• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

4. Struktur Organisasi

a. Kepala Komite : H. Sudarno HS, M. Pd b. Kepala sekolah : Eka Purwatiningsih, S. Pd c. Kepala Tata Usaha : Maylani Ambarwati, S.Kom d. Guru BK/BP : Eka Purwatiningsih, S. Pd e. Wali Kelas VII : M.Yahuddin ND

f. Wali Kelas VIII : Drs. Kusmiadji g. Wali Kelas IX : Sugiyanto

h. Dewan Guru : 1. Eka Purwatininsgih, S.Pd 2. Widi Puji Rahayu, S.Pd 3. Nugroho Edi Raharjo, S.Pd 4. Ratih Rosari, S.Pd

5. Bety Dwi Hapsari, S.Pd 6. Ery Sholichah, S.Pd 7. Dra. Siti Rahayu

8. Joko Triyanto, S.Kom, M.Pd 9. Nasihin Aziz Raharjo, S.Sos 10. Arief Samudiyanto, S.E

73 5. Kurikulum

Kurikulum yang diterapkan di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali adalah kurikulum yang berdasarkan kurikulum Diknas dan ditambah dengan kurikulum pendidikan Depag. Selain itu, juga ditambah dengan muatan lokal SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali serta kegiatan pengembangan diri, bakat dan minat. Kurikulum tersebut dimodifikasi dari berbagai sumber dan disusun bersama oleh guru melalui rapat kerja tahunan sekolah yang kemudian tersusunlah kurikulum tingkat satuan pendidikan SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali. Kurikulum tersebut disusun dengan memperhatikan kebutuhan lokal para pengguna jasa pendidikan SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan pendekatan Active Learning (AL) dengan dilengkapi berbagai media pembelajaran baik visual maupun audio visual dan berbagai laboratorium.

6. Keadaan Siswa

Keadaan siswa di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali sebagian berlatar belakang dari Panti Asuhan yang berada di bawah naungan Ormas Islam yaitu Muhammadiyah. Dilihat dari kondisi di SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali, bahwa sekolahan tersebut mempunya jumlah siswwa sebanyak 55 siswa-siswi. Adapun jumlah tersebut dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas 1 terdiri dari 15 siswa, kelas 2 terdiri dari 18 siswa, kelas 3 terdiri dari 22 siswa. Jumlah siswa di

74 sekolahan tersebut memnag tergolong sedikit, di bandingkan dengan sekolah-sekolah lainnya yang berada di sekitar sekolahan tersebut.

7. Keadaan Guru dan Karyawan

Berdasarkan salah satu dokumen yang diberikan oleh Ibu Kepala Sekolah SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali saat ini tahun 2016/2017. SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali memiliki guru sebanyak 12 orang, semua guru yang mengajar di sekolahan tersebut merupakan guru yang diangkat dari lembaga yang menaungi sekolahan tersebut. Dilihat dari jumlah guru yang demikian maka tugas seorang guru tidak hanya menjadi pendidik saja, namun juga ada yang merangkap menjadi kepala Tata Usaha (TU) dan menjadi Oprator Sekolah (OPS).

8. Saran dan Prasarana

Dalam melaksanakanproses belajar mengajar tidak lepas dari fasilitas, dimana fasilitas tersebut dibutuhkan siswa untuk menunjang tercapainya tujuan belajar yang diharapkan.

Adapun sarana prasarana yang yang dimiliki oleh SMP IT Nurul Islam Tengaran utuk menunjang tercapainya tujuan belajar mengajar adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Sarana dan Prasarana SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali

No. Jenis Jumlah

75

2. Lab. IPA Belum ada

3. R. UKS 1 Ruang

4. R. BP/BK 1 Ruang

5. R. Kepala Sekolah 1 Ruang

5. R. Guru 1 Ruang

6. R. TU 1 Ruang

7. Kamar mandi/WC Guru 1 Ruang 8. Kamar mandi/WC Siswa 1 Ruang

11. Gudang 1 Ruang

12. R. Ibadah 1 Masjid

16. Kantin Belum ada

19. Lapangan 1 tempat

20. Parkir Motor 1 Tempat

Sumber: Dokumentasi SMP Muhammadiyah 01 PK

B. Temuan Data

1. Implementasi Konsep Humanisme dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Sekolah SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus ini adalah sekolah yang peduli akan nasib putra putri penerus bangsa yang memiliki nasib kurang baik. Oleh karena itu, program khusus di SMP ini buka program khusus yang seperti sekolah lainnya, berupa hafidz qur‟an, murotal al qur‟an, dan yang lainnya. Program khusus di sekolah ini adalah

76 upaya memberbaiki perilaku, karakter dan mental peserta didik agar bisa bersaing sama dengan peserta didik dari sekolah manapun.

