• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Komparasi ganda merupakan uji lanjut pasca analisis variansi (Anava). Dari hasil penelitian maka perlu diperlakukan Uji lanjut pasca anava atau komparasi ganda , berikut tabel rataan data hasil penelitian:

1. Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama dalam penelitian ini mengatakan Model pembelajaran MMP akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran GD. Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, terlihat bahwa H0A ditolak. Jadi terdapat perbedaan model pembelajaran MMP dan model pembelajaran GD terhadap hasil prestasi belajar matematika pada pokok bahasan matriks. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rataan marginal hasil prestasi belajar yang menggunakan model pembelajaran MMP lebih tinggi dibandingkan dengan rataan hasil prestasi belajar yang menggunakan model pembelajaran GD. Sehingga dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Missouri Mathematics Project lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran Guided

Discovery. Hal ini mungkin disebabkan oleh banyak faktor diantaranya model pembelajaran MMP selain mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan sikap inquiry, pada model pembelajaran MMP juga banyaknya latihan soal yang diberikan kepada siswa sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik.

2. Hipotesis Kedua

Hipotesis kedua dalam penelitian ini mengatakan bahwa Kemampuan awal tinggi akan menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada kemampuan awal sedang dan rendah, kemampuan awal sedang akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada kemampuan awal rendah pada model pembelajaran MMP maupun GD. Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama, terlihat bahwa H0B ditolak. Jadi terdapat perbedaan kemampuan awal terhadap hasil prestasi belajar matematika pokok bahasan matriks. Karena H0B ditolak maka perlu uji lanjut anava yaitu uji komparasi ganda. Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 3 ditolak. Hal ini berarti siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi secara signifikan hasil belajarnya berbeda dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. Berdasarkan rataan marginal diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 73,637 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 66,931. Ini menunjukkan bahwa rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan awal tinggi lebih tinggi daripada rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini dimungkinkan karena siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi

mempunyai bekal materi prasyarat yang memadai, sehingga siswa dapat memahami materi dengan lebih baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa dengan kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah.

Pada uji komparasi ganda antara kolom 1 dan kolom 2 diterima, Hal ini berarti pada tingkat signifikansi 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi mempunyai hasil belajar yang sama dibandingkan dengan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang. Berdasarkan rataan marginal diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi sebesar 73,637 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 70,794. Ini menunjukkan bahwa perbedaan rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan tinggi dengan rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan sedang sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa dengan tingkat signifikansi 0,05 perbedaan prestasi siswa yang berkemampuan awal tinggi tidak terdapat efek perbedaan yang berarti terhadap prestasi siswa yang berkemampuan awal sedang. Ada kemungkinan dengan perbedaan rerata hasil belajar siswa yang berkemampuan tinggi dan sedang tidak terlalu besar sehingga dalam proses pembelajaran sangat dimungkinkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dalam menguasai materi prasyarat cenderung sama.

Pada uji komparasi ganda antara kolom 2 dan kolom 3 diterima, Hal ini berarti pada tingkat signifikansi 0,05 siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang mempunyai hasil belajar yang sama dibandingkan dengan siswa yang

mempunyai kemampuan awal rendah. Berdasarkan rataan marginal diperoleh rerata hasil belajar matematika siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang sebesar 70,794 sedang rerata hasil belajar siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah sebesar 66,931. Ini menunjukkan bahwa perbedaan rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan sedang dengan rerata hasil belajar matematika siswa yang berkemampuan rendah sangat kecil sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan prestasi siswa yang berkemampuan awal sedang tidak terdapat efek perbedaan yang berarti terhadap prestasi siswa yang berkemampuan awal rendah. Ada kemungkinan dengan perbedaan rerata hasil belajar siswa yang berkemampuan sedang dan rendah tidak terlalu besar sehingga dalam proses pembelajaran sangat dimungkinkan siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan rendah untuk menguasai materi prasyarat cenderung sama atau siswa yang berkemampuan awal sedang kurang optimal dalam mengikuti proses belajar dan belum terbiasa menerima pelajaran dengan model pembelajaran MMP maupun GD.

3. Hipotesis Ketiga

Hipotesis ketiga dalam penelitian mengatakan bahwa Model pembelajaran MMP akan menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada GD pada siswa yang mempunyai kemampuan awal sedang dan tinggi, sedang pada siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah tidak ada perbedaan prestasi belajar baik pembelajaran MMP maupun GD. Dari hasil uji analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama diperoleh harga statistik uji Fab = 1,0424 dan F(0,05,2,218) = 3,00 ternyata Fab < F(0,05,2,218) sehingga Fab Ï DK dengan

demikian H0AB diterima. Ini berarti pada tingkat signifikansi a =0,05 tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan tingkat kemampuan awal siswa terhadap prestasi belajar matematika siswa. Hasil tersebut tidak seperti yang dihipotesiskan peneliti, ada kemungkinan karena peneliti tidak dapat mengontrol faktor luaran yang terjadi selama penelitian dilakukan, misalnya masalah ketidak stabilan motivasi yang dimiliki siswa, masalah kesehatan, dan sebagainya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran MMP menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik dibanding dengan model pembelajaran GD, untuk kategori kemampuan awal tinggi, sedang maupun rendah.

BAB V

Dokumen terkait