak selalu di hadapkan pada suatu pertengkaran kedua orang tuannya, yang terkadang juga melakukan adegan fisik. Itu semua adalah konsumsi anak yang seharusnya anak belum waktunya untuk mengatahuiinya. Berawal dari itulah pola pikir anak tersimpan sebuah memori yang berupa kekerasan yang terjadi keluarganya adalah suatu hal yang selalu dia ingat dalam benak pikirannya, bukan kasih sayang.

(23)

7 kurang bisa menerapkan sosialisasi yang baik terhadap orang-orang di sekitarnya. Anak-anak yang seperti ini sering di jadikan sasaran orang menjulukinya sebagai orang yang nakal dan tidak baik. Dari julukan-julukan inilah yang kemudian menjadikan anak-anak ini menjadi kurang menghargai dan menghoramati orang lain di sekelilingnya, serta dari kurannya perhatian orang tua dan kurangya pendidikan anak-anak ini belum bisa memaksimalkan potensi dirinya sendiri.

Terlepas dari itu semua anak-anak yang hidup di panti asuhan tersebut juga memerlukan sebuah pendidikan, baik pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan. Sebab dikhawatirkan jika anak-anak itu tidak medaptkan sebuah pendidikan, maka akan menjadi anak yang lemah. Baik lemah dalam pendidikannya maupun lemah dalam sikap sosialnya. Seperti firman Allah SWT berikut ;

QS. An –Nisa‟ [4] : 9

ْلَ ف ْمِهْيَلَع اوُفاَخ اًفاَعِض ًةَّيِّرُذ ْمِهِفْلَخ ْنِم اوُكَرَ ت ْوَل َنيِذَّلا َشْخَيْلَو

َهَّللا اوُقَّ تَي

اًديِدَس لاْوَ ق اوُلوُقَ يْلَو

Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

(24)

8 persoalan ini. Terutama dalam bimbingan agama harus diberikan secara , agar menjadi pribadi yang baik.

Sifat dan karakter anak yang berbeda-beda juga akan menghasilkan tindakan yang berbeda pula, entah itu di tingkah laku sosial maupun tingkah laku pribadinya. Tingkah laku sosial anak yang berasal dari lingkungan yang kurang baik (broken home dan jalanan ) akan berbeda dengan tingkah laku anak yang berasal dari lingkungan yang baik. Tingkah laku sosial anak, seperti saling menghormati, tolong menolong, menjunjung tinggi hak dan kewajiban seseorang, dan yang lainnya itu juga harus di kembangakan. Oleh karena itu, pendidikan yang di berikan kepada anak-anak di sekolahan ini tidak hanya pendidikan umum saja. Namun, juga di berikan pendidikan agama dan pendidikan humanistik.

Dengan demikian, dengan adanya pendidikan humanistik yang dijelaskan bahwasannya konsep humanisme religius menurut Abdurrrahman Mas‟ud adalah sebuah konsep keagamaan yang

menempatkan manusia sebagai manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan

hablum minannas. Yang jika konsep ini diimplementasikan dalam praktek dunia pendidik Islam akan berfokus pada akal sehat (common sense),

(25)

9 Pada dasarnya guru sudah sangat berusaha untuk menanamkan konsep humanis dalam pendidikan agama Islam pada diri siswa. Namun karena perbedaan dari latar belakang dari setiap anak mungkin guru di tuntut untuk mengembangkan cara ataupun metode supaya konsep hmanis itu bisa diterapkan oleh setiap anak tanpa melihat dari mana dia berasal.

Dengan adanya pengimplementasian mengenai konsep humanis ini guru sangat berharap peserta didiknya bisa memaknai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bisa menunjukan rassa tanggung jawab terhadap sesama, bisa saling menghormati dan menjunjung nilai-nilai pluralisme adalah sebuah keuntungan yang di munculkan dalam pengimplemetasian konsep humanis ini. Namun juga dapa menimbulkan kekurangan berupa kesulitan dalam upaya pengimplementasian konsep ini terhadap anak yang sulit di atur dan egois terhadap dirinya.

Berangkat dari permasalahan itu maka penulis berkeinginan untuk mengamati lebih dekat tentang bagaimana Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajran Pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali tersebut. Oleh karena itu dari hal tersebut penulis mengadakan sebuah penelitian dengan judul “IMPLEMNTASI KONSEP HUMANIS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM (STUDI KASUS DI SMP MUHAMMADIYAH 01

PROGRAM KHUSUS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

(26)

10

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pokok latar belakang di atas, maka penulis dapat memfokuskan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana implementasi konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017?

2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implmentasi konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali tahun 2016/2017? C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajran Pendidikan agama Islam pada di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.

(27)

11 D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan atau manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat dalam bidang pendidikan dan pembelajaran, khususnya pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan masalah ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Sekolah tempat penulis mengadakan penelitian dalam mengatasi permasalahan pembelajaran Pendidikan Agama Islamdan bagi guru PAI di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali, dapat memberikan bahan masukan dan sumbangan pikiran bagi guru tentang konsep pendidikan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam. E. Penegasan Istilah

Untuk mempertegas pengertian tentang judul “Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajran Pendidikan agama Islam (Studi Kasus Di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali)”, dan demi

(28)

12 1. Implementasi

Implementasi secara sederhana diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapam (Poerwadarminto, 1985:374). Dalam konteks kurikulum, implementasi merupakan desain yang mencakup aktifitas pengajaran dalam bentuk interaksi antara guru dan siswa dibawah naungan sekolah (Nurdin dan Usman, 2003:72).

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (mulyasa, 2003: 93).

Implementasi dalam hal ini adalah penerapan konsep humanis dalam pendidikan agama Islam.

