• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT SERANGAN PENYAKIT LUKA API PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KEBUN PTPN XIV (PG ARASOE) KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINGKAT SERANGAN PENYAKIT LUKA API PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KEBUN PTPN XIV (PG ARASOE) KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

i

TINGKAT SERANGAN PENYAKIT LUKA API PADA TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum L.) DI KEBUN PTPN

XIV (PG ARASOE) KABUPATEN BONE SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

AWAL MASRUR 1822040007

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

2021

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Pangkep, 10 September 2021 Yang Menyatakan,

Awal Masrur

(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Tingkat Serangan Penyakit Luka Api Pada Tanaman Tebu (Saccharum officinarum L.) Dikebun PTPN XIV (PG ARASOE) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan”. Laporan Tugas Akhir ini di susun sebagai

salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi pada Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

Penulisan laporan ini tidak lepas dari kontribusi dan bimbingan oleh beberapa pihak yang terkait. Karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya terutama kepada tuhan yang maha kuasa, orang tua, saudara, serta teman- teman yang telah memberikan bantuan baik berupa materi maupun dukungan hingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan tugas akhir ini. Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Darmawan, M.Si selaku Direktur Politeknik Pertanian NegeriPangkajene Kepulauan.

2. Abdul Mutalib, SP., MP selaku Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan.

3. Muhammad Yusuf,S.P., MP.sebagai Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

4. Ibu Syatrawati, SP, MP selaku dosen pembimbing I.

5. Ibu Sitti Inderiati, SP., M.Biotech. selaku dosen pembimbing II.

6. Rekan-rekan seperjuangan Jurusan Budidaya Tanaman Perkebunan angkatan XXXI dan seluruh rekan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene

(6)

vi

dan Kepulauan yang telah membantu dan memberi motivasi dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Kepada seluruh pihak di PTPN XIV Pabrik Gula Arasoe yang telah mengijinkan dan memberikan bantuan berupa vasilitas dan ilmu yang tak terhingga dalam kegiatan PKPM, teman-teman yang juga melaksanakan PKPM dilokasi yang sama, serta saudara saudari seperjuangan angkatan 31 program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, civitas akdemika Almamater tercinta Politeknik Pertanian Negeri Pangkep yang telah memberikan kesempatan untuk menempuh pendidikan perkuliahan Diploma 3, diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya, semoga apa yang kita lakukan senantiasa bernilai ibadah disisi Allah SWT.

Penyusunan laporan ini tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, dengan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan masukan dari pihak pembaca yang bersifat membangun untuk menuju perbaikan laporan ini.

Akhir kata, besar harapan penulis semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.

Pangkep, 10 September 2021

Awal Masrur

(7)

vii DAFTAR ISI

Halaman.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI... iii

PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

RINGKASAN ... xi

BAB I .PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan dan kegunaan ... 3

BAB II . TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Penyakit Luka Api (Ustilago scitaminea) ... 4

2.2. Penyakit Luka Api ... 4

2.3. Gejala serangan ... 6

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Luka Api ... 7

2.5. Pengendalian Penyakit Luka Api... 9

2.6. Deskripsi Varietas Tebu ... 12

BAB III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 3.1. Lokasi Perusahaan... 14

3.2. Sarana dan Prasarana... 14

(8)

vii

3.3. Unit Usaha ... 14

3.4. Struktur Organisasi ... 14

3.5. Sumber Daya Lahan ... 17

3.6. Sumber Daya Manusia ... 17

BAB IV METODE PELAKSANAAN 4.1. Waktu dan Tempat ... 19

4.2. Alat dan Bahan ... 19

4.3. Metode Pelaksanaan ... 19

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil ... 21

5.2. Pembahasan... 22

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 25

6.2. Saran ... 25 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Gejala Serangan Penyakit Luka Api ... 7

Gambar 3.4. Struktur Organisasi Bagian Produksi PG Bone, Sulawesi Selatan ... 15

Gambar 5.1. Grafik Presentase Serangan Penyakit Luka Api Pada Tanaman Tebu ... 21

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman.

Lampiran 1. Rekapitulasi data ... 29

Lampiran 2. Pengamatan hama dan penyakit pada tanaman tebu ... 30.

Lampiran 3. Penyakit luka api pada tanaman tebu ... 31.

Lampiran 4. Pengendalian Penyakit Luka Api Pada Tanaman Tebu ... 32.

