• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PEWARNA SECANG LIMBAH CAIR PEWARNAAN KULIT TERSAMAK TERHADAP UJI TOKSISITAS AKUT BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN PEWARNA SECANG LIMBAH CAIR PEWARNAAN KULIT TERSAMAK TERHADAP UJI TOKSISITAS AKUT BENIH IKAN MAS (Cyprinus carpio L)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PEWARNA SECANG LIMBAH CAIR PEWARNAAN KULIT TERSAMAK TERHADAP UJI TOKSISITAS AKUT BENIH IKAN MAS

(Cyprinus carpio L)

Entin Darmawati 1, Sudarmadji 2, Umar Santoso 2 Politeknik ATK 1, dan Universitas Gadjah Mada 2

Email: entindarmawati_58@yahoo.com

ABSTRACT

The Research aims to know the exposure and acute 96-hour toxicity test of dye liquid waste (natural and synthetic) on chrom leather from sheep and cow crust towards goldfish seed. The materials used are dye liquid waste of secang (fermented and dried treatment) and synthetic (Acid Dyestuff); and goldfish seed (Cyprinus carpio L). The research has been done in 3 (three) phases: (1) Acclimatization, (2) Acute Toxicity Test LC50-96h, and (3) Probit Analysis Calculation. The data collected were the number of death of tested fish within 96 hours and then analyzed by using probit method (Probit Analysis). The result of the research shows that there are differences of toxic effects of liquid waste from secang and synthetic dyes. Secang dye has lower toxic effect category (slope value

= 4.0, LC50-96hour=29.51%), with upper threshold value (N) of 32.0%. In lower threshold value (n) of 28.0% of this concentration, 50% animals tested died. Synthetic dyes had high toxic effect categories (slope value = 11,36, LC50-96hour =1.44%), with upper threshold value (N) of 4.0%. In lower threshold value (n) of 1.5.0% at this concentration tested animals, i.e. goldfish seed (Cyprinus carpio L), experienced 50% mortality on acute toxicity test (LC50 -96 hours). It can be concluded that secang dye is more environmentally friendly than synthetic ones, so it can be used as an alternative in the process of dyeing in the leather industry.

Keywords: Secang liquid waste, leather, Acclimatization, Acute toxicity test, Probit Analysis

INTISARI

. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui paparan dan uji toksisitas akut 96 jam limbah cair pewarnaan (pewarna alami dan sintetis) pada kulit tersamak krom crust domba dan sapi terhadap benih ikan mas. Bahan yang digunakan adalah limbah cair pewarna secang (perlakuan fermentasi dan kering) dan sintetis (Acid Dyestuff), benih ikan mas (Cyprinus carpio L). Penelitian terdiri dari 3 (tiga) tahap: (1) Aklimatisasi, (2) Uji Toksisitas Akut LC50-96jam, dan (3) Perhitungan Probit Analisis. Data yang dikumpulkan adalah jumlah kematian ikan uji dalam kurun waktu 96 jam dan dianalisis menggunakan metode probit (Probit Analysis). Hasil penelitian didapatkan ada perbedaan efek toksis limbah cair hasil pewarnaan dari pewarna secang dan pewarna sintetis. Zat pewarna secang mempunyai katagori efek toksis rendah (nilai slope=4,0, LC50-96jam=29,51%, nilai ambang batas atas (N) sebesar 32,0%, sedangkan nilai ambang batas bawah (n) sebesar 28,0% pada konsentrasi ini hewan uji mengalami kematian 50% daripada pewarna sintetis mempunyai efek toksis tinggi (nilai slope=11,36, LC50-96jam=1,44%, nilai ambang batas atas (N) sebesar 4,0%, sedangkan nilai ambang batas bawah(n) sebesar 1,5,0% pada konsentrasi ini hewan uji mengalami kematian 50% terhadap uji toksisitas akut (LC50 -96 jam) pada benih ikan mas (Cyprinus carpio L). Dapat disimpulkan bahwa pewarna secang lebih ramah lingkungan daripada pewarna sintetis, sehingga dapat digunakan sebagai bahan alternatif pada proses pewarnaan di industri kulit.

Kata Kunci: Limbah cair secang, kulit tersamak, Aklimatisasi, Uji toksisitas akut, Metode probit analisis.

