• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Peranan

Pengertian peranan menurut Soerjono Soekanto (2006) adalah sebagai berikut:

1. Peranan meliputi norma–norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian pertauran-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemsyarakatan

2. Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.

3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat.

Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh auditor internal dilakukan untuk meningkatkan dan juga menjaga kelangsungan organisasi atau perusahaan itu sendiri.

2.2 Audit Internal

Istilah audit sering disebut juga auditing, auditing merupakan salah satu atestasi. atestasi secara umum, merupakan suatu komunikasi dari seorang expert, mengenai kesimpulan tentang reabilitas dan pernyataan seseorang. Sedangkan

(2)

atestasi secara sempit merupakan komunikasi tertulis yang menjelaskan suatu kesimpulan mengenai realibilitas dari asersi tertulis yang merupakan tanggung jawab dari pihak lainnya (Sukrisno Agoes, 2012).

2.2.1 Pengertian Audit Internal

Pengertian audit internal menurut Sukrisno Agoes (2012:4) mengemukakan bahwa:

“Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”.

Audit internal merupakan salah satu fungsi penting di suatu perusahaan.

Audit internal kadang-kadang dianggap tidak propesional, hanya mencari kesalahan saja. Padahal audit internal mempunyai peran penting dalam membawa kepentingan perusahaan.

Audit internal mulai diperlukan karena meluasnya rentang kendali yang dihadapi perusahaan yang berskala besar dalam mengelola kegiatan di berbagai tempat yang berbeda. Dalam perannya audit internal harus selalu siap untuk menghadapi setiap permasalahan yang nyata seperti penyimpangan dan ketidakwajaran dalam menyelenggarakan laporan kegiatan perusahaan.

(3)

Sedangkan menurut Hiro Tugiman (2006:11) pengertian Internal Audit adalah:

“Internal audit atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif”

Berbeda dengan pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik, yang tujuannya adalah memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang disusun manajemen, maka tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal adalah untuk membantu manajemen perusahaan dalam melaksanakan tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.

2.2.2 Tujuan dan ruang lingkup audit internal

Ada beberapa tujuan audit internal yang dikemukan oleh para ahli, salah satunya menurut Sukrisno Agoes (2013:205) untuk mencapai tujuan daripada pemeriksaan audit internal, auditor internal harus melakukan hal-hal berikut:

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian internal dan pengendalian operasioana lainnya serta mengembangkan

pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal.

(4)

2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur- prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan, dan penyalahgunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.

6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Adapun Standart Profesional Audit Internal meliputi : 1. Independensi Audit Internal

Untuk dapat melakukan pekerjaan yang efektif, diperlukan adanya suatu sikap mental yang independen atau bebas dari segala pengarub yang diperiksa. Seperti yang diungkapkan oleh Mulyadi (2008) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan independensi adalah sebagai berikut :

“Independensi berarti adanya kejujuran dalam diri akuntansi dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan yang objektif dan tidak memihak dalam diri akuntan didalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya.”

(5)

Auditor internal menempatkan independensi pada tingkat yang paling tinggi. Independensi memungkinkan auditor internal untuk membuat keputusan yang tidak biasa dalam memberikan jasa kepada entitas.

Tentu saja, karena auditor internal merupakan karyawan penuh dari entitas yang di audit, maka auditor internal tidak memiliki independensi setajam yang dimiliki auditor eksternal.

2. Kompetensi Audit Internal

Untuk meletakkan kepercayaan terhadap hasil auditor internal, auditor independen berkepentingan untuk menilai kompetensi. Dalam menetapkan kompetensi auditor internal biasanya mempertimbangkan informasi yang diperoleh dari pengalaman audit sebelumnya dengan fungsi audit internal. Auditor internal juga dapat menggunakan standar profesi auditing internal sebagai kriteria untuk melakukan penilaian atas kompetensi.

Pengertian kompetensi menurut Mulyadi (2008) menyatakan bahwa :

“Anggota yang mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa professional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada public melalui pendidikan dan pengetahuan.”

Jadi setiap anggota harus melaksanakan jasa professional dengan kehati- hatian, kompetensi, dan ketentuan-ketentuan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan kemampuan professional pada

(6)

tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesionalnya yang kompeten berdasarkan perkembangan praktek dan tehnik yang sesuai.

3. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Pelaksanaan audit memberikan pedoman tentang struktur audit secara keseluruhan, yang meliputi bidang-bidang perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, penyampaian hasil pemeriksaan, dan tindak lanjut terhadap hasil pemeriksaan.