Konsep humanisme di tataran suatu pendidikan, beranggapan peserta didik harus mendapatkan pendidikan yang sama dengan peserta didik yang lain tanpa melakukan diskriminasi satu sama lain. Harus terpenuhi hak dan kewajibannya dan memperlakukan selayaknya manusia. sebelum membahas lebih jauh mengenai penerapan konsep humanisme dalam pendidikan. Seyogyangya kita harus mengetahui pengertian konsep humanisme. Pengertian konsep humanisme menurut ibu EP Selaku kepala sekolah adalah:

“menurut saya humanisme memanusiakan manusia dengan sesuai kebutuhannya. Karena setiap orang mempunya kebutuhan yang berbeda-beda maka cara memanusiakan orangpun juga berberbeda-beda-beda” (Wawancara Ibu EP pada tanggal 05-05-2017).

Sama halnya dengan ibu EP, bapak YHD pun berpendapat bahwa humanisme:

“sepengetahuan saya ya mas, humanisme itu adalah suatu konsep yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengeksplorasi potensi dirinya dan kemampuannya serta bakatnya untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya” (Wawancara bapak YHD pada tanggal 05-05-2017)

Pernyataan yang samapun juga di ungkapakn oleh ibu WPR, selaku guru agama Islam:

“Konsep humanis adalah konsep yang mengandung unsur kemanusiaan. Yang memanusiakan manusia karena manusia memiliki kompetensi.”

(Wawancara Ibu WPR pada tanggal 05-05-2017).

Pemahaman mengenai konsep humanisme sebenarnya sudah sangat benar, yaitu konsep yang membahas mengenai manusia. Dengan

77 bermodalkan pemahaman tersebut sekolah ini berusaha untuk menerapkan konsep humanis dalm pembelajaran, khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam. Seperti yang di sampaikan oleh Ibu EP:

“Sudah, wujud penerapannya berupa melatih siswa untuk menjadi lebih mandiri, bertanggung jawab, menghargai orang lain, dan yang lainnya. Itu semua di wujudkan dalam perilaku sehari-hari berupa mengerjakan tugas mandiri, mengerjakan PR mandiri, dan selalu memberikan perhatian dan nasihata atas apa yang di lakukan siswa”. (Wawancara Ibu EP pada tanggal 05-05-2017).

Melatih siswa untuk bertanggung jawa, mandiri dan menghargai perbedaan, merupak indikator humanisme yang sebenarnya. Dengan kata lain sekolahan ini sudah menerapkan konsep humanis dengan benar. Selain siswa di ajari untuk bertanggung jawab, mandiri dan menghargai sesama manusia siswa juga di ajari untuk berfikir aktif dan percaya diri. Seperti yang di sampaikan oleh bapak KSJ:

“wujud penerapannya adalah dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk selalu aktif dan kreatif di dalam pembelajaran dan selalu menghargai pendapat orang lain”(wawancara bapak KSJ pada tanggal 05-05-2017).

Pada dasarnya dalam konsep humanisme memuat enam indikator tolak ukur pencapaian konsep humanisme. Diantaranya adalah: akal sehat, pengetahuan yang tinggi, menuju kemandirian, pluralisme, mementingkan fungsi daripada simbol, dan keseimbangan antara reward dan punishmant. Di sekolah ini pada dasarnya sudah menerapkan keenam indikator tersebut. Sebagaimana di katakan oleh ibu WPR:

“ya, di sekolah ini sudah menerapkan konsep humanis, dengan mengajarkan siswa untuk mandiri, percaya diri, bertanggung jawab, saling menghormati dan lainnya, adalah upaya penerapan konsep humanis”(wawancara ibu WPR pada tangga 05-05-2017)

78 Penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran tidak akan menemui hasil yang di inginkan jika tidak di lakukan dengan perbuatan yang nyata. Maka dari itu di sekolah ini banyak kegiatan yang mencerminkan dari masing-masing indikator humanisme. Seperti yang di katakan bp SGY:

“ setau saya, anak-anak setiap pagi di ajak untuk melaksanakan solat dhuha berjamaah. Dan siangnya melaksanakan solat dzuhur berjamaah. Itu semua adalah rangkaian agar anak bertanggung jawab atas kewajibannya” (wawancara bpk SGY pada tangga 05-05-2017)

Tidak hanya melaksanakan solat wajib dan solat sunah, namun anak-anak yang melakukan pelanggaran seperti datang terlambat, mencoret-coret dinding dan membuat gaduh di kelas juga mendapatkan hukuman. Hukuman tersebut adalah upaya guru agar siswa bertanggung jawab atas apa yang di perbuatnya. Seperti yang di kemukakan oleh ibu WPR:

“Iya, seyogyanya reward dan punishmen selalu di gunakan dalam pembelajaran, tidak terkecuali pembelajaran PAI. Karena dari tujuan di berikan reward dan punishmen itu adalah wujud apresiasi dari apa yang di lakukan peserta didik. Namun reward dan punishmen itu juga harus yang mendidik. Misalanya di sekolah ini reward berupa pemberian bintang dan cendramata bagi siswa yang berprestasi agar semakin meningkatkan prestasinya. Dan punishmennya adalah berupa pemberian tugas atau tanggung jawab atas perbuatan yang dilakukannya.” (wawancara ibu WPR pada tangga 05-05-2017)

Selain siswa di ajarkan diajarkan untuk bertanggung jawab dengan apa yang di lakukannya. Anak juga di ajak untuk mandiri. Misalnya seperti yang di sampaikan oleh bapak KSJ:

79 “Adalah dengan menggunakan pembelajaran berbasis problem solving, dengan demikian siswa belajar memecahkan masalah dengan caranya sendiri” (wawancara bapak KSJ pada tangga 05-05-2017)

Sejalan dengan bapak KSJ, siswa yang bisa melakukan tugasnya dan memecahkan masalahnya sendiri termasuk siswa yang tidak bergantung pada orang lain. Supaya kemandirian tersebut tidak menimbulkan sikap individualis, maka harus di barengi dengan penggunaan akal sehat dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Seperti yang di kemukakan ibu WPR:

“ya, menurut saya akal sehat sangatlah penting dalam kehidupan karena akallah yang membedakan kita dengan hewan, dengan akal kita bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk”. (wawancara bapak KSJ pada tangga 05-05-2017)

Namun, semua yang ada di muka bumi ini tidak semuanya bisa di fikirkan dengan akal, ada juga yang tidak bisa di fikirkan dengan akal. Seperti yang di sampaikan ibu WPR

“Tidak selalu, karena dalam materi Pendidikan agama Islam ada yang tidak bisa di rasionalkan. Seperti Allah itu seperti apa, malaikat itu wujudnya bagaimana, dan seperti apa wujud pahala dan dosa. Maka dari itu, tidak semua dalam pembelajaran agama islam bisa di rasionalkan. Namun di ganti dengan perumpamaan. Dan sebab akibat yang di timbulkan dari suatu perbuatan” (wawancara Ibu WPR pada tangga 05 -05-2017)

Jadi, keistimewaan belajar agama Islam adalah di situ, tidak bisa di rasionalkan tapi harus diyakini dan diterapkan dalam kehidupan kita. Selanjutnya, agar siswa bisa memahami ajaran-ajaran yang ada dala agama Islam dan terimplementasikan dengan konsep humanisme adalah dengan mendiskusikan materi pembelajaran. Seperti yang di tuturkan oleh ibu WPR:

80 “Dengan menerapkan berbagai indikator konsep humanis yang di kaitkan dengan indikator pendidikan agama Islam. sebagai contoh di adakannya kegiatan sholat dhuha berjama‟ah, konseling (pembinaan), Diskusi bersama, pendampingan terhadap siswa-siswi.” (wawancara Ibu WPR pada tangga 05-05-2017)

Dengan diskusi siswa akan lebih berani mengemukakan pendapat dan memupuk rasa percaya diri pada diri siswa. Seperti yang di sampaikan KSJ:

“Dengan guru sebagai fasilitator bagi anak-anak. Jadi guru memfasilitasi untuk anak-anak yang bertanya. Dengan seperti itu akan menumbuhkan keberanian anak untuk berpendapat” (wawancara bapak KSJ pada tangga 05-05-2017)

Sejalan dengan apa yang di sampaikan bapak KSJ, bapak SGY pun berpendapat:

“Dengan menggunakan metode pembelajaran contohnya diskusi, merupakan penerapan konsep humanis dalam pembelajaran. Karena anak di ajari untuk saling bertukar pendapat dan berfikir bersama” (wawancara bapak SGY pada tangga 05-05-2017)

Penulis dapat menggaris bawahi bahwa yang telah dilaksanakan oleh pihak sekolah tersebut, semua itu benar adanya dan benar-benar di terapkan guna menerapkan konsep humanis dalam pembelajaran.

