• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN TENT ANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TAHUN TENT ANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

Menimbang

RANCANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR TAHUN

TENT ANG

SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

a. bahwa Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia memiliki kedudukan dan peranan yang penting dalam mendukung dan memperlancar penyelenggaraan pemerintahan Negara Republik Indonesia;

b. bahwa dengan memperhatikan kedudukan dan peranan di atas, upaya pembangunan dan pengem- bangan Jakarta sebagai Ibukota Negara perlu dilaksanakan secara selaras dan serasi dengan kedudukan dan peranan tersebut;

c. bahwa untuk dapat lebih mewujudkan sasaran pembangunan dan pengembangan sebagaimana di- maksud dalam huruf b, diperlukan pengaturan

tersendiri mengenai kedudukan, susunan dan perangkat pemerintahan kota Jakarta sebagai Ibukota . . . .

(2)

Mengingat

Menetapkan

Ibukota Negara Republik Indonesia;

d. bahwa sehubungan dengan hal di atas dan sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah, dipandang perlu menetapkan pengaturan mengenai susunan pemerintahan Daerah Khusus

Ibukota Jakarta dalam suatu Undang-undang;

1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 18 dan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945;

2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 ten~ang Pokok pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037);

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN

UNDANG-UNDANG TENTANG SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pas al 1

Dalam . . . .

(3)

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan

1. Daerah adalah Daerah Otonom sebagaimana dimak- sud dalam Pasal 1 huruf e Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974.

2. Wilayah adalah Wilayah Administratif mana dimaksud dalam Pasal 1 huruf g

undang Nomor 5 Tahun 1974.

sebagai- Undang-

3. Gubernur Kepala Daerah adalah Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

4. Wakil Gubernur Kepala Daerah adalah Wakil Gube~

nur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

5. Menteri adalah Menteri Dalam Negeri.

BAB II

KEDUDUKAN

Pas al 2

Jakarta adalah Ibukota Negara Republik Indonesia dan merupakan tempat kedudukan pusat pemerintahan Negara.

Pas al 3

Ibukota Negara Republik Indonesia adalah Daerah Khusus yang selanjutnya disebut Daerah Khusus Ibukota .••.

(4)

Ibukota Jakarta.

Pasal 4

Daerati Khusus Ibukota Jakarta adalah Daer ah Tingkat ~ yang batas-batasnya dituangkan dalam pe-

ta yang tidak terpisahkan dari Undang-undang ini.

Pas al 5

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta berkedu- dukan di Jakarta.

( 1 )

( 2 )

( 3)

BAB III

PEMBAGIAN WILAYAH Pas al 6

Wilayah Oaerah Khusus dalam wilayah-wilayah Dae rah Tingkat II.

Wilayah Kotamadya Kecamatan.

Wilayah Kecamatan Kelurahan.

Pasal 7

Ibukota Jakarta dibagi Kotamadya yang bukan

dibagi dalam wilayah

dibagi dalam wilayah

(1) Pembentukan, perubahan, nama, batas dan peng-.

hapusan wilayah Kotamadya dan wilayah Kecamatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerin- tah.

(2) Pembentukan .•..

(5)

(2) Pembentukan, perubahan, nama, batas dan hapusan wilayah Kelurahan ditetapkan

peng- oleh Gubernur Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

Pasal 8

Penyelenggaraan pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilaksanakan sesuai dan berdasarkan Undan~

undang . Nomor 5 Tahun 1974 kecuali dalam hal-hal tertentu yang diatur dalam Undang-undang ini.

Pasal 9

(1) Gubernur Kepala Daerah disamping menyelengga- rakan hak, wewenang dan kewajiban sebagaimana

di~tur dalam Pasal 22 dan Pasal 81 Undang- undang Nomor 5 Tahun 1974 juga menyelenggara- kan pemerintahan yang bersifat khusus.

