• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS MIKROBIOLOGI PADA TEH DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius) BERDASARKAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS MIKROBIOLOGI PADA TEH DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius) BERDASARKAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS MIKROBIOLOGI PADA TEH DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius) BERDASARKAN LAMA

WAKTU PENYIMPANAN

SKRIPSI

Karina Aulia 171201046

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(2)

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS MIKROBIOLOGI PADA TEH DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius) BERDASARKAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN

SKRIPSI

OLEH:

Karina Aulia 171201046

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(3)

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN ANALISIS MIKROBIOLOGI PADA TEH DAUN JERUJU (Acanthus ilicifolius) BERDASARKAN LAMA WAKTU PENYIMPANAN

SKRIPSI

Oleh :

Karina Aulia 171201046

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(4)
(5)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Karina Aulia

Nim : 171201046

Judul Skripsi : Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Analisis Mikrobiologi pada Teh Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) berdasarkan Lama Waktu

Penyimpanan

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, 3 Desember 2021

Karina Aulia NIM.171201046

(6)

iii

ABSTRAK

KARINA AULIA : Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Anlisis Mikrobiologi pada Teh Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) berdasarkan Lama Waktu Peyimpanan. Dibimbing oleh RIDWANTI BATUBARA dan TENGKU ISMANELLY HANUM

Tumbuhan jeruju (Acanthus ilicifolius) merupakan tumbuhan yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan biasanya mendapat pasokan air tawar lebih banyak.

Tumbuhan jeruju dapat diolah menjadi produk olahan berupa teh mangrove yang berpotensi sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan analisis mikrobiologi serta tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun jeruju berdasarkan lama penyimpanan. Penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode 2,2-diphenylpicrylhdrazyl (DPPH) menggunakan Spektrofotometri UV-Visibel. Pengujian analisis mikrobiologi dilakukan berdasarkan nilai Angka Paling Mungkin (APM) Koliform. Pengujian tingkat kesukaan konsumen dilakukan dengan uji hedonik berdasarkan parameter warna, aroma dan rasa. Hasil pengujian aktivitas antioksidan memiliki nilai aktivitas antioksidan yang berbeda pada lama penyimpanan. Hasil pengujian analisis mikrobiologi dengan lama penyimpanan 3 bulan mengandung bakteri koliform sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hasil uji hedonik dengan lama waktu penyimpanan 0 bulan (awal pembuatan) menunjukkan bahwa teh dapat diterima oleh masyarakat dengan kategori disukai berdasarkan parameter rasa.

Kata kunci : Analisis Mikrobiologi, Antioksidan, Hedonik, Lama Penyimpanan

(7)

iv

ABSTRACT

KARINA AULIA: Testing of Antioxidant Activity and Microbiological Analysis of Jeruju Leaves Tea ( Acanthus ilicifolius ) Based on Storage Duration. Supervised by RIDWANTI BATUBARA and TENGKU ISMANELLY HANUM

Jeruju plant ( Acanthus ilicifolius ) is a plant that is affected by the tides and usually gets a higher supply of fresh water. Jeruju plant ( A. ilicifolius ) can be processed to be products in the form of mangrove tea which has the potential as an antioxidant. The Purpose of this study is to determine the antioxidant activity and microbiological analysis as well as the level of public preference for jeruju leaves tea ( A. ilicifolius ) based on storage duration. Determination of antioxidant activity was carried out by the 2,2-diphenylpicrylhdrazyl (DPPH) method using UV-Visible Spectrophotometry. Microbiological analysis testing was carried out based on the Most Probably Number (MPN) Coliform value. The consumer's preference level is tested by hedonic test based on color, aroma and taste parameters. The results of the antioxidant activity test have different antioxidant activity values for the duration of storage. The results of microbiological analysis testing with a storage period of 3 months contain coliform bacteria so that they are not decent for consumption. The results of the hedonic test with a storage time of 0 months (beginning of production) showed that the tea was acceptable to the public in the preferred category based on taste parameters.

Keywords : Antioxidants, Hedonic, Microbiological Analysis, Storage Time

(8)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Medan pada tanggal 28 September 1999 dari ayah Rosuo Sutiono dan ibu Yuli Ardianti. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Adapun pendidikan formal yang pernah ditempuh yaitu penulis lulus di SD Swasta Dharma Wanita Medan pada tahun 2011, penulis lulus pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 30 Medan pada tahun 2014, dan penulis lulus pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Kemala Bhanyangkari 1 Medan pada tahun 2017. Selanjutnya pada tahun 2017 penulis menjadi salah satu mahasiswi Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara melalui jalur undangan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dan memilih minat Teknologi Hasil Hutan.

Semasa kuliah penulis merupakan anggota organisasi Jaringan Intelektual Mahasiswa Muslim Kehutanan Indonesia (JIMMKI) Fakultas Kehutanan USU tahun 2017-2021 dan anggota organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Fakultas Pertanian USU tahun 2017-2021. Penulis telah mengikuti kegiatan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) pada tahun 2019 di KHDTK Pondok Buluh, Provinsi Sumatera Utara. Kemudian pada tahun 2020 penulis telah melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Taman Wisata Alam (TWA) Sicike-cike, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 1 Juli 2020 sampai 31 Juli 2020. Semasa kuliah penulis pernah mendapatkan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada T.A 2018/2019 dan Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) pada T.A 2019/2020. Semasa kuliah penulis juga mengikuti beberapa kompetisi dan menjadi semifinalis Business Plan Competition di Universitas Udayana, Bali pada tahun 2019 dan 2020. Pada akhir tahun 2020 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Analisis Mikrobiologi pada Teh Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan” dibawah bimbingan Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. dan T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt.

(9)

vi

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengujian Aktivitas Antioksidan dan Analisis Mikrobiologi pada Teh Daun Jeruju (Acanthus ilicifolius) berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Ridwanti Batubara, S.Hut., M.P. dan Ibu T. Ismanelly Hanum, S.Si., M.Si., Apt. yang telah membimbing dan mengarahkan penulis serta memberikan berbagai masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. Anita Zaitunnah, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji I dan Ibu Mariah Ulfa, S.Hut., M.Sc selaku dosen penguji II yang telah banyak memberi saran dalam skripsi ini.

3. Kedua Orang Tua Ayah Rosuo Sutiono dan Ibu Yuli Ardianti, serta Adinda Amelia Dwi Safitri dan Adinda Aisyah Rahmadani atas dukungan dari segi moril maupun meteril serta kasih sayang dan doa yang tulus. Setiap hal yang diberikan orang tua dan keluarga kepada penulis merupakan semangat dalam perjuangan menyelesaikan skripsi ini.

4. Rekan Tim Penelitian terutama Rifni Azma Nasution, Adrian Anshori Hasibuan, Rizki Hambali Harahap, Masitoh Darwina Siregar, Nisa Inayah yang menyumbangkan semangat dan kerjasama dalam penyusunan skripsi ini, serta teman-teman mahasiswa/i Fakultas Kehutanan USU.

5. Teman-teman diskusi terutama Ilfa Nindita Harahap, S.Hut, Eka Nirmala, S.Farm., Sri Megawati Lubis, S.Hut., Arfan Nasution, S.Hut., Indri Hafizah atas bantuan partisipasi dalam penelitian dan penulisan skripsi.

