• Tidak ada hasil yang ditemukan

KABUPATEN PINRANG”

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KABUPATEN PINRANG” "

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

JURUSAN SOSIAL EKONOMI

UNIV

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

KABUPATEN PINRANG”

OLEH

DEWI PRATIWI I311 09 274

JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

i

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN

TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN

PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

(2)

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

JURUSAN SOSIAL EKONOMI

UNIV

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

KABUPATEN PINRANG”

SKRIPSI

DEWI PRATIWI I311 09 274

JURUSAN SOSIAL EKONOMI FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

ii

PENGARUH SKALA USAHA PEMELIHARAAN

TERNAK ITIK TERHADAP PENDAPATAN

PETERNAK DI KECAMATAN MATTIRO SOMPE

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Dewi Pratiwi

Nim : I 311 09 274

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

a. Apabila Skripsi saya adalah asli

b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi ini, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku.

2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Makassar, September 2013

Dewi Pratiwi

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak di Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang

Nama : Dewi Pratiwi

No. Pokok : I 311 09 274

Skripsi Ini Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama

Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Ramadhan S.M,S Pembimbing Utama

Pembimbing Anggota

Ir.Veronica Sri Lestari,M.Ec Pembimbing Anggota

Mengetahui :

Dekan Fakultas Peternakan

Prof.Dr.Ir.H. Syamsuddin Hasan, M.Sc Dekan

Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Peternakan

Dr.Sitti Nurani Sirajuddin,S.Pt, M.Si Ketua Jurusan

Tanggal Lulus : 26 Agustus 2013

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Illahi Rabbi ALLAH SWT, atas segala limpahan rahmat, pertolongan dan kemudahan-NYA sehingga Penulis dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan penyusunan skiripsi dengan judul “Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kab. Pinrang”

Dengan segala kerendahan hati, penulis memberikan pengahargaan yang setinggi-tingginya yang tidak bisa diukur dengan apapun, kepada (Kedua Orangtua tercinta) Ayahanda Drs. Bachtiar Daud dan Ibunda Akhirniati Kadir atas Do’a dan curahan kasih sayang dan hingga hari ini masih tetap ikhlas dan sabar dalam mendidik dan membesarkan penulis, begitupula kepada Saudara- saudaraku, Adinda Muh. Aidil Akbar dan Muh. Faturrahman Andika Saputra terimakasih untuk semangat dan dukungannya. Doa ku menyertai kalian semua, Amin.

Penulis sadar bahwa selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu baik secara materi maupun moril hingga skripsi ini terselesaikan. Maka selayaknyalah pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada;

1. Bapak Prof.Dr.Ir.H.Ahmad Ramadhan Siregar,M.S dan Ibu Ir. Veronica Sri Lestari, M.Ec selaku pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga dalam memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran mulai dari rencana awal penelitian sampai penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dr. Sitti, Nurani Sirajuddin, S.Pt, M.Si, Ibu Ir. Martha B. Rombe, MP dan Ibu Kasmiyati Kasim, S.Pt, M.Si selaku penguji yang telah banyak memberikan saran, Bantuan, koreksi dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Masyarakat Kecamatan Mattiro Sompe Pinrang yang telah banyak membantu dalam proses penelitian,

4. Keluarga kecilku di PMB UH-Latenritatta yang sama-sama berjuang menempuh studi di Makassar terkhusus Adriana, S.Hut, Marnianty Muin, S.Si, Madjdah Mulia Asmin,S.Si, St.Nurjahidah,S.Farm, Ardianty,S.Hut,

(6)

vi Bintang Hadi Putra, S.T) dan teman-teman Alumni 2006 MTsN Wtp dan Alumni 2009 SMA Neg.2 Wtp yang tidak sempat dituliskan namanya satupersatu. Terimakasih sudah menjadi pendengar sejati terhadap keluh kesah penulis, terimakasih untuk support dan doa kalian.

Kepada sahabatku Fitria Saleh, S.Pd dan Mahyuddin, S.Pt yang dengan sabar mengantar dan menemani penulis di daerah penelitian, terimakasih bantuannya.

5. Kakak-kakak 2006 Terkhusus “Syediman, S.Pt 2007,2008, kawan-kawan Angkatan “2009” terkhusus “KAMIKASE” dan sahabat-sahabatku MySis (Mardhiana Nawawi, A.Azizah Nur fFitria, S.Pt, Iranita Haryono, Dicky Aditya Randy) terimakasih bantuan, kerjasama dan transformasi ilmu pengetahuannya selama menempuh studi di Fakultas peternakan tercinta.

6. Teman-teman KKN Reguler Gel.82 Kecamatan Ganra Soppeng terkhusus Posko Pusat (Rhiya,Witri, S.Si,Azizah, S.Pt, Imanuel Tikupadang, S.T,dan Malik, S.S) terimakasih telah memberi warna baru di kehidupan penulis

7. Last but not least, special one for Andi Adil Apriadi,S. yang tetap sabar, perhatian dan selalu ada untuk penulis, thank for everythings, semoga ini menjadi langkah awal untuk keberhasilan kita kelak, amin.

Serta semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak luput dari kekurangan baik dalam hal isi hingga penyajiannya. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini. Terakhir penulis berharap kiranya penyusunan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya maupun yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Makassar,...Agustus 2013

DEWI PRATIWI

(7)

vii ABSTRAK

Dewi Pratiwi ( I 311 09 274 ). “Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang”

Usaha peternakan itik telah banyak digeluti oleh masyarakat dibeberapa ddaerah di sulawesi selatan khususnya di daerah Kabupaten Pinrang. Ternak itik sangat cocok dikembangkan di Kabupaten Pinrang, hal ini karena Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang sebagian besar luas wilayahnya terdiri dari areal persawahan sehingga sangat cocok untuk mengembangkan ternak itik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan kontribusi skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 1 Agustus tahun 2013. Tempat Penelitian berada di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (eksplanatori). Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak itik yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe sebanyak 83 peternak untuk menentukan besarnya jumlah sampel digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Slovin. Jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data secara obsercasi dan wawancara. Alat analisa data yang digunakan adalah statistik inference yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana.

Pengaruh skala usaha terhadap pendapatan usaha peternakan itik diperoleh dengan melakukan dua kali pengujian yaitu uji normalitas dan uji regresi sederhana. Hasil uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai berdistribusi normal untuk variabel pendapatan, statistik terendah dengan nilai α

= 0,05 diperoleh (0,200 > 0,05) dan skala usaha statistik terendah dengan nilai α = 0,05 diperoleh (0.163 > 0,05). Dari persamaan regresi linear Sederhana diperoleh nilai koefisien regresi yaitu untuk variabel skala usaha (X) terhadap pendapatan (Y) memiliki pengaruh yang searah, artinya setiap kenaikan nilai variabel skala usaha maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan. Kesimpulan dari penelitian ini adalah skala usaha berpengaruh nyata terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang dan besarnya kontribusi pengaruh variabel skala usaha terhadap pendapatan adalah 80,4% dan sisanya 19,6% dipengaruhi oleh faktor lain di luar model penelitian.

(8)

viii ABSTRACT

Dewi Pratiwi ( I 311 09 274 ). “The Influence Of Business Scale Of Livestock Breeding Ducks Against Income Breeders In District Mattiro Sompe Regency Pinrang”

The business of a farm ducks has been much by the public in several in south Sulawesi particularly in the district pinrang. Cattle ducks very suitable developed in the country of pinrang, this is because district pinrang is an area that is mostly widely area consisting of the area of the riverbanks so they are very suitable to develop cattle ducks.

This research aims to know the influence and contribution of business scale breeder ducks against income in Pinrang Regency Sompe Mattiro Subdistrict.

This research was carried out on April 26, until August 1, 2013. The Research is in the Sub-District of Mattiro Sompe, Pinrang Regency. Type of this research is quantitative research by doing hypothesis testing (eksplanatori). The population in this research is all the ducks there are breeders in district Mattiro Sompe as much as 83 breeder to determine the magnitude of the total sample used descriptive statistics using the formula Slovin. The data type used is quantitative data sourced from primary and secondary data. Method of data collection in obsercasi and interviews. Data analysis tools used was statistics inference which aims to test the hypothesis by using Simple Linear Regression.

Influence of the scale of the effort against the revenues obtained by duck farms do twice testing the test of normality and simple regression test. Normality test results with the Kolmogorov-Smirnov showed normal Gaussian value for variable income, lowest-value statistics & amp; # 947; = 0.05 obtained (0,200 &

gt; 0.05) and the lowest statistical business scale with value & amp; # 947; = 0.05 obtained (0.163 & gt; 0.05). A linear regression equation of Simple regression coefficient values are obtained for the variable (X) business scale of income (Y) has a direct effect, which means that any increase in the value of the variable scale of effort then it will cause a rise in revenue. The conclusions of this research are the real movers and shakers of the business scale of income broiler duck breeders in district Mattiro Sompe, Pinrang Regency and the magnitude of the contribution of variable scale crusade against the influence of income is 80,4% 19.6% and the rest is influenced by other factors outside the model of research.

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK... ... iv

KATA PENGANTAR... ... vi

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Ternak Itik ... 6

B. Skala Usaha ... 8

C. Pendapatan ... 11

D. Penerimaan dan Keuntungan ... 13

E. Biaya Produksi ... 14

F. Biaya Total ... 15

KERANGKA PIKIR ... 15

HIPOTESIS PENELITIAN ... ... 16 METODE PENELITIAN

(10)

x

• Waktu dan Tempat ... 17

• Jenis Penelitian ... 17

• Populasi dan Sampel ... 17

• Jenis dan Sumber Data………. ... 19

• Metode Pengumpulan Data ... 20

• Analisa Data ... 20

• Konsep Operasional ... 21

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN • Keadaan Geografis... ... 23

• Keadaan Demografis... ... 24

• Penggunaan Lahan... ... 25

• Populasi Ternak dan Unggas... ... 26

KEADAAN UMUM RESPONDEN • Umur Responden... ... 28

• Tingkat Pendidikan... ... 29

• Tanggungan Keluarga... ... 30

• Pengalaman Usaha... ... 31

• Skala Usaha... ... 32

HASIL DAN PEMBAHASAN VI.1 Biaya Produksi Usaha Peternakan Itik Pedaging... ... 34

VI.1.1 Biaya Tetap... ... . 34

• Penyusutan Kandang dan Peralatan... ... 35

• Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)... ... 37

• Total Biaya Tetap... ... 38

VI.1.2 Biaya Variabel • Biaya Bibit DOD... ... 39

• Biaya Pakan... ... 40

• Vitamin dan Obat-obatan... ... 42

• Biaya Listrik... ... 43

• Biaya Tenaga Kerja... ... 44

(11)

xi

• Biaya Transportasi... ... 46

• Total Biaya Variabel... ... 47

VI.1.3. Total Biaya... ... 48

VI.1.4. Total Penerimaan... ... 49

VI.1.5. Pendapatan... ... 51

VI.2. PENGARUH SKALA USAHA TERHADAP PENDAPATAN USAHA PETERNAKAN ITIK • Pengujian Normalitas Data... ... 52

• Uji Regresi Sederhana... ... 53

PENUTUP Kesimpulan... 57

Saran... .... 57 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

xii DAFTAR TABEL

No Halaman Teks

1. Populasi Itik Dirinci Tiap Kecamatan di Kabupaten

Pinrang Tahun 2010 ... 2 2. Pengambilan Sampel dari Masing-Masing Desa di

Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ... 19 3. Jumlah Penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Menurut

Jenis Kelamin ... ... 24 4. Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tiap Kelurahan.. . ... 25 5. Populasi Ternak Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten

Pinrang ... 26 6. Populasi Unggas Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten

Pinrang ... 26 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur di Kecamatan

Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ... 28 8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ... 30 9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Tanggungan

Keluarga di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten

Pinrang ... 31 10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha di

Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ... 32 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Skala Usaha di

Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang ... 33 12. Rata-Rata Biaya Penyusutan Skala Usaha di Kecamatan

Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 35 13. Rata-Rata Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Skala Usaha di

Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 36

(13)

xiii 14. Total Biaya Tetap pada Skala Usaha di Kecamatan Mattiro

Sompe Kabupaten Pinrang ... 37 15. Total Rata-Rata Biaya DOD Skala Usaha di Kecamatan

Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 40 16. Total Rata-Rata Biaya Pakan Skala Usaha di Kecamatan

Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 41 17. Total Rata-Rata Biaya Vitamin dan Obat-Obatan Skala

Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 42 18. Total Rata-Rata Biaya Listrik Skala Usaha di Kecamatan

Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 43 19. Total Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Skala Usaha di

Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 45 20. Total Rata-Rata Biaya Transportasi Skala Usaha di

Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ... 46 21. Total Biaya Variabel Skala Usaha di Kecamatan Mattiro

Sompe Kabupaten Pinrang ... 47 22. Total Biaya Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe

Kabupaten Pinrang ... 48 23. Total Penerimaan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro

Sompe Kabupaten Pinrang ... 50 24. Total Pendapatan DOD Skala Usaha di Kecamatan Mattiro

Sompe Kabupaten Pinrang ... 51 25. Rangkuman Hasil Uji Normalitas dengan Kolmogorov-

Smirnov ... 53 26. Hasil Estimasi Regresi Sederhana Pengaruh Skala Usaha

Terhadap Pendapatan ... 54

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuisioner penelitian ... 54 2. Hasil Perhitungan ... 55 3. Dokumentasi... ... 56

(15)

xv

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ternak itik merupakan salah satu komoditi unggas yang mempunyai peran cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat. Di Indonesia, itik umumnya diusahakan sebagai penghasil telur namun ada pula yang diusahakan sebagai penghasil daging. Peternakan itik didominasi oleh peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional dimana itik kebanyakan digembalakan disawah atau di tempat-tempat yang banyak airnya, namun dengan cepat mengarah pada pemeliharaan secara intensif yang sepenuhnya terkurung (Apriyanto,2011).

Usaha peternakan itik semakin diminati sebagai alternatif sumber pendapatan bagi masyarakat di pedesaan maupun di sekitar perkotaan. Di samping itu, semakin terbukanya pasar produk itik ikut mendorong berkembangnya peternakan itik di Indonesia (Prasetyo,2010).

Usaha peternakan itik telah banyak digeluti oleh masyarakat dibeberapa daerah di Sulawesi Selatan khususnya di daerah Kabupaten Pinrang. Ternak itik sangat cocok untuk dikembangkan di Kabupaten Pinrang, hal ini karena Kabupaten Pinrang merupakan daerah yang sebagian besar luas wilayahnya terdiri dari areal persawahan sehingga sangat cocok umtuk mengembangkan ternak itik.

Populasi ternak itik yang tercatat di daerah Pinrang dapat dilihat pada Tabel 1 :

(17)

2 Tabel 1. Populasi Itik Dirinci Tiap Kecamatan di Kabupaten Pinrang

Tahun2010 (Ekor)

No Kecamatan Itik (ekor)

1 Suppa 56.403

2 Mattiro Sompe 119.349

3 Lanrisang 54.574

4 Mattiro Bulu 170.964

5 Wat Sawitto 42.604

6 Paleteang 31.946

7 Tendang 54.365

8 Palampanua 67.376

9 Cempa 25.518

10 Duampanua 83.364

11 Batulappa 19.448

12 Lembang 13.595

Jumlah

2010 739.507

2009 582.501

2008 584.522

2007 492.249

2006 491.949

Sumber : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Pinrang, 2010.

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah populasi ternak itik di Kabupaten Pinrang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama kurun waktu 5 tahun yaitu dari tahun 2006-2010 sebesar 491.949 ekor meningkat menjadi 739.507 ekor. Kecamatan Mattiro Sompe menduduki urutan kedua setelah Mattiro Bulu yang memiliki populasi ternak itik di Kabupaten Pinrang yaitu 119.349 ekor.

Hal ini Kecamatan Mattiro Sompe jumlah peternak itik banyak sedangkan pada Kecamatan Mattiro Bulu jumlah peternak itiknya sedikit.

Dalam usaha peternakan itik pedaging, skala usaha merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap pendapatan dalam usaha peternakan itik pedaging.

Semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha peternakan, sehingga pendapatan peternak bertambah dan efisiensi usaha

(18)

3 dapat ditingkatkan dengan baik. Dalam skala usaha pemeliharaan yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe di tiap desa berbeda-beda jumlah populasinya.

Menurut Siregar (1996) semakin banyak jumlah ternak yang dipelihara akan mendatangkan keuntungan yang lebih besar .

Berdasarkan survey awal bahwa sistem pemeliharaan itik pedaging yang dilakukan secara intensif dan sudah terorganisir dengan baik, sehingga peternak itik bermaksud untuk mengembangkan usaha peternakan itik. Berdasarkan hasil jual itik pedaging dari hari ke hari tidak ada peningkatan yaitu berkisar antara Rp.30.000 – Rp. 35.000 per ekor, sehingga tidak ada peningkatan pendapatan.

Pada dasarnya mereka memelihara itik pedaging tanpa mengetahui seberapa besar sebenarnya pendapatan yang diperolehnya baik dalam kurun waktu satu periode. Ketika peternak ingin mengetahui seberapa besar pendapatan sebenarnya yang dapat di peroleh, ada indikator yang dapat berpengaruh terhadap usaha seperti skala usaha yang dapat menjadi tolak ukur untuk mengetahui seberapa besar kontribusi terhadap pendapatan. Akibat dari kurangnya pengetahuan untuk menghitung pendapatan peternak, sebagian peternak itik yang berada di lokasi selalu merasa kekurangan untuk masalah pendapatan.

Pada dasarnya usaha peternakan itik pedaging diusahakan untuk menghasilkan pendapatan yang maksimal dan pada akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pada khususnya masyarakat kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang. Skala usaha dalam usaha peternakan menjadi penting di perhatikan karena berhubungan dengan jumlah produk serta pendapatan yang akan diperoleh. Hal itulah yang melatar belakangi diadakan penelitian tentang

(19)

4

“Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan Peternak Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah yang dapat dirumuskan peneliti sebagai berikut :

1. Apakah faktor skala usaha peternak itik berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang ?

2. Berapa besar kontribusi pengaruh faktor skala usaha peternak itik terhadap pendapatan peternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui adakah pengaruh skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

2. Untuk mengetahui kontribusi skala usaha peternak itik terhadap pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Sebagai bahan pengetahuan bagi peneliti mengenai skala usaha pemeliharaan ternak itik terhadap pendapatan peternakan itik di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

(20)

5 2. Sebagai bahan informasi dan kajian bagi semua pihak yang berkepentingan

dalam pengembangan ternak iti.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

(21)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Ternak Itik

Itik yang dimasyarakat lebih dikenal dengan nama bebek (bahasa Jawa) ini nenek moyangnya merupakan itik liar (Anas moscha) yang berasal dari Amerika Utara. Namun, seiring dengan perkembangan waktu, itik liar terus dijinakkan oleh manusia hingga terbentuklah beragam jenis itik seperti yang banyak yang dipelihara saat ini dan selanjutnya lebih dikenal sebagai itik ternak (Anas domesticus) dan itik manila/entok (Anas muscovy). Bila dibandingkan dengan

jenis unggas lain, penyebaran itik tergolong sangat luas karena itik dapat hidup normal didaerah subtropis maupun daerah tropis. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila itik liar bisa berimigrasi sampai ke Afrika Utara dan Asia seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan Vietnam (Supriyadi, 2009).

Itik telah dibudidayakan dan dikembangkan ,masyarakat secara luas dengan bangsa serta jenis yang beragam. Setiap bangsa dan jenis itik memiliki bentuk,ukuran tubuh, warna bulu, dan sifat-sifat khas lain yang berbeda satu sama lain. Namun, pada hakekatnya bangsa itik digolongkan menjadi emapat, yaitu itik petelur,pedaging,petelur dan pedaging (dwiguna), serta hias. Itik pedaging adalah bangsa itik yang memiliki produktivitas daging (karkas) tinggi, sedangkan produksi telurnya rendah. Umumnya bangsa itik pedaging berbadan besar dengan daging yang tebal. Konversi pakan menjadi daging tinggi, sedangkan konversi pakan terhadap telur rendah. Beberapa bangsa itik pedaging antara lain peking

(22)

7 ducks (Tiongkok),itik manila (Filipina), aylesbury,rouan,buff duck,dan cayuga

(diperkirakan berasal dari Amerika Serikat) (Bambang, 2011).

Itik pedaging merupakan ternak unggas penghasil daging yang sangat potensial di samping ayam. Kelebihan ternak ini adalah lebih tahan terhadap penayakit dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak banyak mengandung resiko. Daging itik merupakan sumber protein yang bermutu tinggi dan itik mampu berproduksi dengan baik, oleh karena itu pengembangannya diarahkan kepada produksi yang cepat dan tinggi sehingga mampu memenuhi permintaan konsumen (Ali dan Febrianti, 2009).

Itik pedaging ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan produksi daging kurang dari 2 bulan bisa menghasilkan berat badan sekitar 3 – 3,3 kg, sehingga sudah siap untuk dipotong. Dalam usaha perunggasan terutama unggas air (itik pedaging) dikenal dengan sistem pemeliharaan yaitu :

a. Sistem pemeliharaan extensif

Sistem pemeliharaan extensif, dimana pada sistem ini ternak-ternak dipelihara dengan cara diabur/digembalakan tanpa memperhatikan kandang maupun makanan, karena ternak-ternak tersebut dilepas di tempat-tempat yang mempunyai sumber pakan alami misalnya di daerah-daerah persawahan yang baru panen. Pemeliharaan ini dilaksanakan oleh para peternak yang bersifat tradisional dan nomaden, kondisi ini banyak ditemukan di daerah Jawa Barat bagian utara, karena daerah pantura ini merupakan daerah persawahan yang cukup luas sehingga menjadi potensi bagi pengembangan itik dengan sistem extensif.

(23)

8 b. Sistem pemeliharaan semi intensif

Pemeliharaan dengan sistem semi intensif, dimana ternak-ternak yang dipelihara sudah memperhatikan kandang ternak dan diberi makan tetapi sewaktu dilepas untuk mencari makan sewaktu ada peluang pada saat panen padi ataupun pada tempat-tempat yang mempunyai potensi sumber pakan yang alami.

c. Sistem pemeliharaan intensif

Sedangkan pemeliharaan yang intensif, ternak-ternak peliharaan selalu ditempatkan dikandang dan diberi makan secara terus menerus serta sudah memperhatikan aspek-aspek teknik pemeliharaan ternak secara ilmiah dan sudah menggunakan teknologi-teknologi yang dianjurka (Syanur, 2012).

Untuk pemeliharaan itik pedaging jenis peking, lebih tepat apabila dilaksanakan dengan sistem intensif,hal ini disebabkan itik peking merupakan itik ras pedaging yang mempunyai kecepatan pertumbuhan dalam waktu yang relatif singkat, dimana dalam kurun waktu pemeliharaan kurang dari 2 (dua) bulan berat badannya sudah bisa mencapai diatas 3 kg dengan kondisi makanan yang baik dan itilk sudah siap dijual sebagai itik pedaging, dengan kualitad daging yang prima (Rumawas, 1995).

2.2. Skala Usaha

Skala usaha sangat terkait dengan ketersediaan input dan pasar. Usaha hendaknya diperhitungkan dengan matang sehingga produksi yang dihasilkan tidak mengalami kelebihan pasokan dan kelebihan permintaan. Begitu juga ketersediaan input seperti modal, tenaga kerja, bibit, peralatan serta fasilitas produksi dan operasi lainnya harus dipertimbangkan. Oleh karena itu, dalam

(24)

9 merencanakan usaha produksi pertanian, maka keputusan mengenai usaha menjadi sangat penting (Rusmiati, 2008).

Menurut Chandra (2007) bahwa skala usaha dapat didefinisikan berdasarkan nilai asset dan nilai penjualan, seperti dalam beberapa definisi berikut :

Usaha Mikro (UM) adalah usaha produktif milik keluarga atau perorangan, secara individu atau tergabung dalam koperasi dan memiliki hasil penjualan secara individu paling banyak seratus juta rupiah pertahun.

Usaha Kecil (UK) adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Usaha produktif milik warga negara indonesia yang berbentuk badan usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha berbadan hukum termasuk koperasi.

2. Bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah.

3. Memiliki kekayaan bersih paling banyak dua ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan maksimum satu miliar rupiah.

Usaha Menengah (UM) adalah usaha produktif yang berskala menengah dan memenuhi kriteria kekayaan bersih lebih besar dari dua ratus juta rupiah diluar tanah dan bangunan tempat usaha atau yang memiliki hasil penjualan maksimum sepuluh miliar rupiah.

Skala usaha adalah besaran usaha yang secara linier menentukan tingkat hasil yang mungkin diperoleh pedagang ternak dari produksi fisis yang bekal dicapai dari usahanya tersebut. Skala usaha menjadi penting untuk diperhitungkan

(25)

10 pada kegiatan usaha perdagangan ternak unggas dalam kaitan untuk mencapai apa yang diistilahkan sebagai suatu economic of scale atau skala usaha yang ekonomis dan menguntungkan pada usaha yang dimaksud. Skala usaha dalam kegiatan perdagangan ternak unggas didefinisikan sebagai banyaknya populasi ternak unggas yang dibeli pedagang pada peternak unggas yang kemudian di perdagangkan.

Menurut Chand and Kaul (1986) pengembangan suatu usaha juga perlu memperhatikan kondisi skala usaha, besarnya usaha budidaya yang sebaiknya dikelola. Dalam suatu proses produksi, skala usaha menggambarkan respon dari keluaran terhadap perubahan proporsional dari seluruh masukan. Dengan mengetahui kondisi skala usaha, pengusaha dapat mempertimbangkan perlu tidaknya suatu usaha dikembangkan lebih lanjut. Dalam kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil bertambah sebaiknya besarnya usaha diperluas untuk menurunkan biaya produksi rata-rata sehingga menaikkan keuntungan. Berbeda jika kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil tetap maka perluasan usaha tidak berpengaruh terhadap biaya produksi rata-rata. Sedangkan jika kondisi skala usaha dengan kenaikan hasil berkurang maka perluasan usaha akan mengakibatkan naiknya biaya produksi rata-rata.

Untuk mendukung pendapatan usaha ternak sangat ditentukan oleh kapasitas penjualan hasil produksi anak yang dilahirkan pada kurun periode tertentu. Semakin banyak penjualan, maka akan semakin besar pula pendapatan dari usaha ternak. Besar kecilnya hasil produksi anak yang dilahirkan dipengaruhi oleh skala pemeliharaan ternak yang dikelola petani (Priyanto, 2009) .

(26)

11 Analisis volume penjualan sangat bermanfaat dalam evaluasi dan pengendalian kegiatan pemasaran perskala usahaan.Dalam analisis tersebut masih belum disinggung tentang profitabilitas dari kegiatannya. Oleh karena itu, manajer dapat mengadakan analisis biaya pemasaran untuk menentukan profitabilitas (kemampuan untuk mendapatkan laba) daerah penjualannya maupun unit-unit pemasaran lain. Selanjutnya dikatakan pula bahwa analisis biaya pemasaran merupakan studi mendalam tentang masalah biaya operasi dari laporan rugi laba perskala usahaan (Swastha, 2001).

2.4. Pendapatan

Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. Menurut Standar Akuntasi Keuangan kata “income diartikan sebagai penghasilan dan kata revenue sebagai pendapatan, penghasilan (income) meliputi baik penadapatan (revenue) maupun keuntungan (Suryanti, 2010).

Pendapatan adalah merupakan jumlah rupiah yang menyatakan produk akhir operasi perusahaan, oleh karena itu harus diakui dan diukur pada tingkat atau titik kegiatan yang menentukan dalam aliran kegiatan operasi kegiatan. Pendapatan harus benar-benar terjadi dan didukung dengan timbulnya aktiva baru yang dapat dipercaya (sah), sebaiknya berupa kas atau piutang (Suwardjo, 1984).

Menurut Wilson (2007) bahwa pendapatan masyarakat sangat berpengaruh terhadap jumlah permintaan ke atas suatu barang. Perubahan pendapatan

(27)

12 masyarakat mengakibatkan perubahan terhadap permintaan ke atas suatu barang.

Hubungan kedua variabel itu,antara pendapatan masyarakat dengan jumlah permintaan ke atas suatu barang tergantung pada jenis dan sifat barangnya. Jenis barang tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu barang normal dan barang inferior.

Barang normal adalah suatu barang yang jumlahnya mengalami perubahan yang searah dengan perubahan pendapatan masyarakat sedangkan barang inferior adalah barang yang jumlahnya mengalami perubahan terbalik dengan perubahan pendapatan.

Pendapatan usahatani adalah pendapatan yang berasal dari kegiatan usahatani dan peternakan setiap tahun, dimana salah satu sumber umum atau kategori pendapatan usaha tani diperoleh melalui penjualan tanaman dan hasil ternak seperti daging dan telur (Rasyaf, 2002).

Menurut Cahyono (1995) menyatakan bahwa pendapatan usaha tani ada 2 macam yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih (keuntungan). Pendapatan kotor usaha tani yaitu keseluruhan hasil atau nilai uang dari hasil usaha tani.

Sedangkan pengeluaran total usaha tani adalah semua nilai masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam proses produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. Pendapatan bersih usaha tani yaitu jumlah pendapatan kotor usaha tani dikurangi dengan biaya. Dengan kata lain bahwa pendapatan adalah selisih antara hasil penjualan panen dengan biaya usaha tani.

Untuk menghitung jumlah pendapatan maka digunakan rumus sebagai berikut (Soekarwati dkk, 2003) :

= −

(28)

13 Dimana :

= total pendapatan/keuntungan yang diperoleh petani peternak (Rp/Prd)

TR = total revenue/ penerimaan yang diperoleh petani peternak (Rp/Prd) TC = total cost/ biaya yang dikeluarkan petani peternak (Rp/Prd)

Besarnya pendapatan dari suatu usaha peternakan itik merupakan salah satu ukuran yang penting untuk mengetahui berapa besar usaha peternakan itik mencapai suatu keberhasilan. Pendapatan adalah hasil keuntungan bersih yang diterima peternak yang merupakan selisih antara penerimaan dan biaya produksi.

2.4.1. Penerimaan dan Keuntungan

Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual (Rahim & Hastuti, 2007). Selanjutnya Suratiyah (2006) mengatakan bahwa penerimaan adalah seluruh pendapatan yang diperoleh dari usaha tani selama satu periode diperhitungkan dari hasil penjualan atau penaksiran kembali.

Menurut Soekartawi (2006), penerimaan dalam usahatani merupakan perkalian antara produksi fisik dengan harga jual atau harga produksi. Atau dengan kata lain penerimaan total (total revenue) adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan output-nya. Secara sistematis dapat dirumuskan :

Total Revenue = Quantity x Price, dimana: TR = Penerimaan total (Rp), Q=

Jumlah produksi yang dihasilkan (kg), dan P = Harga (Rp).

Menurut Rasyaf (2003), dari hasil penjualan ternak akan diterima sejumlah uang dan inilah yang dinamakan penerimaan. Penerimaan ini yang dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan, hasil pengurangan inilah yang

(29)

14 dinamakan keuntungan kotor. Bila keuntungan kotor dikurangi lagi dengan pajak, akan didapatkan keuntungan bersih.

Penerimaan diperoleh dari penjualan output hasil produksi. Output yang harus diperhitungkan meliputi penjualan itik pedaging. Sedangkan input dibagi menjadi input biaya tetap dan input biaya variabel. Input biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan tanpa terpengaruh oleh volume faktor produksi dan input biaya variabel merupakan biaya yang terpengaruh oleh volume faktor produksi (Priyono, 2009).

2.4.2. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah nilai dari semua faktor-faktor produksi yang digunakan baik dalam bentuk benda maupun jasa selama proses produksi berlangsung (Soekartawi, 2003). Selanjutnya Cahyono (2005) mengatakan bahwa biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk pengadaan prasarana dan sarana produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan termasuk didalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang dibayar (Hermanto, 1996).

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi akan menghasilkan keuntungan. Selanjutnya dikatakan bahwa biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah disebabkan

(30)

15 karena adanya perubahan jumlah hasil. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang tidak berubah-ubah (konstan) untuk setiap tingkatan atau hasil yang diproduksi.

2.4.3. Biaya Total

Menurut Swastha dan Sukartjo (1993) bahwa biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau dengan kata lain biaya total ini merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya total yang dibebankan pada setiap unit disebut biaya total rata-rata

Biaya Total = Biaya Tetap + Biaya Variabel

Biaya total adalah pengeluaran yang ditanggung perusahaan untuk membeli berbagai macam input atau faktor-faktor yang dibutuhkan untuk keperluan produksinya (Mankiw, 2000).

2.5.Kerangka Pikir

Tujuan peternak adalah memperoleh pendapatan seoptimal mungkin. Skala usaha berpengaruh terhadap pendapatan, semakin besar skala usaha semakin besar pula pendapatan yang diperoleh dalam usaha peternakan, sehingga pendapatan mereka bertambah dan efisiensi perusahaan dapat ditingkatkan dengan baik (Daniel 2002). Oleh karena iu peternak harus memperhatikan aspek tersebut untuk mengetahui apakah skala usaha tersebut berpengaruh terhadap apa yang akan di hasilkan, juga mengetahui seberapa besar pengaruh dari skala usaha agar pendapatan dapat di peroleh dengan maksimal. Hal ini yang mendasari peneliti ingin mengetahui apakah pendapatan dipengaruhi oleh skala usaha. Pemikiran tersebut secara skematis ditunjukkan dalam kerangka pikir penelitian ini seperti Gambar 1.

(31)

16 rxy

Gambar 1.Kerangka Pikir Pengaruh Skala Usaha Pemeliharaan Ternak Itik Terhadap Pendapatan.

Keterangan :

r : koefisien korelasi untuk x 2.6. Hipotesis Penelitian

Adapun bunyi hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ha : “Skala usaha pemeliharaan berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang”.

Ho : “Skala usaha pemeliharaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pendapatan peternak itik di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang”.

Skala Usaha Pemeliharaan

(X)

Pendapatan (Y)

(32)

17 BAB III

METODE PENELITIAN

1.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai dengan 1 Agustus tahun 2013. Tempat Penelitian berada di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena Kecamatan Mattiro Sompe merupakan kecamatan yang memiliki populasi itik terbanyak kedua di Kabupaten Pinrang .

1.2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan melakukan pengujian hipotesis (eksplanatori). Penelitian ini akan menjelaskan tentang hubungan kausal antara variabel independen yaitu skala usaha pemeliharaan ternak itik terhadap variabel dependen yaitu pendapatan di Kecamatan Mattiro Sompe.

1.3. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peternak itik yang terdapat di Kecamatan Mattiro Sompe sebanyak 83 peternak yang terdiri dari 6 Desa yaitu Desa Mattombong sebanyak 10 peternak, Desa Patobong sebanyak 18 peternak, Desa Samaenre sebanyak 10 peternak, Desa Mattongang-Tongang sebanyak 20 peternak, Desa Massulowalie sebanyak 10 peternak, dan Desa Sibolong Polong sebanyak 15 peternak.

(33)

18 Berhubung dengan populasi yang sifatnya menyebar di antara keenam Desa tersebut dan cukup berjauhan, maka dilakukan pengambilan sampel. Untuk menentukan besarnya jumlah sampel digunakan statistik deskriptif dengan menggunakan rumus Slovin menurut Umar (2001) sebagai berikut :

N n =

1 + Ne2 Dimana :

N = Jumlah Populasi n = Jumlah Sampel

E = Tingkat Kelonggaran (10%)

Tingkat kelonggaran 10% digunakan dengan dasar jumlah populasi tidak lebih dari 2000 (Sugiyono, 2003). Sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu

= 83

1 + 83 10%

= 83

1 + 83 0,01

= 83 1,83

= 45,3 = 45 responden

Adapun pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling.

Simple random sampling merupakan suatu tipe sampling probabilitas, dimana peneliti dalam memilih sampel dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk ditetapkan sebagai anggota sampel . Dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini :

(34)

19 Tabel 2. Pengambilan Sampel dari masing-masingDesa di Kecamatan

Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang.

No Desa Populasi

(N)

Perhitungan Sampel

Jumlah Sampel (n)

1. Desa Mattombong 10 10/83 x 45 5

2. Desa Patobong 18 18/83 x 45 10

3. Desa Samaenre 10 10/83 x 45 5

4. Desa Mattongang-Tongang 20 20/83 x 45 11

5. Desa Massulowalie 10 10/83 x 45 5

6. Desa Sibolong Polong 15 15/83 x 45 8

Total 83 45

Sebagai salah satu syarat dalam pengujian hipotesis adalah pengambilan sampel secara random. Teknik penarikan sampel yang dilakukan dari keenam Desa di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang adalah Simple Random Sampling, dimana untuk Desa Mattombong jumlah sampel yang diambil secara

random sebanyak 5 peternak, Desa Patobong 10 peternak, Desa Samaenre5 peternak, Desa Mattongang-Tongang 11 peternak, Desa Massulowalie 5 peternak, dan Desa Sibolong Polong 8 peternak.

1.4. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yaitu data yang berbentuk angka yang meliputi penerimaan dan komponen biaya- biaya yang dilakukan peternak selama melakukan usaha peternak itik pedaging, seperti biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap seperti, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan dan PBB. Sedangkan biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin/obat-obatan, listrik, tenaga kerja dan biaya transportasi.

(35)

20 Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan peternak yang meliputi skala usaha dan pendapatan peternak itik.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak atau instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik yang meliputi keadaan umum lokasi penelitian.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah : 1. Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap lokasi penelitian dalam hal

ini peternakan itik di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan wawancara langsung kepada para peternak itik yang menjadi responden peneliti.

Untuk memudahkan proses wawancara tersebut digunakan bantuan kuisioner atau daftar pertanyaan yang telah disusun sesuai kebutuhan penelitian seperti biaya-biaya, penerimaan, skala usaha pemeliharaan, identitas responden dan lain sebagainya.

1.6. Analisis Data

Alat analisa data yang digunakan adalah statistik inference yang bertujuan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan Regresi Linier Sederhana melalui program komputer SPSS 17 dengan rumus sebagai berikut :

Y = a + b X + e

(36)

21 Dimana :

Y = Pendapatan (Rp/periode) a = Konstanta

b = Koefisien regresi untuk X

X = Skala Usaha Pemeliharaan Itik (ekor) e = Kesalahan pengganggu (Standar Error) 1.7. Konsep Oprasional

• Peternak itik adalah warga yang memelihara itik pedaging umur 0-2,5 bulan (periode).

• Skala usaha pemeliharaan adalah jumlah populasi yang dipelihara oleh para peternak di tiap Desa Mattombong, Desa Patobong, Desa Mattongang-Tongang, Desa Massulowalie, dan Desa Sibolong Polong

• Intensif adalah sistem pemeliharaan yang digunakan para peternak di Desa Mattombong, Desa Patobong, Desa Samaenre, Desa Mattongang- Tongang, Desa Massulowalie, dan Desa Sibolong Polong secara dikandangkan secara terus menerus dengan menggunakan jala.

• Biaya total adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama satu siklus produksi yang meliputi biaya tetap dan biaya variabel yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

• Biaya tetap meliputi investasi, penyusutan kandang, penyusutan peralatan, dan PBB yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

(37)

22

• Biaya variabel meliputi biaya DOD, biaya pakan, biaya vaksin, biaya tenaga kerja, biaya listrik, dan biaya transportasi yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

• Penerimaan adalah nilai itik, serta ternak yang dikonsumsi yang diperoleh dengan mengalikan harga jual yang dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

• Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan usaha ternak itik pedaging dengan total biaya yang dikeluarkan dinyatakan dalam rupiah (Rp) per periode.

(38)

23 BAB IV

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV.1. Keadaan Geografis

Kabupaten Pinrang menaungi 12 Kecamatan dengan 104 Desa/Kelurahan, dimana 39 berstatus kelurahan dan 65 berstatus desa. Duampanua dan Lembang merupakan kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa terbanyak dengan rincian : Duampanua yaitu 5 kelurahan dan 9 desa, Lembang memiliki 2 kelurahan dan 12 desa sedangkan kecamatan yang jumlah desa/kelurahan terkecil yaitu Kecamatan Tiroang memiliki 5 kelurahan dan Batulappa memiliki 1 kelurahan dan 4 desa.

Kecamatan Mattiro Sompe salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pinrang yang memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Kecamatan Cempa Kabupaten Pinrang - Sebelah Timur : Kecamatan Wattang Sawitto dan Kecamatan Mattiro Bulu Kabupaten Pinrang

- Sebelah Selatan : Kecamatan Lasinrang Kabupaten Pinrang - Sebelah Barat : Selat Makassar

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pinrang (2009), Kecamatan Mattiro Sompe terbagi atas 9 wilayah dengan luas wilayah 96,99 km2.

Wilayah Kecamatan Mattiro Sompe diklafikasikan dalam 3 Kelurahan yaitu, Massulowalie, Langnga, Pallameang dan 6 Desa yaitu, Mattombong, Patobong, Samaenre, Mattongang-tongang, Siwolong polong, dan Mattiro tasi.

(39)

24 IV.2. Keadaan Demografis

Kondisi kependudukan (demografi) merupakan hal yang harus menjadi perhatian pihak pemerintah dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk merupakan suatu gambaran tentang kependudukan pada suatu wilayah secara kuantitatif yang dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan wilayah dalam konteks pembangunan agar tepat sasaran, dimana penduduk merupakan dalam setiap kegiatan yang terjadi disuatu wilayah, sehingga dibutuhkan sumber daya yang baik untuk memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitasnya.

Jumlah penduduk di Kecamatan Mattiro Sonpe Kabupaten Pinrang berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Menurut Jenis Kelamin Akhir Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (100%)

1 Laki-Laki 13.226 48,26

2 Perempuan 14.176 51,73

Jumlah 27.402 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.

Tabel 3, menunjukkan bahwa jumlah penduduk tersebut tersebar di seluruh Kelurahan/Desa di Kecamatan Mattiro Sompe yang berjenis kelamin perempuan hampir sebanding dengan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu 13.226 : 14.176, jumlah penduduk yang ada tersebut merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan subsektor peternakan sebagai sumber tenaga kerja.

(40)

25 IV.3. Penggunaan Lahan

Dilihat dari kondisi objektif penggunaan lahan yang meliputi kondisi daerah dan kondisi fisik lainnya, penggunaan tanah di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Tanah Sawah dan Tanah Kering Tiap Kelurahan/Desa, Akhir Tahun 2011.

No Desa/Kelurahan

Luas Tanah

Jumlah (Ha)

Persentase (100%) Sawah

(Ha)

Kering (Ha)

1 Massulowalie 830 104 934 9,63

2 Langnga 12.05 559.95 572 5,90

3 Pallameang 0 296 296 3,052

4 Mattombong 520 548 1068 11,0

5 Patobong 403 1419 1822 18,79

6 Samaenre 668.50 348.50 1017 10,49

7 Mattongang-tongang 1050.80 148.20 1199 12,36

8 Siwolong polong 950.05 489.95 1440 14,85

9 Mattiro Tasi 50 1301 1351 13,93

Jumlah 4484.40 5214.60 9699 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.

Tabel 4, menunjukkan bahwa penggunaan tanah di tiap Kelurahan/Desa di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang sebagian besar digunakan tanah kering dengan jumlah 5214,60 Ha yang digunakan oleh masyarakat setempat untuk sawah tanaman padi dan sebagian besar digunakan sebagai tanah kering untuk usaha ternak itik.

(41)

26 IV.4. Populasi Ternak dan Unggas

Kecamatan Mattiro Sompe memiliki lokasi yang cukup luas untuk melakukan pengembangan usaha ternak dan unggas sehingga sangat mendukung dalam memperoleh hasil peternakan yang cukup luas. Berdasarkan data BPS tahun 2011, populasi ternak dan unggas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Populasi Ternak Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang

No Ternak Jumlah (ekor) Persentase (100%) 1 Sapi 780 15,99 2 Kerbau 31 0,635 3 Kuda 99 2,030 4 Kambing 3.966 81,33 Total 4876 100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.

Tabel 5 menunjukkan bahwa diantara 4 jenis ternak yang dikembangkan di Kecamatan Mattiro Sompe kambing merupakan ternak yang tertinggi populasinya yaitu sebesar 3.966 ekor dengan persentase 81,33% dan populasi ternak terendah adalah kerbau sebesar 31 ekor dengan persentase 0,635 %. Adapun populasi unggas dapat dilihat pada Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Populasi Unggas Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang No Ternak Jumlah (ekor) Persentase (100%) 1 Ayam Buras 101.441 43,21 2 Ayam Ras 3.705 1,57 3 Itik 119.349 50,84 4 Ayam Broiler 10.227 4,35 Total 234.722 100 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Pinrang, 2012.

(42)

27 Tabel 6 menunjukkan bahwa diantara 4 jenis unggas yang dikembangkan di Kecamatan Mattiro Sompe itik merupakan unggas yang tertinggi populasinya yaitu sebesar 119.349 ekor dengan persentase 50,84% dan populasi unggas terendah yaitu ayam ras sebesar 3.705 3kor dengan persentase 1,57 %. Hal ini menunjukkan populasi itik lebih banyak dipelihara oleh penduduk di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

(43)

28 BAB V

KEADAAN UMUM RESPONDEN

V.1. Umur Responden

Umur merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja seseorang. Tingkat umur seseorang akan berpengaruh terhadap kemampuannya dalam mengerjakan pekerjaannya, karena terjadi peningkatan kemampuan fisik seiring dengan meningkatnya umur dan pada umur tertentu akan terjadi penurun produktivitas. Adapun klasifikasi responden berdasarkan umur di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi Responden Berdasarkan Umur Di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Umur (tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 40 – 46 8 17,8

2 47 – 53 10 22,2 3 54 – 60 12 26,7 4 61 – 67 9 20 5 68 – 74 5 11,1 6 75 – 80 1 2,2 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2013

Tabel 7, menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur antara 54 – 60 tahun yaitu 12 orang atau 22,2%, hal ini berarti bahwa rata-rata peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, masih berada pada kelompok usia

(44)

29 produktif untuk melakukan pekerjaan atau menjalankan usahanya. Kemampuan bekerja seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor umur. Hal ini sesuai dengan pendapat Swastha (1997) yang menyatakan bahwa tingkat produktifitas kerja seseorang akan mengalami peningkatan sesuai dengan pertambahan umur, kemudian akan menurun kembali menjelang usia tua.

V.2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang merupakan suatu indikator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk dapat menyelesaikan suatu jenis pekerjaan atau tanggung jawab. Dengan latar belakang pendidikan seseorang dianggap mampu melaksanakan suatu pekerjaan tertentu atau tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Dalam usaha peternakan faktor pendidikan tentunya sangat diharapkan dapat membantu masyarakat dalam upaya peningkatan produksi dan produktifitas ternak yang dipelihara atau diternakkan. Tingkat pendidikan yang memadai tentunya akan berdampak pada kemampuan manajemen usaha peternakan yang digeluti. Adapun tingkat pendidikan peternak yang ada di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 8.

(45)

30 Tabel 8. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1 SD/MI 19 42,2

2 SMP 13 29,9 3 SMA 11 24,4

4 Sarjana 2 4,4 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 8, menunjukkan sebagian besar responden berada pada tingkat pendidikan sekolah dasar (SD) sebanyak 19 orang atau 42,2 %, mayoritas peternak berpendidikan rendah, mereka masih menganggap bahwa usaha peternakan tidak perlu adanya pendidikan, mereka dalam mengadopsi hanya berdasarkan pengalaman dan melihat usaha peternakan yang sudah ada. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat dalam pengembangan usaha tani. Hal ini sesuai dengan pendapatan Risqina (2011), bahwa pendidikan sangat mempengaruhi pola pikir seseorang, terutama dalam hal pengambilan keputusan dan pengatur manajemen dalam mengelola suatu usaha.

V.3. Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga merupakan banyaknya anggota keluarga yang dimiliki oleh responden di Kecamatan Mattiro Sompe, Kabupaten Pinrang, anggota keluarga tersebut baik keluarga inti maupun keluarga batih. Anggota keluarga yang dimiliki dapat memberikan dampak positif dalam usaha pemeliharaan ternak itik pedaging karena anggota keluarga yang dimiliki tersebut

(46)

31 dapat digunakan sebagai tenaga kerja. Pengelompokkan responden berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Klasifikasi Responden Berdasarkan Tanggungan Keluarga di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Jumlah Tanggungan (orang) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 – 3 24 53,3

2 4 – 5 19 42,2 3 6 – 7 2 4,4 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 9, menunjukkan bahwa keadaan responden di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang berdasarkan jumlah tanggungan keluarga yang dimiliki yaitu antara 2 sampai 7 orang. Jumlah responden terbanyak yaitu responden yang memiliki tanggungan 2 sampai 3 orang sebanyak 24 orang atau 53,3%. Sedangkan responden yang memiliki tanggungan 7 orang hanya 2 orang atau 4,4%. Dalam proses produksi dibutuhkan tenaga kerja. Sebagian besar peternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang menggunakan anggota keluarga sebagai tenaga kerja. Sehingga banyaknya anggota keluarga dapat mengurangi biaya tenaga kerja karena anggota keluarga dapat membantu dalam proses produksi dan menghemat biaya produksi.

V.4. Pengalaman Usaha

Pengalaman merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan suatu usaha. Semakin banyak pengalaman yang dimiliki oleh peternak maka akan semakin terampil dalam mengelola suatu usaha peternakan. Pengalaman beternak akan diperoleh seorang berdasarkan lama mereka bergelut dalam suatu usaha

(47)

32 peternakan. Semakin lama mengelola suatu usaha maka semakin luas pengalaman dan semakin besar kemampuan yang diperoleh. Pengalaman beternak merupakan faktor penting yang harus dimiliki oleh seorang peternak dalam meningkatkan produktivitas dan kemampuan kerjanya dalam usaha peternakan (Priyanto dan Yulisiani, 2005). Adapun klasifikasi responden berdasarkan lama beternak di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Klasifikasi Responden Berdasarkan Pengalaman Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Pengalaman Usaha (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 2 – 4 31 68,9

2 5 – 7 11 24,4 3 8 – 10 3 6,5 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 10, menunjukkan sebagian besar responden memiliki pengalaman beternak masih kurang dari 5 tahun sebanyak 31 orang atau 68,9%. Hal ini menyatakan bahwa responden masih perlu belajar untuk mengembangkan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004), bahwa semakin banyak pengalaman beternak maka semakin banyak pula pelajaran yang diperoleh dibidang tersebut.

V.5. Skala Usaha

Skala usaha menunjukkan banyaknya itik pedaging yang dimiliki oleh responden. Jumlah kepemilikan ternak pada tiap responden berbeda-beda tergantung kondisi usaha. Adapun klasifikasi responden berdasarkan kepemilikan

(48)

33 itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Klasifikasi Responden Berdasarkan Jumlah Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Persentase (%) 1 500 - 999 15 33,3 2 1000 - 1499 9 20

3 1500 - 1999 5 11,1 4 2000 - 2499 8 17,7 5 2500 - 3000 8 17,7 Jumlah 45 100

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 11 terlihat bahwa klasifikasi responden di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang dapat dilihat berdasarkan kepemilikan itik pedaging terdiri dari 7 skala yaitu 500 ekor, 700 ekor, 1000 ekor, 1500 ekor, 2000 ekor, 2500 ekor, dan 3000 ekor. Responden yang paling banyak adalah responden yang memiliki ternak itik dengan skala 500 - 999 ekor yaitu 15 orang atau sebesar 33,3%.

Sebagian besar peternakan di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang masih merupakan peternakan rakyat.

(49)

34 BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

VI.1. Biaya Produksi Usaha Peternakan Itik Pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang

Komponen biaya dalam suatu usaha merupakan salah satu faktor perlu mendapat perhatian bagi setiap pelaku ekonomi, termasuk bidang usaha ternak itik pedaging. Biaya dalam suatu usaha peternakan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang yaitu biaya tetap (fixed cost), dan biaya variabel (variabel cost). Dalam usaha ini, tentu membutuhkan biaya untuk menunjang keberlangsungan kegiatan produksi atau biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

Adapun biaya-biaya produksi dalam usaha peternakan itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang, yaitu sebagai berikut :

IV.1.1. Biaya tetap

Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan oleh peternak yang jumlahnya tidak dipengaruhi besar kecilnya usaha. Biaya tetap meliputi biaya penyusutan kandang dan peralatan dan biaya pajak bumi dan bangunan. Biaya tersebut tetap dikeluarkan meskipun produksi terhenti. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2002), bahwa biaya tetap dalam usaha peternakan adalah biaya tetap yang terlibat dalam proses produksi dan tidak berubah meskipun ada perubahan jumlah hasil produksi yang dihasilkan. Meskipun itik pedaging tidak berproduksi peternak tetap mengeluarkan biaya tersebut dalam bentuk penyusutan. Komponen biaya tetap dijelaskan berikut ini :

(50)

35 1. Penyusutan Kandang

Penyusutan merupakan salah satu konsekuensi atas penggunaan aktiva tetap, dimana aktiva tetap akan mengalami penyusutan atau penurunan fungsi.

Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dimana harga barang dibagi dengan lama pakai. Adapun rata-rata biaya penyusutan kandang pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 12 sebagai berikut :

Tabel 12. Rata – Rata Biaya Penyusutan Kandang Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Biaya Penyusutan(Rp)/skala 1 500 - 999 15 96.759

2 1000 - 1499 9 112.398 3 1500 - 1999 5 149.611 4 2000 - 2499 8 162.263 5 2500 - 3000 8 219.418 Jumlah 45 740.450

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 12, menunjukkan total rata-rata biaya penyusutan kandang peternak pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang selama satu periode 75 hari adalah sebesar Rp. 740.450,- / skala usaha. Jumlah biaya tetap usaha itik pedaging sangat bervariasi jika dilihat menurut periode pemeliharaan, semakin lama periode pemeliharaan maka semakin besar biaya penyusutan yang akan dikeluarkan, hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (1996), bahawa semakin banyak itik semakin besar pula biaya tetap yang dikeluarkan

(51)

36 dalam produksi peternakan secara total dan perhitungan biaya tetap yang dikeluarkan per periode.

2. Penyusutan Peralatan

Peralatan adalah salah satu komponen yang sangat berperan dalam pemeliharaan ternak itik pedaging. Adapun yang termasuk dalam perhitungan biaya penyusutan peralatan yaitu tempat pakan DOD, tempat pakan remaja, tempat minum, gerobak, dan ember. . Adapun rata-rata biaya penyusutan peralatan pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut :

Tabel 13. Rata – Rata Biaya Penyusutan Peralatan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Biaya Penyusutan(Rp)/skala 1 500 - 999 15 39.435

2 1000 - 1499 9 57.836 3 1500 - 1999 5 81.283 4 2000 - 2499 8 101.672 5 2500 - 3000 8 138.255 Jumlah 45 418.481

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 13, menunjukkan total rata-rata biaya penyusutan peralatan peternak pada usaha ternak itik pedaging di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang selama satu periode 75 hari adalah sebesar Rp. 418.481,-/skala usaha. Hal ini menunjukkan bahwa jika semakin besar skala usaha maka semakin tinggi biaya penyusutannya, hal ini disebabkan karena peralatan-peralatan yang digunakan juga jumlahnya lebih banyak.

(52)

37 3. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Pajak bumi dan bangunan (PBB) adalah pajak yang dipungut atas tanah dan bangunan karena adanya keuntungan dari kedudukan sosial ekonomi yang lebih baik bagi orang atau badan yang mempunyai suatu hak atasnya atau memperoleh manfaat dari padanya.

Adapun rata-rata biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) pada usaha peternakan itik pedaging per periode dapat dilihat pada Tabel 14 sebagai berikut :

Tabel 14. Rata – Rata Biaya Pajak Bumi dan Bangunan Skala Usaha di Kecamatan Mattiro Sompe Kabupaten Pinrang.

No Kepemilikan Usaha (ekor) Jumlah (orang) Biaya PBB (Rp)/skala 1 500 - 999 15 273.233

2 1000 - 1499 9 915.000 3 1500 - 1999 5 1.409.000 4 2000 - 2499 8 2.335.000 5 2500 - 3000 8 3.315.000 Jumlah 45 10.582.233

Sumber : Data Primer yang Diolah, 2013.

Tabel 14 menunjukkan bahwa total biaya rata-rata pajak bumi dan bangunan (PBB) usaha peternakan itik pedaging sebesar Rp. 10.582.233,-/skala usaha.

Dimana nilai biaya rata-rata PBB tertinggi sebesar Rp. 3.315.000,- dengan skala 2500 - 3000 ekor sedangkan nilai biaya rata-rata PBB terendah sebesar Rp.

273.233,- dengan skala 500 - 999 ekor. Pada umumnya lahan yang digunakan oleh peternak untuk usaha peternakan itik pedaging adalah lahan milik sendiri yang berada di sekitar rumah mereka. Oleh karena itu biaya pajak bumi dan bangunan dihitung berdasarkan luas kandang yang dimiliki peternak.

Referensi

Dokumen terkait

Kao što navodi Stiglitz (Stiglitz, 2009:26), „ekonomija pokreće globalizaciju, no oblikuje je politika“. Doista, „pravila igre“ određuju visoko razvijene industrijske

(1) Inspektur Pembantu Wilayah III sebagaimana dimaksud dalam apasal 2 ayat (3) huruf d mempunyai tugas pokok melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan Pemerintahan

Sistem yang dibangun ini masih memiliki kelemahan yang diharapkan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya, yaitu penambahan layer untuk persebaran kasus DBD titik

Wisnu Widjanarko, S.Sos., M.Psi.. NO DESA NO NAMA NIM

Penelitian ini menggunakan metode SIG ( Sistem Informasi Geografis ) Penggunaan metode GIS dilakukan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui identifikasi luas

Among Tani Jalan Panglima Sudirman Nomor 507 Kota Batu, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kota Batu, yang selanjutnya disebut PIHAK

[r]

Pertumbuhan panjang benih ikan nila yang diberikan perlakuan rekombinan hormon pertumbuhan ikan kerapu kertang melalui pakan buatan dengan perlakuan dari rElGH media kultur,