(2)

PENDAHULUAN

Pencemaran merupakan masalah yang sering ditemukan didalam lingkungan terutama di lingkungan perairan, tanpa disadari pencemaran tersebut berasal dari kegiatan industri, salah satunya adalah industri penyamakan kulit pada prosesnya banyak menggunakan bahan penyamak dan bahan pewarna, hampir semua proses penyamakan kulit sebagian besar menggunakan bahan kimia sintetis (Shuxian, 2009). Penggunaan pewarna sintetis, contohnya: Azo-Bensidin (kode:92-67-1), p-Kresidin(kode:120-71-8),4-Aminodiphenyl (kode:CAS- Nt), dan 0-Toluidin (kode :95534), mengandung pigmen (logam berbahaya dan beracun). Senyawa karsinogenik benzidin dan bifenilamin yang mempunyai struktur molekul serupa yaitu merupakan senyawa aromatik amin dengan molekul planar maka senyawa tersebut dapat berinterkolasi ke dalam DNA, berinteraksi dengan basa DNA dan menyebabkan kerusakan DNA yang ireversibel sehingga dapat memicu kanker (carcinogen) dan air limbahnya dapat mencemari lingkungan (Xiaolei, 2009).

Walaupun bahan pewarna sintetis mempunyai keunggulan antara lain lebih praktis penggunaannya yang berarti efisiensi waktu, serta penampilan warna yang memberikan hasil yang memuaskan pada produk barang jadi kulitnya, tetapi mempunyai kelemahan harganya relatif terlalu tinggi, dan mempunyai potensi besar untuk mengakibatkan pencemaran terhadap lingkungan (Darmawati,dkk, 2017). Air limbah dari proses pewarnaan kulit tersamak di industri kulit mengandung berbagai jenis bahan organik dan anorganik. Hal ini ditunjukan oleh tinggi dan rendahnya nilai pH, COD (kebutuhan oksigen kimia), BOD (kebutuhan oksigen Biologis), kandungan krom dan zat pewarna pada proses pewarnaan kulit tersamak, dapat menurunkan daya perairan tersebut dan efek zat pencemar juga berpengaruh terhadap pencemaran lingkungan yaitu komponen biotik dan komponen abiotik dapat membahayakan lingkungan terutama kualitas air dan bagi organisme air terutama terhadap biota (Harmony, 2009)

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah, dimaksud dengan LC50 (Median Lethal

(3)

Concentration) yaitu konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC50 48 jam, LC5096 jam sampai waktu hidup hewan uji. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah benih ikan mas,ikan mas (Cyprinus carpio.) merupakan spesies ikan air tawar yang termasuk dalam famili Cyprinidae, sub ordo Cyprinoidea, Ordo Ostariophysi sub kelas Teleostrei. Ikan Mas sudah lama dibudidayakan dan terdomestikasi dengan baik di dunia. Diantara jenis ikan air tawar ikan mas merupakan ikan yang paling populer di masyarakat. Selain itu, ikan mas mudah terserang penyakit maka digunakan ikan mas sebagai hewan uji toksisitas. Parameter yang dapat diamati dari Uji Toksisitas Akut pada umumnya adalah Kematian (Mortality). Suatu bahan kimia dinyatakan berkemampuan toksik akut bila aksi langsungnya mampu membunuh 50% atau lebih populasi uji dalam selang waktu yang pendek, misal 24 jam, s/d 96 jam, atau 5 hari.

Di sisi lain penggunaan pewarna alami secara teoritis memiliki limbah yang aman karena limbahnya mudah terdegradasi secara biologis (Lemmens dan Wulijarni, 1999). Namun, limbah yang dihasilkan dari proses pewarnaan alami belum sepenuhnya aman untuk lingkungan, karena pada tahapan-tahapan proses pewarnaan pada kulit tersamak masih banyak menggunakan bahan kimia walaupun relatif kecil, sehingga perlu dilakukan analisis uji kualitas limbah cair yang dihasilkan dari proses pewarnaan kulit tersamak dan uji toksisitas dari penggunaan bahan pewarna secang pada proses pewarnaan kulit (Dyeing).

Terkait dengan latar belakang dan permasalahan seperti yang telah diuraikan peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian Kajian Pewarna Secang Limbah Cair Pewarnaan Kulit Tersamak Terhadap Uji Toksisitas Akut Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio L).