2. Humanis

Humanis berasal dari kata “human” (Echols dan Sadly, 1992:313)

(Inggris) yang berarti manusiawi. Menurut Budiona dalam Kamus Ilmiah Populer Internasional, menyebutkan bahwa human berarti mengenai manusia, cara manusia. Sedangkan humanis berarti seorang yang human, penganut ajaran humanisme. Humanisme adalah suatu doktrin yang menekankan kepentingan kemanusiaan (Budiona, 2005:228).

(29)

13 2004:142). Kaitannya dengan hal tersebut, penulis ingin mempergunakan nilai-nilai humanisme dalam pendidikan agama Islam yang selama ini masih terkesan jarang digunakan dalam dunia pendidikan kita. Dalam pendidikan kita lebih banyak melihat bagaimana manusia hanya dijadikan sebagai seseorang yang tidak tahu apaapa, sedangkan dalam Islam sendiri diajarkan bagaimana manusia harus menghormati hak orang lain termasuk dalam pendidikan.

3. Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk pembelajaran siswa dalam belajar bagaimana memperoleh dan memproses pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (Dimyati dan Mudjiono, 1999:157).

Sedangkan menurut Sutikno, (2007: 50) Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukanoleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah membelajarkan siswa.

4. Pendidikan agama Islam

(30)

14 penggunaan pengalaman, dibarengi tuntutan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional (Majid dan Andayani, 2004:130).

Pendidikan agama Islam adalah upaya membuat peserta didik dapat belajar, butuh belajar, terdorong belajar dan tertarik untuk menerus mempelajari agama Islam baik untuk kepentingan mengetahui bagaimana cara beragama yang benar, maupun mempelajari Islam sebagai pengetahuan (Tafsir, 2001:18). Jadi pembelajaran PAI yang dimaksud penulis dalam skripsi ini adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan dengan sadar terhadap seseorang, baik perkembangan jasmani maupun rohani berdasarkan ajaranajaran Islam, agar kelak setelah memperoleh pembelajaran PAI, setiap peserta dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam, serta terbentuknya kepribadian muslim yang memiliki sikap dan perbuatan berdasarkan nilai-nilai Islam serta sebagai way of life.

Dalam penelitian ini Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran yang meliputi aspek al-Qur‟an, Hadits, Aqidah, Akhlaq, Fiqih/Ibadah, dan Tarikh.

5. SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali

(31)

15 yang berada di daerah Pusung, Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian ini disebut juga dengan metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadirannya peneliti tidak begitu mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti sendiri. (Sugiyono, 2015:14-15)

Pendekatan diskriptif adalah pendekatan penelitian yang berusaha mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan sistematis, faktual, akurat, mengenai faktor-faktor, sifa-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki kehadiran Peneliti.

2. Kehadiran Peneliti

(32)

16 Sedangkan instrumen pengumpulan data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat dan berupa dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang keabsahan hasil penelitian namun berfungsi sebagai instrumen pendukung. Oleh karena itu, kehadiran peneliti secara langsung di lapangan sebagai tolak ukur keberhasilan memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau sumber data lainnya di sini mutlak diperlukan.

3. Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali yang berada di Jalan Kemuning No. 32 Pusung, Boyolali, Jawa Tengah. Adapun peneliti memilih lokasi penelitian tersebut di karenakan di lokasi ini banyak siswanya yang berasal dari latar belakang yang berbeda-beda dan mempunyai tingkah laku serta sifat yang berbeda-beda pula. Sehingga sangat cocok untuk menjadi bahan penelitian. Selain itu di lokasi penelitian ini juga terdapat mata pelajaran agama Islam secara khusus, yang terbagi menjadi beberapa sub mata pelajaran, yang di antaranya Tarikh, Aqidah Akhlak, Ibadah, dan Al Qur‟an.

4. Waktu Penelitian

(33)

17 5. Sumber Data

Dalam penelitian ini, sumber data dibedakan menjadi dua macam, yaitu :

a. Data primer

Menurut Sugiyono data primer adalah data yang dapat diperoleh langsung dari lapangan atau tempat penelitian dan juga sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. (2006: 137). Hal ini tercermin dengan adanya kata-kata dan tindakan yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati atau mewancarai. Data Primer Penenliti menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi tentang Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.

Adapun data primer dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, dewan guru dan guru PAI. Adapaun daftar responden/narasumbernya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1

Daftar Identitas Responden atau Informan

No Nama Jabatan Ket

1 EP Kepala Sekolah

+ Gurur BP/BK

-

2 WPR Guru Mapel PAI -

(34)

18

4 KSJ Wali kelas VIII -

5. SGY Wali Kelas IX -

b. Data sekunder

Adalah jenis data yang diperoleh atau berasal dari bahan-bahan kepustakaan. Data ini berupa dokumen, buku, majalah, jurnal, dan yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat penemuan penemuan dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui studi pustaka dan wawancara langsung kepada siswa, yang bersinggungan dengan Implementasi Konsep Humanis Dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.

Adapun data sekunder dalam penelitian ini adalah perwakilan siswa kelas VII, VIII, IX sebagai berikut:

Tabel 1.2

Daftar Identitas Responden atau Informan

1 ATD Siswa Kelas VII

2 NTR Siswa Kelas VII

3 SA Siswa Kelas VII

4 AYW Siswa Kelas VIII

5 WKN Siswa Kelas VIII

6 FS Siswa Kelas VIII

7 MF Siswa Kelas IX

(35)

19

9 FAA Siswa Kelas IX

6. Teknik Pengumpulan Data

Yaitu membicarakan tentang bagaimana cara peneliti mengumpulkan data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :

a. Metode observasi

Yaitu cara pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatn dengan sistematika tentang fenomena-fenomena yang diselidiki, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku dan makna perilaku tersebut (Arikunto, 1998:146).

Metode ini penulis lakukan dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui strategi pembelajaran guru dalam melakukan kegiatan yang berkaitan

b. Metode wawancara (interview)

(36)

20 mewawancari beberapa komponen pendidikan tersebut, penulis berharap bisa mendapatkan data yang penulis inginkan.