6. Terakhir, penulis hendak menyapa setiap nama yang tidak dapat penulis cantumkan satu per satu, terimakasih atas doa dan dukungan yang senantiasa mengalir tanpa sepengetahuan penulis. Terimakasih kepada orang-orang yang turut bersuka cita atas keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berharap semoga pihak yang telah memberikan semua bentuk bantuan mendapat balasan dari Allah SWT atas amal perbuatannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 16 Desember 2021

Karina Aulia 171201046

(10)

vii

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 3

Manfaat Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Jeruju (A. ilicifolius) ... 4

Potensi dan Pemanfaatan Jeruju ... 4

Sebaran dan Tempat Tumbuh Jeruju... 6

Ekstraksi ... 6

Skrining Fitokimia ... 7

Alkaloid ... 7

Flavonoid ... 7

Tanin ... 8

Steroid ... 8

Saponin ... 8

Glikosida ... 8

Antioksidan ... 9

Bahan Tambahan Pangan ... 10

Pemanis ... 10

Pengawet ... 11

Jahe (Zingiber officinale) ... 11

Serai (Cymbopogon citratus) ... 12

Stabilitas Penyimpanan Teh ... 12

Cemaran Mikroba ... 13

Kondisi Umum Lokasi Penelitian ... 14

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat ... 15

Alat dan Bahan Penelitian ... 15

Pengambilan Sampel ... 15

Pembuatan Simplisia ... 16

Penetapan Kadar Air ... 16

(11)

viii

Uji Tanin ... 17

Uji Steroid/Triterpenoid ... 18

Uji Saponin ... 18

Uji Glikosida ... 18

Pembuatan Ekstrak ... 18

Pembuatan Larutan Bahan Tambahan ... 19

Pengemasan dan Penyimpanan Teh Daun Jeruju... 19

Pengujian Antioksidan ... 20

Pengujian Mikrobiologi Teh Daun Jeruju ... 22

Uji Pendugaan ... 23

Uji Penegasan ... 23

Uji Penguat ... 23

Perhitungan Nilai APM Koliform ... 24

Pengujian Hedonik Teh Daun Jeruju ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air ... 25

Skrining Fitokimia Daun Jeruju ... 26

Pengujian Aktivitas Antioksidan... 28

Analisis Mikrobiologi ... 31

Hasil Uji Pendugaan ... 32

Hasil Uji Penegasan ... 33

Hasil Uji Penguat ... 35

Uji Hedonik ... 38

Warna ... 38

Aroma ... 39

Rasa ... 40

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 42

Saran ... 42 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

ix

No Halaman

1 Formulasi Teh Daun Jeruju... 20

2 Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan... 22

3 Skala Hedonik dan Skala Numerik... 24

4 Hasil Penetapan Kadar Air Sampel... 25

5 Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Daun Jeruju... 26 6 Hasil Analisi Pengujian Aktivitas Antioksidan Teh Daun Jeruju

(A. ilicifolius) dalam Kemasan Siap Minum dengan Tiga Varian Rasa Berdasarkan Lama Penyimpanan...

29

7 Hasil Uji Pendugaan Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) pada Tiga Varian Rasa dengan Lama Penyimpanan Tiga Bulan...

32 8 Hasil Uji Penegasan Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) pada Tiga

Varian Rasa dengan Lama Penyimpanan Tiga Bulan...

33 9 Hasil Uji Tingkat Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun

Jeruju (A. ilicifolius) pada Tiga Varian Rasa Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan dalam Kemasan Siap Minum...

38

(13)

x

No Halaman

1 Tumbuhan Jeruju... 4 2 Pengambilan Daun Jeruju... 16 3 Grafik Nilai IC50 Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) dalam

Kemasan Siap Minum dengan Tiga Varian rasa Berdasarkan Lama Penyimpanan...

31

4 Pengamatan Tabung Positif Hasil Uji Pendugaan Menggunakan Media LB pada Tiga Varian Rasa Teh Daun Jeruju (A.

ilicifolius) dengan Lama Penyimpanan Tiga Bulan...

33

5 Pengamatan Tabung Positif Hasil Uji Penegasan Menggunakan Media BGLB pada Tiga Varian Rasa Teh Daun Jeruju (A.

ilicifolius) dengan Lama Penyimpanan Tiga Bulan...

34

6 Pengamatan Hasil Uji Penguat pada Tiga Varian Rasa Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) dengan Lama Penyimpanan Tiga Bulan...

35

7 Grafik Hasil Penilaian Responden Terhadap Warna Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) dalam Kemasan Siap Minum pada Tiga Varian Rasa Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan...

39

8 Grafik Hasil Penilaian Panelis Terhadap Rasa Teh Daun Jeruju dalam Kemasan Siap Minum dengan Tiga Varian Rasa Berdasarkan Lama Waktu Penyimpanan...

40

(14)

xi

No Halaman

1 Bagan Kerja Pembuatan Simplisia... 52 2 Kerangka Penelitian... 53 3 Diagram Alir Pembuatan Ekstrak Daun Jeruju, Jahe dan Serai... 54 4 Diagram Alir Pengemasan dan Penyimpanan Minuman Teh

Daun Jeruju Dalam Kemasan Siap Minum...

55 5 Dokumentasi Jeruju... 56 6 Perhitungan Kadar Air... 57 7 Skrining Fitokimia... 58 8 Daftar Indeks MPN Berdasarkan Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat, Departemen Kesehatan RI Tahun 2000...

59

9 Hasil Uji Hedonik... 60 10 Dokumentasi Uji Hedonik... 63 11 Kuisioner Hedonik... 64

(15)

Latar belakang

Mangrove adalah jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut. Dengan demikian maka mangrove merupakan ekosistem yang terdapat di antara daratan dan lautan dan pada kondisi yang sesuai mangrove akan membentuk hutan yang ekstensif dan produktif. Karena hidupnya di dekat pantai, mangrove sering juga dinamakan hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau, atau hutan bakau (Mulyadi dkk., 2010). Luas hutan mangrove Indonesia mencapai 75% dari total hutan mangrove di Asia Tenggara dan 27%

dari luas mangrove di dunia, serta memiliki keragaman jenis yang tinggi di dunia (Baransano dan Jubhar, 2011)

Pemanfaatan mangrove oleh masyarakat sekitar dijadikan sebagai bahan sandang, pangan dan papan (Rosyada dkk., 2018). Jeruju merupakan jenis tumbuhan mangrove yang memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai tanaman obat. Pemanfaatan dari ekstrak daun jeruju dapat dijadikan sebagai komponen bioaktif untuk obat seperti pembersih darah, diuretik, diabetes, kelumpuhan, penyakit kulit, gigitan ular, hepatitis, sakit perut dan rematik (Nusaibah dkk., 2021). Riset sebelumnya Purnomo (2002) mengatakan bahwa daun jeruju dapat digunakan sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri sendi atau rematik karena daun mengandung saponin, flavonoid dan terpenoid yang berfungsi sebagai anti inflamasi atau anti peradangan. Pada penelitian Mardhia dkk., (2019) air dari ekstrak daun jeruju juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit demam, alergi pada kulit, meringankan rasa sakit dan menghentikan pendarahan. Selain dimanfaatkan sebagai obat tradisional, daun jeruju juga dapat diolah menjadi produk olahan teh mangrove.

Teh merupakan minuman non alkohol yang populer dikalangan masyarakat.

Seyawa kimia yang terkandung dalam teh adalah tanin, katekin, galokatekin, flanol dan polifenol sederhanaSubstansi polifenol atau yang lebih dikenal sebagai zat antioksidan, berperan besar dalam pencegahan berbagai macam penyakit degradatif seperti kanker, penyakit jantung, peradangan dan penuaan dini (Sinabaria, 2017). Polifenol merupakan senyawa aktif dalam teh yang berperan

(16)

sebagai antioksidan. Senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan banyak ditemukan pada tumbuh-tumbuhan (Analuddin dkk., 2018). Antioksidan merupakan senyawa yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas terhadap sel normal.

Radikal bebas adalah atom atau molekul yang tidak stabil dan sangat reaktif karena memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan sehingga, untuk mencapai kestabilan atom atau molekul, radikal bebas akan berekasi dengan molekul disekitarnya untuk memperoleh pasangan elektron (Anggorowati dkk., 2016).

Aktivitas antioksidan berdasarkan penelitian Nuryani dkk., (2018) menunjukkan bahwa ekstrak dari simplisia daun jeruju mengandung senyawa bioaktif yang berperan sebagai antioksidan. Sedangkan berdasarkan penelitian Handayani dkk., (2018) aktivitas antioksidan pada ekstrak daun jeruju dengan tiga pelarut berbeda (n-hexane, etil asetat dan etanol) memiliki nilai IC50 yang berbeda pula, sehingga perlu adanya bahan tambahan lain yang mampu meningkatkan aktivitas antioksidan teh daun jeruju.

