• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH PEMAHAMAN MAHASISWI PADA AL-QUR’AN SURAH AL-AHZAB AYAT 59 TERHADAP PERILAKU BERBUSANA

DI FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ANGKATAN 2018

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Agama Islam

pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

ANDI NUR ZAIZAR NIM: 20100117079

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2021

(2)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Andi Nur Zaizar

NIM : 20100117079

Tempat/Tanggal Lahir : 2001

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas/Program : Tarbiyah dan Keguruan/S1 Alamat : Samata Romang Polong

Judul : Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-

Qur’an surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap Perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018.

Menyatakan dengan sesunggunya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya saya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain, sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Samata-Gowa, 30 Januari 2021 Penyusun

Andi Nur Zaizar NIM 20100117079

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan nikmat kesehatan, kesempatan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul”

Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018”untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan di Universitas Islam Negri Alauddin Makassar atau kampus peradaban tercinta ini. Tak lupa pula kita kirimkan shalawat serta salam kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw., para sahabat keluarga serta pengikut-pengikutnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan skripsi ini masih terdapat kesalahan didalamnya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca dan tak lupa juga penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pembimbing atas segala arahanya sehingga skripsi ini bisa tersusun.

Selesainya skripsi ini karena berkat bimbingan dan arahan dari beberapa pihak, maka dari itu sudah sepantasnya penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada :

1. Kedua orang tua penulis yaitu Rif‟a Abbas dan A. Rosdiana M.S yang selalu mendoakan dan menyemangati dalam penulisan skripsi ini,serta terimakasih atas uang jajan yang selalu diberikan agar supaya lebih semangat dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makasar dan para Wakil Rektor I, II, III, dan IV yang selama ini memberikan bantuan fisik maupun material dan memberikan fasilitas dalam perkuliahan.

(5)

v

3. Dr. H. Marjuni, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, para Wakil Dekan I, II, III, dan para Staf yang memberikan bantuan yang berarti bagi penulis dalam penulisan skripsi.

4. H. Syamsuri S.S., M.A. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam dan Dr.

Muhammad Rusmin B., M.Pd.I. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam dan seluruh staf jurusan yang memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

5. Prof. Dr. H. Syahruddin, M.P.d selaku Pembimbing I dan Dr. Hj. Amrah Kasim M.A. selaku Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan arahan guna penyempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Dr. H. Syamsul Qomar., M.Th.I. selaku Penguji I dan H. Syamsuri, S.S., M.A.

selaku Penguji II, yang telah memberikan masukan dan arahan sehingga skripsi ini diselesaikan dengan baik.

7. Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 yang telah memberikan kerja samanya dengan membantu mengisi kuesioner secara virtual 8. Teman-teman kelas yang senantiasa memberikan pengalaman serta mampu

mengambil pelajaran selama kurang lebih dua tahun sekelas sama-sama, semoga kita selalu saling mengingat satu sama lain.

(6)

vi DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vIi ABSTRAK ... viiI BAB I PENDAHULUAN ... 1-13 A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Hipotesis ... 9

D. Defenisi Operesional Variabel ... 9

E. Kajian Pustaka ... 10

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 14-34 A. Konsep Pemahaman al-Qu‟an Surah Al-Ahzab Ayat 59 ... 14

B. Perilaku Berbusana ... 24

C. Fungsi Busana Muslimah ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34-48 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 34

B. Variabel dan Desain Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Metode Pengumpulan Data ... 38

E. Instrumen Penelitian... 39

F. Prosedur Penelitian ... 41

G. Teknik Pengelolaan dan Analisis data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49-70 A. Hasil Penelitian ... 49

1. Gambaran Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur‟an surah Al- Ahzab ayat 59 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ... 49

(7)

vii

2. Gambaran Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ... 57 3. Hubungan antara Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah

Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ... 61 B. Pembahasan ... 69

BAB V PENUTUP ... 71-72 A. Kesimpulan ... 71

B. Implikasi Penelitian ... 72 KEPUSTAKAAN ... 73 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Skala Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al-

Ahzab ayat 59 ... 40

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Skala Perilaku Berbusana Mahasiswi Jurusan Pendidikan AgamaIslam Angkatan 2018 ... 41

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran Surah Al-Ahzab ayat 59 ... 54

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 ... 55

Table 4.3 Kategorisasi Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al- Ahzab ayat 59 ... 56

Table 4.4 Distribusi Frekuensi Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ... 57

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ... 59

Tabel 4.6 Kategorisasi Perilaku Berbusana ... 60

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas ... 65

Tabel 4.8 Hasil Uji Linearitas ... 66

Table 4.9 Hasil Uji Korelasi ... 67

(9)

ix ABSTRAK Nama : Andi Nur Zaizar

NIM : 20100117079

Judul : Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018

Skripsi ini merupakan salah satu kajian tentang pemahaman mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana mahasiswi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatn 2018, yang membahas tiga permasalahan yaitu (1) Bagaimana pemahaman mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, (2) Bagaimana perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018, (3) Apakah ada pengaruh pemahamanan mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59

Jenis penelitian ini tergolong metode kuantitatif ex post facto dengan desain paradigma sederhana dimana penelitian ini terdiri atas satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 dan adapun sampel yang digunakan sebanyak 63 orang dengan teknik pengambilan sampel yaitu Sampling Jenuh .

Hasil analisis statistik deskriptif diperoleh hasil penelitian yaitu Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 berada pada kategori sedang dengan presentasi 55,56 % . sedangkan hasil dari penelitian perilaku berbusana di fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 berada pada kategori sedang dengan persentase 44,44%.

Berdasarkan hasil output melalui SPSS, diperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,134 dan nilai signifikansi kedua variabel menunjukkan nilai yang sama yaitu p- value=0,000 < 0,05. Artinya, hipotesis dalam penelitian ini diterima, sehingga, terdapat hubungan yang signifikan antara Pemahaman Mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 dengan Perilaku Berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dimana Jurusan PAI angkatan 2018, dengan pengaruh yang diberikan positif

Implikasi pada penelitian ini yaitu, pemahaman mahasiswi pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 yang memiliki pemahaman sedang yang berkaitan dengan perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 jika para mahasiswi memahami dengan baik isi ayat yang berkenaan dengan al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana maka akan berbusana sesuai dengan tuntunan al-Qur‟an dan hadis.

(10)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemahaman berasal dari kata paham yang memiliki arti pengertian, pendapat, pandangan. Pemahaman berarti proses,cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Pemahaman seseorang didaptkan melalui ilmu yang dipelajarinya dan ilmu tersebut merupakan dasar dari segala tindakan seseorang. Jika seseorang berilmu maka ia harus diiringi dengan amal (perbuatan). Sama halnya jika mahasiswa yang telah diberikan pemahaman mengenai suatu surah dalam al- Quran maka ia harus mengamalkanya dari ilmu yang ia dapati. Menurut Bukhari Umar “ Seseorang yang berilmu bukanlah sekedar tahu tanpa amal,melainkan mengamalkanya”. Sebab pada hakikatnya, orang tahu itu adalah orang yang mengamalkan ilmunya.1 Penulis dapat menyimpulkan bahwa apa yang kita ketahui sebaiknya kita amalkan atau aplikasikan baik dalam lingkungan maupun luar lingkungan.

Pemahaman yang dimaksud mengenai busana muslimah. Dengan mengenakan busana muslimah yang didasari atas pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai Islam akan lebih memberi makna dan manfaat bagi pemakainya. “Dengan memahami lebih dalam tentang mengenakan busana menurut ketentuan islam. Setidaknya dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

Lebih dari itu, hati, pikiran, sikap dan tingkah laku pemakainya sehari-hari biasa terjaga dan aman dalam berbagaI situasi pergaulan. Tata cara berpakaian menurut agama Islam tidak semata-mata mensyaratkan busana sebagai penutup tubuh.