Wawancara yang digunakan peneliti adalah wawancara terstruktur yakni peneliti melakukan wawancara dengan membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan terperinci sesuai dengan informasi yang ingin didapatkan kepada para narasumber atau responden.

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan melalui penelusuran dokumen yang dapat berupa buku, majalah, notulen rapat, kitab, undang-undang, dan lain-lainnya. Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan (Moleong, 2011: 217). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi dan keadaan obyek peneliti serta memberikan gambaran secara umum tentang obyek penelitian tentang pengimplementasian konsep humanis dalam pembelajaran PAI di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.

(37)

21 7. Tahap-tahap Penelitian

a. Tahap pra-lapangan

Dalam tahap ini, yang dilakukan peneliti adalah menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, memilih dan memanfaatkan informan, serta menyiapkan perlengkapan penelitian.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Peneliti melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dan melihat secara seksama, lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

c. Tahap analisis data

Dalam hal ini peneliti mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode, dan mengategorikan data yang sudah diperoleh.

8. Teknik Analisis Data

(38)

22 kondisi latar belakang penelitian secara menyeluruh dan data tersebut ditarik suatu temuan penelitian.

Dalam penelitian kualitatif dikenal dengan dua strategi analisis data yang sering digunakan bersama-sama atau terpisah, strategi tersebut adalah analisis deskriptif kualitatif dan verifikasi kualitatif. Adapun dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif yang berupa kata-kata atu paragraf yang dinyatakan dalam bentuk narasi yang bersifat deskriptif mengenai peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam lokasi penelitian. Dalam analisis data penelitian memberikan gambaran secara menyeluruh tentang pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.

Adapun langkah-langkah teknik analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Pengumpulan data

Kegiatan analisis data selama pengumpulan data dimulai setelah peneliti memahami fenomena-fenomena yang sedang diteliti dan setelah mengumpulkan data yang dapat dianalisis.

b. Reduksi data

(39)

23 gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutmya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2015:338).

c. Penyajian data

Rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis atau menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberikan kemungkinan ketika dibaca akan mudah dipahami tentang berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk membuat analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahamannya tersebut.

d. Verifikasi

Penarikan kesimpulan atau verifikasi yaitu suatu upaya untuk berusaha mencari kesimpulan dari permasalahan yang diteliti, dari data penelitian yang sudah dianalisis dapat diambil kesimpulan serta menverifikasi data tersebut dengan cara menelusuri kembali data yang telah diperoleh (Suprayoga, 2001:192-197).

e. Triangulasi data

Dalam penelitian ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan tersebut yaitu triangulasi. Triangulasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini antara lain :

1. Triangulasi Sumber Data

(40)

24 Triangulasi sumber data juga membandingkan data-data yang diperoleh informan satu dengan informan yang lainnya dan mengecek kebenaran dan kepercayaan suatu informasi (Meleong, 2009 :330).

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dan metode yang sama (Meleong, 2009:331).

G. Sistematika Penulisan

Untuk mrndaptakn uraian secara jelas, maka penulis menyususn skripsi ini menjadi lima bagian (bab), yang secara sistematis adalah sebagai berikut:

BAB I : Pada bab ini penulis mendiskripsikan secara umum dan menyeluruh tentang skripsi ini, di mulai dari Latar Belakang Masalah, fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penengasan Istilah, Metode Penelitian (mencakup : jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan), dan sistematika penulisan.

(41)

25 BAB III : Pada bab ini penulis akan memparkan hasil penelitian lapangan yang meliputi gambaran umum tentang objek penelitian, dan metode penelitian.

BAB IV : Pada bab ini membahas mengenai paparan data yang diperoleh dan analisis data mengenai implementasi konsep humanis pada pendidikan agama Islam di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali.

(42)

26 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Humanisme

1. Pengertian Konsep Humanisme

Humanis berasal dari kata Human (Echols, 1998: 326) (Inggris) yang berarti manusia. Menurut Budiono, dalam Kamus ilmiah populer Internasional, menyebutkan bahwa Human berarti mengenai manusia, cara manusia, sedangkan humanis sendiri berarti seorang yang human, penganut ajaran humanisme. Sedangkan Budiono (2005: 228) memaparkan, humanisme sendiri adalah suatu doktrin yang menekankan kepentingan manusia dan ideal (humanisme di zaman Renaissan didasarkan pada peradaban Yunani purba. Sedangkan humanisme modern menempatkan manusia secara eksklusif). Sedangkan dalam kamus besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa human : bersifat manusiawi, (seperti manusia yang dibedakan dengan binatang jin, dan malaikat) berperikemanusiaan, baik budi, dan sebagainya.

(43)

27 berhak mendapatkan perlakuan yang santun dan manusia tidak boleh merusak.

Sedangkan Baedhowi (2008: 79) menjelaskan, aliran humanisme mengajarkan bahwa manusia adalah sama, bagian dari dunia dan ciptaan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara golongan kaya dan miskin, atasan dan bawahan, laki-laki dan perempuan. Semua manusia adalah saudara, karenanya harus saling mengasihi.

KBBI (1994: 361), Humanis adalah orang yang mendambakan dan memperjuangkan terwujudnya pergaulan hidup yang lebih baik berdasarkan asas-asas kemanusiaan, pengabdi kepentingan sesama umat manusia (1), penganut paham yang menganggap manusia sebagai objek terpenting (2), penganut paham humanisme (3).

Baharudin (2007: 107) mengungkapkan, karena sesungguhnya manusia dilahirkan dengan membawa banyak potensi yang bisa dikembangkan (fitrah) seperti yang kita ketahui bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan tanpa mengetahui sesuatu apapun. Namun demikian, manusia dibekali alat untuk mencapai pengetahuan, seperti indra pendengaran, indra pengelihatan, dan hati.

