1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pasar Modal merupakan suatu Kegiatan yang berkaitan langsung dengan Penawaran Umum, perdagangan Efek serta Perusahaan Publik yang berhubungan dengan Efek atau saham yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Lebih jelasnya pasar modal merupakan pasar yang transaksinya memperjual belikan berbagai instrument keuangan jangka panjang baik berupa saham, reksa dana, obligasi serta instrument lainnya dan juga pasar modal dapat dijadikan sebagai sarana pendanaan bagi suatu perusahaan (Alief K, 2020). Sebagai sarana bagi perusahaan maupun pemerintah agar mendapat dana jangka panjang dengan cara menjual saham atau obligasi serta sebagai wadah kegitan investasi (Kartiko & Rachmi, 2021).
Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting bagi perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan pasar modal tidak hanya menunjang ekonomi negara terkait namun juga merupakan suatu tolak ukur kemajuan perekonomian pada suatu negara (Putong, 2015). Sedangkan jika dilihat secara makro ekonomi pasar modal dapat dijadikan sarana pemerataan pendapatan. Bagi pihak perusahaan, dapat memperoleh dana dari masyarakat yang tertarik membeli sahamnya sedangkan bagi pihak investor mereka memperoleh keuntungan atau bagi hasil dari perusahaan walaupun tidak menjadi pendiri maupun pengelola didalam perusahaan tersebut (Sambodo, 2014).
Pasang surut kondisi pasar modal seiring dengan tidak menentunya kondisi mikroekonomi dan makroekonomi dalam suatu negera menunjukkan bahwa kegiatan transaksi yang berlangsung di pasar modal memiliki hubungan yang erat oleh sebab itu, kondisi mikro dan makro bisa menjadi patokan dalam pengambilan keputusan transaksi di dalam pasar modal (Ardiansyah et al., 2020). Pada zaman modern seperti saat ini kemajuan teknologi mengambil peran yang sangat besar bagi perkembangan ekonomi
suatu negara salah satunya pada sector investasi, Investasi bisa diakses melalui portal pasar modal yang kita kenal sebagai Bursa Efek Indonesia.
Dalam teori ekonomi, investasi berarti pembelian alat-alat produksi (termasuk didalamnya benda-benda untuk dijual) dengan modal berupa uang. Sedangkan secara makro, investasi berarti jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis untuk menambah stok modal dalam periode tertentu investasi pada pasar modal mempunyai risiko yang tergolong tinggi karena sifat dari pasar modal sendiri sangat peka terhadap berbagai perubahan, kondisi dan informasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri (Putong, 2015). Oleh karena itu, pihak investor harus cermat dan teliti dalam segala hal termasuk dalam menentukan jenis instrumen keuangan serta pada sektor apa saja yang dirasasa paling baik dan menjanjikan jika dipilih untuk berinvestasi.
Salah satu instrument keuangan yang paling banyak dipillih oleh pihak investor ialah saham. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau pihak (badan usaha) pada suatu perusahaan perseroan terbatas. Jumlah saham yang beredar dipublic dan dimiliki perusahaan dipengaruhi oleh harga saham. Harga saham adalah harga perlembar saham yang berlaku dan sesuai ketentuan di pasar modal, harga saham merupakan faktor yang sangat penting dan harus diperhatikan oleh investor dalam melakukan investasi karena harga saham menunjukkan prestasi emiten. (Ardiansyah et al., 2020)
Harga saham di pasar modal terdiri atas tiga kategori, yaitu harga tertinggi (high price), harga terendah (low price) dan harga penutupan (close price). Harga
tertinggi atau terendah merupakan harga yang paling tinggi atau paling rendah yang terjadi pada satu hari bursa (Hanafi & Halim, 2016). Harga penutupan merupakan harga yang terjadi terakhir pada saat akhir jam bursa. Pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aset perusahaan. Imbalan yang akan diperoleh dengan kepemilikan saham adalah dividen atau (capital gain).
Capital gain adalah keuntungan dari hasil menjual atau membeli saham berupa kelebihan nilai jual dari nilai beli saham. Indeks harga saham adalah suatu
indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham selain itu terdapat variable mokro dan makro ekonomi yang juga mampu mempengaruhi pergerakan harga saham. (Ardiansyah et al., 2020)
Apabila kondisi variabel mikro dan makro ekonomi berada dalam kondisi yang baik dan stabil maka hal ini akan menjadi daya tarik investor untuk menanamkan uangnya di pasar modal. Sehingga, akan muncul kegiatan transaksi perdagangan saham disaat banyak investor yang tertarik berinvestasi pada suatu saham maka hal tersebut akan membuat kondisi pasar modal dalam kondisi yang baik dan stabil. Secara teoritis terdapat beberapa variabel mikro dan makro ekonomi yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, dari segi mikro ekonomi terdapat ROA, ROE, EPS, DER dll sedangkan dari sisi makro ekonomi terdapat nilai tukar, bi rate, inflasi, jumlah uang beredar.
