ASAL DANAU
Menurut Augusta dan Utami (2014), danau adalah perairan lentik (lentic water) atau badan air yang merupakan bagian dari ekosistem air tawar yang sering
dihubungkan dengan keadaan kandungan nutrien. Air danau dipengaruhi oleh kondisi hidrologi dan parameter fisika-kimia yang mendukung komunitas biota yang
keberadaannya memperkaya ekosistem danau.
Danau adalah cekungan besar di permukaan bumi yang di genangi oleh air tawar maupun air asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan.Danau dapat terbentuk akibat cekungan bumi tersebut terisi oleh adanya air hujan maupun cairnya glester. Pada beberapa wilayah yang memiliki tingkat penguapan sangat tinggi kita jumpai danau yang airnya memiliki kadar garam atau salinitas tinggi.Contoh danau air asin, antara lain Great Salt Lake, Laut Kaspia, dan Laut Mati.
1.Danau Tektonik
Danau Tektonik yaitu danau yang terjadi akibat adanya proses tektonik yang mengakibatkan dislokasi lapisan batuan, seperti lipatan, patahan, dan penurunan atau pemerosotan.Akibatnya Pada bagian muka Bumi yang mengalami pemerosotan diisi oleh air hujan atau air resapan, sehingga terjadilah sebuah danau. Contoh danau tektonik antara lain Danau Poso, Danau Towuti, Danau Singkarak, Danau Tempe, dan Danau Takengon.
Ekosistem Danau
Ekosistem air yang terdapat di daratan (inland water) secara umum dapat dibagi 2 yaitu perairan lentik, atau juga disebut sebagai perairan tenang, misalnya danau,rawa,
waduk, situ, telaga dan sebagainya dan perairan lotik, disebut sebagai perairan yang berarus deras, misalnya sungai, kali, kanal, parit, dan sebagainya. Perbedaan utama antara perairan lotik dan lentik adalah dalam kecepatan arus air. Perairan lentik mempunyai kecepatan arus yang lambat serta terjadi akumulasi massa air yang berlangsung dengan cepat (Barus, 2001). Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen biotik dan abiotik yang saling berintegrasi sehingga membentuk satu kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan biotik (produsen, konsumen dan pengurai) yang membentuk suatu hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi. Perairan danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air yang ada di permukaan bumi. Secara fisik, danau merupakan suatu tempat luas yang mempunyai air yang tetap, jernih atau beragam dengan aliran tertentu (Jorgensen,1989)
2. Danau Vulkanik
Danau Vulkanik yaitu jenis danau yang terletak pada bekas lubang kepundan (kawah) sebuah gunungapi atau danau yang terjadi akibat adanya letusan gunung api. Letusan ini dapat menghilangkan sebagian kerucut atau dinding kawah. Contoh danau vulkanik ialah Danau Rinjani, Danau Telaga Warna,Danau Maninjau dan Danau Kerinci di
Sumatra, Danau Poso dan Danau Matana di Sulawesi, Danau kelud di jawa, dan danau kalimutu di flores.
Pembagian zona bentik danau dibedakan menjai zona litoral, sublitoral,
profundal dan limnetik (Cole dan Weihe, 2016). Zona litoral merupakan daerah dangkal yang berbatasan dengan garis tepi danau yang masih kaya sinar matahari dan dihuni oleh tanaman air berakar. Cahaya matahari mulai berkurang intensitasnya pada zona sublitoral sehingga sangat sedikit makroflora bentik yang tumbuh namun masih cukup mendapatkan oksigen. Zona profundal merupakan daerah danau dalam yang
membatasi penetrasi sinar matahari, keberadan oksigen sangat terbatas, ber-pH rendah dan kaya akan metana dan CO2. Zona limnetik atau disebut pula zona pelagik dan zona air terbuka merupakan daerah yang tidak banyak dipengaruhi aktivitas pesisir maupun dasar danau, merupakan habitat bagi 13 plankton serta berbagai flora dan fauna air.
Berdasarkan status trofiknya, Kementerian Lingkungan Hidup mengklasifikasikan danau di Indonesia menjadi empat tipe yaitu oligotrof, mesotrof, eutrof dan hipereutrof.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 28 Tahun 2009 tentang Daya
Tampung Beban Pencemaran Air Danau dan/atau waduk berdasarkan eutrofikasi dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori status trofik (Tabel 2), yaitu:
1. Oligotrof: Status trofik air danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara berkadar rendah. Status ini menunjukkan kualitas air masih bersifat alami belum tercemar dari sumber unsur hara N dan P.
2. Mesotrofik: Status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara
berkadar sedang. Status ini menunjukkan adanya peningkatan kadar N dan P, namun masih dalam batas toleransi karena belum menunjukkan indikasi pencemaran air.
3. Eutrofik: Status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara berkadar tinggi. Status ini menunjukkan air telah tercemar oleh peningkatan kadar N dan P.
4. Hipereutrofik: Status trofik air danau dan waduk yang mengandung unsur hara berkadar sangat tinggi. Status ini menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar N dan P.
Parameter Kualitas Air
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain di dalam air. Kualitas air juga merupakan istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk penggunaan tertentu, misalnya air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya (Kenjibriel, 2015).
Parameter kualitas air merupakan informasi penting tentang kesehatan badan perairan.
Air dapat dikatakan tercemar apabila:
a. Mengandung zat organik dan atau komponen lain yang dapat mengubah fungsi air dengan peruntukannya. Zat organik dan atau komponen lain tersebut yang disebut dengan parameter pencemar.
b. Kandungan parameter pencemar di dalam air mempunyai toleransi hingga batas tertentu, apabila batas tersebut dilampaui maka air tersebut sudah tidak sesuai dengan peruntukannya.