(44)

28 untuk memperbaiki spesiesnya. Ali Syariati dalam Basri, (2009: 116) Sejalan dengan pandangan berbagai aliran pemikiran mengenai manusia yang berkembang dewasa ini, yang menganggap manusia sebagai jati diri atau sejenis itu, dan itu diklaim sesuai dengan pandangan aliran masing-masing, kita bisa menghimpun suatu definisi dengan menganggapnya sebagai dasar yang telah disepakati bersama guna memulai pembahasan kita.

Dapat ditarik sebuah kesimpulan dari beberapa definisi humanisme diatas, yaitu, humanisme adalah sutu konsep atau teori yang membahas mengenai manusia dan tujuan hidup manusia serta hak dan kewajiban manusia di muka bumi ini. Karena manusia dilahirkan di bumi ini dengan membawa potensi dirinya, dan potensi itulah yang nantinya di kembangkan dalam diri manusia untuk menjadikan manusia yang sebenarnya. Pengemabngan potensi yang di miliki manusia seyogyanya melalui sebuah pendidikan, agar potensi itu terarah dalam perkembangannya.

(45)

29 dikembangkan melalui pendidikan yang benar-benar memanusiakan manusia (pendidikan humanis). Tujuan utamanya adalah kemanusiaan, yang bersifat normatif dan berkepribadian. Kepribadian yang dikembangkan adalah kepribadian yang utuh, terintegrasi dan terpadu dengan nilai sosio-kultural. Dan kepribadian itu sendiri dapat diamati dari tingkah laku dan pengalamannya. Sasaran pokok pendidikan humanis adalah membantu keluarga, masyarakat, dan warga negara yang baik, yang memiliki jiwa demokratis, bertanggung jawab, meiliki harga diri, kreatif, rasional, objektif, tidak berprasangka, mawas diri terhadap perubahan dan pembaharuan serta mampu memanfaatkan waktu senggang secara efeektif.

Rahman (2011: 78) menjelaskan bahwa pendidikan sebagai proses pemanusiawian manusia (humanisasi) bersumber dari pemikiran humanisme. Hal ini sejalan dengan makna dasar humanisme sebagai pendidikan manusia. Sistem pendidikan dalam Islam yang dibangun atas dasar nilai-nilai humanistik sejak awal kemunculannya sesuai dengan esensinya sebagai agama kemanusiaan. Islam menjadikan dimensi kemanusiaan sebagai orientasi pendidikannya. Sangatlah naif kalau dikatakan bahwa konsep pendidikan humanistik Islam merupakan konsep pendidikan barat yang diberi label Islam.

(46)

30 baik dan buruk bagi individu juga mengalami perkembangan dan perubahan. Maka perubahan dan perkembangan tersebut dapat direspon dengan baik oleh pendidikan humanisme.

Pendidikan yang terimplementasi konsep humanisme adalah suatu proses pendidikan atau pembelajaran penganut aliran humanisme, yang berarti pendidikan yang mengedepankan manusia sebagai objek terpenting dalam sebuah pendidikan. Namun, objek di sini bukan sebagai penderita, melainkan menempatkan manusia sebagai subjek (pelaku) yang sebenarnya dalam pendidikan itu sendiri. Karena pendidikan humanisme itu sendiri adalaha suatu pendidikan yang selalu mengutamakan kepentingan manusia sebagai seorang yang merdeka, yang mempunya hak. Yang dimaksut hak di sini adalah manusia yang di hargai oleh orang lain dan manusia yang mempunya potensi untuk berkarya, dan hak untuk diperlakukan sebagai amnusia yang merdeka.

(47)

31 2. Pengertian Humanisme Religius

Mas‟ud (2002: 1993) mendefinikan, Humanisme religius adalah

sebuah konsep keagamaan yang memanusiakan manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggungjawab

hablum minallah dan hablum minannas. Makna kemanusiaan adalah proses memanusiakan manusia melalui interaksi antar manusia dengan konteks dan tantangan yang selalu berkembang. Sebagai makhluk yang multidimensional manusia mempunyai potensi insaniah, serta bersosialisasi dengan nilai-nilai keterampilan yang dimilikinya guna mengembangkan pola kehidupannya. Dalam mengembangkan potensi tersebut perlu adanya sebuah praktek kegiatan pendidikan yang menjunjung sebuah nilai kemanusiaan (humanistik)

Pendidikan Islam humanistik adalah pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia, yakni makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah fitrah tertentu, untuk dikembangkan secara maksimal dan optimal. Rasulullah SAW bersabda : ”Tidak seorangpun dilahirkan kecuali dengan

fitrah, maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi”. (HR. Bukhari Muslim).

(48)

32 Oleh karenanya usaha-usaha pendidikan (tarbiyah) bagi manusia menjadi suatu kebutuhan pokok guna menunjang pelaksanaan yang dilimpahkan oleh Allah kepadanya. Inilah merupakan kebutuhan manusia terhadap pendidikan yang bersifat individu.

Dengan adanya konsep humanisme religius, dalam kegiatan pendidikan yang diharapkan ketika dalam proses pengisian ilmu pengetahuan yang bersifat kognitif dan juga dalam proses pengisian hati, agar memperteguh potensi keimanan serta memberi kebebasan kepada manusia (peserta didik) untuk menjadi mandiri dan bertanggung jawab.

Manusia (peserta didik) diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya sendiri sesuai kodratnya secar bebas dan merdeka, tetapi harus diinsyafi bahwa itu bukan kebebasan yang leluasa, melainkan kebebasan terbatas. damainya hidup bersama, kebebasan itu diberikan kepada anak didik dalam hal bagaimana cara dia berfikir, dengan demikian, peseta didik jangan terlalu dipelopori (dipaksa mengikuti) atau disuruh membeo buah pikiran orang lain. Perlakuan yang demikian membuat otak peserta didik ibarat kaset yang barus merekam suara- suara tanpa menghiraukan apakah kaset itu masih peka atau tidak, akibat yang lebih parah tampak pada prilaku intelektual anak didik. Mereka tidak lagi memiliki keberanian mengeluarkan ide- ide pribadinya. Pada proses yang demikian pendidikan berarti tidak mampu memanusiakan manusia.