Pada sisi mikroekonomi fokus utama suatu perusahaan ialah mampu menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya, karena laba merupakan salah satu indikator atau tolak ukur bagi perusahaan dalam hal kemampuan untuk memenuhi kewajibannya terhadap pemilik modal. Laba yang dihasilkan dari kegiatan investasi disebut sebagai profitabilitas, profitabilitas yang dihasilkan oleh perusahaan memiliki peran penting dalam hal menarik investor, selain menunjukkan manajemen yang baik, profitabilitas juga dapat digunakan sebagai bahan pembanding antara dua atau lebih perusahaan guna melihat peluang investasi mana yang lebih baik dan tentunya menjanjikan.
Supaya mampu bersaing seacara global, sutu perusahaan diharuskan memiliki pondasi yang kuat terutama dalam hal financial. Salah satunya dapat dilihat dari besarnya total aktiva sebagai bentuk kekuatan finansial yang dimiliki perusahaan.
Cara lain guna melihat kekuatan financial perusahaan dengan melihat Return On Assets (ROA) dari perusahaan, karena ROA mampu menilai kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba dari aktiva yang dimiliki, serta ROA dapat digunakan sebagai bahan evaluasi apakah perusahaan tersebut memiliki manajemen yang baik sehingga mampu mendapatkan imbalan yang sesuai atas asset yang dimilikinya serta mengevaluasi seberapa baik perusahaan dalam hal
menggunakan dan mengelola dananya. Pada dasarnya investor akan lebih tertarik menanamkan modal yang dimilikinya kepada perusahaan besar karena mereka lebih percaya bahwa perusahaan besar tersebut mampu menahan badai dan tentunya mampu memberikan keuntungan yang besar atas modal yang ditamkannya. (Alamsyah, 2019)
Selain ROA kekuatan finansial suatu perusahaan dapat juga diketahui melalui Return On Equity (ROE), karena ROE dapat mengukur sejauhmana suatu
perusahaan dapat memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dalam hal menghasilkan laba atas ekuitas yang dimilikinya atau gampangnya ROE digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari modal yang dimiliki. ROE juga dapat mencerminkan seberapa besar return yang dapat dihasilkan bagi investor atau pemegang saham atas setiap rupiah uang yang ditanamkan pada perusahaan tersebut (Amalya, 2018).
Semakin tinggi ROE pada perusahaan membuktikan bahwa perusahaan tersebut berhasil untuk menghasilkan keuntungan atau laba dari modalnya sendiri, Peningkatan pada ROE akan secara langsung ikut mendongkrak nilai jual dari perusahaan tersebut, sehingga juga akan meningkatkan harga saham.
Selanjutnya pada sisi makroekonomi terdapat inflasi dan kurs rupiah dimana Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebebkan atau dipengaruhi oleh berbagai factor. Tingkat Inflasi ialah perubahan presentase dalam seluruh tingkat harga. Naiknya inflasi dapat menyebabkan turunnya daya beli masyarakat terhadap suatu barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan.
Hal ini disebabkan adanya kenaikan harga bahan baku dan tenaga kerja, sementara perekonomian dalam keadaan inflasi maka produsen tidak mempunyai keberanian untuk menaikkan harga produknya. Oleh karena itu akan berdampak pada tingkat penjualan yang mengalami penurunan dan pada akhirnya akan menurunkan tingkat laba yang diperoleh atau dihasilkan perusahaan sehingga
keuntungan perusahaan untuk membayar dividen menurun yang akan berdampak pada penilaian harga saham yang negatif.
Selain itu Penurunan laba di perusahaan juga dapat dipicu karena terjadinya inflasi yang menyebabkan terjadinya peningkatkan pada pendapatan dan biaya perusahaan. Jika terjadi peningkatan biaya produksi yang lebih tinggi dari pada peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas atau laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan mengalami penurunan. Penurunan laba atau profitabilitas pada suatu perusahaan dapat menurunkan daya tarik serta minat pihak investor untuk melakukan penanaman modal yang dimilikinya pada perusahaan tersebut (Hanafi & Halim, 2016).