2. Faktor Pendukung Implementasi Konsep Humanisme dalam

Pembelejaran Pendidikan Agama Islam

Konsep humanisme yang diterapkan oleh guru dapat berhasil tidak lepas dari adanya faktor pendukung. Faktor tersesbut dapat berasal dari faktor internal siswa maupun faktor eksternal siswa itu. Bahkan konsep humanisme yang diterapkan oleh guru dapat juga tidak berhasil karena adanya faktor penghambat.

81 Beberapa faktor pendukung dalam menerapkan konsep humanis dalam pembelajaran pendidikan islam itu diantaranya adalah dari faktor pola fikir siswa. Pola fikir siswa terutama semanagat berfikir dan kemauan berfikir mengikuti perkembangan zaman adalah suatu faktor pendukung yang harus di miliki siswa untuk mengembangkan konsep humanisme dalam pembelajaran. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, jika siswa tidak mengikutinya dengan baik maka mereka akn tertinggal dengan zaman semakin maju ini.. Hal itu sesuai dengan ungkapan kepala SMP Muhammadiyah 01 Program Khusus Boyolali EP:

“Dengan adanya kemauan anak untuk maju, kemauan anak untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan di dukung oleh semangat guru maka anak tidaka akan tertingggal dengan kemajuan zaman sekarang ini, mungkin itu menjadi faktor pendukung tersendiri agar penerapan konsep humanis lebih mudah di terapkan” (wawancara Ibu EP pada tangga 05 -05-2017)

Pernyataan di atas di perkuat dengan pernyataan ibu WPR selaku guru agama Islam:

“Adanya semangat siswa untuk belajar merupakan faktor pendorong utama untuk di terapkannya konsep humanis di dalam pembelajaran” (wawancara Ibu EP pada tangga 05-05-2017)”

Faktor pendukung untuk menerapkan konsep humanisme dalam pembelajaran agama Islam yang paling sesuai dengan konsep kemanusiaan adalah faktor yang berasal dari komite sekolah. Karena apabila komite sekolah memperhatikan keberlangsungan kegiatan pembelajaran dan kegiatan ekstrakulikuler atau yang lainnya di sekolah tersebut, mungkin akan ada nilai tambah tersendiri bagi pihak sekolah. Mungkin karena di rasa di perhatikan pihak sekolah akan lebih mengemabangkan kualitas dan

82 kauntitas sekolah melalui penerapan konsep humanisme yang lebih baik lagi. Seperti yang di kemukakan oleh ibu kepala sekolah, EP ;

“Adanya perhatian dan dukungan dari wali murid ataupun komite dengan wujud memperhatikan kemajuan sekolah dan kemajuan siswa, dan memberikan kontribusinya berupa bantuan materi maupun nonmateri” (wawancara bapak YHD pada tangga 05-05-2017)

Pernyataan diatas selaras dengan pernyataan bapak KSM selaku wali kelas VIII.

“Adanya perhatian dari komite sekolah untuk membantu kelancaran proses belajar mengajar juga memperngaruhi dalam penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran” (wawancara bapak KSM pada tangga 05-05-2017)

Berbagai hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa ada beberapa faktor pendukung dalam menerapkan konsep humanisme dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diantaranya yaitu dari pribadi siswa atau internalnya berupa, adanya kemauan berfikir maju dan berfikir mengikuti perkembangan zaman. Sedangkan faktor eksternalnya atau faktor dari sekolah adalah adanya perhatian komite dan dukungan komite dalam kegiatan pembelajara khususnya pembelajaran pendidikan agama Islam.

3. Faktor Penghambat dalam Penerapan Konsep Humanis dalam

Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Dalam penerapan konsep humanisme pada pendidikan agama Islam diatas tadi adanya faktor pendukung untuk mempermudahkan seorang pendidik untuk menerapkan konsep humanisme pada siswa lewat pembelajaran pendidikan agama Islam. Tentunya pada saat menerapkan

83 konsep humanis, seorang pendidik mengalami kesulitan atau menemukan faktor penghambatnya.