(49)

33 mempergunakan pemikirannya sendiri, dengan demikian anak didik dirasa benar-benar diakui eksistensinya yang hakiki, dan juga sebagai kholifatullah yakni pendidikan Islam humanistik pendidikan yang memandang manusia sebagai manusia, yaitu makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrah- fitrah tertentu untuk dikembangkan secara maksimal dan optimal. Sehingga akan melahirkan peserta didik sesuai dalam tujuan dan maksud dalam pendidikan Islam humanistik, yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, dan tanggung jawab sebagai insan manusia individual, namun tidak terangkat dari kebenaran faktualnya bahwa dirinya hidup di tengah masyarakat. Dengan demikian, ia memiliki tanggung jawab moral kepada lingkungannya berupa keterpanggilannya untuk mengabdikan dirinya demi kemaslahatan masyarakatnya.

3. Ruang Lingkup Konsep Humanisme Religius

Humanisme religius adalah sebuah konsep keagamaan yang memanusiakan manusia, serta upaya humanisasi ilmu-ilmu dengan tetap memperhatikan tanggung jawab hablum minallah dan hablum minannas.

(50)

34 a) Akal Sehat (Common Sense)

Manusia adalah makhluk yang mulia, makhluk yang berbudaya. Manusia adalah makhluk pedagogik dan juga sebagai kholifah Allah di muka bumi. Dalam memanfaatkan akal sehat secara proporsional, dalam Islam, al-alim lebih utama dari al-’abid, yang notabene dibedakan dari akal sehatnya. Akal sendiri memiliki pengertian adalah suatu alat rohaniah manusia yang berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, dan menganalisis serta menilai apakah sudah sesuai benar atau salah (Wikipedia.com). Dalam firman Allah dijelaskan bahwasannya orang-orang yang berilmu ditinggikan derajatnya oleh Allah dengan beberapa tingkatan.

Seperti yang di firmankan Allah swt dalam Al qur‟an surah al

mujadilah ayat 11.

ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُهَّللا ِعَفْرَ ي

Yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.

Arti dari ayat diatas menjelaskan betapa pentingnya akal sehat dan pendengaran. Oleh karena itu rugilah mereka yang tidak mengembangkan kemampuan akal sehat dan pendengarannya sehingga dalam ayat itu dikategorikan sebagai ashab al-sya’ir (Mas‟ud, 2002:

159).

(51)

35 proses pembelajaran ruang berfikir bagi peserta didik sangatlah luas untuk menganalisis hal-hal yang ada di sekitarnya (peserta didik/pendidik). Artinya hal-hal yang berhubugan dengan daya fikir sangat diminati baik oleh guru ataupun oleh peserta didik (murid) b) Menuju Kemandirian (Individualisme)

Pengembangan individu menjadi individu yang saleh, ”insan

kamil” dengan berbagai keterampilan dan kemampuan serta mandiri

adalah sasaran utama pendidikan Islam. Kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat atau bertindak sesuai keadaanya yang tanpa meminta atau tergantung kepada orang lain ( Kartini Kartono, 1985: 21)

Self-reliance atau kemandirian adalah tujuan utama dalam konsep individualisme. Dalam Islam, individualisme bukanlah sebuah larangan. Jika penekanannya pada kemandirian dan tanggung jawab pribadi, justru menjadi seruan dalam Islam. Dalam Qs. Yasin ayat 65 di firmankan Allah SWT bahwa :

اوُناَك اَِبِ ْمُهُلُجْرَأ ُدَهْشَتَو ْمِهيِدْيَأ اَنُمِّلَكُتَو ْمِهِهاَوْ فَأ ىَلَع ُمِتَْنَ َمْوَ يْلا

َنوُبِسْكَي

Yang artinya : “Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.”.

(52)

36 ditafsirkan sebagai tugas pendidikan dalam mengembangkan tanggung jawab, pribadi, sosial dan keagamaan individu (Mas‟ud, 2002: 114).

Individualisme dalam Islam memang harus dikembangkan melalui pada ajaran dasar kesalehan. Kesalehan yang berangkat dari kesalehan pribadi kemudian berkembang pada kesalehan sosial dan lingkungan. Dalam firman Allah Qs At Tahrim ayat 6;

اًراَن ْمُكيِلْهَأَو ْمُكَسُفْ نَأ اوُق اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

yang artinya : ”Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”,

telah dijelaskan disana mengandung nuansa responsibility (tanggung jawab).

Oleh karena itu berangkat dari tanggung jawab dan tugas mulia individu. Dalam konsep indivualisme Islam adalah pribadi yang beriman dan bertakwa, dinamis, progresif, serta tanggap terhadap lingkungan, perubahan dan perkembangan.

Dengan demikian dalam konsep pendidikan humanisme bermaksud membentuk insan manusia yang memiliki komitmen. Humaniter sejati yaitu insan manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan, beriman dan bertakwa, dinamis, progresif serta tanggungjawab terhadap lingkungan perubahan dan perkembangannya.

c) Pengetahuan Yang Tinggi (Thirs For Knowledge)

(53)

37 (www.alhassanain.com). Allah akan mengangkat mereka yang beriman dan yang berillmu diantara manusia pada posisi mulia. Firman Allah Q.S. Al-Mujadalah : 11.