Tetapi busana menjadi sarana yang lengkap dan menyeluruh baik kesehatan,

1Bukhari Umar, Hadis Tarbawi : Pendidikan dalam Perspektif Hadis (Cet. 3 Jakarta:

Amzah, 2015), h.23.

(11)

2

kesopanan, serta keselamatan lingkungan. Lebih jauh lagi, Islam pun menganggap cara berbusana sebagai tindakan ibadah serta kepatuhan seorang umat yang berakibat janji pahala bagi yang menjalankanya. Demikian pula Islam telah menetapkan syarat-syarat bagi busana muslimah dalam kehidupan umum, seperti yang ditunjukan oleh nash-nash al-Qur‟an dan as-Sunah. Diantara syaratnya yaitu untuk berbusana muslimah tidak boleh menggunakan bahan-bahan tekstil yang transparan atau memperlihatkan lekuk tubuh atau menggunakan bahan yang transparan, belum dianggap berbusana muslimah yang sempurna.2 Jadi penulis dapat menyimpulkan ketika kita telah memahami suatu ayat dalam al-Qur‟an tentang tata cara berpakaian atau berbusana maka sebaiknya kita harus menghindari busana yang menampakkaan lekukan tubuh, atau sebaiknya kita menggunakan busana yang longgar dan menutup aurat sesuai ajaran dalam al- Qur‟an dan as-Sunnah.

Busana muslimah diartikan sama dengan jilbab, karena busana muslimah identik dengan jilbab. Ada tiga kata yang memiliki makna serupa dengan jilbab, yaitu al-hijab. Al-khimar, dan al-niqob. Dalam khazanah kosa kata bahasa Indonesia, istilah yang lebih populer untuk busana muslimah adalah jilbab. Pada umumnya ulama tafsir mendefinisikan jilbab sebagai pakaian yang lebih besar daripada kerudung, misalnya, al-Qana‟ mengatakan bahwa jilbab adalah pakaian yang menutup seluruh tubuh wanita. Menurut M. Quraish Shihab, jilbab adalah baju kurung yang longgar, dilengkapi dengan kerudung sebagai penutup kepala.

Sementara itu, Nashruddin Baidan mengatakan bahwa jilbab merupakan bentuk pakaian yang menutup sekujur tubuh pemakainya. Terutama ada juga yang mengartikan jilbab itu dengan kerudung, cadar atau tirai penutup muka, padahal kerudung tidak sama dengan jilbab.

2M. Shidiq Al-Jawi. Jilbab dan Kerudung (Busan Sempurna Seorang Muslimah) Cet. 1 (Jakarta : Nizam Press, 2007), h.10.

(12)

Begitu beragamnya arti jilbab tetapi tidak merubah akan fungsi sesungguhnya yang telah disyariatkan oleh islam. Meskipun demikian dari berbagai terjemahan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan jilbab adalah busana muslimah, yaitu suatu pakaian tidak ketat (atau longgar) Dengan ukuran lebih besar, menutup seluruh tubuh perempuan kecuali muka dan telapak tangan sampai ke pergelangan. Dalam bentuk dan modelnya tidak mempunyai aturan khusus. Jadi tergantung pada kehendak dan selera masing- masing asalkan memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan oleh syariat Islam.

Allah berfirman dalam QS Al‟Ahzab/33: 59

َّنِهِبْيِب َلََج ْنِم َّنِهْيَلَع َنْيِنْدُي َنْيِنِمْؤُمْلا ِءۤاَسِنَو َكِتٰنَبَو َكِجاَو ْزَ ِّلِّ ْلُق ُّيِبَّنلا اَهُّيَآٰٰي ْْ َا ٰٰٓٓنَْْا َكِل ٰٰ

َنْيَٰ ْؤُي َلََف َنْفَرْعُّي اًمْيِحَّر اًر ْىُفَغ ُ ّٰاللّ َْ اَكَو

Terjemahnya:

Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.3

Ayat tersebut jelas mengatakan bahwa seorang wanita muslimah, cara berpakaianya harus menutupi seluruh tubuhnya. Berpakaian seperti ini agar wanita terlindung dari berbagai godaan dan gangguan. Apalagi di zaman trend saat ini begitu banyak model busana atau pakaian sudah diciptakan orang, mulai yang sempit sampai yang sangat longgar, mulai dari bahan yang sangat sederhana sampai bahan yang sangat mahal, baik untuk kaum adam dan kaum hawa.

Terutama untuk kaum hawa, ini dianggap hal yang sangat penting di zaman sekarang. Mulai dari busana yang terbuka menampakkan perhiasanya, lalu yang sangat sempit menonjolkan lekuk tubuhnya sampai kepada busana yang tertutup.4

3Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, h.517.

4Darby Jusbur Salim, Busana Muslim dan Permasalahanya (Jakarta: Depertemen Agama R.I.,1984),h.4-5.

(13)

4

Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa ketika kita telah mengetahui isi dalam QS Al-Ahzab diatas maka sebaiknya kita mengaplikasikan aturan dan ketentuan tersebut khususnya Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam sebaiknya tidak lagi mengenakan pakaian ke kampus yang menampakkan lekukan tubuh karena kita adalah contoh bagi Mahasiswi Jurusan lain dengan basic pendidikan Agama Islam setidaknya banyak mengetahui tentang hal tersebut sebagaiamana yang telah dijelaskan dalam kandumgan al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 diatas.

Tidak hanya sekedar menutup, tetapi juga harus memenuhi syarat berbusan muslimah yang benar. Pertama ,jilbab menutup seluruh badan, selain yang dikecualikan ( wajah dan telapak tangan). Kedua, busana muslimah tidak sebagai perhiasan. Ketiga busana muslimah harus terbuat dari bahan yang tebal. Keempat, busana muslimah yang dipakai harus longgar dan tidak ketat. Kelima, busana muslimah tidak diberi parfum atau ,wangi-wangian. Keenam, busana muslimah yang dipakai tidak menyerupai pakaian laki-laki dan tidak menyerupai wanita- wanita kafir serta bukan pakaian untuk mencari popularitas.5 Akan tetapi kini busana muslimah dikenakan bukan lagi sekedar atas tuntunan agama yaitu untuk menutup aurat, akan tetapi sebagai alat pemenuhan gaya hidup yang merambah kemana-mana. Rasulullah memang tidak melarang umatnya untuk mengikuti perkembangan zaman, termasuk dalam hal pakaian, akan tetapi rambu-rambu syariat memanglah harus tetap dipegang teguh dan ditaati.6 Begitupun dengan penampilan para wanita muslimah, khususnya Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 dengan semakin berkembangnya busana muslim seperti sekarang ini sampai-sampai terjadi pergeseran makna busana muslim.

Banyak wanita muslimah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan khususnya Jurusan

5Albani dan Syaikh Muhammad Nashiruddin. Jilbab Wanita Muslimah Menurut Qur‟an dan Sunnah (Solo: At-Tibyan, 2011).h. 35.

6M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, h.40.