(11)

xi RINGKASAN

AWAL MASRUR, 1822040007. Tingkat Serangan Penyakit Luka Api (Ustilago scitaminea) pada Tanaman Tebu (Saccharum Officinsrum L.) di kebun PTPN XIV (PG Arasoe) Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh Syatrawati dan Sitti Inderiati.

Penyakit Luka Api pada tanaman tebu disebabkan oleh cendawan Ustilagoscitaminea dapat menyerang beberapa jenis varietas tebu.. Penyakit luka api ditularkan melalui bibit tanaman yang sudah terserang oleh penyakit tersebut, melalui spora jamur U. Scitaminea yang pola penyerangannya menyebar melalui udara. Penularan penyakit pada tanaman dapat terjadi melalui mata tebu, baik mata tebu yang telah tumbuh maupun bagal bibit yang akan ditanam di tanah yang terdapat pada spora penyakit luka api. Infeksi penyakit luka api dapat juga terjadi melalui luka pangkas pada bagal atau luka-luka pada bagian tanaman lainnya, serangan penyakit luka api akan banyak terjadi pada musim kemarau/iklim kering.

Gejala serangan luka api pada tanaman tebu ditandai dengan adanya perkembangan struktur dan kandungan sori (Sekumpulan Sporangia) pada daerah apikal atau titik tumbuh tebu yang sering disebut dengan cambuk luka api. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tingkat serangan penyakit luka api pada beberapa varietas tebu.

Data dikumpulkan berasal dari data presentase serangan penyakit luka api pada tebu varitas KK (Kindang Kencana) dan CM 2012 (Camming) di PTPN XIV PG Arasoe.

Parameter pengamatan adalah tingkat seranganpenyakit luka api pada tanaman tebu.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa varietas CM 2012 (Camming) lebih tahan dibandingkan dengan varietas KK ( Kindang Kencana) terhadap penyakit luka api.

Tingkat serangan penyakit luka api pada varietas KK termasuk kategori sedang dan pada varietas CM (2012) serangan penyakit luka api tergolong kategori rendah.

(12)

1 BAB I .PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tanaman tebu merupakan salah satu penghasil utama gula putih (Anna, 2018) yang merupakan sumber karbohidrat (Cahyani, Sudirman,dan Azis, 2016).

Pada teknik budidaya yang baik tebu dapat menghasilkan berat kering rata-rata 1.000-1.200 kuintal per hektar (Meidalima dan Kawaty,2015). Tanaman tebu dapat menjadi salah satu tanaman yang dapat berkontribusi pada ekonomi nasional dan sumber mata pencaharian bagi jutaan petani.(Rokhman et al., 2014) Pada budidaya

tanaman tebu kerusakan dapat di timbulkan oleh hama penyakit. Salah satu kendala yang dapat menurunkan produksi tanaman tebu adalah adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). Salah satu OPT yang perlu diwaspadai dan diantisipasi karena mengingat serangannya masih tergolong ringan tapi bila tidak ada tindakan bisa menyebabkan kerusakan parah yaitu adanya penyakit luka api.

Penyakit luka api merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman tebu.

Penyakit ini dapat menyebabkan kerugian hasil pada tebu, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif, terjadinya penyakit luka api ini dapat mengurangi kualitas tebu yang dihasilkan, sedangkan secara kuantitatif dapat menurunkan produksi secara signifikan (Schaker et al.,2016). Penyakit luka api yang disebabkan cendawan (Ustilago scitaminea Sydow). Penyakit ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tebu, mengurangi hasil dan kualitas tebu (Nzioki et al 2010). Penyakit luka api tebu ditandai dengan adanya infeksi dan

(13)

2 perkembangan cambuk luka api pada daerah apikal. Intensitas serangan penyakit luka api tebu yang parah dan luas dapat mencapai 50-70% areal tebu sehingga dapat berpotensi untuk menyebabkan kehilangan hasil yang signifikan.

Kehilangan hasil tebu yang disebabkan oleh penyakit luka api mencapai 75%

(Luzaran et al. 2012).dalam Ade (2020)

Magarey et al. (2010) berbagai upaya yang dapat dilakukan untuk pengendalian penyakit luka api. Namun pengendalian dengan menggunakan bahan kimia seperti fungisida tidak akan menyelesaikan masalah. Salah satu cara yang di anggap lebih mudah adalah dengan penggunaan bibit tanaman yang tahan terhadap serangan penyakit luka api. Sehingga pemilihan bahan tanam yang berkualitas sangat penting dalam pengambilan keputusan dalam proses penanaman tanaman tebu.Diperlukan informasi tentang jenis-jenis varietas tebu yang unggul yang tahan terhadap serangan penyakit luka api.