اَذِإ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

اوُحَسْفاَف ِسِلاَجَمْلا ِفِ اوُحَّسَفَ ت ْمُكَل َليِق

ْمُكْنِم اوُنَمآ َنيِذَّلا ُهَّللا ِعَفْرَ ي اوُزُشْناَف اوُزُشْنا َليِق اَذِإَو ْمُكَل ُهَّللا ِحَسْفَ ي

ٌيِبَخ َنوُلَمْعَ ت اَِبِ ُهَّللاَو ٍتاَجَرَد َمْلِعْلا اوُتوُأ َنيِذَّلاَو

Yang artinya : ”Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Mas‟ud, (2002: 162) mengungkapkan bahwasannya disana telah

dijelaskan, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang berilmu, derajat yang lebih tinggi dengan beberapa tingkatan. Berangkat dari konseptual bahwasannya manusia merupakan makhluk pedagogik, makhluk yang sejak lahir membawa potensi dapat dididik sekaligus mendidik. Oleh karena itu potensi dasar (fitrah) yang insaniah, perlu dikembangkan serta sosialisasi dalam nilai- nilai keterampilan. Selain itu konsep humanisme religius manusia memang merupakan makhluk ”curious” yang senantiasa ingin tahu. Rasa ingin tahu itu perlu diolah

(54)

38 d) Menghargai Orang lain (Pluralisme)

Dalam KBBI Pluralisme adalah keadaan masyarakat yang majemuk (bersangkutan dengan sistem sosial dan politiknya). Dan kebudayaan yang berbeda-beda dalam masyarakat. Menurut Mas‟ud (2002: 167), sebagaimana yang telah dipahami bersama, Islam sangat menghargai dan menghormati keberagaman dan kebhinekaan, salah satu ajaran Islam akan musnahlah jika kalian berseragam. Artinya dalam konsep pendidikan humanisme menghargai dan menghormati adanya perbedaan yang ada di sekitarnya baik dari segi sosial, ekonomi, budaya dan keragamannya dengan tujuan ketika dalam proses pembelajaran tercipta lingkungan yang kondusif, damai serta mengajarkan kepada peserta didik untuk selalu menghargai pendapat orang lain.

Seperti dalam Firman Allah SWT Qs Ar Ruum, ayat 22

َلِئاَبَ قَو اًبوُعُش ْمُكاَنْلَعَجَو ىَثْ نُأَو ٍرَكَذ ْنِم ْمُكاَنْقَلَخ اَّنِإ ُساَّنلا اَهُّ يَأ اَي

ٌيِبَخ ٌميِلَع َهَّللا َّنِإ ْمُكاَقْ تَأ ِهَّللا َدْنِع ْمُكَمَرْكَأ َّنِإ اوُفَراَعَ تِل

Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.

Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”

(55)

39 memang berbeda-beda agar saling mengenal dan saling menghormati satu sama lain.

e) Mementingkan Fungsi Dari Pada Simbol

Dalam realitas, sering dijumpai orang yang memiliki kualifikasi keilmuan yang bagus. Namun tidak dapat berbuat banyak dalam mengatasi berbagai problematika kehidupan yang dihadapinya. Disisi lain, juga melihat ada orang yang kualitas keilmuannya tidak begitu menakjubkan tetapi dalam riil kehidupannya mereka begitu tangkas menjawab permasalahan hidupnya.

(56)

40 kegiatan bekerja dan mengalami. Bukan hanya sebuah transfer pengetahuan dari guru ke peserta didik (siswa).

Baharudin, dkk, (2007: 210) Menjelaskan, dalam kontek yang demikian, peserta didik perlu memahami apa sesungguhnya makna belajar itu bagi peserta didik, serta dalam status apa mereka dan bagaimana mencapainya. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik perlu memiliki komprehensi mengenai tiga konsep yaitu : how to know (bagaimana mengetahui, how to do (bagaimana mengerjakan atau melaksanakan), dan how to be (bagaimana menjadi dirinya).

Dengan demikian dalam konsep humanisme religius merupakan sebuah strategi pembelajaran yang menghendaki keterkaitan antara pengetahuan dan kehidupan nyata. Maka hal itu akan mempermudah peserta didik untuk membuat sebuah formulasi atau batasan-batasan mengenai pengetaahuan yang dipelajari. Hal ini sangat relevan dengan prinsip pendekatan kontektual yaitu : student learn best by antiviety contructing their own understanding (Baharudin, dkk, 2007: 211). f) Keseimbangan Antara Reward dan Punishman

(57)

41 Dalam kehidupan sehari- hari kita mengenal adanya ”hadiah” orang yang bekerja untuk orang lain hadiahnya adalah upah atau gaji, orang yang menyelesaikan suatu program sekolah hadiahnya adalah ijazah, membuat prestasi dalam satu bidang olah raga hadiahnya adalah medali atau uang. tepuk tangan memberi salam pada dasarnya adalah suatu hadiah juga. Pemberian hadiah tersebut secara psikologis akan berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang yang menerimanya. Demikian juga dengan hukuman (punisment) yang diberikan seseorang karena telah mencuri, menyontek, tidak mengerjakan tugas, datang terlambat, menipu dan lain- lain yang pada dasarnya juga akan berpengaruh terhadap tingkah laku orang yang menerima hukuman. Baik pemberian hadiah maupun pemberian hukuman merupakan respon seseorang kepada orang lain karena perbuatannya. Hanya saja dalam pemberian hadiah (reward) merupakan respon yang positif, sedangkan pada pemberian hukuman merupakan respon yang negatif.

(58)

42 dalam konsep pendidikan humanisme religius keseimbangan antara punishment dan reward harus ditetapkan dalam proses belajar mengajar. Karena hal tersebut akan membantu sekali dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, pengubahan tingkah laku siswa (behavior modification) dapat dilakukan dengan pemberian penguatan.

B. Konsep Pendidikan Agama Islam

1. Pendidikan

Ada banyak definisi pendidikan yang dikemukakan oleh para ahli. Sebagai satu tolak ukur dari definisi-definisi itu, Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan penjelasan yang cukup memadai tentang makna pendidikan, yaitu:

Pendidikan sari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memlihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan (Mahmud, 2011: 19)

(59)

43 Pendidikan adalah suatu aktivitas sosial yang penting yang berfungsi untuk mentrasformasikan keadaan suatu masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Keterkaitan pendidikan dengan keadaan sosial sangatlah erat, sehingga pendidikan mungkin mengalami proses spesialisasi dan institusionalisasi sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang kompleks dan modern. Namun, peoses pendidikan secara menyeluruh tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan informal yang berlangsung di sekolah (Mahmud, 2011: 19).