(14)

Pendidikan Agama Islam mengenakan busana bukan berdasarkan atas perintah agama, maka dari itu penulis dapat menyimpulkan bahwa busana muslimah sekarang yang dikenakan mahasiswi ke kampus bukan berdasarkan atas perintah agama, jadi busana muslimah yang digunakan belum memenuhi kriteria busana muslimah yang baik. Mereka mengenakan busana muslimah hanya mengarah kepada tujuan model. Padahal busana muslim merupakan salah satu simbol religious bentuk ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhanya.7 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa busana muslimah bukan hanya sekedar ingin terlihat cantik dan fashionable tapi busana muslimah itu sebagaimana dalam al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 adalah pelindung bagi wanita dari segala macam gangguan. Apalagi pada zaman sekarang ini mahasiswi yang berangkat menuju kampus namun jarak kampus dan rumah atau kostan nya jauh biasanya kebanyakan mereka pulang agak malam jadi sebaiknya mereka mengenakan pakaian yang menutup aurat agar supaya mereka terlindungi dari lelaki jahat.

Seperti yang dikemukakan Davis dalam buku fashion Sebagai Komunikasi karya Malcolm Barnard pakaian yang kita kenakan memiliki atau dapat memberikan makna dan tingkah laku seseorang.8 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa segala sesuatu yang kita kenakan bisa terlihat jelas dan bisa dinilai jelas oleh orang lain sebagaimana contohnya mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam yang memakai pakaian atau busana yang bermacam macam saat masuk kampus ada yang memakai kerudng pendek, kerudung panjang dan sebagainya secara tidak langsung dapat dibedakan mana yang kelihatan sholeha dan mana yang tidak terlalu syar‟i.

7M. Quraish Shihab, Jilbab Pakaian Wanita Muslimah, h.55.

8Malclom Barnard, Fashion Sebagai Komunikasi ( Yogyakarta: Jalasutra,1996),h.103.

(15)

6

Namun demikian, jika perilaku berbusana muslimah hanya disebabkan trend dan bukan karena kesadaran keagamaan yang memerintahkan kaum hawa dalam menutup aurat, dikhawatirkan akan dapat mencidrai ajaran Islam itu sendiri. Betapa tidak banyak dijumpai para perempuan yang yang secara zahir sudah berbusana secara islami, tetapi akhlak dan perilakunya belum mencerminkan makna hakiki dari ajaran Islam untuk menutup aurat. Misalnya, masih banyak perempuan perempuan berhijab yang berpacaran, berboncengan motor dengan orang yang bukan muhramnya dengan begitu mesra, dan lain sebagainya. Tentu hal tersebut sangat tidak sesuai dengan maksud menutup aurat.

Idealnya, para perempuan muslimah yang telah berbusana sesuai dengan perintah agama. Mampu mengaplikasikan pribadi yang dapat menjadikan contoh bagi orang yang belum melaksanakanya.9 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa masih banyak seorang wanita muslimah yang belum mengetahui pemahman tentang perilaku berbusana maksudnya masih banyak muslimah yang tidak mengetahui ilmunya seperti contohnya mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam berbusana muslimah tapi belum sesuai ketentuan yang telah ditentukan dalam al-Qur‟an.

Hukum disyariatkanya hijab memiliki dua sisi positif bagi kaum perempuan diantaranya yaitu pertama mampu menjaga kaum hawa secara khusus agar kaum laki-laki tidak melirik seenaknya saja sehingga bisa menyakiti perasaan kaum hawa tadi sehingga membuatnya malu. Kedua mampu menjaga kaum hawa yang telah lanjut usia sehingga mereka tetap mendapatkan perhatian dari para suaminya dan membiarkan mereka begitu saja atau berpaling darinya ketika melihat kaum hawa lain yang lebih cantik.10 Jadi penulis dapat menyimpulkan

9Endi Suhendi Zen dan Neity Khairiyah, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,….

10Syaikh Mutawalli As-Sya‟rawi, Fikih Perempuan Muslimah (Bandung: Amzah, 2005), h.151.

(16)

dengan adanya syariat berjilbab agar supaya lebih memperindah kaum wanita selain daripada itu berbusana muslimah juga mampu dikatakan perlindungan dari laki-laki yang ingin berbuat jahat.

Sebagai lembaga pendidikan tinggi UIN Alauddin Makassar yang berbasik Islam, memiliki gaya berjilbab yang berbeda-beda, contohnya ada yang cenderung memakai kerudung yang simpel, ada yang berkerudung besar, dan lain sebagainya dengan menyesuaikan busana yang dipakainya. Manusia sebagai makhluk sosial termasuk didalamnya adalah seorang wanita muslimah tidak terlepas dari pengaruh lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan dari luar maupun lingkungan keluarga, seperti misalnya manusia yang satu dengan manusia yang lain karna pada hakikatnya memang saling membutuhkan.

Trend busana muslimah dikalangan mahasiswi dengan perkembangan zaman, mempunyai pengaruh yang telah mendominasi kaum hawa atau wanita muslimah, khususnya berkaitan dengan trend mode busana, perkembangan budaya yang semakin modern pun tidak dapat ditolak dan memberikan dampak terhadap cara berbusana, baik dari segi kerudung dan sebagainya. Minimnya pengetahuan tentang cara berbusana yang baik sesuai dengan syariat islam al- Qur‟an dan as-Sunnah, membuat wanita-wanita muslimah seenaknya mengenakan jilbab. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti fenomena yang terjadi sekarang di kalangan mahasiswi khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018.

Perkembangan busana ini juga telah diikuti mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018. Hal ini terlihat dari cara berbusana mahasiswi yang telah fashionable dengan mengikuti perkembangan fashion, sementara orang dalam bidang fashion menunjukan gaya busana sebagai suatu trend dalam berpakaian. Tidak dapat dipungkiri bahwa

(17)

8

perkembangan busana dari waktu ke waktu selalu mengalami perkembangan.

Perkembangan ini salah satunya dipengaruhi oleh adanya arus globalisasi dan fashion.

Para Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 ini memiliki gaya berbusana masing-masing, walaupun semuanya diwajibkan untuk berjilbab sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh kampus. Sebagai calon Pendidik, Mahasiswi Pendidikan Agama Islam khususnya angkatan 2018 diwajibkan memiliki keteladanan yang baik, salah satunya berbusana muslimah sesuai syariat Islam, yaitu pakaian wajib menutup aurat, pakaian suci dari najis untuk melakukan ibadah seperti shalat.

Seharusnya mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar jurusan Pendidikan Agama Islam berpakaian muslimah sesuai petunjuk al-Quran dimana telah di jelaskan pada al-Qur‟an Surat Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana Mahasiswi namun pada kenyataanya masih ada Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam belum mengikuti aturan berpakaian muslimah yang sesuai dengan perintah al-Qur‟an dan hadis, kita bisa melihat secara nyata bahwa sanya kebanyakan mahasiswi yang mencontohi pakaian ala modern contohnya jilbab yang digunakan dililit-lilit, di ikat-ikat dan ada juga yang hanya sekedar menutup kepala saja tanpa menggunakan pentul atau peniti, jilbab kekinian ini biasanya disebut jilbab fashmina yang marak dikalangan para wanita muslimah. Di era moderen ini semakin hari gaya jilbab semakin banyak dan cepat ditiru oleh para mahasiswi khususnya mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam.

Oleh karena itu penulis tertarik meneliti lebih dalam mengenai Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur‟an Surah Al-ahzab ayat 59 terhadap perilaku

(18)

berbusana, apakah mahasiswi jurusan Pendidikan Agama Islam paham ilmunya tentang jilbab yang ia gunakan atau sebaliknya. Karena kebanyakan perempuan yang berjilbab tidak mengetahui ilmunya hanya memakainya saja. Padahal jilbab yang baik digunakan adalah jilbab yang menutupi dada walaupun tidak terlalu panjang yang penting menutupi dada. Namun banyak pandangan mengenai hal tersebut.