Adapun pelaksanaan pemeriksaan menurut Tugiman (2006:18) meliputi:

a. Perencanaan Pemeriksaan

Setiap audit harus direncanakan terlebih dahulu oleh audit internal b. Pengujian Pengevaluasian Informasi

Untuk melindungi hasil audit, auditor harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasi informasi

c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan

Auditor internal harus menyampaikan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh dari kegiatan pemeriksaannya.

d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan

Auditor harus meninjau untuk memastikan bahwa telah dilakukan tindakan yang tepat atas temuan audit yang dilaporkan

e. Laporan Hasil Pemeriksaan Audit Internal

(7)

2.2.3 Tahapan Audit Internal

Menurut Drs. Amin Widjaja Tunggal (2016:121) menyatakan bahwa:

“Pelaksanaan kegiatan internal audit harus meliputi tahapan dalam proses perencanaan audit, tahapan dalam perkerjaan lapangan, serta tahapan menulis laporan audit dan tindak lanjut”.

Adapun Tahapan Audit Internal yaitu:

1. Perencanaan Audit

Yaitu suatu proses memformulasikan apa yang akan dilakukan, bagaimana, dimana, kapan dilakukan dan siapa yang menjalankannya, dengan perencanaan dan studi mengenai area yang diaudit akan membantu mendefinisikan pekerjaan audit dan mengurangi terbuangnya waktu dengan sia-sia serta menghindarkan terjadinya kesalahan di awal audit.

2. Pekerjaan Lapangan

Yaitu semua usaha yang dilakukan oleh auditor internal untuk membentuk suatu opini, menyajikan temuan dan memberikan rekomendasi atas materi yang sedang diperiksa. Pekerjaan lapangan mencakup perolehan data, pemeriksaan, pengklasifikasian dan penilaian bukti audit untuk suatu opini.

(8)

3. Pelaporan Audit

Yaitu setelah pekerjaan lapangan selesai dan semua temuan serta saran telah dibuat tiba saatnya untuk menulis laporan.

2.2.4 Wewenang dan Tanggung Jawab

Menurut Alfred F. Kaunang (2013:7) menyatakan bahwa wewenang dan tanggung jawab audit internal, yaitu:

“Berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan, internal audit departemen tidak memiliki wewenang langsung dalam suatu organisasi yang sedang di-review. Oleh karena itu, auditor harus bersikap bebas (independent) untuk me-review, menilai kebijaksanaan, rencana-rencana, dan prosedur serta catatan- catatan yang ada. Sehingga auditor yang melakukan penilaian dan review harus terbebas dari pekerjaan rutin dalam organisasi perusahaan sesuai dengan jabatan dan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka”.

2.2.5 Audit Internal Atas Penerimaan Kas

Tujuan audit internal atas penerimaan kas adalah untuk mencegah usaha penyalahgunaan kas serta untuk membantu manajemen dalam menggunakan uang secara efektif.

Menurut Mulyadi (2008) langkah-langkah yang harus dilakukan agar program audit berjalan dengan efektif, meliputi:

1. Fungsi penerimaan kas harus terpisah dari fungsi akuntansi 2. Penerimaan kas diotorisasi oleh fungsi penerimaan kas

(9)

3. Jumlah kas yang diterima dari penjualan tunai disetorkan seluruhnya segera ke bank.

4. Perhitungan saldo kas secara periodik dan mendadak oleh fungsi audit internal.

5. Setiap hari diadaka pemeriksaan register kas oleh fungsi audit internal dan dilakukan pencocokan dengan jumlah kas yang diterima

6. Setiap hari dilakukan rekonsiliasi bank oleh fungsi yang tidak menyelenggarakan catatan akuntansi yang tidak menerima kas

Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan audit internal atas penerimaan kas adalah mengamankan harta perusahaan, audit atas penerimaan kas juga dilakukan untuk memeriksa jumlah kas yang masuk dengan memeriksa semua catatan, dokumen, dan tingkat kesalahannya.

2.2.6 Tujuan Audit Internal Atas Pengeluaran kas

Tujuan audit internal atas pengeluaran kas sama dengan tujuan atas penerimaan kas yaitu meminimalkan usaha penyalahgunaan kas, serta untuk membantu manajemen dalam menggunakan uang secara efektif. Agar tujuan tersebut tercapai maka harus ada suatu program audit yang efektif dan sesuai dengan norma pemeriksaan akuntan terutama dengan norma pelaksanaan. Oleh karena itu agar pelaksanaan program audit dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dilakukan langkah yang sesuai dalam menangani audit atas pengeluaran kas.

