8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Kolam
Kolam merupakan sebuah tempat untuk menampung air dengan jumlah tertentu, yang biasa digunakan oleh masyakarat untuk memelihara ikan. Menurut Susanto, dalam Aminasti (2011) secara teknis kolam merupakan suatu perairan buatan yang luasnya terbatas dan sengaja dibuat manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan air, jenis hewan budidaya dan target produksinya.
Ekosistem pada kolam merupakan salah satu ekosistem perairan air tawar yang sifatnya tenang (lentik), terakumulasi dalam suatu tempat dan keberadaan tumbuhan air terbatas hanya dipinggir saja (Barus, 2004). Lingkungan atau habitat kolam memiliki pengaruh terhadap makhluk hidup yang terdapat pada kolam sehingga terjadilah interaksi. Interaksi faktor biologi, kimia dan fisika inilah yang mempengaruhi kualitas suatu perairan pada kolam. Sofyan, dkk. (2011) Menyatakan bahwa kompleksitas biologi, fisika perairan melahirkan eksternalitas yang berakibat pada terjadinya degradasi lingkungan dan seterusnya terjadinya pencemaran perairan.
Ekosistem pada kolam berbeda dengan ekosistem perairan tawar lainnya, hal ini dapat dilihat dari komponen penyusun maupun karakteristik perairan yang terdapat pada kolam. Ekosistem kolam secara garis besar terdiri dari 3 wilayah horizontal (Diah, dkk. 2004), diantaranya:
a) Wilayah litoral: wilayah tepi kolam yang didominasi oleh organisme hydrilla,Ghydra,Hcapung, katak, dll. VegetasiHpada wilayahGlitoral didominasiGolehGTumbuhanNyangGmengapungGdanGtenggelam
b) WilayahGlimnetik: wilayahGperairanhterbuka yanghmasih dapathditembus cahayaHmatahari. Wilayah ini banyakhmengandunghfitoplankton dan zooplankton, karena banyakhplankton padahwilayah ini banyak terdapat ikan
c) Wilayahhprofundal: daerahHyang dalam denganhberbagai jenis dekomposer padajbagian dasarnyajPembagian wilayah menyebabkan variasi organisme dan vegetasi pada kolam meningkat, yang dimana hal ini dapat dijadikan dasar sebagai parameter kualitas suatu perairan. Menurut Nybakken, dalam Yoga, dkk. Organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat,Hmobilitas dan umurnyahyang relativeHlama mendiamihsuatu wilayahhperairan tertentu.
2.2 Kolam Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Punten, Kota Batu
Kota Batu merupakan suatu kota yang terletak di daerah dataran tinggi dengan kualitas suhu udara yang masih dingin dibandingkan dengan kota lain yang berada di sekitarnya. Desa Sidomulyo merupakan salah satu tempat yang berada di Kota Batu yang memiliki suasana masih asri, baik dari kondisi udara, air, maupun lingkungan yang berada disekitarnya. Instalasi Budidaya Air Tawar (IBAT) Punten, Kota Batu meupakan salah satu lembaga yang berada diabawah naungan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Timur yang bergerak di
sektor perikanan air tawar yang berada di Jl. Mawar Putih N0.86 Desa Sidomulyo Punten, Kecamatan Batu, Kota Batu, Jawa Timur, Kode Pos 65301. Lembaga ini didirikan oleh E.J. Reintjes dan dibantu oleh pegawainya antara lain: Supardi Niti Sumarto dan Makri (Cokro) pada tahun 1918.
Sebagaihsalah satuHUnit KerjaHDinas PerikananHdan Kelautan Provinsi,Jawa Timur, maka Instalasi,Budidaya Air,Tawar (IBAT) Punten Kota Batu mempunyai fungsi dan tugas, diantaranya:
a) Penyusunan,rencana dan pelaksanan,kegiatanJbudidaya atau perbenihan serta penyebaranNteknologi budidaya air tawar
b) MelaksanakanPendistribusian perbenihan dan budidaya,perikanan air tawar
c) Melaksanakan pembinaan dan pelatihan serta kaji terap teknologi perbenihan dan budidaya air tawar kepadaKpembudidaya dan petugas teknis lapangan
d) Melaksanakan ketatausahaan dan rumah tangga
e) PelaksanaanNtugas-tugas lain yang diberikannoleh Kepala Dinas.