Pemilihan lokasi di kampus II UIN Alauddin Makassar. Secara khusus penulis memilih Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 sebagai lokasi penelitian karena menurut pengamatan dan studi pra lapangan menunjukan bahwa cara berbusana Mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018 lebih banyak mengikuti perkembangan busana di bandingkan fakultas lain yang ada di UIN, jika di perhatikan Mahasiswi fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 sudah bisa kita perkirakan bahwa 50% yang menggunakan busana muslimah yang menutupi seluruh tubuh kecuali telapak tangan dan 50% yang menggunakan busana mengikuti trend di era globalisasi sekarang seperti mengikat kerudung dilehar dan sebagainya, dan pada intinya jika kita mengamati mahasiswa tersebut ada beberapa yang mengenakan busana paham dengan ilmunya dan ada juga yang kurang paham dengan ilmunya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana pemahaman Mahasiswa pada al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

(19)

10

2. Bagaimana perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

3. Apakah ada pengaruh pemahaman Mahasiswa pada al-Quran surah Al- Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

C. Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang bersifat praduga karana masih harus dibuktikan kebenaranya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara, yang akan diuji kebenaranya.

Maka dugaan sementara penelitian ini berdasarkan pada latar belakang dan rumusan masalah diatas, mengenai Pengaruh Pemahaman Mahasiswa pada al- Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh Pengaruh Pemahaman Mahasiswi pada al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018”.

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional pada penelitian ini agar supaya memberikan informasi pada kita tentang bagaimana caranya mengukur suatu variabel-variabel yang akan di teliti. Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Pemahaman Mahsiswi pada al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 yang dimaksud disini adalah pemahaman yang berasal dari kata paham yang memiliki arti pengertian, pendapat, pandangan. Pemahaman berarti proses, cara perbuatan memahami atau memahamkan apa yang dipahami oleh mahasiswi tentang ayat tersebut karena tujuan dari ayat ini adalah

(20)

mengulurkan jilbab agar perempuan mukmin tidak diganggu dan lebih mudah dikenal.

2. Perilaku berbusana yang dimaksud disini adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, yang ketika digunakan mencerminkan seorang muslimah yang paham mengenai ajaran agamanya dalam tata cara berbusana. Akhlak berpakaian seorang muslimah adalah manakala ia berpakaian dengan rapi, menutup aurat dan tidak berlebih lebihan sesuai dengan apa yang telah di gariskan al-Qur‟an dan as-Sunnah.

E. Kajian Pustaka

1. Oleh Tri Komariah tentang “Pemahaman dan Implementasi kode etik dalam berpakaian Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN METRO Tahun Akademi 2018/2019” Jurusan Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro. Dengan hasil penelitian bahwa:

Hasil penelitian ini berupa, pemahaman mahasiswi berdasarkan hasil wawancara rata-rata memahami dengan baik, paham standar berpakaian yang sesuai dengan kode etik, batasan-batasan aurat seorang wanita, memahami kriteria pakaian muslimah serta hukum dasarnya. Namun secara implementasi, mereka belum sepenuhnya 100% mengimplementasikan berpakaian yang sesuai dengan standar kode etik, sehingga masih terdapat mahasiswi yang berpakaian tipis, dan ketat, hijabnya tidak menutupi dada serta memakai rok ketat dan belah. Alasan mereka bahwa berpakaian sesuai standar kode etik kelihatan tua dan tidak modis, keterbatasan pakaian yang mereka miliki, serta merasa nyaman dengan pakaian tersebut. Wadek III dan Kajur PAI supaya melakukan pembinaan, agar mempertegas sanksi buku pedoman kode etik, serta lebih banyak memasang baliho desetiap sudut kampus terkait pakaian yang menutup aurat. Tujuanya agar mahasiswi

(21)

12

sadar dengan status dimana ia menempuh pendidikan yang berada dibawah naungan Lembaga Agama Islam

2. Briliant Putri Pertiwi “Studi Tafsir Surah Al-Ahzab ayat 59 menurut Riffat Hassan dan Maryam Jameelah Tahun 2019. Jurusan Pendidikan Agama Islam di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Dengan hasil penelitian menyimpulkan bahwa menurut Riffat makna Jilbab ada pada surah Al- Ahzab ayat 59 adalah pakaian kesopanan, sedangkan menurut Maryam makna jilbab adalah cadar. Selain itu ada perbedaan dan persamaan antara ke dua tokoh apabila dilihat dari pandangan secara umum, kedua tokoh setuju bahwa cadar berfungsi untuk kesopanan perempuan, hanya saja bagi Riffat bukan berarti perempuan wajib mengenakan cadar dan sebaliknya dengan Maryam yang berpendapat cadar wajib bagi perempuan.

3. Imam Suharianto “Pemaknaan Gaya Busana Mahasiswa Ditengah Arus Modernisasi (Studi Kasus pada Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar).Jurusan Perbandingan Agama 2016 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa Mahasiswi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar menganggap trend gaya busana di era modern yang ada saat ini memang banyak mengalami perkembangan yang lebih menarik, sehingga mahasiswi telah mengalami perubahan dalam berbusana yaitu mereka lebih terlihat modis dan gaul mengikuti perkembangan sesuai dengan model-model yang sedang marak di masyarakat. Mahasiswi ada yang lebih mengutamakan mengikuti mode untuk lebih cantik, tampil lebih gaul, modis, percaya diri ketika di kampus dan sebagian lagi mengikuti trend mode gaya busana namun lebih mengutamakan busana yang syar‟i bagi mahasiswi yang memaknai gaya busana sebagai trend, agar mereka dikatakan tidak

(22)

ketinggalan zaman (tidak ketinggalan mode). Bagi mahasiswi yang memakai busana sebagai status sosial, mereka merasa lebih percaya diri dan ingin dianggap lebih menarik oleh teman-teman baik perempuan maupun laki-laki karena menurut mereka orang lain melihat diri mereka orang lain melihat diri kita dan penampilan luar terutama dari apa yang kita pakai 4. Nur Tsabita Halim “ Pemahaman Hizbut Tahrir terhadap model Jilbab.”

Jurusan Ilmu al-Quran dan Tafsir 2017 di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa Hizbut Tahrir memahami bahwa jilbab adalah milhafah (semacam mantel atau jubbah) atau yang laim. Atau jilbab itu adalah al-saub (pakaian) yang dapat menutupi seluruh tubuh. Dalam wujud penggunaanya. Hizbut Tahrir memaknai model jilbab yakni bagian baju yang diulurkan dari atas sampai ke bawah menutupi kedua kaki, yang wajib digunakan setiap perempuan muslimah saat keluar dari rumahnya atau saat bertemu dengan orang yang bukan mahramnya, atau saat berada dalam kehidupan umum.

5. Selvi Juniarti “Implikasi Trend Busana Muslimah dan Perilaku Sosial diKalangan Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta” Jurusan Sosiologi Agama 2016. Di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dengan hasil penelitian ini menunjukan bahwa trend busana muslimah yang digunakan oleh mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam terdiri dari empat macam busana muslimah yakni, busana muslimah tunik tingkah laku lebih fleksibel artinya menyesuaikan tempat yang didatanginya, busana muslimah gamis menonjolkan sifat feminism mahasiswi yang menggunakanya, busana muslimah syar‟i tingkah lakunya lebuh anggun dan kalem. Dan busana muslimah kasual tingkah laku mahasiswi lebih santai. Adapun motivasi

(23)

14

penggunaan busana muslimah mahasiswi disebabkan oleh lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan, dan kemauan diri sendiri atas dasar kesadaran. Agama dan memberikan dampak psikologis, sosiologis, dan agamis. Kategori yang ditinjau menggunakan pemikiran Max Weber tentang tindakan rasionalitas berorientasikan nilai yang dikemukakan oleh informan bahwa menggunakan busana muslimah disebabkan nyaman menggunakanya, lebih percaya diri, lebih sopan, dan muslimah.