Varietas tanaman tebu yang di tanamn harus berkualitas tinggi termasuk daya tahan terhadap serangan penyakit luka api . Varietas tahan dapat diperoleh melalui proses pemilihan tanaman yang memiliki sifat- sifat agronomis yang unggul . Di Sulawesi Selatan khususnya di Pabrik Gula Tebu Arasoe ada banyak jenis-jenis varietas tebu yang ditanam dilahan perkebunan tebu. Namun masih terlihat adanya serangan penyakit luka api. Berdasarkan hal di atas, perlu dilakukanpengamatan terhadap intensitas serangan penyakit luka api yang menyerang di pertanaman tebu.

Pengamatan penyakit tanaman sangat membantu dalam memberikan informasi dalam penggunaan varietas tebu yang tahan terhadap penyakit luka api sebagai dasar untuk menyusun strategi pencegahan penyakit lukaapi pada tanaman tebu.

(14)

3 Berdasarkan hal tersebbut maka di lakukanlah penelitian ini untuk

mengetahui tingkat serangan penyakit luka api pada tanaman tebu.

1.2. Tujuan dan kegunaan

Pengamatan ini bertujuan untuk membandingkan daya tahan 2 varietas tebu terhadap serangan penyakit luka api.

Kegunaan dari pengamatan ini akan menjadi acuan dalam pemilihan varitas tebu dalam rangka pengendalian penyakit luka api pada tanaman teb

(15)

4 BAB II . TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Penyakit Luka Api (Ustilago scitaminea)

Kingdom : Fungi

Filum : Basidiomycota

Subfilum : Ustilaginomycotina

Kelas : Ustilaginomycetes

Subkelas : Ustilaginomycetidae

Ordo : Ustilaginales

Famili : Ustilaginaceae

Genus : Ustilago

Spesies : Ustilago scitaminea (Anonim, 2015)

2.2. Penyakit Luka Api

Salah satu penyakit penting tanaman tebu adalah penyakit luka api yang disebabkan oleh jamur Ustilago scitaminea Sydow. Penyakit luka api tersebar melalui spora dan penyebarannya cepat karena spora U. scitaminea tersebar oleh bantuan angin, hujan, dan alat-alat pertanian. Infeksi U. scitaminea melalui mata tunas, baik mata tunas yang telah tumbuh maupun yang masih dalam bentuk bibit bagal. Penyakit luka api tebu secara signifikan dapat mempengaruhi pertumbuhan tebu, mengurangi hasil dan kualitas tebu (Nzioki et al, 2010).

Luka api tebu ditandai dengan adanya perkembangan struktur dan kandungan sori (sekumpulan sporangia) pada daerah apikal atau titik tumbuh tebu yang sering disebut dengan cambuk luka api. Penyakit luka api tebu yang menyerang bagian apikal atau titik tumbuh tebu (Devnarai, 2010). Penyakit luka

(16)

5 api tebu menyebabkan pertumbuhan tebu menjadi jelek dan pertumbuhan anakan yang sangat besar dibandingkan dengan tanaman tebu yang sehat (Sundar et al., 2012).

Berikut adalah gejala serangan penyakit luka api pada tanaman tebu

Gambar 2.1. Gejala serangan penyakit luka api

Nzioki et al. (2010) dan Devnarai (2010) mengemukakan bahwa cambuk berwarna hitam pada bagian apikal, yang sebenarnya merupakan daun muda yang berubah bentuk bulat memanjang dan fungsinya. Ukuran dari cambuk kurang lebih sebesar pensil, tidak bercabang, dan terlihat kaku. Terdapat berjuta-juta klamidiospora yang dilapisi selaput tipis tidak berwana yang menempel pada cambuk. Setelah masak selaput akan pecah dan melepas spora yang menyerupai jelaga dalam jumlah yang besar.

Berbagai perubahan morfologi pada tanaman tebu yang terserang luka api.

Secara umum tebu yang terserang luka api secara signifikan terlihat diameter batang mengecil, daun kecil dan sempit, pertumbuhan anakan cepat dan banyak (tebu tampak seperti rumput). Batang tebu yang terserang luka api membentuk tunas samping dan cambuk hitam kadang terbentuk pada tunas samping (Nzioki et al., 2010; Sundar et al., 2012; dan Devnarai, 2010).