Menurut susanto dalam aminasti (2011) kolam adalah suatu jenis perairan buatan yang komposisi luasnya terbatas dan sengaja dibuat untuk manusia agar mudah dikelola dalam hal pengaturan peraiairan, berbagai jenis hewan budidaya dan target produksinya. Kolam merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pembudidayaan ikan air tawar. Kolam selain digunakan sebagai media hidup ikan, juga memiliki fungsi untuk menumbuhkan pakan alami yang berasal dari mikroorganisme air.
Kolam pembudidayaan di lembaga IBAT merupakan salah satu kolam yang memiliki pengairan teknis. Hal ini sesuai dengan pendapat Aminasti (2011) kolam teknis banyak ditemukan pada instansi dibawah naungan pemerintah yang bergerak di bidang Penelitian, dan Pengembangan, Budidaya lkan. Kolam, berpengairan teknis adalah suatu jenis kolam yang mendapatkan air yang cukup sepanjang tahun dari saluran irigasi, hal ini dimaksudkan untuk mengatisipasi kekeringan yang terjadi pada musim kemarau.
Irigasi yang masuk menuju kolam pembudidayaan berasal dari sungai kecil yang berada dekat dengan pemukiman penduduk, yang biasanya dimanfaatkan oleh penduduk untuk kegiatan sehari-hari mulai dari tempat pembuangan sampah organik hingga anorganik, hal ini dapat dilihat dari pengairan kolam yang biasanya banyak sampah-sampah yang tergenang dan menyumbat saluran kolam. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat memicu penurunan kualitas air baik dari segi fisika, kima dan biologis yang akan berdampak pada perairan kolam yang digunakan untuk kehidupan ikan dan organisme akuatik lainnya.
2.3 Plankton
Plankton merupakan suatu organisme yang biasanya hidup melayang-layang di air maupun terbawa oleh aliran air. Plankton memiliki kemampuan untuk berenang yang lemah sehinggaHpergerakannya dipengaruhi oleh arus (Odum, 1993). Pengaruh pergerakan plankton ini dikarenakan plankton memiliki alat gerak yang berupa cilia/flagela yang lebih pendek dan kecil dari badannya sehingga faktor inilah yang menyebabkan plankton tidak dapat bergerak melawan arus.
2.3.1 Pembagian Plankton
Plankton merupakan organisme yang berperan penting dalam siklus ekologi, hal ini dikarenakan plankton merupakan produsesn bagi ekosistem yang berada disekitarnya. Menurut Misran (2009) planktonHmerupakan organisme,perairan pada tingkatan trofik pertamaHyang berfungsi sebagai penyedianenergi.
Ukuran tubuh,plankton bermacam-macam, Barus (2002) membagi ukuran plankton menjadi lima, antara lain:
a) Ultraplankton,Jdengan ukuran tubuh < 2 µm b) Nanoplankton,Jdengan ukuran tubuh 2 – 20 µm c) Mikroplankton,Jdengan ukuran tubuh 20 – 200 µm d) Makroplankton,Jdengan ukuran tubuh > 500 µm
e) Megaplakton,Jdengan ukuran tubuh yang sangat besarJseperti kelompok medusa,Jkelompok ini merupakanJkelompok plankton yangJsangat jarang ditemukan dan umumnyaJhidup pada habitatJlaut.
Siklus hidup plankton dikenal dengan nama holoplankton, yaitu plankton yang seluruh siklus hidupnya bersifak planktonik dan meroplankton yaitu plankton yang hanya sebagian hidupnya bersifkat planktonik. Menurut Romimoharto dan Juwana dalam Marilia (2010), banyakHbiota perairan yang dalamHdaur hidupnyaHmenempuh lebih dariHsatu cara untuk hidup. Salah satu contohnya adalah plankton, pada saat larva mereka hidupHsebagai plankton dan kemudianHmenjadi nekton atauHbentos padaHwaktu dewasa.
Lingkungan hidup plankton berbeda-beda Basmi dalam misran (2009) membedakan plankton berdasarkan lingkungan hidupnya menjdi 4, yaitu:
a) Limoplankton, yakni planktonJyang hidup do air tawar b) Haliplankton, yakni planktonJyang hidup di laut
c) Hipalmyroplankton, yakni planktonJyang hidup di air payau d) Heleoplankton, yakni plankton yangJhidupnya berada di air kolam
Plankton memiliki peranan penting dalam lingkup perairan, selain sebagai produsen utama, plankton juga biasa digunakan sebagai parameter biologis dalam mengukur suatu kualitas perairan. Menurut Nyabaken dalam Abadi, dkk organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat, mobilitas dan umurnya yang relativ lama mendiami suatu wilayah perairan tertentu.