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah menjawab pertanyaan peneliti dan rumusan masalah yang telah dikemukakan.

1. Tujuan penelitian.

a. Untuk mengetahui pemahaman Mahasiswa pada al-Qur‟an surah Al- Ahzab ayat 59 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

b. Untuk mengetahui perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

c. Untuk mengetahui pengaruh pemahaman Mahasiswi pada al-Qur;an surah Al-Ahzab ayat 59 terhadap perilaku berbusana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018?

2. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat dari penelituan ini diantaranya adalah :

a. Agar supaya mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islma angkatan 2018 berbusana sesuai dengan pemahaman QS Al-Ahzab ayat 59 tentang perilaku berbusana.

(24)

b. Agar supaya mampu mengaplikasikan pengetahuan mahasiswi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam tentang penafsiran ayat QS Al-Ahzab ayat 59 .

c. Untuk menambah pengetahuan penulis tentang berbagai macam busana yang di pakai di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam Angkatan 2018

(25)

16 BAB II

TINJAUAN TEORITIS A. Konsep Pemahaman Al-Quran surah al-Ahzab ayat 59

1. Pengertian pemahaman

Kata pemahaman dalam kamus besar Bahasa Indonesia berasal dari kata paham yang memiliki arti pengertian, pendapat, pandangan. Sedangkan pemahaman berarti proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.1 Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti dan memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Memahami berarti mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari beberapa segi.2 Aunurrahman menyatakan bahwa” Pemahaman mencakup kemampuan menangkap dari hal-hal yang dipelajari“.3 Penulis dapat menyimpulkan bahwa pemahaman adalah apa yang terlintas dipikiran kita saat mempelajari sesuatu.

Dengan kata lain, memahami adalah mengerti atau mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa seseorang dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal yang dia pelajari dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Memahami maksudnya disini ialah memahami tentang bagaimana berbusana sesuai dengan yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Sebagai seorang muslimah haruslah memperhatikan kaidah-kaidah berbusana sesuai dengan syariat Islam, supaya apa yang dikenakan dapat dipertanggung jawabkan di akhirat kelak dan tidak memicu hal-hal yang tidak diinginkan.

1Tim penyusunan Kamus Pusat Bahasa , Op. Cit..h.811.

2Mulyadi, Evaluasi Pendidikan (Malang: UIN Malik Press, 2010), h.3.

3Aunurrahman , Belajar dan Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 811.

(26)

Pemahaman merupakan salah satu hasil belajar. Dalam proses pembelajaran, setiap mahasiswi memiliki daya tangkap dan daya serap yang berbeda dalam menerima memahami arti busana. Sehingga kemampuan untuk memahami sesuatu yang Ingin dipahami juga berbeda pada setiap mahasiswi. Ada mahasiswi yang mampu memahami arti busana yang sesungguhnya dan ada pula mahasiswi yang berbusana tanpa memahami ilmunya. Oleh karena itu untuk mencapai pemahaman juga diperlukan pengetahuan.

Pemahaman yang dimaksud mengenai busana muslimah. Dengan mengenakan busana muslimah yang didasari atas pemahaman dan penghayatan terhadap nilai-nilai Islam akan lebih memberi makna dan manfaat bagi pemakainya. “Dengan memahami lebih dalam tentang mengenakan busana menurut ketentuan Islam, setidaknya dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

Lebih dari itu, hati pikiran, sikap dan tingkah laku pemakainya sehari-hari bisa lebih terjaga dan amanah dalam berbagai situasi.4

2. al-Quran surah Al-Ahzab ayat 59

َّنِهِبْيِب َلََج ْنِم َّنِهْيَلَع َنْيِنْدُي َنْيِنِمْؤُمْلا ِءۤاَسِنَو َكِتٰنَبَو َكِجاَو ْزَ ِّلِّ ْلُق ُّيِبَّنلا اَهُّيَآٰٰي َا ٰٰٓٓنَْْا َكِل ٰٰ

ْْ

اًمْيِحَّر اًر ْىُفَغ ُ ّٰاللّ َْ اَكَو َنْيَٰ ْؤُي َلََف َنْفَرْعُّي

Terjemahnya:

Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya[1232] ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu.

dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

a. Penjelasan ayat dalam Tafsir Al-Misbah:

Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa sebelum turunya ayat ini (Al- Ahzab:59) cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baik-baik atau yang

4Alim Khoiri, Fiqh Busana: Telaah Kritis Pemikiran Muhammad Syahrur (Yogyakarta:

Kalimedia. 2016), h. 28.

(27)

18

kurang sopan bisa dikatakan sama, karena itu lelaki seringkali usil mengganggu wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba sehaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut serta menampakkan kehormatan wanita muslimah turunlah ayat ini dan menyatakan: Hai Nabi Muhammad katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan dan wanita-wanita keluarga orang- orang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni jilbab keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu menjadikan mereka lebih dikenal sebagai wanita-wanita muslimah, atau sebagai wanita-wanita merdeka sehingga dengan demikian mereka tidak diganggu dan Allah senantiasa maha pengampun lagi maha penyayang.5

Kalimat(

ىساءلَمىمىبه

)diterjemahkan oleh tim Depertemen Aan Qurais Shihab lebih cenderung menerjemahkanya wanita dengan istri-istri orang mukmin dan Qurais Shihab lebih cenderung menerjemahkanya wanita-wanita orang mukmin sehingga ayat ini mencakup semua gadis-gadis orang mukmin bahkan keluarga mereka semuanya. Kata (اىبهه) menegaskan bahwa seluruh tubuh mereka tertutupi oleh pakaian, Nabi saw, mengecualikan wajah dan telapak tangan dan beberapa bagian lain dari tubuh wanita (QS An-Nur[24]:31) dan penjelasan Nabi itulah yang menjadi tafsiran ayat ini, kata (جلب اب) diperselisihkan maknanya oleh ulama, Al-Biqa‟i berbeda pendapat antara kain baju yang longgar atau kerudung penutup kepala wanita, atau pakaian yang menutupi baju dan kerudung yang di pakainya, atau semua pakaian yang menutupi wanita. Semua pendapat ini menurut Al-Biqa‟i dapat merupkan makna kata tersebut. Kalau yang dimaksud denganya adalah baju, maka ia adalah menutupi tangan dan kakinya, kalau kerudung maknanya pakaian yang menutupi baju, maka perintah mengulurkanya adalah

5Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan keserasian al-Qur‟an juz 11 (Jakarta: Lentera Hati, 2004), 319-320.

(28)

membuatnya longgar sehingga menutupi semua badan dan pakaian.6 Jadi penulis dapat menyimpulkan bahwa dari beberapa pandangan para ulama yang menyatakan baju longgar dan kerudung yang menutupi dada itu adalah bagian dari busana muslimah kita juga bisa melihat secara fakta bahwa sanya mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam juga bisa dikatakan kebanyakan memakai busana seperti pandangan dari beberapa para ulama diatas.