(10)

Menurut Mulyadi (2008) langkah-langkah yang harus dilakukan dalam audit atas pengeluaran kas adalah sebagai berikut:

a. Lakukan pengamatan terhadap:

1) Pembuatan cek 2) Pencatatan cek

b. Ambil sampel transaksi pengeluaran kas dari register dan lakukan verifikasi terhadap tanggal, nama debitur, jumlah moneter dan non moneter. Lakukan pula pemeriksaan terhadap dokumen pendukung, seperti:

1) Permintaan cek 2) Bukti kas keluar 3) Kuitansi

4) Kelengkapan

c. Periksa bukti yang digunakannya formulir cek bernomor urut tercetak dan tanggung jawab pemakaian formulir tersebut.

d. Ambil sampel bukti kas keluar yang telah dibayar dan dilakukan pengusutan ke dokumen dan catatan akuntansi berikut:

1) Permintaan cek 2) Kuitansi

3) Pencacatan dalam register cek 4) Penilaian dan alokasi

e. Untuk sampel yang diambil pada langkah ke-2 diatas, periksa bukti:

(11)

1) Persetujuan semestinya untuk setiap transaksi pengeluaran kas

2) Pengecekan independen terhadap penulisan cek dengan bukti kas keluar

f. Periksa adanya pengecekan independen terhadap posting ke buku pembantu utang dan register cek untuk memperoleh keyakinan bahwa tidak terjadi kekeliruan posting dalam jumlah moneter.

Tujuan audit pengeluaran kas dilakukan untuk memeriksa semua bukti kas keluar, kelengkapan dokumen dan catatan serta otorisasi atas pengeluaran kas.Tujuan audit atas pengeluaran kas adalah untuk memastikan apakah kas yang dikeluarkan benar-benar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh perusahaan, menjaga kas agar tetap aman, dalam arti kas memang digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan (Mulyadi, 2008).

2.3 Efektifitas

2.3.1 Pengertian Efektifitas

Ada beberapa macam pengertian mengenai efektifitas. Menurut Arens et al (2010:496) mengungkapkan pengertian efektifitas adalah :

“Efektivitas merujuk kepencapaian tujuan, sedangkan efisiensi mengacu ke sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan itu.”

(12)

2.4 Pengendalian Internal

Semakin luasnya ruang lingkup kegiatan perusahaan mengakibatkan manajemen tidak dapat melakukan pengawasan secara langsung terhadap jalannya operasi perusahaan, sedangkan tanggung jawab utama untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan dan mencegah kesalahan-kesalahan atau kecurangan terletak ditangan manajemen, oleh karena itu pimpinan perusahaan melimpahkan segala tugas, wewenang, dan tanggung jawab kepada bawahannya.

Dengan adanya sebagian pelimpahan tugas, wewenang, dan tanggung jawab tersebut, pimpinan perusahaan membutuhkan suatu pengendalian yang dapat memberikan efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, memberikan laporan keuangan yang dapat diandalkan, dan dapat memberikan ketaatan terhadap kebijakan dan prosedur yang ditetapkan. Oleh karena itu pimpinan perusahaan perlu menetapkan suatu pengendalian intern yang memadai (Difta Widhiatama, 2015).

2.5 Pengertian Pengendalian Internal

Pengertian Pengendalian Internal menurut Sukrisno Agoes (2012:100) adalah:

“Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (i) keandalan pelaporan keuangan, (ii) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (iii) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

(13)

Menurut Sunarto (2010:138) mengemukakan pengertian pengendalian internal adalah:

“Pengendalian internal merupakan sistem, struktur, atau proses yang diimplementasikan oleh dewan komisaris, manajemen, dan karyawan dalam perusahaan yang bertujuan untuk menyediakan jaminan yang memadai bahwa tujuan pengendalian tersebut dicapai, meliputi efisiensi dan efektivitas operasi, keandalan pelaporan keuangan, dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Sedangkan Pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring Organization of the Tradeway Commission yang kemudian dikutip oleh Arens

et al (2012:295) adalah sebagai berikut:

“Internal control is the broadly defined as a process, effected by and entitys borad of directors, management and the other personel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories, effectiveness and efficiency of operations, reliability of financial reporting, and compliance with applicable laws and regulations.”