Komunits plankton bermacam-macam, ada yang dari golongan hewan, golongan tumbuhan serta golongan dari jamur. Basmi dalam Misran (2009) mengelompokkan plankton berdasarkan nutrienHpokok yangHdibutuhkan menjadi 3, diantaranya:
a) Fitoplankton, yakniHplankton nabati (> 90% terdiri dari algae) yang mengandungHklorofil yang mampuHmensintesa anorganikHmenjadi zat organikHmelalui prosesHfotosintesis dengan,energi yang berasalmdari sinarnsurya
b) Saproplankton, yakni kelompokOtumbuhan (bakterijdan jamur) yang tidak mempunyaiHpigmen fotosintesis danHmemperoleh nutrisi danJenergi dari sisaHorganisme lainnyang telah mati
c) Zooplankton, yakniHplankton hewaniHyang makanannyaHsepenuhnya tergantung padaHorganisme-organise lain yangHmasih hidup maupun partikel-partikelAsisa organisme, sepertiJdetritus danJdebris. Disamping itu planktonJini juga mengkonsumsiOfitoplankton
2.4 FitoplanktonO
Fitoplankton merupakan tumbuhanHrenik yangHhidup dalamGair yang menempatiJposisi sebagaigprodusen tingkathpertama dari mataorantai makanan diUperairan (Odum 1998). Fitoplanktonumempunyai perananOyang sangat penting sebagai produsenUprimer karena mampu menyerap cahaya matahari untuk fotosintesis. Newell dan Newell (1977) mengelompokkan fitoplankton ke dalam lima kelas besar yaitu Chlorophyta (alga hijau), Cyanophyta (alga biru), Chrysophyta, Pyrrophyta, Euglenophyta, sedangkan Raymont (1963) mengelompokkan 4 kelas terpenting dari fitoplankton yaitu Bacillariophyceae, Dynophyceae, Haptophyceae dan Cryptophyceae. Kelas BacillariophyceaeHdari filum Chrysophyta yang paling banyak membentuk sebagian besar biomassa fitoplankton di laut karena golongan ini lebih mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan hidupnya (Nybakken 1992).
Golongan fitoplankton lainnya seperti Cyanophyta dan Pyrrophyta memiliki kontribusi yang lebih kecil dalam keseluruhan biomassa fitoplankton di laut. Seperti pengamatan yang didapatkan oleh tim BBL (Balai Budidaya Laut) Lampung dari tahun 1998-2004. Diatom mendominasi >50% kelimpahan fitoplankton di Teluk Hurun. FitoplanktonHdapat berperan sebagaiHsalah satu
dariHparameter ekologiHyang dapat menggambarkanHbagaimana kondisi ekologisHsuatu perairan dan,merupakan salah,satu parameter tingkat kesuburan suatuJperairan (Odum 1998).
FitoplanktonUyang suburoumumnya terdapat di sekitarOmuara sungai. Hal iniKterjadi karenaamasuknya zatuhara dariUdaratan yang masukHke dalam sungai dan kemudian dialirkan ke lautan. Kelimpahan Fitoplanktonhyang sangat besar dari jenis tertentu dapat menimbulkan blooming atau ledakan fitoplankton dan kemungkinan dapatHterjadi Red Tide yang dapat mengakibatkan,kematian pada,ikan dan hewanJlain. Okamura (1916) dalam Okaichi (2003) mendefinisikan RedHTide sebagaioperubahan warnaHperairan yang disebabkanAoleh planktonOmikroskopik yangHdapat mengakibatkan kematianHdari ikanHdanHhewan-hewanHlain.
BeberapaHSpecies yang dapat menyebabkanHRed Tide adalah MesodiniumHrubrum, Ciliata,,Trichodesmium dari algaHhijau-biru dan NoctilucaNscintillans dari dinoflagellata yang menunjukkanNwarna merah mudahsampai merah
2.5 Kelimpahan Fitoplankton
Tinjauan tentang populasi fitoplankton dapat dilihat pada dua kategori yaitu kelimpahan individu dan komposisi jenis. Kelimpahan fitoplankton adalah jumlah sel fitoplankton per satuan volume air yang umumnya dinyatakan dengan individu per liter air. Odum (1971) menyatakan bahwa kelimpahan dan persebaran fitoplankton pada laut dipengaruhi oleh banyak faktorJbaik fisika, kimiaHmaupun biologi.J
Parsons et al., (1984) menjelaskan bahwa distribusi biogeografis,plankton sangat ditentukanholeh faktorhlingkungan sepertihcahaya,Htemperatur,hsalinitas, nutrienhdan faktor-faktorolainnya. Faktorutersebut sangat,menentukan keberadaan dan kesuksesanmspesies planktonndi suatujlingkungan perairan.