Aththoba‟i memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang menutupi seluruh badan atau kerudung yang menutupi wajah dan kepala wanita. Thahir bin Ashur memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil dari jubah tetapi lebih besar dari kerudung atau penutup wajah ini diletakkan wanita di atas kepala dan terulur kedua sisi kerudung itu melalui pipi hingga keseluruh bahu dan belakangnya. Thahir bin Ashur menambahkan bahwa model jilbab bisa bermacam-macam sesuai perbedaan keadaan (selera) wanita dan yang di arahkan oleh adat dan kebiasaan. Tetapi tujuan yang dikehendaki ayat ini adalah

“Menjadikan mereka mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu”.7 Penulis dapat menyimpulkan bahwa dari berbagai macam model kerudung yang dibahas oleh para ulama dengan beragam model dan bentuk sebagaimana yang terjadi dikalangan mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam yang penulis lihat di fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar bahwa sanya ada yang memakai kerudung yang dililit, ada yang memakai kerudung yang menutupi dada bahkan ada yang memakai cadar seiring perkembangan zaman penulis berharap apa yang dikenakan Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam sesuai dengan pemahaman al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59.

6Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan keserasian al-Qur‟an juz 9, h. 320.

7Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan keserasian al-Qur‟an juz 9, h. 320.

(29)

20

M Qurais Shihab juga memberikan pemaparan dalam tafsir Al-Misbah ketika menafsirkan surat An-Nur ayat 31. Di akhir tulisan tentang jilbab, beliau menyimpulkan: Memang, kita boleh berkata bahwa yang menutup seluruh badanya kecuali wajah dan (telapak) tanganya, menjalankan bunyi teks ayat itu, bahkan mungkin berlebih. Namun dalam saat yang sama kita tidak wajar menyatakan terhadap mereka yang tidak memakai kerudung atau yang menampakkan tanganya.” Bukankah al-Qur‟an tidak menyebut batas aurat?‟ Para ulama pun ketika membahasnya berbeda pendapat.8 Penulis dapat menyimpulkan sebagaimana yang telah dijelaskan dari tokoh Ulama bahwa sanya al-Qur‟an tidak menyebutkan batas aurat begitu juga yang terjadi pada Mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam yang belum sepenuhnya mengenakan busana yang betul-betul tertutupi, akan tetapi masih ada yang biasa memakai kerudung namun rambutnya diatas ubun-ubun bermunculan.

Wahai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak perempuanmu dan wanita-wanita kaum mukmin agar mereka menjulurkan kain-kain mereka dari kepala kewajah mereka untuk menutupi wajah mereka, kepala dan dada mereka.

Hal itu lebih dekat kepada keterjagaan dan perlindungan sehingga mereka tidak beresiko di ganggu atu di jahili. Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang dimana Dia mengampuni apa yang telah berlalu dari kalian, dia menyayangi kalian dengan apa yang dia jelaskan, mana yang halal dan mana yang haram.

b. Asbabun Nuzul Surat Al-Ahzab Ayat 59 Tentang Wajibnya Berhijab.

Pada suatu riwayat dikemukakan bahwa Siti Saudah (Istri Rasululah) keluar rumah untuk sesuatu keperluan setetlah diturunkan ayat hijab. Ia adalah seorang yang badanya tinggi besar sehingga mudah dikenali orang. Pada waktu itu Umar melihatnya, dan ia berkata:”Hai Saudah. Demi Allah, bagaimana pun kami

8Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Pesan Kesan dan keserasian al-Qur‟an juz 9, h. 320.

(30)

akan dapat mengenalmu. Karenanya cobalah pikir mengapa engkau keluar?”Dengan tergesagesa ia pulang dan saat itu Rasulullah berada di rumah Aisyah sedang memegang tulang sewaktu makan. Ketika masuk ia berkata.”Ya Rasulullah, aku keluar untuk sesuatu keperluan, dan Umar menegurku (karena ia masih mengenalku)”.karena peristiwa itulah turunya ayat in (QS al-Ahzab: 59) kepada Rasulullah Saw. Disaat tulang itu masih di tanganya. Maka bersabdalah Rasulullah:“Sesungguhnya Allah telah mengizinkan kau keluar rumah untuk sesuatu keperluan”.9 Penulis dapat menyimpulkan bahwa perlunya agar kita ketika bepergian jauh untuk menutup aurat agar supaya tidak mudah dikenali sebab jilbab adalah penanda bahwa kita adalah wanita muslimah dan berfungsi untuk melindungi.

Dalam suatu riwayat juga mengatakan: hajat. Di tengah perjalanan, mereka diganggu oleh orang-orang munafik (orang jahat) karena penjahat itu tidak dapat membedakan antara wanita merdeka (terhormat) dengan yang budak (sebab model pakaian yang mereka pakai sama); sehingga bila mereka melihat seorang wanita memakai tutup kepala (kerudung), maka mereka berkata, “Ini perempuan merdeka”, lalu mereka biarkan berlalu tanpa diganggu. Sebaliknya, mereka melihat wanita tanpa tutup kepala lantas mereka berkata, “Ini seorang budak perempuan”, lalu mereka buntuti (dengan tujuan melakukan pelecehan seksual).

Dalam peristiwa ini tampak dengan jelas bahwa ayat ini turun bukan khusus berkenaan dengan konteks menutup aurat perempuan, tetapi lebih dari itu, yakni agar mereka tidak diganggu oleh pria-pria nakal atau usil. Dengan demikian, kita dapat berkata dimanapun didunia ini, baik dulu maupun sekarang bila dijumpai kasus yang sama kriterianya dengan peristiwa yang melatar belakangi turunya ayat itu, maka hukumnya adalah sama sesuai dengan kaedah

9K.H.Q. Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul (Bandung: Diponegoro, 2007),444.

(31)

22

usuh fiqih.”Hukum-hukum syara‟ didasarkan pada „illat (penyebabnya) “ada” atau

“tidak ada” „illat tersebut. Jika ada, maka ada pula hukumnya. Sebaliknya tidak ada „illat maka tidak ada hukumnya. Berdasarkan kaedah itu maka dapat ditarik kesimpulan bahwa berjilbab hukumnya wajib.10 Penulis dapat menyimpulkan sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa berjilbab itu hukumnya wajib sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Kampus Peradaban UIN Alauddin Makassar khususnya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang sama rata menggunakan Jilbab ke kampus dan bukan hanya di Fakultas Tarbiyah Fakultas lain pun mewajibkan untuk memakai jilbab.

Asbabun nuzul ayat berhijab (QS al-Ahzab ayat 59) terjadi karena Allah telah memberikan perintah kepada Nabi Muhammad agar ia menyuruh isteri-isteri dan anak-anak perempuan agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka.

Asbabun nuzul ayat berhijab ini timbul untuk membedakan antara wanita muslim dengan wanita jahiliah serta budak-budak perempuan. Sebelum turunya ayat ini, cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baik-baik atau kurang sopan hampir dapat dikatakan sama. Karena itu lelaki usil seringkali mengganggu wanita-wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba sehaya.

Azbabun nuzul ayat berhijab dikemukakan oleh enam orang ulama.

Keenam ulama yang mengutarakan asbabun nuzul ayat berhijab tersebut ialah Said Bin Manshur, Saad, Abd Bin Humaid, Ibnu Mundzir, dan Ibnu Abi Hatim.

Periwayatan asbabun nuzul ayat berhijab bersumber dari seorang sahabat bernama Abi Malik.

Sebelum adanya asbabun nuzul ayat berhijab ini, tidak ada perbedaan cara berpakaian antara wanita merdeka dengan wanita budak. Antara wanita baik dan terhormat dan wanita yang kurang baik pun berpenampilan yang sama. Asbabun

10Nashrudin Baidan, Tafsir bi-al Ra‟yi (Yogyakarta: Pelajar, 1999), h. 120.