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personalia yang dirancang untuk menyediakan jaminan yang layak mengenai pencapaian sasaran dalam kategori keandalan informasi, efektivitas dan efisiensi operasi dengan ketentuan hukum dan peraturan yang biasa di terapkan.

(14)

2.5.1 Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal dalam perusahaan dibuat untuk membantu agar organisasi lebih berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan, dan juga memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan serta manfaat yang diharapkan.

Tujuan dari pengendalian internal adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam mencapai tujuan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2011:319.2) tujuan system pengendalian internal yaitu:

1. Keandalan laporan keuangan 2. Efektivitas dan efisiensi operasi

3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Tujuan pengendalian internal akan terlaksana dengan baik bila pengendalian internal dijalankan dengan baik pula dan sesuai dengan prosedur yang ada. Dari uraian sebelumnya dapat dijelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pengendalian internal ini adalah untuk keandalan pelaporan laporan keuangan, memajukan efektivitas dan efisiensi operasi dan membantu agar tidak ada yang menyimpang dari hukum dan peraturan yang berlaku.

2.5.2 Komponen Pengendalian Internal

Pengendalian Internal terdiri atas lima komponen yang saling terkait yang dikemukakan oleh Sukrisno Agoes (2012:100) sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian

(15)

Yaitu menetapkan satu corak suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern yang lain. Lingkungan pengendalian mencakup hal-hal berikut ini:

a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Struktur organisasi

e. Pemberian wewenang dan tanggung jawab f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia

2. Penaksiran Risiko

Risiko yang relevan dengan pelaporan keuangan mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan secara negatif mempengaruhi kemampuan entitas untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut ini:

a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau yang diperbaiki

(16)

d. Teknologi baru

e. Lini produk atau aktivitas baru f. Restrukturisasi korporasi g. Operasi luar negeri h. Standar akuntansi baru

3. Informasi dan komunikasi

Sistem informasi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang meliputi sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntabilitas bagi aset, uang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikan aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal.

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Auditor harus memperoleh pengetahuan memadai tentang sistem informasi yang relevan dengan pelaporan keuangan untuk memahami:

(17)

a. Golongan transaksi dalam operasi entitas bagi laporan keuangan

b. Bagaimana transaksi dimulai

c. Catatan akuntansi, informasi pendukung, dan akun tertentu dalam laporan keuangan tercakup dalam pengolahan dan pelaporan transaksi.

d. Pengolahan akuntansi yang dicakup sejak saat transaksi dimulai sampai dengan dimasukkan kedalam laporan keuangan, termasuk alat elektronik yang digunakan untuk mengirim, memproses, memelihara dan mengakses informasi.

4. Aktivitas Pengendalian

Yaitu kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut memastikan bahwa tindakan yang diperlukan untuk menanggulangi risiko dalam pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian mempunyai berbagai tujuan dan diterapkan untuk tingkat organisasi dan fungsi. Umumnya aktivitas pengendalian yang mungkin relevan dengan audit dapat digolongkan sebagai kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan hal- hal berikut ini:

a. Review terhadap kerja

(18)

b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas.

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau berbagai kombinasi dari keduanya.

Di berbagai entitas, auditor intern atau personel yang melakukan pekerjaan serupa memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantauan dapat mencakup penggunaan informasi dan komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan customers dan komentar dari badan pengatur yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan.

(19)

2.6 Kas

Kas merupakan harta yang paling rawan dalam suatu perusahaan karena berpotensi terjadinya kecurangan, penyelewengan, selain itu juga terdapat kemungkinan kesalahn dalam pencatatan dan pelaporannya. Oleh karena itu, pengelolaan kas yang baik akan dapat mencegah terjadinya dana yang mengganggur dan sedapat mungkin dana tersebut dapat memberikan tambahan pendapatan bagi perusahaan (Difta Widhiatama, 2015).

2.6.1 Pengertian Kas

Ada banyak pengertian tentang kas yang memilki arti yang sama meski diungkapkan dengan berbeda-beda, seperti pengertian kas yang diungkapkan menurut Sukrisno Agoes (2011:166) sebagai berikut:

“Kas merupakan harta lancar perusahaan yang sangat menarik dan mudah untuk diselewengkan. Selain itu banyak transaksi perusahaan yang menyangkut penerimaan dan pengeluaran kas. Karena itu, untuk memperkecil kemungkinan terjadinya kecurangan atau penyelewengan yang menyangkut uang kas perusahaan, diperlukan adanya pengendalian internal control yang baik antara kas dan setara kas.”