(2) Penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat kh~

.sus seba1aimana dimaksud dalam ayat (1) meru- pakan akibat lan1sung dari kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Neaara, terutama sehubungan dengan fun1si-fun1si :

a. pusat keaiatan penyelenaaaraan pemerintahan Ne1ara;

b. pusat •••••

(6)

b. pusat kegiatan kehidupan ekonomi dan poli- tik nasional;

c. tempat penyelenggaraan acara-acara kenega- raan dan acara-acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat;

d. pusat penyelenggaraan kegiatan nasional, regional dan kegiatan internasional lainnya di Indonesia;

e. pengaturan, pembinaan dan pengelolaan wila- yah Daerah Khusus Ibukota sehingga mampu mewujudkan kelancaran penyelenggaraan fungsi-fungsi di atas serta citra. sebagai Ibukota Negara sebagaimana mestinya.

Pasal 10

(1) Dalam menyelenggarakan pemerintahan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), Gubernur Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Presiden.

( 2) Dalam melaksanakan tug.as pemerintahan seba- gaimana dimaksud dalam ayat (1), Gubernur Kepala Daerah mendapatkan petunjuk dan bim- bingan dari Menteri.

Pasal 11

(1) Perencanaan . . .

(7)

(1) Perencanaan, pelaksanaan, dan pengembangan

~embangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilaksanakan berdasarkan rencana induk pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang disetujui Presiden.

(2) Penyusunan rencana induk sebagaimana dimak- sud dalam ayat (1), pelaksanaan pembangunan dan pengembangan Daerah Khusus Ibukota Jakarta dilakukan dengan memperhatikan per- timbangan dan bimbingan Departemen, Lembaga dan Badan-badan Pemerintah lainnya.

BAB V

PERANGKAT PEMERINTAHAN

Pasal 12

(1) Gubernur Kepala Daerah dalam menjalankan tugasnya dibantu sebanyak-banyaknya oleh 3

(tiga) orang Wakil Gubernur Kepala Daerah.

(2) Wakil Gubernur Kepala Daerah dalam menjalarr kan tugasnya bertanggung jawab kepada Gube~

nur Kepala Daerah.

(3) Pembidangan tugas Wakil Gubernur Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah ..•..

(8)

Daerah, sesuai dengan pedoman yang ditetap- kan oleh Menteri.

Pasal. 13

(1) Wilayah Kotamadya dikepalai oleh W~likota­

madya.

(2) Walikotamadya dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur.

(3) Walikotamadya dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Walikotamadya.

(4) Wakil Walikotamadya dalam menjalankan tuga~

nya bertanggung jawab kepada Walikotamadya.

Pasal 14

Pembentukan perangkat Wilayah dan Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Ja- karta dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, kedudukan dan fungsinya sebagai lbukota Negara dan dilakukan berdasarkan ketentuan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.

Pas al Pengangkatan Kepala Daerah, Walikotamadya berdasarkan

15

dan pemberhentian Gubernur Wakil Gubernur Kepala Daerah, dan Wakil Walikotamadya diatur

ketentuan Undang - undang Nomor 5 ....•

(9)

Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerin- tahan Di Daerah.

BAB VI

PEMBIAYAAN

Pasal 16

(1) Pembiayaan penyelenggaraan tugas-tugas pemerin- tahan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) dibebankan kepada Angga~

an Pendapatan dan Belanja Negara.

(2) Untuk mendukung penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan yang bersifat khusus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pemerintah Daerah Khu- sus Ibukota Jakarta menyediakan biaya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

BAB VII

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 17

Dengan berlakunya Undang-undang ini, ketentuan yang telah ada sebagai pelaksanaan dari :

a. Undang-undang Nomor 2 Pnps Tahun 1961 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (Lembaran

...

(10)

(Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 274, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2316) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 15 Pnps Tahun 1963 (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 117);

b. Undang-undang Nomor 10 Tahun Pernyataan Daerah Khusus Ibukota

1964 tentang .Jakarta Raya Tetap Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta (Lembaran ne«ara Tahun 1964 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2671);

tetap berlaku sepanjang .·tidak bertentangan dan belum diganti dengan yang baru

Undang-undang ini.