(32)

nuzul ayat berhijab ini penyebab turunya QS. Al-Ahzab ayat 59 yang memberikan sekat untuk membedakan keduanya, agar pelecehan tidak menimpa wanita muslimah yang baik dan terhormat.

Adanya asbabun nuzul ayat berhijab menandakan bahwa QS al-Ahzab ayat 59 tidak semata turun dalam konteks menutup aurat perempuan. Dalam konteks yang lebih luas, asbabun nuzul ayat berhijab menjadi isyarat pelajaran agar para pria jahil tidak mengganggu wanita muslimah dimanapun mereka berada.

Adapun dalam QS An-Nur/24:31yang berbunyi:































































































































































Terjemahan:

Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman :”Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluanya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasanya, kecuali yang (biasa) Nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasanya, kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kainya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Tafsiran Ayat

Apa yang diharamkan oleh Allah bagi mereka, yaitu memandang kepada selain suami mereka. Karena itulah kebanyakan ulama berpendapat bahwa wanita

(33)

24

tidak boleh memandang lelaki lain yang bukan mahramnya, baik dengan pandangan birahi atau tidak.

Ayat ini juga menerangkan larangan menampakkan sesuatu dari perhiasanya kepada lelaki lain, kecuali apa yang tidak bisa disembunyikan.

Menurut Ibnu Mas‟ud hal yang dimaksud adalah seperti kain selendang dan pakaianya, yakni sesuaidengan tradisi pakaian kaum wanita arab yang menutupi seluruh tubuhnya, sedangkan bagian bawah pakaian yang kelihatan tidaklah berdosa jika ditampakkan.

Menurut Ibnu Mas‟ud perhiasan itu ada dua macam yaitu :

1. Perhiasan yang tidak boleh diperlihatkan kecuali hanya kepada suami (cincin dan gelang).

2. Perhiasan yang boleh terlihat oleh lelaki lain, yaitu bagian luar dalam kecuali yang (biasa) tampak darinya

Ibnu Abbas dan para pengikutnya menafsirkan kalimat ini dengan wajah dan kedua telapak tangan. Pendapat inilah yang mashyur dikalangan ulama. Hal ini diperkuat oleh sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud, bahwa telah menceritakan kepada kami Ya‟qub Ibnu Ka‟ab Al-Intaki dan Muammal Ibnul Fadlal-Harrani; keduanya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami al-Walid dari Sa‟id Ibnu Basyir, dari Qatadah dari Khalid Ibnu Duraik, dari Aisyah r.a bahwa Asma binti Abu Nabi memalingkan muka darinya seraya bersabda:

Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya.

Kerudung yang dimaksud adalah kerudung panjang yang dapat menutupi dada dan bagian sekitarnya , agar berbeda dengan pakaian wanita jahiliyah.

Karena sesungguhnya wanita jahiliyah tidak berpakaian demikian, bahkan seorang dari mereka lewat dihadapan laki-laki dengan membusungkan dadanya tanpa

(34)

ditutupi sehelai kainpun. Adakalanya pula menampakkan lehernya dan rambut yang ada didekat telinganya serta anting-antingnya. Maka Allah memerintahkan kepada wanita yang beriman agar menutupi seluruh tubuhnya. Atau ayah suami mereka atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara- saudara laki-laki mereka.

B. Perilaku Berbusana 1. Pengertian Perilaku

Perilaku berasal dari kata “peri dan laku”. Peri berarati cara berbuat, dan dan laku artinya perbuatan atau kelakuan. Perilaku berhubungan erat dengan istilah akhlak, etika dan moral. Perilaku dibagi kedalam dua macam, pertama perilaku yang dibawa dari lahir (innate behavior), dan kedua perilaku operan yang didapatkan dari proses belajar (operant behavior). Pada manusia, perilaku operan atau psikologis adalah perilaku yang dominanan. Sebagian terbesar perilaku ini merupakan perilaku yang dibentuk, perilaku yang diperoleh, perilaku yang dikendalikan oleh pusat kesadaran atau otak (kognitif). Timbulnya perilaku (yang dapat diamati) merupakan resultan dari tiga daya pada diri seseorang, yakni: daya seseorang yang cenderung untuk mengulangi pengalaman yang enak dan cenderung untuk menghindari pengalaman yang tidak enak (disebut conditioning dari Pavlop & Fragmatisme dari James); daya rangsangan (stimulasi) terhadap seseorang yang ditanggapi, dikenal dengan “stimulus respon teori dari Skinner;

daya individual yang sudah ada dalam diri seseorang atau kemandirian, dikenal dengan Gestalt thery dari Kohler.

Perilaku juga dapat diartikan sebagai tingkah laku atau dalam Islam lebih dikenal dengan akhlak. Akhlak secara bahasa adalah tingkah laku, perangai atau tabi‟at, sedangkan menurut istilah adalah pengetahuan yang menjelaskan tentang baik dan buruk, mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan akhir dari

(35)

26

usaha dan pekerjaanya. Akhlak menyatu dalam diri seseorang, menyatu dalam perilaku dan perbuatan. Jika perilaku tersebut baik, maka dinamakan perilaku terpuji atau akhlak terpuji, sedangkan jika perilaku itu buruk, maka dinamakan perilaku tercela atau akhlak tercela. Dalam Islam, kedua perilaku tersebut dikenal juga dengan sebutan Akhlak mahmudah untuk perilaku terpuji dan akhlak mazmumah untuk perilaku tercela.11 Penulis dapat menyimpulkan bahwa akhlak baik dan akhlak buruk yang ada pada diri kita maka itu bisa disebut sebagai perilaku.

Selain akhlak, dalam membahas perilaku juga dikenal istilah etika. Etika berasal dari bahsa Yunani “ethes” yang berarti adat kebiasaan. Etika adalah ilmu yang mempelajari tentang baik dan buruk dalam perbuatan manusia sejauh diketahui oleh akal pikiran. Seharusnya antara etika dan akhlak memiliki makna dan tujuan yang sama, akan tetapi asas yang melandasi keduanya yang berbeda.

Akhlak didasari oleh ajaran Islam dari Allah dan Rasulnya, sedangkan etika merujuk kepada pikiran manusia. Moral berasal dari kata “mores” yang berarti adat kebiasaan. Moral adalah tindakan manusia yang berdasarkan ide-ide umum (masyarakat) yang baik dan buruk. Istilah etika berada pada wilayah teoritis dan moral berada dalam wilayah praktis. Penulis dapat menyimpulkan dari penjelasn tersebut bahwasanya pentingnya etika dan akhlak dalam kehidupan sebagaimana yang terjadi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam yang berbusana sesuai dengan anjuran dalam al-Quran dan as-Sunnah

Ada tiga asumsi yang saling berekaitan mengenai perilaku manusia.

Pertama, perilaku itu disebabkan; kedua, perilaku itu digerakkan; ketiga, perilaku itu ditunjukan pada sasaran/ tujuan “. Dalam hal ini berarti proses perubahan perilaku mempunyai kesamaan untuk setiap individu, yakni perilaku itu ada

11Damanhuri,Akhlak tasawuf (Banda Aceh:Pena, 2010), h. 168.

(36)

penyebabnya, dan terjadinya tidak dengan spontan, dan mengarah kepada suatu sasaran baik secara eksklusif maupun inklusif. “Perilaku pada dasarnya berorientasi tujuan (goal oriented)”. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu keinginan untuk mencapai tujuan tertentu“.