Faktor penghambat itu juga dapat datang dari dalam diri pendidik maupun dari lembaga pendidikan atau sekolah. Faktor dari diri sendiri antaranya kurangnya pemahaman mengenai konsep humanisme. Sedangkan faktor yang berasal dari lembaga pendidikan adalah kurangnya jumlah guru atau pendidik agama Islam dan kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung terselenggaranya pembelajaran pendidikan yang baik dan sesuai yang di inginkan konsep humanisme yang ada. Hal seperti sesuai dengan yang di paparkan oleh kepala madrasah yaitu ibu EP: “Faktor prnghambat antara lain kurangnya sarana dan prasarana untuk mengembangkan konsep humanisme tersebut. Misalnya kurangnya ruang untuk pembinaan” (wawancara ibu EP pada tangga 05-05-2017)

Selain ibu EP yang menyampaikan seperti itu, ibu guru agama Islam, ibu WPR pun memamaparkan hal yang sama:

“Kurangnya guru agama Islam yang berada di sekolah dari pagi, karena kebanyakan guru-guru di SMP muhammadiyah adalah Guru yang mengampu lebih dari satu sekolah yang dimana untuk memenuhi jam mengajar. Dan juga Sarana dan prasarana yang kurang memenuhi untuk pembelajaran. Di sekolah ini hanya terdapat gedung kelas dan mushola. Musholapun harus bergantian dengan SD Muhammadiyah. Dan yang lainnya adalah perlengkapan pembelajaran. Seperti LCD, Proyrktor yang masih sedikit jumlahnya.” (wawancara ibu WPR pada tangga 05-05-2017)

Beberapa hasil dari wawancara diatas penulis dapat menggaris bawahi bahwa faktor penghambat untuk menerapkan konsep humanisme dalam pembelajaran pendidikan agama Islam berasal dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsikya yaitu berupa kurangnya pemahaman konsep

84 humanis. Dan faktor ekstrinsiknya adalah kurangnya jumlah guru dan kurangnya sarana dan prasarana.

Penerapan konsep humanisme dalam pembelajaran pendidikan agama Isalam ini daapt dilihat hasillnya melalui beberapa kegiatan dengan cara guru memantau dari kejahuan perilaku dan perbuatan siswa selama siswa masih berada di lingkungansekolah. Pihak sekolah menbuat strategi atau cara agar siswa selalu berperilaku positif dan menerapkan konsep humanisme yang di sampaikan oleh guru di kelas dengan perbuatannya. Penerapan konsep humanisme tersebut di aplikasikan dalam kegiatan sehari-hari melalui kegiatan sholat dhuha berjama‟ah, solat dhuhur berjama‟ah, menyapa bapak/ibu guru setiap bertemu dan membaca al qur‟an.

Selain itu, juga anak-anak diharapkan dapat menumbuhkan sikap kemandiriannya melalui perbuatan berupa mengerjakan tugas, bertanggung jawab setiap perbuatannya,dan juga menghargai sesama kawannya tanpa melihat latar belakang dan stata sosialnya. Namun, jika semua itu hanya mengandalakan beberapa guru saja tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak maka konsep humanis tersebut tidak akan teraplikasikan dengan baik.

85 BAB IV

PEMBAHASAN

A. Konsep Humanisme Dalam Pembelajaran Agama Islam

Konsep humanisme adalah suatu konsep yang membahas mengenai manusia, yang meliputi tujuan hidup manusia, hak dan kewajiban manusia, serta potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia. dalam tataran pendidikan Islam konsep humanisme dsangat di junjung tinggi, karena konsep humanisme sangat berkaitan erat dengan agam Islam yang menganggap manusia adalah makhluk yang paling sempurna di muka bumi ini, di bandingkan makhluk-makhluk ciptaan Allah yang lainnya. Dengan adanya konsep humanisme hak dan kewajiban manusia bisa lebih di perhatikan oleh manusia yang lainnya. Sama halnya dengan potensi manusia, mungkin jika konsep humanisme ini tidak diterapkan dalam pembelajaran maupun pendidikan, manusia tidak akan bisa mengembangkan potensi yang milikinya. Pada dasarnya potensi manusia sangatlah banyak, sampai-sampai Allah menunjuk dan menjadikan manusia sebagai khalifatul fil ardhi

(pemimpin dimuka bumi). Itu semua adalah salah satu bukti bahwa manusia mempunyai sebuah potensi yang dibawa sejak lahir, yang bila dikembangkan secara benar bisa bermanfaat bagi sekelilingnya. Yang tidak menutup kemungkinan juga menimbulkan kerugian.