(17)

6 Penyakit luka api ini ditularkan melalui bibit tanaman yang berpenyakit luka api melalui spora jamur Ustilago scitaminea yang menyebar melalui udara, kontak langsung antar tanaman, dan penularan melalui spora yang terdapat di tanah.

Penularan tanaman dapat terjadi melalui mata tebu, baik mata tebu yang telah tumbuh maupun bagal bibit yang akan ditanam di tanah yang terdapat spora penyakit lupa api. Infeksi dapat juga terjadi melalui luka pangkas pada bagal atau luka-luka pada bagian tanaman lainnya.Serangan penyakit luka api banyak terjadi pada musim kemarau / iklim kering.

2.3. Gejala serangan

Luka api tebu ditandai dengan adanya perkembangan struktur dan kandungan sori (sekumpulan sporangia) pada daerah apikal atau titik tumbuh tebu yang sering disebut dengan cambuk luka api Nzioki et al. (2010) dan Devnarai (2010) mengemukakan bahwa cambuk berwarna hitam pada bagian apikal, yang sebenarnya merupakan daun muda yang berubah bentuk bulat memanjang dan fungsinya. Ukuran dari cambuk kurang lebih sebesar pensil, tidak bercabang, dan terlihat kaku.Terdapat berjuta-juta klamidiospora yang dilapisi selaput tipis tidak berwana yang menempel pada cambuk. Setelah masak selaput akan pecah dan melepas spora yang menyerupai jelaga dalam jumlah yang besar.

Penyakit luka api juga disebabkan oleh jamur Sporisorium scitamineum yang menginfeksi tanaman melalui mata tunas. Tanaman yang terinfeksi memiliki gejala yang sangat khas yakni terbentuknya cambuk pada bagian ujung tanaman.

Cambuk ini terdiri atas teliospora jamur yang berperan sebagai sumber inokulum yang ditularkan melalui angin. Penyakit luka api akan berkembang dengan baik pada kondisi panas dan kering. Saat ini penyakit luka api telah menyebar di hampir

(18)

7 seluruh pertanaman tebu di Indonesia. Varietas tebu yang tadinya diklaim tahan terhadap penyakit luka api, saat ini dilaporkan banyak yang terinfeksi juga.

Pengetahuan tentang jamur S. scitamineum dan infeksinya pada tanaman tebu yang menyebabkan gejala penyakit luka api ini sangat penting untuk dapat menentukan metode pengendalian yang tepat.

Tahun 2017 dilaporkan bahwa perkebunan tebu di Jawa Timur dan Madura serta Sulawesi Selatan menderita penyakit luka api cukup parah. Varietas Bululawang yang sebelumnya merupakan varietas tahan juga terserang luka api.

Diduga menanam yang terus menerus menyebabkan jamur S. scitamineum bermutasi sehingga mampu menyerang varietas yang sebelumnya tahan. Menurut (Comstock, 2000), jamur ini memiliki beberapa strain, dan satu varietas bisa memiliki ketahanan yang berbeda terhadap strain yang berbeda. Cuaca yang kering dan berangin merupakan kondisi yang kondusif bagi penyebaran penyakit.

Penggunaan bibit yang berasal dari tanaman sakit akan menyebarkan penyakit luka api ke daerah baru.

2.4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Luka Api

Bagian tanaman yang sakit akibat luka api dapat menyebar dan menular melalui pisau potong bibit dan alat pemotong tebu lainnya, angin, air hujan tertiup angin, serangga, bibit, air drainase dan tular tanah (Achadian, 2011).

Tanah : Kemampuan spora penyakit luka api dari spesies lain seperti jamur S. scitamineum untuk bertahan sangat dipengaruhi oleh kelembaban tanah. Pada kondisi kering, spora masih dapat berkecambah hingga mencapai 70% meskipun telah bertahan lebih dari 200 hari.

(19)

8 Sementara pada kondisi basah spora akan berkecambah dengan cepat dalam waktu 48 jam, selain itu kemampuan spora bertahan pada tanah yang kering lebih lama dibandingkan kondisi basah (Abdou et al., 1990).

Karakteristik varietas tebu (tahan, moderat, ataupun rentan) juga sangat mempengaruhi perkembangan penyakit luka api di lapangan.Umur tanaman tebu serta konsentrasi spora juga mempengaruhi tingkat perkembangan penyakit luka api.

Konsentrasi spora yang tinggi meningkatkan peluang terjadinya infeksi pada tunas tebu (Que et al., 2012).