Senada dengan itu Ndraha mendefinisikan perilaku sebagai operasionalisasi dan aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok dalam atau terhadap sesuatu (situasi atau kondisi) lingkungan. Pengaruh lingkungan dalam pembentukan perilaku adalah bentuk perilaku yang berdasarkan hak dan kewajiban, kebebasan dan tanggung jawab baik pribadi maupun kelompok masyarakat. Perilaku mendapat pengruh yang kuat dari motif kepentingan yang disadari dari dalam faktor intrinsik dan kondisi lingkungan di luar/ faktor ekstrinsik atau exciting conditioan. Oleh karena itu perilaku terbentuk atas pengaruh pendirian, lingkungan eksternal, kepentingan yang disadari, kepentingan responsive, ikut- ikutan atau yang tidak didasari serta rekayasa dari luar.

2. Pengertian Berbusana

Busana muslimah adalah pakaian yang menutupi seluruh tubuh manusia yang tabu untuk diperlihatkan oleh orang banyak. Di dalam kamus umum Bahasa Indonesia, busana sendiri diartikan sebagai pakaian yang indah-indah.12 Busana muslimah adalah berbagai jenis busana yang dipakai oleh wanita muslimah sesuai dengan ketentuan syariat Islam, dimaksud untuk menutupi bagian-bagian tubuh yang tidak pantas untuk diperlihatkan kepada publik. Pada intinya busana muslimah adalah busana yang syar‟i yang harus dikaitkan dengan sikap takwa yang menyangkut nilai psikologis terhadap pemakainya. Untuk menumbuhkan konsep diri busana muslimah semua itu kembali kepada masing-masing individu, dengan memperlihatkan gaya berbusana. Penulis dapat menyimpulkan

12W.J.S Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Balai Pustaka, 2006) Edisi ketiga,h.197.

(37)

28

sebagaimana mahasiswi Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2018 yang mempunyai perilaku berbusana sangat mengikuti zaman seperti halnya gaya busana di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam ada yang memakai dres, baju kemeja dan sebagainya,

Busana muslim adalah busana yang sesuai dengan ajaran Islam, dan pengguna pakaian tersebut mencerminkan seorang muslim yang taat atas ajaran agamanya dalam tata cara berpakaian.13 Penulis dapat menyimpulkan bahwa busana Muslimah adalah pakaian yang sesuai dengan kaidah yang telah ditentukan khususnya sesuai dengan penjelasan al-Qur‟an surah Al-Ahzab ayat 59 dan sebagaimana realita yang kita lihat khususnya di Jurusan Pendidikan Agama Islam y ang belum keseluruhan memakai busana muslimah untuk menutup aurat ada yang menggunakanya hanya untuk bergaya.

Busana muslim bagi wanita dapat diartikan sama dengan jilbab, karena busana muslimah identik dengan jilbab. Dalam khazanah kosa kata bahasa Indonesia, istilah yang lebih populer untuk busana muslimah adalah jilbab.14 Jilbab adalah sejenis pakaian luar yang menutup seluruh anggota tubuh. Apabila kaum perempuan itu keluar rumah malam hari karena suatu kebutuhan, mereka baru mengenakan jilbab, sedangkan bagi mereka yang tidak merasa perlu mengenakanya, mereka tetap memakai pakaian biasa. Orang-orang yang usil, lantas menggganggu mereka lantaran perempuan itu dikira amat, sebab memang amatlah yang sering kali sengaja mempertontonkan sebagian dari anggota tubuhnya. Kebiasaan semacam ini, lalu dijadikan sarana oleh kaum munafik untuk mengganggu kaum perempuan mukmin, termasuk isteri-isteri Nabi sendiri. Ketika

13S. Tabrani, Wanita Penghuni Surga (Jakarta: Bintang Indonesia, 2010), h.132.

14Reza Ahmadiansyah, Persep si Mahasiswi STAIN Salatiga Tentang Busana Muslimah, (Online) http://perpus,iainsalatiga.ac.id//docfiles/fulltext/9b1bd881fd3c2f99,pdf, (diakses, 30 Mei 2016, Jam 15.30 WIB.

(38)

ulah mereka itu diketahui orang lain, serta merta mereka membela diri dengan mengatakan bahwa ia menyangka perempuan itu amat . karena itu, maka Allah memerintahkan kepada isteri-isteri Nabi, puteri-puteri mereka, serta semua anak- anak gadis kaum mukminat agar memanjangkan jilbab mereka dengan menutup kekepala, leher, sampai dada mereka. Dengan demikian, orang-orang yang melihat bisa mengenali mereka sebagai perempuan mukminat yang merdeka, dan orang-orang fasik tidak keliru menggoda mereka dan orang-orang munafik tidak punya alasan lagi untuk mengganggu mereka dengan sengaja.15 Berikut beberapa pengertian tentang jilbab:

a. Jilbab menurut Rosyid Ridha, adalah kain sejenis pakaian luar yang menutup seluruh badan.

b. Quraish Syihab mengartikan jilbab adalah baju kurung yang longgar dilengkapi dengan kerudung penutup kepala.16

c. Menurut Dr. Moch Fachruddin jilbab berasal dari kata Jalaba, yang berarti menarik pandangan dan perhatian umum maka hendak di tutup.17

d. Menurut Al-Maraghi jilbab yaitu baju kurung yang menutupi seluruh tubuh wanita, lebih dari sekedar baju biasa dan kerudung.18

Hijab bagi wanita dalam Islam yang dimaksud adalah agar wanita menutup badanya ketika berbaur dengan laki-laki tidak mempertontonkan kecantikan, dan tidak pula mengenakan perhiasan.

15Muhammad Rasyid Ridha, Panggilan Islam terhadap Perempuan (Bandung: Penerbit Pustaka, 1986), h. 165-166.

16M. Quraish Syihab, Tafsir al-Misbah, Vol. 9, (Jakarta: Lentera Hati, 1999), h. 172.

17Faud Moch Fachruddin, Aurat dan Jilbab dalam Pandangan Islam, (Pedoman Ilmu Jaya, 1984), h. 24.

18Ahmad Mustafa Al-Maghi, Tafsir Al-maraghi, (Semarang: Toha Putra, 1974), h. 61.

Referensi

Dokumen terkait

Yang menjadi sumber data adalah penutur asli bahasa Rote yang  berada  di  wilayah  pemakaian  bahasa  Rote  seperti  hal  yang  sudah  diungkapkan,  bahasa  Rote 

Dari pemaparan yang telah dijelaskan diatas,maka tergambarlah maksud penelitian ini, yaitu suatu penelitian yang berusaha mengungkap dan memaparkan tentang peran MUI dalam

Minat pada prestasi menyebabkan remaja, baik remaja laki-laki maupun remaja perempuan berusaha untuk berprestasi tinggi, bahkan menimbulkan persaingan di kalangan remaja

Pada kajian yang lebih komprehensif terhadap setiap kebutuhan dasar keluarga seperti tempat tinggal (rumah), makan, kesehatan dan pendidikan, hasil kajian menunjukan

Jual beli bumbu dapur dengan cara comot di pasar Tugu Bandar Lampung adalah suatu bentuk jual beli di mana seseorang membeli suatu barang yaitu dengan cara si penjual

Mereka terlambat karena ketika mau beranjak pergi, nenek Mamat memanggil untuk minta tolong dibelikan sabun colek di warung rakit yang tidak jauh dari rumah Mamat yang berada

Such research may also implement 2 independent variables, namely personal involvement and brand familiarity, while the dependent variable may be the buying intentions

Untuk menghemat biaya perawatan dan penghematan dikemudian hari, maka penulis memilih perancangan alat pengkondisian udara dengan menggunakan pendingin air ( water chiller ),