Dalam penerapan konsep humanisme juga harus memperhatikan acuan yang di gunakan, atau sering di sebut dengan indikator konsep humanisme. Indikator tersebut berguna untuk menjadikan dasar seorang guru

86 dalam menerapkan konsep humanisme dalam pmebelajaran, khususnya disini pembelajaran pendidikan agama Islam. indikator tersebut meliputi: akal sehat, kemandirian, pengetahuan yang tinggi, pluralisme, mementingkan fungsi daipada simbol, dan keseimbangan antara reward dan punishmen.

Akal sehat, adalah suatu alat rohaniah yang berguna untuk berfikir, menganalisis dan menyimpulkan sesuatu hal, masuk dalam kategori baik atau dalam kategori buruk. Manusia dibedakan dengan makhluk-mahkluk yang lainnya dari ciptaan Allah adalah juga dari akal. Sehingga manusia adalah makhluk Allah yang paling sempurna, yang memiliki akal, hawa nafsu dan perasaan. Dengan akal pula manusia akan di angkat derajatnya oleh Allah, karena akal yang di manfaatkan dengan sebaik-bainya dan sesuai ajaran Allah SWT akan menghasilkan ilmu yang bermanfaat.

Kaitanyya dengan pendidikan agama Islam, ada pembelajaran dalam pendidikan agama Islam yang bisa di fikirkan dengan akal/rasio dan ada juga yang tidak. Contohnya seperti, wujud Allah, wujud pahala, wujud dosa, dan seterusnya. Itu semua adalah hal-hal abstrak,yang tidak bisa mengetahu bagaimana wujud nyatanya. Namun, hal-hal yang tidak bisa kita cerna dengan akal tersebut dapat kita qiyaskan dengan hasilnya, karena suatu hasil tidak akan ada jika tidak ada perbuatan/usaha. Contohnya: kita bersedekah kepada pengemis Rp. 500,-, sesuai janji Allah SWT akan di ganti menjadi 700 kali lipat, tanpa kita sangka, kita mendaptkan rejeki di kemudian hari lebih banyak dari itu, bahkan beribu-ribu kali lipat. Jadi dapat kita tarik kesimpulan,

87 sesuatu hal yang tadinya tidak bisa kita ketahui wujudnya, pada saatnya nanti akan kita ketahui wujudnya dalam bentuk yang berbeda-beda.

Indikator yang kedua adalah kemandirian, kemandirian adalah bekal yang utama yang harus ditanamkan pada pribadi peserta didik. Dengan kemandirian peserta didik tidak akan mudah tergantung dengan orang lain, tidak mudah putus asa, dan berusa dengan kemampuannya terlebih dahulu. Kemandirian ini akan berjalan seimbang dengan dimilikinya pengetahuan yang tinggi oleh peserta didik. Pengetahuan yang tinggi tersebut akan didapat siswa jika siswa bisa memahami fungsi daripada simbol, maksutnya adalah belajar tidak harus di bangku sekolah atau di dalam kelas, belajar bisa dilaksanakan dimana saja. Misalnya dengan memahami alam sekitar kita juga termasuk belajar, dengan ikut dalam suatu organisasi di sekitar tempat tinggal kita juga belajar. Berarti jika kita bisa memanfaatkan kejadia-kejadian yang terjadi di sekeliling kita dengan benar, kemungkinan besar kita bisa belajar kapanpun dan dimanapun.

Jika memang pembelajaran dilaksanakn didalam kelas, maka pembelajaran itupun harus di sangkut pautkan dengan kejadian sehari-hari yang dialami siswa. Karena dengan pendidik menyangkut pautkan pembelajaran dengan kegiatan atau kejadia sehari-hari yang dialami oleh siswa, maka materi yang disampaikan itu akan mudah di cerna dan di aplikasikan oleh siswa dalam kehidupannya. Dan tujuan kita agar ssiswa meniru apa yang kita sampaikan akan tersalurkan dengan baik. Di SMP Muhammadiyah ini kemandirian siswa bisa tercermin dari tingkahlaku siswa,

88 diantaranya: merapikan tempat duduk, mengerjakan ulangan dengan baik,

Dokumen terkait