MATERI DAN METODE Bahan dan alat penelitian

Bahan yang digunakan adalah benih ikan mas (Cyprinus carpio) yang berukuran (4-6) cm sebanyak 500 ekor (APHA, 2005), pakan pelet, air limbah cair

(4)

pewarna secang fermentasi (LSFD dan LSFS), secang kering (LSKD dan LSKS), dan pewarna sintetis (LSD dan LSS), akuarium sebanyak 15 unit, ukuran panjang 30 cm, lebar 30 cm dan tinggi 30 cm. Bak ukuran 250 cm, lebar 100 cm dan tinggi 50 cm untuk wadah penampungan ikan untuk aklimatisasi ikan, alat aerator, selang sebagai alat siphon pada akuarium, termometer, pH meter dan perangkat DO meter, hand counter berfungsi untuk membantu proses perhitungan.

Metode Penelitian

Uji Toksisitas (LC50) limbah cair penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dengan 3 (tiga) tahap yaitu: (1) Tahap aklimatisasi, bertujuan mengkondisikan hewan uji beradaptasi dengan lingkungan baru, (2) Tahap uji toksisitas akut yaitu terdiri dari (a) uji pendahuluan, bertujuan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical range test) yang menjadi dasar penentuan konsentrasi untuk menentukan ambang batas atas (N) dan ambang batas bawah (n) yang digunakan dalam uji lanjutan (uji sesungguhnya) yaitu konsentrasi yang dapat mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%. (b) uji sesungguhnya, menentukan konsentrasi perlakuan yang diperoleh dari hasil uji pendahuluan (konsentrasi nilai ambang atas dan bawah) dan (3) Tahap analisis probit (menentukan nilai LC50-96 jam) dan efek toksis.

Analisis data hasil pengujian uji toksisitas (LC50) menggunakan metode probit (Probit Analysis), software Environmental Protection Agency (EPA-USA) Probit Program Veri.5, SPSS dan Manual (Microsoft Excel). Metode Probit Analisis yaitu hubungan nilai logaritma konsentrasi bahan toksik uji dan nilai Probit dari persentase mortalitas hewan uji merupakan fungsi linear Y = a + bx. Nilai LC50 96 jam, diperoleh dari 10 ekor benih ikan mas. Bahan Uji anti log m, dimana m merupakan logaritma konsentrasi bahan toksik pada Y=5, yaitu nilai Probit 50% hewan uji, sehingga persamaan regresi menjadi : m = nilai a dan b diperoleh berdasarkan persamaan sebagai berikut :

b= ...…………...(1) a= 1/n (ΣYbΣX)………...(2)

(5)

Persamaan regresi = Y = a +bx ...(3) LC50 96 jam = anti log m, ………...(4)

Keterangan : Y :Nilai probit mortalitas; X :logaritma konsentrasi bahan uji;N :banyaknya perlakuan;

A :konstanta; b : slope / kemiringan; m :nilai X pada Y = 5.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil uji toksisitas akut limbah cair pewarna secang dan sintetis Aklimatisasi

Pada tahap aklimatisasi, jumlah kematian ikan total keseluruhan dari hari ke-1 (H1) sampai dengan hari ke-7 (H7) adalah 45 ekor atau 9,0%, jadi pada tahap uji aklimatisasi biota ikan kurang dari 10% atau 50 ekor, berarti bisa dilanjutkan untuk uji toksisitas akut (uji pendahuluan dan uji sesungguhnya). Tahap aklimatisasi biota uji ikan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu, kadar oksigen terlarut, derajat keasaman, spesies, umur, dan bahan pencemar, dapat digunakan apabila kurang dari 10% atau kurang dari 50 ekor jumlah kematian ikan. (Aryani,2004).

Uji Toksisitas

Tabel 1. Perhitungan LC50 cara probit (LSFD dan LSFS)

Probit analisis (LSFD-P) Probit analisis (LSFS-P)

X (%)

Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

4,0 0,60 10 3,72 0,36 13,84 2,23 0,60 10 3,72 0,36 13,84 2,23 8,0 0,90 20 4,16 0,81 17,31 3,74 0,90 10 3,72 0,81 13,84 3,35 16,0 1,20 40 4,75 1,44 22,56 5,70 1,20 30 4,48 1,44 20,07 5,38 32,0 1,50 60 5,25 2,28 27,56 7,88 1,50 50 5,00 2,28 25,00 7,50 64,0 1,81 70 5,52 3,28 30,47 9,99 1,81 60 5,25 3,28 27,56 9,50

Probit analisis (LSFD-S) Probit analisis (LSFS-S)

X (%)

Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

16,0 1,20 20 4,16 1,44 17,31 4,99 1,20 20 3,72 0,36 13,84 2,23

20,0 1,30 20 4,16 1,69 17,31 5,41 1,30 20 3,72 0,81 13,84 3,35

24,0 1,38 40 4,75 1,90 22,56 6,55 1,38 30 4,48 1,44 20,07 5,38

28,0 1,44 50 5,00 2,07 25,00 7,20 1,44 40 5,00 2,28 25,00 7,50

32,0 1,50 60 5,25 2,25 27,56 7,88 1,50 60 5,25 3,28 27,56 9,50

Keterangan: LSFD artinya limbah secang fermentasi pada kulit tersamak crust domba, LSFS artinya limbah secang fermentasi pada kulit tersamak crust sapi.