Jahe (Zingiber officinale) dan serai (Cymbopogon citratus) merupakan tanaman obat dan juga digunakan masyarakat Indonesia sebagai bahan masakan.

Jahe memberikan rasa pedas yang khas dikarenakan memiliki kandungan senyawa fenolik seperti alkaloid, flavonoid dan saponin. Serai juga memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dikarenakan adanya senyawa fenolik yaitu alkaloid, flavonoid dan tanin (Farizi dan Alit, 2021). Salah satu cara untuk meningkatkan kesukaan masyarakat pada teh daun jeruju selain dengan penambahan varian rasa adalah dengan cara pengemasan yang mudah seperti teh dalam kemasan (ready to drink). Pengemasan teh daun jeruju dilakukan dengan menggunakan botol PET (polyethylene terephtalate).

Namun teh yang disimpan selama beberapa waktu juga akan memberikan rasa dan aroma yang berbeda. Aroma teh akan berbeda selama penyimpanan karena teh bersifat higroskopis yaitu mudah menyerap air. Jenis kemasan sangat mempengaruhi umur simpan, karena pada masing-masing kemasan memiliki sifat berrier dan permeabilitas yang berbeda-beda (Arizka dan Joko, 2015).

(17)

Berdasarkan hal di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian mengenai pengolahan daun jeruju menjadi teh dengan penambahan varian rasa jahe dan serai yang dikemas dalam kemasan siap minum. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis kandungan aktivitas antioksidan, analisis mikrobiologi dan uji tingkat kesukaan pada teh daun jeruju dalam kemasan siap minum.

Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis aktivitas antioksidan pada teh daun jeruju (A. ilicifolius) dalam kemasan siap minum terhadap lama waktu penyimpanan dengan penambahan varian rasa serai dan jahe.

2. Untuk menganalisis cemaran mikroba pada teh daun jeruju (A. ilicifolius) dalam kemasan siap minum terhadap lama waktu penyimpanan dengan penambahan varian rasa serai dan jahe.

3. Untuk menganalisis tingkat kesukaan masyarakat pada teh daun jeruju (A.

ilicifolius) dalam kemasan siap minum terhadap lama waktu penyimpanan dengan penambahan varian rasa serai dan jahe.

Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang aktivitas antioksidan pada teh daun jeruju (A. ilicifolius) dalam kemasan siap minum, serta dapat memberikan informasi tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh daun jeruju (A. ilicifolius) dalam kemasan siap minum dengan penambahan varian rasa serai dan jahe

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Deskripsi Jeruju (Acanthus ilicifolius)

Menurut Dharya dan Vidhu (2013) klasifikasi jeruju adalah sebagai berikut ; Kingdom : Plantae; Divisi : Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida;

Ordo : Scrophulariales; Famili : Acanthaceae; Genus : Acanthus; Spesies : Acanthus ilicifolius.

Gambar 1. Tumbuhan Jeruju

Jeruju merupakan tanaman herba rendah, terjurai dipermukaan tanah, kuat, agak berkayu, ketinggiannya bisa mencapai 2 meter. Cabang pada umumnya tegak tapi cenderung kurus sesuai dengan umurnya. Percabangan tidak banyak dan umumnya muncul dari bagian-bagian yang lebih tua. Akar udara muncul dari permukaan bawah batang horizontal. Daunnya seperti dua sayap gagang daun yang berduri terletak pada tangkai. Permukaan daun halus, tepi daun bervariasi zigzag atau bergerigi besar-besar seperti gergaji atau agak rata dan secara gradual menyempit menuju pangkal. Bentuk lanset lebar, dengan ujung meruncing dan berduri tajam, dengan ukuran antara 9-30 x 4-12 cm. Pada mahkota bunga berwarna biru muda hingga ungu lembayung, kadang agak putih, tandan bunga 10-20 cm, sedangkan bunganya sendiri 5-4 cm (Noor dkk., 2006).

Potensi dan Pemanfaatan Jeruju

Jeruju merupakan tumbuhan golongan mangrove yang dapat dijadikan sebagai tumbuhan hias karena keindahan bunganya dan juga sebagai tumbuhan

(19)

obat. Beberapa penelitian menyebut tanaman jeruju memiliki kandungan bioaktif untuk memerangi penyakit. Senyawa kimia yang terkandung dalam tumbuhan jeruju berfungsi sebagai: neuralgia, analgesik, antiinflamasi, antioksidan, antifertilitas, hepatoprotektif, antitumor, antileukimia, antikanker, antimikroba, antivirus dan antijamur. Tumbuhan jeruju juga dapat sebagai bioindikator pencemaran. Jeruju sebagai tumbuhan indikator (fitoindikator) juga dapat digunakan dalam monitoring kualitas suatu lingkungan secara kuantitatif (Irawanto dkk., 2015).

Seyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan jeruju berupa alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid, dan fenol, sedangkan kandungan nutrisi yang terdapat pada daun jeruju berupa kadar air 72,32%, kadar abu 5,03%, kadar lemak 0,58%, protein 43,83%, kadar serat 44,72%, antioksidan 76,63 μg/ml. Tumbuhan jeruju yang mengandung seyawa-seyawa tersebut dapat digunakan sebagai antioksidan. Kandungan antioksidan yang terkandung dalam tumbuhan jeruju dapat menghambat pembentukan radikal bebas sehingga dapat mengurangi terjadinya stress oksidatif (Saraswati dkk., 2020).

Jeruju memiliki banyak manfaat seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Mondal dkk., (2021), menunjukkan bahwa ekstrak etanol batang jeruju mampu melawan Bacillus subtilis dengan zona hambat tertinggi (14 mm) lalu Bacillus megaterium, Staphylococcus aureus, Escherecia coli and Staphylococcus entericus. Berdasarkan penelitian Norapiyah (2012), akar dari tumbuhan jeruju juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit cacingan dengan cara meminum air rebusannya. Hasil dari penelitian Singh dan Vidhu (2013) juga menunjukkan bahwa ekstrak daun jeruju dengan pelarut aklohol dan kloroform mampu melawan bakteri Bacillus subtitilis, Staphylococcus aureus, Candida albicans, Aspergillus fumigatus dan Aspergillus niger. Daun jeruju juga memiliki kandungan yang mampu menjadi antelmintik pada manusia atau hewan, hal ini sesuai dengan penelitian Husori dkk., (2018) bahwa ekstrak daun jeruju dengan pelarut etanol, air dan n-heksan memiliki pengaruh antelmentik yang signifikan terhadap Ascardia galli dan Pheretima posthuma.

(20)

Sebaran dan Tempat Tumbuh Jeruju

Jeruju tumbuh liar di daerah pantai, tepi sungai serta tempat-tempat lain yang tanahnya berlumpur dan berair payau. Jeruju dapat tumbuh di salinitas yang rendah hal ini dikarenakan jeruju adalah tanaman yang toleran terhadap garam dan bukan tanaman yang membutuhkan garam. Jeruju tersebar mulai dari salinitas 0,5% sampai 1,5% bahkan dapat tumbuh di salinitas 0%. Penyebaran dan lebarnya populasi spesies mangrove di dalam zonasi mangrove berbada antar spesies.

Faktor yang mempengaruhi penyebaran suatu jenis di dalam zonasi mangrove adalah karena setiap jenis tumbuhan mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda-beda terhadap kondisi lingkunga seperti kondisi tanah, salinitas, temperatur, curah hujan dan pasang surut (Hayullah dkk.,).

Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain.

Diketahuinya senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dibedakan menjadi dua yaitu cara dingin dan cara panas.

Cara dingin terbagi menjadi dua yaitu maserasi dan perkolasi, sedangkan cara panas terbagi menjadi empat jenis yaitu: refluks, soxhletasi, digesti dan dekotasi (Depkes RI, 2000).