BAB VIII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

berdasarkan

Dengan berlakunya Undang-undang ini, Undang-undang Nomor 2 Pnps Tahun 1961 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya (Lembaran Negara Tahun 1961 Nomor 274, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2316) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 15 Pnps Tahun 1963 (Lembaran Negara Tahun 1963 Nomor 117), dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1964 tentang Pernyataan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya tetap Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia ...•

(11)

Indonesia dengan nama Jakarta (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2671), dinyatakan tidak berlaku lagi.

Pasal 19

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diun- dangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Diundangkan di Jakarta pada tanggal

MENTERI/SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MOERDIONO

Disahkan di Jakarta pada tanggal

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SOEHARTO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN NO MOR

(12)

UMUM

Jakarta

RANCANGAN

PENJELASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN

TENT ANG

SUSUNAN PEMERINTAHAN DAERAH KHUSUS IBUKOTA NEGARA REPUBLIK INDONESIA JAKARTA

mempunyai peranan penting baik dalam sejarah perjuangan Bangsa .Indonesia maupun sejarah ketatanegaraan

Indonesia.

Banyak momentum penting dalam sejarah kebangkitan nasional dan kesatuan bangsa serta sejarah ketatanegaraan Indonesia yang terjadi di Jakarta, antara lain lahirnya Boedi Oetomo, Sumpah Pemuda, Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan dan penetap- an Undang-Undang Dasar 1945.

Nilai-nilai sejarah tersebut disamping sangat besar artinya bagi usaha pembinaan bangsa juga sangat penting bagi pengem- bangan lebih lanjut Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik

Indonesia.

Disamping landasan sejarah perjuangan bangsa Indonesia terse- but, Ibukota Negara Republik Indonesia dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebut dalam kaitan dengan kegiatan Lembaga Nega- ra Tertinggi yaitu MPR, sebagaimana tercantum dalam Pasal 2

ayat (2) .•..

(13)

ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi "Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikit-dikitnya sekali dalam lima tahun di Ibukota Negara".

Demikian pentingnya kedudukan Jakarta sebagai Ibukota Negara, maka telah dikeluarkan beberapa peraturan perundang-undangan yang

Pnps

mengaturnya secara khusus yaitu Undang-undang Nomor 2 Tahun 1961 yang menetapkan antara lain bahwa Jakarta dikuasai langsung oleh Presiden, dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1964 yang menyatakan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakar- ta tetap sebagai Ibukota Negara.

Selanjutnya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan Di Daerah yang menjadi landasan pokok bagi penyelenggaraan pemerintahan di Daerah, ketentuan Pasal 6 menyatakan bahwa : "Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta mengingat pertumbuhan dan perkembangannya dapat mempunyai dalam wilayahnya susunan pemerintahan dalam bentuk lain yang sejauh mungkin disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Undang-undang ihi, yang pengaturannya ditetapkan

Undang-undang".

dengan

Oleh karena itu Undang-undang Nomor 5 Tahun - 1974 perlu diikuti tindak lanjut dengan mengatur susunan pemerintahan beserta hak, kewenangan dan kewajiban sebagai Ibukota

dalam suatu Undang-undang tersendiri yang sejauh

Negara mungkin disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tersebut.

Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia yang setingkat dengan Propinsi adalah juga Daerah Tingkat I yang

dalam

(14)

dalam rangka kesatuan pembinaan, pengembangan dan pengendali- an secara terpadu tidak dibagi dalam Daerah Tingkat II.

Sebagai Daerah Tingkat I, Jakarta mempunyai ciri tersendiri berbeda dengan daerah Tingkat I lainnya.

