• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MISSOURI MATHEMETICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MISSOURI MATHEMETICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED

DISCOVERY) DAN MISSOURI MATHEMETICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI TINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI SMK

KABUPATEN KLATEN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Sri Lestari S 850809217

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul ‘EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI SMK KABUPATEN KLATEN ”.

Hambatan dan permasalahan yang menimbulkan kesulitan dalam menyelesaikan penulisan tesis ini banyak ditemui oleh penulis, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak dan petunjuk dari Allah SWT akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak atas segala bentuk bantuannya yang telah meringankan penyelesaian penulisan tesis ini, terutama kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D, Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menempuh studi di Program Magister Pendidikan Matematika.

2. Dr. Mardiyana, M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan kemudahan, petunjuk, saran dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis.

(3)

3. Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D, Pembimbing I, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesungguhan dan kesabaran hingga penyusunan tesis ini selesai.

4. Drs. Budi Usodo, M.Pd, Pembimbing II, yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan kesungguhan hingga penyusunan tesis ini selesai.

5. Drs. Muhamad Soleh, Kepala SMK Negeri 2 Klaten, Drs. Wardani, M.Pd, Kepala SMK Negeri 1 Trucuk Klaten, Drs. Rasija, Kepala SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara, Ir.Y. Sumaryanto, Kepala SMK Petrus Kanisius Klaten yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian. 6. Ibu Terkasih, atas dukungan do’a, perhatian, pengertian serta segala

sesuatu yang telah diberikan selama ini.

7. Anak-anakku yang saya banggakan Yosi Septiana dan Ashita Devi Priamsari atas perhatian dan bantuan yang telah diberikan selama ini. 8. Suamiku Eko Purwanto yang telah memberikan kesempatan, pengertian

dan keiklasan selama ini.

9. Teman-teman MGMP atas motivasi yang diberikan selama ini.

10. Teman-teman Paralel 2 Matematika ’09 atas segala kebersamaan dan kekompakan yang tak terlupakan selama ini.

11. Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu.

(4)

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut di atas mendapat imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya, bagi dunia pendidikan dan pembaca pada umumnya.

Surakarta, Pebruari 2011

Penulis

(5)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI SMK

KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh: Sri Lestari S 850809217

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Pada Tanggal………..

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D Drs. Budi Usodo, M.Pd NIP. 196308261988031002 NIP.196805171993031002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Dr. Mardiyana, M.Si NIP. 19660225 199302 1 002

(6)

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MODEL PEMBELAJARAN

MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL

SISWA DI SMK KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh:

Sri Lestari S 850809217

Telah Disetujui dan disahkan oleh oleh Tim Penguji Pada Tanggal………..

Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dr. Mardiyana, M.Si ………. NIP. 19660225 199302 1 002

Sekretaris Dr. Riyadi, M.Si ……….. NIP. 19670116 199402 1 001 Anggota Penguji: 1.Drs.Tri AtmojoK, M.Sc, Ph.D. ……….. NIP. 19630826 198803 1 002 2. Drs. Budi Usodo, M.Pd ……… NIP. 19680517 199303 1 002 Surakarta, Pebruari 2011

Mengetahui Ketua Program Studi Direktur PPs Uns Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

(7)

PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Sri Lestari

NIM : S 850809217

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini yang berjudul :

“EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN

TERBIMBING (GUIDED DISCOVERY) DAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT (MMP) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA DI SMK KABUPATEN KLATEN” adalah benar-benar karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Pebruari 2011 Yang membuat pernyataan,

(8)

MOTTO

TUHAN MENYEMBUNYIKAN BERBAGAI HAL DENGAN CARA MENARUHNYA DI DEKAT-DEKAT KITA

TIDAK ADA PEKERJAAN YANG TIDAK BISA DISELESAIKAN ASAL KITA BERUSAHA KERAS UNTUK MENYELESAIKANNYA

(9)

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Ibuku tercinta atas doa dan kasih sayang yang tiada henti Suamiku dan Anak-anakku Kakakku dan keponakanku Teman-temanku matematika angkatan 2009

(10)

DAFTAR ISI JUDUL ……….…………..…i PENGAJUAN ……….………..……….………...ii PENGESAHAN……….………..….iii PENYATAAN ……….….iv MOTTO………...……....v PERSEMBAHAN ………..…………..vi

KATA PENGANTAR ………..………...vii

DAFTAR ISI……….……….x DAFTAR TABEL………...……….xiv DAFTAR LAMPIRAN ……….……...xv ABSTRAK ………..xvii ABSTRACT………..……xix BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……….……….1

B. Identifikasi Masalah……….………6 C. Pemilihan Masalah ………..7 D. Pembatasan Masalah ………..….7 E. Perumusan Masalah ……….…8 F. Tujuan Penelitian………..……9 G. Manfaat Penelitian ……….…10

(11)

BAB II. KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori….. ……….12

1. Prestasi Belajar Matematika ………...….12

a. Pengertian Prestasi ………...……….…….12

b. Pengertian Belajar………...13

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar……….15

d. Pengertian Prestasi belajar………...…………...19

e. Belajar Matematika …….………...………...20

f. Pengertian Prestasi Belajar Matematika………...………..21

2. Model Pembelajaran …….……..………..22

3. Model Pembelajaran Matematika………..23

a. Model Penemuan Terbimbing……….…..…23

b. Model Missouri Mathematics Project………..……… 30

4. Kemampuan Awal Siswa………....……….35

B. Kerangka Berpikir……..………..…. 38

C. Hipotesis ………40

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian………...……...………..42

1. Tempat dan Subyek Penelitian …….……...………..42

2. Waktu Penelitian ………...………42

3. Jenis Penelitian ……...………...…43

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pangambilan Sampel…… ………..44

(12)

2. Sampel Penelitian………...44

3. Teknik Pengambilan Sampel………..45

C. Variabel Penelitian……..……….………...….45

a. Variabel Bebas……….46

b. Variabel Terikat …………. ………...48

D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji Instrumen………..47

1. Metode Pengumpulan Data………47

a. Metode Dokumentasi………...……47

b. Metode Tes……….……..47

2. Analisis Instrumen………..48

a. Validitas isi……….48

b. Reliabilitas………..49

3. Analisis Butir Instrumen……….50

a. Daya Pembeda………....50

b. Tingkat Kesukaran……….51

E. Teknik Analisis Data ………..…51

1. Uji Keseimbangan……… …….…………...51

2. Uji Prasyarat Analisis……….………53

3. Pengujian Hipotesis……… ……….. 57

4. Uji Komparasi Ganda ……… ………...63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen……….67

(13)

C. Teknik Analisis Data………...…72

D. Pembahasan Hasil Penelitian…...………83

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ………86

B. Implikasi……….87

C. Saran ………..88

DAFTAR PUSTAKA………90

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Rangkuman uji normalitas tes kemampuan awal………..………74

2. Rangkuman uji homogenitas tes kemampuan awal……….……..75

3. Rangkuman uji normalitas hasil prestasi belajar……….……...76

4. Rangkuman uji homogenitas hasil prestasi belajar………79

5. Rangkuman Analisis variansi dua jalan sel tak sama……….80

6. Rangkuman Analisis komparasi ganda ……….82

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Validasi instrumen tes kemampuan awal………..….…92

2. Analisis butir instrumen tes kemampuan awal………...……..123

3. Validasi instrumen tes hasil belajar……….…….……128

4. Analisis Butir instrumen tes hasil belajar……….…….…...173

5. Data induk penelitian kelas eksperimen MMP……….…….……..178

6. Data induk penelitian kelas eksperimen GD………..….……….183

7. Uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen MMP………...……188

8. Uji normalitas kemampuan awal kelas eksperimen GD………...……...190

9. Uji homogenitas kemampuan awal ………...……..192

10. Uji keseimbangan ………..….……….194

11. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen MMP………..…….196

12. Uji normalitas hasil belajar kelas eksperimen GD ………...…...…198

13. Uji normalitas hasil belajar kelompok kemampuan awal tinggi……...200

14. Uji normalitas hasil belajar kelompok kemampuan awal sedang……....202

15. Uji normalitas hasil belajar kelompok kemampuan awal rendah……....204

16. Uji homogenitas hasil prestasi belajar ………..…..….206

17. Uji homogenitas hasil prestasi belajar antar kemampuan awal……...…208

18. Uji Analisis Variansi Dua Jalan dengan sel tak sama………..210

19. Uji komparasi ganda pasca analisis variansi………..…..………217

20. RPP Model Pembelajaran MMP………..…..………..221

(16)
(17)

ABSTRAK

Sri Lestari, S850809217, Eksperimentasi Model Pembelajaran Penemuan

Terbimbing (Guided Discovery) Dan Missouri Mathematics Project (MMP) Terhadap Prestasi Belajar matematika Ditinjau Dari Kemampuan Awal, Komisi

Pembimbing I Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D dan Pembimbing II Drs. Budi Usodo, M.Pd. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding model pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery), (2) apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, (3) Manakah diantara model pembelajaran MMP dan GD yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, Manakah diantara model pembelajaran MMP dan GD yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang, Manakah diantara model pembelajaran MMP dan GD yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMK di Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2010/2011. Sampel penelitian terdiri dari kelompok eksperiman 1 terdiri dari 36 siswa SMK Negeri 2 Klaten, 36 siswa SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara, 40 siswa SMK Petrus Kanisius Klaten, jumlah siswa kelompok eksperimen 1 adalah 112 siswa, sedangkan kelompok eksperimen 2 terdiri dari 36 siswa SMK Negeri 2 Klaten, 36 siswa SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara, 40 siswa SMK Petrus Kanisius Klaten, jumlah siswa kelompok eksperimen 2 adalah 112 siswa. Jumlah anggota sampel dalam penelitian ini 224 siswa. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan tes kemampuan awal dan tes hasil belajar. Untuk menguji validitas Instrumen dilakukan oleh validator, sedang untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus Kuder-Richardson 20.

Sebelum analisis variansi dilakukan harus dipenuhi prasyarat yaitu sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan homogen. Untuk uji normalitas digunakan metode Lilliefors, dan Bartlett untuk uji homogenitas. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama. Hasil analisis menunjukkan (1) Ada perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar

(18)

dengan menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project dengan model pembelajaran Guided Discovery ( Fobs=13,0851 > 3,84 = F0,05;1;218 ). (2) Ada

perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar dari siswa yang mempunyai kemampuan awal tiggi, sedang dan rendah (Fobs= 9,2631 > 3,00 = F0,05;2;218 ). (3)

Tidak ada interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa (Fobs= 1,0424 < 3,00 = F0,05;2;218).

Dari hasil analisis disimpulkan bahwa: (1) Model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) pada materi matriks, (2) Siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang, siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. (3) Untuk kategori kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah, Model pembelajaran MMP menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran GD.

Kata kunci : Model Pembelajaran Guided Discovery. Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project. Kemampuan Awal, Prestasi Belajar.

(19)

ABSTRACT

Sri Lestari. S850809217. The Experimental Research on the Guided Discovery and Missouri Mathematics Project (MMP) Teaching Models towards the students’ Mathematics Achievement Observed from Their Basic Competence. The First Commision of Supervision is Drs. Tri Atmojo K, M.Sc, Ph.D and Second Supervision is Drs. Budi Usodo, M.Pd. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University. 2011.

The objectives of the research are to know: (1) Whether or not the MMP teaching model makes a better achievement of students on mathematics compared to the GD teaching Model, (2) Whether or not the Mathematics achievement of students with high competence is better than that of the average and low competent students, and whether the average competent students have better achievement compared to low competent students, (3) Which model, MMP or GD teaching model, makes the students with high competence get better achievement on Mathematics, Which model, MMP or GD teaching model, makes the students with average competence get better achievement on Mathematics, Which model, MMP or GD teaching model, makes the students with low competence get better achievement on Mathematics.

This research is a quasi experimental research. The population of research is senior school student grade X at Klaten of academic year 2010/2011. This sampel was obtained by experiment group 1 which consisted 36 students of SMK N 2 Klaten, 36 students of SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara, and 40 students of SMK Petrus Kanisius Klaten The experiment group 1 counts is 112 students and experiment group 2 which consisted 36 students of SMK N 2 Klaten, 36 students of SMK Muhammadiyah 1 Klaten Utara, and 40 students of SMK Petrus Kanisius Klaten. The experiment group 2 counts is 112 students. The number of respondents in this research was 224 students and it was obtained by stratified cluster random sampling. The data was collected by using first test and the evaluation’s result. The validity of test instrument was done by validity and reliability of test used Kuder-Richardson 20.

Before variant analysis was done, there was a requisite that had to be done. It was the sample should be from normal and homogenous population. Lilliefors for normality test and Bartlett for homogeneity test. The technique of analysis data in the research was two ways variance analysis with different cell. The result shows (1) There is a significant difference of student learning achievement among learning model using MMP type and learning model GD type ( Fobs=13.0851 > 3.84 =

F0.05;1;218 ). (2) There is a significant difference of students learning achievement on

students who have a high, middle and low prior competence (Fobs= 9.2631 > 3.00 =

F0.05;2;218 ). (3) There is no interaction between learning model and the students prior

(20)

From the result of the analysis it can be concluded that (1). MMP Teaching Model gives better achievement of study compared with the GD Teaching Model on matrix, (2) The students who have high prior competence achieve better result than those who have middle or low prior competence while the students who have middle prior competence achieves the same result as those who have low prior competence. (3) MMP Teaching Model gives better achievement of study compared with the GD Teaching Model on the students who have high, middle, low prior competence. Keywords : Teaching Mathematics Guided Discovery Teaching model, Missouri

Mathematics Project Teaching model, Prior Competence.

(21)

achievement

(22)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat pada abad ini tentunya tidak lepas dari peran matematika. Hal ini menyatakan bahwa matematika bukanlah ilmu yang hanya untuk keperluan dirinya sendiri, tetapi ilmu yang bermanfaat untuk sebagian besar ilmu-ilmu lain (Herman Hudoyo, 1997:74). Dapat dinyatakan bahwa matematika mempunyai peranan yang sangat penting untuk ilmu lain, terutama sains dan teknologi. Berdasarkan hal tersebut maka tidaklah mengherankan bila pelajaran matematika di Indonesia dijadikan pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar maupun pada jenjang menengah.

Pencanangan matematika sebagai mata pelajaran wajib dilakukan seiring dengan tuntutan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh setiap warga negara indonesia. Dari tahun ke tahun pendidikan di Indonesia tidak bisa dihindarkan dari pandangan atau anggapan bahwa matematika sebagai momok bagi kebanyakan siswa karena dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit, dan membosankan. Terdapat berbagai alasan atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan kondisi tersebut mengingat keberhasilan proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh kondisi siswa sendiri, guru, metode pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana, lingkungan, dan faktor penyebab lainnya yang banyak menjadi kajian para ahli pendidikan.

(23)

Dengan adanya berbagai faktor yang menganggap matematika sebagai pelajaran yang cukup sulit dan membosankan, maka dalam hal ini merupakan tugas professional seorang guru yaitu menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang tadinya tak berarti menjadi bermakna, sehingga untuk meningkatkan kualitas pembelajaran perlu diupayakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran diantaranya peningkatan dan penyempurnaan proses belajar mengajar, misalnya dengan metode mengajar secara bergantian atau simultan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Pembelajaran konvensional sekarang ini banyak ditinggalkan tetapi tidak harus ditinggalkan sepenuhnya, karena paradigma pembelajaran konvensional masih berperan besar pada pembajaran matematika, hanya saja sedapat mungkin mengurangi kecenderungan guru dalam mendominasi proses pembelajaran. Pada pembelajaran konvensional, siswa diperlakukan sebagai obyek semata. Siswa dipandang pasif, tidak dapat aktif menyampaikan pendapatnya dan kurang berinteraksi dengan guru. Di dalam pembelajaran matematika guru harus mampu mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan mengurangi kecenderungan guru dalam mendominasi proses pembelajaran sehingga ada perubahan dalam pembelajaran matematika yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa, agar kemampuan kognitif siswa dapat berkembang dan kemampuan mengkomunikasikan matematika serta keterampilan siswa meningkat. Hal ini senada dengan pendapat Gorth, (2007: 23)

(24)

“……, the traditional paradigm for mathematics instruction still holds great sway, especially in the U.S Despite reform recommendation, the predominan U.S classroom culture still reflects more traditional mathematics pedagogy”

yang artinya ”……, paradigma pengajaran matematika tradisional masih berperan besar di Amerika. Budaya pembelajaran di kelas di Amerika masih merefleksikan paedagogik matematika tradisional.

Proses pembelajaran dapat diikuti dengan baik dan menarik perhatian siswa apabila menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran. Ada beberapa model pembelajaran matematika yang dapat digunakan untuk meningkatkan dan menyempurnakan proses belajar mengajar diantaranya model pembelajaran pemecahan masalah (Problem solving), model penemuan terbimbing (Guided Discovery), Missouri Mathematics Project (MMP), model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), model pembelajaran matematika realistik dan pembelajaran kontekstual. Dalam penelitian ini penulis akan membandingkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) dan model pembelajaran Missouri Mathematics Project karena 1). Model pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Missouri Mathematics project sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian dan dapat menarik perhatian siswa. 2). Model pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Missouri Mathematics project sesuai dengan pilar-pilar belajar yang ada dalam kurikulum pendidikan. Salah satu pilar belajar adalah “belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Selama

(25)

berlangsungnya proses pembelajaran, tanggapan siswa secara aktif atas pertanyaan guru sangat diperlukan meskipun tidak menjamin semua siswa aktif dan guru berusaha mengaktifkan semua siswa . Hal ini senada dengan pendapat Larry Maheady, Jean Michielli-Pendl, Gregory F. Harper and Barbara Mallettte (2006: 24-38).

“…the importance of active student responding. During lectures, active responding most often takes the form of student responses to teacher questions. This whole group responding to question, however, does not permit every student to respond and does not assure that all student are actively engaged”

Yang artinya “…pentingnya tanggapan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Selama pembelajaran, tanggapan aktif dari siswa atas pertanyaan guru, meski demikian tidak menjamin semua siswa aktif”

Dalam hal ini model pembelajaran dengan penemuan terbimbing (Guided Discovery) sebagai suatu model mengajar yang bermanfaat untuk pembelajaran matematika. Di dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan pada materi yang sedang dipelajari. Model pembelajaran dengan penemuan terbimbing memiliki banyak kelebihan diantaranya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, menambahkan sekaligus menanamkan sikap inquiry, mendukung kemampuan problem solving siswa, materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan.

(26)

Dalam model Missouri Mathematics Project (MMP) adalah model pembelajaran yang terstruktur seperti halnya struktur pembelajaran matematika, tetapi MMP mengalami perkembangan dengan langkah-langkah yang terstruktur dengan baik. MMP memiliki banyak kelebihan, diantaranya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, menambahkan sekaligus menanamkan sikap inquiry, mendukung kemampuan problem solving siswa, materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses penemuan dan banyak materi yang dapat disampaikan kepada siswa dan siswa dapat terampil mengerjakan soal karena banyaknya latihan yang diberikan.

Dalam pembelajaran matematika, kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga memudahkan untuk dapat melaksanakan proses belajar dengan baik. Guru perlu mengetahui kemampuan awal siswa supaya dapat menentukan strategi pembelajaran sesuai tujuan intruksional, dalam arti dapat menentukan alternatife langkah yang paling tepat. Kemampuan awal sering dikenal sebagai pengetahuan awal adalah semua pengetahuan yang telah ada dalam otak pembelajar sebelum mereka mempelajari pengetahuan baru dan akan mempengaruhi proses belajar pengetahuan baru tersebut. Apabila pengetahuan baru dari belajar tersebut sesuai dengan konsep yang telah dimilikinya akan terjadi proses penguatan dan jika tidak sesuai maka siswa dapat memperbaiki konsep memorinya. Hasil belajar dapat meningkatkan kemampuan dan hasil belajar yang sekarang dapat menjadi dasar kemampuan awal bagi pembelajaran berikutnya. Kemampuan awal merupakan prasyarat agar

(27)

proses pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar. Masing-masing siswa belum tentu memiliki kemampuan awal yang sama.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka peningkatan prestasi belajar siswa memerlukan perencanaan dan pendekatan yang sistematis, yang menyentuh kebutuhan belajar sesuai dengan kemampuan siswa. Keberhasilan proses belajar mengajar selain dipengaruhi oleh model pembelajaran juga dipengaruhi oleh kemampuan awal siswa, sehingga dimungkinkan bahwa kemampuan awal siswa akan mempengaruhi prestasi belajar yang dicapai oleh siswa.

Berdasarkan realita yang ada, guru dalam mengajar menggunakan pembelajaran konvensional kurang tepat dengan tuntutan zaman sekarang sehingga perlu di variasi dengan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran, dengan demikian peneliti ingin mengadakan suatu eksperimen mengenai pembelajaran matematika dengan model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) dan model Missouri Mathematics Project (MMP) ditinjau dari kemampuan awal siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian pada latar belakang dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran selain konvensional kemungkinan dapat meningkatkan prestasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah dengan

(28)

menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

2. Kurang tepatnya model pembelajaran yang digunakan guru matematika di dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu kemungkinan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Terkait dengan hal ini, muncul permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu model pembelajaran manakah yang sesuai dan tepat, yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

3. Kemampuan awal siswa kemungkinan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah hasil belajar matematika siswa dipengaruhi oleh kemampuan awal yang dimiliki siswa.

4. Rendahnya prestasi belajar siswa kemungkinan disebabkan kurang tepatnya penggunaan model pembelajaran dan lemahnya kemampuan awal yang dimiliki siswa.

C. Pemilihan Masalah

Karena keterbatasan penelitian, tidaklah mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama. Berdasarkan identifikasi masalah, dalam penelitian ini penulis akan membandingkan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) dan model pembelajaran Missouri Mathematics Project karena 1). Model pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Missouri Mathematics project sesuai dengan tingkat perkembangan siswa dan sesuai dengan materi

(29)

pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian dan dapat menarik perhatian siswa. 2). Model pembelajaran Penemuan Terbimbing dan Missouri Mathematics project sesuai dengan pilar-pilar belajar yang ada dalam kurikulum pendidikan. Salah satu pilar belajar adalah “belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.

.D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah, terdapat tiga hal yang dipersoalkan. Hal pertama adalah efektifitas model pembelajaran matematika dalam arti apakah model pembelajaran yang satu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain. Hal kedua apakah kemampuan awal mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ketiga apakah model pembelajaran tergantung oleh kemampuan awal yang dimilki siswa.

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar dan terarah, maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang dibandingkan adalah Model penemuan terbimbing (Guided Discovery) dengan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP).

2. Kemampuan awal siswa dilihat dari nilai tes kemampuan awal yang diberikan kepada siswa sebelum diberi perlakuan model pembelajaran yang akan dieksperimenkan.

(30)

3. Kemampuan awal siswa yang digunakan di dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi kelompok kemampuan awal tinggi, kelompok kemampuan awal sedang dan kelompok kemampuan awal rendah.

4. Materi matematika yang digunakan adalah pokok bahasan Matriks.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan masalah dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Manakah di antara model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik?

2. Apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah? Serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah?

3. Manakah di antara Missouri Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi ? Manakah di antara Missouri Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang?

(31)

Manakah di antara Missouri Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah ?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan arah dari suatu kegiatan untuk mencapai hasil yang jelas dan diharapkan dapat terlaksana dengan baik dan teratur. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui Manakah di antara model pembelajaran Missouri Mathematics Project (MMP) dan model pembelajaran penemuan terbimbing (Guided Discovery) yang menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

2. Untuk mengatahui apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah serta apakah prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang lebih baik daripada prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

3. Untuk mengetahui: Manakah di antara Missouri Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi ? Manakah di antara Missouri Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang? Manakah di antara Missouri

(32)

Mathematics Project dan Guided Discovery yang menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

G. Manfaat Penelitian

Dengan penelitian ini diperoleh manfaat bagi peneliti sendiri maupun orang lain atau lembaga-lembaga lain di bidang pendidikan. Manfaat tersebut antara lain :

1. Bagi Guru

a. Menambah wawasan tentang pentingnya memperhatikan kemampuan awal yang dimiliki siswa sebagai prasyarat dalam mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Menambah pengetahuan tentang manfaat penggunaan model pembelajaran dengan Penemuan Terbimbing dan Missouri Mathematics Project.

2. Bagi Siswa

a. Menambah pengalaman siswa dalam belajar matematika dengan menggunakan model MMP dan GD.

b. Meningkatkan kemandirian siswa dalam mempelajari materi yang sedang dipelajari dan membangkitkan motivasi belajar siswa.

c. Merubah anggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit, menakutkan dan membosankan menjadi mudah dan menyenangkan.

(33)

(34)

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Pada bab ini akan dibahas kajian teori dan kerangka berpikir serta pengujian hipotesis. Kajian teori yang akan dibahas adalah teori-teori yang berkaitan dengan variabel penelitian. Kerangka berpikir adalah konsep dasar untuk menjawab permasalahan yang diangkat dari kajian teori.

A. Kajian Teori

1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian prestasi

Istilah prestasi biasanya muncul setelah diberitahukan suatu pengukuran atau penilaian atau sering dikatakan sebagai evaluasi. Dengan kata lain hasil pengukuran atau penilaian yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek yang melingkupinya disebut prestasi. Menurut Oemar Hamalik (2003: 159), prestasi adalah hasil yang merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku siswa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-3 (2005 : 895) kata prestasi mempunyai arti “ hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya)”. Prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M.Gagna (dalam Fadjar Shadiq, 2008: 23 ) bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang. Prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan

(35)

commit to user

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu. Jadi dapat dikesimpulkan bahwa prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan.

b. Pengertian Belajar

Ada beberapa pengertian yang dikemukakan para ahli tentang belajar sebagai berikut : Ngalim Purwanto (1990 : 85) mengatakan bahwa belajar adalah tingkah laku yang mengalami perubahan, karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan ataupun sikap. Nana Sudjana (1989 : 5) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai pada diri seseorang. Slameto (2010 : 2) mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian, bila telah selesai suatu usaha belajar tetapi tidak terjadi perubahan pada diri individu yang belajar maka tidak dapat dikatakan bahwa pada diri individu tersebut telah terjadi proses belajar.

Teori belajar yang melandasi proses pembelajaran adalah teori konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, yaitu:

1). Belajar adalah kegiatan yang aktif dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari sesuatu yang mereka pelajari.

(36)

commit to user

2). Agar benar-benar dapat memahami dan dapat menerapkan pengetahuan siswa harus berpikir memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya.

3) Belajar adalah proses membangun pengetahuan bukan penyerapan atau absorbsi,

Menurut Paul Suparno (1997 : 61) belajar merupakan proses aktif pelajar untuk merekonstruksi makna (arti), baik dari teks, dialog, pengalaman fisik, dan lain-lain sehingga belajar merupakan proses mengasimilasi dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang sedang dipelajari dengan pengertian yang telah dimiliki, dengan demikian pengertiannya menjadi berkembang. Beberapa ciri atau prinsip dalam belajar menurut Paul Suparno, yaitu:

1) Belajar berarti mencari makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan dan alami.

2) Konstruksi makna adalah proses yang terus menerus.

3) Belajar bukanlah kegiatan mengumpulkan fakta, tetapi merupakan pengembangan pemikiran dengan membuat pengertian yang baru.

4) Hasil belajar tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, tujuan, motivasi mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan di dalam diri manusia agar menjadi aktif. Perubahan tingkah

(37)

commit to user

laku secara keseluruhan artinya perubahan itu tidak hanya mengenai sejumlah pengalaman, pengetahuan, melainkan juga membentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, minat, penyesuaian diri dan meliputi segala aspek organisasi atau pribadi individu yang belajar.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar sangat penting untuk diperhatikan dalam rangka membantu siswa untuk dapat mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. Supaya belajar dapat berhasil, yaitu mencapai perubahan tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan, maka proses belajar mengajar harus terjadi dengan baik. Slameto (2010 : 54), faktor-faktor yang mempunyai potensi berpengaruh terhadap proses belajar mengajar meliputi :

1). Faktor Internal meliputi : faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

2). Faktor Eksternal meliputi : faktor keluarga, faktor sekolah, faktor masyarakat. Secara terperinci kedua faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1) Faktor Internal

Faktor Internal adalah faktor yang datang dari dalam diri siswa sendiri, yang meliputi :

a) Faktor Jasmaniah (1) Kesehatan.

Kesehatan adalah faktor penting di dalam belajar, sebab dengan kesehatan yang prima akan menjaga konsentrasi belajar.

(38)

commit to user

Cacat tubuh dapat juga menjadi salah satu hal yang mempengaruhi belajar.

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis adalah faktor yang berhubungan dengan rohaniah. Termasuk dalam faktor ini adalah:

1. Inteligensi atau kecerdasan yang sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar siswa. Inteligensi yang tinggi memungkinkan siswa mendapat prestasi belajar yang tinggi dan inteligensi yang sedang atau rendah juga memungkinkan siswa mendapat prestasi belajar yang sedang atau rendah.

2. Perhatian yang datang dari diri sendiri terhadap pelajaran maupun perhatian dari orang lain, merupakan faktor yang berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

3. Minat atau keinginan atau ketertarikan pada bahan pelajaran bisa menjadi penyebab keberhasilan belajar.

4. Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah “the capacity to learn“. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Dapat juga diartikan bakat sebagai bentuk-bentuk kecakapan khusus yang dimiliki seseorang. Kecakapan khusus ini umumnya berasal dari pembawaan atau hereditas.

5. Motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai karena dapat menjadi daya dorong / daya gerak untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

(39)

commit to user

6. Kematangan adalah suatu tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

7. Kesiapan atau readiness menurut Jamies Drever adalah Preparedness respond or react. Kesiapan adalah kesediaan

untuk memberi respon atau bereaksi. c) Kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan kelelahan rohani.

2) Faktor Eksternal

Faktor Eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi :

a. Faktor lingkungan keluarga yang terdiri dari : 1. Cara Orangtua mendidik

Cara orangtua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar anak. Orangtua dapat mendidik anaknya dengan cara memberikan pendidikan dan perhatian yang cukup agar siswa mendapat prestasi yang baik. Sebaliknya orangtua yang tidak mengindahkan pendidikan anaknya, acuh tak acuh atau bahkan tidak memperhatikan sama sekali, tentu berakibat anak tidak akan berhasil dalam belajarnya. Di lain pihak, orangtua yang

(40)

commit to user

memanjakan anak-anaknya juga bisa menjadi penyebab rendahnya prestasi belajar anaknya. Anak yang terlalu dimanjakan menjadi sukar untuk diarahkan, hanya semaunya sendiri.

2. Faktor suasana rumah yang tidak kondusif

yaitu terlalu gaduh atau terlalu ramai bisa menghambat konsentrasi belajar yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar.

3. Faktor ekonomi keluarga juga banyak menentukan dalam belajar anak.

Misalnya anak yang berasal dari keluarga tidak mampu tidak dapat membeli alat-alat sekolah dengan lengkap, dan sebagai akibatnya anak tidak dapat meraih prestasinya secara optimal.

b. Faktor Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah kadang-kadang juga menjadi penyebab rendahnya prestasi hasil belajar anak. Termasuk dalam faktor ini adalah :

(1) Metode mengajar atau cara penyajian pelajaran yang kurang baik dari guru, misalnya guru kurang persiapan atau kurang menguasai materi pelajaran.

(2) Hubungan guru dengan murid yang kurang baik, berakibat guru kurang disenangi murid sehingga murid tidak secara optimal dalam mengikuti pelajaran.

(3) Hubungan antar siswa yang tidak menyenangkan, misalnya seorang siswa yang dikucilkan / diasingkan temannya.

(41)

commit to user

(4) Bahan pelajaran yang terlalu tinggi di atas ukuran normal kemampuan anak.

(5) Alat-alat belajar di sekolah yang serba tidak lengkap.

(6) Jam-jam pelajaran yang kurang baik, misalnya sekolah yang masuk siang dengan udara yang panas mempunyai pengaruh yang melelahkan.

c. Faktor Lingkungan Masyarakat

Beberapa hal yang termasuk dalam faktor lingkungan masyarakat juga dapat meningkatkan kemajuan belajar antara lain :

1. Teman bergaul yang tepat akan memberikan pengaruh pada prestasi belajar yang baik.

2. Adanya kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang mendidik dapat menambah wawasan atau pengatahuan anak sehingga menyebabkan prestasi belajar yang meningkat.

d. Pengertian Pretasi Belajar

Nasution (2000 : 4) prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Belajar adalah suatu proses usaha untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan di dalam diri manusia agar menjadi aktif. Prestasi adalah segala usaha yang dicapai manusia secara maksimal dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan situasi dan kondisi tanpa pemborosan. Prestasi belajar adalah Suatu proses usaha yamg maksimal untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara aktif dengan hasil yang memuaskan. Prestasi

(42)

commit to user

belajar seseorang biasanya dapat diukur keberhasilannya dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

e. Belajar Matematika

Belajar matematika pada dasarnya merupakan proses yang diarahkan

pada suatu tujuan. Tujuan belajar matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang mengfungsionalkan materi matematika yang dipelajari, baik secara konseptual maupun secara praktis. Secara konseptual dimaksudkan dapat mempelajari matematika lebih lanjut, sedangkan secara praktis dimaksudkan menerapkan pada bidang-bidang lain. Herman Hudoyo (1997 : 6 ) menyatakan bahwa seseorang dikatakan belajar matematika apabila pada diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan tingkah laku yang berkaitan dengan matematika. Perubahan tersebut terjadi dari tidak tahu konsep menjadi tahu konsep, dan mampu menggunakannya dalam mempelajari materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses belajar materi matematika bukan hanya pengenalan yang dicapai, tetapi juga perlu pemahaman terhadap materi, pengembangan penalaran, dan mampu mengaplikasikan dalam materi lanjut atau dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini senada dengan pendapat Andrew M Tyminski, Sue Ellen Richarson, Elizabeth Winarski dalam jurnal internasional yang berjudul Journal of Teaching children Mathematics. Reston: Apr 2010. Vol. 16, Iss.8 page 451:

“The vision of NCTM’s Standar includes studens conjecturing, reasoning, representing, and communicating mathematics”

yang artinya “ Visi standar NCTM tentang pembelajaran matematika meliputi pemahaman, penalaran, pelambangan dan pengkomunikasian matematika”

(43)

commit to user

Menguasai matematika diperlukan cara belajar yang berurutan setapak demi setapak dan berkesinambungan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam mempelajari matematika haruslah bertahap, berurutan, dan berkesinambungan berdasarkan pada pengalaman belajar sebelumnya.

f. Prestasi Belajar Matematika

Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila tujuan intruksional khusus dapat dicapai. Tujuan intruksional tersebut merupakan hasil belajar yang telah ditetapkan baik menurut aspek isi maupun aspek perilaku.

Tujuan pembelajaran matematika adalah siswa memahami konsep matematika, memiliki ketrampilan, menerapkan konsep dalam kehidupannya, menyadari dan menghargai pentingnya matematika. Untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran matematika sudah dicapai secara menyeluruh oleh siswa perlu diadakan penilaian melalui tes. Nasution (2000 : 4) prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil suatu kerja baik secara maksimal sesuai dengan situasi dan kondisi tanpa pemborosan.

Prestasi belajar seseorang biasanya dapat diukur keberhasilannya dalam mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Prestasi belajar matematika adalah tingkat keberhasilan yang dimiliki seseorang dalam mencapai tujuan belajar matematika dalam selang waktu tertentu, orang tersebut melakukan kegiatan belajar matematika.

Untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai materi pelajaran diperlukan alat ukur. Alat ukur yang biasa digunakan di sekolah berupa tes. Tes yang digunakan berupa tes obyektif ataupun tes essay. Kedua tes ini

(44)

commit to user

biasanya mencakup kemampuan ingatan, pemahaman, aplikasi, ataupun analisis. Pada penelitian ini yang dimaksud prestasi belajar matematika adalah nilai yang dicapai dari hasil tes prestasi belajar setelah mengikuti proses pembelajaran.

2. Model Pembelajaran

Model adalah sesuatu yang patut ditiru, sedangkan arti lainnya model adalah pola atau contoh. Pembelajaran adalah suatu proses belajar yang menempatkan peserta didik sebagai center stage performance. Istilah model pembelajaran berbeda dengan strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan prinsip pembelajaran. Model pembelajaran meliputi sesuatu model pembelajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran mempunyai pengertian yang amat dekat dengan strategi pembelajaran. Menurut Ismail (dalam Rachmadi, 2006:5) yang membedakan model pembelajaran dengan strategi maupun metode adalah dimilikinya empat ciri khusus, yaitu :

a. Rasional teoritik yang logis yang disusun penciptanya. b. Tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran tercapai. Model Pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran ( Sugiyanto: 2009, 3)

(45)

commit to user

Model pembelajaran adalah pola komprehensif yang patut dicontoh, menyangkut bentuk utuh pembelajaran, meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

3. Model Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika memiliki tujuan, diantaranya melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas, kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sehingga dalam model pembelajaran matematika adalah pola komperhensif yang patut di contoh menyangkut bentuk utuh pembelajaran. Cara yang ditempuh oleh guru dalam pelaksanaan pembelajaran matematika agar konsep yang disampaikan dapat beradaptasi dengan siswa, dengan menggunakan model pembelajaran matematika.

a. Model Penemuan Terbimbing

Penemuan adalah suatu proses. Proses penemuan dapat menjadi kemampuan umum melalui latihan pemecahan masalah, praktek membentuk dan menguji hipotesis. Belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan, dimana seorang siswa dihadapkan dengan suatu masalah atau situasi yang tampaknya ganjil sehingga siswa dapat mencari jalan pemecahan. Dalam kegiatan pembelajarannya siswa diarahkan untuk menemukan sesuatu, merumuskan suatu hipotesa, atau menarik suatu kesimpulan sendiri.

(46)

commit to user

“ The discovey method is a teaching that encourages students to take a more active role in their learning prosess by answering a series of questions or solving problems designed to introduce a general concept “

Yang artinya “ Metode penemuan adalah teknik mengajar yang mendorong siswa untuk mengambil peran lebih aktif dalam proses pembelajaran mereka dengan menjawab serangkaian pertanyaan atau memecahkan masalah yang dirancang untuk memperkenalkan konsep umum.

Model pembelajaran dengan Penemuan terbimbing (Guided Discovery) sebagai suatu metode mengajar yang bermanfaat untuk pembelajaran matematika. Di dalam model ini siswa didorong untuk berpikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum, berdasarkan bahan yang difasilitasi oleh guru. Sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan pada materi yang sedang dipelajari. Kadang-kadang model penemuan memerlukan waktu lebih lama untuk menemukan suatu obyek matematika karena pada umumnya sebagian besar siswa masih membutuhkan konsep dasar untuk dapat menemukan sesuatu maka metode penemuan kurang tepat untuk siswa SMK tanpa bimbingan guru. Penemuan tanpa bimbingan dapat memakan waktu berhari-hari dalam pelaksanaannya atau bahkan siswa tidak berbuat apa-apa karena tidak tahu, begitu pula jalannya penemuan. Mengingat hal tersebut timbul metode pembelajaran dengan penemuan yang dipandu oleh guru kemudian dikembangkan dalam suatu model pembelajaran yang sering disebut model pembelajaran dengan penemuan terbimbing.

(47)

commit to user

Di dalam model penemuan ini, guru dapat menggunakan strategi penemuan yaitu secara induktif, deduktif atau keduanya.

1. Strategi Penemuan Induktif

Induktif merupakan proses berpikir dimana siswa menyimpulkan dari apa yang diketahui benar untuk hal yang khusus, juga akan benar untuk semua hal yang serupa secara umum. Sebuah argumen induktif meliputi dua komponen, yang pertama terdiri dari pernyataan/fakta yang mengakui untuk mendukung kesimpulan dan yang kedua bagian dari argumen itu. Kesimpulan dari suatu argumen induktif tidak perlu mengikuti fakta yang mendukungnya.

2. Strategi Penemuan Deduktif

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu pernyataan diperoleh sebagai akibat logis kebenaran sebelumnya, sehingga kaitan antar pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. Berarti dengan strategi penemuan deduktif, kepada siswa dijelaskan konsep dan prinsip materi tertentu untuk mendukung perolehan pengetahuan matematika yang tidak dikenalnya dan guru cenderung untuk menanyakan suatu urutan pertanyaan untuk mengarahkan pemikiran siswa kearah penarikan kesimpulan yang menjadi tujuan dari pembelajaran.

Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman suatu konsep dapat diawali secara induktif melalui peristiwa nyata atau intuisi. Kegiatan ini dapat dimulai dengan beberapa contoh atau fakta yang teramati, membuat daftar sifat

(48)

commit to user

yang muncul (sebagai gejala), memperkirakan hasil baru yang diharapkan, yang kemudian dibuktikan secara deduktif. Dengan demikian, cara belajar induktif dan deduktif dapat digunakan dan sama-sama berperan penting dalam mempelajari matematika. Model ini sangat bermanfaat untuk mata pelajaran matematika sesuai dengan karakteristik matematika tersebut. Guru membimbing siswa jika diperlukan dan siswa didorong untuk berfikir sendiri sehingga dapat menemukan prinsip umum berdasarkan bahan yang disediakan oleh guru dan sampai seberapa jauh siswa dibimbing tergantung pada kemampuannya dan materi yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pendapat Hopkins, MT 2002 :

“ Guided Discovery both encourages learners to search actively for how to apply rules and makes sure that the learner comes into contact with the rule to be learned”

yang artinya; “ Penemuan Terbimbing mendorong peserta didik untuk mencari secara aktif untuk bagaimana menerapkan aturan dan memastikan bahwa peserta didik datang ke dalam kontak dengan aturan yang akan dipelajari”. Dengan model penemuan terbimbing ini siswa dihadapkan kepada situasi dimana siswa bebas menyelidiki dan menarik kesimpulan. Terkaan, intuisi dan mencoba-coba (trial and error), hendaknya dianjurkan. Guru sebagai penunjuk jalan dalam membantu siswa agar mempergunakan ide, konsep dan ketrampilan yang sudah mereka pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru. Dalam model pembelajaran dengan penemuan terbimbing, peran siswa cukup besar karena pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru tetapi pada siswa. Guru memulai kegiatan belajar mengajar dengan menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan siswa dan

(49)

commit to user

mengorganisasi kelas untuk kegiatan seperti pemecahan masalah, investigasi atau aktivitas lainnya. Pemecahan masalah merupakan suatu tahap yang penting dan menentukan. Dengan membiasakan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dapat diharapkan akan meningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal matematika, karena siswa dilibatkan dalam berpikir matematika pada saat manipulasi, eksperimen, dan menyelesaikan masalah.

Agar pelaksanaan penemuan terbimbing berjalan dengan efektif, beberapa langkah dalam Penemuan Terbimbing yang perlu ditempuh oleh guru matematika adalah sebagai berikut :

a. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya, perumusannya harus jelas, hindari pernyataan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

b. Dari data yang diberikan guru, siswa menyusun, memproses, mengorganisasi, dan menganalisa data tersebut. Dalam hal ini bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah kearah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan,atau LKS.

c. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil analisis yang dilakukannya.

d. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat siswa tersebut diatas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

(50)

commit to user

e. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenaran konjektur tersebut, maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100 % kebenaran konjektur.

f. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan pembelajaran dengan Model Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) :

1. Tujuan harus jelas.

2. Pikirkan, sejauh mana bimbingan perlu diberikan. Siswa yang “kurang pengalaman” memerlukan lebih banyak bimbingan.

3. Tentukan, bagaimana siswa akan dapat memeriksa konjektur lebih lanjut.

4. Rencanakan materi latihan sesudah penemuan.

5. Siswa memerlukan tambahan bimbingan bila penemuan sama sekali baru bagi mereka. Yang perlu ditekankan ialah bagaimana “mereka tidak sangat tergantung” pada guru.

6. Gunakan pertanyaan pengarahan yang baik, bila siswa menemui konjektur salah, guru tidak boleh sekedar mengatakan “Tidak”, “Bukan”, “Itu salah”.

(51)

commit to user

7. Siapkan tugas lanjutan bagi yang terdahulu menemukan, sehingga siswa tidak melupakan penemuan.

8. Yakinkan bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

9. Verbalisasi penemuan serahkan kepada siswa.

Kelebihan Model Penemuan Terbimbing (Guided discovery) yaitu :

a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan. b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry (mencari-temukan). c) Mendukung kemampuan problem solving siswa.

d) Memberi wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga berlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.

e) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya.

Kekurangan Model Penemuan Terbimbing (Guided discovery) yaitu : a) Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama.

b) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini.

Dilapangan, beberapa siswa masih terbiasa dengan model konvensional c)Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model pembelajaran

(52)

commit to user b. Model Missouri Mathemathics Project

Model pembelajaran dengan Missouri Mathemathics Project sebagai suatu model yang merencanakan dan mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya. Menurut Penelitian Good dan Grouws (1979), Good, Grouws dan Ebmeier (1983), dan lebih lanjut Confrey (1986) (dalam Setiawan, 2008, 37), memperoleh temuan bahwa guru yang merencanakan dan mengimplementasikan lima langkah pembelajaran matematikanya akan lebih sukses dibanding dengan mereka yang menggunakan pendekatan konvensional. Kelima langkah inilah yang biasa dikenal sebagai Missouri Mathematics Project (MMP) yang terbukti lebih sukses.

Adapun format lima langkah (MMP) adalah sebagai berikut:

Langkah 1 : Review

Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan berikut :

a. Apersepsi/revisi, yaitu mengingatkan dan memperbaiki kemampuan siswa mengenai pelajaran terdahulu yang berkaitan dengan pelajaran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan pertanyaan-pertanyaan lisan atau tertulis tentang pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan untuk menunjang pelajaran baru.

b. Motivasi; yaitu usaha membangkitkan daya penggerak yang mendorong siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Motivasi intern diharapkan dapat dikembangkan dalam belajar siswa. Motivasi selain pada pendahuluan, juga sepanjang kegiatan belajar mengajar.

(53)

commit to user

c. Penjelasan tujuan pembelajaran dan sistematika bahan. Meskipun hal itu dapat dilakukan secara informative, namun lebih bermakna apabila guru memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan kegiatan untuk mengungkapkan pengalaman belajar siswa yang terkait dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang hendak dicapai.

Langkah 2 : Pengembangan

Secara umum ada dua macam obyek yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran matematika, yaitu obyek langsung dan obyek tak langsung. Obyek langsung berkaitan dengan fakta, konsep, prinsip, dan skil matematika. Obyek tidak langsung berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, menyelidiki, kreatif, bersifat kritis, teliti, dan pengembangan sikap positif lainnya. Pada tahap ini tujuan itu mulai dikembangkan sesuai dengan kekhasan obyek pelajaran tersebut, dan obyek tidak langsungnya menuntut pula kekhasan strategi pembelajarannya.

Fakta disampaikan dengan penjelasan tentang arti dari fakta. Siswa dikatakan telah mengenal suatu fakta, bila ia dapat menuliskan dan menggunakannya dalam berbagai situasi.

Konsep dapat disajikan dengan memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, sampai akhirnya siswa dapat mendefinisikan konsep itu, yang juga dapat dilakukan melalui kegiatan memberikan pengalaman belajar yang terkait dengan konsep itu. Mendefinisikan konsep lebih bermakna jika gambaran awal sudah ada di benak siswa tentang ciri-ciri konsep tersebut. Siswa dikatakan telah

(54)

commit to user

memahami suatu konsep bila ia dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari konsep itu, dan menggunakannya dalam berbagai situasi.

Prinsip dapat diajarkan dengan berbagai metode atau model dan pendekatan. Misalnya diajarkan dengan metode penemuan terbimbing atau dengan tanya jawab, sehingga siswa sendiri yang menemukan prinsip itu. Secara teknis tanya jawab dapat diselenggarakan dalam metode tanya jawab, dapat pula dituangkan dalam media berupa, lembar kerja atau kartu kerja atau lembar tugas, baik bersifat penemuan atau pun investigasi. Bahkan kegiatan interaktif dapat dilakukan dengan media komputer. Siswa dikatakan telah memahami prinsip jika ia dapat mengemukakan alasan kebenaran prinsip itu dan dapat menggunakannya.

Operasi/prosedur (skill) dilatihkan dengan memberikan latihan-latihan. Siswa dikatakan telah menguasai skill jika telah lancar menggunakan skill itu.

Pada pengembangan ini dianjurkan agar memberikan materi sedikit demi sedikit, maksudnya setelah di bahas satu konsep/prinsip/skill segera diberikan pertanyaan/latihan untuk menjajagi pemahaman siswa. Baru dilanjutkan dengan satu konsep/prinsip/skill lainnya, berikan pertanyaan lagi dan periksa lagi pemahaman siswa. Metode penyampaian dipilih sesuai dengan materinya dan kondisinya. Ada baiknya metode itu bervariasi diantaranya ceramah, tanya jawab, diskusi, penemuan terbimbing, demonstrasi, eksperimen dan permainan.

Langkah 3 : Latihan Terkontrol

Pada tahap ini siswa diminta merespon satu rangkaian soal sambil guru mengamati kalau-kalau terjadi miskonsepsi. Pada latihan terkontrol ini respon

(55)

commit to user

setiap siswa sangat menguntungkan bagi guru dan siswa. Pengembangan dan latihan terkontrol dapat saling mengisi. Guru harus memberikan rincian khusus tanggung jawab siswa dan penghargaan individu berdasarkan pencapaian materi yang dipelajari.

Langkah 4 : Seatwork

Untuk latihan/perluasan konsep yang disajikan guru pada langkah pengembangan.

Langkah 5 : Pekerjaan Rumah (PR)

Pada tahap ini siswa diberi pekerjaan rumah yang digunakan untuk review pada pertemuan yang akan datang sehingga siswa akan lebih terlatih mengerjakan soal.

Kelebihan Model Pembelajaran Missouri Mathematics Project yaitu : a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran

b) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap inquiry c) Mendukung kemampuan problem solving siswa

d) Materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang tinggi dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses menemukannya. e) Memberi wahana interaksi antar siswa, maupun siswa dengan guru, dengan demikian siswa juga berlatih untuk menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar.

f) Siswa dapat lebih terampil mengerjakan soal karena banyak latihan yang diberikan

Gambar

Tabel 2. Data amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Tabel 4. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan
Tabel 1.1 Rangkuman Uji normalitas tes kemampuan awal
Tabel 1.2  Rangkuman Uji Homogenitas Variansi
+5

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, dibuat penjadwalan mesin sesuai dengan karakteristik perusahaan yang memiliki aliran proses masing-masing order melewati jumlah stasiun kerja yang

RPI2JM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil dan Satker Perencanaan. dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan

Teori agensi memprediksi bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi karena biaya keagenan perusahaan dengan

Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Meranti untuk mengatasi hambatan-hambatan tentang sumber daya manusia yang belum memadai dan kurang maksimalnya

Hal ini disebabkan karena asam kuat HCl telah melepaskan logam pengotor yang ada pada abu sekam padi saat proses aktivasi awal sebelum sintesis zeolit dilakukan. Sehingga

Pada tahap ini, mengarah pada suasana mikro (konteks peristiwa saat teks dibuat), dengan arti bahwa teks dihasilkan dalam suatu kondisi atau suasana yang khas atau unik sehingga suatu

7.2.1 Tuliskan jumlah kegiatan Pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat (*) yang sesuai dengan bidang keilmuan PS selama tiga tahun terakhir yang dilakukan oleh dosen tetap yang

Abdurrahman Wahid (Gusdur) pun menjelaskan bahwa sudah tidak relevan lagi untuk melihat apakah nilai-nilai dasar itu ditarik oleh Pancasila dari agama-agama