(6)

Pada Tabel 1, menunjukan range uji pendahuluan (LSFD/LSFS) dilakukan penentuan seri konsentrasi, limbah cair pewarnaan secang (4,0 %, 8,0%, 16,0%, 32,0% dan 64,0%). Pengamatan hewan uji dilakukan setiap 24 jam selama 5 hari, pada konsentrasi 16,0-32,0%, hasil pengamatan terjadi kematian ikan mas pada uji pendahuluan 40-60% dari jumlah total hewan uji yaitu 10 ekor, sehingga ini menjadi dasar menentukan range interval konsentrasi untuk uji sesungguhnya.

Nilai probit/respon uji sesungguhnya adalah 5,00 dengan jumlah kematian 50%, pada konsentrasi 28,0% (LSFD-S), dan nilai probit 5,25 dengan jumlah kematian 60%, pada konsentrasi 32,0%, artinya pada konsentrasi 28,0%-32,0% jumlah kematian 50-60% atau 5-6 ekor ikan mas pada uji limbah secang fermentasi kulit tersamak domba.

Tabel 2. Perhitungan LC50 cara probit (LSKD dan LSKS)

Analisis probit (LSKD-P) Analisis probit (LSKS-P)

X (%)

Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

4,0 0,60 10 3,72 0,36 13,84 2,23 0,60 10 3,72 0,36 13,84 2,23 8,0 0,90 10 3,72 0,81 13,84 3,35 0,90 20 4,16 0,81 17,30 3,74 16,0 1,20 30 4,48 1,44 20,07 5,38 1,20 40 4,75 1,44 22,56 5,70 32,0 1,50 60 5,25 2,28 27,56 7,87 1,50 50 5,00 2,28 25,00 7,50 64,0 1,81 70 5,52 3,28 30,47 9,99 1,81 60 5,25 3,28 27,56 9,50

Analisis probit (LSKD-S) Analisis probit (LSKS-S)

X (%)

Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan Mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

16,0 1,20 10 3,72 1,44 13,84 4,46 1,20 10 3,72 1,44 13,84 4,46

20,0 1,30 30 4,48 1,69 20,07 5,82 1,30 20 4,16 1,69 17,30 5,41

24,0 1,38 40 4,75 1,90 22,56 6,55 1,38 30 4,16 1,90 17,30 5,74

28,0 1,44 50 5,00 2,07 25,00 7,20 1,44 40 4,75 2,07 22,56 6,84

32,0 1,50 60 5,25 2,25 27,56 7,87 1,50 50 5,00 2,25 25,00 7,50

Keterangan: LSKD artinya limbah secang kering pada kulit tersamak crust domba, LSKS artinya limbah secang kering pada kulit tersamak crust sapi.

Pada Tabel 2, uji pendahuluan Limbah secang kering kulit tersamak domba dan kulit tersamak sapi (LSKD-P/LSKS-P), dilakukan penentuan seri konsentrasi limbah cair pewarnaan secang (4,0- 64,0%), pengamatan hewan uji dilakukan

(7)

setiap 24 jam selama 5 hari, pada konsentrasi 16,0-32,0% terjadi kematian ikan mas pada uji pendahuluan 30-60%, dari jumlah total hewan uji, sehingga menjadi dasar menentukan range interval konsentrasi uji sesungguhnya, nilai probit/respon 5,00-5,25 jumlah kematian 50-60%, pada konsentrasi 28,0% (LSKD-S), dan nilai probit 4,75-5,00 jumlah kematian 40-50% (LSKS-S).

Tabel 3. Perhitungan LC50 cara probit (LSD dan LSS)

Analisis probit (LSD-P) Analisis probit (LSS-P)

X (%)

Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

4,0 0,60 70 5,52 0,36 30,47 3,12 0,60 80 5,84 0,36 34,10 3,50 8,0 0,90 80 5,84 0,81 34,10 5,26 0,90 90 6,28 0,81 39,44 5,65 16,0 1,20 90 6,28 1,44 39,44 7,54 1,20 100 7,33 1,44 53,73 8,79 32,0 1,50 90 6,28 2,28 39,44 9,42 1,50 100 7,33 2,28 53,73 10,99 64,0 1,81 100 7,33 3,28 53,73 13,61 1,81 100 7,33 3,28 53,73 13,27

Analisis Probit (LSD-S) Analisis probit (LSS-S)

X (%)

Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY Log X Ikan mati (%)

Probit (Y)

X2 Y2 XY

1,25 0,097 30 4,48 0,009 20,07 0,461 0,097 40 4,75 0,009 22,56 0,461 1,50 0,176 60 5,25 0,031 27,56 0,924 0,176 60 5,25 0,031 27,56 0,924 1,75 0,243 80 5,84 0,059 34,10 1,419 0,243 80 5,84 0,059 34,10 1,419 2,00 0,301 90 6,28 0,090 39,44 1,890 0,301 90 6,28 0,090 39,44 1,890 2,25 0,352 100 7,33 0,124 53,73 2,580 0,352 100 7,33 0,124 53,73 2,580 Keterangan: LSD artinya limbah pewarna sintetis pada kulit tersamak crust domba, LSS artinya limbah sintetis

pada kulit tersamak crust sapi.

Pada Tabel 3, hasil uji pendahuluan limbah cair pewarna sintetis pada kulit tersamak domba dan sapi (LSD-P/LSS-P) dilakukan penentuan seri konsentrasi (4,0- 64,0%). Pengamatan hewan uji dilakukan setiap 24 jam selama 5 hari, pada konsentrasi 16,0-32,0% terjadi kematian ikan mas pada uji pendahuluan, pada konsentrasi 4,0% sudah mematikan 70% (LSD-P) pada penerapan kulit tersamak domba dan 80% pada penerapan kulit tersamak sapi (LSS-P) dari jumlah total hewan uji, sehingga ini menjadi dasar menentukan range interval konsentrasi pewarna sintetis untuk uji sesungguhnya yaitu:1,25-2,25%, sehingga didapatkan nilai probit/ respon 4,48-5,25 dengan jumlah kematian 30-60% (LSD-S) dan nilai

(8)

probit 4,75-5,00 dengan jumlah kematian 40-60% (LSS-S), pada konsentrasi 1,25- 1,50%.

Tabel 4. Efek toksis limbah pewarnaan secang/sintetis pada kulit tersamak terhadap uji toksisitas akut (LC50) benih ikan mas Probit Toksisitas akut (uji pendahuluan)

Slope (m) Intersep (b) Regresi(Y) X LC50-96 jam (%)

LSFD 1,49 2,88 1,49X+2,88 2,12 26,30

LSFS 1,39 2,77 1,39X+2,77 1,60 32,86

LSKD 1,63 2,57 1,63X+2,57 1,49 30,90

LSKS 1,23 3,09 1,23X+3,09 1,55 35,48

LSD 0,49 4,92 0,49X+4,92 0,163 1,45

LSS 1,27 5,30 1,27X+5,30 -0,236 1,72

Probit

Toksisitas akut (uji sesungguhnya)

Slope (m) Intersep (b) Regresi(Y) X LC50-96 jam (%) LSFD 4,62 -1,67 4,62X-1,67 1,44 27,58 LSFS 4,00 -0,87 4,00X-0,87 1,47 29,51

LSKD 5,33 -2,67 5,33X-2,67 1,44 27,54

LSKS 4,75 -2,17 4,75X-2,17 1,51 32,36

LSD 11,36 3,15 11,36X+3,15 0,163 1,44

LSS 9,95 3,78 9,95X+3,78 0,123 1,33

Pada Tabel 4, didapatkan hasil uji sesungguhnya nilai slope paling rendah/kecil m=4,00, dan LC50-96jam= 29,51% pada pewarna secang (LSKS-P) dan nilai slope paling besar/tinggi m=11,36, LC50-96jam=1,44% pada pewarna sintetis (LSD-S), jika suatu zat membentuk kurva konsentrasi-respon linear yang slopenya besar (relatif tegak) zat tersebut relatif berbahaya jika dibanding dengan zat yang slopenya kecil/landai (katagori efek toksis rendah), karena zat yang mempunyai slope besar (katagori efek toksis tinggi), berarti adanya perubahan konsentrasi yang kecil sudah dapat menimbulkan peningkatan respon toksik yang relatif besar, dan sebaliknya pada kurva yang slope kecil peningkatan konsentrasi yang besar diikuti oleh respon toksik yang kecil (Hendri, et al., 2010).

(9)

KESIMPULAN

Ada perbedaan efek toksis limbah cair pewarnaan pada kulit tersamak crust sapi/domba pewarna secang dengan pewarna sintetis. Zat pewarna secang mempunyai katagori efek toksis rendah (nilai slope=4,0, LC50-96jam=29,51%, nilai ambang batas atas (N) sebesar 32,0% dan nilai ambang batas bawah(n) sebesar 28,0% pada konsentrasi ini hewan uji mengalami kematian 50%), dibandingkan pewarna sintetis yang mempunyai katagori efek toksis tinggi (nilai slope=11,36, LC50-96jam=1,44%, nilai ambang batas atas (N) sebesar 4,0% dan nilai ambang batas bawah(n) sebesar 1,5,0% pada konsentrasi ini hewan uji mengalami kematian 50%), terhadap uji toksisitas akut (LC50 -96 jam) pada benih ikan mas (Cyprinus carpio L), sehingga dapat disimpulkan bahwa pewarna secang lebih ramah lingkungan dari pada pewarna sintetis.

DAFTAR PUSTAKA

APHA, 2005. Toxicity test methode for aquatic organism Standard method for the exammination of water and wastewater. Woshington DC Sixteen edition American public health association, APHA, AWWA, WPCF, pp 689-726

Ariani, N. M, 2011, Minimasi Limbah Di Industri kulit dengan Recovery Garam Amonium Dari Air Limbah proses Deliming, Jurnal Riset Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri,Vol.1, No.4, Hal.234-243.

Darmawati, E, Santoso, U, and Sudarmadji. Brazilin Extraction From Secang Wood by Maceration Methods and Application for Leather Dyeing. The International Journal of Science & Technoledge (ISSN 2321-919X), Volume 5 issue 10, October, pp 61-65.

Harmony, 2009. Reduction of COD & BOD in tannery Waste Water, Journal Leather Age. Vol XXX!, No.2, India pp 36-38

Hendri, M, Gusti, D, dan Jetun, T, 2010. Konsentrasi Letal (LC50-96) logam tembaga terhadap tingkat mortalitas juwana kuda laut, Jurnal penelitian sains, 13(1): hal. 26-30.

Lemmens dan Wulijarni, S, 1999, Sumber Daya Nabati Asia Tenggara, Cetakan 1, Bogor, PT. Balai Pustaka (Persero) dan Prosea Indonesia

Xiaolei Z, 2009, Ecological Tecnology of Leather Manufacture, China. China Leather & Footwear Industry Research Institute.

Gambar

Tabel 1. Perhitungan LC 50  cara probit (LSFD dan LSFS)
Tabel 2. Perhitungan LC 50  cara probit (LSKD dan LSKS)
Tabel 3. Perhitungan LC 50  cara probit (LSD dan LSS)
Tabel 4. Efek toksis limbah pewarnaan secang/sintetis pada kulit   tersamak  terhadap uji toksisitas akut (LC 50 )  benih ikan mas   Probit  Toksisitas akut (uji pendahuluan)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan metode ekstraksi berbantu gelombang mikro, penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh variabel daya, rasio umpan – pelarut, dan waktu

Respon Masyarakat Terhadap Kuesioner Tentang Tanaman Cabe Jamu Di Desa Gapura Timur Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep: Dari hasil penelitian tentang tanaman cabe jamu

[r]

Aplikasi pembersih file sampah ini mampu memeriksa setiap file yang terdapat pada tiap folder/subfolder dari suatu drive dan dapat membedakan dengan tepat file-file mana saja

Garis tangen sebuah kurva C dititik P dan C didefinisikan sebagai posisi limit garis lurus L yang melalui titik P dan titik lain Q pada C jika Q semakin mendekati P sepanjang kurva

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan skrining pendengaran didapatkan hasil pada anak tersebut tidak ditemukan gambaran kurang pendengaran akan tetapi

yang di cocokan dengan Al- qur’an dan Hadist, belum menyentuh Nilai-nilai Aqidah pada Ajaran Kejawen di dalam Persaudaraan Setia Hati Terate

prestasi belajar siswa MI Darussalam Ngentrong Tulungagung. : Tidak ada pengaruh media audio visual terhadap motivasi dan. prestasi belajar siswa MI Darussalam Ngentrong