• Tidak ada hasil yang ditemukan

DISKRIMINASI ORANG JEPANG TERHADAP ZAINICHI GENERASI KETIGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DISKRIMINASI ORANG JEPANG TERHADAP ZAINICHI GENERASI KETIGA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

4

DISKRIMINASI ORANG JEPANG TERHADAP ZAINICHI GENERASI KETIGA

Choi Eunyoung ABSTRAK

Setelah Jepang menganeksasi Korea pada tahun 1910 banyak Orang Korea dikirim ke Jepang untuk menambah tenaga kerja. Walaupun kolonialisasi Jepang terhadap Korea sudah selesai, zainichi Korea tetap tinggal di Jepang karena mereka menganggap akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik daripada tinggal di Korea. Tetapi, sebagai kaum minoritas di Jepang zainichi mengalami diskriminasi. Setiap generasi zainichi mengalami diskriminasi yang berbeda-beda.

Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dan hanya membahas diskriminasi yang dialami zainichi generasi ketiga. Hasil penelitian menujukkan bahwa diskriminasi yang dialami zainichi generasi ketiga tidak sekeras diskriminasi yang dialami zainichi generasi pertama dan kedua. Zainichi generasi ketiga hanya mendapat diskriminasi dalam pekerjaan, pendidikan, dan pernikahan.

Kata kunci : Zainichi, kaum minoritas, diskriminasi

Japanese Discrimination toward the Third Generation of Zainichi ABSTRACT

After Japan annexed Korea in 1910, many Koreans were sent to Japan as laborers to supplement the Japanese workforce. Although at present the Japanese colonization of Korea was done, Korean people who next called as Zainichi still live in Japan because they assume will get a better life than living in Korea.

Nonetheless, as a minority in Japan, Zainichi got discrimination. Each generation of Zainichi have different kinds of discrimination. This article only focuses on the discrimination against the third-generation of Zainichi. The result showed that the discrimination suffered by the third generation of Zainichi is not as hard as the first and the second generation of Zainichi which only gets discrimination in employment, education, and marriage.

Keyword : Discrimination; the minorities; Zainichi

(5)

5 Pendahuluan

Negara Jepang sering kali digambarkan sebagai sebuah negara yang homogen secara etnis tetapi pada kenyataanya Jepang merupakan negara yang masyarakatnya heterogen dan multikultural1. Di dalam masyarakat heterogen pasti muncul fenomena kaum minoritas dalam masyarakat. Masalah yang menyebabkan dibedakannya antara kaum minoritas dan kaum mayoritas dapat berupa perbedaan ras, bahasa, agama, dan sebagainya yang kerap kali menyebabkan terjadinya berbagai konflik. Konflik mengenai kaum minoritas seperti ini pun terjadi di Jepang. Salah satu kaum minoritas di Jepang adalah warga keturunan Korea yang disebut sebagai zainichi.

Secara etimologis istilah zainichi berasal dari kata zai yang berarti tinggal dan nichi yang berarti Jepang. Jadi, definisi zainichi adalah (perihal) tinggal di Jepang, zainichi adalah kata benda yang merujuk pada orang asing yang tinggal di Jepang. Akan tetapi, sebagian besar orang Jepang mengasosiasikan zainichi sama dengan orang Korea yang tinggal di Jepang2.

Setelah Korea dianeksasi Jepang pada tahun 1910, hasil pertanian Korea berupa beras mengalir ke Jepang, dan kehidupan orang Korea menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Penurunan kualitas hidup inilah yang mendorong orang Korea untuk meninggalkan kampung halaman mereka, dan mencari kerja di tempat lain.

Mereka yang berada provinsi-provinsi di Selatan pergi ke Jepang, sementara mereka yang berada provinsi-provinsi di bagian Utara cenderung pergi ke Manchuria. Sekitar tahun 1917, sistem rekruitment tenaga kerja dilakukan di Korea untuk menyediakan kebutuhan tenaga kerja di Jepang. Sistem rekruitment tersebut berkaitan dengan kebutuhan industri Jepang yang sangat berkembang pada masa Perang Dunia I. Migrasi terjadi dengan cepat, banyak orang Korea diperkenalkan ke majikannya di Jepang. Migrasi ini berjalan cepat dan jumlah

1 Yoshio Sugimoto. 2010. An Introduction to Japanese Society third Edition. New York: Cambridge University Press. Hlm. 185

2 Tachibana Naoko. 2006. Zainichi Korean no Aidentiti. Hlm.12 http://meijigakuin.ac.jp/~soc/pdf/2006_01.pdf

(6)

6 orang Korea di Jepang semakin bertambah banyak dan tumbuh menjadi salah satu kaum minoritas.

Sebagai kelompok minoritas, orang Korea zainichi mengalami berbagai bentuk diskriminasi, baik dalam perkejaan, pendidikan, pernikahan, dan sebagainya3. Kelompok zainichi ini dibagi ke dalam beberapa generasi, setiap generasi mengalami keadaan dan perlakuan yang berbeda. Generasi pertama merupakan generasi yang memiliki pengalaman perang, mengalami diskriminasi secara langsung, dan dianggap orang asing oleh masyarakat Jepang, dan mendapat kesulitan sebagai orang Korea yang tinggal di Jepang. Lalu, generasi kedua merupakan generasi yang ditanamkan budaya Korea dengan kuat oleh orang tuanya. Generasi kedua juga mengalami masalah identitas karena awalnya pemerintah Jepang menganggap mereka sebagai warga negara Jepang, tetapi kemudian Pemerintah Jepang mencabut kewarganegaraan mereka. Generasi ketiga merupakan generasi yang memiliki pemikiran lebih dekat dengan masyarakat Jepang dibandingkan pada Korea, dan sudah bermukim di Jepang serta menganggap dirinya sebagai bagian orang Jepang. Generasi kedua dan ketiga dianggap memiliki peran yang penting karena dianggap sebagai generasi yang mendekatkan zainichi dan masyarakat Jepang.

Kedekatan antara zainichi dan masyarakat Jepang ini, mulai mengubah pandangan orang Jepang terhadap masyarakat zainichi saat ini. Tulisan ini mencoba menjabarkan mengenai diskriminasi yang dilakukan orang Jepang terhadap khususnya zainichi generasi ketiga.

Kemunculan Zainichi di Jepang

Pada empat dekade awal setelah Restorasi Meiji tahun 1868, sudah ada populasi orang Korea yang terdiri dari pelajar, pedagang, dan pekerja di Jepang.

Setelah Jepang menganeksasi Korea pada tahun 1910, semakin banyak orang Korea yang masuk ke Jepang. Pada masa ini, khususnya periode perang dunia I (1914-1918) Jepang mengalami apa yang disebut dengan boom economy. Industri

3 Nanette Gottlieb. 2006. Linguistic Stereotyping and Minority Groups in Japan. New York:

Routledge. Hlm. 87

(7)

7 Jepang berkembang pesat, sehingga membutuhkan banyak tenaga kerja. Untuk memenuhi kebutuhan ini, para industrialis Jepang mendatangkan orang Korea sebagai tenaga kerja murah.

Setelah aneksasi tahun 1910, hasil pertanian Korea berupa beras dikirim ke Jepang untuk menambah pasokan beras, dan kehidupan penduduk Korea menjadi lebih sulit dari sebelumnya. Penurunan kualitas hidup inilah yang mendorong orang Korea untuk meninggalkan kampung halaman mereka dan mencari kerja di tempat lain. Mereka yang berada di selatan provinsi, pergi ke Jepang, sementara orang yang tinggal di bagian utara provinsi cenderung pergi ke Manchuria.

Orang Korea yang datang ke Jepang untuk mencari kerja biasanya menjadi pekeja marjinal (genkai rodosha), seperti menjadi buruh di pabrik tekstil atau buruh di pertambangan batu bara. Karena kendala bahasa dan tidak berpendidikan, para pekerja Korea ini tidak dapat berkompetisi dengan pekerja Jepang untuk pekerjaan yang membutuhkan keahlian. Selain itu, para imigran ini bersedia menerima gaji yang rendah, dan mau mengerjakan pekerjaan yang dihindari oleh pekerja Jepang.

Pada tahun 1941, karena terdapat ancaman Perang Dunia II pemerintahan kolonial Jepang di Korea mengorganisasikan proses rekruitmen di Korea secara efektif. Pada musim dingin 1941, perang dengan Amerika tidak terhindari, dan jumlah orang Korea yang direkrut meningkat menjadi dua kali lipat.

Selama Perang Dunia II, pemerintah Jepang memaksa orang Korea untuk bekerja di pertambangan, pabrik persenjataan perang, dan sebagainya. Pada masa ini pula banyak wanita Korea yang dipaksa menjadi jugun ianfu4 untuk tentara kekaisaran. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya gelombang migrasi besar- besaran.

Tabel 1 Perkiraan Jumlah Penduduk Korea di Jepang tahun 1939-1945

Tahun Rekruitmen Populasi Penduduk Kenaikan Tahunan

4Jugun ianfu adalah istilah yang digunakan untuk wanita penghibur yang terlibat dalam perbudakan seks selama Perang Dunia II di koloni Jepang dan wilayah perang.

(8)

8

Orang Korea Jepang

1939 53,120 1,030,394

1940 59,398 1,241,315 210,925

1941 67,098 1,469,230 227,915

1942 119,851 1,625,054 155,824

1943 128,354 1,768,180 193,126

1944 286,000 1,911,307 143,127

1945 10,622 2,100,000 188,693

Sumber : Michael Weiner. 1994. Race and Migration in Imperial Japan. London: 1994.

hlm.198

Setelah Perang Dunia II berakhir, sebagian besar orang Korea yang dibawa ke Jepang sebagai tenaga kerja murah dipulangkan kembali ke Korea. Namun, 600.000 orang lainnya tetap tinggal di Jepang karena sudah tidak memiliki keluarga, tanah, dan rumah di Korea. Selain itu, ada pula orang yang berpikir bahwa mereka akan mengalami kondisi yang lebih buruk jika kembali ke Korea.

Hal inilah yang menjadi latar belakang terbentuknya kelompok minoritas zainichi orang Korea di Jepang hingga saat ini.

Klasifikasi Generasi Zainichi

Orang Jepang cenderung membagi populasi orang Korea zainichi menjadi tiga generasi, yaitu:

Generasi pertama, sebagai generasi yang kesal terhadap Jepang dan merindukan tanah airnya. Ketika Korea dianeksasi oleh Jepang tahun 1910, zainichi Korea generasi pertama yang bermigrasi ke Jepang mengalami diskriminasi yang keras akibat latar belakang etnis dan status sebagai rakyat kelas dua. Zainichi generasi pertama dipekerjakan oleh Jepang sebagai tenaga kerja murah di bawah kondisi yang sangat keras. Karena diskriminasi, kendala bahasa, dan kurang pendidikan,

(9)

9 pekerjaan yang tersedia bagi bayak orang Korea adalah pekerjaan yang disebut sebagai 3K (kitanai, kitsui, kiken5).

Derajat transkulturasi zainichi generasi pertama bervariasi, tergantung latar belakang sosial dan ekonominya. Tetapi norma-norma kebudayaan mereka banyak dipengaruhi olehkonfusianisme. Dominasi laki-laki, kesetiaan kepada leluhur, kerja keras, dan kesederhanaan merupakan kunci karakteristik yang digunakan untuk menggambarkan kebudayaan zainichi generasi pertama. Tetapi dalam banyak kasus, pemisahan mereka dari kampung halamannya di Korea mengakibatkan keadaan psikologi yang tidak stabil, trauma, dan kehidupan yang menderita6.

Generasi kedua adalah generasi yang lahir di Jepang, oleh orang tuanya mereka diajarkan budaya dan bahasa Korea serta disekolahkan di sekolah etnis Korea.

Generasi zainichi kedua dipandang sebagai generasi yang rendah diri karena mengalami berbagai diskriminasi dan kemiskinan, tapi memutuskan untuk membangun fondasi demi kehidupan sukses di Jepang.

Generasi ketiga, merupakan generasi yang sudah cukup mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat Jepang untuk berinteraksi tanpa perlu banyak masalah.

Zainichi generasi ketiga lahir pada era gerakan hak-hak sipil Jepang dan internasionalisasi, serta mulai menyuarakan permasalahan mereka serta menuntut persamaan hak.

Berbeda dengan generasi pertama yang cenderung masih menyimpan dendam pada masa kolonialisasi dan generasi kedua yang dipandang sebagai generasi yang rendah diri karena kemiskinan mengalami berbagai diskriminasi7. Generasi ini pun menunjukkan keberagaman mereka dalam mengidentifikasi diri yang dipengaruhi oleh proses sosialisasinya. Generasi ini hanya memiliki sedikit

5Kitanai=kotor; kitsui=berat; kiken=berbahaya

6 Lee Soo im. 2012. Diversity of Zainichi Koreans and Their Ties to Japan and Korea. Working Paper Series Studies on Multicultural Societies, 8. Hlm 4.

7Fukuoka dalam Putri Noor Aggraheni. 2009. Identitas Etnis Generasi Ketiga Orang Korea Zainichi.

Depok: Universitas Indonesia. hlm 22

(10)

10 kesempatan untuk mengenal kebudayaan Korea. Oleh karena itu, terdapat perbedaan gaya hidup antara generasi pertama dan kedua, dengan generasi ketiga orang Korea zainichi.

Pada generasi ketiga orang Korea zainichi, terdapat beberapa karakteristik tertentu, seperti mayoritas berbicara hanya menggunakan bahasa Jepang dan tidak bisa berkomunikasi menggunakan bahasa Korea, serta menggunakan nama Jepang.

Dari penggunaan nama Jepang ini bisa dilihat perbedaan antara generasi. Generasi pertama menggunakan nama Jepang karena tekanan dari pemerintah Jepang dan merupakan peraturan yang ada pada masa kolonial. Kemudian, generasi kedua tidak diwajibkan menggunakan nama Jepang tetapi mereka menggunakannya untuk menghindari diskriminasi. Sedangkan, generasi ketiga orang Korea zainichi menggunakannya selain untuk menghindari diskriminasi, terdapat alasan dimana mereka merasa hal itu lebih natural. Selain itu, generasi ketiga pun tidak memiliki perbedaaan fisik dengan orang Jepang, seperti gaya rambut, pakaian, ekspresi, dan sebagainya sudah menyerupai orang Jepang pada umumnya.

Selanjutnya, Fukuoka Yasunori mengelompokkan zainichi generasi ketiga dalam lima jenis, yaitu8:

1. Tipe Pluralis

Orang Korea zainichi tipe ini, merupakan orang yang memiliki tujuan untuk menghapuskan diskriminasi etnis dalam masyarakat Jepang dan menciptakan sebuah masyarakat dimana orang-orang dengan etnis yang berbeda dapat hidup bersama-sama berdasarkan perasaan saling menghargai di antara posisi mereka masing-masing.

Pada tipe ini ada kecenderungan melihat diri mereka tidak memiliki tanah air yang bisa diakui, dan menganggap Jepang sebagai kampung halaman tempat mereka lahir dan dibesarkan. Mereka tidak menghubungkan diri mereka dengan orang Korea di Korea, ataupun orang Jepang. Melainkan

8 Putri Noor Anggraheni. Op.cit. hlm. 24-29

(11)

11 mencoba untuk menciptakan sebuah gaya hidup baru yang berbeda untuk mereka sendiri sebagai zainichi.

2. Tipe Nasionalis

Orang Korea zainichi tipe ini melihat diri mereka sebagai orang asing, dan tidak mempunyai keinginan untuk berasimilasi dengan masyarakat Jepang di tempat tinggal mereka. Mereka lebih peduli untuk mempertahankan masyarakat penduduk Korea di Jepang dengan semangat komunitas.

Mereka menekankan prinsip gotong royong di dalam komunitas untuk mengatasi diskriminasi.

Tipe ini hampir sebagian besar dapat menggunakan dua bahasa, yaitu Jepang dan Korea. Selain itu, mereka hanya menggunakan nama dari etnis Korea mereka. Terkadang mereka menggunakan nama Jepangnya hanya untuk menghindari masalah dalam hubungan mereka dengan orang Jepang.

Orang zainichi tipe ini memisahkan diri mereka dari masyarakat Jepang.

Oleh karena itu, mengalami diskriminasi lebih sedikit dibandingkan orang Korea zainichi kebanyakan.

3. Tipe Individualis

Perhatian utama tipe ini adalah untuk mengembangkan diri sendiri.

Mereka mencari kesuksesan pribadi, yang berarti keluar dari diskriminasi dengan semangat mereka sendiri melalui peningkatan mobilitas sosial.

Tipe ini menyimpan diskriminasi dan kesulitan mereka sebagai pengalaman yang berbeda. Mereka tidak menyimpan pandangan negatif mengenai diri mereka sendiri dan memandang bahwa setiap masalah yang mereka alami merupakan bagian dari kenyataan yang mereka hadapi.

Gaya hidup kelompok ini cenderung mengarah ke arah gaya hidup kosmopolitan. Bagi mereka menggunakan nama Korea atau Jepang bukanlah masalah yang serius. Mereka lebih memilih belajar bahasa Inggris dibandingkan bahasa Korea karena yakin itu akan lebih berguna untuk karir. Dalam hubungan personal mereka tidak banyak mencurahkan perhatian pada etnisitas atau nasionlitas, karena mereka merasa lebih liberal sebagai penghormatan pada individu.

(12)

12 4. Tipe Naturalis

Tipe ini pada dasarnya memiliki keinginan untuk menjadi orang Jepang.

Mereka mencoba untuk menjadi sama dengan orang Jepang dalam segala hal yang mungkin, dan berharap dengan identifikasi orang Jepang akan menghindarkan mereka dari diskriminasi.

Tipe ini lebih suka menyembunyikan identitas asli sebagai etnis Korea.

Kebudayaan etnis Korea tidak banyak yang dipertahankan dalam keluarga, sehingga biasanya mereka mengetahui bahwa mereka bukan orang Jepang sampai pada fase akhir perkembangan personal mereka.

Mereka memasukkan imej negatif orang Korea yang sama dengan orang Jepang. Mereka mencoba menghapuskan ketidaknyamanan dari status sosial mereka dengan beradaptasi ke dalam lingkungan masyarakat Jepang.

Dengan demikian, mereka semakin jauh dari identitas Korea mereka.

Mereka merasakan keterikatan yang kuat terhadap daerah tempat mereka dibesarkan, dan sering mengatakan bahwa negara mereka adalah Jepang, bukan Korea.

5. Tipe Solidaritas Etnis

Tipe ini merupakan tipe yang muncul antara tipe pluralis dan nasionalis.

Orang tipe ini mengutamakan menolong sesama di antara orang Korea zainichi, dengan tujuan untuk mempertahankan hak dan memperbaiki perlakuan terhadap minoritas Korea sebagai keberadaan yang sah.

Mereka juga meningkatkan kemampuan bebahasa Korea, dan kesadaran akan kebudayaan Korea, juga mendorong untuk menggunakan nama Korea. Tipe ini memiliki ketertarikan terhadap Korea Selatan sebagai tanah air, dan Jepang sebagai negara tempat tinggal. Mereka cenderung mementingkan hubungan dengan teman sesama Korea dalam kehidupan pribadinya.

Diskriminasi Orang Jepang terhadap Zainichi Generasi Ketiga

Masalah kaum minoritas adalah masalah yang disebabkan oleh perbedaan ras, bahasa, agama, budaya, negara asal, pekerjaan, pendapatan, kebiasaan, dan

(13)

13 sebagainya. Hubungan antara kaum mayoritas-minoritas sering menimbulkan konflik sosial yang ditandai oleh sikap subyektif berupa prasangka dan tingkah laku yang tidak bersahabat. Kaum mayoritas mengklaim adanya superioritas karena ada anggapan tentang nilai-nilai negatif dari kaum minoritas.

Secara umum, kelompok yang dominan cenderung untuk mempertahankan posisi yang ada sekarang dan menahan proses perubahan sosial yang mungkin mengacaukan status quo yang ada. Kekuatan akan kehilangan kekuasaan membuat mereka melakukan penindasan di satu sisi dan menyia-nyiakan potensi- potensi produktif dari kaum minoritas di sisi lain (Zaman 1981:11)9, yang kemudian dapat mengarah pada terjadinya tindakan yang diskriminatif.

Diskriminasi adalah suatu perlakuan yang tidak adil dan perlakuan yang berbeda oleh sekelompok masyarakat terhadap masyarakat lain (Fulthoni 2009:8)10. Diskriminasi juga diartikan sebagai perlakuan yang tidak adil dan tidak seimbang yang dilakukan untuk membedakan terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu, biasanya bersifat kategorial, seperti ras, agama, atau kelas sosial. Istilah tersebut biasanya untuk melukiskan suatu tindakan dari pihak mayoritas yang dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah.

Menurut Suzuki (1989:233)11, diskriminasi adalah karakter yang terbentuk dari seseorang atau suatu kelompok yang berusaha untuk memperoleh kondisi yang lebih menguntungkan, dan mencegah kelompok lain medapatkan keuntungan tersebut.

Menurut Fulthoni (2009:9)12 ada beberapa jenis diskriminasiyaitu: diskriminasi berdasarkan suku/ etnis, ras, dan agama/ keyakinan; diskriminasi berdasarkan gender; dan diskriminasi karena kasta sosial. Selanjutnya, menurut Pettigrew

9Putri Noor Anggraheni. Op.cit. hlm. 1

10Fulthoni,Memahami diskriminasi:buku saku debebasan beragama

11http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2011-02-00355-JP%20Bab%202.pdf(diakses pada 16 Juli 2013 pukul 11:47)

12Fulthoni,Memahami diskriminasi:buku saku debebasan beragama

(14)

14 dalam Liliweri (2005:221)13, ada dua tipe diskriminasi, yaitu diskriminasi langsung dan tidak langsung.

Dalam masyarakat Jepang, kaum minoritas seperti zainichi Korea mengalami berbagai diskriminasi. Setiap generasi mengalami diskriminasi yang berbeda-beda.

Tetapi tulisan ini hanya membahas mengenai diskriminasi terhadap zainichi Korea generasi ketiga. Contoh diskriminasi yang dialami zainichi generasi ketiga antara lain:

Meskipun diskriminasi pasar kerja sulit diukur tetapi bisa dilihat dalam kutipan berikut: Orang Korea tidak dapat bekerja di bidang pelayanan umum karena persyaratannya hanya untuk yang memiliki kebangsaan Jepang. Persyaratan ini kemudian dihapuskan karena ada orang Korea yang memenangkan persidangan melawan pemberi kerja yang menolak pelamar kerja Korea dengan alasan kebangsaan asing yang mereka miliki14.

Para siswa Korea juga menghadapi hambatan ketika memasuki dunia kerja. Tetapi mereka lebih terlindungi dari diskriminasi terang-terangan karena proses rekruitmen diatur oleh Department of Guidance for Life After School (DGLAS).

Meski sudah diatur, masih banyak pemberi kerja yang tidak ingin mempekerjakan zainichi. Pada perusahaan-perusahaan yang mau mempekerjakan pun, mereka tidak ingin merekrut zainichi setiap tahun. Jadi jika tahun ini mereka merekrut zainichi, tahun depan mereka tidak akan merekrut lagi15.

Berdasarkan informasi di atas dapat dilihat bahwa diskriminasi masih terjadi walaupun diskriminasinya tidak sekeras yang dialami zainichi Korea generasi pertama dan kedua. Zainichi generasi ketiga mendapat diskriminasi berupa hambatan dalam mencari dan mendapatkan pekerjaan. Tetapi, Zainichi generasi ketiga berjuang mendapatkan hak mereka untuk menghilangkan diskriminasi.

13http://thesis.binus.ac.id/Doc/Bab2HTML/20110200355JPBab2/page3.html (diakses pada 16 Juli 2013 pukul 12:00)

14Kaori Okano. Desember 1997. Third-Generation Koreans' Entry into the Workforce in Japan.

Anthropology & Education Quarterly, Vol. 28, No. 4. http://www.jstor.org/stable/3196243 (hlm.

529)

15 Ibid. hlm. 532

(15)

15 Selain itu, diskriminasi yang dialami oleh zainichi generasi ketiga juga dapat dilihat dalam film "Go" yang dibuat oleh Toei Company Ltd. yang dibuat pada tahun 2001. Berikut potongan percakapan film tersebut.

1:40 - 1:52

杉原 : 私は日本で生まれた私は日本で生まれた。コリアンジャパニーズ。

私は日本人と違うものがないのに他の人たちはそうように呼ぶ。

Sugihara: "Aku lahir di Jepang , aku lahir di Jepang. Korean Jepenese. walaupun aku tidak berbeda dengan orang Jepang, orang-orang lain memanggil aku Zainichi."

学生たち : 在日!

Para siswa: "Zainichi!"

Dari percakapan di atas, dapat dilihat bahwa orang-orang Jepang memberi sebutan zainichi kepada keturunan orang Korea. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, zainichi berarti tinggal di Jepang.

81:49-86:36

杉原 :聞いて欲しい事があるんだ。おれ自身は大した問題じゃないと思って いるんだけど言わないと前に進めないから。

Sugihara: "Ada hal yang ingin aku beritahukan. Bagi aku sendiri aku pikir ini bukanlah hal yang penting. Tetapi, jika aku tidak katakan, aku tidak akan bisa maju."

椿 : 何?何の話?

Tsubaki: "Apa? kamu membicarakan apa?"

杉原 : いや、普通に聞いてくれればいいから。俺、俺は日本人じゃないんだ。

Sugihara:"Tidak, kamu hanya mendengarkan seperti biasa juga tidak apa-apa. Aku, aku bukan orang Jepang."

椿 : どう言うこと?

(16)

16 Tsubaki: "Apa maksudnya?"

杉原 : 言ったとおり、俺の国籍は日本じゃない。

Sugihara : "Sesuai dengan yang aku katakan, kebangsaanku bukan Jepang."

椿 : どこ?

Tsubaki: "Dari mana?"

杉原 : 韓国。でも、中学までは朝鮮だったし、半年後には日本になってる かもしれ。

Sugihara : "Korea. Tetapi, sampai SMP masih Korea, mungkin setengah tahun yang lalu menjadi Jepang."

椿 : 何言ってるの?

Tsubaki : "Kamu bilang apa?"

杉原 : だから、国籍なんか意味ないってことだよ。

Sugihara: "Karena itu, kebangsaan bukanlah hal yang penting."

椿 : 日本で生まれて、日本で育ったの?

Tsubaki: "Kamu lahir di Jepang, dan dibesarkan di Jepang?"

杉原 : うん、でも教育は違う。中学までは民族学校に通って、そこで、朝鮮 語とか習った。まあ、要するにバイリンがあるだよね。だって、オリムピッ クのときなんか日本と韓国両方応援できるの方。すごいでしょう。はい、お 終い。何で?えっ、どうしたの?

Sugihara: "Iya, tetapi pendidikannya berbeda. Sampai dengan SMP aku bersekolah di sekolah etnis Korea, di situ, belajar bahasa tentang Korea seperti bahasa Korea.

Ya, dengan kata lain, memiliki kemampuan bilingual. Makanya saat olimpiade bisa mendukung dua negara Korea dan Jepang. Hebat, kan! Iya selesai. Kenapa? Eh, ada apa?"

(17)

17 椿 : パパに小さいころから言われてたの、韓国や中国の人と付き合っちゃだ

めだって。

Tsubaki: "Sejak kecil aku diberitahu ayah, tidak berpacaran dengan orang Korea dan Cina."

杉原 : それは何か理由があるの?

Sugihara : "Mengenai hal itu, apakah ada alasan tertentu?"

椿 : 分からない。パパはね、中国や韓国の人は、血が汚いって言うの。

Tsubaki: "Tidak tahu. Ayahku, ya. Mengatakan bahwa darah orang Korea dan Cina kotor."

椿 : 頭では分かるけど、だめなの。体が、私の体に杉原が入ってくるのはこ わい。

Tsubaki: "Walaupun aku mengerti, tetapi tetap tidak bisa. Badanku, aku takut kalau Sekihara masuk ke badanku."

Dalam percakapan ini, bisa dianggap orang tua yang mendiskriminasi zainichi mengajarkan kepada anaknya secara tidak langsung bahwa darah orang Korea dan Cina kotor. Kata ‘kotor’ini menunjukkan bahwa orang Jepang mengganggap orang Korea dan Cina lebih rendah dari mereka. Hal ini berhubungan dengan rasa inferioritas mereka terhadap orang asing—Barat—dan rasa superioritas terhadap orang Asia. Jadi, mereka menganggap orang Eropa lebih tinggi kedudukannya dari mereka, dan orang Asia—selain Jepang—lebih rendah dari mereka.

Walaupun diskriminasi terhadap Zainichi generasi ketiga tidak begitu keras, masih ada pemikiran bahwa zainichi lebih rendah dari orang Jepang asli, dari sikap orang tua yang mempengaruhi anaknya agar melakukan diskriminasi terhadap zainichi.

Selain masalah pasar kerja dan pernikahan, zainichi Korea juga mengalami diskriminasi pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari sebuah artikel berjudul

“Ilbon,bukhan,namhanei kyeongkyein zainichi” (Zainichi : Garis Batasan Jepang,

(18)

18 Korea Selatan dan Utara)yang ditulis oleh Han Yunjung pada website News maker tentang diskriminasi yang terjadi dalam bidang pendidikan terhadap zainichi generasi ketiga sebagai berikut:

IlBon-ESeo JoSeonHakGyoReul BoNaeNeun Geosen ibon sahwe eseo buiik el batnen danen EJeongChi·kyeongje·sahwejeoikbuliikun mulron uikerosei sinbyeon wihyoep kkaji gamneheya hanen mohemigi ttemunida. Kwangbok ihu jokukero dilagaji mothan 1sedelen ‘soseonindelei jajongamel weihe sabirel delyeo gotgote joseon hakgyorel sewotda. Gereosa hyeonjae zainichi 60manmyoeng gaunde airel joseon hakgyoe bonenen gajoken yak 4manmyeonge bulkwahaea. Hantte 540yeogaena doedeon hakgyoga 80yeogaero julmyeonseo tonghaki bulganenghe gisuksa saenghwalel haeyahanen deda hakbinen ilbanhakgyoei 5bena blssada.

Ipsigyongjaengkwa dongddoeleojin gyokwa kwajeongel gongbuhagi ttaemune sihumaeseodo buliikel batnenda.

Di negara Jepang, orang Korea yang menyekolahkan anaknya ke Chousen gakkou 16akan menerima diskriminasi di bidang politik, perekonomian, dan masyarakat. Setelah Korea merdeka, zainichi generasi pertama yang tidak bisa kembali ke Korea, membangun sekolah-sekolah dengan uang pribadi di provinsi- provinsi Jepang untuk mempertahankan rasa bangga sebagai orang Korea. Tetapi saat ini, dari 40,000 keluargahanya 15,000 anak yang bersekolah diChousen gakkou dari jumlah keseluruhan zainichi 600,000 orang. Murid-murid harus tinggal di asrama, jumlah sekolah yang sebelumnya ada 540 sekarang berkurang menjadi 80, karena jarak yang ditempuh dari rumah ke sekolah semakin jauh. Lalu, biaya sekolah Chousen gakkou lebih mahal lima kali lipat dari pada sekolah umum di Jepang, padahal gaji pengajarnya lebih rendah. Selain itu, ada kesulitan dalam mengikuti ujian masuk universitas karena pelajarannya berbeda dari sekolah Jepang.

Di Jepang, sekolah etnis Korea sudah ada sejak munculya zainichi generasi kedua.

Hanya saja, selama masa pendudukan sekolah etnis Korea banyak mendapat tekanan dari pemerintah Jepang bahkan banyak yang ditutup paksa. Tapi, pada tahun 1956 sekolah etnis Korea dibuka kembali dan sekarang jumlahnya mencapai lebih dari 100 sekolah.

16Chousen gakkouadalah sekolah etnis Korea utara. Murid-murid di sekolah itu belajar bahasa Korea, sejarah Korea, kebudayaan Korea dan sebagainya.

(19)

19 Namun, Departemen Pendidikan Jepang tidak mengakui sebagian besar sekolah etnis Korea sebagai sekolah reguler (ichijoko, sekolah yang diakui dalam pasal pertama UU Pendidikan). Sekolah etnis Korea dianggap sebagai sekolah lain-lain yang bersifat non-akademis (kakushu gakko), yang meliputi sekolah teknik seperti sekolah memasak dan menjahit (pengumuman Wakil Menteri Pendidikan tentang pendidikan anak zainichi Korea yang diterbitkan tahun 1965). Perbedaan penting antara ichijoko dan kakushu gakko adalah lulusan ichijoko otomatis memenuhi persyaratan untuk masuk perguruan tinggi, sedangkan kakushu gakko tidak (pengumuman Wakil Menteri Pendidikan tentang pendidikan anak zainichi Korea yang diterbitkan tahun 1978). Akibatnya, banyak siswa di sekolah etnis Korea dipaksa mendapatkan ijazah sekolah reguler (ichijoko) dengan mengambil kursus setara SMA17.

Selanjutnya, zainichi Korea merasa kecil hati untuk masuk ke sekolah etnis Korea karena sekolahnya dikategorikan sebagai sekolah non-akademik. Di sisi lain, di sekolah reguler tidak ada kebijakan resmi untuk menghormati kebudayaan dan bahasa Korea. Satu-satunya pengecualian yang ada hanyalah kelas etnis (minzoku gakkyu) yang diadakan di beberapa sekolah di daerah dimana banyak orang zainichi Korea tinggal (contohnya Osaka). Meskipun kelas etnis penting bagi pengembangan identitas para siswa zainichi Korea, kelas ini hanya memberi sedkit pengaruh karena hanya diadakan seminggu sekali dan aktivitasnya terbatas pada pengenalan bahasa dan budaya Korea dasar.

Dalam bidang pendidikan, Zainichimendapat diskriminasi berupa tidak mendapatkan tunjangan dari pemerintah Jepang, dan sistem pendidikan Jepang membedakan antara siswa zainichi dengan siswa asli Jepang. Jadi, zainichi orang Korea mendapat diskriminasi dalam pendidikan yang menyulitkan mereka.

Penutup

Jepang yang selama ini dianggap sebagai negara yang homogen ternyata

17 Yoko Motani. 2002. Towards a More Just Educational Policy for Minorities in Japan: The Case of Korean Ethnic Schools.Comparative Education Volume 38 No. 2 2002 pp. 225-23.

http://world.lib.ru/k/kim_german_ nikolaewich/30-1.shtml

(20)

20 merupakan negara yang heterogen. Di dalam masyarakat heterogen pasti muncul fenomena kaum minoritas dalam masyarakat dan seringkali timbul konflik.

Konflik ini terjadi karena Jepang melakukan diskriminasi terhadap kelompok- kelompok minoritas yang ada di negaranya.

Salah satu kelompok minoritas di Jepang adalah zainichi Korea. Zainichi Korea muncul pada tahun 1910 karena Jepang membutuhkan tenaga kerja. Zainichi Korea dibagi menjadi 3 generasi yaitu, generasi pertama, generasi kedua dan generasi Ketiga. Generasi pertama adalah generasi yang mengalami diskriminasi yang keras, jadi generasi ini masih menyimpan dendam pada masyarakat Jepang.

Generasi kedua adalah generasi yang lahir di Jepang. Mereka mengalami diskriminasi dan kemiskinan sehingga merasa rendah diri. Selanjutnya, generasi ketiga adalah generasi yang sudah mampu menyesuaikan diri masyarakat Jepang dengan cukup baik. Meskipun secara fisik dan sifat zainichi tidak berbeda dengan orang Jepang, mereka masih mengalami diskriminasi meskipun tidak sekeras diskriminasi terhadap generasi pertama dan kedua. Diskriminasi yang dialami generasi ketiga ada dalam masalah pekerjaan, pendidikan,dan pernikahan..

Daftar Pustaka Sumber buku

Anggraheni, Putri Noor. 2009. Identitas Etnis Generasi Ketiga Orang Korea Zainichi. Depok: Universitas Indonesia.

Chapman, David. 2008. Zainichi Korean: Identity and Ethnicity. New York:

Routledge.

Gottlieb, Nanette. 2006. Linguistic Stereotyping and Minority Groups in Japan.

New York: Routledge.

Lie, John. 2008. Zainichi (Koreans in Japan): Diasporic Nationalism and Postcolonial. United States: University of California Press.

Sugimoto, Yoshio. 2010. An Introduction to Japanese Society third Edition. New York: Cambridge University Press.

Jurnal online

(21)

21 Fukuoka, Yasunori. 1992. Koreans in Japan: Past and Present. Saitama University Review, Vol.31, No.1. Diakses pada 17 Juli 2013 dari http://www.han.org/a/fukuoka96a.html

Motani, Yoko. 2002. Towards a More Just Educational Policy for Minorities in Japan: The Case of Korean Ethnic Schools. Comparative Education Volume 38 No. 2 2002 pp. 225-23. Diakses pada 17 Juli 2013 dari http://world.lib.ru/k/kim_german_ nikolaewich/30-1.shtml

Okano, Kaori. Desember 1997. Third-Generation Koreans' Entry into the Workforce in Japan. Anthropology & Education Quarterly, Vol. 28, No. 4.

Diakses pada 17 Juli 2013 dari http://www.jstor.org/stable/3196243

Soo im, Lee. 2012. Diversity of Zainichi Koreans and Their Ties to Japan and Korea. Working Paper Series Studies on Multicultural Societies, 8. Diakses pada 17 Juli 2013 dari afrasia.ryukoku.ac.jp/publication /upfile/WP0

Tachibana, Naoko. 2006. Zainichi Korean no Aidentiti. Diakses pada 17 Juli 2013 dari http://meijigakuin.ac.jp/~soc/pdf /2006_01.pdf

Sumber online

http://newsmaker.khan.co.kr/khnm.html?mode=view&code=116&artid=2010072 71045101&pt=nv(diakses pada 19 Juli 2014 pukul 02:10)

Gambar

Tabel 1 Perkiraan Jumlah Penduduk Korea di Jepang tahun 1939-1945

Referensi

Dokumen terkait

4 Secara umum, al-qur’an memaparkan bahwa manusia diciptakan dari diri yang satu, yakni Adam, yang darinya Allah menciptakan perempuan, yakni Hawa, dan dari keduanya

Pada tahap ini, output software LINGO dan hasil dari model Algoritma Genetik dianalisis untuk melihat apakah model dapat membantu pihak perusahaan dalam meminimasi

Berdasarkan hasil dari penelitian tindakan kelas tentang peningkatan proses dan nilai hasil belajar siswa pada Pendidikan Dasar Otomotif mata diklat Alat Ukur dengan strategi

mendapatkan perencanaan strategis yang tepat untuk pelayanan publik di Rumah Sakit Umum Daerah Arosuka.. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang dilanjutkan

Alasan penggunaan melodic pattern sebagai tema musik adalah untuk membuka kemungkinan baru dalam menyusun sebuah alur melodi serta memperkaya suasana bunyi dari tangga nada

bentuk sikap kerja yang tidak alamiah, misalnya badan selalu membungkuk, kepala lebih banyak menoleh kesamping daripada ke depan. 2) Mencegah tangan atau lengan terlalu

Selain itu penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa kecintaaan pada uang bisa mempengaruhi mahasiswa dalam mengatur keuangan, dikarenakan seseorang yang

Latar belakang seseorang memilih kawasan ini sebagai tempat adalah nilai dari historis seseorang pada tempat tinggal tersebut, lokasi yang dekat dengan tempat