Faktor penyebab penyakit pada tebu yang lain yaitu jenis varietas tebu yang digunakan. Sejarah membuktikan bahwa penanaman satu jenis varietas tebu selama kurun waktu yang lama akan menimbulkan masalah penyakit baru (Magarey et al, 2011).

Pergantian varietas secara berkala atau peningkatan keragaman varietas akan memperkecil kemungkinan jamur bermutasi atau beradaptasi dengan varietas yang baru, karena menurut (McDonald dan Linde,2002). patogen mampu berubah dengan cepat menjadi tahan terhadap pestisida maupun dalam beradaptasi atau mengatasi ketahanan suatu varietas yang baru atau terhadap perubahan lingkungan (Titik yulianti,2020).

Setiap pelepasan suatu varietas baru hendaknya diuji juga ketahanannya terhadap penyakit-penyakit penting yang pernah ada. Mengingat proses terbentuknya suatu varietas baru dari suatu persilangan membutuhkan waktu sekitar 10-15 tahun dalam kurun waktu tersebut, terbentuknya khromosom rekombinan sangat kecil sehingga populasi yang terbentuk memiliki dasar genetik yang sempit (Hoang et al., 2015), maka sebelum melakukan program perakitan varietas,

(20)

9 sebaiknya dilakukan identifikasi gen ketahanan induknya terhadap suatu penyakit (Scortecci et al., 2012). Sakaigaichi et al. (2019) menyebutkan bahwa mereka harus menyeleksi plasma nutfah S.spontaneum yang memiliki ketahanan sangat tinggi terhadap luka api terlebih dahulu, karena hasil persilangan yang dilakukan sebelumnya menunjukkan bahwa varietas yang dihasilkan dari persilangan dengan S.spontaneum memiliki biomasa tinggi namun sangat rentan terhadap luka api. Jadi

identifikasi dan pemetaan gen sumber ketahanan dapat dilakukan sebelum melakukan persilangan. Dengan demikian, dalam program perakitan varietas tebu selain untuk memperoleh produktivitas dan kandungan nira tinggi juga memiliki ketahanan terhadap hama dan penyakit.

2.5. Pengendalian Penyakit Luka Api

Pemilihan benih dan roguing yang baik terhadap rumpun tebu yang terserang luka api akan menjamin tanaman sehat. Pengamatan berkala terhadap tanaman yang terserang dan menghilangkan cambuk luka api tebu akan mengurangi jumlah inokulum patogen. Sebuah studi melaporkan bahwa teliospora luka api tidak memiliki dormansi dan tidak dapat hidup di tanah tanpa adanya tunas. Kegiatan pembajakan dan pengairan di kebun akan memungkinkan perkecambahanteliospora dan akhirnya mati karena tidak ada inang (Sundar et al., 2012). Pengendalian luka api secara fisik dengan seed dressing atau seed treatment, yaituperawatan bibit dengan air panas / Hot Water Treatment (HWT) selama 30 menit dalam suhu kurang lebih 520C. Pengendalian dengan HWT telah dilaporkan efektif dalam mengendalikan patogen penyebab luka api.

Pengendalian luka api secara kimiawi dengan Bayleton. Pengendalian dengan Bayleton dapat menghambat perkembangan patogen penyebab luka api

(21)

1 0 pada bibit tebu yang terinfeksi dengan perendaman bibit tebu dalam air dengan suhu 520C selama 30 menit dengan penambahan fungisida menggunakan bahan aktif 0,1% Triademiphon - Bayleton (Sundar et al., 2012).

Rahmawati (2015) mengemukakan bahwa pengendalian luka api dapat dilakukan dengan cara:

Sanitasi atau eradikasi dengan cara membongkar tanaman yang sakit, menjaga kebersihan kebun dari sisa tanaman dan inang alternatif yang sakit, dan memusnahkan tanaman yang sakit.

Memperkuat kondisi tanaman dengan pengaplikasian pupuk hayati mikoriza dan Trichoderma harzianum.Pupuk hayati mikoriza mampu mempercepat laju pertumbuhan, meningkatkan kualitas, daya hidup bibit tanaman, pertumbuhan, dan produktivitas tanaman.

Menghindari penanaman tebu ratoon-2 dan ratoon-3, terutama di daerah endemik luka api.

Untuk tingkat serangan yang masih tergolong ringan dengan daerah sebar sedikit cukup dengan membakar tanaman yang terserang luka api. Cara penanggulangan tanaman tebu yang terserang penyakit ini adalah memusnahkan tanaman yang terserang dengan cara membungkus dengan plastik agar spora tidak menyebar kemudian dibakar. Cara seperti ini yang paling mudah dan murah yang bisa diterapkan di tingkat petani karena tidak membutuhkan biaya yang banyak.

Pengelolaan penyakit secara terpadu sangat disarankan untuk penyakit luka api melalui penggunaan varietas tahan. Apabila ditemukan ada tanaman yang bergejala, seluruh rumpun harus dicabut dan dimusnahkan untuk mengurangi

(22)

11 sumber inokulum dan mencegah penularan pada tanaman atau lokasi lain yang sehat.

Pengendalian penyakit yang paling efektif adalah dengan menggunakan varietas yang tahan. Sampai saat ini, hampir semua varietas komersiil tebu yang ditanam induknya merupakan persilangan dari dua spesies, yaitu S. officinarum, yang merupakan tanaman tebu penghasil gula, dan S. spontaneum, kerabat tebu yang tanamannya lebih kecil, namun memiliki ketahanan terhadap penyakit dan cenderung lebih toleran terhadap deraan lingkungan (Carl, 2018). Kontribusi khromosome di dalam nukleus sekitar 80% berasal dari S. officinarum, 10–20%

berasal dari S. spontaneum, dan kurang dari 5– 17% berasal dari rekombinan keduanya (Hoang et al., 2015).

Sampai saat ini pengendalian yang paling efektif adalah dengan penanaman varietas tahan. Namun, penggunaan varietas yang tahan terhadap suatu penyakit secara luas dan dalam kurun waktu yang lama akan menimbulkan ledakan penyakit baru lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pergiliran dan penataan varietas yang bijaksana demi kelangsungan perkebunan tebu dan meningkatkan produksi gula nasional.

Berdasarkan Sugar Research Australia Information Sheet (2013), tanaman tebu yang terserang penyakit luka api memiliki kondisi fisik yang sangat kerdil, dan menyebabkan penurunan produksi hingga 30-100% pada varietas yang peka.

Prosentase kehilangan produktivitas tebu diestimasi mencapai 0,6% per 1% tingkat serangan. Oleh karena itu hal-hal yang perlu menjadi perhatian adalah sebagai berikut : 1) Diperlukan manajemen penanganan penyakit tanaman yang lebih intensif dan serius mengingat potensi kerugian yang ditimbulkan akibat serangan

(23)

12 penyakit luka api, misalnya dalam bentuk alokasi anggaran pengandalian hama penyakit di komponen biaya kebun.2) Penggunaan varietas tanaman tebu yang tahan terhadap penyakit luka api .3) Diperlukan upaya untuk menjaga kebersihan kebun, mengingat penyakit luka api dapat ditularkan melalui tanaman inang alternatif.4) Perlu adanya rotasi tanaman khusus pada daerah-daerah endemik.

2.6. Deskripsi Varietas Tebu

1. Kindang Kencana (KK)

Varietas Kidang kencana pertama kali berkembang di Dusun Kencana, Kecamatan Jatitujuh, Majalengka Jawa Barat. 334/Kpts/SR.120/3/2008 tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198) sampai berbuku, dengan penampang melintang bulat. Warna batang hijau kekuningan, menjadi coklat keunguan bila terpapar sinar matahari, lapisan lilin ada di sepanjang ruas, tipis tidak mempengaruhi warna ruas. Retakan tumbuh tidak ada, Cincin tumbuh melingkar datar di atas puncak mata, dengan warna kuning kehijauan. Bentuk buku ruas konis, dengan 2-3 baris mata akar, baris paling atas tidak melewati puncak mata dengan alur mata yang tidak ada. Warna daun hijau muda, lebar daun bisa mencapai lebih dari 6 cm dengan lengkung daun kurang dari ½ panjang daun. Telinga daun ada, lemah-sedang, dengan kedudukan serong, tidak memiliki bulu bidang punggung dengan sifat pelepah yang mudah lepas. Letak mata pada bekas pangkal pelepah dengan bentuk mata bulat telur, dengan bagian terlebar di tengah. Sayap mata berukuran sama lebar, dengan tepi sayap bergerigi, tidak memiliki rambut tepi basal dan pusat tumbuh di atas tengah mata.

Sifat-sifat agronomis meliputi perkecambahan cepat, seragam, awal pertunasan cepat, kerapatan batang sedang sedang – besar, pembungaan sporadis,

(24)

13 kemasakan tengah – lambat Daya kepras baik. Potensi produksi yaitu lahan sawah dengan hasil 1.125 ± 325 ku/ha, rendemen 10,99 ± 1,65 %, hasil hablur 110,6 ± 22,1 ku/ha, sedangkan pada lahan tegalan dengan hasil 992 ± 238 ku/ha, rendemen 9,51 ± 0,88 % hasil hablur 95,4 ± 25,5 ku/ha, dan kadar sabut : + 13,05. Varietas ini Tahan terhadap penggerek batang, penyakit blendok , pokkahbung, dan luka api (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia, 2008).

2. Varietas Camming (CM 2012)

Varietas Camming merupakan varietas yang berasal dari Kendari pelepasan Menteri Pertanian nomor 3678/Kpts/SR.120/11/2010 tanggal 12 November 2010) Gorontalo. Di PG Takalar dikembangkan sejak tahun 2009. Ciri-ciri varietas ini adalah bentuk batang konis, daun berwarna hijau kekuningan, ujung helai daun melengkung lebih besar dari seperdua panjang daun. Bentuk mata tunas bulat perkecambahan sedang, awal pertunasan cepat, tidak berbunga hingga berbunga sporadik, diameter batang sedang, kerapatan batang rapat, sifat kemasakan awal- tengah dengan hasil 1100 ku/ha dan rendemen 10,41 %. Potensi hasil 900 – 1000 ku/ha, dengan rendemen sekitar 7 - 8 %. Hasil hablur sekitar 90 ku/ha. Agak tahan terhadap penggerek pucuk dan penggerek batang, serta agak tahan pula terhadap penyakit noda kuning, karat daun, blendok dan pokkahbung. Cocok dikembangkan pada lahan bertekstur ringan berdrainase lancar sampai ringan, tahan dengan drainase buruk sehingga toleran gangguan drainase baik di lahan sawah maupun tegalan. Sifat lepas pelepah mudah dan ketahanan terhadapkeprasansedang.

(25)

14 BAB III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

3.1. Lokasi Perusahaan

Lokasi dari perusahaan bertempat di Desa Arasoe Kecamatan cina Kabupaten bone Sulawesi Selatan.

3.2. Sarana dan Prasarana

Pabrik penggilingan tebu,Lahan tebu dengan luas sekitar kurang lebih 3.502.80 ha,Perumahan karyawan ,Alat berat untuk kegiatan budidaya tanaman tebu dan Koprasi, lapamgan volley, taman, masjid, workshop,mekanisasi.

3.3. Unit Usaha

Koprasi, Pemanfaatan lahan kosong untuk budidaya tanaman horti (kebun sehat) yang di kelola langsung oleh ibbu- ibu darma wanita PG Bone.

3.4. Struktur Organisasi

Organisasi merupakan suatu bentuk kerjasama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Organisasi tersebut akan menjadi terpusat apabila terjadi kebijakan/kewenangan dari suatu pucuk piminan. Terjadinya hubungan / korelasi yang bertanggung jawab untuk memudahkan koordinasi dan pengawasan.

pada umumnya susunan organisasi suatu Pabrik Gula sebagai berikut:

(26)

15 Gambar 3.4. struktur organisasi bagian produksi PG Bone, Sulawesi Selatan A. Administratur

Fungsi administratur adalah:

a. Merencanakan dan menetapkan kebijakan dalam pengolahanperusahaan sesuai yang digariskan Direksi.

b. Memimpin, mengendalikan dan mengkordinir secara fisik pelaksanaan tugas bagian tata usaha dan keuangan, pengolahan, instansi dan tanaman agar tercapai kesatuan tindakan.

B. Kepala Tanaman

a. Melaksanakan kebijakan dan rencana kerja yang ditetapkan oleh administatur dibidang tanaman dan tebangan. Pabrik gula, sesuai yang digariskan oleh Direksi secara berdaya guna dan berhasil guna.

b. Membantu secara aktif administratur dan menyusun rencana kerja dan rencana anggaran dibidang tanaman Pabrik Gula.

(27)

16 c. Bertanggung jawab atas kelancaran tanaman dan sesi produksi dan produktifitas tanaman tebu muat angkut serta kesiapan tebu giling di Cane yard.

C. Kepala Tata Usaha dan Keuangan

a. Menjalankan kebijakan dan rencana kerja ysng telah ditetapkan administratur dalam bidang tata usaha dan keuangan sesuai dengan yang telah digariskan secara berdayaguna dan berhasil guna.

b. Membantu secara efektif administratur dalam menyusun dan mengendalikan rencana kerja dan anggaran belanja dibidang tata usaha dan keuangan perusahaan.