Sedangkan menurut Ihsan (2003: 2) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mngembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Fuad, 2003)

2. Pendidikan Agama Islam

(60)

44 bimbingan, pengajaran atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. (Zahrotul „Uyun, Pendidikan Humanis,: Studi atas Keluarga WeEs Ibnu Sayy, dalam skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009.

Hlm. 1)

Istilah pendidikan dalam konteks islam telah banyak dikenal dengan menggunakan term yang beragam, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan

at-ta’dib. Setiap isltilah itu tentunya mempunyai makna dan pemahaman

yang berbeda, walaupun dalam beberapa hal tentu memiliki kesamaan makna.(Mahmud, 2011:22)

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Wahhab, (2004: 23-24) mengemukakan, sejalan dengan pemikiran pada konsep humanisme, pendidikan agama Islam pun juga mempunyai banyak penafsiran dari beberapa tokoh-tokoh yang menganalisims mengenai pendidikan agama Islam, secara garis besar ajaran Islam meliputi tiga hal pokok, yaitu:

a. Aqidah (Iman)

(61)

45

ِهِلوُسَر ىَلَع َلَّزَ ن يِذَّلا ِباَتِكْلاَو ِهِلوُسَرَو ِهَّللاِب اوُنِمآ اوُنَمآ َنيِذَّلا اَهُّ يَأ اَي

ِمْوَ يْلاَو ِهِلُسُرَو ِهِبُتُكَو ِهِتَكِئلاَمَو ِهَّللاِب ْرُفْكَي ْنَمَو ُلْبَ ق ْنِم َلَزْ نَأ يِذَّلا ِباَتِكْلاَو

اًديِعَب لالاَض َّلَض ْدَقَ ف ِرِخلآا

yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”.

Berdasarkan fondasi yang enak tersebut, maka keterkaitan setiap muslim kepada Islam yang semestinya ada pada jiwa muslim adalah :

1) Meyakini bahwa Islam adalah agama yang terakhir, yamg mengandung syariat yang menyempurnakan syariat-syariat yang diturunkan Allah sebelumnya.

2) Meyakini bahwa Islam adalah satu-satunya agama yang benar disisi Allah karana Islam adalah agama yang dianut oleh para Nabi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SWT.

3) Meyakini bahwa Islam adalah agama yang universal dan berlaku untuk semua manusia, serta mampu menjawab segala persoaln yang muncul dalam segala lapisan masyarakat dan sesuai dengan tuntutan budaya manusia sepanjang zaman .

(62)

46 pondasi itu dalam diri seseorang dengan kokoh maka akan berdampak positif bagi seseorang tersebut. Contohnya, ketika seseorang di hadapkan pada sebuah masalah pada kehidupannya, seseorang akan meminta pertolongan hanya kepada Allah SWT. Sehingga seseorang akan terhindar dari sifat menyekutukan Allah SWT atau syirik.

Sedangkan dampak keyakinan seseorang meyakini bahwa nabi Muhammad SAW adalah Rasul utusan Allah SWT adalah penghargaan objektifitas informasi. Yaitu hanya yang akurat kebenarannya sajalah yang dijadikan perbuatan kita sebagai manusia yang bisa berfikir.

b. Syariah (Islam)

Abudin Nata (2010) menyebutkan komponen Pendidikan Islam yang kedua adalah syraiat, syariat berisi peraturan dan perundang-undangan yang mengatur aktifitas yang seharusnya dikerjakan dari yang tidak boleh dikerjjakan manusia. syariat adalah sistem nilai Islam yamg ditetpakn Oleh Allah sendiri dalam kaitan ini Allah disebut sebagai Syaari’ atau pencipta hukum.

Syari‟ah adalah segala peraturan Allah SWT untuk umat Islam, baik

dari Al Qur‟an maupun dari sunnah Rasullullah SAW, yang diberikan

kepada manusia melalui para Nabi agar manusia hidup selamat di dunia maupun di akhirat.

(63)

47

ِءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ يَو َبَْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َهَّللا َّنِإ

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعَي ِيْغَ بْلاَو ِرَكْنُمْلاَو

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dalam kehidupan sehari-hari syari‟ah dapat kita kerjakan melalui beberapa ibadah. Ibadah itupun ada yang bersifat vertikal

(hablumminallah) dan ada juga yang bersifat horisontal

(hablumminannas). Contohnya, thaharah, sholat wajib lima waktu, puasa, zakat, dst. itu semua termasuk contoh ibadah kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah kepada manusia, tolong menolong, jual bel, pernikahan.

c. Akhlak (Ihsan)

Sedangkan akhlak, adalah merupakan komponen dasar Islam yang ketiga yang berisi ajaran tentang sebuah perilaku atau moral. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Sedangkan menurut pandangan Islam, akhlak adalah cerminan dari apa yang ada dalam jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam perilaku nyata sehari-hari. Inilah misi di utusnya Nabi Muhammad SAW.

(64)

48

ِءاَشْحَفْلا ِنَع ىَهْ نَ يَو َبَْرُقْلا يِذ ِءاَتيِإَو ِناَسْحلإاَو ِلْدَعْلاِب ُرُمْأَي َهَّللا َّنِإ

ْنُمْلاَو

َنوُرَّكَذَت ْمُكَّلَعَل ْمُكُظِعَي ِيْغَ بْلاَو ِرَك

Artinya : Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Ahmad Amin (1988), mendifinisikan akhlak sebagai perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk melakukannya dan tidak perlu berfikir lagi bagaimana melakukannya. Contohnya adalah seperti sholat tahajud pada malam pertama mungkin akan sedikit berat bangun malam. Namun, bila hal itu dilakukan berulang-ulang itu akan menjadi sangat mudah. Kita tidak perlu berfikir lagi bagaimana melakukannya. 4. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Dalam Mahmud (2011:115) menyatakan bahwa para ahli pendidikan Islam berbeda-beda dalam menentukan tujuan pendidikan Islam. namun, Ahmad D. Marimba dalam Mahmud mengemukakan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atas dua macam tujuan , yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir.

(65)

49 jasmani. Kalau dalam islam seseorang yang telah mencapai dewasa jasmaniah apabila ia telah baligh. Adapun kedewasaan rohaniah, bukanlah merupakan sesuatu yang satis, melainkan merupakan suatu proses. Oleh karena itu, sangatlah sulit ditentukan kapan seseorang mencapai dewasa rohanoah dalam arti kata yang sesungguhnya, menurut Mahmud (2011:116).

Adapun tujuan akhir pendidikan Islam adalah terwujudnya kepribadian muslim yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran agama Islam. menurut Ahmad D. Marimba Dalam Mahmud (2011:116) aspek-aspek kepribadian itu dapat digolongkan dalam tiga hal

a. Aspek-aspek kejasmanian: meliputi tingkah laku luar yang mudah tampak dan ketahuian dari luar. Misal cara berbuat atau tingkah laku, cara bicara, dan sebagainnya.

b. Aspek-aspek kejiwaan; meliputi aspek-aspek yang tidak dapat dilihat dan diketahui dari luar, misalnya cara-cara berfikir, bersikap, dan minat

(66)

50 T.S. Eliot dalam Tafsir (1992: 46) mengemukakan bahwa pendidikan sangat penting dilakukan dan tujuannya diambil dari pandangan hidup. Jika pandangan hidup Anda adalah Islam, tujuan pendidikan Anda haruslah diambil dari ajaran Islam. Berkenaan dengan ini, Sanusi Uwes dalam Mahmud (2011: 117) , mengemukakan bahwa kegiatan pendidikan adalah kegiatan khas manusia. Secara kronologis, dapat diungkapkan bahwa hakikat pendidikan merupakan produk langsung dari pengertian manusia mengenai dirinya dan alam. Dari situlah, lahir tujuan hidup yang kemudian secara beruntun melahirkan tujuan pendidikan materi pendidikan, metode pendidikan, dan cara-cara mengukur keberhasilan pendidikan.

Sedang kan menurut Imam Al-Ghazali dalam Mahmud (2011:119) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah pembetukan insan puripurna. Menurutnya, manusia dapat mencapai kesempurnaan apabila mau berusaha mencari ilmu dan selanjutnya mengamalkan fadhilah

melalui ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Fadhilah ini selanjutnya dapat membawanya untuk dekat dengan Allah dan akhirnya membahagiakan hidupnya di dunia dan di akhirat.

(67)

51 Islam adalah muslim yang sempurna, atau manusia yang taqwa, atau manusia yang beriman atau manusia yang beribadah kepada Allah SWT. 5. Dasar Pendidikan Islam

a. Dasar Pendidikan

Dasar bermakna sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Dasar merupakan landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar sesutau kokoh berdiri. Fungsi dasar ialah memberikan arah pada tujuan yang akan dicapai.

Sedangkan pendidikan adalah sebagai proses timbal balik antara pendidik dan anak didik dengan melibatkan berbagai faktor pendidikan lainnya, diselenggarakan guna mencapai tujuan pendidikan, dengan senantiasa didasari oleh nilai-nilai tertentu. Nilai-nilai itulah yang kemudian disebut dengan dasar pendidikan Islam (Zuhairini, 1993: 18).

Adapun dasar-dasar pendidikan Islam dibagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

1) Dasar yuridis atau hukum

(68)

52 2) Dasar religius

Yang dimaksut dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber ajaran Islam yang tertera dalam Al- Qur‟an maupun Haadist. Karena dalam Al- Qur‟an banyak terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang pelaksanaan pendidikan agama yang merupakan perintah dari Allah SWT dan ibadah bagi yang melakukannya (Zuhairini, 1993: 20).

3) Dasar psikologis

Yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan kehidupan masyarakat. Dalam kehidupannya khususnya dalam jiwa seseorang memerlukan pegangan hidup yang disebut agama. manusia merasakan dalam jiwannya terdapat suatu perasaan yang mengakui adanya zat yYang Maha Kuasa. Adapun cara mereka mengabdi kepada Allah dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan agama yang mereka anut (Zuhairini, 1993: 22).

b. Tujuan pendidikan

Tujuan yaitu sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam melaksanakan suatu kegiatan. Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan, ada beberapa istilah yang hampir identik dengan istilah tersebut yaitu tujuan, sasaran, dan maksud.

Gambar

Tabel 1.1                      Daftar Identitas Responden atau Informan
Tabel 1.2                      Daftar Identitas Responden atau Informan

Referensi

Dokumen terkait

timbulnya disiplin belajar yang rendah dalam diri siswa sangat berpengaruh. pada rendahnya pencapaian prestasi

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dikerjakan secara prospektif dengan melihat data primer berupa hasil

Pengembangan media pembelajaran komik manga digital berbasis android pada materi sistem hormon untuk kelas XI di MAN 2 BandarLampung yang memudahkan pemahaman

Dalam pelaksanaannya Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Badung ini tergolong dalam tiga tipe layanan yang dapat dilakukan dan dilaksanakn antara lain yaitu

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran berorientasi model guided inquiry untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi sistem

● Sabtu, 16 Januari 2021 masih terjadi hujan dengan intensitas tinggi yang menyebabkan beberapa sungai antara lain Sungai Balangan dan Pitap meluap.. ● Saat ini berbagai elemen

Yang menjadi fokus dalam adegan ini adalah 2 orang kulit putih yang sedang berinteraksi, tampak seorang pria yang lebih muda mengenakan pakaian rapi lengkap

VALIDITAS PREDIKTIF SKOR TES MOTIF BERPRESTASI DAN TES KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu