• Tidak ada hasil yang ditemukan

SAT RESKRIM POLRES LOTM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SAT RESKRIM POLRES LOTM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT

RESOR LOMBOK TIMUR

I. PENDAHULUAN 1. Pertimbangan :

a. bahwa dalam era reformasi, setiap warga negara memiliki hak untuk mencari, memperoleh, menggunakan, dan menyebarluaskan informasi yang akurat secara mudah dan cepat, sehingga memerlukan kesiapan dari Kepolisian NegaraRepublik Indonesia untuk memberikan pelayanan informasi publik;

b. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan informasi publik,Kepolisian Negara Republik Indonesia melalui fungsi hubungan masyarakat, memerlukan standar/prosedur pengelolaan guna menjamin pelayanan informasi publik yang transparan dan akuntabel;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu dibuat standar operasional presodur tentang Tata Cara Pelayanan Informasi Publik di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia;

2. Dasar

a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);

b. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

c. Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Perkap No 16 tahun 2010 tentang tata cara penyampaian informasi publik.

3. Maksud dan Tujuan

Tujuan dari peraturan ini yaitu mewujudkan pengintegrasian peranan pengemban fungsi Humas Polri di Polres Lombok Timur dalam memberikan dan/atau menerima

SAT RESKRIM POLRES LOTM

STANDARD OPERASIONAL PROSEDURE

PENGGUNAAN SENJATA API

(2)

baik antara pengemban fungsi Humas Polri, PPID Mabes Polri dan satuan kewilayahan maupun dengan pihak yang berkepentingan.

4. Prinsip Pemberian informasi

a. mudah, cepat, cermat dan akurat, yaitu setiap kegiatan dalam pemberian pelayanan informasi publik harus dilaksanakan tepat waktu, disajikan dengan lengkap, dikoreksi sesuai kebutuhan, dan mudah diakses;

b. transparansi, yaitu dalam pemberian pelayanan informasi publik harus dilaksanakan secara jelas dan terbuka;

c. akuntabel, yaitu setiap kegiatan dalam pemberian pelayanan informasi public harus dapat dipertanggungjawabkan; dan

d. proporsionalitas, yaitu setiap kegiatan dalam pemberian pelayanan informasi publik harus memperhatikan keseimbangan antara hak dan kewajiban.

5. Ruang Lingkup

Ruang Iingkup pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) meliputi tata cara penyampaian informasi penyidikan yang dilakukan anggota pengemban fungsi Reskrim di jajaran Polres Lombok Timur.

4. Tata Urutan

I. PENDAHULUAN

II. Prosedur Penggunaan Senjata Api Perorangan a. Izin memegang Senjata Api perorangan.

b. Pembawaan Senjata api Perorangan.

c. Penyimpanan Senjata Api Perorangan.

d. Penggunaan Senjata Api Perorangan.

III. Prosedur Penggunaan Senjata Api Satuan.

A. Izin memegang Senjata Api Satuan.

b. Pembawaan Senjata Api Satuan.

c. Penyimpanan Senjata Api Satuan.

d. Penggunaan Senjata Api Satuan.

IV. PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN V. PENUTUP

(3)

II. Prosedur Penggunaan Senjata Api Perorangan A. Izin memegang Senjata Api perorangan.

1. Pemegang senjata api adalah anggota Polri yang bertugas operasional di lapangan secara selektif dan personel/pejabat tertentu yang telah memenuhi persyaratan administratif.

2. Penanggung jawab penggunaan senjata api perorangan adalah personel yang diberi izin memegang senjata api.

B. Pembawaan Senjata api Perorangan.

1. Membawa senjata api harus dilengkapi dengan surat ijin memegang Senjata api.

2. Senjata api dimasukkan dalam holster dan dibawa melekat dibadan (tidak dibawa dalam tas/koper dll).

3. Senjata api tidak dibenarkan dibawa keluar daerah/wilayah, kecuali dalam rangka pelaksanaan tugas yang didukung denga Surat Perintah Tugas.

4. Bagi anggota Polri yang bertugas daerah dengan menggunakan pesawat udara, pembawaanya disesuaikan dengan tata cara dan ketentuan yang berlaku.

5. Senjata api hanya boleh dibawa oleh anggota Polri yang sedang bertugas/dinas.

6. Senjata api harus selalu di dalam penguasaan dan pengawasan pemegang (tidak boleh dipegang orang lain).

7. Untuk Senjata api jenis Revolver hendaknya diisi 5 butir peluru dalam silinder dengan mengosongkan kamar peluru pada sebelah kiri pelatuk, terkecuali jika berada di daerah operasi.

C. Penyimpanan Senjata Api Perorangan.

1. Penyimpanan Senjata api harus dalam keadaan kosong pelurunya, disimpan di tempat yang aman dan tidak terjangkau oleh orang lain.

2. Pada waktu berpergian keluar kota, cuti, dirawat di rumah sakit, senjata api harus dititpkan kepada petugas bagian persenjataan atau disimpan di gudang kesatuannya.

D. Penggunaan Senjata Api Perorangan.

1. Senjata api perorangan hanya digunakan pada saat pemegang senjata api sedang menjalankan tugas atau sedang menjalankan perintah dinas.

2. Senjata api perorangan digunakan dalam rangka tindakan Kepolisian berupa penegakkan hukum, pengamanan jiwa petugas atau masyarakat untuk menciptakan dan memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

(4)

a. Dalam hal mempertahankan diri.

Jika seseorang atau sekelompok orang menggunakan kekuatannya untuk melawan petugas maka penggunaan senjata api ditentukan sebagai berikut :

1) Peringatan I (pertama) dengan menggunakan peluit Polri berupa tiga kali tiupan peringatan.

2) Peringatan II (kedua) dengan kata-kata yang keras dan tegas dan dapat didengar oleh orang yang bersangkutan, sebagai contoh :

a. “Berhenti Saya Polisi”

b. “Jangan Bergerak”

3) Bila peringatan tersebut tidak diindahkan dan keadaannya sangat membahayakan petugas Polri/masyarakat maka dilakukan penembakan yang diarahkan pada bagian anggota badan yang tidak mematikan (untuk melumpuhkan serangan lawan).

b. Dalam hal menghadapi penyerangan aktif dan membahayakan jiwa/badan.

Jika seseorang atau sekelompok orang melakukan penyerangan terhadap petugas atau orang lain yang dapat membahayakan keselamatan jiwa/badan baik dengan melakukan perlawanan secara fisik atau menyrang guna memudahkan usaha melarikan diri, maka penggunaan senjata api ditentukan sebagai i berikut :

1) Peringatan dengan kata-kata yang keras dan tegas dan dapat didengar oleh orang yang bersangkutan sebagi contoh:

a. “Berhenti Saya Polisi”

b. “Jangan Bergerak”

2) Bila tidak diindahkan, maka untuk membela diri lakukan penembakan dengan mengarahkan pada bagian anggota badan yang tidak mematikan (untuk melumpuhkan serangan lawan).

III. Prosedur Penggunaan Senjata Api Satuan.

A. Izin memegang Senjata Api Satuan.

1. Senjata api satuan diberikan kepada satuan operasional Polri sesuai dengan bidang tugasnya dan dilengkapi dengan surat izin dari Kepala Kesatuan/kepala satuan kerjanya.

2. Penanggung jawab izin memegang senjata api satuan adalah kesatuan atau kepala satuan kerja/kepala unit/kelompok yang ditunjuk tugas-tugas operasional.

(5)

B. Pembawaan Senjata Api Satuan.

1. Pembawaan senjata api satuan hanya dilakukan untuk kepentingan tugas operasional Polri, dengan selalu memperhatikan faktor keamanan dari gangguan manusia, maupun lingkungnannya.

2. Pembawaan/pengiriman senjata api Satuan harus terpisah dengan Amunisi dan dilengkapi dengan kelengkapan administrasi.

C. Penyimpanan Senjata Api Satuan.

1. Penyimpanan senjata api satuan dan amunisi tidak boleh dalam satu ruangan yang sama.

2. Disusun dalam peti atau rak senjata dengan kunci pengaman atau rantai pengaman.

3. Gudang senjata api Satuan harus aman dari pengaruh gangguan manusia, maupun lingkungannya.

4. Setelah selesai menjalankan tugas, senjata api satuan harus dikembalikan ke tempat yang telah ditentukan atau gudang satuan disertai tanda terima untuk selanjutnya pemeliharaan oleh petugas tertentu atau petugas gudang.

D. Penggunaan Senjata Api Satuan.

1. Senjata api satuan hanya digunakan untuk kepentingan tugas kepolisian yang didasarkan pada Surat Perntah Tugas Kepala Kesatuan.

2. Pengguna senjata sapi satuan harus memelihara kebersihan, kelengkapan dan memelihara keamanannya.

3. Penggunaan senjata api satuan adalah dalam rangka tugas penegakkan hukum, penanggulangan huru-hara, pengamanan jiwa petugas atau masyarakat dan dilaksanakan atas perintah Kepala Unit/Kelompok Satuan Operasional Lapangan.

4. Dalam memudahkan usaha melarikan diri, maka penggunaan senjata api ditentukan sebagai berikut :

a. Kepala Unit/kelompok memberikan peringatan I (pertama) dengan kata-kata yang keras dan tegas dan dapat didengar oleh orang yang bersangkutan, sebagai contoh :

1) “Berhenti Kami Polisi”

2) “Jangan bergerak”

b. Bila peringatan tersebut belum juga diindahkan maka Kapala Unit/Kelompok, memberikan peringatan II (kedua) berupa tembakan salvo keatas sebanyak tiga kali berturut-turut, dan selanjutnya mengarahkan tembakan kearah pelaku pada bagian anggota badan yang tidak mematikan.

c. Bagi anggota kelompok bias melakukan penembakan bila mendapat perintah Kepala Unit/Kelompok sesaat setelah adanya tembakan peringatan dari Kepala Unit/Kelompok.

d. Khusus bagi petugas Polri yang tergabung dalam pengendalian massa (DALMAS), setelah dialkukan peringatan II (kedua) tersebut

(6)

IV. Pengawasan penyidikan

salah satu bentuk komitmen dan transparansi fungsi Reserse Kriminal dalam rangka memberikan pelayanan masyarakat dalam proses penyidikan, maka dibentuk fungsi pengawasan penyidikan (Wasdik) yang dalam pelaksanaan dimulai dari tahap penerimaan atau penilaian laporan, penyelidikan, proses penyidikan sampai dengan pelimpahan berkas perkara (Tahap I dan Tahap II) ke Jaksa Penuntut Umum.

V. PENUTUP

Demikianlah standard operasional prosedur (SOP) Penggunaan Senjata Api dalam rangka transparansi penyidikan ini dibuat, untuk dijadikan pedoman bagi melaksana (penyidik/penyidik pembantu) dalam penanganan setiap laporan/pengaduan masyarakat pencari keadilan, sehingga setiap kasus yang dilaporkan ada kejelasan dan kepastian hukumnya.

Referensi

Dokumen terkait

Fishing activities carried out by fishermen in the district of Kampung Bugis Poasia institutional pattern forming with different social structures, especially in

Keadaan yang demikian membuat masyarakat merasa nyaman dengan membudidayakan rumput laut karena nilai jual yang tinggi akan jelas sangat membantu beban ekonomi keluarga,

Mata ajar keperawatan maternitas II merupakan kelanjutan dari mata ajar keperawatan maternitas I, di mana mata ajar keperawatan maternitas II menekankan pada penerapan konsep

Kondisi ini, menurut saya disebabkan adanya teks-teks syari’ah yang memuat semacam kebencian umat non-muslim terhadap Muslim. Teks-teks itulah yang memperkuat wacana

Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mengetahui Bagaimanakah regulasi tentang Penyidikan dan Penuntutan Tindak Pidana Korupsi; (2) Untuk mengetahui kesinkronan peraturan

Dari survei awal yang dilakukan oleh peneliti, faktor- faktor yang menyebabkan kinerja belum optimal antara lain pada pelaksanaan pencatatan dan pelaporan KIA dan

Dari uji F dapat diketahui apakah semua variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendidikan dan tenaga kerja yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara

Yang bertanda tangan di bawah ini saya, Arie Pramudhita Hartanto, menyatakan bahwa skripsi dengan judul: ANALISIS PENGARUH KEDISIPLINAN, GAYA KEPEMIMPINAN, DAN