Yang dimaksud dengan kas menurut PSAK No.2 yang disusun oleh IAI (2009:22) adalah sebagai berikut :

“Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.

Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat liquid , berjangka pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko

(20)

perubahan nilai yang signifikan. Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar atau setara kas”.

Sedangkan menurut Soemarso (2004:296) mengungkapkan pengertian kas adalah sebagai berikut :

“Kas adalah segala sesuatu (baik yang berbentuk uang atau bukan) yang dapat tersedia dengan segera dan diterima sebagai alat pelunasan kewajiban pada nilai nomimalnya.”

Dari beberapa pengertian kas diatas dapat disimpulkan bahwa kas merupakan aktiva yang paling mudah digunakan (likuid) dan mudah juga di selewengkan. Bahkan dapat dikatakan bahwa kas terdiri dari uang tunai yang ada diperusahaan, baik yang ada didalam kas kecil maupun dana-dana kas lainnya seperti penerimaan uang tunai dan cek-cek yang belum disetor ke bank serta item- item lainnya yang dapat disamakan dengan kas, artinya dapat digunakan sebagai alat tukar atau dapat diterima sebagai simpanan.

Bentuk kas sangat mudah untuk disembunyikan dan mudah untuk dipertukarkan, sehingga jika hilang akan sulit untuk melacaknya. Karena factor resiko tinggi yang melekat pada kas tersebut, sehingga dibutuhkan tindakan- tindakan pengendalian dan pengamanan yang baik.

(21)

2.6.2 Fungsi Kas

Kas adalah asset yang sangat liquid, karenanya harus dijaga agar jumlah kas tidak terlalu besar sehingga tidak ada kas yang menganggur. Daya beli uang bisa berubah-ubah mungkin naik atau turun, tetapi kenaikan dan penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali terhadap kas (I Mulyana, 2006).

Kas juga begitu penting baik bagi perorangan, perusahaan, maupun pememrintahan untuk mempertahankan posisi likuiditas yang memadai, yaitu mereka harus memiliki sejumlah uang yang mencukupi untuk membayar kewajiban pada saat jatuh tempo agar aktifitas operasional perusahaan yang bersangkutan dapat terus berlangsung. Fungsi kas menurut Kieso and Weygant (2010:320) adalah :

“ Cash the most liquid asset is the standart medium of exchange and the basic for measuring and accounting for all other item”.

Dari urain tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi kas adalah :

1. Memberikan dasar bagi pengukuran dan akuntansi untuk semua pos lain dalam neraca.

2. Karena berlaku sebagai alat tukar dalam perekonomian, maka kas dapat terlibat secara langsung dalam hampir semua transaksi usaha.

3. Untuk mengetahui posisi likuiditas perusahaan.

(22)

2.6.3 Pengendalian Internal Kas

Menurut Al Haryono Jusup (2014:47) pengendalian internal kas merupakan salah satu cara untuk menjaga agar dana kas perusahaan tidak diselewengkan.

Meskipun penyelewengan itu tidak mungkin untuk dihilangkan tetapi dengan pengendalian internal kas penyelewengan ini dapat dihindari.

Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Tanpa adanya fungsi ini akan mudah menggelapkan uang kas. Pengendalian internal yang baik terhadap kas memerlukan prosedur-prosedur yang memadai untuk melindungi penerimaan kas atau pengeluaran kas. Dalam merancang prosedur-prosedur. tersebut hendaknya diperhatikan tiga prinsip pokok pengendalian internal yaitu:

1. Harus terdapat pemisahan tugas secara tepat, sehingga petugas yang bertanggungjawab menangani transaksi kas dan menyimpan kas tidak merangkap sebagai petugas pencatat transaksi kas.

2. Semua penerimaan kas hendaknya disetorkan seluruhnya kas/bank secara harian.

3. Semua pengeluaran kas hendaknya dilakukan menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaran yang kecil jumlahnya dimungkinkan untuk menggunakan uang tunai, yaitu melalui kas kecil.

(23)

2.6.4 Tujuan Pemeriksaan Kas

Menurut Sukrisno Agoes (2012:167) tujuan pemeriksaan kas dan setara kas adalah sebagai berikut:

1. Untuk memeriksa apakah terdapat pengendalian internal yang cukup baik atas kas dan setara kas serta transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dan bank.

2. Untuk memeriksa apakah saldo kas dan setara kas yang ada di neraca per tanggal neraca betul-betul ada dan dimiliki perusahaan (existence).