Nontji (1984) mengatakan fitoplankton dengan kelimpahan tinggi umumnyajterdapat di perairan sekitar muarausungai atau dijperairan lepas pantai dimana terjadikup-welling. Di keduahlokasi ini terjadi proseshpenyuburan karena masuknyahzat hara ke dalam lingkunganjtersebut. Di depan muarahsungai banyakjzat hara datangodari daratan yang dialirkanjoleh sungaikke laut, sedangkanodi daerah dimana terjadi up-welling zat hara terangkat dari lapisan lebih dalam yang kaya zat hara ke arah permukaan.
Hasil eksperimen yang dilakukan oleh Sanders et al., (1987) menunjukkan bahwa komunitas alami fitoplankton estuari di Patuxent (bagian estuari di Teluk Chesapeake) mengalami perubahan dominansi dan pola suksesi species akibat pengkayaan nutrien. Penambahan N selama musim panas dan musim gugur menyebabkan suksesi species dominan yang sangat cepat yaitu 2-4 hari setelah penambahan nutrien. Seperti yang dikatakan oleh Prescott (1970), kelimpahan komunitas suatu fitoplankton di laut sangat berhubungan dengan berbagai kandungan nutrien diantaranya nitrat, kfosfat, ksilikat dan zat hara lainnya. Kandungan nutrien dapat mempengaruhi kelimpahan fitoplankton dan, sebaliknya fitoplanktono yang padat bisa menurunkanjkandungan nutrienodalam air. Seperti yang didapatkan di Teluk Jakarta oleh Praseno (1978) ledakan populasi jenis Dinophysis terjadi pada perbandingan N:P= 0.24 : 1 sampai 2.3 : 1 yaitu sebesar 8,5 – 9,1 juta sel/m3.
Perubahan suatu komposisi fitoplankton dapat mempengaruhi komunitas jenis plankton secara keseluruhan dalam suatu ekosistem.
Menjelaskan kondisi tentang penyebaran fitoplankton di lapisan permukaan di laut tidaklah mudah. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan kondisi ekologis pada setiap bagian di laut, seperti di daerah pantai dan estuari, pesisir pantai dan laut lepas. Ada kecenderungan penyebaran fitoplankton bersifat lebih mengelompok (patchiness) di daerah neritic dibanding dengan di oceanik (Parsons et al., 1984). Distribusi vertikal fitoplankton di laut pada umumnya berbedak menurut waktu, dimana suatu saat ditemukan maksimum di dekat permukaan, namun di lain waktu mungkin lebih terkonsentrasi di bagian bawah kedalaman eufotik. Distribusi fitoplankton dipengaruhi oleh cahaya dan nutrien serta pemangsaan oleh zooplankton.
2.6 Peranan Fitoplankton Pada Kolam Budidaya Air Tawar
Dalam suatu usaha pembudidayaan plankton memiliki peranan yang sangat besar, khususnya pada pembudidayaan ikan. Dengan konstruksi kolam yang langsung bersinggungan dengan tanah memungkinkan tumbuhnya plankton dengan baik, khususnya fitoplankton. Menurut Rostini (2007), fitoplankton merupakan jenis alga, termasuk ke dalam sub filum Thallofita yang mempunyai klorofil. Fitoplankton yang ada di seluruh dunia adalah sebagai produsen primer, dapat menyediakan makanan untuk fauna lebih banyak daripada seluruh flora yang ada di daratan. Kapasitas fotosintesis dari semua fitoplankton yang ada di laut lebih besar daripada seluruh flora yang ada di daratan.
Akhir-akhir ini pembudidiayaan fitoplankton mulai banyak digeluti oleh masyaratat Hasil pembudidayaan fitoplankton tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pakan alami bagi ikan. Beberapa jenis fitoplankton yang dapat dibudidayakan untuk pakan alami antara lain: Fitoplankton Dari golongan Diatom yang sering dibudidayakan sebagai pakan antara lain:
Chaetoceros calcitrans, Skeletonema costatum, Phaeodactylum tricornutum, Nitszchia closterium, Cyclotelahmana dan Naviculah sp. Dari berbagai jenis golongan Chlorophyceae diantaranya Chlorellai sp, Monasi sp, Chlamydomonas sp, Platymonas tertratele, Isochrysis sp., Monochrysis sp., dan Dunaliella terteolecta.