Pelarut yang digunakan pada proses ekstraksi harus berdasarkan pada kelarutan komponen lain dalam campuran. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi meliputi tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi, kuantitas pelarut, suhu pelarut dan tipe pelarut. Pemilihan jenis pelarut harus mempertimbangkan banyak faktor antara lain harganya murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudan menguap dan tidak mudah terbakar, tidak mempengaruhizat berkhasiat. Larutan pengekstraksi yang digunakan disesuaikan dengan kepolaran senyawa-senyawa yang diinginkan (Miryanti dkk., 2011).

(21)

Skrining Fitokimia

Skrining fitokimia merupakan suatu tahap awal untuk mengidentifikasi kandungan suatu senyawa dalam simplisia atau tanaman yang akan diuji.

Senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder telah banyak digunakan sebagai zat warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk obat-obatan yang dikenal sebagai obat tradisional. Metabolit sekunder yang berasal dari senyawa-senyawa kimia tumbuhan dapat diklasifikasikan dalam beberapa golongan senyawa bahan alam yaitu saponin, steroid, tanin, flavonoid dan alkaloid (Dewatisari dkk., 2017).

 Alkaloid

Alkaloid merupakan senyawa metabolit sekunder yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen. Keberadaan alkaloid di alam tidak pernah berdiri sendiri. Alkaloid memiliki manfaat seperti antidiabetes, antidiare, antimalaria dan antimikroba. Namun, tidak seluruh alkaloid aman untuk digunakan. Beberapa golongan alkaloid bersifat racun seperti alkaloid dioscorin yang terdapat pada umbi gadung. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi senyawa alkaloid dalam tumbuhan guna mengetahui jenis alkaloid dan manfaatnya (Al Bara dkk., 2021).

 Flavonoid

Metabolit sekunder dari polifenol, ditemukan secara luas pada tanaman serta makanan dan memiliki efek bioaktif termasuk antivirus dan anti-inflamasi adalah flavoniod. Flavonoid terdapat dalam semua tumbuhan hijau sehingga dapat ditemukan pada setiap ekstrak tumbuhan. Flavonoid merupakan kelas senyawa yang disajikan secara luas di alam. Hingga saat ini, lebih dari 9000 flavonoid telah dilaporkan, dan jumlah kebutuhan flavonoid bervariasi antara 20 mg dan 500 mg, terutama terdapat dalam suplemen makanan termasuk teh, anggur merah, apel, bawang dan tomat. Flavonoid ditemukan pada tanaman, yang berkontribusi memproduksi pigmen berwarna kuning, merah, oranye, biru, dan warna ungu dari buah, bunga, dan daun. Flavonoid termasuk dalam famili polifenol yang larut dalam air. Bioaktif flavonoid dianggap sebagai fitokimia terpenting dalam makanan, yang memiliki manfaat biologis bagi manusia secara luas (Arifin dan Sanusi, 2018).

(22)

 Tanin

Tanin merupakan senyawa fenol yang memiliki berat molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif dengan protein dan beberapa makromolekul. Fungsi tanin pada tanaman salah satunya untuk melindungi tanaman tersebut dari gangguan hewan lain. Tanin disebut juga zat antinutrisi. Tanin terdiri dari dua jenis yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi (Hidjrawan, 2018).

 Steroid

Steroid merupakan salah satu golongan senyawa yang cukup penting dalam bidang medis. Steroid pada tumbuh-tumbuhan secara umum terdapat dalam bentuk sterol. Steroid pada tumbuhan ada yang memiliki fungsi untuk menghambat penuaan daun sehingga daun tidak cepat gugur. Dalam dunia medis, steroid digunakan sebagai bahan obat dan kontrasepsi, misalnya: androgen merupakan hormon steroid yang dapat menstimulasi organ seksual jantan, estrogen dapat menstimulasi organ seksual betina. Senyawa stigmasterol dapat menurunkan kolestrol darah, mengambat penyerapan kolestrol usus sehingga dapat menghambat perkembangan kanker usus besar dan menekan kolestrol.

(Suryelita dkk., 2017).

 Saponin

Saponin merupakan suatu glikosida yaitu campuran karbohidrat sederhana dengan aglikon yang terdapat pada bermacam-macam tanaman. Saponin dibedakan berdasarkan hasil hidrolisisnya menjadi karbohidrat dan sapogenin, sedangkan sapogenin terdiri dari dua golongan yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Saponin banyak dipelajari terutama karena kandungannya kemungkinan berpengaruh pada nutrisi. Saponin memiliki karakteristik berupa buih, sehingga ketika direaksikan dengan air dan dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama (Rachman dkk., 2015).

 Glikosida

Glikosida merupakan senyawa yang termasuk ke dalam alkaloid, yaitu senyawa yang mengandung atom yang tergolong sebagai metabolit sekunder.

(23)

Glikosida terdiri dari gabungan dua senyawa yaitu gula (glikon) dan bukan gula (aglikon) yang dihubungkan dengan jembatan nitrogen, sulfur atau karbon.

Glikosida bersifat mudah menguap dan larut dalam pelarut yang polar seperti air.

Penggolongan jenis glikosida dapat dibagi berdasarkan gugus aglikon, gugus glikon (gula), dan jenis ikatan glikosidanya. Jenis glikosida berdasarkan gugus aglikon diantaranya yaitu glikosida kumarin, glikosida flavonoid, dan glikosida saponin. Glikosida kumarin adalah glikosida yang mengandung kumarin dan disebut sebagai glikosida lakton (Muldianah dkk., 2021).

Antioksidan

Substansi penting yang mampu melindungi tubuh dari serangan radikal bebas dan meredamnya adalah antioksidan. Penghambatan yang mampu dilakukan antioksidan adalah menghambat oksidasi dari molekul oksidan.

Pemindahan elektron dari satu subtansi ke agen oksidan merupakan reaksi kimia oksidasi. Setiap sel dilengkapi dengan berbagai jenis antioksidan yang bekerja melalu beragam mekanisme yang berdungsi sebagai pertahanan terhadap kerusakan oksidatif. Penyakit degradatif seperti seperti kardiovaskuler, kanker, aterosklerosis, osteoporosis dan lainnya, mampu diturunkan apabila mengkonsumsi zat antioksidan dalam jumlah yang memadai. Mengkonsumsi makanan yang mengandung antioksidan dapat meningkatkan status imunologi dan menghambat timbulnya penyakit degradatif. Antioksidan dapat dibedakan menjadi antioksidan alamiah dan antioksidan farmakologis/sintetik. Jenis antioksidan alamiah berupa flavonoid, kumarin, asam fenolat, asam linoleat, omega-3, vitamin E, -karoten, vitamin C dan lainnya (Ardhie, 2011).

Antioksidan merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas. Tubuh manusia secara alami mempunyai antioksidan alami (antioksidan endogen) berupa enzim-enzim yang disintesis oleh tubuh, seperti superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation peroksidase.

Tetapi dalam keadaan patologik akibat terpapar radikal bebas yang dapat merugikan tubuh, enzim-enzim yang berfungsi sebagai antioksidan endogen menurun aktivitasnya. Oleh karena itu, diperlukan antioksidan yang berasal dari luar tubuh (antioksidan eksogen) pada umumnya dapat diperoleh dari konsumsi

(24)

bahan pangan. Sumber antioksidan alami berasal dari senyawa fenol seperti golongan flavonoid (Cahyani dan Rustanti, 2015).

Pengujian aktivitas antioksidan pada ekstrak atau sampel uji secara in- vitro dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, meliputi FRAP method (Feric Reducing/Antioxidant Power method), ORAC method (Oxygen Radical Absorbance Capacity method), TRAP method (total Radical-Trapping Antioxidant Parameter method, DPPH (2,2-diphenylpicrylhdrazyl) (Mermelstein, 2007; BIKF, 2015). Penentuan aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode DPPH dalam sampel yang akan diujikan dengan melihat kemampuannya dalam menangkal radikal bebas DPPH. Penggunaan metode ini memiliki kelebihan yaitu metodenya yang sederhana, mudah, cepat, peka, serta memerlukan sampel dalam jumlah yang kecil. Prinsip metode DPPH adalah dengan mendonasikan atom hidrogen (H+) dari substansi yang diujikan kepada radikal DPPH menjadi senyawa non radikal yang ditunjukkan dengan adanya perubahan warna.