D. Kepala Instansi

a.Melaksanakan kebijakan dan rencana kerja yang ditetakan oleh administratur dibidang instalasi Pabrik Gula, sesuai yang digariskan oleh Direksi secara berdayaguna dan berhasilguna.

b.Membantu secara aktif administratur dalam penyusunan rencana kerja dan rencana anggaran belanja dibidang instalasi Pabrik Gula.

c.Bertanggung jawab atas kelancaran giling dan kesiapan peralatan pabrik.

E. Kepala Pengolahan

Memimpin, mengkoordinir serta mengawasi semua pelaksanaan kegiatan dibidang pengolahan sesuai kebijakan dan rencana kerja yang

telah ditetapkan oleh administratur dan Direksi. Bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi pengolahan muai dari timbangan sampai menjadi gula agar dapat mencapai mutu produksi.

(28)

17 secara efektir dan efesien. Agar organisasi perusahaan dapat berjalan dengan baik maka harus ada pemisaha tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian.

Ini dapat digambarkan dengan suatu kerangka yaitu struktur organisasi.

3.5. Sumber Daya Lahan

Sumber daya lahan dan bangunan merupakan sumber daya sebagai asset tetap yang sangat penting dalam suatu perusahaan, karena lahan dan bangunan digunakan sebagai tempat berlangsungnya proses produksi dan juga sebagai tempat sarana dan prasarana pendukung proses produksi. Luas lahan yang dimiliki oleh Pabrik Gula Bone yaitu seluas 7.865,47 Ha. Lahan tersebut terdiri dari luas lahan HGB yaitu implasment seluas 55,21 Ha, luas lahan pabrik seluas 22,38 Ha, dan luas lahan untuk kepentingan sosial seluas 10,77 Ha. Total luas lahan HGB yaitu seluas 88,36 Ha. Sedangkan untuk lahan HGU yang terdiri dari lahan produktif seluas 5.249,19 Ha sedangkan lahan tidak produktif yaitu seluas 2.527,92 Ha.

3.6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan perusahaan karena sumber daya manusia satu-satunya sumber daya yang memiliki akal, perasaan, keinginan, kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dorongan, daya dan karya. Semua potensi sumber dayamanusia ini mampu menjadi motor utama penggerak aktifitas perusahaan. Jumlah karyawam pada Pabrik Gula Bone yaitu terdiri dari karyawan pimpinan sebanyak 24 orang, bulanan tetap 172 orang, karyawan musiman 750 orang, honorer 186 orang.

Karyawan Pabrik Gula Bone telah mampu merekayasa beberapa peralatan a.l : Pan Masakan, Sugar Dryer, Spray Pond, Meja Tebu, dan modifikasi alsintan. Mampu

(29)

3 1 mengoperasikan peralatan modern dalam proses produksinya a.l Heavy Duty Pressure Feeder, Hagglund Drive, STG 110 HR Continuous Centrifugal, dll

Referensi

Dokumen terkait

Skop kajian ini menumpukan kepada tiga aspek iaitu tahap pengetahuan pentadbir dan ahli jawatankuasa terhadap pengurusan masjid dalam Islam, bentuk pengurusan yang dijalankan dan

Menelaah hasil wawancara dengan Kepala Bagian Humas Sri Topingah, Kota Banjar, ada beberapa hal yang perlu dikaji lebih mendalam yaitu perihal pembentukan

[r]

Ada dua hal penting mengenai kedudukan karya sastra terhadap perkembangan anak; (1) kecintaan anak terhadap karya sastra dapat meningkatkan hobi dan kesukaan anak pada membaca,

1) Pada kegiatan awal yaitu menyiapkan kondisi kelas sudah tercapai, dan pada kegiatan yang lain ada beberapa deskriptor yang belum tercapai. 2) Pada kegiatan inti

Konflik yang terdapat dalam Kumpulan Cerita Fiksi Anak (Cerpen) pada Blog Kelas Merah Jambu Karya Novia Erwida 1) cerpen “Mobil Antik” konflik internal dialami tokoh istri.

Kesimpulan : Terdapat perbedaan pada jumlah eosinofil sputum maupun VEP 1 % yang bermakna, dan neutrofil sputum yang tidak bermakna sebelum dan sesudah pemberian

Rinitis medicamentosa adalah obstruksi nasal yang terjadi pada pasien yang menggunakan vasokonstriktor intranasal secara kronis. Belum diketahui dengan jelas penyebabnya,