Pada dasarnya semua investor tidak ingin rugi sehingga saat terjadi inflasi investor pada saham akan menjual saham yan dimilikinya dan lebih memilih untuk belanja komoditi lainnya guna mengurangi resiko rugi yang mungkin akan diterima. Bagi seluruh perusahaan yang sahamnya tercantum di bursa efek, turunya daya Tarik serta minat seorang investor pada suatu saham perusahaan dapat tercermin dari turunnya harga saham perusahaan tersebut.
Selain itu, apabila nilai tukar rupiah mengalami penguatan maka para investor akan tertarik menanamkan modal yang dimilikinya dipasar modal, akan tetapi jika yang terjadi kebalikannya yaitu jika kondisi nilai tukar rupiah mengalami penurunan atau melemah akan memberikan dampak yang buruk pada perekonomian karena efeknya akan merembet keberbagai sector seperti harga saham diBEI serta dapat dipastikan bahwa para investor yang sebelumnya menanamkan modalnya di pasar modal akan menarik dananya (menjual saham yang dimilikinya) dan beralih dalam bentuk investasi lainnya untuk menghindari kerugian yang mungkin akan dialami. Apabila produk yang di produksi Indonesia laku keras di pasar dunia, akan memicu naiknya permintaan rupiah (kurs terapresiasi) sehingga para investor akan memburu saham-saham domestic karena dianggap potensial dan dapat memberikan laba bagi mereka (Alamsyah, 2019)
Di Indonesia Investasi pada sektor pertambangan menjadi salah satu pilihan yang paling diminati serta menjanjikan bagi investor. Hal ini dikarenakan sector pertambangan merupakan sektor yang potensial dan strategis bagi Indonesia, sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah salah satunya sumber tambang dengan potensi besar serta menjanjikan. Sehingga menjadikan Sektor pertambangan menjadi salah satu komoditas unggulan didalam perekonomian modern yang bergerak dibidang subsektor energi, antara lain minyak dan batubara. Bersama dengan emas, minyak dan batu bara merupakan sumber energi utama bagi sebagian besar proses produksi dan kegiatan perekonomian di dunia (Rismala & Elwisam, 2019).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham sektor pertambangan di Indonesia periode tahun 2016-2020?
2. Bagaimana Pengaruh variabel Makroekonomi terhadap harga saham sektor pertambangan di Indonesia periode tahun 2016-2020?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk menganalisis Pengaruh variabel fundamental terhadap harga saham sektor pertambangan di Indonesia periode tahun 2016-2020
2. Untuk menganalisis Pengaruh variabel Makroekonomi terhadap harga saham sektor pertambangan di Indonesia periode tahun 2016-2020
D. Batasan Masalah
Pembatasan masalah ini perlu digunakan dan bertujuan supaya pokok pembahasan yang diteliti tidak terlalu melenceng dari pokok pembahasan yang sudah dikomposisikan, agar penelitian lebih fokus pada masalah yang telah diteliti, dalam hal ini membatasi masalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya berfokus pada inflasi, kurs rupiah, Return On Assets, Return On Equity dan harga saham sektor pertambangan Indonesia
2. Penelitian ini menggunakan periode waktu terbatas hanya pada tahun 2016-2020
3. Penelitian ini menggunakan 20 perusahaan dari sector pertambangan sebagai sampel dari keseluruhan jumlah populasi
4. Penelitian ini menggunakan closing price pada akhir tahun sebagai Harga saham
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peningkatkan mutu dan Kualitas pendidikan di bidang Investasi dan perkembangan ekonomi khususnya mengenai pemilihan sector yang potensial untuk diinvestasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pihak Investor
Diharapkan penelitian ini, dapat dijadikan bahan pembelajaran dan pertimbangan bagi pihak investor yang hendak menginvestasikan baik asset maupun dananya dengan membeli saham dapat memperhatikan serta mempertimbangkan variabel makro seperti inflasi, nilai tukar rupiah, ROA dan ROE yang dimana dapat mempengaruhi harga saham sector pertambangan di bursa efek Indonesia, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar pertimbangan guna pengambilan keputusan dalam kegiatan berinvestasi.
b. Bagi Akademisi
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi serta referensi bagi peneliti selanjutnya mengenai seputar dunia investasi dan juga veriabel makro seperti inflasi, nilai tukar rupiah, ROA dan ROE sehingga dapat dijadikan bahan dasar serta penambah wawasan.