Terjadinya perubahan warna dari ungu menjadi kuning menunjukkan bahwa adanya aktivitas antioksidan, yang meredam radikal bebas (Rahmawati dkk.,).

Bahan Tambahan Pangan

Bahan tambahan pangan adalah bahan atau campuran bahan yang ditambahkan kedalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau bentuk bahan pangan. Penggunaan bahan tambahan pangan (BTP) adalah untuk mengawetkan makanan, membentuk makanan menjadi lebih baik, memberikan warna dan aroma sehingga lebih menambah selera, meningkatkan kualitas pangan dan menghemat biaya. Bahan tambahan pangan dapat digolongkan menjadi 2 golongan berdasarkan sumbernya yakni tambahan pangan alami dan buatan. Bahan tambahan pangan alami dinilai lebih aman untuk kesehatan dan mudah didapat, sedangkan untuk bahan tambahan sintesis dikhawatirkan dapat menimbulkan efek samping terhadap kesehatan apabila dosis lebih dari ambang batas yang telah ditentukan (Apriliani dkk., 2014).

 Pemanis

Pemanis adalah bahan tambahan pangan yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pemanis merupakan senyawa kimia yang sering ditambahkan dan digunakan untuk keperluan produk olahan pangan, minuman

(25)

serta makanan kesehatan. Pemanis berfungsi untuk meningkatkan cita rasa dan aroma serta untuk memperbaiki sifat-sifat fisik. Berdasarkan dari sumbernya pemanis dapat dibedakan menjadi dua yaitu pemanis alami dan buatan (Juleha dkk., 2016). Gula atau sukrosa secara kimia termasuk dalam golongan karbohidrat, dengan rumus C12H22O11. Gula merupakan bahan makan sumber kalori namun bukan merupakan bahan pokok seperti beras dan penggantinya.

Gula mengandung hidrat arang 90-98%. Berdasarkan depkes RI 1996 komposisi kimia dan nilai gizi gula per 100 gr bahan adalah kalori 364 kal. Karbohidrat 94 g, kalsium 5 mg, fosfat 1 g, besi 0,1 mg, air 5,4 g dan BDD 100% (Cahyanty, 2016).

 Pengawet

Pengawet pada bahan pangan bertujuan untuk menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme seperti bakteri, kapang dan khamir sehingga produk makanan dan minuman dapat disimpan lebih lama. Natrium benzoate adalah bahan pengawet yang sering digunakan untuk makanan dan minuman yang cocok digunakan untuk minuman ringan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/IX/88 batas maksimum penggunaan natrium benzoate pada minuman ringan adalah 600 mg/kg bahan. Hal inii bersifat mutlak karena apabila melebihi akan menimbulkan efek samping yang merugikan dan merusak bahan makanan itu sendiri, dan berbahaya bagi kesehatan tubuh konsumen (Suryaningrum dan Nita, 2017).

 Jahe (Zingiber officinale)

Jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman rempah yang berasal dari Asia Selatan dan sekarang telah tersebar keseluruh dunia. Asia telah memanfaatkan jahe sebagai bahan bumbu masakan dan bahan obat tradisional sejak ribuan tahun yang lalu. Terdapat tiga jenis jahe yang berasal dari Indonesia yaitu jahe sunti jahe gajah dan jahe emprit. Selain sebagai bahan masakan jahe juga digunakan sebagai obat tradisional karena mengandung minyak atsiri yang berkhasiat dalam mencegah dan mengobati berbagai penyakit. Jahe juga memiliki senyawa kimia aktif yang bersifat anti-inflamasi dan antioksidan (Aryanta, 2019).

Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa jahe mengandung banyak senyawa fenolik seperti 6-gingerol, 8-gingerol, 10-gingerol, 6-shogaol, 8-shogaol,

(26)

10-shogaol, dehydro-6-gingerdione, dehydro-10-gingerdione, 6-paradol catechin, asam galat dan asam 3, 4-dihydroxybenzoic (Huyen dan Le, 2020).

 Serai (Cymbopogon citratus)

Lemongrass atau serai diyakini sebagai salah satu tanaman obat yang mengandung berbagai senyawa bioaktif yang bermanfaat sebagai antioksidan, anti-diabetes, anti-hipertensi, anti-malaria yang aromanya mampu mengatasi kesemasan (Widiastuti dkk., 2018). Pengujian aktivitas antioksidan pada serai dengan uji peredaman radikal DPPH pada fraksi etil asetat memiliki besaran sebesar 68,96 ppm (Nurmala dkk., 2021). Sereh mengandung senyawa yang memberikan berbagai manfaat bagi kesehatan. Sereh memiliki sumber vitamin yang penting seperti vitamin A, B1, B2, B3, B5,B6, folat dan vitamin C serta mineral penting yang dibutuhkan untuk fungsi tubuh yang sehat (Rifqi dkk., 2021).

Stabilitas Penyimpanan Teh

Teh merupakan salah satu minumam yang sering dikonsumsi masyarakat dan digemari di Indonesia dan warga dunia. Teh dapat digunakan untuk menyegarkan atau melepas penat setelah melakukan rutinitas sehari-hari. Olahan bagian tanaman yang tidak berasal dari daun teh disebut teh herbal (Haras dkk., 2017). Rasa dan aroma yang khas merupakan salah satu daya tarik teh sehingga digemari oleh masyarakat. Teh dapat dikonsumsi dengan cara diseduh dan diminum langsung dari kemasan siap minum. Pada umumnya, masyarakat Indonesia mengonsumsi teh dengan sedikit penambah rasa manis (Siagian dkk., 2019).

Stabilitas merupakan kemampuan suatu produk obat atau kosmetik untuk bertahan dalam spesifikasi yaang diterapkan selama masa penyimpanan dan penggunaan, untuk menjamin identitas, kekuatan, kualitas, dan kemurnian produk (Kuncari dkk., 2014). Teh yang dikemas dengan bahan yang berbeda akan memberikan aroma dan rasa yang berbeda pula. Hal ini juga berlaku pada teh yang disimpan beberapa waktu, yaitu perbedaan rasa dan aroma. Selama masa penyimpanan, aroma teh akan berubah karena teh bersifat higroskopis yaitu mudah menyerap air. Semakin bertambahnya kadar air dalam teh selama disimpan, maka aroma teh tersebut berangsur-angsur akan berkurang. Senyawa

(27)

katekin merupakan senyawa yang mempengaruhi aroma dan rasa teh. Dengan demikian, jenis kemasan dan suhu penyimpanan sangat berpengaruh pada perubahan kadar air kemudian kadar katekin yang selanjutnya akan berpengaruh pada aroma dan rasa teh (Arifin, 1994).

Penyimpangan suatu produk dari mutu awalnya disebut dengan deteriorasi. Produk pangan yang mengalamin deteriorasi setelah diproduksi, hal ini dikarenakan produk mulai bersentuhan dengan udara, oksigen, uap air, cahaya, atau dengan adanya perubahan suhu. Umur simpan adalah waktu yang diperlukan produk hingga produk mengalami tingkat deteriorasi tertentu, hal ini mengakibatkan terjadinya perubahan pada produk pangan yang tidak menyerupai tekstur aslinya seperti awal produksi (Panggalih, 2010).

Menurut Arpah (2001), perubahan flavour, warna, penampakan fisik serta nilai gizi merupakan reaksi desteriorasi yang menyebabkan perubahan produk.

Penentu yang digunakan untuk menentukan umur simpan dari produk adalah rasa, aroma dan warna. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan mutu makanan adalah suhu (Panggalih, 2010). Menurut Zamaluddien dkk., (2019), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi umur simpan suatu produk antara lain komposisi bahan, pH, dan suhu.

Cemaran Mikroba

Air minum yang aman dibutuhkan untuk melindungi kesehatan manusia Air minum itu harus bebas dari bakteri, terutama yang berasal dari sumber-sumber air adalah bakteri patogen yang paling sering ditemui. Bakteri patogen adalah bakteri yang apabila dikonsumsi menyebabkan timbulnya gangguan kesehatan pada manusia. Bakteri patogen meliputi, jamur/kapang dan ragi. Coliform merupakan suatu kelompok bakteri yang digunakan sebagai indikator sanitasi air dan produk bahan makanan seperti daging, susu, telur dan bahan makanan olahan lainnya. Adanya bakteri Coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan.

Keberadaan Escherichia coli dalam sumber air atau makanan merupakan indikasi pasti terjadinya kontaminasi tinja manusia. Escherichia coli dipilih sebagai indikator, karena bakteri ini ditemukan di berbagai tempat (didalam tinja manusia,

(28)

hewan, tanah, ataupun air yang telah terkontaminasi dengan debu, serangga, burung, dan binatang kecil lainnya). Salah satu minuman yang sering terkontaminasi oleh mikroba patogen yaitu teh (Nurwah dkk., 2015).

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Paya Pasir merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan Medan Marelan dan termasuk daerah dekat pantai yang secara geografis terletak pada posisi 3o43’25 11” lintang utara dan 98o39’12 18” bujur timur dengan luas 44,47 km2 dengan ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Jenis air pada Kecamatan Medan Marelan adalah air payau. Hal ini dikarenakan Kecamatan Medan Marelan bersebelahan dengan Kecamatan Belawan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Daulay dkk., (2014) kadar salinitas pada Kecamatan Medan Marelan berkisar antara 8,6-11% hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan Medan Marelan merupakan lokasi yang dapat ditumbuhi mangrove.

Kelurahan Paya Pasir memiliki tempat wisata berupa Danau Siombak.

Danau Siombak merupakan danau buatan dengan luas 40 hekatare, diameter sekitar 1000 meter dan kedalaman 12 meter. Danau Siomabk adalah danau buatan bekas penggalian tanah timbunan sekitar tahun 1980 yang pada awalnya digunakan untuk mengerjakan jalan tol belawan-medan-tanjung merawa (BALMERA). Dalam rangka menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang berada di Kelurahan Paya Pasir, pemerintah setempat berusaha untuk mengembangkan objek-objek wisata di daerah tersebut. Pengembangan program pariwisata sepenuhnya memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang ada. Dengan adanya objek wisata Danau Siombak di Kelurahan Paya Pasir, masyarakat sekitar dapat memberbaiki perekonomian dengan mengembangkan potensi yang ada di Kelurahan Paya Pasir (Ompusungu dan Antonio, 2021).

(29)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2021 sampai Agustus 2021.

Pengambilan sampel daun jeruju dilakukan di Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan, Medan, Sumatera Utara. Untuk pembuatan ekstraksi dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan di Laboratorium Penelitian, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Pengujian mikrobiologi dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Survei tingkat kesukaan masyarakat terhadap teh jeruju dilakukan di sekitar kampus dan tempat umum.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas laboratorium (erlenmeyer, gelas beaker, gelas corong, gelas ukur, labu alas bulat, labu tentukur, cawan petri, dan pipet tetes), blender, alumunium foil, oven, neraca digital, stopwatch, plastik polietilen, kertas saring, hotplate, botol ukuran 100 ml, sendok, spatula, spektrofotometri UV-VIS, sentrifuse, kuisioner dan kamera.

Bahan yang digunakan adalah daun jeruju, jahe, serai, gula, aquadest, natrium benzoate. Bahan kimia yang digunakan adalah DPPH, metanol, etanol, media lactose broth, briliant green lactose broth, emithelyn metil broth.

Proses Penelitian Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel daun jeruju dilakukan di Kelurahan Paya Pasir, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, Sumatera Utara dengan menggunakan peralatan sederhana seperti pisau dan gunting. Pengambilan daun jeruju dilakukan secara acak (random sampling). Daun jeruju yang diambil adalah daun muda yaitu daun yang diambil dari pucuk sampai batas 30 cm seperti pada Gambar 2.

(30)

Gambar 2. Pengambilan Daun Jeruju Pembuatan Simplisia

Pembuatan simplisia dilakukan pada masing-masing sampel yaitu daun jeruju, jahe, dan serai

 Pembersihan sampel

1. Daun jeruju dipisahkan dari durinya lalu dibersihkan dengan air mengalir 2. Dibersihkan jahe dari kulitnya sampai bersih lalu diriis dengan ketebalan

0,5 cm kemudian dicuci dengan air mengalir

3. Diiris serai dengan ketebalan 0,5 cm kemudian dibersihkan dengan air mengalir

 Ditiriskan diatas kertas perkamen hingga airnya terserap

 Sampel dikeringkan di lemari pengering dengan lampu pijar 75W hingga kering dan rapuh

 Sampel yang telah kering dihaluskan dengan menggunakan blender

 Sampel kemudian diayak menggunakan ayakan 60 mesh

 Sampel yang telah menjadi serbuk dimasukkan ke dalam wadah yang terlindung dari sinar matahari dan disimpan dengan suhu kamar.

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air adalah pengukuran kandungan air yang berada di dalam bahan. Pada penelitian ini, pengukuran kadar air yang berada di dalam ekstrak daun jeruju dan ekstrak perasa berupa jahe, serai dan melati dilakukan dengan metode gravimetri yaitu masukkan lebih kurang 1 gr simplisia dan timbang saksama dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 105oC selama 5 jam dan ditimbang (Depkes RI, 2000).

(31)

Skrining Fitokimia

Skiring fitokimia dilakukan untuk menentukan ciri komponen bioaktif suatu ekstrak kasar yang mempunyai efek racun atau efek farmakologis lain yang bermanfaat bila diujikan dengan sistem biologi (Illing dkk., 2017). Pengujian yang dilakukan berdasarkan penelitian Mayasari dan Melfin (2018). Skrining fitokimia yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji tanin, alkaloid, flavonoid, saponin, steroid/triterpenoid dan glikosida pada serbuk dan ektrak daun jeruju.

Uji Alkaloid

Sampel uji ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit, didinginkan dan disaring. Filtrat yang diperoleh dipakai untuk uji alkaloid, diambil 3 tabung reaksi, lalu kedalam dimasukkan 0,5 ml filtrat. Masing-masing tabung reaksin ditambahkan pereaksi yang berbeda.

1. Tabung reaksi 1: ditambahkan 2 tetes pereaksi Meyer 2. Tabung reaksi 2: ditambahkan 2 tetes pereaksi Bouchardat 3. Tabung reaksi 3: ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorff

Alkaloid dinyatakan positif apabila terdapat endapan atau kekeruhan pada paling sedikit dua dari tiga percobaan diatas.

Uji Flavonoid

Sebanyak 10 g sampel ditimbang, dilarutkan 100 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan disaring dalam keadaan panas, kedalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk magnesium dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan dibiarkan memisah . flavonoid positif jika terjadi warna merah atau kuning atau jingga pada lapisan amil alkohol.

Uji Tanin

Sebanyak 0,5 g sampel ditimbang, disari dengan 10 ml air suling lalu disaring, filtratnya diencerkan dengan air panas sampai tidak berwarna. Larutan diambil sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi klorida 1%. Jika terjadi warna biru atau hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin.

(32)

Uji Steroid/triterpenoid

Sebanyak 1 gr sampel ditimbang, dimaserasi dengan 20 ml n-heksan selama 2 jam, disaring lalu filtrat diuapkan dalam cawan penguap. Pada sisa ditambahkan 20 tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermen-Burchard), timbulnya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroid, sedangkan warna merah muda atau ungu menunjukkan adanya triterpenoid.

Uji Saponin

Sebanyak 0,5 gr sampel ditimbang, dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambahkan 10 ml air suling panas, didinginkan, kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Saponin positif jika terbentuk busa yang stabil tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 sampai 10 cm dan dengan penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang.

Uji Glikosida

Sampel ditambahkan dengan 15 ml HCL 10 %, kemudian dipanaskan selama 10 menit dan disaring. Filtrat disari tiga kali dengan 5 ml eter. Sari dikumpulkan dan ditambahkan natrium sulfat anhidrat. Larutan uji diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC, kemudian ditambahkan dengan 2 ml metanol dan diupkan. Hasil penguapan dilarutkan dengan 1 ml air dan 8 tetes Molish.

Kemudian ditambahkan dengan hati-hati 1 ml asam sulfat. Hasil positif terbentuknya cincin berwarna ungu pada batas cairan (reaksi Molish).

Pembuatan Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kental dan cair yang diperoleh dengan mengekstraksi seyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai (Depkes RI, 2000).

Pembuatan ekstrak teh daun jeruju dan ekstrak varian rasa berupa jahe dan serai dilakukan dengan cara menyeduh 60 gr serbuk simplisia dengan 500 ml air panas. Penyeduhan dengan cara distirer (diaduk) selama 15 menit, kemudian disaring dengan penyaring vakum. Filtrat hasil ekstraksi digabung menjadi satu kemudian disentrifuse untuk memisahkan filtrat dari endapannya lalu ditera hingga volume 175 ml dan disimpan dalam botol yang sudah disterilisasi dan

(33)

didesinfeksi dengan alkohol. Kemudian dipasteurisasi pada suhu 70oC selama 30 menit dan disimpan pada suhu dingin (Astutik, 2004).

Pembuatan Larutan Bahan Tambahan

Penggunaan gula dalam suatu minuman berfungsi sebagai pemanis, penyeimbang komponen lain dalam rasa, juga sebagai penyebar komponen flavour agar bisa homogen. Asam benzoat merupakan bahan pengawet yang luas penggunaannya dan sering digunakan pada bahan makanan yang asam. Asam benzoat digunakan untuk mencegah pertumbuhan khamir dan bakteri pada kadar 0,1% atau kurang dari jumlah yang diperkenankan (Astutik, 2004).

Pada penelitian ini, pembuatan larutan bahan tambahan berupa larutan gula dan larutan Na-Benzoat dilakukan berdasarkan penelitian Astutik (2004) sebagai berikut :

 Pembuatan larutan gula

Larutan gula dibuat dengan cara melarutkan 1 kg gula pasir kedalam 500 ml air kemudian dipanaskan dan diaduk secara kontinyu sampai gula melarut sempurna dan diperoleh TSS sekitar 69-72obrix. Kemudian dikemas dalam botol steril dan dipasteurisasi pada suhu 70oC selama 30 menit.

 Pembuatan larutan Na-Benzoat

Larutan Na-Benzoat 5000 ppm dibuat dengan cara melarutkan 0,5 g Na- Benzoat kedalam 100 ml air, kemudian diaduk secara kontinyu. Setelah itu dikemas dalam botol steril.

Pengemasan dan Penyimpanan Teh Daun Jeruju

Kemasan merupakan sebuah wadah yang berfungsi sebagai pelindung produk, yang telah dilengkapi dengan tulisan, label dan keterangan-keterangan sebagai sarana komunikasi dan promosi, serta sebagai sarana yang memberikan kemudahan bagi produsen dan konsumen (Panggalih, 2010). Dalam penelitian ini, teh daun jeruju dengan penambahan varian rasa serai dan jahe dikemas dalam kemasan siap minum yaitu menggunakan botol plastik jenis PET (Polythylene terephtalate) dan disimpan pada suhu 10oC selama masa simpan tiga bulan.

Pengemasan teh daun jeruju dengan penambahan varian rasa serai dan jahe diformulasikan seperti Tabel 1.

(34)

Tabel 1. Formulasi Teh Daun Jeruju (A. ilicifolius) Formulasi Perlakuan Ekstrak

gaharu

Eksrak serai

Ekstrak jahe

Larutan Gula

Larutan Na- Benzoat

Air (ml)

Jeruju 100% 20 ml - - 10 ml 10 ml s/d

100 Jeruju+serai 90 : 10 18 ml 2 ml - 10 ml 10 ml s/d 100 Jeruju+Jahe 90 : 10 18 ml - 2 ml 10 ml 10 ml s/d 100 Pengujian Antioksidan

Pengujian antioksidan teh daun jeruju dilakukan dengan pengujian berdasarkan kemampuan antioksidan dengan Spektrofotometer UV- Visibel.

Pengujian antioksidan dilakukan berdasarkan penelitian Widyastuti (2010) sebagai berikut :

 Prinsip metode pemerangkapan radikal bebas DPPH

DPPH menggunakan pelarut metanol sehingga kemungkinan senyawa hidrofilik yang terekstrak dalam metanol lebih banyak dibandingkan dalam pelarut etanol. Metode DPPH ini mudah digunakan, cepat, cukup teliti dan baik digunakan dalam pelarut organik, khususnya alkohol. Metode ini juga sensitif untuk menguji aktivitas antioksidan dalam ekstrak tanaman. Akan tetapi, metode DPPH kurang sensitif untuk mengukur aktivitas antioksidan selain dari senyawa fenol.

Kemampuan sampel uji dalam meredam proses oksidasi radikal bebas DPPH dalam larutan metanol (sehingga terjadi perubahan warna DPPH dari ungu menjadi kuning) dengan nilai IC50 (konsentrasi sampel uji yang memerangkap radikal bebas 50%) sebagai parameter menentukan aktivitas antioksidan sampel uji tersebut.

 Pembuatan Larutan DPPH 0,5 mM

DPPH ditimbang 10 mg dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (Konsentrasi 200 ppm).

(35)

 Pembuatan Larutan Blanko

Larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 200 ppm) dipipet sebanyak 1 ml, kemudian dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml, dicukupkan volumenya dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 40 ppm).

 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum

Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-800 nm. Pengukuran dilanjutkan untuk menentukan operating time larutan DPPH dalam metanol dari menit 0 sampai menit 30.

Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.

 Pembuatan Larutan Induk

Sebanyak 2 gram ekstrak jeruju ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 ml dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda (konsentrasi 1000 ppm).

 Pembuatan Larutan Uji

Larutan induk dipipet sebanyak 0,2 ml; 0,3 ml; 0,4 ml; 0,5 ml kemudian masing masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml (untuk mendapatkan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm), kemudian dalam masing-masing labu tentukur ditambahkan 1 ml larutan DPPH 0,5 mM (konsentrasi 40 ppm) lalu volume dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda, didiamkan di tempat gelap, lalu diukur serapannya dengan spektrofotometer sinar tampak pada panjang gelombang 516 nm, pada waktu mulai 0 menit hingga 30 menit.

 Penentuan Persen Perendaman

Kemampuan aktivitas antioksidan sampel dapat diukur sebagai penurunan serapan larutan DPPH (perendaman warna ungu DPPH) akibat adanya penambahan larutan sampel. Nilai serapan absorbansi hasil pengukuran DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan sampel dibagi serapan pengukuran larutan DPPH sebelum penambahan sampel dihitung sebagai persen inhibisi (%

perendaman) dengan rumus sebagai berikut:

(36)

Hasil perhitungan persen inhibisi yang diperoleh dilakukan perhitungan persamaan garis regresi linier dengan konsentrasi sampel sebagai basis (sumbu x) dan nilai inhibisi sebagai ordinatnya (sumbu y).

 Penentuan IC50

Nilai IC50 merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji (μg/ml) yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50% (mampu meredam proses oksidasi DPPH sebesar 50%). Nilai 0% berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100% berarti peredaman total dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan ke dalam persamaan regresi (Y=AX+B) dengan konsentrasi ekstrak (ppm) sebagai absis (sumbu X) dan nilai

% peredaman (antioksidan) sebagai ordinatnya (sumbu Y). Kategori penentuan kekuatan aktivitas antioksidan ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kategori Kekuatan Aktivitas Antioksidan

No Kategori Konsentrasi (µg/ml)

1. Sangat Kuat <50

2. Kuat 50-100

3. Sedang 101-150

4. Lemah 151-200

(Mardawati, 2008).

Pengujian Mikrobiologi Teh Daun Jeruju

Analisis secara mikrobiologi terhadap teh daun jeruju bertujuan untuk mengetahui apakah teh daun jeruju tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak.

Analisis mikrobiologi teh daun jeruju dilakukan berdasarkan penelitian Yuliana dan Saeful (2016) sebagai berikut :

Pembuatan Media

1. Media LB (Lactose Broth)

Timbang 2,4 gram LB (Lactose Broth), dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dipanaskan diaduk sampai larut sempurna. Disterilkan dalam autoklap pada suhu 121oC selama 15 menit.

2. Media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth)

Timbang 4 gram BGLB (Brilliant Green Lactose Broth), kemudian dilarutkan dalam aquades sebanyak 100 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer,

(37)

kemudian dipanaskan diaduk sampai larut sempurna. Disterilkan dalam autoklap pada suhu 121oC selama 15 menit.

3. Media EMB (Eosin Methylan Blue)

Timbang 3,75 gram EMB (Eosin Metyhln Blue) dilarutkan dalam aquadest sebanyak 100 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer, kemudian dipanaskan diaduk sampai larut sempurna. Disterilkan dalam autoklap pada suhu 121oC selama 15 menit.

Prosedur

1. Uji Pendugaan

Uji pendugaan dilakukan dengan dibuat deret tabung reaksi masing- masing berisi media Lactose Broth (LB) dan tabung Durham dengan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3. Tambahkan sampel sebanyak 1 mL dengan menggunakan pipet steril pada masing-masing tabung reaksi yang berisi media. Kocok hingga campuran tersebut homogen. Inkubasi dalam inkubator pada suhu 37oC selama 24 jam. Amati masing-masing tabung, jika hasilnya menunjukan terbentuknya gas dapat dilihat dengan adanya gelembung udara di dalam tabung Durham maka menunjukkan hasil yang positif. Selanjutnya lakukan uji penegasan.

2. Uji Penegasan

Uji penegasaan dilakukan dengan ambil satu tetes air dari tabung dan tes yang menunjukkan uji pendugaan yang positif ke dalam tabung yang berisi media BGLB (Brilliant Green Lactose Broth). Semua tabung diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam. Amati masing-masing tabung, hasil positif pada uji penegasan ditandai dengan terbentuknya gas. Jika hasilnya menunjukkan positif dari uji penegasan dilanjutkan uji lengkap.

3. Uji Penguat

Uji penguat dilakukan dengan ambil satu ose dari tabung BGLB (Brilliant Green Lactose Broth) yang positif, dengan menggunakan cara goresan pada media EMB (Eosin Metyhlen Blue). Inkubasi plate EMB (Eosin Metyhlen Blue) pada suhu 37oC selama 24 jam. Jika hasilnya menunjukkan terbentuknya koloni pada EMB (Eosin Metyhlen Blue), hasil positif ditandai dengan terbentuknya koloni berwarna hijau metalik. Hasil dapat dipastikan bahwa sampel yang di uji mengandung Escherichia coli.

(38)

Perhitungan Nilai APM Koliform

Penentuan nilai APM koliform maupun nilai APM koliform fekal pada sampel minuman teh kemasan langsung diindikasikan dengan adanya gelembung gas pada tabung Durham, yaitu dengan menghitung jumlah tabung yang menghasilkan gas pada uji pendugaan untuk tiga seri pengenceran. Menentukan angka kombinasi jumlah tabung positif sesuai dengan jumlah tabung Durham yang mengandung gas pada tiap-tiap pengenceran. Menentukan nilai APM untuk 3 seri pengenceran berdasarkan nilai pada tabel APM koliform.

Pengujian Hedonik Teh Daun Jeruju

Uji kesukaan juga disebut sebagai uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan dengan menggunakan skala hedonik. Pengujian dilakukan secara sensori yang ditentukan berdasarkan skala numerik. Pengujian ini diberikan kepada 30 orang panelis (SNI- 01-2346-2006) dengan berbagai variasi umur (17-50 tahun), jenis kelamin dan pekerjaan untuk pengujian terhadap rasa, aroma dan warna. Skala yang digunakan pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala Hedonik dan Skala Numerik

Skala Hedonik Skala Numerik

Sangat suka 5

Suka 4

Netral 3

Tidak suka 2

Sangat tidak suka 1

(Batubara dkk, 2017)

Batas penolakan yaitu batas dimana teh daun jeruju dianggap tidak disukai oleh konsumen berada saat skala numerik ≤ 3.

(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui besarnya kandungan air dalam simplisia. Penetapan kadar air juga terkait dengan kemurnian dan adanya kontaminan dalam simplisia. Adanya air yang masih tersisa dalam simplisia pada besaran nilai tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jenis renik lainnya. Dengan demikian, kadar air yang hilang dalam jumlah tertentu dapat memperpanjang masa simpan simplisia. Hal ini sesuai dengan pernyataan Handayani dkk., (2017) tentang kandungan air yang berlebihan pada simplisia akan mempercepat pertumbuhan mikroba dan proses hidrolisa terhadap kandungan kimianya sehingga dapat menurunkan mutu simplisia tersebut. Hasil penetapan kadar air sampel dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil Penetapan Kadar Air Sampel

No Nama Jenis Kadar air %

1 Jeruju (Acanthus ilicifolius) 5,31%

2 Jahe (Zingiber officinale) 5,90%

3 Serai (Cymbopogon citratus) 3,65%

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat kadar air jahe (Zingiber officinale) merupakan kadar air tertinggi yaitu 5,90%, kemudian jeruju (Acanthus ilicifolius) dengan kadar air 5,31% dan serai (Cymbopogon citratus) dengan kadar air terendah yaitu 3,65%. Nilai ini menunjukkan bahwa simplisia yang digunakan memenuhi standar kadar air simplisia, hal ini sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 661/Menkes/SK/VII/1994 tentang Persyaratan Obat Tradisional, standar kadar air maksimum simplisia adalah 10% (Manalu dkk., 2016).

Perbedaan kadar air pada seluruh sampel disebabkan karena lama waktu pengeringan simplisia yang tidak merata. Lama pengeringan pada sampel jahe (Z.

officinale) adalah 5 hari, sedangkan lama pengeringan jeruju (A. ilicifolius) dan serai (C. citratus) adalah 7 hari. Lama waktu dan suhu pengeringan sangat mempengaruhi jumlah kadar air yang terkandung dalam suatu bahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Huriawati dkk., (2016) bahwa pengeringan simplisia

(40)

dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan, namun pengeringan dengan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan pengeringan yang tidak merata dan pengeringan dengan suhu rendah juga kurang efesien karena membutuhkan waktu yang lama.

Menurut Huriawati dkk., (2016) bahwa pengeringan merupakan suatu proses penurunan kadar air simplisia sampai mencapai kadar air tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan simplisia yang disebabkan aktivitas biologi dan kimia. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Yamin dkk., (2017) pengeringan dapat mempengaruhi kadar air simplisia sehingga menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur, serta mengurangi aktivitas enzim yang dapat merusak simplisia, sehingga dapat memperpanjang daya simpan simplisia dan pengawetan.

Skrining Fitokimia Daun Jeruju

Skrining fitokimia pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif untuk mengetahui kandungan senyawa metabolit sekunder dalam simplisia serta ekstrak daun jeruju. Skirining fitokimia merupakan tahap pendahuluan dalam suatu penelitian yang bertujuan memberi gambaran tentang golongan senyawa yang terkandung dalam tumbuhan yang diteliti (Simaremare, 2014). Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup uji alkaloid, saponin, tanin, flavonoid, glikosida dan steroid/triterpenoid. Hasil skrining fitokimia dari simplisia dan ekstrak daun jeruju dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil Skrining Fitokimia Simplisia dan Ekstrak Daun Jeruju (A.

ilicifolius)

No Pengujian Hasil

Keterangan Simplisia Ekstrak

1 Alkaloid - -

Tidak memiliki endapan putih ataupun kuning-

merah

2 Saponin + + Terbentuk busa yang

stabil

3 Tanin + + Berwarna hijau atau biru

kehitaman

4 Flavonoid + + Berwarna merah, kuning

atau jingga

5 Glikosida + + Membentuk cincin

berwarna ungu

6 Steroid/Triterpenoid + + Berwarna hijau

Referensi

Dokumen terkait