3. Untuk memeriksa apakah ada pembatasan untuk penggunaan saldo kas dan setara kas.

4. Untuk memeriksa, seandainya ada saldo kas dan setara kas dalam valuta asing, apakah saldo tersebut dikonversikan kedalam rupiah dengan menggunakan kurs tengah BI pada tanggal neraca dan apakah selisih kurs yang terjadi sudah dibebankan atau dikreditkan ke laba rugi komprehensif tahun berjalan.

5. Untuk memeriksa apakah penyajian di neraca sesuai dengan standar akuntansi keuangan indonesia (SAK/ETAP/IFRS)

(24)

2.6.5 Pengendalian Terhadap Penerimaan Kas

Untuk melindungi kas dari pencuri dan penyalahgunaan, perusahaan harus mengendalikan kas sejak diterima sampai kas disimpan di bank. Biasanya perusahaan menerima kas dari dua sumber utama: (1) pelanggan yang membeli barang atau jasa (2) pelanggan yang membayar piutangnya.

Menurut wareen et al (2009:398) ada beberapa jenis pengendalian terhadap penerimaan kas, sebagai berikut:

a. Kas yang diterima dari penjualan tunai

Tanpa melihat sumber penerimaan kas, setiap perusahaan harus melindungi dan mencatat penerimaan kas dengan baik. Salah satu pengendalian yang paling penting untuk melindungi kas yang diterima dari penjualan (misalnya ditoko atau restoran) adalah mesin kasir (cash register). Ketika kasir memasukan angka penjualan, biasanya ada layar monitor yang menghadap ke sisi pelanggan yang akan menunjukan jumlahnya. Hal ini merupakan pengendalian untuk memastikan kasir telah menagih jumlah yang tepat kepada pelanggannya

b. Kas yang diterima melalui cek atau giro

Pelanggan juga dapat membayar tagihan dengan cek atau giro. Cek dapat diambil dari bank tunai, sedangkan giro hanya dapat dipindah bukukan dari rekening pembayar ke rekening penerimanya. Kebanyakan faktur perusahaan dirancang agar para pelanggan mengembalikan potongan faktur yang berisi jumlah tagihan yang disebut dengan slip pembayaran

(25)

(remittance slip), bersama dengan lembar cek atau giro pembayaran

pelanggan. Sebagai salah satu pengendalian, perusahaan harus meminta pelanggan untuk menuliskan nama perusahaan sebagai penerima uang yang sah dilembar cek atau giro pembayaran dari pelanggan. Ini untuk memastikan bahwa pencairan uang akan masuk hanya ke rekening bank perusahaan dan bukannya rekening bank pihak lain yang tidak berhak.

c. Kas yang diterima melalui transfer dana elektronik kas

Kebanyakan perusahaan mendorong transfer elektronik otomatus dari pelanggan untuk beberapa alasan berikut:

1. Transfer elektronik otomatis oleh pelanggan tidak memakan biaya dibandingkan dengan pembayaran melalui cek atau giro karena karyawan yang mengelola kas dapat ditiadakan

2. Transfer eletronik memperkuat pengendalian internal terhadap kas karena kas diterima langsung oleh bank tanpa pengelolaan kas oleh karyawan sehingga kemunginan pencurian kas dapat ditiadakan.

3. Transfer elektronik mengurangi jumlah pembayaran yang terlambat dan mempercepat proses penerimaan kas.

(26)

2.6.6 Pengendalian Terhadap Pengeluaran Kas

Pengendalian terhadap kas harus memberikan keyakinan yang memadai bahwa pembayaran dilakukan hanya untuk transaksi yang telah diotorisasi. Selain itu, pengendalian harus memastikan bahwa kas digunakan secara efisien. Menurut Warren et al (2009:400) ada beberapa jenis pengendalian terhadap pembayaran kas, sebagai berikut:

a. Sistem voucher

Sistem voucher merupakan serangkaian prosedur untuk memberi kuasa dan mencatat kewajiban dan pembayaran kas. Voucher adalah suatu dokumen yang memberikan bukti pemberian kuasa untuk membayar kas atau melakukan transfer dana elektronik

b. Kas yang dibayar melalui transfer dana elektronik

Kas juga dapat dibayar melalui system transfer dana elektronik menggunakan jaringan komputer, bukan secara tunai.

c. Penggunaan rekening bank

Alasan utama perusahaan menggunakan rekening bank adalah untuk tujuan pengendalian. Penggunaan rekening bank dapat mengurangi jumlah uang tunai yang tersimpan di took atau kantor pada satu waktu.