Perbedaan ciri ini bersumber dari beban tugas, tanggung jawab dan tantangan yang lebih kompleks dibanding Daerah Tingkat I

lain. Kompleksitas permasalahan itu berkaitan erat dengan faktor luas wilayah yang terbatas, jumlah dan populasi pendu- duk yang tinggi dengan segala dampak yang ditimbulkannya ter- hadap aspek-aspek pemukiman, penataan wilayah, transportasi, komunikasi dan lain-lain faktor yang selalu dituntut dari suatu kota metropolitan.

Untuk menjawab tantangan kompleks seperti itu maka dapat dirasakan pentingnya membina dan menumbuh-kembangkan Jakarta dalam satu kesatuan perencanaan, pelaksanaan dan pengendali- an.

Dengan demikian diharapkan Jakarta akan mampu memberikan pe- layanan yang cepat, terpadu dan terkendali.

Atas dasar asumsi sedemikianlah maka Daerah Tingkat I Jakarta tidak dibagi-bagi dalam Daerah Tingkat II. Sebab pembentukan Daerah Otonom lain di lingkungan Daerah Tingkat I Jakarta akan membawa konsekuensi lahirnya otoritas lain yang dapat mengganggu

Jakarta.

uniformitas penanganan-penanganan persoalan

Sebagai Ibukota Negara, membawa konsekuensi Jakarta menjadi pusat . . . .

(15)

pusat kegiatan penyelenggaraan Pemerintahan Negara, pusat kegiatan kehidupan ekonomi dan politik, tempat penyelenggara- an acara-acara kenegaraan dan acara-acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, tempat penyelenggaraan kegiatan-kegiatan yang berskala nasional, regional dan inter- nasional lainnya di Indonesia, serta pengaturan pembinaan dan pengelolaan wilayah Daerah Khusus Ibukota, sehingga mampu mewujudkan citra sebagai Ibukota Negara sebagaimana mestinya.

Konsek-uensi Jakarta sebagai Ibukota Negara ini tidak saja akan menambah beban tugas, tanggung jawab dan tantangan yang akan dihadapi akan tetapi akan selalu mewarnai setiap derap langkah penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasy~

rakatan.

Oleh karena itu secara riil setiap jawab dan tantangan yang dihadapi Negara adalah juga merupakan beban Tingkat I.

beban tugas, tanggung Jakarta selaku Ibukota Jakarta selaku Daerah

Kondisi inilah yang memberikan corak khusus kepada Jakarta untuk memperoleh sebutan Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang secara implisit mengandung beban tugas dan tanggung jawab yang berkaitan dengan fungsi-fungsi :

1. Pusat kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Negara.

Sebagai pusat kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Negara diartikan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan tempat ...•

(16)

tempat kedudukan dan kegiatan Lembaga Tertinggi dan Lembaga-lembaga Tinggi Negara serta instansi-instansi pemerintah pusat baik Departemen maupun Non Departemen.

Lancar tidaknya kegiatan-kegiatan instansi-instansi yang berada di Pusat Pemerintahan Negara akan membawa dampak secara nasional.

Oleh karena itu maka Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta dibebani tugas dan tanggung jawab untuk memberikan pelayanan dalam bentuk prasarana dan sarana pisik maupun non pisik yang menunjang kepada lancarnya penyelenggaraan pemerintahan di pusat pemerintahan Negara.

2. Pusat kegiatan kehidupan ekonomi dan politik.

Pada kenyataannya Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah sebagai pusat kegiatan kehidupan ekonomi dan merupakan tem pat pusat institusi-institusi politik baik supra maupun

infra struktur. Posisi seperti ini membawa konsekuensi Jakarta menjadi pusat berlangsungnya kegiatan-kegiatan ekonomi dan politik. Hal ini menuntut Daerah Khusus Ibu- kota Jakarta untuk berperan selaku katup pengaman terhadap dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari suatu kegiatan ekonomi dan politik.

Dalam melaksanakan peranan selaku katup pengaman tersebut, Daerah Khusus Ibukota Jakarta dituntut untuk memberikan segala bentuk pelayanan yang dapat menjamin keamanan dan ketentraman Ibukota.

3. Tempat . . . .

(17)

3. Tempat penyelenggaraan acara kenegaraan dan acara resmi lainnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.

Mengingat bahwa pusat penyeJenggaraan pemerintahan dan atau kenegaraan adalah berkedudukan di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta maka dalam setiap acara-acara kene- garaan dan acara resmi lainnya yang diselenggarakan di Ibukota Negara, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota akan selalu terlibat selaku komponen penyelenggara.

Dalam penyelenggaraan acara-acara tersebut, Pemerintah Daerah Khusus Ibukota turut serta membantu kelancaran pelaksanaan acara kenegaraan tersebut.

4. Pusat penyelenggaraan kegiatan nasional, regional· dan kegiatan internasional lainnya di Indonesia.

Konsekuensi selaku Ibukota Negara, di :wilayah Daerah Khu- sus Ibukota sering berlangsung kegiatan yang berskala nasional, regional dan internasional yang berkaitan dengan peristiwa-peristiwa politik, sosial budaya, olah raga dan sebagainya. Oleh karena itu Daerah Khusus Ibukota Jakarta dituntut untuk selalu bertindak selaku tuan rumah yang baik.

5. Pengaturan, pembinaan, dan pengelolaan Wilayah Daerah Khu- sus Ibukota.

Adalah kenyataan bahwa Jakarta memiliki daya pikat tersen- diri sebagai tempat pemukiman maupun sebagai tempat beru- saha . . . .

(18)

saha. Hal ini mengundang kehadiran orang untuk datang di Jakarta dengan motivasinya sendiri-sendiri.

Dengan luas wilayah yang terbatas dibanding jumlah pendu- duk yang semakin meningkat menimbulkan masalah yang sangat kompleks dalam hal-hal seperti : pemukiman penduduk, kete- nagakerjaan, penyediaan fasilitas industri dan perdagangan, transportasi, komunikasi.

Kondi~i seperti ini menuntut adanya sinkronisasi penangan- an pembangunan kota Jakarta sejak dari perencanaan, pelak- sanaan, sampai kepada pengendaliannya.

Dari satu segi, Jakarta selaku Daerah dituntut untuk dapat berperan selaku pengemban missi nasional dan disisi lain Pusat (Departemen maupun Lembaga Pemerintahan Non Departe- men), juga dituntut untuk dapat memberikan perhatian khusus terhadap pengembangan pembangunan kota Jakarta. · Sehingga dalam hal Pemerintah Pusat merencanakan suatu bentuk pembangunan di wilayah Jakarta sedapat mungkin akan menyinkronkannya dengan rencana Daerah Khusus Ibukota dan dengan demikian sebaliknya Daerah Khusus Ibukota dalam pengembangan pembangunan kota sedapat mungkin menyinkron- kannya dengan rencana Pusat.

Mengingat beban tugas, tanggung jawab, dan tantangan yang dihadapi Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia, maka dipandang perlu untuk memberikan kelonggaran dalam mengembangkan dan membentuk perangkat Daerah dan Wilayah yang

lebih

(19)

lebih fleksible dan dinamis sesuai kebutuhan nyata dan sejauh mungkin tetap memperhatikan prinsip dayaguna dan basil guna.

Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah, maka susunan Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta diatur tersendiri dalam Undang-undang.

Namun demikian berhubung susunan dan kedudukan Dewan Perwaki!

an Rakyat Daerah Khusus Ibukota Jakarta telah diatur dalam

Undang~undang Nomor 16 Tahun 1969 tentang Susunan dan Kedudu~

an MPR, DPR, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 5 Tahun l975 dan Undang-undang Nomor 2 Tahun 1985, maka lingkup susunan pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang diatur dalam Undang-undang ini tidak mencakup pengaturan mengenai Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Khusus

Ibukota.

PASAL DEMI PASAL

Pas al 1

Cukup jelas.

Pasal 2

Penetapan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia ini dimaksudkan sebagai upaya penegasan dan pemberian kepas- tian hukum. Hal ini diadasarkan pada pertimbangan bahwa pengakuan Jakarta sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia secara ...

(20)

secara. defacto per.nah menimbulkan keragu-raguan berhubung adanya keinginan-keinginan untuk memindahkan Ibukota Negara Republik Indonesia dari Jakarta ketempat lain sebagaimana nampak pada latar belakang penetapan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1964 tentang Pernyataan Daer~h Khusus Ibukota Jakarta Raya Tetap Sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia Dengan Nama Jakarta.

Disamping itu Urtdang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok. Pernerintahan Di Daerah belum rnenetapkannya secara tegas mengenai hal tersebut dan hanya merumuskannya secara implisit sebagaimana ditentukan·dalam Pasal 6.

Sebagai konsekuensi dari kedudukannya sebagai Ibukota Negara Republik Indonesia maka Jakarta adalah tempat kedudukan pusat.

pemerintahan Negara.

Pas al 3

Penetapan Jakarta sebagai Da~rah Khusus disini merupakan kon- seksuensi ditetapkannya Jakarta sebagai Ibukota Negara.

Pas al 4

Cukup jelas

Pas al 5

Cukup jelas

Pasal 6

Ayat (1)

(21)

Ayat (1)

Kotamadya yant bukan Daerah Tingkat I I maksudnya adalah untuk memberi penegasan bahwa wilayah Daerah Khusus

Ibukota Jakarta hanya dibagi atas wilayah administratif, dan tidak berstatus Otonom.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pas al 7

Ayat (1)

Ketentuan ini sesuai dengan ketentuan Pasal 75 Undang- undang Nomor.5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintah- an Di Daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pas al 8

Ketentuan ini mempertegas prinsip sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 6 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.

Selanjutnya . . . .

(22)

Selanjutnya lihat kembali Penjelasan Umum.

Pas al 9

Ayat (1)

Hak, wewenang dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok- pokok Pemerintahan Di Daerah berkaitan dengan kedudukan Gubernur Kepala Daerah selaku pimpinan pemerintahan Daerah dan pertanggungjawabannya.

Sedangkan Pasal 81 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 ber- kai tan dengan kedudukan Gubernur Kepala Daerah selaku Kepa.la Wilayah.

Ayat (2)

Lihat Penjelasan Umum

Pasal 10 ·

Ayat (1)

Mengingat permasalahan pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta bersifat kompleks, khususnya apabila dilihat dari segi kebutuhan untuk dapat menangani permasalahan yang dihadapi secara cepat, maka untuk kelancaran pelaksanaan tugas yang bersifat khusus, Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta berdasarkan Undang-undang ini ditetapkan bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Dengan pertanggungjawaban . . . .

(23)

pertanggungjawaban langsung ini Gubernur K~pala Daerah Khusus Ibukota juga memperhatikan petunjuk dan bimbingan yang diberikan oleh Presiden.

Ayat (2)

Sekalipun dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat khusus Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukot~

Jakarta berdasarkan Undang-undang ini bertanggung jawab langsung kepada Presiden, tetapi dalam pelaksanaannya Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga mempe~

hatikan dan memperoleh petunjuk serta bimbingan dari Menteri Dalam NegerL

Pasal 11

Ayat (1)

Dalam melaksanakan pembangunan di Jakarta disadari perlu- nya kesatuan perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan.

Gubernur Kepala Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan pembangunan Daerah Khusus Ibukota harus menyesuaikan aspek teknis perencanaan Departemen dan Lem- baga pemerintah lainnya dan demikian sebaliknya Departe- men dan Lembaga pemerintah lainnya menyesuaikan perencan~

annya dengan pembangunan Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Oleh karena itu setiap perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan pembangun~n yang dituangkan dalam rencana induk pembangunan Ibukota perlu mendapatkan petunjuk dan

persetujuan

(24)

persetujuan Presiden.

Ayat (2)

Cukup jelas

Pasal 12

Ayat (1)

Mengingat demikian beratnya bobot dan tingginya intensitas kegiatan baik yang bersifat keibukotaan maupun yang bersifat otonom, maka Gubernur Kepala Daerah dalam menjalankan hak, wewenang dan kewajibannya perlu dibantu

sebanyak-~anyaknya oleh 3 (tiga) orang Wakil Gubernur Kepala Daerah.

Ayat (2)

Cukup jelas

Ayat (3)

Cukup jelas

Pasal 13

Ayat (1)

Cukup jelas

Ayat (2)

Cukup jelas

Aya t ( 3) . . . .

(25)

Ayat (3)

Cukup jelas

Ayat (4)

Cukup jelas

Pasal 14

Membentuk dan mengembangkan perangkat Wilayah dan Daerah sesuai kebutuhan disini diartikan bahwa Daerah Khusus Ibukota Jakarta mengingat kekhususannya, dapat membentuk perangkat baru dan mengembangkan perangkat yang sudah ada untuk menampung dan mengatasi dinamika beban tugas yang demikian berat dan kompleks sesuai prinsip dayaguna dan hasilguna.

Dalam membentuk dan mengembangkan perangkat Wilayah dan Daerah senantiasa tetap didasarkan pada ketentuan Undang- undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan Di Daerah.

Pasal 15

Cukup jelas

Pasal 16

Mengingat bahwa tugas dan tanggung jawab yang diemban Daerah Khusus Ibukota Jakarta selaku Ibukota Negara adalah juga merupakan bagian dari tanggung jawab Pemerintah Pusat, maka pembiayaan terhadap penyelenggaraan tugas-tugas Daerah Khusus Ibukota . . . .

(26)

Ibukota Jakarta yang bersifat khusus pada hakekatnya adalah tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Akan tetapi oleh karena pelaksanaan tugas-tugas yang bersifat khusus tersebut secara nyata terletak dan terselenggara di wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, maka kepada Daerah Khusus Ibukota Jakarta juga dibebankan tanggung jawab untuk penyediaan dananya dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerahnya.

Namun demikian dalam pelak~anaan konkritnya tanggung jawab Pusat dan Daerah tersebut secara proporsional akan disesuai- kan dengan kemampuan keuangan Pusat dan Daerah.

Pasal 17

Cukup jelas

Pasal 18

Cukup jelas

Pasal 19

Cukup jelas

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR

(27)

l J

m

C>

O OKIP SllllU

00

0

Qo

JAKAITA IARAT

,.,,, . i

"'

0 \

I i -

' £.

\..,.

l A U T I A W A

I A I C A I T A

k A t . DAii II I O G O I

PETA WILAYAll DKI JAKAl\TA LEG ENDA

\ Wilayah DKI Jakarta

(++++I Data• wilayah DKI Jakarta

l----1 Batu wilayah Kotamodya

"-1

0/

...

..

•,' t

I

.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut untuk membantu penentuan dalam menetapkan seorang siswa memperoleh beasiswa, maka dibutuhkan sebuah sistem pendukung keputusan dengan

Permasalahan dalam skripsi ini belum pernah dibahas sebelumnya, namun pada skripsi sebelumnya ada penelitian yang ada kesamaan dengan penelitian yang akan diteliti

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efisiensi penurunan BOD, minyak dan lemak pada limbah rumah makan dengan pengolahan biofilter aerob menggunakan media

Pri Prinsi nsip p uta uta ma ma ;uk ;uk up up jel jelas as den dengan gan mentaati dan melaksanakan peraturan proteksi radiasi E kedua dengan mentaati dan melaksanakan

merupakan hal yang berperan dalam perkembangan identitas diri

(iii) Products which comply with origin requirements provided for in Rule 2 of the ASEAN-China Rules of Origin and which are used in a Member State as inputs for a finished

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

- Analogi dengan pembawa truk maka maka jalan rayanya disebut media transmisi.. - Proses perambatan sinyal gelombang pembawa dari satu tempat ketempat lain