(27)

2.6.7 Peranan Audit Internal dalam menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Kas

Berdasarkan uraian diatas maka perlu adanya pemeriksaan internal atau pengendalian internal yang memadai. Aktivitas pengendalian internal ini harus didukung oleh pimpinan perusahaan agar pengendalian dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Dalam menjalankan tugasnya auditor internal harus taat kepada Standar Profesi Audit Internal yang meliputi:

1. Independensi dan objektivitas, bagian audit internal merupakan bagian yang terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksanya sehingga ia bisa memberikan penilaian yang objektif.

2. Keahlian dan kecermatan professional, audit internal harus memiliki keahlian di bidang auditnya, akuntansi, dan komputer, serta menggunakan keahlian secara cermat dan seksama.

3. Sebelum melakukan pemeriksaan, auditor internal harus melakukan perencanaan yang baik yang mencakup ruang lingkup pemeriksaan, sasaran penugasan, waktu, dan alokasi sumber daya.

4. Saat pelaksanaan pemeriksaan, auditor internal mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang memadai untuk mencapai tujuan pemeriksaan.

5. Auditor internal harus membuat laporan hasil audit yang lengkap, rinci, dan jelas serta dapat dipercaya sebagai hasil dari proses

(28)

pemeriksaan yang telah dilakukan. Laporan audit internal digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan perusahaan.

6. Auditor internal harus mematuhi prosedur internal dan kebijakan perusahaan.

Sementara itu untuk menghindari keterbatasan-keterbatasan dari pengendalian internal kas, maka auditor internal dan manajemen melakukan pemantauan dan pengevaluasian secara terus menerus sehingga tujuan perusahaan tercapai.

Dengan demikian apabila pelaksanaan audit internal memadai dan dipatuhinya pengendalian internal tersebut oleh seluruh personel perusahaan maka akan menunjang terhadap efektifitas pengendalian internal kas. Karena adanya kelemahan-kelemahan dalam proses pengendalian internal tersebut seperti kelemahan manusia dalam penerapan kebijakan dan prosedur, terjadinya persekongkolan, dan dilanggarnya prosedur yang ada maka selalu dibutuhkan pemantauan yang dilakukan secara terus menerus untuk mengevaluasi dan memperbaiki pengendalian yang ada.

2.7 Kerangka Pemikiran

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas operasional perusahaan memerlukan adanya suatu sistem organisasi yang melakukan pemisahan fungsi- fungsi dalam perusahaan agar setiap kegiatan perusahaan dapat diawasi dan dievaluasi secara efektif dan efisien. Fungsi tersebut diantaranya yaitu pengendalian internal yang dapat dijadikan sebagai alat yang dapat membentuk

(29)

pengawasan serta pemeriksaan kegiatan perusahaan melalui pelaksanaan kegiatan audit internal.

Adapun pengertian audit internal menurut Hiro Tugiman (2006:11), yaitu:

“Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.”

Fungsi internal yang merupakan salah satu unsur dari pengendalian internal mempunyai peranan yang sangat penting atas terciptanya seluruh tujuan dari pengendalian internal. Dengan kata lain, audit internal sangat berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas sangatlah besar dan tentunya memberikan hasil yang positif. Agar pelaksanaan pemeriksaan dapat berjalan dengan efektif dalam pelaksanaannya maka perlu adanya Standar Profesi Audit Internal, menurut Hiro Tugiman (2006:13) yaitu:

1. Independensi

Auditor internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya dan memeriksa apa adanya.

2. Kemampuan Profesional

Auditor internal harus mencerminkan keahlian dan ketelitian profesional.

3. Lingkup Pekerjaan

(30)

Lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perancanaan pemeriksaan, serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti.

5. Manajemen Bagian Audit Internal

Pimpinan unit internal dalam mengelola bagian audit internal secara tepat.

Peran auditor internal harus dijalankan dengan posisi yang independen dan kompeten agar dapat membantu organisasi menemukan kelemahan pengendalian internal terhadap kliennya, bertanggung jawab memeriksa dan mengevaluasi yang memadai ada atau tidaknya pengendalian internal serta membuat rekomendasi peningkatan agar lebih efektif dan efisien.

Sedangkan Pengertian Pengendalian Internal menurut Sukrisno Agoes (2012:100) adalah sebagai berikut:

“Pengendalian internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang di desain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (i) keandalan pelaporan keuangan, (ii) efektifitas dan efisiensi operasi, dan (iii) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

(31)

Komponen pengendalian menurut Mulyadi (2014:183) meliputi:

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian untuk menciptakan suasana pengendalian dalam suatu organisasi dan mempengaruhi kesadaran personel organisasi tentang pengendalian.

2. Penaksiran Resiko

Penaksiran resiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

3. Informasi dan Komunikasi

Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, menggolongkan, mencatat, menganalisis, dan melaporkan transaksi suatu entitas tersebut.

4. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen telah dilaksanakan.

(32)

5. Pemantauan

Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu.

Adapun teori yang menghubungkan audit internal dengan pengendalian internal kas menurut Mulyadi (2008) adalah sebagai berikut:

“Audit internal berhubungan dengan semua tahap kegiatan perusahaan, sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatan akuntansi. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan penilaian terhadap efektivitas pengendalian internal dan mendorong penggunaan pengendalian internal yang efektif dengan biaya minimal”

Jadi, berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan, manfaat audit internal terhadap efektivitas pengendalian internal kas adalah:

1. Mengukur dan menilai komponen-komponen pengendalian internal 2. Membantu meningkatkan efektivitas operasi perusahan, termasuk

pengendalian internal kas.

3. Menentukan alat bagi manajemen untuk mendapatkan informasi mengenai keadaan perusahaan secara keseluruhan.

4. Menentukan tingkat kebenaran data akuntansi yang dibuat.

5. Mengetahui sejauh mana perlindungan, pencatatan dan pengamanan kekayaan perusahaan dari kemungkinan terjadinya penyelewengan.

6. Membantu manajemen mendapatkan informasi keuangan dan operasi yang tepat dan dapat dipercaya.

(33)

7. Membantu manajemen menentuan kebijakan yang perlu untuk mengembangkan perusahaan agar mampu bersaing dengan yang lain.

8. Melakukan rekonsiliasi.

Dengan demikian, dampak audit internal dalam pengendalian internal kas meliputi seluruh aspek pengendalian sehingga keefektivan dan keefisienan dapat ditingkatkan.

Berdasarkan hipotesis di atas maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut: “Audit Internal berperan dalam menunjang efektivitas Pengendalian Internal Kas”

Dari uraian di atas maka dapat digambarkan bagan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut (Gambar 2.1)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Peranan Audit Internal

(X)

Efektivitas Pengendalian Internal Kas (Y)

(34)

2.7.1 Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah disusun, maka hipotesis yang dikemukakan peneliti adalah:

H0 : Tidak terdapat peranan yang signifikan audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian internal kas.

Ha : Terdapat peranan yang signifikan audit internal dalam menunjang efektifitas pengendalian internal kas.

2.7.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini pernah dilakukan oleh dosen Universitas Widyatama R. Ait Novatiani dan Athina Fitriana (2011) dan peneliti memperoleh rujukan dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektifitas Pengendalian Internal Kas” yang menyatakan bahwa variabel X (Audit Internal) terbukti berperan terhadap variabel Y (Pengendalian Internal Kas) sebesar 0,986. Sedangkan menurut penelitian Manoppo (2013:2014) pengendalian telah terbukti efektif terhadap kas, dilihat dengan telah memenuhi unsur unsur pengendalian internal. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan ternyata ada pengaruh yang kuat antara peranan audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal kas dan antara pengendalian internal dengan kas.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Harrihan et al., (2015) menunjukan pentingnya orientasi hubungan dengan pelanggan serta organisasi harus memanfaatkan informasi pelanggan

Hal ini seperti yang dijelaskan Komala (2015: 34) bahwa dalam memperoleh kemandirian baik secara sosial, emosi, maupun intelektual, anak harus diberikan kesempatan untuk

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Barasa, et al (2013) debu vulkanik Gunung Sinabung dengan kedalaman 0,5-15 mm, memiliki kandungan logam tembaga

3) lelang aset milik bank dalam likuidasi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Pejabat Lelang Kelas

Dalam Pasal 8 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan bahwa Perkawinan dilarang antara dua orang yang: Berhubungan darah dalam garis

Dengan persentase sumbangan variabel perilaku menggunakan internet dan kete- rampilan sosial yang tidak terlalu tinggi (13,23%), penelitian selanjutnya sangat

dapat dilihat bahwa akurasi per pola rugae menggunakan ciri mean ini menghasilkan akurasi sebesar 25%-100% dengan pola yang tidak terdeteksi oleh sistem yakni

Harga adalah jumlah uang (kemungkinan ditambah beberapa barang) yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya.